Sie sind auf Seite 1von 22

Pengawasan Sanitasi

Lingkungan di Industri
A. M. Fadhil Hayat
Pendahuluan

 Lingkungan merupakan bagian dari kehidupan manusia


yang harus dijaga agar dapat mendukung aktivitas
kehidupan manusia baik saat ini dan dimasa depan.
 Lingkungan yang tidak sehat dapat menjadi penghalang
bagi manusia untuk menjalankan aktivitasnya.
 Melalui upaya perbaikan, pemeliharaan dan
pencegahan, lingkungan menjadi tetap terjaga
kebersihan dan bebas dari risiko penyebab penyakit dan
sumber bencana.
 Industri merupakan salah satu lokasi, tempat orang
banyak melakukan aktivitas bekerja untuk menghasilkan
berbagai jenis produk dan jasa.
 Namun perlu diketahui untuk menunjang aktivitas
manusia di lokasi tersebut, ketersediaan sarana sanitasi
menjadi hal yang penting, untuk mewujudkan
lingkungan kerja menjadi bersih dan sehat yang dapat
mendukung aktivitas bekerja.
What is Occupational
Hygiene?
 The International Occupational Hygiene Association
(IOHA) defines Occupational Hygiene as:

 'The discipline of anticipating, recognizing, evaluating


and controlling health hazards in the working
environment with the objective of protecting worker
health and well-being and safeguarding the community
at large.'
HEALTH HAZARDS

Gases, vapours, solids, fibres, liquids,


Chemical agents
dusts, mists, fumes, etc.

Noise and vibration


Physical agents Heat and cold
Electromagnetic fields, lighting etc.

Biological agents Bacteria, fungi, etc.

Ergonomic factors Lifting, stretching, and repetitive motion

Psychosocial factors Stress, workload and work organisation


ANTICIPATING AND
RECOGNIZING
 ANTICIPATION – this involves identifying potential
hazards in the workplace before they are introduced.

 RECOGNITION - this involves identifying the potential


hazard that a chemical, physical or biological agent - or
an adverse ergonomic situation - poses to health.
EVALUATION

 EVALUATION of the extent of exposure to the chemical


hazards, physical or biological agents (or adverse
ergonomic situation) in the workplace. This often
involves measurement of the personal exposure of a
worker to the hazard/agent in the workplace,
particularly at the relevant interface between the
environment and the body, e.g. breathing zone, hearing
zone, and assessment of the data in terms of
recommended occupational exposure limits (OELs),
where such criteria exist.
CONTROL

 CONTROL of the chemical, physical or biological agent -


or adverse ergonomic situation, by procedural,
engineering or other means where the evaluation
indicates that this is necessary.
What is Occupational
Hygiene?
Work Activity

Occupational
Exposure
Hygiene
Occupational
Health
Occupational
Disease
Medicine
Sarana sanitasi di industri

 1. Sarana air bersih dengan kualitas dan kuantitas air yang


memenuhi syarat sehingga aman di gunakan untuk
membersihkan badan, mencuci pakaian, mencuci peralatan
dan menyiram tanaman.
 2. Sarana jamban keluarga yang selalu dalam kondisi bersih
sehingga nyaman digunakan dan tidak menjadi tempat
bersarangnya serangga dan binatang pengerat.
 3. Sarana pembuangan sampah yang mudah dijangkau, aman
digunakan dan selalu dalam kondisi bersih sebelum dan sesudah
digunakan sehingga tidak menjadi tempat bagi serangga dan
binatang pengerat untuk mencari makanan dan bersarang
 4. Sarana air limbah yang dapat menyalurkan, menampung,
mengolah dan membuang air limbah dengan benar sehingga
aman bagi badan air dan biota air.
 Kebersihan lingkungan kerja dan kesehatan merupakan
upaya untuk mendukung keselamatan bekerja.
 Terjaminnya keselamatan kerja dapat dilakukan dengan
cara mengurangi risiko terjadinya kecelakaan kerja yang
dapat dilakukan dengan:
 1. Pemberian pemahaman kerja yang baik.
 2. Pengawasan pekerja di tempat kerja.
 3. Penentuan potensi bahaya
 4. Penanganan kecelakaan
 5. Pengendalian kecelakaan
Upaya Pemeliharaan, Pengawasan dan
Perbaikan Sanitasi di tempat kerja

 1. Penyediaan air bersih yang dapat digunakan untuk membersihkan


badan, mencuci pakaian dan peralatan, menyiram tanaman.
 2. Pengelolaan air limbah yang dilakukan dengan baik agar
lingkungan sekitar tidak tercemar dan menjadi kotor.
 3. Pengelolaan sampah yang dilakukan dengan baik agar lingkungan
sekitar tidak tampak tumpukan sampah yang dapat dijadikan media
untuk bersarang serangga dan binatang pengerat perantara penular
penyakit.
 4. Pengawasan vektor penyakit yang dilakukan secara rutin dan
berkesinambungan sehingga tempat yang menjadi media bagi vektor
untuk tumbuh dan berkembang biak bisa dicegah.
 5. Pencegahan dan pengawasan pencemaran tanah yang dilakukan
secara rutin dan berkesinambungan terhadap telur cacing perantara
penyakit.
Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat Pekerja
 1. Membersihkan diri menggunakan air bersih saat sikat gigi
 2. Membiasakan diri menggunakan air bersih saat mandi
 3. Membiasakan diri menggunakan air bersih saat mencuci tangan
 4. Membiasakan diri menggunakan air bersih saat mencuci
peralatan rumah tangga
 5. Membiasakan diri menggunakan air bersih saat mencuci pakaian
 6. Membiasakan diri membersihkan jamban sebelum dan sesudah
digunakan dg air bersih
 7. Membiasakan diri membuang air limbah ke dalam bak
penampungan sebelum dibuang ke badan air
 8. Membiasakan diri membuang sampah pada tempat penampungan
sesuai jenis sampah untuk selanjutnya ke tempat penampungan
akhir sampah
Ruang Lingkup

 1. Kebersihan Lingkungan dan Tempat Kerja


 a. Pengelolaan kotoran manusia
 b. Pengelolaan air limbah
 c. Pengelolaan sampah
 2. Melindungi setiap Individu dari Gangguan Penyakit
 pengawasan terhadap penyediaan air bersih, pengelolaan air limbah,
pengelolaan sampah dan penanganan feces ( tinja ) manusia, perlu
pengawasan dan penanganan dari awal agar tidak mencemari lingkungan
yang dapat mengakibatkan penyakit bagi manusia.
 3. Mencegah Terjadinya kecelakaan
 a. Pembersihan saluran air limbah dari sumbatan
 b. Pembersihan halaman dari sampah
 c. Pembersihan jamban dan halaman dari feces (tinja) manusia.
 d. Pemantauan terhadap kualitas air bersih.
 4. Mencegah Penyakit
 a. Membersihkan wadah / penampung air bersih dari keberadaan
jentik.
 b. Membersihkan lingkungan dari tumpukan sampah yang
dijadikan media bersarang dan berkembang bagi serangga
penular penyakit.
 c. Melakukan penyebarluasan informasi perihal hidup bersih
sehat.
 5. Menjamin Keselamatan Kerja Setiap Orang
 Melakukan upaya pemantauan sumber bahaya di setiap tempat
kerja secara rutin dan berkesinambungan agar upaya pencegahan
sebelum terjadi kecelakaan dapat dilakukan untuk mencegah
korban, sehingga memberi rasa aman dan nyaman bagi pekerja
berada di tempat kerja
Penerapan keselamatan kerja
di tempat kerja
 1. Memelihara Peralatan-Peralatan Kerja
 Perusahaan harus selalu memelihara kondisi peralatan agar selalu
dalam kondisi yang baik. Karena apabila ada yang salah dalam
peralatan-peralatan kerja karyawan, bisa memberikan dampak yang
buruk terhadap karyawan tersebut.
 2. Melakukan Pengontrolan terhadap Perlatan-Peralatan Kerja secara
Berkala
 Hal ini berguna untuk mengetahui mana peralatan-peralatan yang
mengalamikerusakan agar dapat diperbaiki dan tidak memberikan
bahaya pada karyawannya.
 3. Mempekerjakan Petugas Kebersihan Untuk Selalu Menjaga
Kebersihan Lingkungan Perusahaan
 Kebersihan lingkungan perusahaan tentu akan menjaga kesehatan para
karyawannya. Karena lingkungan yang kotor akan membawa penyakit.
 4. Menyediakan Fasilitas yang Memadai
 Fasilitas-fasilitas disini seperti kantin, karena setiap karyawan tentu
membutuhkan makan saat jam istirahat mereka sehingga mereka
memerlukan kantin untuk tempat mereka beristirahat setelah bekerja.
 5. Perencanaan Program K3 yang Terkoordinasi
 Banyak perusahaan yang program K3 nya kurang terkoordinasi di seluruh
bagian-bagian perusahaan sehingga penerapan program K3 tidak
terlaksana dengan baik.
 6. Melakukan Penilaian dan Tindak Lanjut Pelaksanaan Keselamatan
Kerja
 Apabila ada yang mengalami kecelakaan, tentu perusahaan harus
menindak-lanjuti mengenai hal tersebut. Baik dari segi tanggung jawab
terhadap karyawan tersebut, juga mencari tahu apa penyebab
kecelakaan tersebut terjadi agar tidak terulang kepada karyawannya
yang lain.
Dampak buruk bila di tempat kerja
tidak menerapkan keselamatan kerja

 1. Terjadinya cedera bahkan bisa menyebabkan


kematian pada tenaga kerja
 Hal ini disebabkan tempat kerja tidak melakukan
pemeliharaan dan pemeriksaan secara berkala terhadap
peralatan kerja yang ada di tempat kerja.
 2. Menimbulkan penyakit.
 Kurangnya kebersihan dari lingkungan tempat kerja, hal
ini disebabkan karena tidak terawatnya lingkungan
tersebut, sehingga tempat kerja menjadi sarang bagi
vektor perantara penyakit, yang berarti pekerja
berpeluang untuk terjangkit penyakit.
 3. Memberikan kerugian.
 Apabila banyak tenaga kerja yang mengalami kecelakaan,
tentu saja tempat kerja mengalami kerugian karena pihak
tempat kerja harus mengeluarkan biaya untuk
menanggung kecelakaan dan kerusakan yang terjadi,
selain itu tempat kerja mengalami kerugian yang lebih
besar karena produksi tidak tercapai.
 4. Proses kerja di perusahaan terhambat.
 Dengan tidak diterapkannya keselamatan kerja di tempat
kerja potensi terjadinya celaka menjadi lebih besar,
sehingga proses produksi menjadi terganggu, karena
jumlah pekerja berkurang dan peralatan menjadi tidak
berfungsi sehingga proses kerja menjadi lebih lambat.
Three Main Factor Theory

 1. Faktor Manusia
 a. Umur
 b. Jenis Kelamin
 c. Masa kerja
 d. Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)
 e. Tingkat Pendidikan
 f. Perilaku
 g. Pelatihan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
 h. Mentaati aturan kerja
 2. Faktor Lingkungan
 a. Intensitas suara yang keras
 b. Suhu Udara
 c. Penerangan
 d. Lantai licin
 3. Faktor Peralatan
 a. Kondisi mesin
 b. Ketersediaan alat pengaman mesin
 c. Letak mesin
PMK NO 70 TAHUN 2016
STANDAR KESEHATAN LINGKUNGAN
KERJA INDUSTRI

Das könnte Ihnen auch gefallen