Sie sind auf Seite 1von 9

See

discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.net/publication/311066062

EFEK DAUN KELAKAI (Stenochlaena palustris)


TERHADAP JUMLAH ERITROSIT, BENTUK
ERITROSIT DAN KADAR...

Conference Paper November 2016

CITATIONS READS

0 202

7 authors, including:

Noor Cahaya
Universitas Lambung Mangkurat
6 PUBLICATIONS 0 CITATIONS

SEE PROFILE

All content following this page was uploaded by Noor Cahaya on 28 November 2016.

The user has requested enhancement of the downloaded file. All in-text references underlined in blue are added to the original document
and are linked to publications on ResearchGate, letting you access and read them immediately.
EFEK DAUN KELAKAI (Stenochlaena palustris) TERHADAP JUMLAH
ERITROSIT, BENTUK ERITROSIT DAN KADAR HEMOGLOBIN (Hb)
PADA TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) ANEMIA
NOOR CAHAYA1* , RAHMINA AULIA1, NURLELY1
1
Program Studi Farmasi, Fakultas MIPA Universitas Lambung Mangkurat, Banjarbaru, Kalimantan Selatan
*Email: noorcahaya@unlam.ac.id

Abstract. Kelakai (Stenochlaena palustris) is one of medicinal plants that used by Dayak ethnic society as an alternative
medicine to treat anemia. This study was aimed to determine the effect of Stenochlaena palustris leaf extract on erythrocytes
cell count, erythrocytes shape changes and haemoglobin levels. Twenty-four male wistar rats were randomly grouped into
six: 1 (normal), 2 (positive, ferro sulfat), 3 (negative),4 (extract 50 mg/kgBB), 5 (extract 100 mg/kgBB) and 6 (extract 150
mg/kgBB). Anemia was induced with per oral of 125 mg/kgBB sodium nitrite for 18 days. Stenochlaena palustris leaves
extract administered orally on day 19 through day 25. Erythrocytes cell count, the shape of erythrocytes and hemoglobin
levels were observed on day 26. The results showed that haemoglobin levels was significantly (p<0.05) increased in rats
administered with extract. Extract of Stenochlaena palustris were able to improve the shape of erythrocytes. There was no
significant (p>0.5) number of erythrocytes in the rats administered with the extracts when compared with the negative and
positive groups.

Keywords : Stenochlaena palustris, kelakai, erythrocyte, haemoglobin, erythrocytes cell count

1. PENDAHULUAN seperti Ca dan zat besi (Fe) (Ho et al, 2010).


Kandungan Fe yang terdapat pada kelakai inilah yang
Penggunaan tumbuhan obat sebagai pengobatan kemungkinan dijadikan dasar bahwa ekstrak daun
semakin meningkat. Kemajuan ilmu pengetahuan dan kelakai tersebut dapat dimanfaatkan untuk
teknologi yang pesat telah mendorong perkembangan pengobatan anemia. Zat besi (Fe) merupakan faktor
obat bahan alam. Pemanfaatan tumbuhan sebagai yang berhubungan dengan pembentukan sel darah
salah satu pengobatan alternatif maupun sebagai merah dan hemoglobin dalam darah.
pengganti obat modern membutuhkan serangkaian Berdasarkan uraian diatas, maka perlu
pengujian seperti uji khasiat, toksisitas sampai uji dilakukan penelitian untuk membuktikan pengaruh
klinik dengan didukung oleh pengembangan bentuk pemberian daun kelakai (Stenochlaena palustris)
sediaan yang lebih baik agar efektifitasnya dapat terhadap jumlah eritrosit dan kadar hemoglobin (Hb)
dioptimalkan. Berbagai penelitian terhadap tumbuhan pada tikus putih (Rattus norvegicus).
obat di Indonesia telah banyak dilakukan dan
menunjukkan banyak sekali tumbuhan di Indonesia 2. METODE
yang memiliki khasiat sebagai obat.
Indonesia merupakan negara yang memiliki 2.1 Waktu dan Tempat Penelitian
kekayaan sumber daya alam yang sangat beragam, Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret 2016
salah satunya adalah keanekaragaman hayati. Salah sampai bulan Agustus 2016 di Laboratorium
satu provinsi yang memiliki keanekaragaman hayati Panasea Banjarmasin, Laboratorium Balai
yang cukup tinggi adalah Kalimantan Selatan. Salah Riset dan Standarisasi Industri Banjarbaru,
satu keanekaragaman hayati yang dimiliki oleh Laboratorium Farmakognosi-Fitokimia,
Kalimantan Selatan adalah tumbuhan obat yang Laboratorium Farmakologi-Toksikologi dan
berasal dari berbagai daerah, salah satunya adalah Laboratorium Anatomi-Fisiologi Fakultas
tumbuhan kelakai (Stenochlaena palustris). Kelakai Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
pada umumnya dimanfaatkan oleh masyarakat Universitas Lambung Mangkurat, Banjarbaru.
Kalimantan Selatan sebagai sayur dan secara turun 2.2 Alat dan Bahan
temurun dimanfaatkan sebagai obat tradisional, Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini
dimana oleh masyarakat Dayak dipercaya mampu timbangan analitik (Ohaus), bejana maserasi,
mengobati penyakit anemia dan digunakan untuk waterbath (SMIC), vacum rotary evaporator
menambah tenaga pasca melahirkan (Maharani et al, (Heidolph), sonde oral, kandang tikus, hotplate
2006). (Stuart), hemositometer, automatic hematology
Fakta empiris yang ada di masyarakat tentunya analyzer (Dirui), mikroskop binokuler,
harus dibuktikan secara ilmiah. Fakta empiris corong, gelas beker, batang pengaduk,
tersebut didukung oleh adanya beberapa penelitian erlenmeyer, cawan penguap, sudip, spuit
yang mengidentifikasi kandungan yang terdapat injeksi (Onemed),mortir, stamper dan kaca
dalam tumbuhan kelakai diantaranya adalah fenol, objek. Bahan-bahan yang digunakan adalah
flavonoid, steroid dan alkaloid serta beberapa mineral akuades, daun S. palustris, natrium nitrit, tablet

Seminar Nasional 2016 Lahan Basah ULM 1


ferro sulfat, etanol, methanol, N-butanol, asam Tanin
asetat, asam klorida, kloroform, natrium Ekstrak ditambahkan dengan larutan
hidroksida, gelatin, natrium klorida, etil asetat, gelatin 1% mengandung natrium klorida,
N-heksan, ammoniak, AlCl3, asam sulfat, apabila terbentuk endapan putih
reagen Dragendorff, reagen Maye, reagen menunjukkan adanya tanin (Tiwari et
Liebermann Bourchard , betadin, reagen al,. 2011).
Hayem dan pewarna Wright. Terpenoid dan Steroid
2.3 Hewan Uji Ekstrak ditambahkan dengan pereaksi
Hewan uji yang digunakan pada penelitian ini Lieberman-Burchard. Hasil positif
adalah tikus putih jantan galur Wistar. Tikus adanya terpenoid ditandai dengan
putih jantan yang berumur 2-3 bulan, berat adanya cincin kecoklatan atau violet,
badan 150-250 gram dan keadaan patologis sedangkan adanya steroid ditandai
sehat. Empat ekor tikus digunakan pada dengan perubahan warna menjadi hijau
masing-masing kelompok uji, sehingga seluruh kebiruan (Kristanti et al., 2008).
tikus yang digunakan berjumlah 24 ekor Antrakuinon
dengan 6 kelompok uji. Ekstrak ditambahkan dengan KOH 10%
2.4 Ethical Clearance dalam metanol. Hasil positif ditandai
Penelitian ini sudah mendapatkan Ethical dengan adanya perubahan warna
Clearance dari Komisi Etik Fakultas menjadi kuning atau kuning kecoklatan
Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat, (Kristanti et al., 2008).
Banjarmasin dengan nomor 013/KEPK-FK Fenolik
UNLAM/EC /III/2016. Ekstrak ditambahkan dengan beberapa
2.5 Prosedur Penelitian tetes FeCl3 1%. Hasil positif ditandai
2.5.1 Determinasi tanaman S. Palustris dengan perubahan warna menjadi lebih
Tanaman S. palustris dilakukan hitam (Robertino et al., 2015).
determinasi di pusat herbarium LIPI 2.5.3 Pengukuran Kadar Zat Besi
Cibinong, Bogor dengan nomor Pengujian kadar besi mengunakan
173/IPH.1.01/If.07/I/2016. spektrofotometer serapan atom. Alat ini
2.5.2 Skrining Fitokimia digunakan dengan pertimbangan dapat
Flavonoid mengukur kadar logam dalam jumlah
Ekstrak ditetesi dengan larutan NaOH yang sangat kecil dengan hasil yang
maka akan terbentuk warna kuning yang akurat. Sampel didestruksi dengan cara
intens, dan apabila ditambahkan asam diabukan selama 4 jam pada suhu
encer maka warnanya akan menghilang, 500C. Pengerjaan ini dimaksudkan
menunjukkan adanya flavonoid (Tiwari untuk menguraikan senyawa-senyawa
et al,. 2011). Sebanyak 1,0 mL ekstrak organik atau karbon pada sampel.
diteteskan pada kertas saring kemudian Langkah selanjutnya ditambahkan 5 mL
dikeringkan. Kertas saring yang telah HNO3 pro analisis 1:1 untuk
kering diuapi menggunakan uap menghilangkan sisa organik atau karbon
amoniak. Sampel dikatakan positif dalam abu. Setelah itu dilakukan
mengandung senyawa flavonoid jika penguapan kemudian diabukan kembali
terjadi perubahan warna kertas saring selama 1 jam pada suhu 500C untuk
dari kuning pucat menjadi kuning menghilangkan kelebihan HNO3. Abu
intensif (Salamah & Farahana, 2014). dibiarkan hingga dingin kemudian
Alkaloid dilarutkan dengan HCl pro analisis. HCl
Ekstrak dilarutkan dalam HCL encer dan digunakan dalam pengerjaan ini untuk
disaring untuk mendapatkan filtratnya. membentuk garam yang dapat larut
Filtrat ditetesi dengan reagen Mayer dalam air, karena umumnya garam dari
apabila terbentuk endapan berwarna besi (Fe) larut dalam air. Tahap terakhir
kuning menunjukkan adanya alkaloid. dalam metode ini dilakukan pengukuran
Filtrat ditetesi dengan reagen serapan pada panjang gelombang 248,3
Dragendroff apabila terbentuk endapan nm menggunakan lampu katoda besi
merah menunjukkan adanya alkaloid (Marzuki et al., 2013).
(Tiwari et al,. 2011). 2.5.4 Pembuatan Larutan Ferro sulfat
Saponin Satu tablet ferro sulfat (200 mg)
Ekstrak ditambahkan dengan air dikocok dimasukkan ke dalam mortir dan digerus
dan didiamkan selama 15 menit. Hasil hingga halus kemudian dimasukkan ke
positif saponin ditunjukkan dengan dalam gelas beker dan ditambahkan
terbentuknya busa (Faskalia & Wibowo, dengan akuades. Kemudian dilarutkan
2014). dengan sedikit pemanasan diatas hot

2 Potensi, Peluang, dan Tantangan Pengelolaan Lingkungan Lahan Basah Secara Berkelanjutan
plate sambil diaduk hingga homogen dan diolah dalam analisis data (Nursucihta et
dimasukkan ke dalam labu ukur 25 mL. al., 2014).
2.5.5 Perlakuan Hewan Uji 2.5.8 Pengamatan Bentuk Eritrosit
Sebanyak 24 ekor tikus jantan galur Pengamatan bentuk eritrosit dilakukan
Wistar diadaptasikan dengan lingkungan dengan pembuatan sediaan apusan darah
selama satu minggu. Tikus tersebut tipis. Darah diambil menggunakan pipet
kemudian dibagi menjadi 6 kelompok kemudian diteteskan diatas kaca objek.
yakni kelompok normal, positif, negatif, Kaca objek lain diletakkan di sebelah
ekstrak daun S. palustris dosis 50 kiri tetes darah tadi dengan tangan kanan
mg/KgBB, dosis 100 mg/KgBB dan dan digerakkan ke kanan hingga
dosis 150 mg/KgBB. Induksi anemia mengenai tetesan darah. Tetes darah
dilakukan dengan pemberian natrium akan menyebar pada sisi kaca penggeser
nitrit 125 mg/kgBB/hari secara peroral itu. Setelah itu geser kaca objek ke kiri
sambil memegangnya miring dengan
selama 18 hari. Pemberian ekstrak daun
sudut antara 30 sampai 45. sediaan
S. palustrissecara (p.o) dilakukan selama
dibiarkan kering di udara. Sediaan
7 hari dimulai dari hari ke-19 hingga apusan darah kemudian direndam dalam
hari ke-25. Pengamatan jumlah eritrosit, larutan pewarna Wright dalam larutan
bentuk eritrosit, dan kadar hemoglobin penyanggah (metanol) selama 20 menit,
untuk kelompok positif, negatif, dan lalu dicuci atau dibilas dengan aquades
ekstrak daun S. palustris dilakukan pada dan dikeringkan dengan udara dalam
hari ke-26. Sedangkan pada kelompok sikap vertikal. Pengamatan bentuk
normal dilakukan pengamatan pada hari eritrosit dilakukan dengan mengamati
ke-1. bentuk eritrosit pada apusan kemudian
2.5.6 Pengukuran Jumlah Eritrosit membandingkannya dengan bentuk
Darah yang bercampur dengan eritrosit normal (Aisyah et al., 2013;
antikoagulansia (EDTA) dihisap dengan Gandasoebrata, 2004).
pipet eritrosit (pipet thoma) sampai 2.5.9 Analisa Data
tanda 0,5. Larutan pengencer (Hayem) Data hasil pengamatan jumlah eritrosit
dihisap sampai tanda 101. Kedua ujung dan kadar hemoglobin tikus putih diolah
pipet ditutup dengan ibu jari dan jari secara statistik. Hasil perlakuan
tengah lalu dikocok dengan gerakan dilakukan pengujian normalitas
tegak lurus pada sumbu panjangnya distribusi data dengan metode Shapiro-
selama 2 menit agar darah dengan Wilk dan uji homogenitas varians data
larutan hayem tercampur. Larutan dengan metode Levenes Test, jika data
pengencer (Hayem) yang tidak terdistribusi normal dan homogen maka
mengandung darah dalam kapiler dianalisis secara statistik dengan
dibuang dengan meneteskan sebanyak 3 menggunakan uji ANOVA pada selang
tetes. Larutan darah dimasukkan ke kepercayaan 95%, tapi jika data tidak
dalam kamar hitung. Ujung pipet terdistribusi normal maka dilanjutkan
diletakkan padatepi kaca penutup. Darah dengan Kruskal-Wallis test. Pada
akan mengalir masuk antara kaca analisis jumlah eritrosit, nilai hematokrit,
penutup dengan kamar hitung oleh kadar hemoglobin, jika perlakuan
adanya daya kapiler. Larutan darah yang memberikan pengaruh yang nyata (p <
diteteskan tidak boleh terlalu banyak. 0,05), maka pengujian dilanjutkan
Kamar hitung yang sudah berisi larutan dengan Post-Hoc test LSD.
darah diletakkan di bawah mikroskop.
Perhitungan jumlah eritrosit dilakukan 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
dengan perbesaran 45x dilanjutkan
dengan perbesaran 100x (Indrawati et 3.1 Skrining Fitokimia
al., 2013). Skrining fitokimia dilakukan untuk mengetahui
Jumlah Total Eritrosit = a x 104 senyawa fitokimia yang terdapat dalam daun S.
Ket: a = jumlah eritrosit hasil palustris secara kualitatif. Hasil pengujian skrining
perhitungan dalam hemositometer fitokimia daun S. palustris dapat dilihat pada Tabel 1.
(Sembiring et al., 2013). Skrining fitokimia bertujuan untuk mengetahui
2.5.7 Pengukuran Kadar Hemoglobin senyawa metabolit sekunder yang memiliki aktivitas
Darah yang sudah diambil dilakukan biologis dari suatu tumbuhan. Skrining yang
pengujian kadar hemoglobin dengan dilakukan meliputi uji kualitatif kandungan
menggunakan alat Automated flavonoid, tanin, alkaloid, steroid, terpenoid, fenolik,
Hematology Analyzer yang selanjutnya saponin dan antrakuinon.

Seminar Nasional 2016 Lahan Basah ULM 3


Tabel 1. Hasil Skrining Fitokimia 3.2 Kadar Zat Besi Daun S. palustris

Uji Hasil Gambar Keterangan Ekstrak kental yang didapatkan dari proses
Flavonoid Positif Warna larutan ekstraksi kemudian dilakukan analisis kadar zat besi
kuning intens (Fe) dengan metode Atomic Absorption
dan warnanya Spectrophotometry (AAS). Penentuan kadar zat besi
akan hilang menggunakan metode ini dipilih dengan
apabila
ditambahkan
pertimbangan bahwa alat ini dapat mengukur kadar
asam encer. logam dalam jumlah yang sangat kecil dengan hasil
Kuning yang akurat. Metode ini didasarkan pada absorbsi
intensif pada cahaya oleh atom yang sama dengan elemen yang
kertas saring. ada di dalam lampu katoda, sehingga cahaya dari
lampu katoda akan terabsorbsi. Tingkat absorbsinya
Tanin Negatif Ada endapan tergantung pada jumlah konsentrasi atom yang
terdapat dalam larutan sehingga hasil yang diperoleh
dibandingkan dengan larutan standar yang telah
diketahui konsentrasinya. Dari hasil analisis dengan 2
kali proses replikasi diperoleh kadar zat besi pada
Alkaloid ekstrak daun S. palustris yakni sebesar 63,33 0,17.
Meyer Negatif Tidak ada
endapan 3.3. Jumlah Eritrosit
Perlakuan pengamatan jumlah eritrosit
dilakukan pada hari ke-25 untuk melihat perubahan
setelah pemberian ekstrak daun S. palustris. Eritrosit
berperan penting dalam menilai status kesehatan
Dragendroff Negatif Tidak ada karena perannya yang sangat besar dalam tubuh
endapan yakni mengangkut oksigen (O2) ke seleuruh tubuh
(Aisyah et al., 2013). Penelitian ini menggunakan
natrium nitrit sebagai penginduksi untuk membuat
suatu kondisi anemia pada hewan uji. Rata-rata hasil
Steroid & Negatif Tidak ada pengamatan jumlah eritrosit dapat dilihat pada tabel
Terpenoid cincin 2.
kecoklatan Tabel 2. Rata-rata jumlah eritrosit
atau violet Kelompok Jumlah eritrosit Mean SEM
Tidak ada Kontrol Normal 5,43 0,08
perubahan Kontrol Positif 5,93 0.33
warna hijau Kontrol Negatif 5,25 0,10
kebiruan Dosis 50 mg/KgBB 5,73 0,10
Fenolik Positif Terbentuk Dosis 100 mg/KgBB 5,85 0,03
warna Dosis 150 mg/KgBB 5,90 0,20
kehitaman
Jumlah eritrosit normal pada tikus putih adalah
6,6-9,0 x 106/ mm3 (Thrall, 2004). Jumlah eritrosit
pada setiap kelompok perlakuan menunjukkan nilai
Saponin Negatif Tidak yang lebih rendah jika dibandingkan dengan
terbentuk busa
kelompok normal. Hal ini disebabkan karena
pemberian induksi natrium nitrit yang menyebabkan
gangguan pada pembentukan sel darah merah dan
hemoglobin (Sambou et al., 2014). Hal tersebut
Antrakuinon Positif Terbentuk sudah sesuai jika dihubungkan dengan mekanisme
warna kuning agen penginduksi yang digunakan yakni NaNO2.
atau kuning Natrium nitrit saat masuk ke dalam tubuh
kecoklatan mempengaruhi eritrosit tetapi pada bagian yang
berfungsi mengikat O2 yakni hemoglobin. Adanya
reaksi antara NO dari natrium nitrit dengan
komponen eritrosit, yaitu hemoglobin membentuk
Berdasarkan tabel 1 diperoleh data bahwa daun nitrosohemoglobin yang mengakibatkan kompetisi
S. palustris mengandung beberapa senyawa yaitu pengikatan O2 oleh hemoglobin dengan NO dan
flavonoid, fenolik dan antrakuinon. methemoglobin yang tidak memiliki kemampuan
untuk mengikat O2 sehingga O2 yang terikat lebih
rendah (Widyastuti, 2013). Rendahnya O2 secara

2 Potensi, Peluang, dan Tantangan Pengelolaan Lingkungan Lahan Basah Secara Berkelanjutan
otomatis merangsang eritropoetin untuk dari protein globin yang berkombinasi dengan heme
melangsungkan eritropoesis sehingga terbentuk yang berfungsi sebagai alat transportasi O2 dan CO2
eritrosit, namun proses tersebut belum sempurna. (Widyawati, 2007). Rata-rata hasil pengamatan kadar
Eritropoesis yang tidak sempurna menghasilkan hemoglobin dapat dilihat pada tabel 3.
eritrosit yang tidak sempurna. Hal tersebut dapat
ditunjukkan dengan bentuk eritrosit yang tidak Tabel 3. Rata-rata Kadar Hemoglobin (Hb)
normal dan kadar hemoglobin yang rendah. Kelompok Kadar Hb Mean SEM
Pemberian ekstrak daun S. palustris dapat Kontrol Normal 14,43 0,27
meningkatkan jumlah eritrosit, namun tidak Kontrol Positif 15,38 0.39
menunjukkan perbedaan yang bermakna (p>0.05) Kontrol Negatif 13,35 0,13
Dosis 50 mg/KgBB 14,05 0,06
jika dibandingkan dengan kelompok normal.
Dosis 100 mg/KgBB 14,73 0,10
Sehingga dapat disimpulkan bahwa dosis daun S. Dosis 150 mg/KgBB 15,75 0,31
palustris yang digunakan belum mampu
meningkatkan jumlah eritrosit tikus putih anemia. Kadar hemoglobin normal pada tikus putih
Grafik pengamatan jumlah eritrosit pada tiap adalah 13,2-16,4 g/dL (Thrall, 2004). Dapat dilihat
kelompok dapat dilihat pada gambar 1. bahwa kadar hemoglobin hewan uji berada dalam
kondisi normal. Dalam proses pembentukan eritrosit
salah satu prekursor yang dibutuhkan adalah zat besi
(Fe). Oleh karena itu pada hewan uji yang diberi
ekstrak daun S. palustris mengalami peningkatan
jumlah eritrosit karena kandungan zat besi yang
berfungsi sebagai salah satu bahan pembentuk sel
darah merah.Grafik pengamatan kadar hemoglobin
pada tiap kelompok dapat dilihat pada Gambar 2.

Keterangan:
*Tidak terdapat perbedaan bermakna antar kelompok (P>0.05)

Gambar 1. Grafik pengamatan jumlah eritrosit pada


tiap kelompok perlakuan

Jumlah eritrosit dianalisis statistik dengan


analisis uji normalitas Saphiro-Wilk dan uji
homogenitas Variance Test. Dilihat dari semua
kelompok perlakuan terdapat 1 kelompok yang
memiliki nilai sig 0.05 sehingga data terdistribusi Keterangan:
* kelompok dosis berbeda bermakna dibandingkan dengan kontrol
tidak normal namun data homogen sehingga negatif (P<0.05)
dilanjutkan uji statistik non parametrik Kruskal- # kelompok dosis berbeda bermakna dibandingkan dengan kontrol
Wallis. Hasil analisis statistik dilakukan secara non positif (P<0.05)
parametrik dengan uji kruskal Wallis didapatkan nilai
sig > 0.05 yaitu sebesar 0.074 maka antar grup tidak Gambar 2. Pengamatan kadar hemoglobin pada tiap
terdapat varian data yang berbeda secara signifikan. kelompok perlakuan
Pemberian ekstrak daun S. palustris dosis 50 Kadar hemoglobin dianalisis statistik dengan
mg/KgBB, 100 mg/KgBB dan 150 mg/KgBB analisis uji normalitas Saphiro-Wilk dan uji
menyebabkan peningkatan jumlah eritrosit jika homogenitas Varience Test. Semua kelompok
dibandingkan dengan kelompok normal dan perlakuan menunjukkan data yang normal namun
kelompok negatif, namun tidak terdapat perbedaan tidak homogen sehingga dilanjutkan uji statistik non
yang signifikan setelah dilakukan analisis statistik. parametrik Kruskal-Wallis. Hasil analisis statistik
Hal ini merupakan salah satu kekurangan dari dilakukan secara non parametrik dengan uji kruskal
penelitian ini yaitu tidak dilakukannya pemeriksaan Wallis didapatkan nilai sig 0.05 yaitu sebesar 0.001
jumlah eritrosit normal pada hewan uji. Sehingga maka antar grup terdapat varian data yang berbeda
tidak terlihat keberhasilan dari proses induksi yang secara signifikan. Sehingga dilanjutkan dengan uji
diberikan. Mann Whitney untuk melihat perbedaan antar
kelompok uji. Kadar hemoglobin pada kelompok
dosis menunjukkan perbedaan bermakna dengan
3.4 Kadar Hemoglobin (Hb)
kontrol negatif dan kontrol positif.Kelompok dosis
50 mg/KgBB, 100 mg/KgBB, dan 150 mg/KgBB
Perlakuan pengamatan kadar hemoglobin
memiliki perbedaan bermakna dengan kelompok
dilakukan pada hari ke-25 untuk melihat perubahan
negatif. Perbedaan tersebut disebabkan karena
setelah pemberian ekstrak daun S. palustris.
pemberian daun S. palustris yang memiliki
Hemoglobin adalah komponen eritrosit yang terdiri

Seminar Nasional 2016 Lahan Basah ULM 5


kandungan zat besi (Fe) sehingga dapat disebabkan karena ketidakstabilan membran eritrosit
meningkatkan kadar hemoglobin. Hal ini juga karena pengaruh pemberian natrium nitrit, sehingga
dipertegas dengan adanya pemeriksaan kadar zat besi menyebabkan hemolisis membran eritrosit.
dalam ekstrak daun S. palustris. Sedangkan pada kelompok positif dan kelompok
Penelitian sebelumnya juga menyatakan bahwa dosis ekstrak S. palustris 150 mg/KgBB masih
dalam ekstrak daun S. palustris mengandung terdapat perubahan bentuk eritrosit namun lebih
senyawa yang dapat meningkatkan kadar hemoglobin sedikit jika dibandingkan dengan kelompok negatif,
dalam darah antara lain zat besi (Fe), vitamin C, kelompok dosis ekstrak S. palustris 50 mg/KgBB dan
vitamin A, tembaga dan fosfor (Maharani et al., kelompok dosis ekstrak S. palustris 100 mg/KgBB.
2006). Proses pembentukan dan pematangan sel Hal ini menunjukkan bahwa pemberian ferro sulfat
darah merah terjadi di dalam sum-sum tulang dan ekstrak S. palustris dosis 150 mg/KgBB belum
belakang, proses ini memerlukan banyak prekursor efektif menstabilkan bentuk eritrosit. Ketidakstabilan
diantaranya yaitu zat besi (Fe) (Sembiring et al., bentuk eritrosit ini disebabkan karena pemberian
2013). Besi (heme) bergabung dengan protein natrium nitrit yang ditunjukkan dengan terbentuknya
(globin) membentuk hemoglobin yaitu senyawa yang sel-sel eritrosit yang tidak normal.
mengandung besi pada sel darah merah, dengan Dengan demikian berdasarkan hasil pengamatan
demikian besi mentransport oksigen ke semua sel dan dari Gambar 6 (d), (e) dan (f) terlihat bahwa dengan
jaringan tubuh (Indrawati et al., 2013). pemberian ekstrak S. palustris pada hewan uji paska
pemaparan natrium nitrit mengalami sedikit
3.5 Bentuk Eritrosit perbaikan pada bentuk eritrosit. Hal tersebut
Pengamatan bentuk eritrosit dilakukan pada hari ditunjukkan oleh kelompok dosis ekstrak S. palustris
ke-25 setelah perlakuan. Gambaran bentuk eritrosit 150 mg/KgBB yang mempunyai kelainan bentuk
merupakan salah satu indikator dari berbagai eritrosit paling sedikit. Hal ini berarti bahwa
perubahan patologis dalam tubuh. Bentuk eritrosit perbaikan bentuk eritrosit oleh pemberian ekstrak S.
normal mamalia adalah tidak memiliki inti, dari atas palustris meningkat seiring dengan meningkatnya
terlihat bulat, akan tetapi dari samping berbentuk variasi dosis. Namun, perbaikan yang dihasilkan
cakram bikonkaf, sehingga bagian tengah akan belum mendekati normal. Hal ini mungkin
terlihat lebih cerah (Hidayat, 2006). Pada beberapa disebabkan dosis ekstrak S. palustris yang diberikan
penyakit tertentu dapat ditemukan eritrosit yang belum mampu mengembalikan fungsi normal sel
berubah salah satunya pada penyakit anemia. Setelah sehinnga struktur belum dapat kembali pada keadaan
dilakukan pengamatan bentuk eritrosit pada hari ke- normal.
25 ditemukan perubahan bentuk eritrosit pada Perbaikan bentuk eritrosit yang terjadi
beberapa kelompok. Perubahan bentuk itu antara lain disebabkan karena senyawa yang terkandung dalam
adalah eritrosit hipokrom (menurunnya hemoglobin), daun S. palustris yakni senyawa zat besi (Fe).
poikilositosis (bentuk bervariasi), eritrosit bentuk Senyawa ini merupakan prekursor penting dalam
oval, bentuk sabit (sickle cell) dan eritrosit bentuk pembentukan hemoglobin dan sel darah merah. Zat
topi. Hasil pengamatan bentuk eritrosit pada setiap besi akan berikatan dengan protein (globin)
kelompok dapat dilihat pada tabel 4. kemudian membentuk molekul hemoglobin
Hasil pengamatan bentuk eritrosit pada (Indrawati et al., 2013). Pembentukan hemoglobin
kelompok normal menunjukkan bentuk sel yang tersebut juga berpengaruh terhadap perbaikan bentuk
sesuai dengan bentuk normalnya yakni cakram eritrosit. Berdasarkan pengamatan apusan darah yang
bikonkaf yang memiliki inti. Dari hasil pengamatan dilakukan dapat dilihat proses perbaikan yang terjadi
juga ditemukan warna merah yang sangat pekat. Hal pada inti ertitrosit. Oleh karena itu kandungan zat
ini disebabkan karena penyusun eritrosit yakni besi pada daun S. palustris mampu meningkatkan
hemoglobin. Hemoglobin (Hb) merupakan pigmen kadar hemoglobin dan memperbaiki bentuk eritrosit.
eritrosit yang memberikan warna merah pada
eritrosit. Hemoglobin terdiri dari 2 molekul yaitu
molekul protein globin dan molekul heme. Molekul
heme inilah yang umumnya memberikan warna
merah pada eritrosit. Pada molekul heme tersebut
mengandung suatu atom besi, maka dari itu zat besi
dapat digunakan untuk sintesis hemoglobin
(Sembiring et al., 2013).
Pada kelompok negatif, kelompok dosis 50
mg/KgBB dan kelompok dosis 100 mg/KgBB
terdapat beberapa perubahan bentuk eritrosit antara
lain eritrosit hipokrom (menurunnya hemoglobin),
poikilositosis (bentuk bervariasi), eritrosit bentuk
oval dan eritrosit bentuk sabit (sickle cell).
Perubahan bentuk eritrosit yang terjadi dapat

2 Potensi, Peluang, dan Tantangan Pengelolaan Lingkungan Lahan Basah Secara Berkelanjutan
Tabel 4. Hasil pengamatan bentuk eritrosit 4. SIMPULAN

Kelompok Gambar Eritrosit Berdasarkan penelitian ini dapat disimpulkan:


1. Ekstrak daun S. palustris tidak berpengaruh
Normal terhadap peningkatan jumlah eritrosit namun
dapat memperbaiki bentuk eritrosit tikus
putih anemia.
2. Ekstrak daun S. palustris berpengaruh
terhadap peningkatan kadar hemoglobin
tikus putih anemia.
5. DAFTAR PUSTAKA
Adenan & E. Suhartono. 2010. Stenochlaena
palustris Aqueous Extract Reduces Hepatic
Positif
Peroxidative Stress in Marmota Caligata
with Induced Fever. Universa Miedicina. 2:
123-128.
Aisyah, R., S. Listyawati, & T. Widiyani. 2003.
Efek Pemberian Natrium Siklamat Secara
Oral terhadap Karakteristik Hematologis
Tikus Putih (Rattus Norvegicus L.).
Biosmart. 5: 124-130.
Faskalia & M.A. Wibowo. 2014. Skrining
Fitokimia, Uji Aktivitas, Antioksidan dan
Negatif
Uji Sitotoksik Ekstrak Metanol pada Akar
dan Kulit Batang Soma (Plolarium
alternifolium). JKK.3: 1-6.
Gandasoebrata, R. 2004. Penuntun
Laboratorium Klinik. Dian Rakyat. Jakarta.
Hidayat, E. 2006. Gambaran Eritrosit Domba
Lokal (Ovies aries) yang diberi Ransum
Bertimbal (Pb) dan Peredamnya. Fakultas
Kedokteran Hewan, Institut Pertanian,
Ekstrak dosis Bogor.
50 mg/kgBB
Ho, R., T. Teai, J.-P. Bianchini, R. Lafont, and
P. Rahariveloma-nana. 2010. Ferns: From
traditional uses to pharmaceutical
development, chemical identification of
active principles. In H. Fernndez, M.A.
Revilla, and A. Kumar (eds.), Working with
ferns: Issues and applications. Springer,
New York, pp. 321-346.
Ekstrak dosis
Indrawati, V., I. N. Suartha, A. A. S. Kendran,
100 mg/kgBB
& I. G. N. Sudisma. 2013. Gambaran Total
Eritrosit, Hemoglobin, dan Packed Cell
Volume Tikus Putih Jantan Selama
Pemberian Ekstrak Pegagan. Buletin
Veteriner Udayana. 5: 23-29.
Kristanti, A.V., N.S. Aminah, M. Tanjung, & B.
Kurniadi. 2008. Buku Ajar Fitokimia.
Laboratorium Kimia Organik Fakultas
Ekstrak dosis
150 mg/kgBB Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Airlangga. Airlangga University
Press, Surabaya.
Kusumawardani, E. 2010. Waspada Penyakit
Darah Mengintai Anda. Hanggar Kreator.
Yogyakarta.
Li, R.. H., P.G. Guo., B. Michael., G. Stefania
& C. Salvatore. 2006. Evaluation of
Chlorophyll Content and Fluorescence
Parameters as Indicators of Drought

Seminar Nasional 2016 Lahan Basah ULM 7


Tolerance in Barley. Agricultural Sciences Suhartono, E., M. Bakhriansyah & R.
in China.5 (10): 751-757. Handayani. 2010. Efek Ekstrak
Maharani, D. M., S. N. Haidah, & Hainiyah. Stenochlaena palustris terhadap Jumlah
2006. Studi Potensi Kalakai (Stenochlaena Circulating Endothelial Cells Marmota
palustris (Burm.F) Bedd) sebagai Pangan caligata Setelah Didemamkan. Majalah
Fungsional. Kumpulan Makalah PIMNAS Farmasi Indonesia. 21: 166-170.
XIX. Malang. Susanti, P. D., R. S. Wahyuningtyas, & A.
Marzuki, A., Y. Fujaya, M. Rusydi, & Haslina. Ardhana. 2015. Pemanfaatan Gulma Lahan
2013. Analisis Kandungan Kalsium (Ca) Gambut sebagai Bahan Baku Bio-Briket.
dan Besi (Fe) pada Kepiting Bakau (Scylla Jurnal Penelitian Hasil Hutan. 33: 35-46.
olivacea) Cangkang Keras dan Cangkang Thrall, M. A. 2004. Veterinary Hematology and
Lunak dengan Metode Spektrofotometri Clinical Chemistry. Lippincott Williams &
Serapan Atom. Majalah Farmasi dan Wilkins. USA.
Farmkologi. 17: 31-34. Tiwari, P., B. Kumar, M. Kaur, G. Kaur, & H.
Masrizal. 2007. Anemia Defisiensi Besi. Jurnal Kaur. 2011. Phytochemical Screening and
Kesehatan Masyarakat. 2:140-145. Extraction: A Review. Internationale
Mulyani, S & T. Laksana. 2011. Analisis Pharmaceutica Sciencia. 1: 98-106.
Flavonoid dan Tanin Dengan Metode Widyastuti, D. A. 2013. Profil Darah Tikus
Mikroskopi-Mikrokimiawi. Majalah Obat Putih Wistar pada Kondisi Subkronis
Tradisional. 16 (3): 109-114. Pemberian Natrium Nitrit. Jurnal Sain
Munawaroh, S. 2009. Pengaruh Ekstrak Veteriner. 31: 201-215.
Kelopak Rosela (Hibiscus sabdariffa) Widyawati, W. 2007. Efek Ekstrak Daun
terhadap Peningkatan Jumlah Eritrosit dan Sambung Nyawa (Gynura procumbens
Kadar Hemoglobin (Hb) dalam Darah Tikus (Lour) Merr.) Terhadap Kadar Metil
Putih (Rattus norvegicus) Anemia. Skripsi Merkuri Darah dan Karakteristik Eritrosit
Jurusan Biologi, Fakultas Sains dan Tikus Putih (Rattus norvegicus L.) Paska
Teknologi, Universitas Islam Negeri (UIN) Pemaparan Metil Merkuri Klorida. Jurusan
Maulana Malik Ibrahim, Malang. Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu
Nursucihta, S., H. A. Thaiin, D. M. Putri, D. N. Pengetahuan Alam, Universitas Sebelas
Utami, & A. P. Ghani. 2014. Uji Aktivitas Maret, Surakarta.
Antianemia Ekstrak Etanolik Biji Parkia
speciosa Hassk. Traditional Medicine
Journal. 19: 49-54.
Robertino, I., S.K. Widyastuti, & N.L.E.
Setiasih. 2015. Skrining Fitokimia Ekstrak
Etanol Kulit Batang Kelor (Monringa
oleifera). Indonesia Medicus Veterinus.4:
71-79.
Robinson, T. 1995. Kandungan Organik
Tumbuhan Tinggi. ITB. Bandung.
Salamah, N & L. Farahana. 2014. Uji Aktivitas
Antioksidan Ekstrak Etanol Herba Pegagan
(Centella asiatica (L.) Urb) dengan Metode
Fosfomolibdat. Pharmaciana. 4(1): 23-30.
Sambou, C. N., P. V. Y. Yamlean, & W. A.
Lolo. 2014. Uji Efektivitas Jus Buah Jambu
Biji Merah (Psidium guajava Linn.)
terhadap Kadar Hemoglobin (Hb) Darah
Tikus Putih Jantan Galur Wistar (Rattus
norvergicus L.). Pharmacon Jurnal Ilmiah
Farmasi. 3: 220-224.
Sembiring, A., M. Tanjung, & E. Sabri. 2013.
Pengaruh Ekstrak Segar Daun Rosela
(Hibiscus sabdariffa L.) terhadap Jumlah
Eritrosit dan Kadar Hemoglobin Mencit
Jantan (Mus musculus L.) Anemia Strain
DDW Melalui Induksi Natrium Nitrit
(NaNO2). Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Universitas Sumatera
Utara, Medan.

2 Potensi, Peluang, dan Tantangan Pengelolaan Lingkungan Lahan Basah Secara Berkelanjutan

View publication stats

Das könnte Ihnen auch gefallen