Sie sind auf Seite 1von 8

BAB II

KONSEP DASAR

A. Pengertian
Tuberculosis merupakan infeksi akut atau kronis yang disebabkan oleh mycobacterium
tuberculois, dan ditandai dengan infiltrasi pulmoner, pembentukan granuloma disertai
caseation (proses pengeringan dan pembentukan subtansi mirip kasein), fibrasis dan
kavitasi (Williams & Wilkins, 2011)
Tuberkulosis adalah suatu penyakit menular yang paling sering mengenahi parenkim
paru,biasanya disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. TB dapat
menyebar hampir kesetiap bagian tubuh, termasuk meninges, ginjal, tulang, dan nodus
limfe. (Smeltzer, 2016)
B. ETIOLOGI
Paparan M. Tuberculosis yang ditularkan oleh doplet muclet. Faktor resiko pengaktifan
kembali: AIDS, gastrektomi, penyakit hodgkin, leukemia, slilikosis, pengobatan
dengan kostikosteroid atau immunosupresan, diabetes meitus yg tidak terkontrol
(Williams & Wilkins, 2011)
Faktor resiko
1. Kontak dengan orang yang yang menderita TB aktif
2. Status gangguan imun (misal lansia, kanker, terapikortikosteroid, dan HIV)
3. Penggunaan obat injeksi dan alkholisme
4. Masyarakat yang kurang mendapat layanan kesehatan yang memadai
5. Kondisi medis yang sudah ada, termasuk diabetes, gagal ginjal kronis, silikosis, dan
malnutrisi
6. Imigran dari negara dengan insiden TB yang tinggi (misal asia tenggara)
7. Tinggal dilingkungan padat penduduk dan dibawah standar
8. Pekerjaan tenaga kesehatan, (terutama yg beraktivitas dilingkungan yg resiko
tinggi)
(Smeltzer, 2016)
C. Patofisiologi
Individu rentan yang menghirup basil tuberculosis dan terinfeksi. Bakteri
dipindahkan melalui jalan nafas ke alveoli untuk memperbanyak diri, basil juga
dipindahkan melalui system limfe dan pembuluh darah ke area paru lain dan bagian
tubuh lainnya. System imun tubuh berespon dengan melakukan reaksi inflamasi.
Fagosit menelan banyak bakteri, limfosit specific tuberculosis melisis basil dan
jaringan normal, sehingga mengakibatkan penumpukkan eksudat dalam alveoli dan
menyebabkan bronkopnemonia.
Massa jaringan paru/granuloma (gumpalan basil yang masih hidup dan yang
sudah mati) dikelilingi makrofag membentuk dinding protektif. Granuloma diubah
menjadi massa jaringan fibrosa, yang bagian sentralnya disebut komplek Ghon. Bahan
(bakteri dan makrofag) menjadi nekrotik, membentuk massa seperti keju. Massa ini
dapat mengalami kalsifikasi, memebentuk skar kolagenosa. Bakteri menjadi dorman,
tanpa perkembangan penyakit aktif. Individu dapat mengalami penyakit aktif karena
gangguan atau respon inadekuat system imun, maupun karena infeksi ulang dan
aktivasi bakteri dorman. Dalam kasus ini tuberkel ghon memecah, melepaskan bahan
seperti keju ke bronki. Bakteri kemudian menyebar di udara, mengakibatkan
penyebaran lebih lanjut. Paru yang terinfeksi menjadi lebih membengkak
mengakibatkan bronkopnemonia lebih lanjut.
D. Tanda dan gejala
1. Anoreksia
2. Letih
3. Demam tingkat rendah
4. Berkeringat dimalam hari
5. Lemah
6. Berat badan turun (Williams & Wilkins, 2011)
7. Batuk nonproduktif yang dapat berlanjut menjadi sputum mukopurulen dengan
hemoptisis (Smeltzer, 2016)

Saat pengaktifan kembali

1. Nyeri dada
2. Batuk yang menghasilkan sputum mukopurulen
3. Bunyi dedas krepitasi, bunyi nafas bronkial, bunyi menciut, dan factoriloquy
(peningkatan resonasi) berbisik sat dilakukan auskultasi
4. Bunyi pendek dan lemah diarea yang diserang yang mengindikasikan konsolidasi
atau cairan pleural (saat dilakukan perkusi dada)
5. Hemoptisis (kadang-kadang)
(Williams & Wilkins, 2011)
E. Uji diagnostik
1. Sinar x dada, uji kulit tuberkulin,, dan pulasan (smear) dan kultur sputum
memastikan adanya M tuberkulin
2. Sinar x dada menunjukkan nodula lesi, infiltrasi terpekak (terutama dilobus atas),
pembentukan rongga, jaringan parut, dan endapan kalsium. Akan tetapi uji ini tidak
bisamembedakan TB yang aktif dan yang tidak
3. Bronkoskopi bisa dilakukan jika pasien tidak bisa menghasilkan spesimen sputum
yang mencukupi.
(Williams & Wilkins, 2011)
Pengkajian diagnostik
1. Uji kulit TB
2. Foto rongent dada
3. Apusan basilus tahan asam
4. Kultur sputum
F. Penatalkasanaan
1. Medis: TB paru ditangani d engan agens ruberkulosis selama 6 samapi 12 bulan.
Durasi terapi yang lama penting untuk memastikan bahwa organisme telah
diberantas dan mencegah relaps
2. Farmakologi
a. Medikasi dini pertama: isoniazid atau INH (Nydrazid), rifampin (rifadin),
pirazinamid, dan etambutol (Myambutol) setiap hari selama 8 minggu dan
berlanjut sampai dengan 4-7 bulan
b. Medikasi lini kedua: kapreomisin (capastat), etinamid (trecator)natrium para
aminosalisilat, dan sikloserin (seromycin)
c. Vitamin B (piridoksin) bisaanya diberikan bersama INH.

(Smeltzer, 2016)

1. KONSEP KEPERAWATAN

a. Pengkajian
1. Aktifitas/istirahat
Kelelahan umum dan kelemahan, nafas pendek, sulit tidur atau demam pada malam
hari, menggigil, berkeringat. Takikardia, takipnea/dispnea, kelelahan otot, nyeri,
sesak(tahap lanjut).
2. Integritas ego
Stress lama, perasaan tidak berdaya/ tidak ada harapan. Menyangkal (pada tahap dini),
ansietas, ketakutan.
3. Makanan/cairan
Kehilangan nafsu makan, tidak dapat mencerna, penurunan berat badan. Turgor kulit
buruk, kulit kering/bersisik, kehilangan lemak sub kutan.
4. Nyeri/kenyamanan
Nyeri dada karena batuk berulang. Perilaku distraksi, berhati-hati pada area sakit,
gelisah.
5. Pernafasan
Batuk (produktif/tidak produktif), nafas pendek. Peningkatan frekuensi pernafasan,
pengembangan paru tidak simetri, perkusi paru pekak dan penurunan fremitus, deviasi
tracheal.
6. Keamanan
Adanya kondisi penekanan imun, demam rendah atau sakit panas akut.
7. Interaksi social
Perasaan isolasi/penolakan, perubahan peran.
b. Patways keperawatan
Udara tercemar dihirup individu rentan kurang informasi
Mycobacterium
tuberculosis masuk paru
Kurang pengetahuan

menempel alveoli

reaksi inflamasi/peradangan

penumpukkan eksudat dalam alveoli

tuberkel produksi secret berlebih

meluas mengalami perkejuan secret sukar dikeluarkan dibatukkan/bersin

penyebaran kalsifikasi Tidak efektif pembersihan terhirup orang lain


jalan nafas
hematogen

limfogen mengganggu perfusi & difusi O2


Resti transmisi
infeksi
peritoneum
Kerusakan
pertukaran gas

asam lambung ↑

mual, anoreksia

Perubahan nutrisi kurang


dari kebutuhan

c. Diagnosa keperawatan
1. Resiko tinggi penyebaran infeksi pada diri sendiri maupun orang lain b.d
virulensi kuman, pertahanan primer tidak adekuat, kurang pengetahuan untuk
menghindari pemajanan pathogen.
2. Tidak efektifnya pembersihan jalan nafas b.d secret kental, upaya batuk
buruk.
3. Resiko kerusakan pertukaran gas b.d kerusakan membrane alveolar kapiler,
penurunan permukaan efektif paru.
4. Perubahan nurisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia.
5. Hiperthermia b.d proses peradangan.
6. Kurang pengetahuan mengenai kondisi, aturan tindakan dan pencegahan
penyakit b.d kurang/tidak lengkap informasi yang ada.
d. Intervensi dan rasional
1. Resiko tinggi penyebaran infeksi pada diri sendiri maupun orang lain b.d
virulensi kuman, pertahanan primer tidak adekuat, kurang pengetahuan untuk
menghindari pemajanan pathogen.
Tujuan : klien dapat mengidentifikasi tindakan untuk mencegah/menurunkan
resiko infeksi.
Kriteria hasil : klien menunjukkan perubahan pola hidup untuk meningkatkan
lingkungan yang aman.
Intervensi :

a. Kaji patologi penyakit dan potensial penyebaran infekasi melalui


droplet
b. Identifikasi orag lain yang beresiko (anggota keluarga/teman)
c. Anjurkan klien untuk batuk / bersin pada tisu dan menghindari
meludah
d. Lakukan tindakan isolasi sebagai pencegahan
e. Pertahankan teknik aseptic saat melakukan tindakan perawatan
f. Kaji adanya tanda-tanda klinis proses infeksi
g. Identifikasi adanya factor resiko terjadinya infeksi ulang
h. Beritahu klien dan keluarga tentang pentingnya pengobatan yang
tuntas
i. Kolaborasi pemberian obat anti tuberculosis
2. Tidak efektifnya pembersihan jalan nafas b.d secret kental, upaya batuk
buruk.
Tujuan : mempertahankan jalan nafas adekuat
Kriteria hasil : klien dapat mengeluarkan secret tanpa bantuan, menunjukkan
perilaku memperbaiki bersihan jalan nafas
Intervensi :
a. Kaji fungsi pernafasan, bunyi nafas, kecepatan irama, kedalaman,
penggunaan otot aksesori
b. Kaji kemempuan klien untuk mengeluarkan sputum/batuk efektif
c. Berikan posissi semi atau fowler tinggi
d. Bantu klien untuk latihan nafas dalam dan batuk efektif
e. Bersihkan secret dari mulut/trachea, lakukan penghisapan jika perlu
f. Pertahankan asupan cairan 2500 ml per hari
g. Kolaborasi pemberian obat agen mukolitik, bronkodilator
3. Resiko kerusakan pertukaran gas b.d kerusakan membrane alveolar kapiler,
penurunan permukaan efektif paru.
Tujuan : klien tidak menunjukkan gejala distress pernafasan
Kriteria hasil : rentang AGD dalam batas normal, tidak ada dispnea
Intervensi :
a. Kaji dispnea, takipnea, peningkatan upaya bernafas, terbatasnya ekspansi
dada dan kelemahan
b. Evaluasi perubahan tingkat kesadaran, catat sianosis, perubahan warna
kulit
c. Tingkatkan tirah baring/batasi aktifitas, bantu ADL
d. Kolaborasi pemberian oksigen dan pengawasan AGD
4. Perubahan nurisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia.
Tujuan : klien bebas dari tanda malnutrisi
Kriteria hasil : BB naik,
Intervensi :
a. Kaji status nutrisi, turgor kulit, integritas mukosa oral, berat badan dan
kekurangan BB, kemampuan menelan, riwayat mual, muntah, diare
b. Pastikan pola diet yang disukai atau tidak disukai klien
c. Berikan diit tinggi protein dan karbohidrat dalam porsi kecil tetapi sering
d. Awasi masukan/pengeluaran dan perubahan BB secara periodik
e. Berikan perawatan mulut setiap hari
f. Dorong orang terdekat untuk membawa makanan kesukaan klien, kecuali
kontraindikasi
g. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan komposisi diet
5. Hiperthermia b.d proses peradangan.
Tujuan : mempertahankan suhu tubuh normal
Intervensi :
a. Pantau suhu tubuh klien, perhatikan menggigil/diaforesis
b. Pantau suhu lingkungan dan ventilasi
c. Batasi penggunan pakaian atau linen tebal
d. Berikan kompres hangat, hindari penggunaan alcohol
e. Anjurkan untuk mempertahankan masukan cairan adekuat untuk
mencegah dehidrasi
f. Kolaborasi pemberian antipiretik
6. Kurang pengetahuan mengenai kondisi, aturan tindakan dan pencegahan
penyakit b.d kurang/tidak lengkap informasi yang ada.
Tujuan : klien memahami proses penyakit dan kebutuhan pengobatan
Kriteria hasil : klien melakukan perubahan pola hidup untuk memperbaiki
kesehatan
Intervensi :
a. Kaji kemampuan klien untuk belajar, tingkat partisipasi
b. Identifikasi gejala yang harus dilaporkan klien ke perawat (hemoptisis,
nyeri dada, demam, sulit bernafas)
c. Berikan instruksi dan informasi tertulis khusus untuk klien (jadwal obat)
d. Jelaskan dosis obat, frekuensi pemberian, efek samping dan alasan
pengobatan lama
e. Anjurkan klien untuk tidak merokok dan minum alcohol
f. Berikan inforamasi mengenai proses penyakit, prognosis, cara
pencegahan dan penularan

Das könnte Ihnen auch gefallen

  • Bab Vi Ebn TB
    Bab Vi Ebn TB
    Dokument3 Seiten
    Bab Vi Ebn TB
    Anonymous xfBKTQf
    Noch keine Bewertungen
  • Bab Iii Ebn TB
    Bab Iii Ebn TB
    Dokument19 Seiten
    Bab Iii Ebn TB
    Anonymous xfBKTQf
    Noch keine Bewertungen
  • Bab I Ebn TB
    Bab I Ebn TB
    Dokument4 Seiten
    Bab I Ebn TB
    Anonymous xfBKTQf
    Noch keine Bewertungen
  • EBN DM
    EBN DM
    Dokument14 Seiten
    EBN DM
    Anonymous xfBKTQf
    Noch keine Bewertungen
  • EBN DM
    EBN DM
    Dokument14 Seiten
    EBN DM
    Anonymous xfBKTQf
    Noch keine Bewertungen