Sie sind auf Seite 1von 5

Artikel Asli

DRUG HYPERSENSITIVITY SYNDROME (DHS)


DI RSUP DR SARDJITO
Sa'adatul Huriyah, Ika Fatimah Damayanti, Aprilina Dwi Sulistyowati,
Fajar Waskito, Hardyanto Soebono

Bagian/SMF Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin


FK Universitas Gadjah Mada, RSUP Dr Sardjito Yogyakarta

ABSTRAK
Drug hypersensitivity syndrome (DHS) merupakan reaksi obat berat, idiosinkratik, ditandai
dengan demam, ruam, kegagalan multiorgan, dapat berakibat fatal.
Laporan ini bertujuan mengidentifikasi karakteristik klinis dan laboratoris kasus DHS serta
kemungkinan obat penyebab.
Subyek adalah pasien rawat inap kasus DHS di RSUP dr Sardjito periode 2007 - 2011, yang
memenuhi kriteria diagnosis RegisCar atau kriteria Japanese consensus group. Data yang diambil
meliputi umur, jenis kelamin, gejala klinis, hasil pemeriksaan laboratorium, dan jenis obat yang
dicurigai.
Dilaporkan 18 kasus DHS (8 perempuan dan 10 laki-laki), usia 16 - 68 tahun. Gambaran
klinis subyek berupa demam (94,44%), limfadenopati (38,89%), gangguan hati (50%), lesi kulit
[makulopapular/plak eritematosa (88,89%), purpura (33,33%), edema (16,67%), deskuamasi
(66,67%)], dan kelainan mukosa (72,22%). Pemeriksaan laboratorium didapatkan leukositosis
(72,22%), eosinofilia (61,11%), peningkatan enzim hati (94,44%), penurunan protein total
(61,11%), penurunan albumin (83,33%), hiponatremia (66,67%), dan abnormalitas urinalisis
rutin (22,22%). Obat penyebab yang dicurigai antara lain sefadroksil, parasetamol, amoksisilin,
metampiron, asam mefenamat, natrium diklofenak, diazepam, dan fenitoin.
Kelompok obat terbanyak sebagai penyebab adalah NSAID, antibiotik dan antikonvulsan.
Pasien memiliki manifestasi klinis dan laboratoris yang bervariasi.(MDVI 2014; 41/1:14 - 18)

Kata kunci: drug hypersensitivity syndrome, karakteristik klinis dan laboratoris, obat penyebab

ABSTRACT
Drug hypersensitivity syndrome (DHS) is a severe drug reaction, idiosyncratic, characterized
by fever, rash, multiorgan failure, which can be fatal.
To identify the clinical and laboratory characteristics of DHS with the suspected drug, a study
was done.
The subjects are DHS inpatients and outpatients dr Sardjito hospital within 2007 - 2011,
fulfilling the RegisCar or Japanese consensus group criteria. It was a retrospective descriptive
study by collecting data such as patient age, sex, clinical symptoms, laboratory results, and the
suspected drugs.
Reported 18 cases (8 women and 10 men) between 16-68 years old. The clinical features:
fever (94,44%), lymphadenopathy (38,89%), liver disorders (50%), skin lesions [maculopapular
/ erythematous plaques (88,89%), purpura (33,33%), swelling (16,67%), desquamation (66,67%)],
mucosal abnormalities (72,22%). Laboratory results leukocytosis (72,22%), eosinophilia (61,11),
elevated liver enzymes (94,44%), decreased total protein (61,11%), hypoalbuminemia (83,33%),
hyponatremia (66,67%), and routine urinalysis abnormalities (22,22%). The suspected drugs
cephadroxyl, pa racetamol, amoxicillin, meth ampyron, mefenamic acid, dic lofenac sodium,
Korespondensi : diazepam, and phenytoin.
Gd. Radiopoetra Lt.3 The most common causal drugs were NSAIDs, antibiotics and anticonvulsants. Patients had
Jl. Farmako, Sekip, - Yogyakarta various clinical manifestations and laboratory results.(MDVI 2014; 41/1:14 - 18)
Telp. 027 4-560700
Email: huriyah1978@gmail.com Key words: drug hypersensitivity syndrome, clinical and laboratory characteristics, the causal
drug

14
S Huriyah, dkk. Drug hypersensitivity syndrome (DHS) di RSUP Dr. Sardjito

PENDAHULUAN obat yang diduga sebagai penyebab, gejala klinis, hasil


pemeriksaan laboratorium, terapi, dan perkembangan selama
Drug hypersensitivity syndrome (DHS), juga dikenal perawatan yang diambil pada saat ditegakkan diagnosis
dengan hypersensitivity syndrome reaction (HSR), drug- DHS.
induced hypersensivity syndrome (DIHS) maupun drug rash
with eosinophilia and systemic symptoms (DRESS) Kriteria Diagnosis
syndrome, merupakan reaksi obat berat, idiosinkratik,
ditandai dengan demam, ruam dan kegagalan multiorgan.1-3 Diagnosis DHS ditegakkan berdasarkan riwayat klinis
Sindrom tersebut jarang terjadi, memiliki awitan lambat,2,4 maupun pemeriksaan penunjang yang memenuhi kriteria
perjalanan penyakit yang lama2 dan dapat berakibat fatal.3 RegiSCAR atau kriteria Japanese consensus group yaitu
Insidens sindrom tersebut tidak diketahui dengan (1) Adanya erupsi makulopapular yang berkembang >3
pasti. Pada kasus yang berkaitan dengan penggunaan obat minggu setelah penggunaan obat tertentu (2) Gejala klinis
anti-epilepsi, insidens DHS dilaporkan sebanyak 1/1.000 - yang masih ada hingga 2 minggu setelah penghentian obat
1/10.000 paparan obat5,6 dan meningkat pada infeksi HIV.7 (3) Demam(>38oC) (4) Abnormalitas fungsi hepar ( Alanine
Patogenenesis DHS diduga melibatkan berbagai faktor Aminotransferase (ALT) >100U/L) (5) Abnormal leukosit
yang saling berinteraksi, meliputi pajanan obat, (minimal 1 kriteria : leukositosis >11x109/L, limfosit atipikal
ketidakmampuan detoksifikasi metabolit obat reaktif, >5% dan eosinofilia 1,5x109/L) (6) Limfadenopati (7)
predisposisi genetik, interaksi obat, predisposisi penyakit, Reaktivasi virus Human Herpesvirus (HHV6). Diagnosis
hipogamaglobulinemia transien, reaktivasi infeksi virus DHS terpenuhi jika minimal 5 kriteria ditemukan.
laten, respons imun terhadap metabolit obat, dan respons
imun terhadap reaktivasi virus.4,8-11 Obat penyebab DHS HASIL
tersering adalah obat anti-epilepsi (fenobarbital, fenitoin,
karbamazepin, lamotrigin), 5,12 antibiotik (sulfonamid, Selama periode 2007 - 2011 terdapat 18 kasus DHS yang
trimetoprim, minosiklin, metronidazol), alopurinol, azatioprin, dirawat di RSUP Dr. Sardjito dengan catatan medis lengkap.
nevirapin, dan abacavir.3,12 Data demografi kasus tersebut dapat dilihat pada tabel 1.
Sindrom tersebut memiliki spektrum klinis yang cukup
luas dan periode laten sehingga sering terlambat Tabel 1. Data demografik pasien DHS di RSUP Dr. Sardjito
didiagnosis. 4 Manifestasi klinis dapat terjadi setelah periode 2007-2011
pajanan obat penyebab yang pertama kali, muncul sekitar Parameter Jumlah pasien(%)
3 minggu setelah obat dikonsumsi, dalam literatur lain
Umur (rentang umur: 16 - 68 tahun)
disebutkan tentang rentang waktu 1 - 12 minggu setelah
paparan obat.13 Pada umumnya lesi kulit cukup jelas, dapat 0 - 18 tahun 4 (22,22)
berupa urtika, erupsi makulopapular (paling sering), 19 - 49 tahun 9 (50)
vesikel, bula, pustul, keilitis, purpura, lesi target, dan > 50 tahun 5 (27,78)
angioedema. 14 Edema wajah yang sering salah dikenali Jenis Kelamin
sebagai angioedema, merupakan gejala khas untuk Perempuan 8 (44,44)
sindrom ini. Selain erupsi kulit yang cukup jelas dan luas,
Laki-laki 10 (55,56)
morbiditas DHS ditandai dengan demam > 38 o C,
limfadenopati, abnormalitas hematologi, dan melibatkan
hati, ginjal, paru, dan jantung. Jumlah obat yang dicurigai sebagai penyebab DHS
Angka mortalitas akibat DHS berkisar 10% dan terdapat pada tabel 2.
sebagian besar meninggal karena kegagalan hati. Untuk
menegakkan DHS, terdapat beberapa kriteria diagnosis yang Tabel 2. Jumlah obat yang dicurigai sebagai penyebab DHS di
mudah diterapkan, antara lain kriteria RegiSCAR15 dan RSUP Dr. Sardjito periode 2007-2011
Japanese consensus group.16
Jumlah obat Frekuensi
Pada makalah ini akan dilaporkan berbagai manifestasi
klinis dan laboratoris pada pasien DHS yang dirawat di RSUP 1-3 11
Dr. Sardjito dari 2007 - 2011. 4-6 6
7-9 2
METODE TOTAL 18

Data diperoleh secara retrospektif dari rekam medis


RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta, periode 2007 - 2011. Dilakukan Jenis obat yang dicurigai sebagai penyebab DHS
pengambilan data yang meliputi umur, jenis kelamin, riwayat dapat dilihat pada tabel 3.

15
MDVI Vol. 41 No. 1 Tahun 2014; 14 - 18

Tabel 3. Jenis obat yang dicurigai sebagai penyebab DHS di Dilakukan pemeriksaan laboratorium yang terdiri atas
RSUP Dr. Sardjito periode 2007-2011 hematologi lengkap, tes fungsi hati, tes fungsi ginjal, gula
Nama obat Jumlah pasien yang mengkonsumsi obat (%) darah sewaktu, bilirubin, protein total dan albumin, elektrolit,
urinalisis, kultur darah, marker hepatitis, IgM dan IgG anti
Sefadroksil 11 (61,11)
Parasetamol 11 (61,11)
HSV1 dan HSV2, serta pemeriksaan penunjang lain yaitu
Amoksisilin 4 (22,2) elektrokardiogram (EKG) dan rontgen toraks terhadap pasien
Amitriptilin 3 (16,67) DHS tersebut. Hasil pemeriksaan penunjang terdapat pada
Asam mefenamat 3 (16,67) tabel 5.
Diazepam 3 (16,67)
Fenitoin 3 (16,67) Tabel 5. Karakteristik hasil pemeriksaan penunjang pada pasien
Metampiron 3 (16,67) DHS di RSUP Dr. Sardjito periode 2007-2011
Natrium diklofenak 3 (16,67) Hasil pemeriksaan penunjang Jumlah pasien (%)
Seftriakson 3 (16,67)
Furosemid 2 (11,11) Leukositosis 13 (72,22)
HP Pro 2 (11,11) Eosinofilia 11 (61,11)
Ketorolac 2 (11,11) Trombositopenia 3 (16,67)
Meloxicam 2 (11,11) Peningkatan enzim hati 17 (94,44)
Sefotaksim 2 (11,11) Peningkatan ureum/kreatinin 8 (44,44)
Asam traneksamat 1 (5,56) Penurunan protein total 11 (61,11)
Diltiazem 1 (5,56)
Penurunan kadar albumin 15 (83,33)
Karbamazepin 1 (5,56)
Hiponatremia 12 (66,67)
Metronidazol 1 (5,56)
Abnormalitas urinalisa rutin 4 (22,22)
Petidin 1 (5,56)
Piroxicam 1 (5,56) Marker hepatitis positif 3 (16,67)
Sefiksim 1 (5,56) Peningkatan bilirubin 4 (22,22)
Sodium divalproat 1 (5,56)
SNMC 1 (5,56)
Aspilet 1 (5,56) Beberapa abnormalitas urinalisis rutin yang ditemukan
Captopril 1 (5,56) berupa proteinuria, ketonuria, glukosuria, albuminuria,
ISDN 1 (5,56) peningkatan leukosit. Kelainan rontgen toraks yang
Lamivudin 1 (5,56) didapatkan berupa kardiomegali dan edema paru. Dari 17
Nevirapin 1 (5,56) pasien dengan peningkatan enzim hati didapatkan 3 pasien
Stavudin 1 (5,56) dengan marker hepatitis A positif.
Zidovudin 1 (5,56)
Tidak diketahui 2 (11,11)
PEMBAHASAN
Gambaran klinis pasien DHS tercantum pada tabel 4. Dari 18 pasien DHS di RSUP Dr. Sardjito periode 2007 -
Tabel 4. Gambaran klinis pasien DHS di RSUP Dr. Sardjito 2011, jumlah pasien laki-laki (55,56%) lebih banyak
periode 2007-2011 dibandingkan dengan pasien perempuan (44,44%). Hal
Parameter klinis Jumlah pasien (%) tersebut sesuai dengan penelitian di Korea yang
menyebutkan jumlah pasien laki-laki yang menderita DRESS
Demam > 38oC 17 (94,44)
Limfadenopati 7 (38,89)
syndrome sebanyak 63,6%,18 namun pada penelitian di
Gangguan hati 9 (50%) Perancis pasien DHS laki-laki dan perempuan diperoleh
Splenomegali 1 (5,56) jumlah sama,19 sedangkan pada penelitian lain menyebutkan
Lesi kulit: pasien perempuan lebih banyak dibandingkan laki-laki yaitu
- makulopapular/plak eritematosa 16 (88,89) sebesar 67%.12 Frekuensi rentang umur pasien terbanyak
- purpura 6 (33,33) meliputi remaja dan dewasa, hal tersebut sesuai dengan
- edema 3 (16,67) penelitian di Perancis dengan rentang umur 15 - 71 tahun12
- deskuamasi 12 (66,67)
dan penelitian Korea (15 - 72 tahun),18 sedangkan penelitian
Kelainan mukosa 13 (72,22)
lain di Perancis kasus DHS hanya mengenai usia dewasa.19
Obat yang diduga sebagai penyebab DHS pada laporan
Limfadenopati terdapat pada kelenjar getah bening ini terbanyak berturut-turut adalah kelompok obat
(KGB) inguinal saja pada 6 pasien, KGB inguinal dan aksila antiinflamasi non steroid (NSAID), antibiotik, antikonvulsan.
pada 1 pasien. Edema yang ditemukan terutama pada regio Beberapa penelitian DHS sebelumnya menyebutkan
wajah. Kelainan yang ditemukan berupa xerotic, fisura atau antikonvulsan merupakan obat tersering sebagai penyebab
erosi di bibir pada 13 pasien, 1 pasien disertai erosi di kelamin. DHS, misalnya karbamazepin, fenitoin, dan lamotrigin.2,12,18-20

16
S Huriyah, dkk. Drug hypersensitivity syndrome (DHS) di RSUP Dr. Sardjito

Namun obat lain misalnya diazepam dan sodium valproat pada 33% kasus DHS, mengenai KGB servikal dan inguinal,
juga telah dilaporkan berkaitan dengan reaksi dengan ukuran diameter lebih dari 1 cm.19 Pada penelitian
hipersensitivitas,21,22 bahkan penggunaan sodium valproat lain, limfadenopati dijumpai lebih banyak yaitu 75% pasien.2
dapat berakibat fatal.22 Beberapa antibiotik yang pernah Sklera ikterik ditemukan sebanyak 33,3%, diikuti asites dan
dilaporkan sebagai penyebab DHS antara lain minosiklin, hepatomegali sebesar 5,56%. Keadaan tersebut dapat
vankomisin, siprofloksasin, seftriakson, dapson, metisilin, berkaitan dengan kegagalan hati akut.31
eritromisin, dan kotrimoksazol.2,3,12,18,19,23 Sedangkan pada Kelainan hematologi (50%) dapat muncul sebagai
penelitian ini, antibiotik terbanyak yang dicurigai sebagai manifestasi toksik (trombositopenia, netropenia,
penyebab DHS adalah sefadroksil. Hasil survei mengenai agranulositosis, anemia hemolitik Coombs negatif) maupun
hipersensitivitas obat pada 432 pasien yang dilaporkan reaktif (anemia hemolitik Coombs positif, limfosit atipikal,
mengalami efek samping setelah konsumsi sefadroksil, 6 di eosinofilia).32,33 Pada penelitian ini ditemukan leukositosis,
antaranya mengalami gejala hipersensitif terhadap obat leukopenia, limfosit atipikal, limfopenia, eosinofilia,
tersebut yang muncul 1 - 16 bulan setelah pajanan obat, trombositopenia, dan anemia.
dengan rentang umur pasien 10 - 59 tahun, namun tidak Keterlibatan hati merupakan kelainan organ terbanyak
dilaporkan adanya manifestasi yang berat. 24 Pernah yang sering dijumpai pada DHS selain kelainan kulit.2,12,18,19
dilaporkan kejadian DRESS syndrome akibat sefadroksil yang Selain itu juga dapat mengenai organ ginjal,2,12,18,19 jantung,
dibuktikan dengan pemeriksaan patch test.25 Parasetamol bilier, paru-paru, otak, sendi, limpa dan pankreas.19 Pada
merupakan NSAID tersering yang dicurigai sebagai penelitian ini, keterlibatan hati ditandai dengan peningkatan
penyebab DHS pada penelitian ini. Reaksi hipersensitivitas enzim hati ditemukan pada 94,44% kasus, penurunan kadar
karena NSAID diklasifikasikan menjadi beberapa tipe dan albumin (83,33%) dan protein total (61,11%). Keterlibatan
DHS merupakan tipe non-immediate selective reaction. bilier juga mengenai 22,22% pasien. Keterlibatan ginjal
Parasetamol dilaporkan menyebabkan DRESS syndrome didapatkan pada 44,44% pasien ditandai dengan peningkatan
pada pasien yang sebelumnya mengalami DRESS oleh karena kadar ureum dan kreatinin darah, 4 pasien di antaranya
karbamazepin yang dibuktikan dengan pemeriksaan patch disertai dengan kelainan urinalisis rutin. Kerusakan ginjal
test.26 Penelitian DHS pada drug-induced liver injury (DILI), akibat DHS dilaporkan sebanyak 10%, hal tersebut
parasetamol juga mengakibatkan kematian pada DILI.27 diakibatkan karena terjadi acute interstitial nephritis dan
Kelompok NSAID lain yang dilaporkan sebagai penyebab pembentukan granuloma (granulomatous interstitial ne-
DHS tersering yaitu ibuprofen. 2,18 Obat lain misalnya phritis)33,34 Kenaikan kadar glukosa darah terjadi pada pasien
amitriptilin, diltiazem, captopril juga dapat menyebabkan yang sebelumnya tidak menderita diabetes melitus.
DHS.28-30 Pada tabel 2 ditampilkan jumlah obat yang dicurigai, Peningkatan kadar glukosa darah pernah dilaporkan pada
jumlah obat 1 - 3 dijumpai pada 11 pasien, 4 - 6 macam obat penelitian DHS di Korea 18 dan penelitian di Amerika
terdapat pada 5 pasien, dan 7 - 9 macam obat pada 2 pasien. melaporkan terjadinya penyakit tiroid dan diabetes setelah
Sehingga belum dapat ditetapkan jenis obat yang menjadi menderita DHS.3 Gangguan elektrolit ditemukan cukup
penyebab. Kekurangan pada penelitian ini adalah tidak banyak pada penelitian ini terutama hiponatremia (66,67%).
dilakukan patch test karena kondisi klinis dan follow-up Gangguan elektrolit juga pernah dilaporkan pada satu laporan
pasien. kasus DRESS dengan acute interstitial nephritis onset
Manifestasi klinis DHS muncul dengan awitan lambat, lambat berupa hipokalemia dan hipoklorida.35
yaitu 3 minggu setelah pajanan obat. Erupsi kulit yang timbul Pada penelitian ini terdapat 3 pasien dengan kelainan
biasanya dimulai dengan makula eritematosa, sedikit gatal, hasil EKG. Hal tersebut berkaitan dengan penyakit yang
kemudian akan meluas dan berkonfluens. Lesi kulit awalnya diderita pasien sebelumnya, yaitu pada pasien gagal jantung
muncul di daerah wajah, tubuh bagian atas dan ekstremitas kronis dan hipertensi. Kelainan rontgen toraks berupa 3 kasus
atas, kemudian diikuti ekstremitas bawah. Pada wajah dapat dengan kardiomegali dijumpai pada 1 pasien dengan gagal
dijumpai edema, konjungtivitis dan edema periorbita. Telapak jantung kronis, sedangkan 2 pasien tanpa riwayat hipertensi
tangan biasanya tidak terkena, namun dapat dijumpai lesi dan penyakit jantung sebelumnya, sedangkan edema paru
dalam jumlah sedikit. Demam muncul mendahului ruam kulit ditemukan pada 2 pasien.
dengan kisaran suhu 38 - 40oC dan dapat berlanjut walaupun
obat telah dihentikan.1 Pada penelitian ini, manifestasi kulit KESIMPULAN
terbanyak adalah lesi makulopapular/plak eritematosa
(88,89%). Kelainan mukosa bibir berupa xerotic dan fisura Telah dilakukan pengumpulan data dari 18 pasien DHS
ditemukan pada 72,22%, diikuti deskuamasi (66,67%). Demam di RSUP Dr. Sardjito yang terdiri atas 10 orang laki-laki dan 8
dikeluhkan pada semua pasien, namun pada saat pemeriksaan orang perempuan, dengan rentang umur 16 - 68 tahun.
peningkatan suhu > 38oC dijumpai pada 94,44% pasien. Kelompok obat terbanyak yang diduga sebagai penyebab
Limfadenopati inguinal dan aksila ditemukan sebanyak adalah NSAID, antibiotik dan antikonvulsan. Gambaran klinis
38,89%. Pada penelitian di Perancis, limfadenopati ditemukan dan laboratoris tiap pasien cukup bervariasi.

17
MDVI Vol. 41 No. 1 Tahun 2014; 14 - 18

DAFTAR PUSTAKA 17. Register Rawat Inap Bangsal Kulit dan Kelamin RSUP Dr.
Sardjito tahun 2007 - 2011.
1. Shear NH, Knowles SR, Shapiro L. Cutaneous reactions to 18. Jeung YJ, Lee JY, Oh MJ, Choi DC, Lee BJ. Comparison of
drug. Dalam: Wolff K, Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, the causes and clinical features of drug rash with eosinophilia
Paller AS, Leffell DJ, penyunting. Fitzpatrick's germatology and systemic symptom and steven-johnson syndrome. Allergy
in general medicine. Edisi ke-7. New York: The Mc Graw- Asthma Immunol Res. 2010; 2:123-6.
Hill Company; 2008.h.355-62. 19. Ben m'rad M, Leclerc-Mercier S, Blanche P, Franck N,
2. Muller P, Dubreil P, Mahe A, Lamaury I, Salzer B, Rozenberg F, Fulla Y, dkk. Drug-induced hypersensivity
Deloumeaux J, dkk. Drug hypersensitivity syndrome in west- syndrome, clinical and biologic disease pattern in 24 patients.
Indian population. Eur J Dermatol. 2003;13: 478-81. Medicine. 2009; 88:131-40.
3. Brown RJ, Rother KI, Artman H, Mercurio MG, Wang R, 20. Kano Y, Inaoka M, Shiohara T. Association between
Looney J, dkk. Minocycline-induced drug hypersensitivity anticonvulsant hypersensitivity syndrome and human herpes
syndrome followed by multiple autoimmune sequelae. Arch virus 6 reaction and hypogammaglobulinemia. Arch Dermatol.
Dermatol. 2009;145: 63-6. 2004;140:183-8.
4. Walsh SA, Creamer D. Drug reaction with eosinophilia and 21. Asero R. Hypersensivity to diazepam. Allergy. 2002;
systemic symptoms (DRESS): a clinical update and review 59:1209.
of current thinking. Clin Expert. 2009;145: 67-72. 22. Huang YL, Hong HS, Wang ZW, Kuo TT. Fatal sodium
5. Knowles SR, Shapiro LE, Shear NH. Anticonvulsant valproat-induced hypersensitivity syndrome with lichenoid
hypersensitivity síndrome: incidence prevention and dermatitis and fulminant hepatitis. J Am Acad Dermatol. 2003;
management. Drug Saf. 1999; 21: 489-501. 49: 316-9.
6. Vittorio CC, Muglia JJ. Anticonvulsant hypersensitivity 23. Kwon HS, Chang YS, Jeong YY, Lee SM, Song WJ, Kim HB,
syndrome. Arch Intern Med. 1995;155: 2285-90. dkk. A case of hypersensitivity syndrome to both vancomycin
7. Coopman SA, Johnson RA, Platt R, Stern RS. Cutaneous and teicoplanin. J Korean Med Sci. 2006; 21: 1108-10.
disease and drug reaction in HIV infection. N Engl J Med.1993; 24. Anonim. Drug hypersensitivity. Disitasi 1 Oktober 2011.
328:1670-4. Tersedia di: http://www.ehealthme.com/ds/cefadroxil/
8. Wong GAE, Shear NH. Is a drug alone sufficient to cause the hypersensitivity.
drug hypersensivity syndrome? Arch Dermatol. 2004; 226- 25. Suswardana, Hernanto M, Yudani BAD, Pudjiati SR,
30. Indrastuti N. DRESS syndrome from cefadroxil confirmed by
9. Sullivan JR, Shear NH. The drug hypersensitivity syndrome, positive patch test. Allergy. 2007; 62:1216-7.
what is the pathogenesis? Arch Dermatol. 2001;137: 357-64. 26. Gaig P, Garcia-Ortega P, Baltasar M, Bartra J. Drug
10. Oskay T, Karademir A, Erturk OI. Association of neosensitization during anticonvulsant hypersensitivity
anticonvulsant hypersensitivity syndrome with herpesvirus syndrome. J Investig Allergol Clin Immunol. 2006;16: 321-6.
6,7. Epilepsy Research. 2006; 70: 27-40. 27. Lens S, Crespo G, Carrion JA, Miquel R, Navasa M. Severe
11. Asano Y, Kagawa H, Kano Y, Shiohara T. Cytomegalovirus acute hepatitis in the DRESS syndrome. Ann Hepatol. 2010;
disease during severe drug eruption. Arch Dermatol. 9:198-201.
2009;145:1030-6. 28. Milionis HJ, Skopelitou A, Elisaf MS. Hypersensitivity
12. Eshki M, Allanore L, Mussete P, Milpied B, Grange A, syndrome caused by amitriptilyne administration. Postgrad
Guillaume JC, dkk. Twelve-year analysis of severe cases of Med J. 2007; 76: 361-3.
drug reaction with eosinophilia and systemic symptoms. Arch 29. Knowles S, Gupta AK, Shear NH. The spectrum of cutaneous
Dermatol. 2009;145: 67-72. reactions associated with diltiazem: three cases and a review
13. Cit Shear N, Spielberg S. Anticonvulsant hypersensitivity of the literature. J Am Acad Dermatol. 1998; 38: 201-6.
syndrome: in vitro assessment of risk. J Clin Invest 30. Crantock L, Prentice R, Powell L. Cholestatic jaundice
1988;82:1826-32. associated with captopril therapy. J Gastroenterol Hepatol.
14. Peyriere H, Dereure O, Breton H, Demoly P, Cociqlio M, 1991; 6: 528-30.
Blayac JP, dkk. Variability in the clinical pattern of cutaneous 31. Devarbhavi H, Karanth D, Prasanna KS, Adarsh CK, Patil
side-effects of drugs with systemic symptoms: does a DRESS M. Drug-induced liver injury with hypersensitivity features
syndrome really exist? Br J Dermatol. 2007;155: 422-8. has a better outcome: a single-center experience of 39 children
15. Kardaun SH, Sidoroff A, Valeyrie-Allanore L, Halevy S, and adolescent. Hepatol. 2011; 54:1344-50.
Davidovici BB, Mockenhaupt M, dkk. Variability in the 32. Kumari R, Timshina DK, Thappa DH. Drug hypersensitivity
clinical pattern of cutaneous side-effects of drugs with syndrome. Indian J Dermatol Venereol Leprol. 2001; 77: 7-
systemic symptoms: does a DRESS syndrome really exist? 14.
BJD. 2007;156: 609-11.
16. Shiohara T, Iijima M, Ikezawa Z, Hashimoto K. The diagnosis
of DRESS syndrome has been sufficiently established on basis
of typical clinical features and viral reactivations. Br J
Dermatol. 2007;156:1045-92.

18

Das könnte Ihnen auch gefallen