Kecerdasan merupakan sebuah hal kemampuan untuk memperoleh
pengetahuan, berpikir dan bernalar secara efektif, serta untuk menghadapi
lingkungan secara adaptif. (Gullickson, 1994) Kata kecerdasan diambil dari kata cerdas, cerdas menurut kamus besar bahasa indonesia memiliki arti perkembangan secara sempurna pada akal seorang manusia agar dapat berpikir, mengerti akan sesuatu hal, serta memiliki pemikiran yang tajam.(Islamica, 2020) Kecerdasan memiliki sifat yang berubah- ubah, hal demikian dipengaruhi dengan seiring bertambahnya usia. Di usia anak anak dan remaja kecerdasan pada seseorang individu tersebut akan rentan mengalami perubahan. Jadi kecerdasan sangat mungkin untuk terus berubah ubah. Pada usia anak anak, hubungan antara ukuran otak dan kecerdasan tidak begitu berpengaruh dibanding dengan hubungan ukuran otak orang dewasa. Secara alami dengan seiring bertambahnya usia, kematangan dari fungsi otak serta organ organ lain dalam tubuh manusia akan mengalami perkembangan. Ditambah lagi dengan paparan pengetahuan yang diperoleh dari lingkungan atau pendidikan, sehingga hal tersebut dapat mengakibatkan berubah ubahnya kecerdasan. Dalam setiap budaya yang berbeda definisi tentang budaya pun akan berbeda, budaya sebagai Bahasa, budaya sebagai Rahim serta budaya sebagai suatu forum. Menurut metafora Bahasa setiap budaya terdapat suatu makna yang khas di dalamnya untuk mewakili pikiran lalu terbentuk konsep kecerdasan yang memiliki definisi tersendiri, sedangkan, menurut metafora Rahim setiap budaya memiliki makna yang berbeda yang nantinya akan menghasilkan berbagai macam cara mengasuh agar dapat tumbuh lalu merangsang atau membentuk kecerdasan individu menurut masing masing budaya tersebut. Sedangkan dalam metafora forum, budaya yang memiliki suatu komunitas akan memunculkan perdebatan antar anggotanya mengenai hal hal bagaimana baiknya membentuk pendidikan agar teratur dan proses keseruan dari adanya perdebatan akan memberikan makna tersendiri dari kecerdasan. Karena tentunya setiap budaya akan mengatur dan mengupayakan mengenai pendidikan dan hal ini akan menciptakan arti kecerdasan yang berbeda - beda dalam setiap budaya. (Holt et al., 2019)Budaya bervariasi dalam cara mendefinisikan kecerdasan , karena variasi tersebut setiap budaya memiliki anggapan masing masing tentang kecerdasan , seperti sebagian besar orang amerika eropa beranggapan bahwa orang cerdas memiliki kecerdasan dalam hal penalaran, keterapilan dan berpikir. Sedangkan di kenya orang cerdas merupakan orang yang turut ikut berpartisipasi serta bertanggung jawab dalam keluarga dan kehidupan sosialnya. Sedangkan di Uganda mereka beranggapan orang cerdas merupakan orang yang menindaklanjuti tindakan dengan cara yang tepat. Sedangkan orang papua nugini , beranggapan bahwa orang cerdas merupakan orang memiliki kemmapuan mengingat 10.000 hingga 20.000 marga. Sedangkan di amerika serikat, mereka secara umum mendefinisikan kecerdasan sebagai kemampuan yang serba guna untuk menyelesaikan tugas kognitif dengan baik, mampu memecahkan sebuah masalah dan mampu belajar dari pengalaman. (King, 2017) Psikolog kecerdasan menggunakan tes yang menghasilkan sebuah skor yang dikenal sebagai kecerdasan kecerdasan seseorang atau yang biasa disebut dengan IQ. Terdapat tiga kriteria tes kecerdasan yang baik yaitu valid, reliabel dan standart. Dalam ranah melakukan pengujian Validitas sebagai konsep umum, validitas sendiri mengacu pada seberapa baik tes benar benar mengukur apa yang sedang dirancang untuk diukur atau mengacu pada sejauh mana suatu tes dapat mengukur apa yang hendak diukur. Kecerdasan adalah sebuah konsep atau sebuah konstruksi mental, validitas konstruk terdapat pada saat sebuah tes telah berhasil mengukur konstruk psikologis yang dirancang untuk diukur. Jika sebenarnya sebuah tes mengukur kecerdasan maka seharusnya tes tersebut mengukur kecerdasan bukan karakteristik hal lain seperti kecemasan. Indikatoor terpenting dalam validitas adalah sejauh mana ia memprediksi kinerja individu pada saat kinerja tersebut dinilai dengan ukuran atau kriteria lain dari atribut tersebut. Reliabilitas (sejauh mana tes menghasilkan ukuran kinerja yang konsisten dan dapat direproduksi). reliabilitas dari vadilitas merupakan hal yang saling berhubungan , akan tetapi keduanya bukan hal yang sama. Apabila kita berpikir bahwa karakteristik yang telah diukur dengan suatu tes stabil, maka agar tes karakteristik itu valid tes tersebut harus handal. Karena sebuah tes bisa handal akan tetapi tidak valid. Reliabilitas hanya mengacu pada stabilitas skor pada tes dari waktu ke waktu. Tes kecerdasan yang baik tidak hanya reliabel dan valid tetapi juga terstandarisasi Standarisasi (pengembangan prosedur seragam untuk mengelola dan menilai tes dan penciptaan norma standar kinerja untuk tes) standarisasi dalam hal ini memiliki dua arti yang pertama yaitu pengembangan norma dan kedua, prosedur pengujian dikontrol secara ketat. Dalam standarisasi memiliki arti penting dalam memberikan skor IQ yang berarti hal ini akan melibatkan norma, skor tes yang berasal dari sampel besar yang mewakili segmen usia tertentu dari sebuah populasi. Standarisasi juga melibatkan pengembangan prosedur yang seragam untuk pengelolaan dan menilai sebuah tes, serta menciptakan norma atau standar kinerja untuk tes. Prosedur pengujian yang seragam memberikan keharusan lingkungan pengujian sedapat mungkin untuk semua individu. MA(mental age) pertama kali didefinisikan oleh seorang psikolog prancis yang bernama Alfred binet, yang memperkenalkan sebuah tes kecerdasan pada tahun 1904 dengan bantuan Theodore simon dan Alfred binet mengatakan usia mental merupakan tingkat perkembangan mental seoseorang dibanding dengan seseorang seusianya, konsep usia mental dikembangkan oleh seorang tokoh psikologi yaitu bernama alferd binet. Binet melakukan eksperimen pada anak anak sekolah di prancis. Alfred binet merancang sebuah konsep yang akan menentukan siswa mana yang belajar secara efektif. Tes binet hingga sekarang dikenal dengan Stanford binet dan hingga kini tes tersebut masih banyak digunakan. Binet memiliki sebuah ide untuk mengukur kecerdasan dengan membandingkan mental age (MA) yang merupakan tingkat perkembangan mental individu. Binet memiliki alasan bahwasannya kemmapuan kognitif akan meningkat Seorang psikolog jerman yang bernama wiliam stern menemukan sebuah istilah, istilah tersebut yaitu intelligence quotient (IQ) pada tahun 1912. IQ seseorang didapat dari usia mental seseorang dibagi dengan usia kronlogisnya lalu dikalikan 100. Contohnya seperti IQ = (MA/CA) X 100. Apabila usia mental sama dengan usia kronologisnya maka IQ individu tersebut adalah 100 (rata rata), apabila usia mental di atas kronologis maka IQ individu tersebut 100 (di atas rata rata) sedangkan apabila usia mental di bawah usia kronologis maka IQ kurang dari 100 (di bawah rata rata) Pada saat sebuah norma dikumpulkan untuk keterampilan mental skor biasanya membentuk distribusi normal , kurva berbentuk lonceng dengan sebagian besar skor mengelompok di sekitar pusat kurva. Pada tes intelegensi pusat distribusi untuk setiap kelompok usia dari masa kanak kanak hingga dewasa akhir diberi skor IQ dengan jumlah 100. Karena distribusi normal memiliki sifat statistic yang dapat untuk diketahui, jadi dapat menentukn presentase populasi yang akan mendapat skor lebih tinggi dari skor yang diberikan.pada tes kecerdasan modern, metode penetapan skor IQ ini telah menggantikan rumus asli usia mental yang dibagi dengan usia kronologis. Seorang psikolog dari prancis yang bernama alferd binet mendapat tugas dari kementrian pendidikan public prancis untuk mengembangkan tes yang akan menjadi cikal bakal semua tes kecerdasan modern, tes ini memiliki fungsi untuk mengukur kemampuan mental seseorang. Alfred binet menggambarkan kecerdaan sebagai sesuatu yang fungsional. Dalam mengembangkan tesnya, alferd binet membuat dua asumsi tentang kecerdasan. Pertama, kemampuan mental akan berkembang seiring bertambahnya usia. Kedua, tingkat di mana orang memperoleh kompetensi mental adalah karakteristik orang tersebut dan cukup konstan dari waktu ke waktu. Selanjutnya yaitu mengenai tes kecerdasan weschler. Pada saat ini tes Wechsler (WAIS-III dan WAIS-IV) merupakan sebuah tes kecerdasan individual yang terpopuler di amerika serikat. Tes weschler merupakan tes IQ yang dirancang khusus dengan tujuan untuk mengukur kecerdasan pada orang berusia dewasa dan remaja yang lebih tua.wechsler adult intelligence scale (WAIS) mencakup beberapa item item seperti kosa kata, kapasitas memori kerja, masalah matematika serta kemampuan menyelesaikan teka teki gambar. Untuk anak anak pada usia 6 hingga 16 tahun Wechsler intelligence scale for children (WISC) mencakup kosa kata serta pemahaman dan tugas tugas seperti menyusun balok dengan tujuan agar sesuai dengan pola tertentu. Dan ada untuk anak anak yang disebut Wechsler pre school and primary scale of intelligence (WPPSI) pada hal ini anak anak diminta untuk menunjuk tentang sebuah gambar yang menggambarkan sebuah kata yang dikatakan penguji untuk menyelesaikan desain balok, dan menjawab pertanyaan pertanyaan tentang pengetahuan dasar. Bias budaya dalam pengetesan, banyak tes kecerdasan awal yang bias secara budaya, lebih menyukai orang orang yang berasal dari lingkungan perkotaan daripada lingkungan pedesaan, ekonomi dengan satus menengah dibanding dengan ekonomi status rendah. Contoh pertanyaan pada tes awal bertanya mengenai apa yang harus dilakukan jika seseorang menemukan anak yang berusia 3 tahun sedang di jalan. Tentunya jawaban yang tepat ialah menghubungi pihak berwajib, akan tetapi anak anak dari keluarga kota yang beranggapan bahwa pihak berwajib atau polisi menakutkan tidak akan mungkin memilih opsi ini. Hal demikian juga terjadi anak anak pedesaan kemungkinan tidak akan memilih opsi ini jika tidak ada polisi di ligkungan sekitarnya. Selain itu, apabila terdapat sebuah kelompok minoritas tidak boleh berbicara dengan Bahasa inggris standar, walaupun apabila isi tesnya sesuai. Seorang peneliti telah berusaha untuk mampu mengembankan tes yang akurat yang mencerminkan kecerdasan seseorang, yang terlepas dari latar belakang budaya nya, terdapat pengaruh dari bias Bahasa dan bias budaya yang dapat diperkirakan dengan menggunakan metode kolerasional. Tes budaya yang adil merupakan sebuah tes kecerdasan yang memiliki maksud menjadi tidak bias yang dilihat secara budaya. Contoh salah satu jenis tes yang sama dengan budaya menjangkau pertanyaan yang akrab bagi beberapa orang dari seluruh latar belakang social ekonomi dan etnis. Tipe yang kedua tidak mengandung pertanyaan verbal. Contoh pertanyaan dari teks matriks progresif raven, walaupun tes seperti raven telah dibentuk dengan tujuan untuk menjadi budaya yang adil. Orang yang memiliki latar belakang pendidikan lebih tinggi akan masih mendapatkan jumlah skor yang lebih tinggi dibandingkan dengan seseorang yang memiliki latar belakang penidikan lebih rendah. Alasan yang membuat tes budaya adil yaitu, sama halnya dengan pengertian dari kecerdasan yang bermacam macam menurut budaya masing masing, sebagian besar tes kecerdasan menggambarkan apa yang penting bagi budaya yang lebih dominan. Apabila tes mempunyai waktu yang cukup terbatas, maka tes akan bias terhadap sebuah kelompok yang tidak memperdulikan perihal waktu. Jika Bahasa berbeda, kata yang memiliki kesamaan mungkin saja akan tetap memiliki makna yang berbeda untuk kelmpok Bahasa yang berbeda. Dengan adanya kesulitan seperti it, Robert Stemberg beserta kawannya memberikan kesimpulan bahwasannya tidak ada tes yang adil budaya, hanya tes yang mengurangi budaya. Selain dalam hal itu, walaupun dalam budaya yang memiliki kesamaan, kelompok yang berbeda dapat memilih sikap, nilai, sera motivasi yang berbeda beda dan akhirnya variasi ini memberikan pengaruh pada kinerja seseorang tersebut dalam tes kecerdasan. Terdapat suatu pernyataan mengenai hereditas dapat mempengaruhi kecerdasan, tidak ada keraguan bahwa gen dapat mempengaruhi kecerdasan. Pada saat berbicara mengenai pengarh genetic pada adanya kecerdasaan, tentunya kita akan membahas lebih dalam mengenai bagaimana perbedaan pada tingkat genotipe memprediksi perbedan fenotipe kecerdasan . beberapa waktu yang lalu para ilmuwan mengandalkan statistik yang biasa disebut dengan hereditas mampu menggambarkan sejauh mana perbedaan gen pada sebuah anggota kelompok (fenotipe) dapat dijelaskan oleh perbedaan genetik anggota keompok tersebut. (genotipe). Heritabilitas merupakan proporsi perbedaan yang dapat di observasi dalam suatu kelompok yang dapat dijelaskan mengenai perbedaan gen yang ada pada anggota kelompok tersebut. Dalam hal kecerdasan, herebilitas dapat memberi informasi mengenai seberapa banyak perbedaan perbedaan yang telah diamati dalam kecerdasan yang disebabkan oleh adanya perbedaan gen. karena heritabilitas merupakan proporsi maka heritabilitas memiliki derajat tertinggi. Penelitian mengenai heritabilitas terkadang melibatkan adanya perbandingan mengenai kesamaan fenotipe kembar identic atau monozigot dengan kembar fratemal atau dizgotik. Yang memiliki sebuah asumsi bahwassanya apabila kembar idnetik berbagi seratus persen dari materi genetik mereka, sedangkan kembar fratemal lima puluh persen dari matteri genetik. Para ilmuwan telah memberikan perkiraan bahwa heretabilitas kecerdasan sebesar 75 persen. Kecerdasan jelas memiliki komponen gen yang kuat. Pengaruh lingkungan dalam kecerdasan, kemungkinana besar kecerdasan dipengaruhi oleh lingkungan skolah yang lebih baik serta oleh kemajuan teknologi seperti televise dan game serta dipengaruhi oleh kecukupan nutrisi yang lebih baik oleh lingkungan untuk individu tersebut. Walaupun lingkungan tempat tinggal leih kompleks dan penuh tekanan lingkungan juga lebih kondusif untuk mempelajari keterampilan mental yang dinilai sebagai ukuran kecerdasan. Pengalaman pada lingkungn pendidikan yang baik juga akan mempengaruhi kecerdasan terbentuk dengan signifikan. Para peneliti telah banyak menunjukkan bahwa sekolah dapat meningkatkan kecerdasan pada individu. Sedangkan, kurangnya kehadiran dalam kehadiran bersekolah akan berpengaruh pada turunya kecerdasan. Peneliti tentang kecerdasan menegaskan bahwa kecerdasan memiliki dampak yang kuat pada kurikulum pendidikan. Retradaasi mental, sekitar 3 hingga 5 juta persen yang terdapat pada populasi amerika serikat, sebanyak 10 juta orang dikelompokan sebagai retradasi mental atau yang disebut cacat kognitif. American psychiatric association telah membuat sebuah system yang berjumlah empat tingkat yang mengelompokan keterbelakangan mental. Pengelompokan tersebut yaitu ringan, sedang, berat dan mendalam, dilihat berdasarkan skor IQ . sebagian besar orang mengalami cacat ringan, dengan skor IQ yang diperoleh sekitar 50 dan 70 . sebagian besar kelompok ini didiukung dengan dukungan social yang cukup memadai dan pendidikan yang sesuai. Anak ana dengan cacat ringan bersekolah akan tetapi mereka mendapatkan kendala kesulitan dalam basic pengetahuan yaitu membaca, menulis, memori dan perhitungan matematis. Cacat kognitif terjadi karena disebabkanoleh beberapa hal, seperti genetic, faktor biologis dan faktor lingkungan. Kelainan genetic menyumbang sekitar 28 persen dari seluruh kasus retradasi mental. Seperti, down syndrome atau mongolisme yang dapat ditandai dengan cacat mental ringan hingga berat yang disebabkan oleh adanya pembelahan abnormal dari pasangan. Gifted, terkadang terdapat seseorang yang memiliki kemampuan serta bakat yang membuat prestasinya lebih cemerlan dibanding dengan orang lain. Orang yang berbakat memiliki kecerdasan dengan jumlah skor IQ yang cukup tinggi yaitu berjumlah 130 bahkan lebih tinggi dari 130. Walaupun , memiliki skor IQ yang cukup tinggi, bukan berarti mereka pandai dalam segala hal. Banyak seseorang yang memiliki bakat tertentu pada suatu bidang, tetapi memiliki rata rata yang cukup bada bidang bidang lainnya. Mereka menganggap kesuksesan mereka dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu pertama, kemampuan mental yang sangat berkembang dengan baik. Kedua kemampuan untuk terlibat dalam hal memecahkan masalah dilakukan secara kreatif, selalu memunculkan ide ide yang teraru serta tidak konvensional. Ketiga yaitu, adanya motivasi serta dedukasi, Faktor faktor non intelektual merupakan hal yang sangat penting, banyak ilmuwan terkemuka seperti sigmnd freud dan carles Darwin memiliki motivasi dan dedukasi yang hebat. Kecerdasan majemuk merupakan sebuah konsep penilaian tentang kecerdasan pada seorang anak dengan menggunakan beberapa tolak ukur kemampuan. Seorang psikolog bernama howard gardner memberikan pernyataan bahwa konsep kecerdasan majemuk melibatkan beberapa faktor, seperti faktor biologi dan faktor budaya. Konsep penilaian kecerdasan majemuk pada seorang anak merupakan perlawanan terhadap penilaian kecerdasan yang hanya berpatokan pada skor IQ (Intelligence Quotients). Konsep kecerdasan ini dicetuskan oleh howard gardner pada tahun 1983. Sebelum howard gardner mencetuskan ide pengertian kecerdasan miliknya, kecerdasan pada seorang anak pada saat itu hanya dinilai berdasarkan skor IQ dengan standar tertentu. Hal demikian mengakibatkan seorang anak dinilai hanya berdasarkan kemampuan mengerti ide yang kompleks, kemampuan menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitar, kemampuan belajar dari pengalaman, serta kemampuan mengerjakan perintah tugas dan berbagai keadaan. Akhirnya, howard gordner mengubah pola piker konvensional tersebut. Kemudian, ia mengeluarkan sebuah konsep penilaian kecerdasan dengan menggunakan 8 prameter. Howard gardnermenganggap kemampuan pada seorang anak menyeleaikan problem yang terjadi, memiliki kemaampuan menghasilkan persoalan persoalan yang baru untuk diselesaikan, kemampuan berinovasi, atau memeberikan penghargaan dalam budaya seseorang. Menurutnya, seorang anak dinilai berdasarkan kemampuan yang ia dapat lakukan, bukan berdasar dengan apa yang anak tersebut tidak dapat ia lakukan. Latar belakang teori kecerdasan majemuk : Howard gardner dalam bukunya yang berjudul frames of mind, ia menjelaskan empat hal yang berkaitan dengan latar belakang munculnya teori kecerdasan majemuk. Yaitu ide tentang kecerdasan majemuk, pandangan awal tentang kecerdasan, fondasi biologis serta apa yang dimaksud dengan kecerdasan?. Gardner menyimpulkan bahwa adanya bukti persuasive mengenai eksistensi atau adanya kompetensi intelektual manusia yang otonom secara relative yang disebut dengan kecerdasan manusia. Ia meyakini bahwa terdapat beberapa jenis kecerdasan yang relative independen antara satu dengan yang lainnya, yang dapat dibentuk serta dikombinasikan dalam sebuah keragaman car acara adaptif oleh beberapa individu atau beberapa budaya. Menurut gender, beberapa upaya yang sebelumnya untuk mendirikan kecerdasan secara independen dirasa tidak begitu meyakinkan, terutama disebabkan beberapa upaya tersebut hanya bersandar pada satu atau dua bukti. Terpisahnya pikiran atau kemampuan dianggap sbagai kebenaran yang semata mata hanya berpatokan pada analisis logis, hasil tes intelegensi atau semata mata hanya berdasarkan pada pengertian yang mendalam yang diperoleh dari studi otak. Macam macam kecerdasan : Adapun kecerdasan yang dimilikioleh manusia, menurut teori gardner tentang kecerdasan majemuk, terdapat Sembilan macam dan seluruhnya memenuhi kriteria yang telah ditetapkan. Diantaranya yaitu : 1. Kecerdasan linguistic Kecerdasan lingiuistik atau yang disebut word smart merupakan suatu Kemampuan menggunakan kata kata secara efektif. 2. Kecerdasan matematis logis Menurut gardner , terdapat dua fakta penting mengenai kecerdasan logika matematika . pertama, dari orang berbakat, proses dari penyelesaian masalah. Kedua, penyelesaian masalah dapat disusun sebelum penyelesaian itu diungkapkan. 3. Kecerdasan spasial atau ruang visual Menurut gardner kecerdasan special adalah kemampuan untukmemberikan gambar gambar serta imagi imagi, dan memiliki kemampuan dalam mentransformasikan dunia visual special termasuk menciptakan represntasi grafis, memiliki cara berpikir tiga dimensi, serta mampu menciptakan ulag dunia visual. 4. Kecerdasaan kinestik badan Mampu memahami sesuatu hal yang memiliki keterkaitan dengan gerakan badan sebelum dia memperoleh latihan secara formal, atau mampu memahami serta mempraktekan gerakan dengan tepat hanya dengan latihan dalam waktu yang sebentar. 5. Kecerdasan musical Kemampuan untuk dapat mengembangkan, mengekspresikan, serta menikmati bentuk bentuk music dan suara. 6. Kecerdasan interpersonal Memiliki kemampuan memahami dan memiliki kepekaan terhadap perasaan, intensi, motivasi, kepribadian, serta sifat tempramen seseorang, memiliki kepekaan mengenai ekspresi wajah, suara dan isyarat seseorang. 7. Kecerdasan intrapersonal Sebuah kemampuan yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan akan diri sendiri dan memiliki kemampuan untuk bertindak secara adaptif berdasarkan pada pengenalan diri. Termasuk kecerdasan dalam hal kemampuan berefleksi, keseimbangan diri serta memiliki kesadaran tinggi akan gagasannya 8. Kecerdasan naturalis atau lingkungan Kemampuan yang dimiliki seseorang untuk memahami mengenai flora dan fauna dengan tepat, dapat memahami distingsi konsekuensial lain dalam ala natural, memiliki kemampuan memahami bertani, berburu, dan mengembangkan ilmu ilmu pengetahuan alam yang lain. 9. Kecerdasan eksistensial Kecerdasan ini mencakup kemampuan seseorang dalam menempatkan diri dalam hubungan dengan jangkauan kosmos yang terjauh serta kemampuan kemampuan lain yang terkait., yakni seperti menempatkan diri dalam hubungan berbagai aspek eksestensial manusia, misalnya arti kehidupan, makna kematian, makna nasib yang terjadi di dunia fisik dan psikologis, serta pengalaman cinta pada sesama, atau keterlibatan total dalam karya seni.
Entwicklungspsychologie - Grundlagen: Die Entwicklung im Kindes- und Jugendalter optimal fördern und Entwicklungsstörungen frühzeitig aufdecken. Kinder liebevoll ins Erwachsenenalter begleiten
ENTWICKLUNGSPSYCHOLOGIE - Vom Kindes- bis zum Erwachsenenalter: Wie Sie die menschliche Entwicklung richtig verstehen & Störungen frühzeitig erkennen. Inkl. Methoden für eine optimale Kindererziehung
Persönlichkeit: Einführung in die Wissenschaft der Persönlichkeit: was sie ist und wie man durch wissenschaftliche Psychologie herausfinden kann, wie sie unser Leben beeinflusst
Begleitung eines Asperger-Kindes im Setting Grundschule: Chancen und Grenzen: Einzelfallbericht einer Schulbegleiterin - mit Generierung von Hypothesen und Fragestellungen an die empirische Wissenschaft
ALLGEMEINWISSEN - Besserwisser auf Knopfdruck: Wie Sie Ihre Allgemeinbildung mit einfachen Lerntechniken in kürzester Zeit auf ein neues Level heben und vor Intelligenz und Selbstbewusstsein strotzen
EMOTIONALE INTELLIGENZ - Emotionen kontrollieren & verstehen: Wie Sie mit Hilfe von Empathie Menschen lesen, Gefühle beeinflussen und Stress bewältigen. Mehr Erfolg und Glück durch Selbstmanagement
Grundschultricks - Spielend leicht durch die Grundschule: Mit Spiel, Spaß und Spannung zur Bestnote. Von Lehrern entwickelt. inklusive Hörbuch. Spannende Lernspiele für Mathe und Deutsch!