Sie sind auf Seite 1von 8

Kecerdasan merupakan sebuah hal kemampuan untuk memperoleh

pengetahuan, berpikir dan bernalar secara efektif, serta untuk menghadapi


lingkungan secara adaptif. (Gullickson, 1994) Kata kecerdasan diambil dari kata
cerdas, cerdas menurut kamus besar bahasa indonesia memiliki arti perkembangan
secara sempurna pada akal seorang manusia agar dapat berpikir, mengerti akan
sesuatu hal, serta memiliki pemikiran yang tajam.(Islamica, 2020)
Kecerdasan memiliki sifat yang berubah- ubah, hal demikian dipengaruhi
dengan seiring bertambahnya usia. Di usia anak anak dan remaja kecerdasan pada
seseorang individu tersebut akan rentan mengalami perubahan. Jadi kecerdasan
sangat mungkin untuk terus berubah ubah. Pada usia anak anak, hubungan antara
ukuran otak dan kecerdasan tidak begitu berpengaruh dibanding dengan hubungan
ukuran otak orang dewasa. Secara alami dengan seiring bertambahnya usia,
kematangan dari fungsi otak serta organ organ lain dalam tubuh manusia akan
mengalami perkembangan. Ditambah lagi dengan paparan pengetahuan yang
diperoleh dari lingkungan atau pendidikan, sehingga hal tersebut dapat
mengakibatkan berubah ubahnya kecerdasan.
Dalam setiap budaya yang berbeda definisi tentang budaya pun akan
berbeda, budaya sebagai Bahasa, budaya sebagai Rahim serta budaya sebagai
suatu forum. Menurut metafora Bahasa setiap budaya terdapat suatu makna yang
khas di dalamnya untuk mewakili pikiran lalu terbentuk konsep kecerdasan yang
memiliki definisi tersendiri, sedangkan, menurut metafora Rahim setiap budaya
memiliki makna yang berbeda yang nantinya akan menghasilkan berbagai macam
cara mengasuh agar dapat tumbuh lalu merangsang atau membentuk kecerdasan
individu menurut masing masing budaya tersebut. Sedangkan dalam metafora
forum, budaya yang memiliki suatu komunitas akan memunculkan perdebatan
antar anggotanya mengenai hal hal bagaimana baiknya membentuk pendidikan
agar teratur dan proses keseruan dari adanya perdebatan akan memberikan makna
tersendiri dari kecerdasan. Karena tentunya setiap budaya akan mengatur dan
mengupayakan mengenai pendidikan dan hal ini akan menciptakan arti
kecerdasan yang berbeda - beda dalam setiap budaya. (Holt et al., 2019)Budaya
bervariasi dalam cara mendefinisikan kecerdasan , karena variasi tersebut setiap
budaya memiliki anggapan masing masing tentang kecerdasan , seperti sebagian
besar orang amerika eropa beranggapan bahwa orang cerdas memiliki kecerdasan
dalam hal penalaran, keterapilan dan berpikir. Sedangkan di kenya orang cerdas
merupakan orang yang turut ikut berpartisipasi serta bertanggung jawab dalam
keluarga dan kehidupan sosialnya. Sedangkan di Uganda mereka beranggapan
orang cerdas merupakan orang yang menindaklanjuti tindakan dengan cara yang
tepat. Sedangkan orang papua nugini , beranggapan bahwa orang cerdas
merupakan orang memiliki kemmapuan mengingat 10.000 hingga 20.000 marga.
Sedangkan di amerika serikat, mereka secara umum mendefinisikan kecerdasan
sebagai kemampuan yang serba guna untuk menyelesaikan tugas kognitif dengan
baik, mampu memecahkan sebuah masalah dan mampu belajar dari pengalaman.
(King, 2017)
Psikolog kecerdasan menggunakan tes yang menghasilkan sebuah skor
yang dikenal sebagai kecerdasan kecerdasan seseorang atau yang biasa disebut
dengan IQ. Terdapat tiga kriteria tes kecerdasan yang baik yaitu valid, reliabel dan
standart. Dalam ranah melakukan pengujian Validitas sebagai konsep umum,
validitas sendiri mengacu pada seberapa baik tes benar benar mengukur apa yang
sedang dirancang untuk diukur atau mengacu pada sejauh mana suatu tes dapat
mengukur apa yang hendak diukur. Kecerdasan adalah sebuah konsep atau sebuah
konstruksi mental, validitas konstruk terdapat pada saat sebuah tes telah berhasil
mengukur konstruk psikologis yang dirancang untuk diukur. Jika sebenarnya
sebuah tes mengukur kecerdasan maka seharusnya tes tersebut mengukur
kecerdasan bukan karakteristik hal lain seperti kecemasan. Indikatoor terpenting
dalam validitas adalah sejauh mana ia memprediksi kinerja individu pada saat
kinerja tersebut dinilai dengan ukuran atau kriteria lain dari atribut tersebut.
Reliabilitas (sejauh mana tes menghasilkan ukuran kinerja yang konsisten dan
dapat direproduksi). reliabilitas dari vadilitas merupakan hal yang saling
berhubungan , akan tetapi keduanya bukan hal yang sama. Apabila kita berpikir
bahwa karakteristik yang telah diukur dengan suatu tes stabil, maka agar tes
karakteristik itu valid tes tersebut harus handal. Karena sebuah tes bisa handal
akan tetapi tidak valid. Reliabilitas hanya mengacu pada stabilitas skor pada tes
dari waktu ke waktu. Tes kecerdasan yang baik tidak hanya reliabel dan valid
tetapi juga terstandarisasi
Standarisasi (pengembangan prosedur seragam untuk mengelola dan menilai tes
dan penciptaan norma standar kinerja untuk tes) standarisasi dalam hal ini
memiliki dua arti yang pertama yaitu pengembangan norma dan kedua, prosedur
pengujian dikontrol secara ketat. Dalam standarisasi memiliki arti penting dalam
memberikan skor IQ yang berarti hal ini akan melibatkan norma, skor tes yang
berasal dari sampel besar yang mewakili segmen usia tertentu dari sebuah
populasi. Standarisasi juga melibatkan pengembangan prosedur yang seragam
untuk pengelolaan dan menilai sebuah tes, serta menciptakan norma atau standar
kinerja untuk tes. Prosedur pengujian yang seragam memberikan keharusan
lingkungan pengujian sedapat mungkin untuk semua individu.
MA(mental age) pertama kali didefinisikan oleh seorang psikolog prancis
yang bernama Alfred binet, yang memperkenalkan sebuah tes kecerdasan pada
tahun 1904 dengan bantuan Theodore simon dan Alfred binet mengatakan usia
mental merupakan tingkat perkembangan mental seoseorang dibanding dengan
seseorang seusianya, konsep usia mental dikembangkan oleh seorang tokoh
psikologi yaitu bernama alferd binet. Binet melakukan eksperimen pada anak anak
sekolah di prancis. Alfred binet merancang sebuah konsep yang akan menentukan
siswa mana yang belajar secara efektif. Tes binet hingga sekarang dikenal dengan
Stanford binet dan hingga kini tes tersebut masih banyak digunakan. Binet
memiliki sebuah ide untuk mengukur kecerdasan dengan membandingkan mental
age (MA) yang merupakan tingkat perkembangan mental individu. Binet memiliki
alasan bahwasannya kemmapuan kognitif akan meningkat
Seorang psikolog jerman yang bernama wiliam stern menemukan sebuah
istilah, istilah tersebut yaitu intelligence quotient (IQ) pada tahun 1912. IQ
seseorang didapat dari usia mental seseorang dibagi dengan usia kronlogisnya lalu
dikalikan 100. Contohnya seperti IQ = (MA/CA) X 100. Apabila usia mental
sama dengan usia kronologisnya maka IQ individu tersebut adalah 100 (rata rata),
apabila usia mental di atas kronologis maka IQ individu tersebut 100 (di atas rata
rata) sedangkan apabila usia mental di bawah usia kronologis maka IQ kurang
dari 100 (di bawah rata rata)
Pada saat sebuah norma dikumpulkan untuk keterampilan mental skor
biasanya membentuk distribusi normal , kurva berbentuk lonceng dengan
sebagian besar skor mengelompok di sekitar pusat kurva. Pada tes intelegensi
pusat distribusi untuk setiap kelompok usia dari masa kanak kanak hingga
dewasa akhir diberi skor IQ dengan jumlah 100. Karena distribusi normal
memiliki sifat statistic yang dapat untuk diketahui, jadi dapat menentukn
presentase populasi yang akan mendapat skor lebih tinggi dari skor yang
diberikan.pada tes kecerdasan modern, metode penetapan skor IQ ini telah
menggantikan rumus asli usia mental yang dibagi dengan usia kronologis.
Seorang psikolog dari prancis yang bernama alferd binet mendapat tugas
dari kementrian pendidikan public prancis untuk mengembangkan tes yang akan
menjadi cikal bakal semua tes kecerdasan modern, tes ini memiliki fungsi untuk
mengukur kemampuan mental seseorang. Alfred binet menggambarkan kecerdaan
sebagai sesuatu yang fungsional. Dalam mengembangkan tesnya, alferd binet
membuat dua asumsi tentang kecerdasan. Pertama, kemampuan mental akan
berkembang seiring bertambahnya usia. Kedua, tingkat di mana orang
memperoleh kompetensi mental adalah karakteristik orang tersebut dan cukup
konstan dari waktu ke waktu.
Selanjutnya yaitu mengenai tes kecerdasan weschler. Pada saat ini tes Wechsler
(WAIS-III dan WAIS-IV) merupakan sebuah tes kecerdasan individual yang
terpopuler di amerika serikat. Tes weschler merupakan tes IQ yang dirancang
khusus dengan tujuan untuk mengukur kecerdasan pada orang berusia dewasa dan
remaja yang lebih tua.wechsler adult intelligence scale (WAIS) mencakup
beberapa item item seperti kosa kata, kapasitas memori kerja, masalah matematika
serta kemampuan menyelesaikan teka teki gambar. Untuk anak anak pada usia 6
hingga 16 tahun Wechsler intelligence scale for children (WISC) mencakup kosa
kata serta pemahaman dan tugas tugas seperti menyusun balok dengan tujuan
agar sesuai dengan pola tertentu. Dan ada untuk anak anak yang disebut Wechsler
pre school and primary scale of intelligence (WPPSI) pada hal ini anak anak
diminta untuk menunjuk tentang sebuah gambar yang menggambarkan sebuah
kata yang dikatakan penguji untuk menyelesaikan desain balok, dan menjawab
pertanyaan pertanyaan tentang pengetahuan dasar.
Bias budaya dalam pengetesan, banyak tes kecerdasan awal yang bias
secara budaya, lebih menyukai orang orang yang berasal dari lingkungan
perkotaan daripada lingkungan pedesaan, ekonomi dengan satus menengah
dibanding dengan ekonomi status rendah. Contoh pertanyaan pada tes awal
bertanya mengenai apa yang harus dilakukan jika seseorang menemukan anak
yang berusia 3 tahun sedang di jalan. Tentunya jawaban yang tepat ialah
menghubungi pihak berwajib, akan tetapi anak anak dari keluarga kota yang
beranggapan bahwa pihak berwajib atau polisi menakutkan tidak akan mungkin
memilih opsi ini. Hal demikian juga terjadi anak anak pedesaan kemungkinan
tidak akan memilih opsi ini jika tidak ada polisi di ligkungan sekitarnya. Selain
itu, apabila terdapat sebuah kelompok minoritas tidak boleh berbicara dengan
Bahasa inggris standar, walaupun apabila isi tesnya sesuai. Seorang peneliti telah
berusaha untuk mampu mengembankan tes yang akurat yang mencerminkan
kecerdasan seseorang, yang terlepas dari latar belakang budaya nya, terdapat
pengaruh dari bias Bahasa dan bias budaya yang dapat diperkirakan dengan
menggunakan metode kolerasional.
Tes budaya yang adil merupakan sebuah tes kecerdasan yang memiliki
maksud menjadi tidak bias yang dilihat secara budaya. Contoh salah satu jenis tes
yang sama dengan budaya menjangkau pertanyaan yang akrab bagi beberapa
orang dari seluruh latar belakang social ekonomi dan etnis. Tipe yang kedua tidak
mengandung pertanyaan verbal. Contoh pertanyaan dari teks matriks progresif
raven, walaupun tes seperti raven telah dibentuk dengan tujuan untuk menjadi
budaya yang adil. Orang yang memiliki latar belakang pendidikan lebih tinggi
akan masih mendapatkan jumlah skor yang lebih tinggi dibandingkan dengan
seseorang yang memiliki latar belakang penidikan lebih rendah. Alasan yang
membuat tes budaya adil yaitu, sama halnya dengan pengertian dari kecerdasan
yang bermacam macam menurut budaya masing masing, sebagian besar tes
kecerdasan menggambarkan apa yang penting bagi budaya yang lebih dominan.
Apabila tes mempunyai waktu yang cukup terbatas, maka tes akan bias terhadap
sebuah kelompok yang tidak memperdulikan perihal waktu. Jika Bahasa berbeda,
kata yang memiliki kesamaan mungkin saja akan tetap memiliki makna yang
berbeda untuk kelmpok Bahasa yang berbeda. Dengan adanya kesulitan seperti it,
Robert Stemberg beserta kawannya memberikan kesimpulan bahwasannya tidak
ada tes yang adil budaya, hanya tes yang mengurangi budaya. Selain dalam hal
itu, walaupun dalam budaya yang memiliki kesamaan, kelompok yang berbeda
dapat memilih sikap, nilai, sera motivasi yang berbeda beda dan akhirnya variasi
ini memberikan pengaruh pada kinerja seseorang tersebut dalam tes kecerdasan.
Terdapat suatu pernyataan mengenai hereditas dapat mempengaruhi
kecerdasan, tidak ada keraguan bahwa gen dapat mempengaruhi kecerdasan. Pada
saat berbicara mengenai pengarh genetic pada adanya kecerdasaan, tentunya kita
akan membahas lebih dalam mengenai bagaimana perbedaan pada tingkat
genotipe memprediksi perbedan fenotipe kecerdasan . beberapa waktu yang lalu
para ilmuwan mengandalkan statistik yang biasa disebut dengan hereditas mampu
menggambarkan sejauh mana perbedaan gen pada sebuah anggota kelompok
(fenotipe) dapat dijelaskan oleh perbedaan genetik anggota keompok tersebut.
(genotipe). Heritabilitas merupakan proporsi perbedaan yang dapat di observasi
dalam suatu kelompok yang dapat dijelaskan mengenai perbedaan gen yang ada
pada anggota kelompok tersebut. Dalam hal kecerdasan, herebilitas dapat
memberi informasi mengenai seberapa banyak perbedaan perbedaan yang telah
diamati dalam kecerdasan yang disebabkan oleh adanya perbedaan gen. karena
heritabilitas merupakan proporsi maka heritabilitas memiliki derajat tertinggi.
Penelitian mengenai heritabilitas terkadang melibatkan adanya perbandingan
mengenai kesamaan fenotipe kembar identic atau monozigot dengan kembar
fratemal atau dizgotik. Yang memiliki sebuah asumsi bahwassanya apabila
kembar idnetik berbagi seratus persen dari materi genetik mereka, sedangkan
kembar fratemal lima puluh persen dari matteri genetik. Para ilmuwan telah
memberikan perkiraan bahwa heretabilitas kecerdasan sebesar 75 persen.
Kecerdasan jelas memiliki komponen gen yang kuat.
Pengaruh lingkungan dalam kecerdasan, kemungkinana besar kecerdasan
dipengaruhi oleh lingkungan skolah yang lebih baik serta oleh kemajuan teknologi
seperti televise dan game serta dipengaruhi oleh kecukupan nutrisi yang lebih baik
oleh lingkungan untuk individu tersebut. Walaupun lingkungan tempat tinggal
leih kompleks dan penuh tekanan lingkungan juga lebih kondusif untuk
mempelajari keterampilan mental yang dinilai sebagai ukuran kecerdasan.
Pengalaman pada lingkungn pendidikan yang baik juga akan mempengaruhi
kecerdasan terbentuk dengan signifikan. Para peneliti telah banyak menunjukkan
bahwa sekolah dapat meningkatkan kecerdasan pada individu. Sedangkan,
kurangnya kehadiran dalam kehadiran bersekolah akan berpengaruh pada turunya
kecerdasan. Peneliti tentang kecerdasan menegaskan bahwa kecerdasan memiliki
dampak yang kuat pada kurikulum pendidikan.
Retradaasi mental, sekitar 3 hingga 5 juta persen yang terdapat pada
populasi amerika serikat, sebanyak 10 juta orang dikelompokan sebagai retradasi
mental atau yang disebut cacat kognitif. American psychiatric association telah
membuat sebuah system yang berjumlah empat tingkat yang mengelompokan
keterbelakangan mental. Pengelompokan tersebut yaitu ringan, sedang, berat dan
mendalam, dilihat berdasarkan skor IQ . sebagian besar orang mengalami cacat
ringan, dengan skor IQ yang diperoleh sekitar 50 dan 70 . sebagian besar
kelompok ini didiukung dengan dukungan social yang cukup memadai dan
pendidikan yang sesuai. Anak ana dengan cacat ringan bersekolah akan tetapi
mereka mendapatkan kendala kesulitan dalam basic pengetahuan yaitu membaca,
menulis, memori dan perhitungan matematis. Cacat kognitif terjadi karena
disebabkanoleh beberapa hal, seperti genetic, faktor biologis dan faktor
lingkungan. Kelainan genetic menyumbang sekitar 28 persen dari seluruh kasus
retradasi mental. Seperti, down syndrome atau mongolisme yang dapat ditandai
dengan cacat mental ringan hingga berat yang disebabkan oleh adanya
pembelahan abnormal dari pasangan.
Gifted, terkadang terdapat seseorang yang memiliki kemampuan serta bakat yang
membuat prestasinya lebih cemerlan dibanding dengan orang lain. Orang yang
berbakat memiliki kecerdasan dengan jumlah skor IQ yang cukup tinggi yaitu
berjumlah 130 bahkan lebih tinggi dari 130. Walaupun , memiliki skor IQ yang
cukup tinggi, bukan berarti mereka pandai dalam segala hal. Banyak seseorang
yang memiliki bakat tertentu pada suatu bidang, tetapi memiliki rata rata yang
cukup bada bidang bidang lainnya. Mereka menganggap kesuksesan mereka
dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu pertama, kemampuan mental yang sangat
berkembang dengan baik. Kedua kemampuan untuk terlibat dalam hal
memecahkan masalah dilakukan secara kreatif, selalu memunculkan ide ide yang
teraru serta tidak konvensional. Ketiga yaitu, adanya motivasi serta dedukasi,
Faktor faktor non intelektual merupakan hal yang sangat penting, banyak ilmuwan
terkemuka seperti sigmnd freud dan carles Darwin memiliki motivasi dan
dedukasi yang hebat.
Kecerdasan majemuk merupakan sebuah konsep penilaian tentang
kecerdasan pada seorang anak dengan menggunakan beberapa tolak ukur
kemampuan. Seorang psikolog bernama howard gardner memberikan pernyataan
bahwa konsep kecerdasan majemuk melibatkan beberapa faktor, seperti faktor
biologi dan faktor budaya. Konsep penilaian kecerdasan majemuk pada seorang
anak merupakan perlawanan terhadap penilaian kecerdasan yang hanya
berpatokan pada skor IQ (Intelligence Quotients). Konsep kecerdasan ini
dicetuskan oleh howard gardner pada tahun 1983. Sebelum howard gardner
mencetuskan ide pengertian kecerdasan miliknya, kecerdasan pada seorang anak
pada saat itu hanya dinilai berdasarkan skor IQ dengan standar tertentu. Hal
demikian mengakibatkan seorang anak dinilai hanya berdasarkan kemampuan
mengerti ide yang kompleks, kemampuan menyesuaikan diri dengan lingkungan
sekitar, kemampuan belajar dari pengalaman, serta kemampuan mengerjakan
perintah tugas dan berbagai keadaan. Akhirnya, howard gordner mengubah pola
piker konvensional tersebut. Kemudian, ia mengeluarkan sebuah konsep penilaian
kecerdasan dengan menggunakan 8 prameter. Howard gardnermenganggap
kemampuan pada seorang anak menyeleaikan problem yang terjadi, memiliki
kemaampuan menghasilkan persoalan persoalan yang baru untuk diselesaikan,
kemampuan berinovasi, atau memeberikan penghargaan dalam budaya seseorang.
Menurutnya, seorang anak dinilai berdasarkan kemampuan yang ia dapat lakukan,
bukan berdasar dengan apa yang anak tersebut tidak dapat ia lakukan.
Latar belakang teori kecerdasan majemuk :
Howard gardner dalam bukunya yang berjudul frames of mind, ia menjelaskan
empat hal yang berkaitan dengan latar belakang munculnya teori kecerdasan
majemuk. Yaitu ide tentang kecerdasan majemuk, pandangan awal tentang
kecerdasan, fondasi biologis serta apa yang dimaksud dengan kecerdasan?.
Gardner menyimpulkan bahwa adanya bukti persuasive mengenai eksistensi atau
adanya kompetensi intelektual manusia yang otonom secara relative yang disebut
dengan kecerdasan manusia. Ia meyakini bahwa terdapat beberapa jenis
kecerdasan yang relative independen antara satu dengan yang lainnya, yang dapat
dibentuk serta dikombinasikan dalam sebuah keragaman car acara adaptif oleh
beberapa individu atau beberapa budaya. Menurut gender, beberapa upaya yang
sebelumnya untuk mendirikan kecerdasan secara independen dirasa tidak begitu
meyakinkan, terutama disebabkan beberapa upaya tersebut hanya bersandar pada
satu atau dua bukti. Terpisahnya pikiran atau kemampuan dianggap sbagai
kebenaran yang semata mata hanya berpatokan pada analisis logis, hasil tes
intelegensi atau semata mata hanya berdasarkan pada pengertian yang mendalam
yang diperoleh dari studi otak.
Macam macam kecerdasan :
Adapun kecerdasan yang dimilikioleh manusia, menurut teori gardner tentang
kecerdasan majemuk, terdapat Sembilan macam dan seluruhnya memenuhi
kriteria yang telah ditetapkan. Diantaranya yaitu :
1. Kecerdasan linguistic
Kecerdasan lingiuistik atau yang disebut word smart merupakan suatu
Kemampuan menggunakan kata kata secara efektif.
2. Kecerdasan matematis logis
Menurut gardner , terdapat dua fakta penting mengenai kecerdasan logika
matematika . pertama, dari orang berbakat, proses dari penyelesaian
masalah. Kedua, penyelesaian masalah dapat disusun sebelum
penyelesaian itu diungkapkan.
3. Kecerdasan spasial atau ruang visual
Menurut gardner kecerdasan special adalah kemampuan untukmemberikan
gambar gambar serta imagi imagi, dan memiliki kemampuan dalam
mentransformasikan dunia visual special termasuk menciptakan
represntasi grafis, memiliki cara berpikir tiga dimensi, serta mampu
menciptakan ulag dunia visual.
4. Kecerdasaan kinestik badan
Mampu memahami sesuatu hal yang memiliki keterkaitan dengan gerakan
badan sebelum dia memperoleh latihan secara formal, atau mampu
memahami serta mempraktekan gerakan dengan tepat hanya dengan
latihan dalam waktu yang sebentar.
5. Kecerdasan musical
Kemampuan untuk dapat mengembangkan, mengekspresikan, serta
menikmati bentuk bentuk music dan suara.
6. Kecerdasan interpersonal
Memiliki kemampuan memahami dan memiliki kepekaan terhadap
perasaan, intensi, motivasi, kepribadian, serta sifat tempramen seseorang,
memiliki kepekaan mengenai ekspresi wajah, suara dan isyarat seseorang.
7. Kecerdasan intrapersonal
Sebuah kemampuan yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan akan diri
sendiri dan memiliki kemampuan untuk bertindak secara adaptif
berdasarkan pada pengenalan diri. Termasuk kecerdasan dalam hal
kemampuan berefleksi, keseimbangan diri serta memiliki kesadaran tinggi
akan gagasannya
8. Kecerdasan naturalis atau lingkungan
Kemampuan yang dimiliki seseorang untuk memahami mengenai flora
dan fauna dengan tepat, dapat memahami distingsi konsekuensial lain
dalam ala natural, memiliki kemampuan memahami bertani, berburu, dan
mengembangkan ilmu ilmu pengetahuan alam yang lain.
9. Kecerdasan eksistensial
Kecerdasan ini mencakup kemampuan seseorang dalam menempatkan diri
dalam hubungan dengan jangkauan kosmos yang terjauh serta kemampuan
kemampuan lain yang terkait., yakni seperti menempatkan diri dalam
hubungan berbagai aspek eksestensial manusia, misalnya arti kehidupan,
makna kematian, makna nasib yang terjadi di dunia fisik dan psikologis,
serta pengalaman cinta pada sesama, atau keterlibatan total dalam karya
seni.

Das könnte Ihnen auch gefallen