Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
Studi Kasus Mengenai NFT, Metaverse Dan Pandangan Hukum Indonesia Mengenai NFT
Studi Kasus Mengenai NFT, Metaverse Dan Pandangan Hukum Indonesia Mengenai NFT
KELOMPOK 4 - KELAS A1
NFT METAVERSE
Non-Fungible Token (NFT) adalah token kripto Metaverse adalah ruang virtual yang diciptakan
yang memungkinkan kepemilikan sebuah sumber sebagai versi digital dari berbagai aspek yang ada
daya aset digital yang unik, tidak dapat di dunia nyata, baik interaksi antara manusia
dipertukarkan, dan tidak dapat dipalsukan dengan maupun fungsi ekonomi.
menggunakan teknologi blockchain.
KEGUNAAN DAN CARA KERJA NFT
Seni Musik
Komunitas NFT dan
Fashion Identitas Digital
Secara unsur, NFT memenuhi ruang lingkup Untuk saat ini NFT belum dapat dijadikan
hukum kebendaan berupa aset digital. Pasal sebagai jaminan dalam suatu perjanjian
499 Kitab Undang Undang Hukum Perdata karena belum jelas hukumnya dalam
menyatakan barang adalah tiap benda dan tiap Indonesia, walaupun sudah memenuhi
hak yang dapat menjadi obyek dari hak milik. ruang lingkup hukum kebendaan yang
berupa aset digital.
UU No. 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan
Transaksi Elektronik serta perubahannya dan
peraturan pelaksananya, mewajibkan seluruh
PSE untuk memastikan platformnya tidak
digunakan untuk tindakan yang melanggar
peraturan perundang-undangan.
PERLINDUNGAN HAK CIPTA
TERHADAP NFT DI INDONESIA.
NFT merupakan aset kriptografik pada blockchain yang memiliki kode identifikasi unik serta metadata yang dapat dibedakan
satu sama lain,diketahui objek dari aset digital tersebut sebagian besar merupakan karya yang telah terlindungi oleh hak
cipta. NFT telah dienkripsi di blockchain tidak dapat di duplikat atau digandakan, walaupun dapat di koleksi tetapi dapat
dipastikan orisinilitasnya karena karya NFT tidak dapat digandakan.
Pasal 1 angka (1) Undang Undang Nomor 28 Tahun 2014 adalah, ‘hak eksklusif pencipta yang timbul secara otomatis
berdasarkan prinsip deklaratif setelah suatu ciptaan diwujudkan dalam bentuk nyata tanpa mengurangi pembatasan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang undangan’. Dan berlandaskan Pasal 6 Undang Undang Nomor 28 Tahun 2014 yang
menyatakan bahwa pencipta itu berhak mendapatkan informasi elektronik atas hak cipta, meliputi ciptaan yang melekat
secara elektronik itu sendiri.
Jika dilihat dari sudut pandang Kekayaan Intelektual, NFT dianggap sebagai milik pribadi yang tidak memiliki wujud,
maksudnya barang tersebut tidak bisa dipegang atau disentuh, tetapi mempunyai tingkat nilai tertentu yang ditetapkan pada
barang tersebut. Dalam hal ini perlu dipertegas bahwa kepemilikan NFT tidak menjadikan pemilik mempunyai hak yang tidak
terbatas atas karyanya.
PERLINDUNGAN HAK CIPTA
TERHADAP NFT DI INDONESIA.
Pemegang hak cipta dan hak milik dalam karya NFT tidak selalu pada orang yang sama karena pemegang hak cipta dapat
memperjualbelikan karyanya kepada pihak lain yang nantinya akan menjadi pemegang hak milik atas karya tersebut. Perlu
digaris bawahi, salah satu faktor pentingnya perlindungan hak cipta NFT adalah karena ketika bahkan sudah melakukan
transaksi jual beli NFT pun.
Hak cipta hanya diberikan kepada pembuat karya tersebut sedangkan hak milik dapat diberikan kepada setiap pihak yang
membeli karya. Hak cipta hanya diberikan kepada pembuat karya tersebut sedangkan hak milik dapat diberikan kepada
setiap pihak yang membeli karya.
Perspektif kekayaan intelektual terhadap hak cipta dalam NFT yaitu teknologi NFT masih terbilang baru sehingga banyak ruang
lingkup dari NFT yang cangkupannya belum memiliki peraturan atau masih rawan terhadap tindakan yang tidak diharapkan
sehingga disini HKI akan menjadi pelindung hukum NFT terhadap aset-asetnya (karya).
NFT lebih tepat dikatakan sebagai mekanisme perlisensian atau sebagai bukti pendukung dalam memindahtangankan suatu
karya, namun bukanlah sebagai bukti yang utama karena bukti utamanya yaitu harus berbentuk pendaftaran pada instansi
publik. Jadi disini NFT sifatnya hanyalah sebagai penguat HKI bukan sebagai pengganti HKI karena HKI memiliki kedudukan
sebagai pelindung NFT. Setiap karya yang ada pada NFT akan tercatat dan terdaftar secara HKI agar setiap karya terlindungi
secara hukum.
KESIMPULAN
Hubungan antara NFT dan metaverse memiliki keterikatan yang sama, selayaknya kita sebagai user
di dalam ruang digital, metaverse sebagai tempat atau wadah berkumpulnya para user dan NFT
sebagai objek kemanfaatan baik yang dilakukan secara ekonomi maupun visualisasi saja. NFT di
dalam metaverse sebagai aset kepemilikan dan perdagangan yang memiliki nilai ekonomi yang sah
dan unik di dunia digital. Keunikan sistem NFT dalam melakukan sebuah transaksi secara privat dan
aman serta hak kepemilikan sebuah objek tidak dapat dibatalkan.
Berdasarkan Pasal 1131 KUHPer, NFT dapat menjadi jaminan dalam suatu perjanjian. Walaupun hukum
positif Indonesia belum mengatur secara spesifik mengenai NFT, NFT termasuk ke dalam objek hak
milik yang dapat digunakan oleh pemiliknya.
Berdasarkan Pasal 1 angka (1) Undang Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta, hak eksklusif
pencipta akan timbul setelah objek yang dibuatnya telah nyata dibuat. NFT sendiri masuk di dalam
Pasal 40 ayat (1) huruf s, yaitu perlindungan atas Program Komputer. Sebagaimana tertulis di dalam
Undang-Undang tersebut, maka negara wajib melindunginya sebagaimana benda yang memiliki
nilai ekonomi dan sah.
SARAN
NFT memerlukan pengaturan khusus yang mengaturnya karena
sudah banyak penggunanya di Indonesia. Pengaturannya dapat
mengenai NFT sebagai objek jaminan dalam sebuah Perjanjian.
Dikarenakan sampai saat ini NFT belum memiliki kekuatan hukum
sebagai objek jaminan. Lalu yang kedua ialah mengenai
Perlindungan Hak Cipta terhadap NFT di Indonesia. Pemerintah
harus segera mengundang-undangkan tentang Hak Cipta NFT
sebagai suatu karya agar dapat memberikan perlindungan hukum
bagi para pencipta dan pemegang hak.
THANK YOU
FOR YOUR
ATTENTION