Sie sind auf Seite 1von 8

ARTIKEL BIOLOGI UMUM

PEMANFAATAN JENIS TANAMAN OBAT DI DESA KOTO BARU


KECAMATAN BAYANG KABUPATEN PESISIR SELATAN

Dosen Pengampu:
Dr. Zulyusri, M.P.

Disusun oleh:
KENIA RAHMADANI
Nim: 23035069

PROGAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA


DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2023
PEMANFAATAN JENIS TANAMAN OBAT DI DESA KOTO BARU KECAMATAN
BAYANG KABUPATEN PESISIR SELATAN

Utilization Of Medicinal Plant Types By Koto Baru Communitty, Bayang Distrit, Pesisir selatan
Regency

Kenia Rahmadani1, Zulyusri*2

Progam Studi Pendidikan Kimia Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Negeri Padang
JI. Prof. Dr. Hamka 25131 Padang
E-mail: rahmadanikenia@gmail.com

Abstract

People in Koto Baru Village, Bayang District, Pesisir Selatan Regency have long used various
types of plants as traditional medicine. Knowledge about the properties of this medicinal plant
is a valuable inheritance passed down from generation to generation. This research aims to
explore information related to the selection process, how to use it, and the types of plants used
by the people of Koto Baru Village as traditional medicine. The research was conducted using
a qualitative descriptive method through observation and in-depth interviews with a number
of respondents. The results of the research show that the people of Koto Baru Village use at
least five types of plants as traditional medicine, namely ginger, lemongrass, castor bean
plants, avocado, and cold. Each plant has a specific medicinal function. This research
contributes to preserving the ethnobotanical knowledge of the people of Koto Baru Village.
The resulting information is also useful for policy considerations regarding the integration of
traditional medicine in the public health system.

Key words: traditional medicinal plants, ethnobotany, Koto Baru Village, nutritious plants

Abstrak

Masyarakat di Desa Koto Baru, Kecamatan Bayang, Kabupaten Pesisir Selatan sudah lama
memanfaatkan berbagai jenis tanaman sebagai obat tradisional. Pengetahuan tentang khasiat
tanaman obat ini merupakan warisan turun-temurun yang berharga. Penelitian ini bertujuan
menggali informasi terkait proses pemilihan, cara pemanfaatan, serta jenis-jenis tanaman yang
dimanfaatkan oleh masyarakat Desa Koto Baru sebagai obat tradisional. Penelitian dilakukan
dengan metode deskriptif kualitatif melalui observasi dan wawancara mendalam terhadap
sejumlah responden. Hasil penelitian menunjukkan masyarakat Desa Koto Baru memanfaatkan
setidaknya lima jenis tanaman sebagai obat tradisional, yaitu jahe, serai, tanaman jarak,
alpukat, dan sedingin. Setiap tanaman memiliki fungsi pengobatan yang spesifik. Penelitian ini
berkontribusi dalam pelestarian pengetahuan etnobotani masyarakat Desa Koto Baru.
Informasi yang dihasilkan juga bermanfaat sebagai pertimbangan kebijakan terkait integrasi
pengobatan tradisional dalam sistem kesehatan masyarakat.

Kata kunci: tanaman obat tradisional, etnobotani, Desa Koto Baru, tumbuhan berkhasiat

A. Latar Belakang

Tanaman obat tradisional telah lama menjadi bagian penting dari budaya masyarakat
Indonesia, termasuk di Desa Koto Baru, Kecamatan Bayang, Kabupaten Pesisir Selatan.
Beragam tumbuhan dimanfaatkan sebagai obat untuk mengobati berbagai penyakit, mulai
dari yang ringan hingga berat. Pengetahuan tentang khasiat tanaman obat ini merupakan
warisan turun-temurun yang berharga.

Salah satu alasan masyarakat Desa Koto Baru masih mempertahankan pengobatan
tradisional adalah keterbatasan akses terhadap fasilitas kesehatan modern. Meski sebagian
warga sudah mulai beralih ke fasilitas kesehatan, beberapa masih memilih pengobatan
tradisional karena pertimbangan pragmatis dan kultural.

Di sisi lain, WHO memperkirakan sekitar 80% penduduk dunia masih menggantungkan
diri pada pengobatan tradisional.Ini menunjukkan bahwa obat-obatan herbal memiliki
potensi dan peluang untuk dikembangkan, di samping keterbatasan obat modern. Oleh
karena itu, pemanfaatan tumbuhan obat oleh masyarakat Desa Koto Baru layak dicermati dan
dilestarikan.

Sayangnya, pengetahuan tentang pemanfaatan tumbuhan obat sebagai warisan


leluhur ini belum banyak diteliti dan terdokumentasikan dengan baik. Padahal, penelitian
etnobotani diperlukan untuk memahami manfaat tumbuhan obat bagi kesehatan
masyarakat. Ini juga penting dalam upaya pelestarian pengetahuan lokal yang berharga
namun rentan terancam punah.

Oleh karena itu, studi mendalam tentang pemanfaatan jenis tumbuhan obat oleh
masyarakat Desa Koto Baru dipandang penting dan strategis. Penelitian ini diharapkan dapat
mengungkap potensi tumbuhan obat setempat, sekaligus melestarikan pengetahuan lokal
yang dimiliki masyarakat.

B.Rumusan Maasalah
1. Bagaimana masyarakat desa Koto Baru memilih jenis tanaman obat yang akan mereka
manfaatkan?
2. Bagian mana dari tanaman yang umumnya dipilih oleh masyarakat desa untuk digunakan
sebagai obat?
3. Bagaimana proses penggunaan tanaman obat dalam pengobatan dihubungkan dengan
pemilihan jenis tanaman tersebut?

C.Tujuan Penelitian

Tujuan dari rumusan masalah tersebut adalah untuk menyelidiki dan memahami
bagaimana masyarakat desa Koto Baru memilih, memanfaatkan jenis tanaman obat, serta
proses penggunaannya dalam konteks pengobatan. Rumusan masalah bertujuan agar
penelitian atau studi lebih fokus dan dapat memberikan pemahaman yang mendalam terkait
praktik penggunaan tanaman obat dalam masyarakat tersebut.

D. Manfaat Penelitian

Secara teoritis, penelitian ini dapat memberikan kontribusi terhadap pemahaman


ilmiah tentang praktik penggunaan tanaman obat di masyarakat desa Koto Baru. Penelitian
ini dapat menghasilkan wawasan baru, teori-teori terkait pengobatan tradisional, dan
kontribusi terhadap bidang etnobotani.

Sedangkan secara praktis, hasil penelitian dapat memberikan panduan bagi pihak
terkait, seperti pemerintah atau lembaga kesehatan, untuk memahami dan mendukung
praktik pengobatan tradisional masyarakat desa. Ini juga dapat memberikan informasi yang
berguna dalam pelestarian pengetahuan lokal tentang tanaman obat serta potensinya
sebagai alternatif atau pelengkap dalam sistem kesehatan masyarakat.

E.Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif kualitatif dengan pengumpulan data
melalui wawancara terhadap responden. Penelitian dilakukan di Desa Koto Baru, Kecamatan
Bayang, Kabupaten Pesisir Selatan pada bulan Oktober-November 2023.

F.Prosedur Penelitian

1. Langkah pertama adalah melakukan observasi untuk mendapatkan informasi dari


masyarakat.
2. Setelah observasi, data dikumpulkan melalui wawancara dengan responden yang telah
dipilih berdasarkan hasil observasi sebelumnya.
G. Hasil Dan Pembahasan

Berdasarkan temuan dari wawancara bersama warga desa Koto Baru, mayoritas
penduduknya mendatangi fasilitas kesehatan, sementara sebagian lainnya memilih
menggunakan pengobatan tradisional yang sering disebut sebagai “dukun” oleh masyarakat
setempat. Varian pilihan ini dipengaruhi oleh perbedaan kepercayaan di kalangan
masyarakat, di mana ada yang lebih cenderung mencari pengobatan melalui fasilitas
kesehatan formal.

1. Jahe

Jahe, secara ilmiah dikenal sebagai Zingiber officinale, adalah tanaman rimpang yang populer
sebagai rempah dan obat. Rimpang jahe memiliki bentuk jemari yang membesar di ruas-ruas
tengah, dan rasa pedasnya berasal dari zingeron, sebuah senyawa keton.

Beberapa studi menunjukkan bahwa jahe memiliki manfaat signifikan. Pertama, jahe dapat
merangsang pelepasan hormon adrenalin, memperlebar pembuluh darah, dan meningkatkan
aliran darah, sehingga dapat menurunkan tekanan darah dan meningkatkan efisiensi kerja
jantung. Jahe juga mengandung enzim pencernaan seperti protease dan lipase, yang
mendukung pemecahan protein dan lemak, memperbaiki proses pencernaan.

Komponen bioaktif dalam jahe, terutama gingerol, memiliki sifat antikoagulan yang dapat
mencegah penggumpalan darah dan membantu menurunkan kadar kolesterol. Jahe juga
bermanfaat untuk kesehatan pencernaan dengan memblokir serotonin, mengurangi
kontraksi perut, dan mencegah mual, terutama pada kondisi mabuk perjalanan.

Jahe memberikan kenyamanan pada lambung dan membantu mengatasi masalah perut,
seperti kram menstruasi atau kram akibat konsumsi makanan berlemak berlebihan. Selain itu,
jahe berfungsi sebagai penangkal pilek dan flu berkat kandungan antioksidannya yang
melawan radikal bebas dalam tubuh. Terakhir, jahe memiliki sifat pereda nyeri alami,
membantu meredakan sakit rematik, kepala, dan migren, baik melalui minuman jahe maupun
dalam hidangan seperti soto, semur, atau rendang.

Menurut para ahli, konsumsi jahe dengan bijak dapat memberikan berbagai manfaat
kesehatan, namun tetap penting untuk berkonsultasi dengan profesional kesehatan sebelum
mengintegrasikan jahe dalam rutinitas harian.

2. Serai

Khasiat anti-inflamasi yang terkandung dalam serai diyakini memiliki potensi untuk
mengurangi rasa nyeri dan pembengkakan, menurunkan suhu tubuh saat demam, serta
memberikan rangsangan pada rahim. Selain itu, dikenal pula bahwa serai dapat merangsang
aliran menstruasi, mendukung kelancaran proses tersebut.

3. Tanaman Jarak

Daun jarak memiliki struktur istimewa yang mendukung fungsinya, seperti tepi bergerigi atau
berlekuk untuk meningkatkan luas permukaan daun demi optimalisasi penyerapan cahaya
matahari. Jaringan pembuluh darah pada daun jarak bertugas mengangkut udara, nutrisi, dan
zat lainnya ke seluruh tanaman. Tanaman jarak pagar, dikenal sebagai Jatropha curcas, telah
lama menjadi bagian dari warisan masyarakat desa Koto Baru sebagai pengobatan tradisional,
khususnya melalui pemanfaatan daunnya. Secara turun-temurun, tanaman ini sering
digunakan untuk mengatasi berbagai kondisi kesehatan seperti demam, masalah kulit, sakit
gigi, sariawan, luka, rematik, batuk, perut kembung, dan manfaat kesehatan lainnya.

Menurut beberapa ahli, struktur unik pada daun jarak, seperti tepi bergigi, dapat
meningkatkan efisiensi fotosintesis, sementara jaringan pembuluh darah membantu dalam
distribusi nutrisi. Pemanfaatan tanaman ini sebagai obat tradisional mencerminkan
pengetahuan lokal yang berharga dalam bidang pengobatan herbal, dengan potensi manfaat
yang belum sepenuhnya terungkap secara ilmiah.

4. Tanaman Alpukat

Masyarakat desa Koto Baru memanfaatkan tanaman alpukat sebagai pengobatan tradisional,
khususnya pada daunnya. Daun alpukat dimanfaatkan oleh warga setempat sebagai ramuan
untuk mengatasi tekanan darah tinggi, dengan cara direbus menggunakan air bersih.

5. Tanaman Sedingin

Tanaman mirip cocor bebek yang disebut sedingin digunakan oleh masyarakat desa Koto Baru
sebagai obat tradisional, terutama pada bagian daunnya. Mereka mengambil daun sedingin,
meremasnya, dan mencampurkannya dengan air putih sebelum akhirnya mencampurnya
dengan telur ayam kampung.

Jenis Jenis-jenis tanaman obat tradisional di desa koto baru :

Gambar Nama Ilmiah Kegunaan Cara Bahasa


Mengolahnya daerah dan
bahasa
Indonesia
nya Tanaman
obat
Ricinus Demam, Direndam Tanaman
communis panas tinggi dengan air jarak
yang bersih (Tanaman
jarak)

Persea Hipertensi Direbus Tanaman


americana pokat
(Tanaman
alpukat)

Cymbopogon Mengurangi Direbus Tanaman


citratus kolesterol sarai
dalam darah (Tanaman
serai)

Kalanchoe Demam, Diremas Tanaman


pinnata panas dingin sampai keluar sidingin
airnya lalu di (Tanaman
campur sedingin)
dengan telur
ayam
kampung

Zingiber Radang Di rebus Tanaman


Officinale Var tenggorokan sipadeh
Rubrum (Tanaman
Rhizoma jahe)

Kesimpulan:

Masyarakat desa Koto Baru memanfaatkan beragam jenis tanaman sebagai obat tradisional,
yang secara turun temurun telah digunakan untuk mengatasi berbagai keluhan kesehatan.
Beberapa tanaman yang dimanfaatkan antara lain jahe, serai, tanaman jarak, alpukat, dan
sedingin. Masing-masing tanaman memiliki khasiat tertentu seperti meredakan demam,
menurunkan tekanan darah, hingga mengobati luka.

Cara pemanfaatan tanaman obat juga beragam diantaranya dengan cara direbus, direndam,
atau dijadikan ramuan. Meski demikian, penggunaan tanaman obat tradisional tetap perlu
memperhatikan aturan dan takaran yang tepat agar tidak berdampak buruk bagi kesehatan.
Perlu dilakukan sosialisasi dan pendampingan terkait pemanfaatan tanaman obat tradisional
agar masyarakat mendapatkan informasi yang benar dan praktik pengobatan tradisional
tetap terjaga keberlanjutannya.

Daftar Pustaka

Aminah, S. 2015. Klasifikasi Tanaman Obat di Indonesia. Jurnal Ilmiah Budidaya Tanaman
Obat, 2(1)

Hidayat, S. Dan Hardiansyah, G. 2012. Tumbuhan Berkhasiat Obat di Kabupaten Bogor. Media
Konservasi Vol. 17, No. 1 April 2012 : 23 – 32

Suroto. 2016. Bahaya Pengobatan Alternatif bagi Kesehatan. Jurnal Kesehatan Masyarakat
Andalas, 11(2)

Wijayakusuma, H.M. 2000. Ensiklopedia Milenium Tumbuhan Berkhasiat Obat Indonesia Jilid
I. Pustaka Widyamara. Jakarta.

Zuhud, E.A.M., Hikmat, A., dan Nurhayati. 2011. Etnobotani Daerah Jambi: Pemanfaatan
Keanekaragaman Tumbuhan oleh Masyarakat Lokal di Taman Nasional Batang Gadis.
Departemen Biologi FMIPA IPB, SEAMEO-BIOTROP. Bogor. Pp 20-27.

Das könnte Ihnen auch gefallen