Sie sind auf Seite 1von 3

PANDEMI COVID-19 BUKANLAH AKHIR DUNIA

Oleh : Taufik S.1

Telah kita rasakan bersama dampak yang luar biasa dari pandemi Covid-19 hingga
hari ini. Jelang Hari Kemerdekaan RI ke-75 yang seperti biasanya ramai dengan hiruk
pikuk perayaannya, masih tampak sepi tak ada aktivitas selain pemasangan umbul-umbul
dan pernak-pernik hiasan bendera merah putih. Suasana sekolah pun tidak kalah sepinya
terutama bagi yang berada di zona merah dan kuning. Entah apakah sama halnya bagi
mereka yang berada di zona hijau. Sudahkah masuk beraktivitas belajar tatap muka
langsung di sekolah seperti biasanya? walaupun harus dengan sistem shift kuota 50%,
atau masihkah tetap sama dengan yang berada di zona merah dan kuning? dengan sistem
pembelajaran daringnya.
Sebagian besar orangtua siswa mengeluhkan kondisi pembelajaran daring. Mereka
berdalih sudah banyak pusat-pusat keramaian masyarakat telah dibuka. Tak seperti halnya
sekolah yang masih saja ditutup karena kebijakan pemerintah, baik pusat maupun daerah.
Prinsipnya hanya satu, “mencegah lebih baik daripada mengobati!”. Sebuah kalimat yang
tentunya tak asing terdengar di telinga kita. Ditengah kondisi keprihatinan pandemi ini
tentunya tidak semua berdampak negatif. Ada juga beberapa dampak positifnya. Berikut
dampak positif pandemi Covid-19 yang dapat kita rasakan bersama.
1. Meningkatnya kepedulian dan sisi spiritual kemanusiaan
Adanya pandemi membuat kita jadi lebih peduli dengan sesama dan memaksa
diri untuk bisa bekerja sama secara global, kompak melakukan social
distancing dan juga isolasi mandiri. Pemerintah di seluruh dunia pun
menerapkan langkah-langkah ekonomi untuk membantu mereka yang rentan
secara ekonomi. Dunia saat ini, seakan sedang berbondong-bondong untuk
mengalahkan musuh besar bersama yakni virus Corona.
Beberapa Pemerintah negara dunia juga, sudah banyak yang mengoordinasikan
tindakan pencegahan dengan cara bekerja sama yang dahulunya tak terlihat kini
dapat kita saksikan. Sebuah bentuk kerja sama dalam skala global yang belum
pernah terjadi sebelum kepanikan mengenai Covid-19 menyita perhatian.
Sebagaimana China telah mengerahkan dokter dan ahli kesehatan masyarakat

1
Penulis adalah Guru di SMK Darma Bakti Cileungsi Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
untuk membantu Italia dari krisis yang sedang berlangsung. 2 Begitupun dengan
warga Israel dan Palestina yang bersatu untuk memerangi epidemi. 3 Peristiwa
ini mengingatkan bahwa fitrahnya hidup manusia secara tidak langsung saling
terhubung, kita disadarkan kembali betapa berharganya kita satu sama lain.
Hidupnya sisi lain spiritual kemanusiaan, manusia saling membantu tanpa perlu
melihat suku, ras, atau kepercayaan.
2. Kesadaran akan pentingnya kebersihan dan pola hidup sehat
Maraknya pemberitaan mengenai wabah virus Corona memang membuat panik
di sejumlah negara. Namun dibalik itu, karena wabah tersebut kita sekarang
lebih memperhatikan kesehatan dan lebih menjaga kebersihan . Banyaknya
aktivitas pencegahan penularan melawan virus Corona kian digalakan. Mulai
dari seringnya mencuci tangan, menggunakan masker, hingga membersihkan
tempat-tempat umum yang sering menjadi pusat berkumpulnya masyarakat
dengan disinfektan. Selain itu masyarakat juga sadar betul akan pentingnya
menjaga kebersihan pribadi. Buktinya, ditandai dari banyaknya para pengguna
hand sanitizer yang sampai-sampai mengakibatkan produk ini langka di
pasaran bulan maret lalu. 4 Sulit dipercaya tetapi itulah faktanya.
3. Perubahan perilaku dalam menggunakan media internet
Awalnya mungkin terasa sulit untuk melakukan segala aktivitas hanya dari
rumah. Tapi hal itu perlu dilakukan untuk menyelamatkan kesehatan pribadi
dan saling menjaga satu sama lain. Kebijakan isolasi mandiri, membuat
aktivitas yang dilakukan di dalam rumah menjadi pendorong terjadiya
perubahan. Satu diantaranya adalah perubahan perilaku dalam menggunakan
internet sebagai media interaksi jarak jauh. Media sosial di internet yang akrab
dengan keseharian kita, yang kadang isinya banyak sekali berseliweran isu
politik hingga perubahan iklim, perang budaya hingga resesi seks, kasus bunuh
diri karena keputusasaan, dan bullying yang rentan merusak mental, tidak lagi
mendominasi. Segala masalah yang menjadi penyebab dari gejala perilaku
individualisme yang merajalela di dunia maya, dengan adanya musibah
pandemi Covid-19 perilaku tersebut seketika sirna. Media sosial telah menjadi

2
https://dunia.tempo.co/read/1318468/cina-kirim-dokter-bantu-italia-atasi-virus-corona/full&view=ok
3
https://www.nu.or.id/post/read/118147/saat-palestina-israel-bersatu-perangi-virus-corona
4
https://hype.grid.id/read/432068645/hand-sanitizer-jadi-barang-langka-who-rilis-bahan-dan-cara-
membuatnya?page=all
tempat saling berbagi kebaikan. Para penggunanya kini lebih senang berbagi
hal-hal yang lebih berguna dalam menghadapi pandemi dibanding hal lainnya.
Ada pengguna media sosial yang telah membagikan detail hobi baru mereka,
termasuk membaca, membuat kue, merajut, dan melukis. Perpustakaan Umum DC di
Washington adalah diantara mereka yang menjadi tuan rumah klub buku virtual. Lalu
ada juga para koki dunia yang turut menjadi inisiator dalam hal berbagi di media
sosialnya. Satu diantaranya, bintang koki Italia Michelin Massimo Bottura yang telah
meluncurkan seri Instagram yang disebut Kitchen Quarantine. 5 Di dalamnya, ia
mengajarkan resep dasar untuk calon pecinta makanan yang terjebak di rumah.
4. Tumbuhnya kreativitas yang melahirkan inovasi baru
Sekarang dengan jutaan orang yang terjebak dalam isolasi, banyak yang
menggunakan kesempatan untuk menjadi kreatif. Seorang guru seni di negara bagian
Tennessee, AS, telah membuat kelas streaming langsung untuk anak-anak yang tidak
bersekolah, menginspirasi mereka untuk menjadi kreatif di rumah. Sementara itu,
banyak ruang publik telah ditutup, penggemar seni telah membuat sebagian besar tur
virtual yang ditawarkan oleh galeri terbesar di dunia, mengamati lukisan-lukisan
terkenal Louvre di Paris dan patung klasik museum Vatikan dari ruang tamu mereka.
Di dalam negeri Indonesia sendiri tak ketinggalan kreatifnya. Seperti yang dilakukan
oleh alumni UGM yang membantu mengatasi kekurangan masker dengan membuat
masker yang bisa dicuci ulang.6 Tidak hanya itu, kreativitas lain yang juga tidak kalah
menariknya, seperti mahasiswa Rumah Bahasa UI yang menjadi relawan Covid-19
dan membantu mengedukasi masyarakat.7
Tentu selalu ada hikmah dalam setiap peristiwa. Tak selamanya disetiap musibah
yang melanda hanya berisikan dampak negatif (kesulitan dan kesusahan). Akan tetapi ada
banyak pula bersamanya dampak positif (kemudahan-kemudahan) yang terkemas cantik
didalamnya. “Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Maka apabila engkau
telah selesai (dari sesuatu urusan), tetaplah bekerja keras (untuk urusan yang lain)”. 8
Ya....walau bagaimanapun dahsyatnya pandemi Covid-19, ini bukanlah akhir dari dunia
kita. Tetap semangat menjalani perubahan hidup ini dan nikmati setiap episode kisahnya.
So, don’t sad and be happy!

5
https://www.instagram.com/explore/tags/kitchenquarantine/
6
https://ugm.ac.id/id/berita/19306-alumni-ugm-produksi-masker-yang-bisa-dicuci-ulang
7
https://edukasi.kompas.com/read/2020/04/25/164216771/kisah-danti-relawan-rumah-bahasa-ui-edukasi-
masyarakat-terkait-wabah-corona
8
Terjemah Al-Qur’an Surat Al-Insyirah Ayat 6-7.

Das könnte Ihnen auch gefallen