Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
NPM : 2115200001
Mata Kuliah :Metafisika Ketuhanan
Program Studi : Magister Akuntansi
Hari/Tanggal : Jumat 15-7-2022
1. Kepercayaan kepada Tuhan bukan lagi kepercayaan semata, tapi sudah menjadi
bagian pengetahuan yang berdimensi sangat tinggi, apa pendapat anda tentang
argument ini, coba paparkan dengan singkat .
Mengakui dan mempercayai adanya Tuhan hanya dapat dilakukan dengan
mengasah ilmu pengetahuan. Semakin sering menggali ilmu pengetahuan
seharusnya seseorang itu semakin percaya adanya Tuhan. Seseorang yang telah
memiliki pengetahuan lebih dan bukan hanya sekedar mengetahui akan mengakui
adanya Tuhan. Ketika Tuhan menunjukan sebagian tanda kebesaran-Nya dan
kebenaran firman-Nya, secara otomatis semua janji serta perkataan Tuhan dalam
kitab suci yang lain, yang belum tampak (metafisik) adalah sebuah kepastian
yang akan berlaku, terjadi. Namun sejauh ini masih banyak manusia yang belum
mampu menangkap tanda-tanda tersebut dan masih saja melakukan serta tidak
takut dengan perbuatan-perbuatan yang jelas-jelas dilarang Tuhannya.
Prof. Kadirun Yahya mengatakan “Belief in God is no longer more a Belief, but
it has become a science of the highest dimension”. Yang artinya, Kepercayaan
kepada Tuhan bukan lagi merupakan kepercayaan semata-mata, tetapi
kepercayaan telah bertukar wujud menjadi Ilmiah yang setinggi-tinggi
dimensinya. Ilmu metafisika adalah ilmu yang melebihi ilmu fisika. Ilmu
metafisika dapat dikatakan ilmu pengetahuan universal, karena semua dikaitkan
dengan yang ada.
3. Jiwa meliputi seluruh tubuh manusia, sehingga jika di cubit yang mana saja dari
tubuh maka jiwalah yang akan merasakanya, coba jelaskan beberapa contoh yang
dapat dirasakan jiwa dalam bentuk yang tidak bersentuhan dengan fisik.
Lubuk hati, akal, kekuatan, semangat dan keberanian, kita melihat, mendengar,
ingat akan sesuatu peristiwa yang terjadi , menilai, bermenung-menung, merasa
sakit, suah , memutuskan sesuatu, mempunyai cita- cita, mengalami berbagai
perasaan seperti rindu, saying, cinta , benci. Gejala-gejala ini biasanya dibagi
menjadi tiga golongan yaitu: mengerti-merasa-menghendaki, atau pikiran-rasa-
kemauan, atau cipta – rasa- karsa yang disebut trias dinamika manusia. Semua
gejala-gejala ini, walaupun agak berbeda-beda satu sama lain namun merupakan
satu kesatuan juga, karena dipersatukan dalam “aku” dalam semua gejala ini,
dalam semua perbuatan -perbuatannya dan kegiatan manusia mengalami dirinya
sendiri sebagai aku , sebagai sumber dan pendukung dari segala kegiatan nya itu.
Yang berpikir itu bukan akal melainkan “aku” (sang jiwa) dengan
mempergunakan akalku, yang merasa tertarik itu bukanlah rasa, melainkan “aku
keseluruhannya yang disebut dengan jiwa.
5. Jelaskan yang dimaksud dengan jiwa, dan bagaimana cara mengelola jiwa agar
jiwa memiliki akhlak yang bagus dan baik dalam presfektif metafisika ketuhanan.
Di dalam kamus bahasa Indonesia disebutkan bahwa jiwa adalah ruh yang ada di
kehidupan batin manuisa, atau keseutuhan yang terjadi dari perasaan batin,
pikiran, angan-angan, dan sebagainya. Di dalam bahasa Arab, jiwa diartikan
sebagai Nafs. An-Nafs menunjukan arti keluarnya angin lembut bagaimanapun
adanya. Al-nafs juga diartikan darah, karena seseorang apabila kehilangan darah
maka ia kehilangan jiwanya, atau hati (qalb) dan sanubari yang ada padanya ada
rahasia yang tersembunyi. Juga berarti ruh. Jiwa kadangkala diartikan sebagai
sesuatu yang berbentuk fisik yang materil melekat pada diri manusia, tampak dan
tidak tersembunyi, tetapi pada waktu lain ia mengandung arti sebagai sesuatu
yang berbentuk non materil, yang mengalir pada diri fisik manusia sebagai
substansi ruh, ataupun substansi berfikir.
Rekostruksi karakter dalam proses pendidikan yang berbasis nilai religious
adalah merupakan yang menganalisa dan berusaha mengenakan kebenaran
wahyu Tuhan (konservasi moral). Namun ada juga pendidikan karakter berbasis
nilai budaya, antara lain budi pekerti, pancasila, apresiasi sastra, keteladanan
tokoh-tokoh sejarah dan pemimpin bangsa, Disamping pendidikan karakter
berbasis religious dan nilai budaya terdapat juga Pendidikan karakter berbasis
lingkungan (konservasi Lingkungan) serta pendidikan karakter berbasis potensi
diri. Dimana hasil proses kesadaran pemberdayaan potensi diri yang diarahkan
untuk meningkatkan kualitas pendidikan (konservasi humanis).
Rekontruksi jiwa bangsa berbasis metafisika dapat dilakukan bukan hanya secara
horizontal saja akan tetapi dapat dilakukan secara vertikal ke atas. Bangsa
Indonesia akan bangkit untuk dpat membangun jiwa/jasmani secara horizontal
dan merekontruksi rohani menuju vertikal ke atas kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Dalam melakukan rekonstruksi bangsa berbasis metafisika, merupakan suatu
ilmu yang dapat diterapkan untuk menjelaskan aqidah dan tauhid pada lintas
sektor agama”. Cita-cita pendidikan nasionlal adalah: menciptakan manusia
indonesia yang berkpribadian, cerdas, pintar, tetapi juga berakhlak dan
berkerakter.
Jadi peran pembelajaran metafisika dapat dipakai untuk mengisi jiwa bangsa dari
berbagai lapisan agama dengan nilai-nilai luhur bangsa Indonesia. Pada
horizontalnya jiwa bangsa dapat di isi dengan pancasila, sedang pada vertikalnya
dapat mengisi rohani bangsa indonesia dengan tauhid dalam diri masing-masing
agama secara benar-benar sesuai dengan hukum hukumnya (Firman Tuhan pada
masing-masing kitab suci).