Sie sind auf Seite 1von 26

KAPIKTA SELEKTA II

MINI RESEARCH

OLEH :
KELOMPOK 7

NAMA : ELIA ELFANI (4153111016)


FEBY TRIA LESMANA (4151111028)
HERLINA SARI RITONGA (4151111031)
ILMA YUSNITA DAULAY (4151111033)
KELAS : MATEMATIKA DIK B 2015

JURUSAN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena rahmat,
karunia, serta petunjuk-Nya kami dapat menyelesaikan tugas Kapikta Selekta II
untuk mengetahui “Metode dan Kesulitan Apa yang Dihadapi Guru Ketika
Mengajarkan Materi Eksponen ”. Tidak lupa juga kami berterimakasih atas
bantuan dari segala pihak yang turut berkontribusi dalam penyusunan Mini Riset
ini baik materi maupun pikiran.
Kami berharap Mini Riset ini dapat menambah wawasan serta
pengetahuan bagi para pembaca. Oleh sebab itu, kami mengharapkan adanya
kritik, saran, serta usulan yang membangun demi perbaikan struktur maupun isi
dari makalah ini agar kami dapat menjadikannya lebih baik di hari yang akan
datang.
Sekiranya Mini Riset yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami
sendiri maupun orang yang membacanya. Kami sadar akan keterbatasan
pengetahuan dan pengalaman kami. Oleh karena itu, sebelumnya kami mohon
maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan memohon
masukan dari para pembaca. Terimakasih.

Medan, April 2018

Penulis

Page | i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..........................................................................................i


DAFTAR ISI .......................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................1
1.3 Tujuan......................................................................................................1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Materi Fungsi Eksponen ..........................................................................2
2.2. Model-model pembelajaran.....................................................................3
2.3. Metode pembelajaran ..............................................................................6
2.4. Pendekatan pembelajaran ........................................................................7
2.5. Teori-teori belajar ....................................................................................9
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Tempat dan waktu penelitian 13
3.2 Jenis penelitian 13
3.3 Prosedur penelitian ..................................................................................13
3.4 Tekhnik Pengumpulan Data ....................................................................13
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Waktu dan Tempat Wawancara.................................................................14
4.2 Hasil Wawancara ......................................................................................
4.3 Perbandingan KTSP dengan Kurikulum 2013
4.4 Pembahasan ..............................................................................................
4.5 Analisis Kelompok ...................................................................................
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan ...............................................................................................
5.2 Saran .........................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................
LAMPIRAN ........................................................................................................

Page | ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam dunia pendidikan saat ini sangat membutuhkan guru atau tenaga
pendidik yang berkualitas. Apalagi pada kurikulum 2013 ini guru dituntut untuk
untuk menjadi guru yang kreatif, sehingga dapat membantu siswa dalam
memahami materi atau pelajaran dengan mudah. Dengan guru yang kreatif
diharapkan siswa tidak mudah bosan dalam menerima pelajaran. Terutama untuk
pelajaran matematika, karena selama ini siswa selalu menganggap pelajaran
matematika itu sebagai hal yang sulit dan membosankan.
Perkembangan zaman semangkin maju yang berdampak pada perkembangan
dunia pendidikan, tidak semua materi dijelaskan dengan metode yang sama. Kami
melakukan wawancara kepada guru matematika untuk mengetahui metode apa
yang digunakan guru untuk mengajar khususnya di materi eksponen dan kesulitan
apa yang dihadapi guru ketika mengajar materi eksponen, sehingga nantinya hasil
wawancara ini dapat bermanfaat bagi kita di kemudian hari.
1.2 Rumusan Masalah
1. Metode apa yang digunakan guru untuk mengajarkan materi eksponen?
2. Model dan pendekatan apa yang digunakan guru untuk mengajarkan
materi eksponen?
3. Apakah kesulitan yang dihadapi guru ketika mengajarkan materi
eksponen?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui metode yang digunakan guru untuk mengajarkan materi
eksponen.
2. Untuk mengetahui model dan pendekatan yang digunakan guru untuk
mengajarkan materi eksponen.
3. Untuk mengetahui kesulitan yang dihadapi guru ketika mengajarkan
materi eksponen.

Page | 3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Materi Fungsi Eksponen
Sifat-sifat bilangan berpangkat rasional, jika a dan b bilangan real, p dan q
bilangan rasional maka berlaku hubungan sebagai berikut :
1
1. a p xaq  a p  q 7. a p 
a p
p
pq
8. a  a p
q
2. a : a  a
p q q

3. (a p )q  a pq ab  a . b
p p p
9.
p
a a
4. (ab)  a .b
p p p
10. p
 p
b b

 ap 
p
a
5.     p  11. a 0  1
b b 

6. a  p 
1
a  0
ap
Bentuk perpangkatan yang pangkatnya merupakan suatu fungsi disebut
fungsi eksponen. Fungsi eksponen banyak manfaatnya dalam kehidupan.
Misalnya dalam peluruhan radioaktif, perhitungan bunga di Bank dan sebagainya.
Persamaan fungsi eksponen dan penerapannya
1. Bentuk a f ( x )  1
Jika a f ( x )  1 dengan a>0 dan a≠0 , maka f(x) = 0
2. Bentuk a f ( x )  a p
Jika a f ( x )  a p dengan a>0 dan a≠0 , maka f(x) = p
3. Bentuk af(x) = ag(x)
Jika af(x) = ag(x) dengan a>0 dan a≠0 , maka f(x) = g(x)
4. Bentuk a f ( x )  b f ( x )
Jika a f ( x )  b f ( x ) dengan a>0 dan a≠1, b>0 dan b≠1, dan a≠b maka
f(x) =0
5. Bentuk A(a f ( x ) ) 2  B(a F ( x ) )  C  0
Dengan memisalkan af(x) = p, maka bentuk persamaan di atas dapat
diubah menjadi persamaan kuadrat : Ap2 + Bp + C = 0.

Page | 4
2.2. Model – Model Pembelajaran
Model pembelajaran adalah bentuk pembelajaran yang tergambar dari
awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain, model
pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan,
metode, strategi, dan tehnik pembelajaran.

1. Pembelajaran Klasikal dan Individual


Pengajaran klasikal adalah model pembelajaran yang biasa kita lihat sehari
– hari. Pada model ini, guru mengajar sejumlah siswa, biasanya 30 sampai dengan
40 orang siswa di dalam sebuah ruangan. Para siswa memiliki kemampuan
minimum untuk tingkat itu dan diasumsikan mempunyai minat dan kecepatan
yang relatif sama. Dengan mondisi seperti ini, kondisis belajar siswa secara
individual baik menyangkut kecepata belajar, kesulitan belajar, dan minat belajar
sukar untuk diperhatikan oleh guru.

2. Cooperative Learning
Cooperative Learning mencakup suatu kelompok kecil siswa yang bekerja
sebagai sebuah tim untuk menyelesaikan sebuah masalah, menyelesaikan suatu
tugas, atau mengerjakan sesuatu untuk mencapai suatu tujuan bersama lainnya.
Cooperative Learning menekankan pada kehadiran teman sebaya untuk
berinteraksi antar sesamanya sebagai sebuah tim dalam menyelesaikan atau
membahas suatu masalah atau tugas.

3. Pengajaran Teman Sebaya sebagai Sumber Belajar


Tutor sebaya adalah sumber belajar selain guru, yaitu teman sebaya yang
lebih pandai memberikan bantuan belajar kepada teman – teman sekelasnya di
sekolah. Bantuan belajar oleh teman sebaya dapat menghilangkan kecanggungan.
Bahasa teman sebaya lebih mudah dipahami. Dengan teman sebaya tidak ada rasa
enggan, rendah diri, malu dan sebagainya untuk bertanya ataupun minta bantuan.

Page | 5
2.3. Metode Pembelajaran
Metode pembelajaran adalah prosedur, urutan, langkah- langkah, dan cara
yang digunakan guru dalam pencapaian tujuan pembelajaran. Dapat pula
dikatakan bahwa metode adalah prosedur pembelajaran yang difokuskan ke
pencapaian tujuan. Ada beberapa metode yang selama ini telah dikenal seperti
metode ceramah, tanya jawab, diskusi, demonstrasi, eksperimen, karya wisata,
dst.
1. Metode Ceramah adalah metode mengajar dengan menyampaikan informasi
dan pengetahuan secara lisan kepada sekelompok pendengar untuk mencapai
tujuan pembelajaran tertentu.
2. Metode diskusi adalah suatu cara mengajar yang dicirikan oleh suatu
keterkaitan pada suatu topik atau pokok pernyataan atau masalah dimana para
peserta diskusi berusaha untuk mencapai suatu keputusan atau pendapat yang
disepakati bersama maupun pemecahan terhadap suatu masalah dengan
mengemukakan sejumlah data dan argumentasi.
3. Metode tanya jawab adalah suatu cara penyampaian pelajaran oleh guru
dengan jalan mengajukan pertanyaan dan murid menjawab. Metode ini
dimaksudkan untuk menjajaki sejauh mana siswa telah memiliki pengetahuan
dasar mengenai materi yang akan dipelajari, memusatkan perhatian siswa
serta melihat sejauh mana kemajuan yang telah dicapai oleh siswa.
4. Metode demonstrasi adalah cara penyajian pelajaran dengan memperagakan
dan mempertunjukkan pada siswa tentang suatu proses, situasi atau benda
tertentu yang sedang dipelajari baik dalam bentuk sebenarnya maupun dalam
bentuk tiruan yang dipertunjukkan oleh guru atau sumber belajar lain yang
ahli dalam topik bahasan yang harus didemonstrasikan.
5. Metode pembelajaran eksperimental adalah suatu cara pengelolaan
pembelajaran di mana siswa melakukan aktivitas percobaan dengan
mengalami dan membuktikan sendiri suatu yang dipelajarinya.
6. Metode Study Tour (karya wisata) adalah metode mengajar dengan mengajak
siswa mengunjungi suatu objek guna memperluas pengetahuan dan
selanjutnya peserta didik membuat laporan dan mendiskusikan serta
membukukan hasil kunjungan tersebut dengan didampingi oleh pendidik.

Page | 6
7. Metode Drill adalah suatu metode mengajar dengan memberikan kegiatan
latihan keterampilan secara berulang kepada peserta didik agar siswa
memiliki keterampilan yang lebih tinggi terkait materi yang dipelajari.
Metode Drill bertujuan melahirkan keterampilan melakukan sesuatu serta
membentuk kebiasaan atau pola yang otomatis pada peserta didik.
8. Metode simulasi digunakan untuk mengajarkan materi dengan menerapkan
sesuatu yang hampir serupa dengan kejadian yang sebenarnya. Tujuannya
untuk meningkatkan aktivitas belajar dan keterampilan siswa melakukan
suatu keterampilan, melatih kerjasama kelompok, dan membangkitkan
motivasi belajar siswa

2.4. Pendekatan Pembelajaran


Pendekatan pembelajaran adalah sudut pandang, asumsi dan keyakinan
kita terhadap proses pembelajaran. Pendekatan adalah konsep dasar yang
mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran.

1. Pendekatan Kooperatif (Kerjasama)


Model pembelajaran kooperatif adalah kegiatan pembelajaran dengan cara
berkelompok untuk bekerja sama saling membantu mengkontruksi konsep,
mengerjakan tugas, menyelesaikan masalah/ persoalan, atau mengerjakan sesuatu
untuk mencapai tujuan bersama lainnya. Bukanlah cooperative learning namanya
jika siswa duduk bersama dalam kelompok-kelompok kecil dan mempersilahkan
salah seorang di antaranya untuk menyelesaikan pekerjaan seluruh kelompok.

2. Pendekatan Tematik
Pembelajaan tematik adalah pembelajaran terpadu yang menggunakan
tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan
pengalaman bermakna kepada siswa. Tema adalah pokok pikiran atau gagasan
pokok yang menjadi pokok pembicaraan. Tema yang diangkat dalam pendekatan
tematik kaya dengan kemungkinan konsep-konsep terbaik dari berbagai disiplin.
Tema yang terpilih menjadi sentral kegiatan belajar siswa. Melalui tema siswa
mempelajari konsep-konsep dari suatu atau beberapa bidang studi.

Page | 7
3. Pendekatan Kontekstual
Pendekatan Kontekstual atau Contextual Teaching and Learning (CTL)
merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang
diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat
hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam
kehidupan mereka.

4. Pendekatan Konstruktivisme
Pendekatan konstruktivisme merupakan pendekatan dalam pembelajaran
yang lebih menekankan pada tingkat kreatifitas siswa dalam menyalurkan ide-ide
baru yang dapat diperlukan bagi pengembangan diri siswa yang didasarkan pada
pengetahuan. Dalam pendekatan konstruktivisme ini peran guru hanya sebagai
pembibimbing dan pengajar dalam kegiatan pembelajaran. Jadi pendekatan
konstruktivisme merupakan pembelajaran yang lebih mengutamakan pengalaman
langsung dan keterlibatan siswa dalam kegiatan pembelajaran.

5. Pendekatan Deduktif
Pendekatan deduktif (deductive approach) adalah pendekatan yang
menggunakan logika untuk menarik satu atau lebih kesimpulan (conclusion)
berdasarkan seperangkat premis yang diberikan. Pendekatan deduktif merupakan
proses penalaran yang bermula dari keadaan umum ke keadaan khusus sebagai
pendekatan pengajaran yang bermula dengan menyajikan aturan, prinsip umum
dan diikuti dengan contoh contoh khusus atau penerapan aturan, prinsip umum ke
dalam keadaan khusus.

6. Pendekatan Induktif
Pendekatan pembelajaran induktif dipelopori oleh Taba. Induktif adalah
suatu pendekatan yang didesain untuk meningkatkan kemampuan berpikir.
pendekatan indektif dalam pembelajaran adalah suatu kegiatan belajar mengajar,
dimana guru bertugas memfasilitasi siswa untuk menemukan suatu kesimpulan
sebagai aplikasi hasil belajar melalui strategi pembentukan konsep, interpretasi
data dan aplikasi prinsip.

Page | 8
2.5. Teori-Teori Belajar
Teori belajar merupakan upaya untuk mendeskripsikan bagaimana manusia
belajar, sehingga membantu kita semua memahami proses inhern yang kompleks
dari belajar.
1. Teori Belajar Behavioristik
Menurut teori behavioristik, belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai
akibat adanya interaksi antara stimulus (rangsangan) dan respon (tanggapan).
Dengan kata lain, belajar merupakan bentuk perubahan yang dialami siswa dalam
hal kemampuannya untuk bertingkah laku dengan cara yang baru sebagai hasil
interaksi antara stimulus dan respon. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika
ia dapat menunjukkan perubahan pada tingkah lakunya.
a) Thorndike
Menurut thorndike, belajar merupakan proses interaksi antara
stimulus dan respon. Dan perubahan tingkah laku merupakan akibat dari
kegiatan belajar yang berwujud konkrit yaitu dapat diamati atau berwujud
tidak konkrit yaitu tidak dapat diamati. Teori ini juga disebut sebagai aliran
koneksionisme (connectinism).
b) Watson
Menurut Watson, belajar merpakan proses interaksi antara stimulus
dan respon, namun stimulus dan respon yang dimaksud harus berbentuk
tingkah laku yang dapat diamati dan dapat diukur. Dengan kata lain,
meskipun ia mengakui adanya perubahan-perubahan mental dalam diri
seseorang selama proses belajar, namun ia menganggap hal-hal tersebut
sebagai faktor yang tak perlu diperhitungkan. Ia tetap mengakui bahwa
perubahan-perubahan mental dalam bentuk benak siswa itu penting,
namun semua itu tidak dapat menjelaskan apakah seseorang telah belajar
atau belum karena tidak dapat diamati.
c) Clark Hull
Clark Hull juga menggunakan variable hubangan antara stimulus
dan respon untuk menjelaskan pengertian tentang belajar. Namun ia sangat
terpengaruh oleh teori evolusi Charles Darwin. Baginya, seperti teori
evolusi, semua fungsi tingkah laku bermanfaat terutama untuk menjaga

Page | 9
kelangsungan hidup manusia. Oleh sebab itu, teori ini mengatakan bahwa
kebutuhan biologis dan pemuasan kebutuhan biologis adalah penting dan
menempati posisi sentral dalam seluruh bagian manusia, sehingga stimulus
dalam belajarpun hampir selalu dikaitkan dengan kebutuhan
biologis,walaupun respon yang akan muncul mungkin dapat bermacam-
macam bentuknya.
d) Skinner
Konsep-konsep yang dikemukakan oleh Skinner tentang belajar
mampu mengungguli konsep-konsep lain yang dikemukakan oleh para
tokoh sebelumnya. Ia mampu menjelaskan konsep belajar secara
sederhana, namun dapat menunjukkan konsepnya tentang belajar secara
lebih komprehensif. Menurutnya, hubungan antara stimulus dan respon
yang terjadi melalui interaksi dalam lingkungannya, yang kemudian akan
menimbulkan perubahan tingkah laku, tidaklah sesederhana yang
digambarkan oleh para tokoh sebelumnya.

2. Teori Belajar Kognitif


Teori ini mengatakan bahwa belajar tidak sekedar melibatkan hubungan
antara stimulus dan respon, melainkan tingkah laku seseorang ditentukan oleh
persepsi serta pemahamannya tentang situasi yang berhubungan dengan tujuan
belajarnya. Teori kognitif juga menekankan bahwa bagian-bagian dari suatu
situasi saling berhubungan dengan seluruh konteks situasi tersebut. Teori ini
berpandangan bahwa belajar merupakan suatu proses internal yang mencakup
ingatan, pengolahan informasi, emosi, dan aspek-aspek kejiwaan lainnya.
Beberapa pandangan tentang teori kognitif, diantaranya:
a. Teori perkembangan Piaget
Piaget merupakan salah seorang tokoh yang disebut-sebut sebagai
pelopor aliran konstruktivisme. Salah satu sumbangan pemikirannya yang
banyak digunakan sebagai rujukan untuk memahami perkembangan
kognitif individu yaitu teori tentang tahapan perkembangan individu.
Menurut Piaget, perkembangan kognitif merupakan suatu proses genetik,

Page | 10
yaitu suatu proses yang didasarkan atas mekanisme biologis
perkembangan sistem syaraf.
b. Teori belajar menurut Bruner
Dalam memandang proses belajar, Bruner menekankan adanya
pengaruh kebudayaan terhadap tingkah laku seseorang. Dalam teorinya,
“free discovery learning” ia mengatakan bahwa proses belajar akan
berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberikan kesempatan kepada
siswa untuk menemukan suatu konsep, teori, aturan, atau pemahaman
melalui contoh-contoh yang ia jumpai dalam kehidupannya. Menurut
Bruner perkembangan kognitif seseorang dapat ditingkatkan dengan cara
menyusun materi pelajaran dan menyajikannya sesuai dengan tahap
perkembangan orang tersebut.
c. Teori belajar bermakna Ausubel
Menurut Ausubel, belajar seharusnya merupakan asimilasi yang
bermakna bagi siswa. Materi yang dipelajari diasimilasikan dan
dihubungkan dengan pengtahuan yang telah dimiliki siswa dalam bentuk
strukur kognitif. Teori ini banyak memusatkan perhatiannya pada konsepsi
bahwa perolehan dan retensi pengetahuan baru merupakan fungsi dari
struktur kognitif yang telah dimiliki siswa.

3. Teori Belajar Konstruktivistik


Konstruktivistik merupakan metode pembelajaran yang lebih menekankan
pada proses dan kebebasan dalam menggali pengetahuan serta upaya dalam
mengkonstruksi pengalaman atau dengan kata lain teori ini memberikan keaktifan
terhadap siswa untuk belajar menemukan sendiri kompetensi, pengetahuan atau
teknologi, dan hal lain yang diperlukan guna mengembangkan dirinya sendiri.
Dalam proses belajarnya pun, memberi kesempatan kepada siswa untuk
mengemukakan gagasannya dengan bahasa sendiri, untuk berfikir tentang
pengalamannya sehingga siswa menjadi lebih kreatif dan imajinatif serta dapat
menciptakan lingkungan belajar yang kondusif.

Page | 11
4. Teori Belajar Humanistik
Menurut teori humanistik, proses belajar harus dimulai dan ditujukan
untuk kepentingan memanusiakan manusia itu sendiri. Oleh sebab itu, teori
belajar humanistik sifatnya lebih abstrak dan lebih mendekati bidang kajian
filsafat, teori kepribadian, dan psikoterapi, dari pada bidang kajian psikologi
belajar. Teori humanistik sangat mementingkan isi yang dipelajari dari pada
proses belajar itu sendiri serta lebih banyak berbiacara tentang konsep-konsep
pendidikan untuk membentuk manusia yang dicita-citakan, serta tentang proses
belajar dalam bentuk yang paling ideal.

5. Teori Belajar Revolusi Sosiokultural


a) Teori Belajar Piaget
Menurut Piaget, perkembangan kognitif merupakan suatu proses
genetik, yaitu proses yang didasarkan atas mekanisme biologis dalam
bentuk perkembangan syaraf. Kegiatan belajar terjadi seturut dengan pola
tahap-tahap perkembangan tertentu dan umur seseorang. Perolehan
kecakapan intelektual akan berhubungan dengan proses mencari
keseimbangan antara apa yang mereka rasakan dan ketahui pada satu sisi
dengan apa yang mereka lihat suatu fenomena baru sebagai pengalaman
dan persoalan.

b) Teori Belajar Vygotsky


Menurut Vygotsky, perolehan pengetahuan dan perkembangan
kognitif seseorang seturut dengan teori sociogenesis. Dimensi kesadaran
social bersifat primer, sedangkan dimensi individualnya bersifat derivative
atau merupakan turunan dan bersifat sekunder. Artinya, pengetahuan dan
perkembangn kognitif individu berasal dari sumber-sumber sosial di luar
dirinya. Konsep-konsep penting teori sociogenesis Vygotsky tentang
perkembangan kognitif yang sesuai dengan revolusi-sosiokultural dalam
teori belajar dan pembelajaran

Page | 12
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian ini kami lakukan di SMAS Harapan Medan yang beralamat di
Jl. Imam Bonjol No.32, J A T I, Medan Maimun, Kota Medan, Sumatera Utara
20151 pada 24 Februari 2018.
3.2 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang kami gunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang lebih menekankan dalam
bentuk deskriptif, serta menggunakan landasan teori sebagai panduan untuk
memfokuskan penelitian, selain itu juga menonjolkan proses dan makna yang
terdapat dalam fenomena tersebut.
3.3 Prosedur penelitian
Adapun prosedur penelitian yang dilakukan adalah dengan menentukan
terlebih dahulu sekolah yang akan dijadikan tempat wawancara. Kemudian
membuat surat izin penelitian dari kampus yang kemudian memberikan surat izin
tersebut kepada pihak sekolah. Apabila sudah ada persetujuan dari kedua belah
pihak mengenai wawancara dengan guru bidang studi matematikanya kami pun
langsung membuat butir pertanyaan mengenai hal yang akan di wawancarakan.
Setelah itu kami melakukan wawancara dengan guru mata pelajaran matematika
yang ada di sekolah tersebut. Kemudian mengolah data yang diberikan dan yang
terakhir menyimpulkan hasil wawancara.
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik pengumpulan data yang kami lakukan adalah metode
Wawancara, hal ini sesuai dengan jenis penelitian yang kami gunakan.wawancara
merupakan metode pengumpulan data dengan jalan tanya jawab sepihak yang
dilakukan secara sistematis dan berlandaskan kepada tujuan penelitian. Tanya
jawab sepihak berarti bahwa penanya aktif bertanya dan pihak yang di
wawancarai aktif memberikan jawaban. Hasil wawancara ini akan berbentuk
deskriptif yakni pemaparan deskripsi materi yang kami tanyakan.

Page | 13
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Waktu dan Tempat Wawancara


a. Nasumber 1
Wawancara ini dilaksanakan pada:
Hari/Tanggal : Sabtu, 24 Februari 2018
Pukul : 09.30 – 10.00 WIB
Tempat : SMA HARAPAN MEDAN
b. Narasumber 2
Wawancara ini dilaksanakan pada:
Hari/Tanggal : Sabtu, 24 Februari 2018
Pukul : 10.30 – 11.00 WIB
Tempat : SMA HARAPAN MEDAN
c. Narasumber 3
Wawancara ini dilaksanakan pada:
Hari/Tanggal : Sabtu, 24 Februari 2018
Pukul : 12.00 – 12.30 WIB
Tempat : SMA HARAPAN MEDAN

4.2 Hasil Wawancara


a. Narasumber 1
Nama : Ibu Indra Maryanti (guru MM)
Sekolah : SMA HARAPAN MEDAN
Kurikulum : K-13 Revisi

Hasil Wawancara :
Pertanyaan: Apakah ibu Pernah mengajarkan materi eksponen ?

Narasumber: Pernah

Pertanyaan: Lalu metode apa yang ibu gunakan?

Page | 14
Narasumber: Metode matematika tidak pernah lepas dari yang namanya Ceramah.
Kemudian saya menggunakan metode pembelajaran cooperative
learning dimana siswa dibagi menjadi kelompok-kelompok untuk
berdiskusi . setelah materi yang di sampaikan pengantar untuk
menemukan pemecahan yang lebih lanjut, mereka mesti berdiskusi.

Pertanyaan: Lalu mengapa ibu memilih metode tersebut?

Narasumber: Karena kalau untuk eksponen, metodenya lebih tepat menggunakan


cooperative learning, karena siswa menjadi lebih aktif berdiskusi,
bertanya dengan teman yang sudah paham. Guru hanya dilibatkan
pada tahap pertama, dan untuk selanjutnya mereka akan berdiskusi
dengan temannya.

Pertanyaan: Kesulitan apa yang ibu hadapi ketika mengajarkan materi eksponen?

Narasumber: Kesulitannya adalah tidak semua anak daya paham dan daya
nalarnya sampai kepada ketika kita menyajikan soal yang dia harus
menggunakan beberapa sifat dari eksponen tersebut.

Pertanyaan: Kendala-kendala apa yang dihadapi siswa ketika belajar materi


eksponen?

Narasumber: Kalau siswa yang dasar matematikanya mengarah ke eksponen


sudah bagus, mereka tidak menghadapi masalah. Tetapi sekarang
banyak siswa seperti materi bilangan berpangkat saja tidak tau.
Contohnya ketika ditanyakan −23 dijawab -1. Atau ketika
ditanyakan 3−1dijawab -3 dan lainnya. Disini dasarnya tanpa kita
kasih tau, banyak anak yang tidak tau. Jadi kita harus mengulang
kembali materi yang ada di SMP seperti bilangan berpangkat itu apa,
bagaimana cara mengerjakannya jika bilangannya dalam bentuk
pecahan atau minus. Jadi tidak bisa langsung masuk ke materi
eksponen.

Page | 15
Pertanyaan: Jika kita telah mengajarkan, tetapi siswa masih belum mengerti juga.
Bagaimana ibu mengatasinya ?
Narasumber: Di cooperative learning itu lah mereka harus berdiskusi kelompok .
Jadi, di setiap kelompok harus ada ketua nya yang memang lebih
mengerti materi pengantar ini yang akan membantu teman-temannya
jika masih ada yang belum mengerti. Jadi siswa yang belum paham
ini akan menanyai temannya yang sudah mengerti di kelompok itu.

Pertanyaan: Bagaimana tanggapan ibu terhadap perkembangan pendidikan kita


zaman sekarang?

Narasumber: Harapan kedepannya untuk pendidikan di Indonesia adalah lebih


baik lagi. Tetapi yang menjadi masalah yang dihadapi guru yang
mengajar di jenjang selevel SMA yaitu dasar pengetahuan anak-anak
di level yang lebih rendah kemampuannya tidak sesuai seperti yang
diharapkan. Seperti contohnya penjumlahan bilangan positif dan
negatif. Pelajaran ini terdapat di SD lalu dilanjutkan di jenjang SMP
kemudian ke SMA. Tetapi banyak anak yang sudah masuk ke
jenjang SMA masih belum mengerti. Seperti Penjumlahan positif
dengan negatif, penjumlahan pecahan, perkalian pecahan, masih
banyak yang salah. Nah disini lah yang menjadi beban berat bagi
siswa yang sudah SMA. Harapannya kedepannya guru-guru di level
SD dan SMP bisa mengajarkan kepada siswa sehingga siswa sudah
betul-betul mengerti sehingga sudah memiliki modal pengetahuan
yang kuat untuk ke level yang selanjutnya terutama untuk anak IPA.
Sementara dasar-dasarnya mereka terkadang masih belum tau. Itulah
harapan saya ke depannya supaya guru-guru di level SD dan SMP ini
mencari cara yang lebih tepat mengajarkan materi-materi dasar itu
sehingga siswa-siswa bisa mantap memahaminya.
b. Narasumber 2
Nama : Bapak Benny (guru MM)
Sekolah : SMA HARAPAN MEDAN
Kurikulum : K-13 Revisi

Page | 16
Hasil Wawancara
Pertanyaan: Sudah berapa lama bapak mengajar matematika di SMA ?
Narasumber: Sudah 3 tahun.
Pertanyaan : Bapak biasanya mengajar di kelas berapa?
Narasumber: Biasanya saya mengajar di kelas 10 dan kelas 11.
Pertanyaan : Apakah bapak sudah pernah mengajarkan materi eksponen?
Narasumber: Sudah dan memang di kelas 10 materi awalnya ada eksponen.
Pertanyaan : Metode apakah yang bapak pergunakan dalam materi eksponen?
Narasumber: Diawalnya menggunakan metode ceramah dengan menjelaskan
definisi dari eksponen, penyampaian materinya eksponen sudah
pernah di terapkan di SMP. Setelah saya memberikan materinya, lalu
diberikan umpan balik kepada mereka untuk saling bertanya,
memberi kesempatan kepada mereka bertanya jika belum mengerti
atau belum tau bagaimana penerapan eksponen itu sendiri.
Kemudian tugas-tugas juga diberikan kepada mereka seperti tugas
kelompok dan individu. Penilaian juga saya lakukan, tetapi bukan
hanya dinilai hasil saja tetapi juga melihat kepada proses mereka
menyelesaikan permasalahan yang ada di eksponen. Di awal pasti
diberikan konsep terlebih dahulu kemudian di berikan latihan untuk
mengetahui tingkat pemahaman siswa.
Pertanyaan : Apa kesulitan yang dialami siswa dalam materi tersebut?
Narasumber: Kalau kesulitan itu sendiri, mereka terkadang tidak memahami
dasar. Seperti mengoperasikan bilangan positif dengan negatif
mereka belum paham , perkalian aljabar juga masih ada yang belum
tau. Sepertinya di saat SMP mereka terlalu banyak bermain-main.
Ada juga siswa yang memiliki kemampuan nalarnya menengah ke
bawaah yang dapat menjadi kendala ketika kita mengajar.
Pertanyaan : Berapa persentase siswa yang sudah memahami materi tersebut
dengan menggunakan metode diatas?
Narasumber: Kalau untuk dikatakan lulus atau tuntas KKM, 75-80 % sudah
banyak mengetahui. Dan untuk 20% lainnya yang memang anak-
anak yang lemah di materi tersebut dan harus dilakukan remedial

Page | 17
agar anak yang belum tuntas bisa mengikuti teman-temannya yang
80% sudah memahami. Sehingga hasil belajar mereka bisa lebih
baik. Jadi saya menggunakan Remedial ini untuk mengajarkan
kepada siswa yang belum lulus tadi dan mencoba mengganti metode
yang berbeda pendekatannya.
Pertanyaan : Bagaimana Solusi dari Bapak untuk metode pembelajaran ?
Narasumber: Saya melakukan pendekatan yang lebih khusus dalam arti mereka
kita motivasi lagi dan arahkan supaya mereka mau mengulang-ulang
kembali dan mengerjakan latihan, karena matematika ini lebih
banyak mengulang-ulang soal akan lebih paham. Remedial juga
termasuk salah satunya dalam mengulang soal. Soal-soal yang saya
berikan contoh harus seperti itu juga yang diberikan kembali untuk
mereka (anak-ank yang lemah tadi) untuk dikerjakan sendiri dengan
model soal yang sama hanya angkanya yang akan diganti. Karena
jika mereka sudah bisa paham model satu soal, ketika diganti dengan
angka lain tetapi dengan model yang sama, mereka pasti bisa. Ini
cara saya untuk meningkatkan pemahaman mereka untuk materi
eksponen ini.
Pertanyaan : Bagaimana harapan bapak terhadap kualitas pendidikan di Indonesia
ke depannya?
Narasumber: Kita di Indonesia sendiri dituntut terlalu tinggi materinya. Dalam
beberapa tahun saja kurikulum terus berganti. Setiap tahun UU yang
berlaku juga berganti. Bukan hanya siswa yang kebingungan dalam
belajar tetapi juga guru kebingungan dengan kurikulum yang
berganti-ganti karena adanya perubahan materi dan tingkatan kelas
yang di ajarkan untuk materi yang sama. Menteri-menteri
Pendidikan kita mungkin tidak pernah merasakan menjadi guru yang
memang langsung mengajar kepada siswa sehingga tidak mengalami
langsung kendala-kendala ketika mengajar di dalam kelas. Sehingga
mereka hanya menuntut siswa untuk semakin tinggi belajar.
Keinginan saya kepada Pemerintah ialah jangan terlalu tinggi
menuntut kepada siswa untuk belajar tahapan materi yang semakin

Page | 18
susah yang seharusnya belum mereka pelajari. Sebaiknya di survey
dulu tingkat belajar siswa dan jangan melihat kepada nilai UN,
karena UN pun hampir 100% menggunakan kunci jawaban jadi tidak
relevan. Pemerintah Pusat melihat nilai UN makanya menuntut
materi untuk semakin susah dan susah. Seperti contohnya Statistika
yang ada di Perkuliahan muncul di Soal UN yaitu tentang Uji
Validitas. Padahal Uji Validitas ini seharusnya di pelajari di waktu
Kuliah ketika akan menyusun Skripsi ataupun belajar dalam mata
kuliah. Semoga pemerintah memberikan evaluasi-evaluasi tentang
Pembelajaran. Inginnya kan Pemerintah tidak susah menyusun
kurikulum, Guru juga tidak susah dalam mengajarkan dan siswa
mudah memahaminya. Tuntutan terlalu banyak kepada guru tetapi
tidak memahami keadaan guru sehingga Rasanya tidak sejalan.
c. Narasumber 3
Nama : Bapak Muhammad Yadi (guru MM)
Sekolah : SMA HARAPAN MEDAN
Kurikulum : K-13 Revisi

Hasil Wawancara
Pertanyaan: Bapak mengajar di kelas berapa ?

Narasumber: Kelas 10
Pertanyaan: Pada saat menjelaskan materi Eksponen, metode apa yang bapak
pergunakan ?

Narasumber: Kalau materi eksponen, saya biasanya menggunakan metode


ceramah, karena eksponen termasuk materi yang agak susah dan
agak rumit dimengerti oleh siswa. Sekarang saja banyak siswa yang
lupa jika diberikan soal eksponen walaupun sudah pernah belajar,
karena banyak sifat-sifatnya , misalnya bentuk perpangkatan dan
logaritma dan lainnya. Makanya saya akan menjelaskan sampai anak
itu paham lalu saya akan melanjut ke bab berikutnya.

Page | 19
Pertanyaan: Kesulitan apa yang bapak hadapi ketika menjelaskan materi
Eksponen?

Narasumber: Karena jika kita perhatikan, siswa sekarang berbeda dengan siswa
zaman dahulu. Siswa sekarang banyak malasnya , kurang dalam
menangkap dan mengerti pemahaman yang diberikan guru. Seperti
contoh eksponen 𝑎𝑚 x 𝑎𝑛 maka sifatnya 𝑎𝑚+𝑛 dan yang seperti ini
siswa sering lupa dan susah mengerti dalam konsep walaupun yang
paling dasar. Siswa sering kurang memahami konsep dari awal,
karena untuk selanjutnya materi eksponen ini kan pasti masuk di
soal-soal UN.
Pertanyaan: Kendala apa yang dihadapi siswa untuk memahami materi tersebut?

Narasumber: Kendalanya ya karena mereka kurang memahami konsep awalnya.


Jika mereka mengerti konsep dari awal, maka mereka bisa
memahami konsep dari awal. Tetapi siswa sekarang lebih banyak
waktu bermainnya daripada belajarnya.
Pertanyaan: Kemudian Solusi apa yang bapak berikan kepada siswa agar siswa
mudah memahami materi tersebut?

Narasumber: Solusinya kita berikan banyak contoh dan diterangkan di papan tulis
dan kita bahas sampai mereka mengerti. Di Tanyakan soal yang
mirip contoh, apakah sudah dapat dimengerti dan jika belum di
jelaskan kembali sampai benar-benar paham. Karena materi
eksponen ini saling terkait juga dengan materi yang lain.
Pertanyaan: Bagaimana harapan bapak terhadap kualitas belajar siswa saat ini ?

Narasumber: Menurut saya, Kualitas belajar siswa saat ini harusnya meningkat.
Karena kualitas dan Kesadaran siswa untuk belajar itu sangat rendah
apalagi di pelajaran matematika. Bukan hanya di sini, tapi semua
sekolah pasti seperti itu, matematika ini pasti banyak yang tidak
menyukainya. Harapannya siswa lebih meningkatkan lagi kualitas
belajar nya. Makanya, kita sebagai guru juga harus mengajak siswa

Page | 20
dan memperkenalkan matematika bahwa matematika itu menarik
dan bukannya sulit seperti yang dibayangkan.

4.3 Perbandingan KTSP dengan Kurikulum 2013


No Kurikulum 2013 KTSP
1 SKL (Standar Kompetensi Lulusan) Standar Isi ditentukan terlebih
ditentukan terlebih dahulu, melalui dahulu melaui Permendiknas No
Permendikbud No 54 Tahun 2013. 22 Tahun 2006. Setelah itu
Setelah itu baru ditentukan Standar Isi, ditentukan SKL (Standar
yang bebentuk Kerangka Dasar Kompetensi Lulusan) melalui
Kurikulum, yang dituangkan dalam Permendiknas No 23 Tahun 2006
Permendikbud No 67, 68, 69, dan 70
Tahun 2013
2 Aspek kompetensi lulusan ada lebih menekankan pada aspek
keseimbangan soft skills dan hard skills pengetahuan
yang meliputi aspek kompetensi sikap,
keterampilan, dan pengetahuan
3 Jumlah jam pelajaran per minggu lebih Jumlah jam pelajaran lebih sedikit
banyak dan jumlah mata pelajaran lebih dan jumlah mata pelajaran lebih
sedikit dibanding KTSP banyak dibanding Kurikulum 2013
4 Proses pembelajaran setiap tema di Standar proses dalam
jenjang SD dan semua mata pelajaran di pembelajaran terdiri dari
jenjang SMP/SMA/SMK dilakukan Eksplorasi, Elaborasi, dan
dengan pendekatan ilmiah (saintific Konfirmasi
approach), yaitu standar proses dalam
pembelajaran terdiri dari Mengamati,
Menanya, Mengolah, Menyajikan,
Menyimpulkan, dan Mencipta.
5 TIK (Teknologi Informasi dan TIK sebagai mata pelajaran
Komunikasi) bukan sebagai mata
pelajaran, melainkan sebagai media

Page | 21
pembelajaran
6 Standar penilaian menggunakan Penilaiannya lebih dominan pada
penilaian otentik, yaitu mengukur semua aspek pengetahuan
kompetensi sikap, keterampilan, dan
pengetahuan berdasarkan proses dan
hasil.
7 Pramuka menjadi ekstrakuler wajib Pramuka bukan ekstrakurikuler
wajib
8 Pemintan (Penjurusan) mulai kelas X Penjurusan mulai kelas XI
untuk jenjang SMA/MA
9 BK lebih menekankan mengembangkan BK lebih pada menyelesaikan
potensi siswa masalah siswa

4.5 Analisis Kelompok


Menurut kelompok setelah membaca beberapa literature maka model,
metode, pendekatan pembelajaran dan teori belajar yang sesuai yaitu
Model Pembelajaran : Demonstrasi
Metode Pembelajaran : Metode Diskusi
Pendekatan Pembelajaran : Pendekatan Kooperatif
Teori Belajar :

Jadi menurut kelompok kami model yang cocok diterapkan di materi


Eksponen adalah Demonstrasi. Metode demonstrasi adalah cara penyajian
pelajaran dengan memperagakan dan mempertunjukkan pada siswa tentang suatu
proses, situasi atau benda tertentu yang sedang dipelajari baik dalam bentuk
sebenarnya maupun dalam bentuk tiruan yang dipertunjukkan oleh guru atau
sumber belajar lain dalam topik bahasan yang harus didemonstrasikan. Menurut
kami metode demonstrasi dapat diterapkan dalam mengajar materi eksponen,
karena di dalam metode ini siswa diajak untuk ikut aktif dalam
mendemonstrasikan pengetahuannya terhadap materi sebelumnya yang akan
menjadi dasar untuk belajar materi eksponen. Dengan model demonstrasi ini
diharapkan siswa akan lebih tertarik dan dapat memotivasi siswa untuk belajar.

Page | 22
Metode demonstrasi ini tidak hanya berpusat kepada guru tetapi juga kepada
siswa, diharapkan agar terciptanya hubungan kerjasama antara guru dan siswa
untuk menciptakan suasana belajar yang aktif dan menarik sehingga tidak
terkesan monoton.
Menurut kami metode pembelajaran yang sesuai untuk materi eksponen
adalah metode diskusi. Metode diskusi adalah suatu cara mengajar yang dicirikan
oleh suatu keterkaitan pada suatu topik atau pokok pernyataan atau masalah
dimana para peserta didik diskusi berusaha untuk mencapai suatu keputusan atau
pendapat yang disepakati bersama maupun pemecahan terhadap suatu masalah
dengan mengemukakan sejumlah data dan argumentasi. Setelah guru menerapkan
model demosntrasi kemudian metode yang sesuai adalah metode diskusi, karena
dalam model demonstrasi juga terciptanya suasana diskusi antara guru dengan
siswa. Guru akan membagi siswa dalam bentuk kelompok, dalam satu kelompok
maksimal lima orang dengan tujun untuk berdiskusi agar dapat memecahkan
masalah bersama untuk saling bertukar pikiran sehingga dapat solusinya. Dengan
menerapkan metode diskusi akan terciptanya hubungan kerjasama antarsiswa dan
dapat mengeluarkan ide untuk masalah tersebut. Sehingga akan mengurangi
dampak yang menyebabkan siswa malas untuk belajar. Guru sebagai pemandu
diskusi yang dilakukan di kelas, guru harus melihat bagaimana pelaksanaan
diskusi itu berlangsung sehingga akan mencapai tujuan yang diharapkan.
Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kooperatif, karena
pendekatan kooperatif adalah kegiatan pembelajaran dengan cara berkelompok
untuk bekerja sama saling membantu mengkontruksi konsep, mengerjakan tugas,
menyelesaikan masalah/ persoalan, atau mengerjakan sesuatu untuk mencapai
tujuan bersama lainnya.

Page | 23
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Dari berapa narasumber yang kami wawancara mengenai model, metode,
pendekatan dan teori belajar untuk materi eksponen, maka menurut kami yang
sesuai adalah
Model Pembelajaran : Demonstrasi
Metode Pembelajaran : Metode Diskusi
Pendekatan Pembelajaran : Pendekatan Saintifik
Teori Belajar :

5.2 Saran
Saran dari kelompok kami adalah guru harus teliti dalam menggunakan
model, metode dan pendekatan dalam mengajar, karena tidak semua materi
diajarkan dengan medel ataupun metode yang sama dan buat kita calon guru
kedepan kita usahakan untuk tidak terlalu sering menggunkan model ceramah
dalam mengajar, karena metode ceramah dapat menimbulkan sifat monoton bagi
siswa.

Page | 24
DAFTAR PUSTAKA

Heri, Setia. 2014. Perbedaan Kurikulum 2013 Dan KTSP 2006.


http://setia1heri.com/2014/12/08/ini-perbedaan-kurikulum-2013-dan-ktsp-
2006 /. Diakses 16-April-2018. Pukul 20.10 WIB.
Suherman, Erman dkk. 2003. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer.
Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.
Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif. Jakarta:
Kencana.
Wilson Simangunsong, 2005. Matematika Dasar, Penerbit Erlangga, Jakarta.

Page | 25

Das könnte Ihnen auch gefallen