Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
MINI RESEARCH
OLEH :
KELOMPOK 7
JURUSAN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena rahmat,
karunia, serta petunjuk-Nya kami dapat menyelesaikan tugas Kapikta Selekta II
untuk mengetahui “Metode dan Kesulitan Apa yang Dihadapi Guru Ketika
Mengajarkan Materi Eksponen ”. Tidak lupa juga kami berterimakasih atas
bantuan dari segala pihak yang turut berkontribusi dalam penyusunan Mini Riset
ini baik materi maupun pikiran.
Kami berharap Mini Riset ini dapat menambah wawasan serta
pengetahuan bagi para pembaca. Oleh sebab itu, kami mengharapkan adanya
kritik, saran, serta usulan yang membangun demi perbaikan struktur maupun isi
dari makalah ini agar kami dapat menjadikannya lebih baik di hari yang akan
datang.
Sekiranya Mini Riset yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami
sendiri maupun orang yang membacanya. Kami sadar akan keterbatasan
pengetahuan dan pengalaman kami. Oleh karena itu, sebelumnya kami mohon
maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan memohon
masukan dari para pembaca. Terimakasih.
Penulis
Page | i
DAFTAR ISI
Page | ii
BAB I
PENDAHULUAN
Page | 3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Materi Fungsi Eksponen
Sifat-sifat bilangan berpangkat rasional, jika a dan b bilangan real, p dan q
bilangan rasional maka berlaku hubungan sebagai berikut :
1
1. a p xaq a p q 7. a p
a p
p
pq
8. a a p
q
2. a : a a
p q q
3. (a p )q a pq ab a . b
p p p
9.
p
a a
4. (ab) a .b
p p p
10. p
p
b b
ap
p
a
5. p 11. a 0 1
b b
6. a p
1
a 0
ap
Bentuk perpangkatan yang pangkatnya merupakan suatu fungsi disebut
fungsi eksponen. Fungsi eksponen banyak manfaatnya dalam kehidupan.
Misalnya dalam peluruhan radioaktif, perhitungan bunga di Bank dan sebagainya.
Persamaan fungsi eksponen dan penerapannya
1. Bentuk a f ( x ) 1
Jika a f ( x ) 1 dengan a>0 dan a≠0 , maka f(x) = 0
2. Bentuk a f ( x ) a p
Jika a f ( x ) a p dengan a>0 dan a≠0 , maka f(x) = p
3. Bentuk af(x) = ag(x)
Jika af(x) = ag(x) dengan a>0 dan a≠0 , maka f(x) = g(x)
4. Bentuk a f ( x ) b f ( x )
Jika a f ( x ) b f ( x ) dengan a>0 dan a≠1, b>0 dan b≠1, dan a≠b maka
f(x) =0
5. Bentuk A(a f ( x ) ) 2 B(a F ( x ) ) C 0
Dengan memisalkan af(x) = p, maka bentuk persamaan di atas dapat
diubah menjadi persamaan kuadrat : Ap2 + Bp + C = 0.
Page | 4
2.2. Model – Model Pembelajaran
Model pembelajaran adalah bentuk pembelajaran yang tergambar dari
awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain, model
pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan,
metode, strategi, dan tehnik pembelajaran.
2. Cooperative Learning
Cooperative Learning mencakup suatu kelompok kecil siswa yang bekerja
sebagai sebuah tim untuk menyelesaikan sebuah masalah, menyelesaikan suatu
tugas, atau mengerjakan sesuatu untuk mencapai suatu tujuan bersama lainnya.
Cooperative Learning menekankan pada kehadiran teman sebaya untuk
berinteraksi antar sesamanya sebagai sebuah tim dalam menyelesaikan atau
membahas suatu masalah atau tugas.
Page | 5
2.3. Metode Pembelajaran
Metode pembelajaran adalah prosedur, urutan, langkah- langkah, dan cara
yang digunakan guru dalam pencapaian tujuan pembelajaran. Dapat pula
dikatakan bahwa metode adalah prosedur pembelajaran yang difokuskan ke
pencapaian tujuan. Ada beberapa metode yang selama ini telah dikenal seperti
metode ceramah, tanya jawab, diskusi, demonstrasi, eksperimen, karya wisata,
dst.
1. Metode Ceramah adalah metode mengajar dengan menyampaikan informasi
dan pengetahuan secara lisan kepada sekelompok pendengar untuk mencapai
tujuan pembelajaran tertentu.
2. Metode diskusi adalah suatu cara mengajar yang dicirikan oleh suatu
keterkaitan pada suatu topik atau pokok pernyataan atau masalah dimana para
peserta diskusi berusaha untuk mencapai suatu keputusan atau pendapat yang
disepakati bersama maupun pemecahan terhadap suatu masalah dengan
mengemukakan sejumlah data dan argumentasi.
3. Metode tanya jawab adalah suatu cara penyampaian pelajaran oleh guru
dengan jalan mengajukan pertanyaan dan murid menjawab. Metode ini
dimaksudkan untuk menjajaki sejauh mana siswa telah memiliki pengetahuan
dasar mengenai materi yang akan dipelajari, memusatkan perhatian siswa
serta melihat sejauh mana kemajuan yang telah dicapai oleh siswa.
4. Metode demonstrasi adalah cara penyajian pelajaran dengan memperagakan
dan mempertunjukkan pada siswa tentang suatu proses, situasi atau benda
tertentu yang sedang dipelajari baik dalam bentuk sebenarnya maupun dalam
bentuk tiruan yang dipertunjukkan oleh guru atau sumber belajar lain yang
ahli dalam topik bahasan yang harus didemonstrasikan.
5. Metode pembelajaran eksperimental adalah suatu cara pengelolaan
pembelajaran di mana siswa melakukan aktivitas percobaan dengan
mengalami dan membuktikan sendiri suatu yang dipelajarinya.
6. Metode Study Tour (karya wisata) adalah metode mengajar dengan mengajak
siswa mengunjungi suatu objek guna memperluas pengetahuan dan
selanjutnya peserta didik membuat laporan dan mendiskusikan serta
membukukan hasil kunjungan tersebut dengan didampingi oleh pendidik.
Page | 6
7. Metode Drill adalah suatu metode mengajar dengan memberikan kegiatan
latihan keterampilan secara berulang kepada peserta didik agar siswa
memiliki keterampilan yang lebih tinggi terkait materi yang dipelajari.
Metode Drill bertujuan melahirkan keterampilan melakukan sesuatu serta
membentuk kebiasaan atau pola yang otomatis pada peserta didik.
8. Metode simulasi digunakan untuk mengajarkan materi dengan menerapkan
sesuatu yang hampir serupa dengan kejadian yang sebenarnya. Tujuannya
untuk meningkatkan aktivitas belajar dan keterampilan siswa melakukan
suatu keterampilan, melatih kerjasama kelompok, dan membangkitkan
motivasi belajar siswa
2. Pendekatan Tematik
Pembelajaan tematik adalah pembelajaran terpadu yang menggunakan
tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan
pengalaman bermakna kepada siswa. Tema adalah pokok pikiran atau gagasan
pokok yang menjadi pokok pembicaraan. Tema yang diangkat dalam pendekatan
tematik kaya dengan kemungkinan konsep-konsep terbaik dari berbagai disiplin.
Tema yang terpilih menjadi sentral kegiatan belajar siswa. Melalui tema siswa
mempelajari konsep-konsep dari suatu atau beberapa bidang studi.
Page | 7
3. Pendekatan Kontekstual
Pendekatan Kontekstual atau Contextual Teaching and Learning (CTL)
merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang
diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat
hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam
kehidupan mereka.
4. Pendekatan Konstruktivisme
Pendekatan konstruktivisme merupakan pendekatan dalam pembelajaran
yang lebih menekankan pada tingkat kreatifitas siswa dalam menyalurkan ide-ide
baru yang dapat diperlukan bagi pengembangan diri siswa yang didasarkan pada
pengetahuan. Dalam pendekatan konstruktivisme ini peran guru hanya sebagai
pembibimbing dan pengajar dalam kegiatan pembelajaran. Jadi pendekatan
konstruktivisme merupakan pembelajaran yang lebih mengutamakan pengalaman
langsung dan keterlibatan siswa dalam kegiatan pembelajaran.
5. Pendekatan Deduktif
Pendekatan deduktif (deductive approach) adalah pendekatan yang
menggunakan logika untuk menarik satu atau lebih kesimpulan (conclusion)
berdasarkan seperangkat premis yang diberikan. Pendekatan deduktif merupakan
proses penalaran yang bermula dari keadaan umum ke keadaan khusus sebagai
pendekatan pengajaran yang bermula dengan menyajikan aturan, prinsip umum
dan diikuti dengan contoh contoh khusus atau penerapan aturan, prinsip umum ke
dalam keadaan khusus.
6. Pendekatan Induktif
Pendekatan pembelajaran induktif dipelopori oleh Taba. Induktif adalah
suatu pendekatan yang didesain untuk meningkatkan kemampuan berpikir.
pendekatan indektif dalam pembelajaran adalah suatu kegiatan belajar mengajar,
dimana guru bertugas memfasilitasi siswa untuk menemukan suatu kesimpulan
sebagai aplikasi hasil belajar melalui strategi pembentukan konsep, interpretasi
data dan aplikasi prinsip.
Page | 8
2.5. Teori-Teori Belajar
Teori belajar merupakan upaya untuk mendeskripsikan bagaimana manusia
belajar, sehingga membantu kita semua memahami proses inhern yang kompleks
dari belajar.
1. Teori Belajar Behavioristik
Menurut teori behavioristik, belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai
akibat adanya interaksi antara stimulus (rangsangan) dan respon (tanggapan).
Dengan kata lain, belajar merupakan bentuk perubahan yang dialami siswa dalam
hal kemampuannya untuk bertingkah laku dengan cara yang baru sebagai hasil
interaksi antara stimulus dan respon. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika
ia dapat menunjukkan perubahan pada tingkah lakunya.
a) Thorndike
Menurut thorndike, belajar merupakan proses interaksi antara
stimulus dan respon. Dan perubahan tingkah laku merupakan akibat dari
kegiatan belajar yang berwujud konkrit yaitu dapat diamati atau berwujud
tidak konkrit yaitu tidak dapat diamati. Teori ini juga disebut sebagai aliran
koneksionisme (connectinism).
b) Watson
Menurut Watson, belajar merpakan proses interaksi antara stimulus
dan respon, namun stimulus dan respon yang dimaksud harus berbentuk
tingkah laku yang dapat diamati dan dapat diukur. Dengan kata lain,
meskipun ia mengakui adanya perubahan-perubahan mental dalam diri
seseorang selama proses belajar, namun ia menganggap hal-hal tersebut
sebagai faktor yang tak perlu diperhitungkan. Ia tetap mengakui bahwa
perubahan-perubahan mental dalam bentuk benak siswa itu penting,
namun semua itu tidak dapat menjelaskan apakah seseorang telah belajar
atau belum karena tidak dapat diamati.
c) Clark Hull
Clark Hull juga menggunakan variable hubangan antara stimulus
dan respon untuk menjelaskan pengertian tentang belajar. Namun ia sangat
terpengaruh oleh teori evolusi Charles Darwin. Baginya, seperti teori
evolusi, semua fungsi tingkah laku bermanfaat terutama untuk menjaga
Page | 9
kelangsungan hidup manusia. Oleh sebab itu, teori ini mengatakan bahwa
kebutuhan biologis dan pemuasan kebutuhan biologis adalah penting dan
menempati posisi sentral dalam seluruh bagian manusia, sehingga stimulus
dalam belajarpun hampir selalu dikaitkan dengan kebutuhan
biologis,walaupun respon yang akan muncul mungkin dapat bermacam-
macam bentuknya.
d) Skinner
Konsep-konsep yang dikemukakan oleh Skinner tentang belajar
mampu mengungguli konsep-konsep lain yang dikemukakan oleh para
tokoh sebelumnya. Ia mampu menjelaskan konsep belajar secara
sederhana, namun dapat menunjukkan konsepnya tentang belajar secara
lebih komprehensif. Menurutnya, hubungan antara stimulus dan respon
yang terjadi melalui interaksi dalam lingkungannya, yang kemudian akan
menimbulkan perubahan tingkah laku, tidaklah sesederhana yang
digambarkan oleh para tokoh sebelumnya.
Page | 10
yaitu suatu proses yang didasarkan atas mekanisme biologis
perkembangan sistem syaraf.
b. Teori belajar menurut Bruner
Dalam memandang proses belajar, Bruner menekankan adanya
pengaruh kebudayaan terhadap tingkah laku seseorang. Dalam teorinya,
“free discovery learning” ia mengatakan bahwa proses belajar akan
berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberikan kesempatan kepada
siswa untuk menemukan suatu konsep, teori, aturan, atau pemahaman
melalui contoh-contoh yang ia jumpai dalam kehidupannya. Menurut
Bruner perkembangan kognitif seseorang dapat ditingkatkan dengan cara
menyusun materi pelajaran dan menyajikannya sesuai dengan tahap
perkembangan orang tersebut.
c. Teori belajar bermakna Ausubel
Menurut Ausubel, belajar seharusnya merupakan asimilasi yang
bermakna bagi siswa. Materi yang dipelajari diasimilasikan dan
dihubungkan dengan pengtahuan yang telah dimiliki siswa dalam bentuk
strukur kognitif. Teori ini banyak memusatkan perhatiannya pada konsepsi
bahwa perolehan dan retensi pengetahuan baru merupakan fungsi dari
struktur kognitif yang telah dimiliki siswa.
Page | 11
4. Teori Belajar Humanistik
Menurut teori humanistik, proses belajar harus dimulai dan ditujukan
untuk kepentingan memanusiakan manusia itu sendiri. Oleh sebab itu, teori
belajar humanistik sifatnya lebih abstrak dan lebih mendekati bidang kajian
filsafat, teori kepribadian, dan psikoterapi, dari pada bidang kajian psikologi
belajar. Teori humanistik sangat mementingkan isi yang dipelajari dari pada
proses belajar itu sendiri serta lebih banyak berbiacara tentang konsep-konsep
pendidikan untuk membentuk manusia yang dicita-citakan, serta tentang proses
belajar dalam bentuk yang paling ideal.
Page | 12
BAB III
METODE PENELITIAN
Page | 13
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Wawancara :
Pertanyaan: Apakah ibu Pernah mengajarkan materi eksponen ?
Narasumber: Pernah
Page | 14
Narasumber: Metode matematika tidak pernah lepas dari yang namanya Ceramah.
Kemudian saya menggunakan metode pembelajaran cooperative
learning dimana siswa dibagi menjadi kelompok-kelompok untuk
berdiskusi . setelah materi yang di sampaikan pengantar untuk
menemukan pemecahan yang lebih lanjut, mereka mesti berdiskusi.
Pertanyaan: Kesulitan apa yang ibu hadapi ketika mengajarkan materi eksponen?
Narasumber: Kesulitannya adalah tidak semua anak daya paham dan daya
nalarnya sampai kepada ketika kita menyajikan soal yang dia harus
menggunakan beberapa sifat dari eksponen tersebut.
Page | 15
Pertanyaan: Jika kita telah mengajarkan, tetapi siswa masih belum mengerti juga.
Bagaimana ibu mengatasinya ?
Narasumber: Di cooperative learning itu lah mereka harus berdiskusi kelompok .
Jadi, di setiap kelompok harus ada ketua nya yang memang lebih
mengerti materi pengantar ini yang akan membantu teman-temannya
jika masih ada yang belum mengerti. Jadi siswa yang belum paham
ini akan menanyai temannya yang sudah mengerti di kelompok itu.
Page | 16
Hasil Wawancara
Pertanyaan: Sudah berapa lama bapak mengajar matematika di SMA ?
Narasumber: Sudah 3 tahun.
Pertanyaan : Bapak biasanya mengajar di kelas berapa?
Narasumber: Biasanya saya mengajar di kelas 10 dan kelas 11.
Pertanyaan : Apakah bapak sudah pernah mengajarkan materi eksponen?
Narasumber: Sudah dan memang di kelas 10 materi awalnya ada eksponen.
Pertanyaan : Metode apakah yang bapak pergunakan dalam materi eksponen?
Narasumber: Diawalnya menggunakan metode ceramah dengan menjelaskan
definisi dari eksponen, penyampaian materinya eksponen sudah
pernah di terapkan di SMP. Setelah saya memberikan materinya, lalu
diberikan umpan balik kepada mereka untuk saling bertanya,
memberi kesempatan kepada mereka bertanya jika belum mengerti
atau belum tau bagaimana penerapan eksponen itu sendiri.
Kemudian tugas-tugas juga diberikan kepada mereka seperti tugas
kelompok dan individu. Penilaian juga saya lakukan, tetapi bukan
hanya dinilai hasil saja tetapi juga melihat kepada proses mereka
menyelesaikan permasalahan yang ada di eksponen. Di awal pasti
diberikan konsep terlebih dahulu kemudian di berikan latihan untuk
mengetahui tingkat pemahaman siswa.
Pertanyaan : Apa kesulitan yang dialami siswa dalam materi tersebut?
Narasumber: Kalau kesulitan itu sendiri, mereka terkadang tidak memahami
dasar. Seperti mengoperasikan bilangan positif dengan negatif
mereka belum paham , perkalian aljabar juga masih ada yang belum
tau. Sepertinya di saat SMP mereka terlalu banyak bermain-main.
Ada juga siswa yang memiliki kemampuan nalarnya menengah ke
bawaah yang dapat menjadi kendala ketika kita mengajar.
Pertanyaan : Berapa persentase siswa yang sudah memahami materi tersebut
dengan menggunakan metode diatas?
Narasumber: Kalau untuk dikatakan lulus atau tuntas KKM, 75-80 % sudah
banyak mengetahui. Dan untuk 20% lainnya yang memang anak-
anak yang lemah di materi tersebut dan harus dilakukan remedial
Page | 17
agar anak yang belum tuntas bisa mengikuti teman-temannya yang
80% sudah memahami. Sehingga hasil belajar mereka bisa lebih
baik. Jadi saya menggunakan Remedial ini untuk mengajarkan
kepada siswa yang belum lulus tadi dan mencoba mengganti metode
yang berbeda pendekatannya.
Pertanyaan : Bagaimana Solusi dari Bapak untuk metode pembelajaran ?
Narasumber: Saya melakukan pendekatan yang lebih khusus dalam arti mereka
kita motivasi lagi dan arahkan supaya mereka mau mengulang-ulang
kembali dan mengerjakan latihan, karena matematika ini lebih
banyak mengulang-ulang soal akan lebih paham. Remedial juga
termasuk salah satunya dalam mengulang soal. Soal-soal yang saya
berikan contoh harus seperti itu juga yang diberikan kembali untuk
mereka (anak-ank yang lemah tadi) untuk dikerjakan sendiri dengan
model soal yang sama hanya angkanya yang akan diganti. Karena
jika mereka sudah bisa paham model satu soal, ketika diganti dengan
angka lain tetapi dengan model yang sama, mereka pasti bisa. Ini
cara saya untuk meningkatkan pemahaman mereka untuk materi
eksponen ini.
Pertanyaan : Bagaimana harapan bapak terhadap kualitas pendidikan di Indonesia
ke depannya?
Narasumber: Kita di Indonesia sendiri dituntut terlalu tinggi materinya. Dalam
beberapa tahun saja kurikulum terus berganti. Setiap tahun UU yang
berlaku juga berganti. Bukan hanya siswa yang kebingungan dalam
belajar tetapi juga guru kebingungan dengan kurikulum yang
berganti-ganti karena adanya perubahan materi dan tingkatan kelas
yang di ajarkan untuk materi yang sama. Menteri-menteri
Pendidikan kita mungkin tidak pernah merasakan menjadi guru yang
memang langsung mengajar kepada siswa sehingga tidak mengalami
langsung kendala-kendala ketika mengajar di dalam kelas. Sehingga
mereka hanya menuntut siswa untuk semakin tinggi belajar.
Keinginan saya kepada Pemerintah ialah jangan terlalu tinggi
menuntut kepada siswa untuk belajar tahapan materi yang semakin
Page | 18
susah yang seharusnya belum mereka pelajari. Sebaiknya di survey
dulu tingkat belajar siswa dan jangan melihat kepada nilai UN,
karena UN pun hampir 100% menggunakan kunci jawaban jadi tidak
relevan. Pemerintah Pusat melihat nilai UN makanya menuntut
materi untuk semakin susah dan susah. Seperti contohnya Statistika
yang ada di Perkuliahan muncul di Soal UN yaitu tentang Uji
Validitas. Padahal Uji Validitas ini seharusnya di pelajari di waktu
Kuliah ketika akan menyusun Skripsi ataupun belajar dalam mata
kuliah. Semoga pemerintah memberikan evaluasi-evaluasi tentang
Pembelajaran. Inginnya kan Pemerintah tidak susah menyusun
kurikulum, Guru juga tidak susah dalam mengajarkan dan siswa
mudah memahaminya. Tuntutan terlalu banyak kepada guru tetapi
tidak memahami keadaan guru sehingga Rasanya tidak sejalan.
c. Narasumber 3
Nama : Bapak Muhammad Yadi (guru MM)
Sekolah : SMA HARAPAN MEDAN
Kurikulum : K-13 Revisi
Hasil Wawancara
Pertanyaan: Bapak mengajar di kelas berapa ?
Narasumber: Kelas 10
Pertanyaan: Pada saat menjelaskan materi Eksponen, metode apa yang bapak
pergunakan ?
Page | 19
Pertanyaan: Kesulitan apa yang bapak hadapi ketika menjelaskan materi
Eksponen?
Narasumber: Karena jika kita perhatikan, siswa sekarang berbeda dengan siswa
zaman dahulu. Siswa sekarang banyak malasnya , kurang dalam
menangkap dan mengerti pemahaman yang diberikan guru. Seperti
contoh eksponen 𝑎𝑚 x 𝑎𝑛 maka sifatnya 𝑎𝑚+𝑛 dan yang seperti ini
siswa sering lupa dan susah mengerti dalam konsep walaupun yang
paling dasar. Siswa sering kurang memahami konsep dari awal,
karena untuk selanjutnya materi eksponen ini kan pasti masuk di
soal-soal UN.
Pertanyaan: Kendala apa yang dihadapi siswa untuk memahami materi tersebut?
Narasumber: Solusinya kita berikan banyak contoh dan diterangkan di papan tulis
dan kita bahas sampai mereka mengerti. Di Tanyakan soal yang
mirip contoh, apakah sudah dapat dimengerti dan jika belum di
jelaskan kembali sampai benar-benar paham. Karena materi
eksponen ini saling terkait juga dengan materi yang lain.
Pertanyaan: Bagaimana harapan bapak terhadap kualitas belajar siswa saat ini ?
Narasumber: Menurut saya, Kualitas belajar siswa saat ini harusnya meningkat.
Karena kualitas dan Kesadaran siswa untuk belajar itu sangat rendah
apalagi di pelajaran matematika. Bukan hanya di sini, tapi semua
sekolah pasti seperti itu, matematika ini pasti banyak yang tidak
menyukainya. Harapannya siswa lebih meningkatkan lagi kualitas
belajar nya. Makanya, kita sebagai guru juga harus mengajak siswa
Page | 20
dan memperkenalkan matematika bahwa matematika itu menarik
dan bukannya sulit seperti yang dibayangkan.
Page | 21
pembelajaran
6 Standar penilaian menggunakan Penilaiannya lebih dominan pada
penilaian otentik, yaitu mengukur semua aspek pengetahuan
kompetensi sikap, keterampilan, dan
pengetahuan berdasarkan proses dan
hasil.
7 Pramuka menjadi ekstrakuler wajib Pramuka bukan ekstrakurikuler
wajib
8 Pemintan (Penjurusan) mulai kelas X Penjurusan mulai kelas XI
untuk jenjang SMA/MA
9 BK lebih menekankan mengembangkan BK lebih pada menyelesaikan
potensi siswa masalah siswa
Page | 22
Metode demonstrasi ini tidak hanya berpusat kepada guru tetapi juga kepada
siswa, diharapkan agar terciptanya hubungan kerjasama antara guru dan siswa
untuk menciptakan suasana belajar yang aktif dan menarik sehingga tidak
terkesan monoton.
Menurut kami metode pembelajaran yang sesuai untuk materi eksponen
adalah metode diskusi. Metode diskusi adalah suatu cara mengajar yang dicirikan
oleh suatu keterkaitan pada suatu topik atau pokok pernyataan atau masalah
dimana para peserta didik diskusi berusaha untuk mencapai suatu keputusan atau
pendapat yang disepakati bersama maupun pemecahan terhadap suatu masalah
dengan mengemukakan sejumlah data dan argumentasi. Setelah guru menerapkan
model demosntrasi kemudian metode yang sesuai adalah metode diskusi, karena
dalam model demonstrasi juga terciptanya suasana diskusi antara guru dengan
siswa. Guru akan membagi siswa dalam bentuk kelompok, dalam satu kelompok
maksimal lima orang dengan tujun untuk berdiskusi agar dapat memecahkan
masalah bersama untuk saling bertukar pikiran sehingga dapat solusinya. Dengan
menerapkan metode diskusi akan terciptanya hubungan kerjasama antarsiswa dan
dapat mengeluarkan ide untuk masalah tersebut. Sehingga akan mengurangi
dampak yang menyebabkan siswa malas untuk belajar. Guru sebagai pemandu
diskusi yang dilakukan di kelas, guru harus melihat bagaimana pelaksanaan
diskusi itu berlangsung sehingga akan mencapai tujuan yang diharapkan.
Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kooperatif, karena
pendekatan kooperatif adalah kegiatan pembelajaran dengan cara berkelompok
untuk bekerja sama saling membantu mengkontruksi konsep, mengerjakan tugas,
menyelesaikan masalah/ persoalan, atau mengerjakan sesuatu untuk mencapai
tujuan bersama lainnya.
Page | 23
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari berapa narasumber yang kami wawancara mengenai model, metode,
pendekatan dan teori belajar untuk materi eksponen, maka menurut kami yang
sesuai adalah
Model Pembelajaran : Demonstrasi
Metode Pembelajaran : Metode Diskusi
Pendekatan Pembelajaran : Pendekatan Saintifik
Teori Belajar :
5.2 Saran
Saran dari kelompok kami adalah guru harus teliti dalam menggunakan
model, metode dan pendekatan dalam mengajar, karena tidak semua materi
diajarkan dengan medel ataupun metode yang sama dan buat kita calon guru
kedepan kita usahakan untuk tidak terlalu sering menggunkan model ceramah
dalam mengajar, karena metode ceramah dapat menimbulkan sifat monoton bagi
siswa.
Page | 24
DAFTAR PUSTAKA
Page | 25