Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
Kop Umkm Sap 7
Kop Umkm Sap 7
anggota kopera
1. Alasan Historis
Sejarah mencatat bahwa pendirian koperasi tidak terlepas dari perjalanan historis suatu bangsa.
Setelah ratusan tahun hidup dalam tekanan politik dan ekonomi kolonial, bangsa Indonesia
mewarisi suatu keadaan ekonomi dan sosial yang terkenal sebagai ekonomi dualistis, yaitu
suatu situasi perekonomian dimana terdapat ketimpangan sektor perekonomian modern yang
dikuasai oleh para saudagar asing, dengan perekonomian rakyat tradisional tempat sebagian
besar rakyat Indonesia menggantungkan hidupnya. Setelah Indonesia merdeka, salah satu
yang dilakukan adalah memperbaiki taraf hidup rakyat banyak dengan pelaksanaan
pembangunan perekonomian sebagai usaha bersama berdasarkan atas kekeluargaan,
sebagaimana terungkap dalam pasal 33 UUD 1945.
2. Alasan Politis
Alasan politis ini bersumber dari pepatah “Bersatu Kita teguh bercerai kita runtuh”. Apabila
ada orang-orang yang termasuk golongan ekonomi lemah menyatukan diri dalam suatu badan
usaha, maka secara tidak langsung menyatukan dirinya menjadi suatu kekuatan politis.
Pendek kata persatuan di bidang usaha akan membawa para pelaku ekonomi lemah keposisi
yang lebih kuat.
3. Alasan Sosiologis
Selaku makhluk sosial, manusia saling membutuhkan satu sama lain. Dorongan atau naluri
manusia untuk mempertahankan diri, bergaul, tolong menolong, perasaan ingin dihargai dan
sebagainya, menyebabkan manusia selalu ada keinginan untuk bergaul, bersatu atau
berkumpul dengan sesamanya. Rasa senasib sepenanggungan inilah biasanya yang
mendorong seseorang untuk bergabung menjadi anggota koperasi.
4. Alasan Ekonomis
Alasan ekonomis adalah pertimbangan kemanfaatan ekonomis yang akan diperoleh seseorang
bila ia bergabung menjadi anggota koperasi. Alasan-alasan ekonomis untuk pendirian dan
atau menjadi anggota koperasi dalam garis besarnya adalah menekan biaya usaha,
meningkatkan pelayanan kepada anggota, serta membuka kesempatan bergabung dalam suatu
badan usaha.
5. Alasan Yuridis
Alasan yuridis adalah landasan yang menjamin pendirian koperasi serta pelaksanaan
kegiatannya di dalam suatu negara. Alasan yuridis ini merupakan dasar yang secara langsung
ikut menciptakan tumbuhnya iklim berkoperasi di suatu masyarakat, yaitu suatu keadaan
yang memungkinkan dan mendorong masyarakat untuk bersatu dan bekerjasama pada badan
usaha koperasi. Adapun alasan yuridis pendirian koperasi di Indonesia dapat dilihat pada
beberapa produk hukum seperti UUD 1945, UU Koperasi dan ketentuan lain yang berkaitan
dengan koperasi.
http://vivinchoirianew.blogspot.co.id/2014/06/ekonomi-koperasi.html
Ada sebuah pertanyaan yang terfikirkan dari seorang anggota koperasi "Mengapa menjadi
anggota koperasi ?"
Jawaban yang paling umum yang dapat diberikan terhadap pertanyaan tersebut adalah
bahwa individu-individu akan menjadi anggota atau meneruskan tetap tinggal menjadi
anggota dalam sebuah koperasi bila mereka mengharapkan "manfaat" atau faedah yang dapat
mereka peroleh dari suatu koperasi lebih besar daripada faedah yang mereka dapat peroleh
kalau tidak menjadi anggota karena bisnis dengan nonkoperasi atau koperasi saingannya.
Manfaat disini diartikan sebagai nilai subyektif dari suatu alternative yang terbuka bagi
seseorang. Dalam hal ini “value” atau nilai memepertunjukan kapasitas potensial dari suatu
obyek atau aksi untuk memuaskan kebutuhan manusia. Kebutuhan ini dapat dipandang dari
sudut ekonomi dan non ekonomi. Gambaran yang nyata dari kebutuhan ini digambarkan oleh
Maslow dalam Five Hierarchi of needs, yaitu:
1. Kebutuhan Fisiologis
2. Kebutuhan akan keamanan
3. Kebutuhan social/kebuthan cinta kasih
4. Kebutuhan akan penghargaan
5. Aktualisasi diri
Dari sudut ekonomi, kebutuhan yang harus segera dipenuhi terutama adalah klebutuhan
biologis seperti makan dan minum, sedangkan dari sudut nonekonomi terutama kebuthan
cinta kasih penghargaan, keamanan dan aktualisasi diri. Setiap orang menjadi anggota
koperasi pasti didasari oleh kebutuhan-kebutuhan tertentu yang dapat diraih dari koperasi
tersebut. Bagi orang yang secara ekonomi cukup kuat kebutuhan nonekonominya
dibandingkan dengan kebutuhan ekonominya. Sebaliknya bagi orang yang lemah kondisi
ekonominya, motif ekonomi lebih dominan menjadi alasan bagi masuknya ia ke dalam
koperasi.
Jika suatu koperasi memberikan tingkat kepuasan yang lebih tinggi kepada seseorang
daripada organisasi lain, ini berarti koperasi lebih tinggi kemampuannya dalam memuaskan
keinginan orang tersebut. Dalam konsep ini tentunya harus diasumsikan bahwa para individu
terutama dimotivasi oleh "self interested" artinya kepe tingan diri sendiri yang diutamakan.