Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
1
2
keahlian khusus, 7) perorangan yang memiliki kompetensi dari isu yang dibuat
kebijakannya (Hasbullah, 2015).
Terkait keterlibatan berbagai aktor dalam pembuatan kebijakan, khususnya
dalam tahapan perumusan kebijakan, maka tahapan perumusan kebijakan diharapkan
dapat melibatkan peserta yang lebih sedikit dibandingkan dalam tahapan penetapan
agenda. Tahapan ini lebih banyak diharapkan adalah kerja dalam merumuskan
alternatif kebijakan dengan mengambil tempat di luar perhatian publik (Sidney,
2007:79). Dalam sejumlah teks standar kebijakan, pada tahapan perumusan disebut
sebagai fungsi ruang belakang. Detail kebijakan dirumuskan oleh staff birokrasi
pemerintah, anggota legislatif, serta komisi khusus. Proses perumusan biasanya
dilakukan di ruang kerja para aktor perumus kebijakan. Aktor perumusan kebijakan
pendidikan terdiri dari komunitas analis kebijakan pendidikan diwakili dari
pemerintah atau sekelompok masyarakat (public) yang berpartisipasi mengikuti
arahan inisiator atau pemimpin opini dengan tekanan media massa, media sosial
terkait dengan isu pendidikan yang berkembang atau menjadi perhatian masyarakat
luas (Parsons, 1997).
Sub-sistem dalam perumusan kebijakan pendidikan terbentuk tatkala semua
pihak antara lain pemimpin dan yang dipimpin, kelompok politik, masyarakat dan
pihak swasta yang berpartisipasi, sehingga terjadi interaksi antara partisipan atau para
aktor kebijakan saling mempengaruhi membentuk suatu parameter-parameter yang
relatif stabil. Parameter itu dibatasi oleh sistem nilai ataupun faktor internal dan
eksternal para aktor. Perubahan interaksi antar aktor juga disebabkan oleh perubahan
sistem nilai tentunya akan berakibat pada perubahan sub-sistem kebijakan yang
dihasilkan. (Sabatier, 1988).
belum diketahui secara pasti bagaimana cara bekerjanya intuisi, akan tetapi
tampaknya ia berhubungan dengan pikiran bawah sadar dan setumpuk data yang
tersimpan dalam otak manusia.
Dengan perkembangan pesat yang telah dicapai dalam bidang ilmu
pengetahuan, khususnya di bidang administrasi dan manajemen, sering terlihat
kecenderungan untuk meremehkan peranan yang dapat dimainkan oleh intuisi
dalam proses pengambilan keputusan. Mungkin kecenderungan meremehkan itu
timbul antara lain karena intuisi memang tidak dapat diprogram secara tepat dan
cara kerjanya pun tidak selalu sistematis. Melakukan analisis terhadap intuisi
merupakan hal yang sukar. Demikian sukarnya sampai seolah-olah terdapat
pertentangan antara cara kerja yang berdasarkan intuisi dengan cara kerja yang
didasarkan pada asas-asa ilmiah, termasuk dalam pengambilan keputusan.
Pendekatan ilmiah dalam pengambilan keputusan dimaksudkan untuk mengurangi
cara bertindak yang didasarkan hanya pada dugaan, perasaan dan pengalaman.
2. Kreatifitas
Seseorang yang ingin meningkatkan efektivitasnya dalam mengambil
keputusan yang rasional tetapi sekaligus realistis dan pragmatis berkewajiban
meningkatkan kemamuan untuk berpikir kreatif. Dapat dinyatakan secara
kategorikan bahwa berpikir secara kreatif mempunyai tempat terhormat dalam
mengatasi situasi problematik dalam organisasi-organisasi modern, bagaimanapun
bentuknya, apapun tujuannya. Pemanfaatan daya kreativitas yang terdapat dalam
suatu organisasi dapat memberikan sumbangan yang tidak kecil, artinya dalam
usaha organisasi yang bersangkutan untuk mencapai tujuan dan berbagai
sasarannya. Kreativitas menyangkut cara berpikir yang tidak terpukau pada hal-hal
yang telah umum diketahui. Ia juga menyangkut kemauan mencari dan
menemukan ide baru, teknik baru dan metode baru dengan mendorong timbulnya
berbagai pandangan dan gagasan diantara orang-orang yang terlibat dalam proses
pengambilan keputusan. Artinya kreativitas itu usaha sadar untuk menghasilkan
sejumlah besar ide baru yang bentuknya beranekaragam meskipun pada mulanya
berbagai gagasan dan pandangan tersebut seperti tidak masuk akal, tidak realistis
dan sebagainya.
6
PERTANYAAN
DAFTAR RUJUKAN
Amirullah Haris Budiyana.2 004. Pengantar Manajemen.Yogyakarta:Graha Ilmu.
Arwildaryanto, dkk. 2018. Analisis Kebijakan Pendidikan Kajian Teoritis, Eksploratif
dan Aplikatif. Bandung: Cendekia Press.
Hewlett, Michael & M. Ramesh. 2003. Studying Public Policy: Policy Cycles and
Policy Subsystems. Oxford: University Press
Rusdiana. 2016. Pengembangan Organisasi Lembaga Pendidikan. Bandung: Pustaka
Setia.
Siagian, P. 2016. Teori dan Praktek Pengambilan Keputusan. Jakarta: Gunung
Agung.