Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
Fungsi
Fungsi
3
fungsi
Istilah “fungsi” tidak dibatasi pada pengertian sebagai wadah aktivitas manusia
baik di dalam maupun di luar bangunan saja.
1. environmental filter.
bangunan dapat mengontrol iklim, berperan sebagai filter antara lingkungan luar dan dalam bangunan.
2. container of activities.
bangunan sebagai wadah kegiatan yang menempatkannya pada tempat yang khusus & tertentu.
3. capital investment.
bangunan dapat memberikan nilai lebih pada tapak, dan menjadi sumber investasi.
4. symbolic function.
bangunan dapat memberikan nilai-nilai simbolik.
5. behaviour modifier.
bangunan dapat merubah perilaku/kebiasaan pengguna, sesuai suasana ruang.
6. aesthetic function.
bangunan memiliki nilai visual yang indah sesuai dengan imajinasi arsiteknya.
1. physical control.
peranan dari physical control pada fungsi dan peran bangunan meliputi pengontrolan iklim (udara,
kelembaban, temperatur, angin, curah hujan, dll), cahaya, suara, bau, hal-hal lain seperti debu, asap,
serangga, hewan dan manusia serta radioaktif.
2. funcional frame.
pada functional frame akan banyak dibahas aspek-aspek fisik tingkah laku manusia. pada dasarnya manusia
selalu melakukan kegiatan, sehingga membutuhkan wadah arsitektural untuk menampung kegiatan
tersebut.
3. social millieu.
bisa menjadi ekspresi statis, peranan, kelompok, perkumpulan, institusi dan sekelompok bangunan yang
dapat mempresentasikan system social sebagai suatu kesatuan, suatu contoh istana raja dibuat lebih besar
dari bangunan-bangunan lain dengan tujuan untuk menunjukan status sosial.
4. cultural symbolization.
arsitektur adalah obyek budaya dan juga merupakan hasil karya manusia yang melayani aktivitas-aktivitas
manusia secara umum.
3 fungsi dalam arsitektur
fungsi dalam arsitektur menurut larry l. ligo memiliki lima fungsi yang dapat dijalankan oleh arsitektur untuk menjawab
fungsi sebagai konsep, yaitu:
1. structural articulation (artikulasi struktural).
menunjuk baik pada pengupasan, dalam desain, dan material struktur dan metode sebuah bangunan (misalnya:
“fungsi” material dan metode), maupun pada artikulasi eksterior bangunan dengan variasi kegiatan yang terkandung
didalamnya.
2. physical function (fungsi fisik).
meliputi kontrol dari faktor lingkungan (environmental factors) dan akomodasi bangunan terhadap aspek-aspek
fisik dari tujuan yang diinginkan, aspek-aspek seperti pola-pola jalan dan fleksibilitas dari pengaturan ruang.
3. psychological function (fungsi psikologi).
mengacu pada “feelings” (perasaan/rasa) dimana bangunan-bangunan itu berbaur dengan pengamatpengamatnya,
penghuni/pemakai dan pengkritiknya, termasuk penyakit- penyakit psikologis seperti vertigo, claustrophobia,
kebingungan arah (direction), kenyamanan fisik atau kurangnya rasa dan emosi yang spesifik/khas.
4. social function (fungsi sosial).
mengacu pada konkritisasi dari institusi sosial dan karakteristik yang bernilai dari budaya atau masa tertentu.
5. cultural/existential function (fungsi budaya/keberadaan).
mengacu kepada konkritisasi dari nilai-nilai universal atau struktur sunconcious dari spatial dan orientasi
psikologis yang berhubungan lebih kepada essensi kemanusiaan daripada kepada hidup manusia dalam satu waktu dan
tempat tertentu.
1 makna fungsi dalam arsitektur
1. fungsionalisme bentuk
karakter:
Segala rancangan arsitektur terjadi karena fungsi
Pembedaan bagian bangunan menurut tujuannya
Rancangan bangunan untuk memenuhi kebutuhan manusia
Bentuk berasal dari keinginan pemakai
karakter:
Bentuk berasal dari syarat sistem struktur, konstruksi dan bahan bangunan
Menurut penggunaan struktur, konstruksi yang jujur, jelas dan wajar tanpa disembunyikan
Rancangan struktur untuk tujuan estetik melalui elemen strukturnya sendiri
Rancangan bangunan memperlihatkan struktur & konstruksi serta peralatan bangunan
3. fungsionalisme ekspresi
karakter:
Memperlihatkan guna dan struktur secara bersama-sama dalam arsitektur
Bentuk merupakan wujud dari kegunaan / fungsi di dalamnya.
Bentuk secara simbolik melukiskan fungsi
4. fungsionalisme geometris
karakter:
Penciptaan bentuk bukan untuk menyesuaikan dengan guna, tetapi akibat penyesuaian
bentuk geometris itu sendiri
Kesederhanaan bentuk dengan geometri dan bebas dari ornament.
Nilai estetis diperoleh dari pengolahan elemen geometri
5. fungsionalisme organis
karakter:
Karya arsitektur berwawasan lingkungan
Bentuk tercipta dari fenomena alam dan penggalian gagasan dari mahluk hidup
Fungsi bangunan adalah aktifitas yang menciptakan bentuk, sehingga bentuk adalah fungsi
dari keseluruhan
6. fungsionalisme ekonomis
karakter:
Pendekatan ekonomi dalam proses penciptaan karya arsitektur
Bentuk terjadi akibat pemakaian peralatan dan bahan secara ekonomis
Penggunaan metode dan cara yang paling efektif dan efisien
7. fungsionalisme kultural
karakter:
Bentuk berasal dari pola perilaku, kondisi sosial budaya pemakai
Bentuk dijiwai oleh kehidupan manusia, watak, kecenderungan dan nafsu serta cita-cita
1. Fungsi adalah proses, dalam proses penciptaan suatu karya arsitektur fungsi juga sejalan dengan
proses tersebut. Unsur pemakai/pengguna, pemilihan komponen bangunan, penyusunan ruang,
pengolahan bentuk dan proses penciptaan lainnya akan dideteksi dari fungsi setiap aspek
2. Fungsi adalah tujuan, karena fungsi adalah proses, maka akan mengarah pada satu tujuan dan
karenanya arsitektur diciptakan.
3. Fungsi adalah keseluruhan, fungsi mengacu pada keseluruhan/ totalitas karya Arsitektur
4. Fungsi adalah perilaku, dalam sistem arsitektur, fungsi dipengaruhi oleh kecenderungan perilaku
yang timbul dalam setiap tahapan prosesnya
5. Fungsi adalah hubungan, sebagai suatu sistem, maka fungsi berada dalam keterkaitan antara
komponen satu dengan lainnya
Kelompok bangungan karya, fungsi bangunan untuk tempat bekerja, seperti kantor,
industri, pasar.
Kelompok bangunan suka, Fungsi bangunan untuk tempat hiburan, seperti bioskop,
restoran, pertokoan, tempat bermain.
Kelompok bangungan tempat ibadah, Fungsi bangunan untuk tempat beribadah, seperti
mesjid, gereja, vihara.
Sebuah bangunan terdiri dari bermacam ruang yang mempunyai fungsi berbeda.
Fungsi ruang dapat dibagi menjadi 4 kelompok besar, yaitu:
ruang publik,
ruang, privat,
ruang sirkulasi,
ruang servis.
Syarat fisik:
Mudah dicapai & dimasuki.
Mudah keluar (syarat keamanan).
Jalan masuk & keluar dihubungkan dengan ruang terbuka di luar bangunan.
Fleksibilitas ruang untuk perubahan fungsi.
Syarat psikis:
Ventilasi & penerangan serta pengaruhnya terhadap suasana ruang.
View, hubungan antara interior & eksterior
Ruang Privat
adalah ruang yang digunakan untuk kepentingan pribadi, dengan flowing interior space terbatas.
Misalnya:
Ruang membaca, menulis, belajar & meneliti.
Ruang wawancara & pertemuan.
Ruang tidur & istirahat.
adalah ruang yang ada pada bangunan karena kebutuhannya yang vital sebagai bagian penting
dalam pengoperasian bangunan, umumnya diletakkan bukan pada tempat utama.
Ruang Sirkulasi
adalah jalan perlintasan dari luar bangunan ke dalam bangunan/sebaliknya & dari satu ruang ke
ruang lain (secara vertikal maupun horisontal).
Kegiatan/aktivitas
Pelaku/pengguna
kebutuhan ruang
besaran/dimensi ruang
hubungan ruang
persyaratan ruang
analisis aktivitas 1
Program Studi Arsitektur
Fakultas Teknik
Universitas Muhammadiyah Banjarmasin
aktivitas/kegiatan
Analisis aktivitas/kegiatan berguna dalam penentuan:
Pola aktifitas adalah seluruh kegiatan pelaku dalam satu waktu (hari, minggu, bulan, tahun dan
seterusnya) yang memiliki suatu keteraturan di dalam ruang yang direncana.
Pola aktivitas dapat dirumuskan melalui pembuatan skenario aktifitas pelaku yang mungkin
terjadi. Skenario aktifitas dapat dilakukan melalui kegiatan pengamatan (observasi) terhadap
aktivitas-aktivitas pelaku yang ada pada ruang yang akan direncanakan atau dengan mengamati
pola aktivitas pada ruang dengan fungsi yang serupa dengan ruang yang akan direncana.
pola aktivitas 3
Program Studi Arsitektur
Fakultas Teknik
Universitas Muhammadiyah Banjarmasin
aktivitas/kegiatan
Pengelompokkan pola aktivitas pelaku yang serupa:
Tahapan berikutnya setelah pola aktivitas didapatkan adalah mengelompokkan pola-pola yang
memiliki kesamaan. Perlu dicermati adalah pola-pola yang membutuhkan suatu ruang khusus
dan yang dapat digabungkan dengan ruang lainnya. Hal ini sangat penting karena tidak seluruh
pola aktifitas menuntut suatu ruang yang mandiri.
Analisis pelaku 1
Program Studi Arsitektur
Fakultas Teknik
Universitas Muhammadiyah Banjarmasin
pelaku/pengguna
Pelaku dapat dibagi dalam dua jenis yaitu :
Jenis pelaku 2
Program Studi Arsitektur
Fakultas Teknik
Universitas Muhammadiyah Banjarmasin
pelaku/pengguna
Pelaku dapat dibagi dalam dua jenis yaitu :
Pelaku eksternal/publik adalah pelaku individu maupun kelompok yang berhubungan langsung
dengan aktifitas suatu ruang, namun tidak secara langsung berhubungan dengan kepemilikan
maupun pengelolaan ruang tersebut.
Penetapan pelaku mengandung makna bahwa hanya pelaku-pelaku inilah yang nantinya akan
menggunakan ruang yang direncana. Jenis pelaku, disisi lain adalah penggolongan pelaku-
pelaku yang telah ditetapkan dalam 2 kelompok (internal/privat dan eksternal/publik) yang telah
disebutkan diatas. Selain itu, jumlah masing-masing pelaku pun harus pula ditetapkan, karena
akan mempengaruhi besar area ruang yang akan direncanakan.
Jenis pelaku 3
Program Studi Arsitektur
Fakultas Teknik
Universitas Muhammadiyah Banjarmasin
kebutuhan ruang
Berdasarkan identifikasi kegiatan/aktivitas pengguna terkait fungsi bangunan, selanjutnya
dilakukan penyusunan kebutuhan ruang berdasarkan kelompok fungsi pengguna dan
sifat/karakter kegiatan (publik, semi publik, semi privat, privat, service dan sirkulasi).
Secara berjenjang kebutuhan ruang dirinci, dari kebutuhan ruang utama - ruang penunjang utama
- ruang penunjang kedua – dan seterusnya. Susunan ruang didasarkan pada hirarki kegiatan yang
berlangsung, sehingga tiap ruang utama akan didukung oleh ruang penunjang utama, selanjutnya
tiap ruang penunjang utama akan didukung oleh ruang penunjang kedua. Pengelompokan ruang
tersebut sekaligus menggambarkan organisasi ruang dan hubungan kedekatan ruang yang terjadi.
Hirarki ruang yang tersusun tergantung dari tingkat kerumitan fungsi yang diwadahi. Hal yang
perlu diperhatikan dalam pengelompokan ruang: jenis & nama ruang tergantung aktivitasnya,
ruang penunjang dengan jenis yang sama dapat disatukan pengelompokannya.
Besaran pelaku 2
Program Studi Arsitektur
Fakultas Teknik
Universitas Muhammadiyah Banjarmasin
besaran/dimensi ruang
Pada besaran antropomorfik ini, dapat dilihat luasan area seorang pelaku pada kondisi berdiri,
berjalan, duduk hingga tidur.
Jumlah pelaku umumnya dapat diperhitungkan dengan membandingkan jumlah pelaku suatu
ruang dengan ruang lainnya yang memiliki fungsi dan aktifitas yang serupa. Selain itu jumlah
pelaku dapat pula dihitung besarnya melalui suatu prediksi aktifitas ruang kedepan (lihat
penjelasan mengenai pola aktivitas pada bagian sebelumnya). Proses ini membutuhkan kejelian
dan ketelitian di dalam melakukannya. Karena tidak jarang suatu ruang ternyata dinyatakan
gagal dikarenakan kesalahan perencana didalam melakukan prediksi jumlah pelaku.
Besaran pelaku 3
Program Studi Arsitektur
Fakultas Teknik
Universitas Muhammadiyah Banjarmasin
besaran/dimensi ruang
Aktivitas suatu ruangan berarti seluruh kegiatan yang dilakukan di dalam ruangan tersebut. Jenis
aktifitas dapat digolongkan atas 2 macam yaitu aktivitas kelompok dan individu. Karakteristik
suatu aktifitas terbagi atas aktifitas formal dan informal. Sedangkan macam aktivitas dapat
berupa aktifitas bekerja, bermain, ibadah, istirahat, dan sebagainya.
Besar area aktivitas yang dapat ditampung dalam suatu ruang dapat dihitung sebesar 20 – 30 %
dari luas ruang yang digunakan untuk pelaku dan perabot/furniture. Dalam nilai ini mencakup
pula besarnya sirkulasi (pergerakan) yang terjadi dalam ruangan tersebut. Nilai 20 – 30% ini
didasarkan atas efisiensi ruang terhadap faktor ekonomi kontruksi bangunan. Namun tidak
menutup kemungkinan bahwa besarnya aktivitas dapat mencapai lebih dari nilai 20 –30% ini.
Hal tersebut dapat dikarenakan faktor ekonomi tidak menjadi prioritas utamanya.
Besaran aktivitas 4
Program Studi Arsitektur
Fakultas Teknik
Universitas Muhammadiyah Banjarmasin
besaran/dimensi ruang
Perabot/furniture atau perlengkapan ruang, ditetapkan sesuai dengan macam aktifitas
serta jumlah pelaku yang menggunakannya. Sebagai acuan guna memudahkan mendapatkan
besar luasan area yang akan digunakan untuk suatu perabot/furniture, dapat digunakan standar-
standar besaran yang telah ada (Data Arsitektur (standar Eropa), Time Saver Standart (Standar
Amerika) dan lain sebagainya).
Besaran perabot/furniture 5
Program Studi Arsitektur
Fakultas Teknik
Universitas Muhammadiyah Banjarmasin
hubungan ruang
Hubungan ruang diperoleh melalui proses pengelompokan ruang dan hirarki ruang, serta
penentuan tingkat hubungan ruang, dengan melakukan analisa bentuk hubungan ruang satu
dengan yang lain, ruang satu di dalam ruang yang lain, ruang-ruang yang saling berkaitan,
ruang-ruang yang bersebelahan, ruang-ruang dihubungkan oleh sebuah ruang bersama.