Sie sind auf Seite 1von 10

MAKALAH

ALIRAN-ALIRAN DALAM ILMU KALAM MODERN


(MUHAMMAD ABDUH DAN IQBAL)
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Aqidah Ilmu Kalam

DOSEN PENGAMPU :
M. Zainuddin Alanshari, SHI., MHI

Disusun oleh:

1.Elsya Atarina Putri (012110051)


2.Roudhotul janah (012110071)

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM LAMONGAN
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah Yang Maha Esa karena dengan rahmat dan Karunianya kami
dapat menyelesaikan makalah tentang “AliranAliran aliran dalam ilmu modern Muhammad
Abduh dan iqbal ”.
Dan kami sangat berterima kasih kepada bapak M.Zainuddin Alanshari, SHI., MHI selaku
dosen mata kuliah Aqidah Ilmu Kalam yang telah Memberikan tugas kepada kami. Kami
sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam menambah wawasan serta Pengetahuan
kita mengenai Aliran Dalam Ilmu Kalam Klasik Ahmad bin Hanbal dan Ibnu Taimiyah
dalam mata kuliah Aqidah Ilmu Kalam.
Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh
dari kata sempurna. Oleh karena itu, kami berharap adanya kritik, saran, dan usulan demi
perbaikan makalah yang telah kami buat. Mengingat tidak ada yang sempurna tanpa saran
yang membangun.Semoga makalah ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Apabila adaKesalahan kata yang kurang berkenan dan kami memohon dengan kritik dan
saran yang Membangun demi perbaikan di masa depan.

Lamongan, 4 Desember 2021

Penulis.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Kepenulisan
BAB II PEMBAHASAN
A.pengertian ilmu kalam modern?
B. pemikiran kalam Muhammad Abduh?
C.pemikiran kalam Muhammad Iqbal?
BAB III PENUTUP 13
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA

BAB I

PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG

Dalam mempelajari suatu agama, aspek yang pertama kali harus dikaji adalah konsep
ketuhanannya. Dari konsep ketuhanan akan diketahui watak dan nilai agama tersebut serta
dampaknya bagi kehidupan. Sebab konsep ketuhanan merupakan titik sentral yang menjadi
landasan dan sumber pemikiran serta tindakan, dan menjadi tujuan tempat kembali bagi
pemeluk agama yang.Dalam Islam kajan-kajian yang banyak membahas mengenai
ketauhidan (ketuhanan) disebut Ilmu Kalam yakni meyakini Tuhan yang esa dan meyakini
sifat-sifatNya. Allah SWT berfirman yang artinya; “Katakanlah Dia lah Allah yang Maha
Esa(1) Allah tempat bergantung (2) Dia tidak beranak dan tidak pula diperanakan (3) dan
tidak ada sesuatu pun yang setara dengan Dia (4)” (QS. Al-ikhlas 1-4). Adapun hadits Nabi
SAW tentang ilmu kalam yaitu hadits yang diriwayatkan dari Abu Hurairah RA mengatakan
bahwa Rasulullah bersabda”Orang-orang yahudi akan terpecah belah menjadi tujuh puluh
dua golongan dan umatku akan terpecah menjadi tujuh puluh  golongan.”Pada saat ini paham
aliran islam sudah mulai banyak bermunculan disekitar lingkungan kita yang terkadang dapat
memicu pertikaian jika kita tidak bijaksana dalam menyikapinya. Pasca Rasulullah SAW
wafat, mulai banyak aliran islam yang bermunculan dan itupun terus berlanjut beserta dengan
perkembangan yang dialami oleh masing-masing aliran tersebut. Hingga pada masa
modernpun aliran-aliran pemikiran Islam terus berkembang  dan bertambah.Dalam makalah
ini kami memaparkan mengenai ilmu kalam modern yang masih terasa perkembangannya
saat ini. Fokus pembahasan kami pada makalah ini adalah pemikiran Muhammad Abduh dan
Muhammad Iqbal, dimana pemikiran mereka telah membawa perubahan bagi perkembangan
Islam dan tidak sedikit yang mengikutinya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para
pembaca sekalian. Aamiin.

B.     Rumusan Masalah
1. pengertian ilmu kalam modern?
2. pemikiran kalam Muhammad Abduh?
3. pemikiran kalam Muhammad Iqbal?
C.     Tujuan Penulisan Makalah
1. Agar memahami makna dari ilmu kalam modern
2. Mengenal sosok pembaharu Muhammad Abduh dan Muhammmad Iqba serta mengetahu
i pemikiran-pemikiran kalam keduanya.

BAB II

PEMBAHASAN

A.    Pengertian
Istilah ilmu kalam terdiri dari dua kata ilmu dan kalam. Kata ilmu dalam Kamus
Besar  Bahasa Indonesia, mengandung arti pengetahuan tentang sesuatu bidang yang disusun
secara bersistem menurut metode tertentu.[1]1Sedangkan kalam adalah Bahasa Arab yang
berarti kata-kata. Walaupun dikatakan ilmu tentang kata-kata, namun ilmu ini tidak ada
sangkut pautnya sama sekali dengan Ilmu Bahasa.Ilmu Kalam menggunakan kata-kata dalam
menyusun argumen-argumen yang digunakannya. Oleh sebab itu kalam sebagai kata bisa
mengandung arti perkataan manusia bisa pula perkataan Allah.
Dengan demikian secara definisi atau ta’rif Ilmu Kalam juga disebut dengan Ilmu
Tauhid. Kata tauhid mengandung arti satu atau Esa. Masalah keesaan Tuhan dalam
pandangan islam, sebagai agama monoteisme, merupakan masalah pokok dalam akidah, dan
masalah ini pulalah yang menjadi pembahasan terpenting dari Ilmu Tauhid.
Seiring dengan berjalannya waktu dari masa ke masa fenomena peradaban, kultural,
dan realitas sosial akan mengalami perubahan. Apalagi dilihat dari pandangan ajaran islam
sendiri, perubahan merupakan sunnatulah yang pasti terjadi dan tak bisa di hindari.
Pemikiran-pemikiran islam, khususnya kalam dalam pertemuannya dengan peradaban barat
melahirkan pembaharu-pembaharu yang akan menyikapi problematika tersebut.
B.     Pemikiran Muhammad Abduh

1 [1][1] Pusat Bahasa, Kamus Umum Bahasa Indonesia


1.        Riwayat Singkat Muhammad Abduh Muhammad Abduh lahir di Mahaalat Nasr, Mesir
pada tahun 1849 dan wafat pada 1905. Ayahnya bernama Abduh Hasan Khairulah yang
berdarah Turki yang lama menetap di Mesir. Ibunya berdarah Arab asli. Pendidikan awalnya
dilakukan di rumah dengan membaca, menulis, dan menghafal Al-Qur’an. Dalam waktu yang
relative singkat, yakni dua tahun Abduh remaja sudah hafal Al-Qur’an.
Pada 1862 ketika itu ia berusia 14 tahun ia dikirim ke Tanta untuk belajar agama, dua
tahun kemudian ia merasa tidak mengerti apa-apa karena disanamenggunakan metode
menghafal. Metode belajar sepeti ini sangat membosankan bagi Abduh remaja,lalu ia kembali
ke kampung halaman. Pada tahun 1865 (usia 16 tahun). Baru empat puluh hari menikah, ia
dipaksa untuk kembali belajar ke Tanta. Ia pun pergi,namun bukan ke Tanta. Dia
bersembunyi disalah seorang pamannya, Syekh Darwish Khadr. Syekh Darwish Khadr tahu
tentang keengganan Abduh untuk belajar, maka ia selalu membujuk pemuda itu supaya
membaca buku bersama-sama. Setelah itu, Abduh pun berubah sikapnya sehingga
kemudiania pergi ke Tanta untuk meneruskan pelajarannya.
Dari tahun 1869-1877 ia studi di Al-Azhar dan ia mendapatkan predikat “alim”.
Disana ia bertemu dengan  jamaluddin al-Afghani dan menjadi muridnya yang paling setia.
Pada 1879, Abduh dibuang keluar kota Kairo karena dituduh turut berperan dalam
mengadakan gerakan Khadewi Taufik. Hanya setahun ia dibuang, pada tahun 1880 ia boleh
kembali dan kemudian diangkat menjadi redaktur surat kabar resmi pemerintah Mesir.
Diakhir tahun 1882, ia lagi-lagi dibuang. Tapi kali ini dibuang keluar negeri dan ia
memutuskan pergi ke Beirut.
Baru setahun di Beirut, dia diundang oleh Jamaluddin al-Afghani supaya datang ke
Paris guna membentuk gerakan al-Urwah al-Wasqa. Dari gerakan ini kemudian lahirlah
majalah yang terkenal Al-Uswah al-Wutsqa. Sesudah itu kemudian ia kembali ke Beirut pada
1885 M. di Kota ini, ia pusatkan perhatiannya pada ilmu dan pendidikan. Ia mengajar di
Madrasah Sultaniah tersebut menjadi dasar dari bukunya yang sangat terkenal, Risalah al-
Tauhid.
Sekembalinya dari pembuangan, di akhir tahun 1888, ia mulai berkarir sebagai hakim
Pengadilan Negeri dan kemudian menjadi penasihat Mahkamah Tinggi. Disela- sela
kesibukannya sebagai hakim, ia berusaha memperbaiki pendidikan al-Azhar. Ia ingin
membawa ilmu ilmu modern yang sedang berkembang di Eropa ke al-Azhar. Usahanya tidak
berjalan mulus bahkan usahanya kandas. Banyak tantangan dari para ulama yang berpegang
pada tradisi lama. Pada 1899, ia diangkat menjadi Mufti Mesir. Ditahun yang sama, ia juga
diangkat menjadi anggota majlis syura.
2.        Pemikiran kalam Muhammad Abduh

a.       Kedudukan Akal dan fungsi wahyu


Muhammad Abduh berpendapat bahwa jalan yang dipakai untuk mengetahui Tuhan
bukanlah melalui wahyu saja tetapi dengan akal. Dengan kekuatan akal yang ada dalam diri
manusia, manusia berusaha mengetahui tentang adanya Allah. Pengetahuan yang sudah
diperoleh oleh akal itu kemudian diperkuat dengan turunnya wahyu kepada umat manusia
melalui perantara utusan Allah, yakni para Nabi dan Rasul. Sementara itu fungsi wahyu
menurut Muhammad Abduh adalah meliputi memberi keyakinan kepada manusia bahwa jiwa
akan terus hidup setelah tubuh jasmani hancur, menolong akal untuk mengetahui keadaan
hidup manusia diakhirat dan memberi tuntunan cara bersyukur dengan tatacara beribadah. 
b.      Mengikis sikap jumud dan khurafat
Menurut Muhammad Abduh, penyebab kemunduran umat Islam pada akhir abad
pertengahan adalah sikap jumud. Dalam sikap ini mengandung arti sikap membeku, statis,
berpegang teguhu pada adat. Karena dipengaruhi sikap jumud umat islam tidak mau
menerima perubahan.[2] 2Timbulnya sikap jumud berawal dari tradisi orang-orang non islam
yang kemudian masuk Islam dengan tetap membawa adat istiadat dan membawa adat istiadat
dan paham-paham animistis.
c.       Pintu ijtihad tidak tertutup
Muhammad Abduh pada mulanya bermazhab Maliki, tetapi di al-Azhar ia
mempelajari Madzhab Hanafi. Ia menghargai semua madzhab, tetapi ia tidak mau terikat
pada salah satu daripadanya. Madzhab menurut pendapatnya adalah jalan yang di tempuh
ulama masa lalu dalam memahami Al-Qur’an dan Hadis.
Dalam sejarah pemikiran Islam, ijtihad telah banyak digunakan. Ijtihad dalam arti
berusaha keras untuk mencapai atau memperoleh sesuatu. Dalam istilah fikih, ijtihad berarti
berusaha keras untuk mengetahui hukum sesuatu melalui dalil-dalil agama. Dr. Muhammad
al – Ruwaihi juga menjelaskan bahwa di masa-masa akhir ini timbul berbagai pendapat
tentang Islam, baik di Barat, Timur maupun Pada orang Arab serta orang Islam itu sendiri.
“pendapat-pendapat orang itu merupakan ijtihad, baik secara perseorangan maupun secara
kolektif,yang akan memperoleh pahala sesuai dengan benar atau salahnya ijtihad itu”. Ijtihad
yang dimaksud Muhammad Abduh kelihatannya bukan sekedar fikih, tetapi dalam aspek-
aspek lainnya sebagaimana ungkapan diatas.
d.      Pendidikan
Ide pembaharuan lainnya dalam bidang pendidikan ialah merombak sistem dualisme
pendidikan. Menurutnya disekolah-sekolah umum harus diajarkan agama, sedangkan
disekolah-sekolah agama harus diajarkan ilmu pengetahuan modern.
e.       Politik
Dalam bidang politik, Muhammad Abduh berpendapat bahwa kekuasaan negara harus
dibatasi oleh konstitusi. Pemerintah wajib bersikap adil terhadap rakyat. Sebaliknya terhadap
pemerintah yang adil rakyat harus patuh dan setia. Muhammad Abduh menghendaki
kehidupan politik yang demokratis yang didasarkan atas musyawarah.
Karena menurutnya kepala negara adalah manusia biasa yang mempunyai nafsu, ia
dapat berbuat salah. Untuk meluruskan kesalahan itu diperlukan kesadaran dan
keberanianrakyat yang berfungsi sebagai alat control, ide ini menggambarkan bahwa
Muhammad Abduh ingin menanamkan nilai-nilai demokratis di Mesir khususnya. Sikap
demokratis akan melahirkan kebebasan berpikir dan bertindak yang pada perkembangan
selanjutnya akan menumbuhkan sikap dinamisdan akan membuahkan kemajuan.
C.     Pemikiran Muhammad Iqbal
1.        Riwayat singkat Muhammad Iqbal
Nama lengkapnya adalah Muhammad Iqbal Muhammad Nur Muhammad Rafiq. Lahir
pada tahun 1877 M, di Siyalkut di provinsi Punjab, India. Ayahnya adalah seorang sufi.
Karena ayahnya mrlihat Muhammad Iqbal selalu membaca Al-Qur’an,Ayahnya berkata ”jika

2 [2]Harun Nasution, Ensiklopedia Islam Indonesia, hlm. 7.


kamu ingin memahami Al-Qur’an, maka bacalah selalu Al-Qur’an. Saya melihat Al-Qur’an
itu seperti diturunkan kepadamu.”
Guru dan teman ayahnya yang bernama Mir Hasan, memprediksi Muhammad Iqbal
bahwa dirinya akan memperoleh masa depan yang cerah. Gurunya mengharapkan agar
Muhammad Iqbal gemar mempelajari peradaban Islam dan memperkuatnya. Gurnya juga
memperkuat dirinya dengan aqidah Islam yang benar. Dia masuk ke Universitas Lahore dan
berhasil memperoleh ijazah S. 1 dan S. 2. Gelar Doktornya dalam bidang filsafat diperoleh
dari Universitas Cambridge di London. Dia juga memperoleh sertifikat Advokasi dari
Universitas London. Kemudian dia berprofesi sebagai pengacara di negaranya.
Dia adalah ketua Organisasi Perlindungan Islam dan ketua Partai Muslim India dan
orang yang pertama kali mengusulkan agar orang-orang  Islam memisahkan diri dari
pemerintahan orang-orang Hindu. Setelah itu, dia diangkat sebagai dosen mata kulian filsafat
di Fakultas Oriental (yang mempelajari kebudayaan dan Bahasa negara-negara Timur)
Universitas Lahore.
Pada tahun 1962, dia terpilih sebagai anggota Legislatif di provinsi Punjab dari Partai
Persatuan Islam. Dia mempunyai ide untuk membagi India berdasarkan Agama, Bahasa, dan
ras. Dia sangat menginginkan berdirinya negara Pakistan yang berdasar Islam dan bebas dari
intervensi pemerintah India. Cita-citanya tersebut terlaksana setelah lima tahun dari
kematiannya.
2.        Pemikiran kalam Muhammad Iqbal
Dalam pandangan Iqbal, Islam mengajarkan dinamisme yang didalamnya terdapat
dinamika gerak. Selanjutnya Iqbal menekankan bahwa konsep Islam mengenai alam adalah
dinamis dan senantiasa berkembang. Gerak yang dinamis itulah yang menjadi titik sentral
perubahan yang terdapat di tengah alam semesta. Secara tegas Iqbal mengatakan bahwa
intisari hidup adalah gerak, hukum hidup ialah mencipta. Dengan elan vital seperti itu Iqbal
kemudian menyindir kondisi umat Islam di masanya dengan mengatakan : “Kafir yang aktif
lebih baik dari Muslim yang suka tidur”.
Konsep lama yang mengajarkan bahwa alam bersifat statis ditolak oleh Iqbal.
Menurut Iqbal gerak alam yang selalu berubah adalah keniscayaan yang dapat dijadikan
pengajaran bagi orang-orang yang berakal. Sementara itu, Al-Qur’an mendorong dengan
sangat kuat agar akal digunakan untuk membaca tanda atau ayat yang ada di tengah alam
semesta.
Sebagaimana pandangan mayoritas ulama , beliau membagi kualifikasi ijtihad ke
dalam tiga tingkatan, yaitu :
·         Otoritas penuh dalam menentukan perundang-undangan yang secara praktis hanya terbatas
pada pendiri madzhab-madzhab saja.
·         Otoritas relative yang hanya dilakukan dalam batas-batas tertentu dari satu madzhab
·         Otoritas khusus yang berhubungan dengan penetapan hukum dalam kasus-kasus tertentu
dengan tidak terikat pada ketentuan-ketentuan pendiri madzhab.[3]3
a.       Hakikat Teologi
Secara umum beliau melihat teologi sebagai ilmu yang berdimensi keimanan,
mendasarkan pada esensi tauhid (universal dan inklusivistik). Didalamnya terdapat jiwa yang
3 [3]Abdul Rozak, ilmu kalam..,hal. 221
bergerak berupa “persamaan, kesetiakawanan, dan kebebasmerdekaan”. [4]4Pandangan nya
tentang ontology teologi membuatnya berhasil melihat anomaly (penyimpangan) yang
melekat pada literature ilmu klasik.[5]5
b.      Pembuktian Tuhan
Dalam membuktikan eksistensi Tuhan, beliau menolak argument kosmologis maupun
ontologis. Beliau juga menolak argument teologis yang berusaha membuktikan eksistensi
Tuhan yang mengatur ciptaan-Nya dari sebelah luar. Walaupun demikian, beliau menerima
landasan teologis. Untuk menopang hal ini beliau menolak pandangan Whitehead tentangnya
sebagai struktur kejadian dalam aliran dinamis yang tidak berhenti. Karakter nyata konsep
tersebut ditemukan beliau dalam “jangka waktu murni”-nya Bergson, yang tidak terjangkau
oleh serial waktu. Dalam “jangka waktu murni”, ada perubahan, tetapi tidak ada suksesi
(penggantian).[6]6
c..       Jati diri manusia
Paham dinamisme beliau berpengaruh besar terhadap jati diri manusia. Penelusuran
terhadap pendapatnya tentang persoalan ini dapat dilihat dari konsepnya tentang ego, ide
sentral dalam pemikiran filosofisnya. Kata itu diartikan dengan kepribadian. Manusia hidup
untuk mengetahui kepribadiannya serta menguatkan dan mengembangkan bakat-bakatnya,
bukan sebaliknya, yakni melemahkan pribadinya, seperti yang dilakukan oleh para sufi yang
menundukan jiwa sehingga fana dengan Allah.[7]7
d..      Dosa
Beliau secara tegas menyatakan dalam seluruh kualitasnya bahwa Al-Qur’an
menampilkan ajaran tentang kebebasan ego manusia yang bersifat kreatif. Dalam hubungan
ini, beliau mengembangkan cerita tentang kejatuhan Adam (karena memakan buah terlarang)
sebagai kisah yang berisi pelajaran tentang “kebangkitan manusia dari kondisi primitifyang
dikuasai hawa nafsu naluriah kepada pemilikan kepribadian bebas yang di perolehnya secara
sadar, sehingga mampu mengatasi kebimbangan dan kecenderungan untuk membangkang”
dan ‘Timbulnya ego terbatas yang memiliki kemampuan untuk memiliki”.[8]8
e..       Surga dan Neraka
Surga dan Neraka, kata beliau adalah keadaan bukan tempat. Gambaran-gambaran
tentang keduanya di dalam Al-Qur’an adalah penampilan-penampilan kenyataan batin secara
visual, yaitu sifatnya. Neraka, menurut rumusan Al-Qur’an adalah “Api Allah yang menyala-
nyala dan yang membumbung keatas hati”, pernyataan yang menyakitkan mengenai
kegagalan manusia. Surga adalah kegembiraan manusia karena mendapatkan kemenangan
dalam mengatasi berbagai dorongan yang menuju kepada perpecahan.[9]9

 SIMPULAN DAN SARAN


A.    Simpulan

4 [4]Muhammad Iqbal, the Recontraction…, hal. 154


5 [5]Abdul Rozak, Ilmu Kalam…, hal 222
6 [6]Ibid, hal. 223
7 [7]Azzam, Iqbal…hal. 56
8 [8]H.A.R. Gibb, Aliran-Aliran Modern Dalam Islam, terj. Machnum Husein,( Jakarta: Rajawali Press, 1995), hal.
131-132
9 [9]Ibid, hal. 133-134
ilmu kalam modern adalah sebuah sudut pemikiran dalam agama islam yang dibangun
diatas keyakinan bahwa kemajuan ilmiah dan wawasan modern mengharuskan reinterpretasi
atau pemahaman ulang terhadap berbagai doktrin ajaran agama tradisional.
Pemikiran kalam Muhammad Abduh yaitu jalan yang dipakai untuk mengetahui Tuhan
bukanlah melalui wahyu saja tetapi juga dengan akal. Bahkan lebih jauh lagi Muhammad
Abduh berpendapat bahwa :
1.      Tuhan dan sifat-sifatNya
2.      Keberadaan hidup Akhirat
3.      Kebahagiaan jiwa diakhirat
4.      Kewajiban manusia mengenal Tuhan
5.      Kewajiban manusia untuk berbuat baik menjauhi perbuatan jahat untuk kebahagiaan di
akhirat.

Sedangkan pemikiran kalam Muhammad Iqbal lebih menekankan bahwa konsep Islam
mengenai alam adalah dinamis dan senantiasa berkembang .Secara tegas Iqbal mengatakan
bahwa intisari hidup adalah gerak, konsep lama yang mengajarkan bahwa alam bersifat statis
ditolak oleh Iqbal. Menurut Iqbal gerak alam yang selalu berubah adalah keniscayaan yang dapat
dijadikan pengajaran bagi orang-orang yang berakal.
B.     Saran
1.      Umat Islam memang harus dinamis karena dengan dinamis (mengikuti perkembangan zaman) Islam
bisa berkembang dan maju. Namun dalam bersifat dinamis tidak boleh sampai merubah kemurnian
ajaran agama islam, pemikiranlah yang harus dinamis untuk bisa mendakwahkan ajaran agama
dengan mengikuti perkembangan zaman. Dan tetaplah mengacu pada sumber hukum Al-Qur’an dan
As Sunnah.
2.      Pendidikan Agama yang diajarkan di perguruan tinggi menjadi hal penting yang harus di perhatikan
pada masa ini, karena para mahasiswa/ i yang duduk dibangku perkuliahan akan menjadi tokoh
muslim besar dimasa yang akan datang.
3.      Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, pembaca pasti menemukan banyak
kesalahan dalam sistematika penulisan, ataupun isi materi, maka penulis memohon maaf serta
mengharapkan pembaca dapat memberikan kritik dan saran yang membangun demi meningkatkan
kedisiplinan kami dalam penulisan karya ilmiah berikutnya

DAFTAR PUSTAKA
· Basyir, Abu Umar. 2004. Modernisasi Islam Membedah Pemikiran Jamaluddin al Afghani Hingga Islam
Liberal. Jakarta: Darul Haq
· Harahap, Khoirul Amru dan Faozan. 2008. Tokoh-Tokoh Besar Islam Sepanjang Sejarah. Jakarta:
Pustaka Al-Kautsar
· Rusli, Ris’an. 2013. Pembaharu Pemikiran Modern Dalam Islam. Jakarta : RajaGrapindo Persada
· Yusuf, M.Yunan.2014. Alam Pikiran Islam Pikiran Kalam. Jakarta: Prenadamedia group.
· Ilhamassuyuthi. (2016). “Aliran-aliran ilmu kalam modern Muhammad Abduh & Muhammad Iqbal”.
[Online]. Tersedia: https://ilhamassuythi.blogspot.com [06 November 2016].

Das könnte Ihnen auch gefallen