Sie sind auf Seite 1von 14

MADZHAB MADZHAB FIQIH

MAKALAH INI DI AJUKAN UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA


KULIAH PENGANTAR ILMU FIQIH
Dosen : Euis Nurasiah Jamil., MA

Disusun Oleh:
LULU LUTVIAH
ERNAWATI
ALMATU DAIPAH

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM PELABUHANRATU
Jl. Siliwangi PelabuhanRatu No.59, Kec. PelabuhanRatu, Kab. Sukabumi Jawa Barat 43364

1
i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik serta
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul Madzhab Fiqih.
Dalam penyusunannya, penulis memperoleh banyak bantuan dari berbagai pihak, oleh karna
itu penulis mengucapkan terimakasih pada pihak yang telah membantu baik secara moriil
maupun materiil yang memberikan dukungan, kasih, dan kepercayaan yang begitu besar. Dari
sanalah semua kesuksesan ini berawal, semoga semua ini bisa memberikan sedikit
kebahagiaan dan menuntun pada langkah yang lebih baik lagi.
Meskipun penulis berharap isi dari makalah ini bebas dari kekurangan dan kesalahan, namun
selalu ada yang kurang. Oleh karna itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun agar makalah ini dapat lebih baik lagi.
Akhir kata penulis berharap agar makalah ini bermanfaat bagi semua pembaca.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................................... i


DAFTAR ISI ................................................................................................................... ii
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ...................................................................................................1
B. Rumusan Masalah............................................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan .................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Madzhab ............................................................................................2
B. Lahirnya Madzhab fiqih...................................................................................... 2
C. Tokoh-tokoh Madzhab Fiqih ...............................................................................4
D. KItab-kitab Fiqih Induk....................................................................................... 5
E. Contoh dan sikap menghadapinya .......................................................................7
BAB III PENUTUP
Simpulan .................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 10

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Islam pada masa Rasulullah SAW apabila terdapat kekurangan paham terhadap suatu
hokum, para sahabat langsung menanyakan kepada Rasulullah SAW, sehingga bisa
cepat terselesaikan. Kemudian sepeninggal Rasulullah SAW, para sahabat
mengunakan pengalaman yang diperoleh dari perkataan, perbuatan dan kebiasaan
beliau ketika masih hidup. Ketika sampai pada masa tahap ini mereka berpegang pada
Al-Quran, As sunnah dan kepada perkataan para sahabat. Seiring perkembangan
zaman persoalan semakin bertambah jumlahnya dari waktu ke waktu, sementara tidak
seluruhnya solusi permasalahan ditemukan dalam Al-Quran, As sunnah maupun
perkataan para sahabat. Sehingga dilakukan jalan ijtihad sendiri, termasuk melakukan
Qiyas sebagai Syara’ (Hukum Islam). Sehingga seiring perkembangan waktu pun
banyak terjadi perbedaan madzhab. Perbedaan madzhab ini terjadi karena cara
pandang yang berbeda dan juga ilmu yang berbeda dari para mujtahid, meskipun
rujukannya tetap pada Al-Quran dan As-sunnah.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Madzhab?
2. Bagaimana sejarah lahirnya madzhab fiqih?
3. Siapa saja tokoh-tokoh madzhab fiqih?
4. Apa saja kitab-kitab fikih induk?
5. Apa contoh perbedaan hukum fiqih dan bagaimana cara menyikapinya?

C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui pengertian madzhab
2. Mengetahui sejarah lahirnya madzhab fiqih
3. Mengetahui tokok-tokoh madzhab fiqih
4. Mengetahui kitab-kitab induk
5. Mengetahui contoh perbedaan hokum fiqih dan bagaimana cara menyikapinya

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Madzhab
Mazhab menurut bahasa Arab adalah isim makan (kata Benda
keterangan tempat) dari akar kata ‫َب‬َ ‫( َذه‬pergi) .Mazhab itu secara
bahasa artinya, “tempat pergi”, yaitu jalan (ath-tharξq). Sementara
menurut Huzaemah Tahido Yanggo Bisa juga berarti al-ra’yu yang
artinya “pendapat”.Sedangkan secara terminologis pengertian mazhab
Menurut Huzaemah Tahido Yanggo, adalah pokok pikiran atau Dasar
yang digunakan oleh imam Mujtahid dalam memecahkan Masalah,
atau mengistinbatkan hukum Islam1. Selanjutnya Imam Mazhab dan
mazhab itu berkembang pengertiannya menjadi Kelompok umat Islam
yang mengikuti cara istinbath Imam Mujtahid tertentu atau mengikuti
pendapat Imam Mujtahid tentang masalah hukum Islam. Jadi bisa
disimpulkan bahwa yang dimaksud mazhab meliputi dua pengertian:
a. Mazhab adalah jalan pikiran atau metode yang ditempuh seorang
Imam Mujtahid dalam menetapkan hukum suatu peristiwa
berdasarkan kepada al-Qur’an dan hadis.
b. Mazhab adalah fatwa atau pendapat seorang Imam

Mujtahid tentang hukum suatu peristiwa yang diambil dari Al-


Qur’an dan hadis.Sedangkan menurut Muhammad Husain
Abdullah, istilah Mazhab mencakup dua hal: (1) sekumpulan
hukum-hukum Islam yang digali seorang imam mujtahid; (2) ushul
fikih yang Menjadi jalan (tharξq) yang ditempuh mujtahid itu
untuk Menggali hukum-hukum Islam dari dalil-dalilnya yang
rinci.Dengan demikian, kendatipun mazhab itu manifestasinya
Berupa hukum-hukum syariat (fikih), harus dipahami bahwa
Mazhab itu sesungguhnya juga mencakup ushul fikih yang
Menjadi metode penggalian (thariqah al-istinbath) untuk
Melahirkan hukum-hukum tersebut. Artinya, jika kita Mengatakan
mazhab Syafi’i, itu artinya adalah, fikih dan ushul Fikih menurut
Imam Syafi’i.
1
Dr. H. Opik Taupik K., M.Ag Ali Fiqih 4 Mazhab kajian Ushul fiqih (Bandung 2014) hal 198

2
B. Lahirnya Madzhab Fiqih
Untuk mempermudah mengetahui lahirnya madzhab fiqih, maka dibagi tiga periode
besar, yaitu :
- Periode Pertama
Yang termasuk periode ini ada dua masa, masa Rasullah SAW dan masa para sahabat.
Masa Rasulullah SAW dimulai sejak Nabi Muhammad SAW diangkat menjadi Nabi.
Masa ini dibagi menjadi dua fase; fase Makkah ialah semenjak turun wahyu pertama
sampai beliau hijrah ke Madinah, selama rentang waktu 13 tahun; dan fase kedua
ialah fase Madinah ialah semenjak beliau tiba di Madinah sampai beliau wafat yang
lamanya 10 tahun.
Al-Quran sebagai sumber syariat dan fiqih islam yang pertama diturunkan pada fase
Makkah kebanyakan menyinggung persoalan Aqidah, jadi dalam fase ini sedikit
sekali ayat-ayat yang menyinggung masalah hukum, hanya dalam bidang tertentu
seperti shalat, puasa, dan zakat.
Kemudian setelah tiba di fase Madinah, Islam telah meluas, banyak bangsa-bangsa
yang bukan arab mulai memeluk agama Islam, masyarakat dan negara Islam mulai
terbentuk. Hajat pada peraturan-peraturan yang akan digunakan mengatur masyarakat
dan Negara yang baru lahir itu. Barulah turun ayat-ayat Al-Quran yang bertalian
dengan hukum. Dasar hukum pada masa itu semuanya kembali pada wahyu, baik
wahyu yang berupa Al-Quran maupun sunnah, sedangkan perinciannya diterangkan
oleh Rasulullah SAW.2

- Periode Kedua
Periode kedua yaitu masa terbentuknya madzhab-madzhab dan pembukuannya.
Periode ini dimulai setelah berakhir periode pertama dan berakhir pada pertengahan
abad ke-4 hijriah. Pada akhir periode ini Negara islam kian lama kian melemah. Hal
ini tentunya memberi pengaruh yang besar dalam perkembangan fiqih islam. Akibat
kekuasaan Negara makin lemah, penghormatan terhadap ilmu pengetahuan dan orang
berilmu makin berkurang, tidak jarang pula adanya tekanan terhadap orang yang
berilmu untuk mengeluarkan sesuatu pendapat menurut kemauan penguasa yang
akhirnya membawa pengaruh yang sangat buruk terhadap ilmu pengetahuan Islam.
Kemerdekaan berfikir semakin berkurang yang membuat umatnya hanya menerima
yang ada (taqlid).
Tetapi disamping itu, sebagai permulaan periode ini ialah semakin berkembangnya
madzhab-madzhab dalam islam, terutama 4 madzhab yang sangat terkenal, yang
tersebar luas ke seluruh penjuru Negara Islam dan dianut oleh kebanyakan umat
islam. Disamping itu pada awal periode ini, Al-Qur’an dan As sunnah serta pendapat
para sahabat dan tabi’in serta ilmu pengetahuan lainnya yang sangat berguna sudah
dibukukan. Para imam madzhab berusaha menyebarluaskan tulisan yang ada dalam
madzhab mereka.

2
H. SYAIKHU, M.H.I. perbandingan Mazhab fiqih (Jakarta, 2019)

3
- Periode Ketiga
Periode ketiga ini terjadi pada masa berkembangnya taqlid dan masa berkembangnya
fiqih islam di abad modern ini. Periode ini dimulai pada pertengahan abad ke-4 hijriah
dikala Negara islam terpecah belah. Di Andalusia terdiri Negara Umayyah di Afrika
berdiri Negara Fathimiyyah, di Mesir berdiri Negara Ikhsyidiyyah dan periode ini
berakhir sampai tibanya serangan bangsa Tartar ke kota Baghdad.
Perpindahan periode ini tidak dengan sekaligus, tetapi secara berangsur-angsur. Pada
fase pertama adalah fase transisi karena masih dekat dengan periode yang dahulunya
sedang adat-istiadat belum banyak berubah. Maka fukaha dalam fase ini hanya
mengikutih jejak fukaha pada periode lampau. Hanya ada satu yang menonjol dalam
fase ini, suatu hal yang belum pernah terjadi pada masa lampau pengangkatan qadi-
qadi hanya terbatas dalam satu madzhab saja. Misalka di Timur Tengah hanya
terbatas pada orang-orang yang bermadzhab Hanafi, sedang di Andalusia dan Afrika
Utara terbatas kepada orang yang bermadzhab Maliki.
Senada dengan perkembangan politik yang memburuk, kekuasaan Negara kian
melemah, sehingga pemerintahan hamper tidak terkontrol. Karna itu tidak jarang
jabatan-jabatan baik qadhi maupun lainnya dapat diperjual belikan, fatwa-fatwa
keluar dari mulut orang yang bukan ahlinya. Dalam kancah perpecahan dan
kekacauan ini, timbulah inisiatif para ulama untuk menjaga agar jangan terjadi hal-hal
yang tidak diinginkan di dalam agama dan untuk menjaga agar agama islam tetap
murni, sehingga keluarlah kesepakatan ulama bahwa semenjak itu tidak mungkin lagi
orang berjihad dan mereka menyatakan pintu ijtihad tertutup.

C. Tokoh-Tokoh Madzhab Fiqih

 Madzhab Hanafi

Pendiri madzhab Hanafi ialah : Nu’man Bin Tsabit Bin Zautha. Dilahirkan
pada tahun 80 H = 699 M. Imam Malik jatuh sakit pada hari ahad dan
menderita sakit selama 22 hari kemudian 10 hari setelah itu ia wafat pada
tahun 150 H bertepatan dengan lahirnya imam Syafi’i R.A. beliau lebih
dikenal dengan sebutan : Abu Hanifah An Nu’man.3
Abu Hanifah adalah seorang mujtahid yang ahli ibadah, dalam bidang
fikih beliau belajar kepada Hammad Bin Abu Sulaiman dan banyak belajar
pada ulama-ulama tabi’in, seperti Atha Bin Abi Rabah dan Nafi’Maula
Ibnu Umar. Madzhab Hanafi adalah sebagai nisbah dari nama imamnya,
Abu Hanifah. Jadi madzhyab Hanafi adalah nama dari kumpulan-
kumpulan pendapat-pendapat yang berasal dari Imam Abu Hanifah dan
murid-muridnya serta pendapat-pendapat yang berasal dari para pengganti
3
Moenawar Chalil Biografi serangkai imam Mazhab hal 15

4
mereka sebagai perincian dan perluasan pemikiran yang telah digariskan
oleh mereka yang kesemuanya adalah hasil dari pada cara dan metode
ijtihad dari ulama-ulama Irak. Maka disebut juga madzhab Ahlur Ra’yi
masa Tabi’it Tabi’in. Abu Hanifah dalam menetapkan hukum fiqih terdiri
dari beberapa sumber, yaitu : Al-Qur’an, As sunnah, Qiyas, Istihsan, Ijma’
dan Urf.4

 Madzhab Maliki

Pendiri dari madzhab ini adalah Malik Bin Anas Bin Abu Amir. Lahir
pada tahun 93 M = 712 M di Madinah. Selanjutnya dalam kalangan umat
islam beliau lebih dikenal dengan sebutan Imam Malik. Imam Malik
terkenal dengan imam dalam bidang hadis Rasulullah SAW.
Imam Malik belajar pada ulama-ulama Madinah. Yang menjadi guru
pertamanya ialah Abdur Rahman Bin Hurmuz. Beliau juga belajar kepada
Nafi’ Maula Ibnu Umar dan Ibnu Syihab Az Zuhri. Adapun yang menjadi
guru dalam bidang fiqih ialah Rabi’ah bin Abu Rahman. Imam Malik
adalah imam negeri Hijaz, bahkan tokohnya semua bidang fiqih dan
Hadits.
Dasar madzhyab Imam Maliki adalah Al-Qur’an, As sunnah, Ijma’,
Tradisi penduduk Madinah (statusnya sama dengan sunnah menurut
mereka), Qiyas, Fatwa sahabat, Maslahah Al-Mursalah, ‘Urf, Istihsan,
Istishab, Sadd Az Zari’ah dan Syar’u Man Qablana.

 Madzhab Syafi’i

Madzhab ini dibangun oleh Al Imam Muhammad bin Idris Asy Syafi’i
seorang keturunan Hasyim bin Abdul Muthalib. Beliau lahir di Gaza pada
tahun 150 H bersamaan dengan tahun wafatnya Imam Abu Hanifah yang
menjadi madzhyab yang pertama. Guru Imam Syafi’i yang pertama ialah
Muslim bin Khalid, seorang mufti di Mekkah. Imam Syafi’i sanggup hafal
Al-Qur’an pada usia tujuh tahun. Setelah beliau hafal Al-Qur’an barulah
mempelajari Bahasa dan Syi’ir, kemudian beliau belajar hadits dan fiqih.5
Madzhab Syafi’i terdiri dari dua macam ; berdasarkan atas masa dan
tempat beliau mukim. Yang pertama ialah Qaul Qadim ; yaitu madzhab
yang dibentuk sewaktu hidup di Irak. Dan yang kedua ialah Qaul Jadid ;
yaitu madzhab yang dibentuk sewaktu beliau hidup di Mesir pindah dari
Irak.
Dasar-dasar madzhab Syafi’i adalah Qiyas, Istishab, Al-Qur’an, Sunnah
Mutawatir, Ijma’, Khabar Ahad.

 Madzhab Hambali

4
Ustadz Rizem Aizid Biografi empat imam madzhab (Jakarta, Gramedia, 2018) hal 25
5
Nawawi, Tahdzhibul asma wa-lughat, (Bairut -Darul Fikr) jilid 1 hal 44

5
Pendiri mazhab hambali ialah: Imam Abu Abdillah Ahmad bin Hanbal bin
hilal Azzdahili Assyaibani .Beliau lahir di bagdad pada tahun 164 H dan
wafat pada tahun 241 H . Ahmad bin Hanbal adalah seorang imam yang
banyak berkunjung ke berbagai Negara untuk mencari ilmu pengetahuan ,
antara lain: Siria,Hijaz,Yaman,Kufah dan Basrah dan beliau dapat
menghimpun sejumlah 40.000 hadistb dalam kitab Musnadnya
Dasar-dasar Mazhab hambali adalah Nash Al Qur-an atau nash hadist,
Fatwa sebagian sahabat ,pendapat sebagian sahabat,Hadist mursal atau
Hadist dhoif dan Qiyas.6

D. Kitab-kitab Fiqih Induk

 Madzhab Hanafi

Tidak ditemukan catatan sejarah yang menunjukan bahwa Imam Abu


Hanifah menulis sebuah buku fiqih. Akan tetapi pendapatnya masih bisa
dilacak secara utuh, sebab muridnya berupaya untuk menyebarluaskan
prinsipnya, baik secara lisan maupun tulisan. Berbagai pendapat Abu
Hanifah telah dibukukan oleh muridnya, antara lain Muhammad Hasan
Asy-syaibani dengan judul Zahir ar-Riwayah dan an-Nawadir. Buku Zahir
ar-Riwayah ini terdiri atas 6 bagian, yaitu:

 Bagian pertama diberi nama Al-Mabsut


 Bagian kedua Al-Jami’ Al-Kabir;
 Bagian ketiga Al-Jami’ As-Shagir;
 Bagian keempat as-Siyar Al-Kabir;
 Bagian kelima as-Siyar as-Shagir; dan
 Bagian keenam az-Ziyadah
Keenam bagian ini ditemukan utuh dalam kitab al-kafi yang disusun oleh Abi
al-Fadi Muhammad bin Muhammad al-Maruzi (W. 344 H) Kemmudian pada
abad ke-5 H. Muncul Imam al-Syarakhsi yang mensyarah al-Kafi tersebut
yang di beri judul Al-Mabsut. Kitab al-Masut inilah yang dianggap sebagai
kitab induk imam Hanafi.
 Madzhab Maliki

6
Ustadz Rizem Aizid Biografi empat imam madzhab (Jakarta, Gramedia, 2018) hal 25

6
Pemikiirah Fiqih dan Ushul fiqih Imam Malik dapat dilihat dalam kitabnya
Al-Muwaththa’ yang disusunnya atas permintaan khalifah Harun ar-
Rasyid dan baru selesai di zaman khalifah Al-Ma’mun. Kitab ini
sebenarnya merupakan kitab hadits, tetapi karna disusun dengan
sistematika fiqih dan didalamnya juga mengandung pemikiran fiqih Imam
Malik dan metode istinbat-nya, maka buku ini disebut juga oleh ulama
hadits dan fiqih belakangan sebagai kitab fiqih. Berkat buku ini, Madzhab
Maliki bisa lestari ditangan murid-muridnya sampai sekarang.7
Al-Muwaththa berarti ‘yang disepakati’ atau ‘tunjang’ atau ‘panduan’
yang membahas tentang ilmu dan hukum-hukum agama islam. Al-
Muwaththa merupakan sebuah kitab yang berisikan hadits-hadits yang
dikumpulkan oleh Imam Malik serta pendapat para sahabat dan ulama
tabiin. Kitab ini lengkap dengan berbagai problem agama yang
merangkum ilmu hadits, ilmu fiqih, dan sebagainya. Semua hadits yang
ditulis shahih karan Imam Malik terkenal dengan sifatnya yang tegas
dalam penerimaan sebuah hadits. Dari 100.000 hadits yang dihafal beliau
hanya 10.000 saja yang diakui sah dan dari 10.000 hadits itu, hanya 5.000
saja yang disahkan olehnya setelah diteliti dan dibandingkan dengan Al-
Quran. Menurut sebuah riwayat, Imam Malik menghabiskan 40 tahun
untuk mengumpul dan menafis hadits-hadits yang diterima dari guru-
gurunya. Selam a itu beliau menunjukan kitabnya kepada 70 ahli fiqih
Madinah.

 Madzhab Syafi’i

Penyebarluasan pemikiran madzhab syafi’i berbeda dengan madzhab


Hanafi dan Maliki. Diawali melalui kitab ushul fiqihnya ar-Risalah dan
kitab fiqihnya al-Umm, pokok pikiran dan prinsip dasar madzhab syafi’I
ini kemudian disebarluaskan dan dikembangkan oleh para muridnya. Tiga
orang murid Imam as-Syafi’I yang terkemuka sebagai penyebar luas dan
pengembang madzhab Syafi’I adalah Yusuf bin Yahya al-Buwaiti (w. 231
H/846 M), Ulama besar mesir Abi Ibrahim Ismail bin Yahya al-Muzani
(w.264 H/878 M). yang diakui oleh Imam as-Syafi’I sebagai pendukung
kuat madzhabnya; dan ar-Rabi as-Sulaiman al-Marawi (w. 270 H) yang
berjasa besar dalam penyebarluasan kedua kitab Imam as-Syafi’I tersebut.
Keistimewaan Imam Syafi’I disbanding dengan imam Mujtahidin yaitu
bahwa beliau merupakan peletak batu pertama ilmu ushul fiqih dengan
kitabnya ar-Risalah. Dan kitabnya dalam bidang fiqih yang menjadi induk
dari madzhabnya ialah: Al-Um.8

 Madzhab Hambali
Imam Hambali menyusun kitabnya yang terkenal al-Musnad dalam jangka
waktu sekitar 60 tahun dan itu sudah dimulainya sejak tahun 180 saat

7
Muhammad al-‘allamah (2001). Fiqih empat madzhab. Jeddah: Hasyimi press
8
Syukur, asywadie (1994). Perbandingan madzhab. Surabaya: Bina Ilmu.

7
pertama kali beliau mencari hadits. Beliau juga menyusun kitab tentang
tafsir, tentang an-Nasikh dan Al-Mansukh, tentang Tarikh, tentang yang
Muqaddam dan Muakhkhar dalam al-Quran, tentang jawaban jawaban
dalam al-quran. Beliau juga menyusun kitab al-Manasik as-shagir dan al-
kabir, kitab az-zuhud, kitab ar-radd al-jahmiyah wa az-zindiqah (bantahan
kepada jahmiyah dan zindiqah), kitab as-shalah, kitab as-sunnah, kitab al-
wara wa al-iman, kitab al-ilal wa ar-rijal, kitab al asyribah, satu juz tentang
ushul as-shittah, fadhail ash shahabah.

E. Contoh-contoh Perbedaan Hukum Fiqih dan Cara Menghadapinya

Contoh perbedaan hukum fiqh dalam tayamum adalah: para imam madzhab
sepakat bahwa jika seseorang melihat air setelah shalat, maka tidak wajib
mengulangi shalatnya, walaupun waktu shalat masih ada.
Menurut kesepakatan para imam madzhab, tayamum tidak dapat menghilangkan
hadas. Dawud berpendapat bahwa tayamum dapat menghilangkan hadas. Namun
pendapat ini lemah karna kalau dapat menghilangkan hadas, kenapa tayamum
batal ketika diperoleh air.
Imam Syafi’I , Maliki, dan Hambali berpendapat tidak boleh mengerjakan dua
shalat fardhu dengan satu tayamum, baik bagi orang yang mukim maupun
musafir, dengan demikian juga pendapat sejumlah sahabat Nabi SAW dan tabi’in.
sedangkan Hanafi berpendapat bahwa tayamum seperti wudhu. Boleh
mengerjakan beberapa shalat dalam satu tayamum hingga diperoleh air. Demikian
juga pendapat ats-Tsawri dan al-Hasan. Sikap dalam menghadapi perbedaan
tersebut adalah dengan mengikuti pendapat yang paling banyak disetujui oleh para
imam/mujtahid, yaitu pendapat Imam Syafi’I, Maliki, dan Hambali. 9

9
Haidir, Abdullah (2004). Madzhab Fiqih: Bagaimana menyikapinya.

8
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan pada makalah ini, dapat disimpulkan bahwa madzhab yaitu
mengikuti sesuatu yang dipercayai.
Orang yang pertama kali mengambil inisiatif dalam bidang ini adalah Malik bin Anas yang
mengumpulkan sunnah, pendapat para sahabat dan tabi’in, yang dikumpulkan dalam sebuah
kitab yang dinamakan “Muwatha”, yang menjadi pegangan orang hijaz (Makkah dan
Madinah). Masa ini dimulai dengan gerakan pembukuan sunnah, fiqih, dan berbagai cabang
ilmu pengetahuan lainnya. Disamping mencatat pendapat juga ditambah dengan dalil
pendapat baik Al-quran maupun sunnah dan pendapat lainnya.
Sebenarnya ada banyak madzhab yang tersebar diseluruh dunia, tapi yang terkenal dan yang
masih ada saat ini adalah:
a) Madzhab Hanifi
b) Madzhab Maliki
c) Madzhab syafi’i
d) Madzhab Hambali
Para imam tersebut menulis kitab-kitab agar bisa digunakan sebagai pedoman untuk umat
islam setelahnya. Seperti Imam Hanafi menulis kitab Al-Mabsut, Imam Maliki menulis kitab
Al-Muwatha, Imam Syafi’I menulis kitab Al-Um, dan Imam Hambali menulis kitab Al-
Musnad.

9
Banyak persoalan dalam fiqih, para mujtahid mencoba untuk menistinbatkan hukum islam
dengan tetap berpegang teguh pada Al-Quran dan As-sunnah. Banyak terjadi perbedaan
pendapat, namun hal tersebut wajar terjadi karna perbedaan cara pandang dan perbedaan
ukuran ilmu. Cara menyikapinya adalah dengan mengkuti pendapat yang paling banyak
disetujui oleh para mujtahid.

DAFTAR PUSTAKA

Dr. H. Opik Taupik K., M.Ag Ali Fiqih 4 Mazhab kajian Ushul fiqih (Bandung 2014) hal
Ustadz Rizem Aizid Biografi empat imam madzhab (Jakarta, Gramedia, 2018) hal 25
Nawawi, Tahdzhibul asma wa-lughat, (Bairut -Darul Fikr) jilid 1 hal 44
Moenawar Chalil, Biografi serangkai imam Mazhab hal 15

Muhammad al-‘allamah (2001). Fiqih empat madzhab. Jeddah: Hasyimi press


Syukur, asywadie (1994). Perbandingan madzhab. Surabaya: Bina Ilmu.
Haidir, Abdullah (2004). Madzhab Fiqih: Bagaimana menyikapinya.
Riyadh: Khaleed bin alwaleed Pub&Press.
http://belajar-fiqih.blogspot.com/2012/02/pengertian-madzhab.html
http://beritaislamimasakini.com/sejarah-dan-tokoh-4-madzhab-islam.html.

10

Das könnte Ihnen auch gefallen