Sie sind auf Seite 1von 7

Namun, anak Raden Sukarama,

Raja Negara Daha, Raden Sukarama,


Pangeran Tumenggung, merebut takhta
mewasiatkan takhta kerajaan kepada
tersebut hingga memaksa Raden
cucunya, Raden Samudera.
Samudera melarikan diri dan
bersembunyi di daerah hilir Sungai
Barito karena nyawanya terancam.

Dalam pelariannya, Raden Samudera


membentuk kesepakatan dengan komunitas
Melayu. Komunitas Melayu mau menjadi
pelindung Raden Samudera asalkan mereka
tidak perlu membayar upeti kepada Negara
Daha.

Untuk merebut kembali takhtanya, Raden


Samudera meminta bantuan Kerajaan Demak.
Sultan Demak setuju dengan permintaan
tersebut, asalkan Raden Samudera dan
pengikutnya mau memeluk Islam.
Setelah sepakat, penyerangan dilakukan
dan Raden Samudera berhasil merebut
takhtanya kembali.
Pada 1526, Raden Samudera memindahkan
rakyat Negara Daha ke Kuin, Banjarmasin,
sebagai pusat pemerintahan dan mengukuhkan
dirinya sebagai penguasa Kesultanan Banjar
dengan gelar Sultan Suriansyah.
berdiri pada abad ke-16 hingga abad
ke-20, lebih tepatnya dari tahun 1520
hingga 1905.

Selama hampir empat abad berdiri,


kesultanan ini mengalami beberapa
kali perpindahan ibu kota
pemerintahan, hingga yang terakhir di
Kayu Tangi atau sekarang dikenal
sebagai Martapura, Kalimantan
Selatan.

Puncak kejayaan Kerajaan Banjar


berlangsung pada masa pemerintahan
Sultan Mustain Billah (1595-1638 M). Di
bawah pemerintahan Sultan Mustain
Billah, Banjar menjadi bandar
perdagangan besar dengan komoditas
utamanya terdiri dari lada hitam, madu,
rotan, emas, intan, damar, dan kulit
binatang. Sedangkan wilayahnya berhasil
diperluas hingga Sambas, Lawai,
Sukadana, Kotawaringin, Pembuang,
Sampit, Mendawai, Kahayan Hilir, Kahayan
Hulu, Kutai, Pasir, Pulau Laut, Satui, Asam
Asam, Kintap, dan Swarangan.
Sistem politik Elite Birokrasi sudah
diterapkan di Kerajaan Banjar ini. Di mana
setiap daerah kekuasaan sudah memiliki
pemimpin sendiri-sendiri. Ada Adipati
yanng membawahi provinsi, Lalawangan
atau lurah, dan juga pambakal yang
memimpin desa.

Berdagang adalah aktivitas yang paling


banyak digeluti rakyat Banjar untuk
memenuhi kebutuhan sehari-hari. Didukung
oleh letak geografis yang strategis, sejak
abad ke -16, perdagangan di Banjar
beromset sangat tinggi.

sistem pemerintahan di Kerajaan Banjar ini


banyak dipengaruhi oleh budaya Jawa. Di mana
sudah ada tingkatan pemimpin setiap daerah.

Kehidupan budaya di
kerajaan Banjar erat
kaitannya dengan kehidupan
sosial. Di mana pengaruh
terbesarnya adalah dari
Jawa. Banyak orang Jawa
yang bermigrasi ke
Kalimantan karena
penyerangan perluasan
wilayah yang dilakukan
oleh Kesultanan Banjar.
Pada awalnya Kerajaan
Banjar memiliki hubungan
yang baik dengan pemerintah
Hindia-Belanda, tapi pihak
Belanda berambisi untuk
memonopoli perdagangan
lada. Usaha untuk mendekati
pemerintah Banjar gagal
membuat pihak Belanda
menggunakan jalan
kekerasan. Selain itu,
mereka juga mulai
menyerang internal
Kesultanan Banjar dengan
mengadu domba para raja.

Serangan dan Usaha


Monopoli dari Belanda dan
VOC

Perebutan Kekuasaan Setelah meninggalnya Sultan


Penerus Sultan Adam Adam, kekuatan Banjar terbagi
menjadi 3, yaitu Prabu Anom,
Tamjidillah, dan Hidayatullah.
Karena pada saat itu pihak
Belanda menguasai
pemerintahan maka Tamjidilah
yang diangkat sebagai raja.
Padahal, masyarakat berpihak
pada Hidayatullah untuk
menjadi penerus Sultan Adam.
Masjid Sultan

Peninggalan Kerajaan Banjar yang


pertama adalah Masjid Sultan
Suriansyah. Masjid ini adalah masjid
tertua di provinsi Kalimantan Selatan.
Masjid ini berada di kelurahan Kuin
Utara, kota Banjarmasin. Nama dari
Masjid ini diambil dari nama raja yang
memerintah saat itu yaitu Sultan
Suriansyah, raja pertama Kesultanan
Banjar. Situs candi ini saat ini menjadi
lambang daerah dan tempat wisata.

Peninggalan Kerajaan Banjar yang


ketiga adalah Makam Sultan CANDI AGUNG
Suriansyah. Sultan Suriansyah
adalah raja pertama sekaligus
pendiri Kerajaan Banjar. Sebuah
kompleks pemakaman dibuat untuk
mengenang beliau. Pemakaman
Sultan Suriansyah yang ada saat ini
adalah bentuk yang sudah dipugar.
Kompleks pemakaman terletak di
daerah Kuin Utara.

Peninggalan kedua adalah Candi Agung.


Candi ini berasal dari kerajaan sebelum
Banjar, yaitu Kerajaan Negaradipa. Candi
ini dibangun oleh Empu Jatmika pada abad
14 Masehi. Umur dari candi ini
diperkirakan sekitar 740 tahun. Bahan
dari candi ini adalah kayu dan batu,
sampai saat ini masih terlihat kokoh.

Makam Sultan
Suriansyah
Nilai karakter yang dapat diambil
antara lain karakter kerja keras,
pantang menyerah, pemberani, mampu
menjalin kerjasama, memiliki sikap
toleransi dan cinta tanah air.

Pengaruh Kerajaan Banjar pada masa sekarang dapat dilihat


melalui saluran Islamisasi di Banjar, misalnya melalui
perdagangan, perkawinan, saluran pemikiran tasawuf dan Tarikat,
melalui birokrasi, melalui pendidikan, dan melalui kesenian.
Pengaruh yang lain misalnya dari aspek genealogi intelektual,
referensi intelektual, dan produk intelektual. Beberapa pengaruh
inilah yang paling dominan dan cukup signifikan yang paling banyak
memberikan pengaruh Islam terhadap intelektual Banjar. Kajian
juga menunjukkan terdapat sejarah intelektual yang panjang
sehingga berefek kepada masyarakat banjar sekarang, yang
menunjukkan adanya dinamisasi intelektual dari awal interaksi orang
Banjar dan Islam hingga sekarang, dan menunjukkan adanya
dinamika yang kontinyuitas tentang peran dan pengaruh intelektual
orang banjar yang terus berlanjut hingga sekarang, yang
melahirkan banyak karya dan tokoh intelektual, juga para pemikir
dari kalangan masyarakat banjar, yang berkontribusi besar
terhadap masyarakat luas, bukan hanya kalangan orang banjar atau
masyarakat banjar, akan tetapi berefek kepada masyarakat luas
pada umumnya, terutama masyarakat Islam di Kalimantan pada
khususnya.

Das könnte Ihnen auch gefallen