Sie sind auf Seite 1von 8

MAKALAH KELOMPOK 4

GURU PEMBIMBING: Drs. AGUS MUSLIM

 Ketua kelompok: NURPADILA


 sekretaris: MEISYA
 Anggota:
 Dwi Salsabila (moderator)
 Amella Tasya (notulent)
 Dewi novieta sari
 Abiyu
 Imam
 Rendy

KERAJAAN-KERAJAAN ISLAM DI NUSANTARA (f-i)


F. kerajaan banjar
Kerajaan Banjar adalah Kerajaan Islam di pulau Kalimantan , tepatnya di provinsi
kalimantan selatan saat ini. Pusat kerajaan Banjar yang pertama adalah daerah di sekitar
kuin utara (banjarmasin sekarang). Namun, setelah keraton di kuin dihancurkan oleh
Belanda , pusat kerjaan dipindahkan ke matapura. Kerajaan ini berdiri pada tahun
1526M dengan Sultan Suriansyah ( Raden Sumatra) sebagai Sultan pertama.

Seiring dengan berjalannya waktu, kerajaan Banjar makin berkembang dan bertambah
luas wilayahnya. Wilayah kekuasaan kerajaan Banjar meliputi banjarmasin , Matapura,
tanah laut, Margasari, Amandit, Alai, , Merabahan, Banua Lima, Serta daerah hulu
Sungai Barito. Wilayah kekuasaan kerajaan Banjar Makin luas hingga ke tanah
Bumbu, Pulau laut, pasir, Berau, kutai, kotawaringin, Landak, Sukadana dan Sambas.
Semua wilayah tersebut adalah wilayah kerajaan Banjar ( yang apabila dilihat dari peta
zaman sekarang, kerajaan Banjar menguasai hampir seluruh pulau Kalimantan).

Kerajaan Banjar runtuh pada saat berakhirnya Perang Banjar pada tahun 1905 M.
Perang Banjar merupakan peperangan melawan belanda. Raja terakhir adalah Sultan
Muhammad Seman (1862-1905 M). Beliau wafat pada saat melakukan pertempuran
dengan belanda di puruk Cahu.
G. Kerajaan Gowa-Tallo

Pada awalnya, di daerah Gowa terdapat sembilan komunitas yang dikenal


dengan nama Bate Salapang (sembilan bendera) yang kemudian menjadi pusat kerajaan
Gowa dan kemudian semua komunitas bergabung dan sepakat membentuk kerajaan
Gowa. Kerajaan Gowa adalah salah satu kerajaan besar dan paling sukses di
daerah Sulawesi Selatan.

Pada awal abad ke-16, terdapat banyak kerajaan bercorak hindu, diantaranya
Gowa, Tallao, Bone, Wajo, Soppeng, dan Luwu. Kerajaan Gowa resmi menjadi
kerajaan Islam sejak Sultan Alauddin masuk islam berkat dakwah dari Datuk Ri
Bandang dan Sulaeman pada tahun 1605.

Pada abad ke-16 kerajaan Gowa mencapai puncak kejayaan dengan sebutan
kerajaan kembar “Gowa-Tallo”. Dua kerajaan telah menyatakan ikrar bersama yang
terkenal dalam peribahasa “ Rua Karaeng Na Se’re Ata” (“Dua Raja tetapi satu rakyat”).

Pemerintah kerajaan Gowa mencapai puncaknya dibawah pemerintahan


Manuntungi Daeng Mattola Karaeng Ujung Karaeng Lakiung Sultan Malikulssaid
atau Sultan Malikulssaid (1639-1653M). Gowa juga menjalin hubungan
internasional dengan raja dari negara luar seperti Raja Inggris, Raja Kastilia di
Spanyol, Raja Portugis, Raja Muda Portugis di Gowa, Gubernur Spanyol dan
Mufti Besar Arabia.

Sultan Malikulssaid wafat pada tanggal 5 November 1653 setelah memerintah


kerajaan Gowa selama 16 tahun dan kemudian digantikan oleh puteranya I
Mallombasi Daeng Mattawang Sultan Hasanuddin ( 1654-1660). Pada tahun 1654-1655
terjadi pertempuran hebat antara kerajaan Gowa dan Belanda di kepulauan
Maluku. Pada bulan April 1655 pasukan Gowa dibawah pimpinan Sultan
Hasanuddin menyerang buton dan berhasil mendudukinya serta menewaskan semua
tentara Belanda di negeri itu. Sultan Hasanuddin juga berhasil memperluas daerah
kekuasaannya dengan menundukkan negara-negara kecil di Sulawesi Selatan.

Permusuhan Makassar dan Belanda diawali dengan terjadinya insiden penipuan


pada tahun 1616M. Para pembesar Makassar dilucuti saat diundang untuk
perjamuan di kapal VOC sehingga terjadi perkelahian yang menyebabkan banyak
korban di pihak Makassar.
Keagungan Gowa yang sudah berlangsung berabad-abad akhirnya mengalami
kemunduran sejak kekalahan Gowa dengan Belanda terutama setelah hancurnya
benteng Somba Opu.
H. Kerjaan Ternate

Kerajaan Ternate berdiri pada abad ke-13. Selain kerajaan Ternate di Maluku juga
telah berdiri kerajaan lainnya seperti Jaelolo, Tidore, Bacan, dan Obi. Ternate banyak
dikunjungi oleh pedagang-pedagang dari Jawa, Melayu, Cina, dan Arab karena
kerajaan Ternate banyak menghasilkan rempah-rempah. Raja Ternate yaitu Gapi
Baguna atau Sultan Marhum yang memerintah tahun 1465-1485 masuk islam karena
dakwah dari Datuk Maulana Husin. Setelah wafat ia digantikan oleh putranya yaitu
Zainal Abidin. Zainal Abidin mewakilkan pemerintahannya pada tahun 1495 M kepada
keluarganya karena ia memperdalam pengetahuan agama Islam kepada Sunan Giri dan
kemudian ke Malaka.

Zainal Abidin hanya memerintah sampai tahun 1500 M dan kemudian yang
memerintah di Ternate adalah Sultan Sirullah, Sultan Khairun, dan Sultan Baabullah.
Bangsa Portugis berhasil mendirikan benteng Sao Paulo di Ternate dengan dalih bahwa
benteng tersebut dibangun untuk melindungi Ternate dari serangan Tidore. Bangsa
Portugis kemudian melakukan tindakan-tindakan seperti melakukan kegiatan monopoli
perdagangan, bersikap angkuh dan kasar sera ikut campur masalah intern Kesultanan
Ternate sehingga menimbulkan kebencian.

Portugis khawatir akan terusir dari bumi Ternate karena Sultan Khairun secara tegas
menolak kehadiran para misionaris Portugis di Ternate dengan dalih mengadakan
perjanjian perdamaian. Pada tahun 1570 M Sultan Khairun dibunuh oleh Portugis di
bawah pimpinan De Mesqiuta. Dibawah pimpinan Sultan Baabullah rakyat Ternate
mengangkat senjata melawan bangsa Portugis dan kemudian berhasil mengusir Portugis
dari Ternate setelah benteng Portugis dikepung selama lima tahun, pada tahun 1575 M.

Kerajaan Ternate mulai melemah setelah wafatnya Sultan Baabullah. Pada tahun 1580
M, Sultan Said Barakati berhasil ditawan Spanyol dan dibuang ke Filipina. Ternate
terpaksa meminta bantuan Belanda dan kemudian Belanda bersedia membantu namun
dengan syarat VOC diberi hak monopoli perdagangan di Maluku. Sultan Ternate
menandatangani kontrak monopoli VOC di Maluku pada tanggal 26 Juni 1607 M dimana
pada tahun itu pula Belanda membangun benteng Oranje di Ternate yang merupakan
benteng pertama mereka di Nusantara.
I. Kerajaan tidore

Kerajaan tidore adalah kerajaan Islam yang berpusat di wilayah kota Tidore,
Maluku Utara. Kerajaan tidore terletak di sebelah selatan Ternate. Menurut silsilah raja-
raja Ternate dan Tidore , Raja Tidore adalah syahadati alias Muhammad Naqal yang
naik tahta sekitar tahun 1081 M. Baru pada Raja yang ke-9, yaitu Cirililiati yang
kembali ingin memeluk agama Islam , berkat dakwah syekh Mansur dari Arab. Setelah
masuk Islam bersama para pembesar kerajaan lainya, ia mendapat gelar Sultan
Jamaluddin. Putra sulungnya juga masuk Islam karena dakwah syekh Mansur . Agama
Islam masuk pertama kali di Tidore sekitar tahun 1471 M. ( Menurut catatan Portugis).
Setelah Ternate berhasil meluaskan wilayahnya dan membentuk persekutuan yang
disebut Uli Lima, kerjaan Tidore juga berhasil memperluas pengaruhnya ke Halmahera,
pulau Raja Ampat, seram timur, dan Papua yang dipersatukan dalam persatuan dalam
persekutuan Uli siswa.

Kerajaan Tidore merupakan penghasil cengkih yang besar dan sangat laku di pasaran
Eropa. Sehingga akibatnya banyak bangsa Eropa yang datang ke Tidore untuk
mencari cengkih, misalnya bangsa Portugis, Spanyol, Dan Belanda.

Pada awalnya, kerajaan Ternate dan Tidore dapat hidup berdampingan dan tidak
pernah terjadi konflik. Kerjaan Ternate dan Tidore yang terletak di sebelah pulau
Halmahera ( maluku Utara) adalah dua kerajaan yang memiliki peran penting dalam
menghadapi kekuatan- kekuatan asing yang ingin menguasi maluku. Seiring berjalannya
waktu , kedua kerajaan ini justru bersaing memperebutkan kekuasaan politik di
Maluku.

Pada tahun 1512 M. Bangsa Portugis dan Spanyol memasuki maluku. Portugis pada
saat itu memiliki bersahabat dengan Ternate, sedangkan Spanyol yang datang kemudian
bersahabat dengan Sultan Tidore. Sejak saat itulah, benih-benih permusuhan mulai
timbul.

Pada tahun 1529 M. Portugis yang dibantu oleh Ternate dan bacan menyerang Tidore
dan Spanyol. Dalam peperangan ini, Portugis mengalami kemenangan sehingga Portugis
dapat menguasai perdagangan rempah-rempah di seluruh Maluku.

Setelah menguasai maluku, Portugis mulai melakukan tindakan sewenang-wenang


terhadap rakyat maluku. Kedua kerjaan tersebut akhirnya sadar bahwa keduanya harus
bersatu untuk mengusir penjajahan Portugis di Maluku. Berkat kerja sama kedua
kerjaan tersebut, akhirnya, Portugis mengalami kekalahan tahun 1575 M. Dan menyingkir
ke Ambon. Pada tahun 1605 M. Belanda berhasil mendesak Portugis di Ambon dan
menguasainya.

Kerajaan Tidore mencapai puncak kejayaannya pada masa pemerintahan Sultan Nuku
(1789-1805 M.), yaitu seorang penguasa yang berani dan cerdas. Pada tahun 1801 M,
beliau menyerang Ternate sehingga Ternate dan Tidore berhasil dipersatukan. Di
samping itu Sultan Nuku berhasil mengadu domba antara Belanda dan Inggris sehingga
Belanda dapat di usir dari Tidore. Setelah Belanda kalah serta terusir dari Tidore dan
Ternate, Inggris tidak mendapat apa- apa kecuali hubungan dengan biasa. Sejak itu
Tidore dan Ternate tidak diganggu, baik oleh Portugis, Spanyol, dan Belanda maupun
Inggris sehingga kemakmuran rakyatnya terus meningkat. Pelayaran dan perdagangan
maju pesat sehingga waktu itu Maluku mengalami zaman Keemasan dan tidak Terikat
oleh bangsa mana pun. Wilayahnya cukup luas, yaitu meliputi seram, Halmahera,
kepulauan kai, dan Papua. Pengganti Sultan Nuku adalah adiknya sendiri, Zainal Abidin
( 1805-1810 M).

Das könnte Ihnen auch gefallen