Sie sind auf Seite 1von 3

PANCASILA SEBAGAI FILSAFAT AGAMA DAN BUDAYA

Naila Aulia, Salwa Putri Anshori, Yusep Ahmadi F., S.S, M.Hum

Bimbingan dan Konseling, Fakultas Ilmu Pendidikan, Ikip Siliwangi Cimahi.

salwaaputrii142@gmail.com

nailaaulia1306@gmail.com

abstract

keywords

PENDAHULUAN

Pancasila sebagai dasar negara campuri dengan agama. Meskipun agama


memiliki kedudukan sebagai kaidah negara memiliki peran yang penting dalam
yang mendasar Hal ini menurut Pancasila berpolitik tetapi jika agama tersebut di salah
untuk bersifat tegas, kuat, dan tidak bisa gunakan juga tidak baik.Soekarno juga
diubah oleh siapapun Setiap sila Pancasila pernah berkata bahwa Negara Indonesia
memiliki nilai yang harus dipegang teguh tidak menganut sistem mayoritas diatas
oleh seluruh masyarakat Indonesia minoritas. Politik seharusnya tidak dicampur
keberadaan fungsi dan kegunaan sangat adukkan dengan agama.Meskipun agama
berpengaruh terhadap setiap elemen di dan politik saling menopang tapi agama dan
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. politik harus di pisahkan. Politik itu harus
Oleh karena itu, diperlukan pemahaman mendapat pembenaran dari agama. Karena
terhadap fungsi dan tujuan masing-masingR jika tidak pahampaham yang bertabrakan
dapat dicerminkan pada kehidupan sehari- akan menimbulkan masalah. Gerakan
hari. Negara Indonesia adalah Negara sektarian pada jaman ini di dukung oleh para
multicultural dengan berbagai ras, budaya elite politik demi mendapatkan kekuasaan.
dan agamanya. Warga Negara Indonesia Dimensi kognitif menuntut pemahaman
berhak memilih agamanya sesuai yang mendalam dan.luas dari Pancasila
keinginanya atau kepercayaanya karena dihadapkan kenyataan yang terus
Indonesia adalah Negara demokrasi. Politik berkembang. Dimensi moral. menuntut
di Indonesia sudah di campur dengan agama bahwa refleksi itu diarahkan untuk dapat
dan banyak orang-orang menggunakan membantu merumuskan
agama untuk kepentingan politik demi kewajibankewajiban atau tan.ggung jawab
mendapatkan jabatan atau digunakan untuk lembaga. lembaga, kelompok masyarakat
menjegal atau menjatuhkan orang lain demi dan warganegara dalam kerangkahidup
kepentingan mereka. Banyak pula orang- bermasyarakat, berbangsa dan bemegara.
orang menggunakan agama untuk Sebagaimana setiap ideologi bertujuan untuk
menyebarkan hoax.Sistem politik di mendorong ke arab. suatu tindakan atau
Indonesia sudah rusak karena sudah di praksis, demikianjuga retleksi atas ideologi
negara diarahkan agar setiap warga negara adalah mengembangkan aspek teoritis
dapat melihat dengan lebih jelas maupun aspek manfaat praktis. Sehingga
permasalahan yang dihadapi bangsa dan dengan menggunakan metode penelitian ini
negara dan dengan demikian juga dapat penulis dapat dengan mudah menyelesaikan
menemukan pemecahannya. Dalam kaitan masalah yang hendak diteliti.
ini maka FilsafatPancasila lebih dari sekedar
permenungan melulu tetapi memiliki aspek Hasil dan Pembahasan
praktis yaitu terarahpada praksis atau terarah Agama dan Kebudayaan memiliki dua
pada penumbuhan komitmen moral:pada persamaan, keduanya merupakan sistem
nilai-nilai Pancasila. Kebudayaan dapat nilai dan sistem simbol; dan keduanya,
dimengerti dipelajari berbagai aspek dan merasa selalu terancam setiap kali ada
disiplin ilmu. Secara deskriptif kebudayaan perubahan. Dalam skala global, meminjam
dapat digambarkan dalam beberapa Iapis pendapatnya Kuntowijoyo, paling tidak ada
Lapisan pertama adalah "slat-alat, yaitu empat persoalan yang akan dihadapi agama
segala sesuatu yang diciptakan manusia dan kebudayaan. Pertama, agama
untuk mencapai tujuan termasuk segala menghadapi sekulerasi (baik obyektif
bentuk teknologi dari yang sederhana maupun subyektif). Kedua, kebudayaan
sampai yang canggih, serta·ilmu menghadapi uniformasi, yaitu proses
pengetahuan..Kebudayaan dalam lapis ini digantikannya diversifikasi kebudayaan
bersifat kumulatif dan dapat dialihkan dari yang berupa pilihan budaya individual oleh
satu masyarakat kepada masyarakat lainnya. uniformasi kebudayaan. Ketiga, agama dan
Metode Kebudayaan bersama-sama menghadapi
persoalan alienasi metafisik, yaitu perasaan
Adapun metode penelitian kajian pustaka tak berdaya manusia menghadapi realitas.
atau studi kepustakaan yaitu berisi teori teori Dan terkahir adalah pemecahan dari
yang relevan dengan masalah – masalah persoalan pertama, kedua dan ketiga dalam
penelitian. Adapun masalah pada penelitian bentuk spiritualisme pasca-moderen yang
ini adalah untuk mengetahui non-rasional yang merupakan gejala anti-
“Penyalahgunaan dan Ketergantungan agama dan kontradiksi-budaya, justru
Alkohol.” Pada bagian ini dilakukan menimbulkan persoalan baru daripada
pengkajian mengenai konsep dan teori yang memecahkan.
digunakan berdasarkan literatur yang
tersedia, terutama dari artikel-artikel yang Paling tidak ada dua kecenderungan
dipublikasikan dalam berbagai jurnal ilmiah. umum dalam kaitannya kebudayaan dengan
Kajian pustaka berfungsi untuk membangun agama: Pertama, dalam kaitannya dengan
konsep atau teori yang menjadi dasar studi globalisasi kebudayaan. Jika
dalam penelitian. Kajian pustaka atau studi multikulturalisme dan pluralisme dianggap
pustaka merupakan kegiatan yang inheren dalam budaya Barat, maka respon
diwajibkan dalam penelitian, khususnya agama (Islam) di Indonesia secara simplistis
penelitian akademik yang tujuan utamanya ada dua kecenderungan umum: (1)
multikulturalisme dan pluralisme
sepenuhnya dianggap produk Barat yang depan. Setelah lumpuhnya Jawanisasi yang
dianggap distruktif terhadap agama (baca: pernah disponsori mantan presiden
Islam), karenanya harus ditolak. Respon Soeharto, ada dua aliran yang hadir berkat
negatif terhadap Barat dianggap sebagai gelombang reformasi. Wacana kesetaraan
jalan keluar untuk melepaskan diri dari hak (jender, berkeyakinan, dsb) yang
hegemoni budaya itu. Caranya dengan dibungkus dalam polics of recognitation,
menggalang budaya tandingan yang telah hadir bagaikan tsunami yang menyapu
bersumber dari Al-Qur’an dan Hadist bersih kotoran lama. Berkat gelombang ini,
melalui apa yang disebut Islam Kaffah; dan demokratisasi di Indonesia berjalan sangat
(2) meskipun secara konseptual pluralisme kencang, penegakan HAM telah berkobar
dan multikulturalisme berasal dari Barat, hampir dalam semua lini kehidupan. Proses
tetapi secara subtansial kedua konsep itu “pembebasan” telah berjalan secara
dianggap memiliki kesamaan dengan Islam. mengagumkan dan salah satu hasil
Sebagai negara yang memiliki pluralitas prestasinya yang menggembirakan dalam
budaya, multikulturalisme dan pluralisme, periode ini adalah hadirnya konsensus
dianggap sebagai condition sine quanon politik tentang keharusan kuota 30% bagi
guna untuk mengeliminasi konflik-budaya perempuan dalam lembaga legislatif.
yang muncul akibat semangat neo- Terlepas dari perdebatan apakah afirmatif
primordialisme yang berlebihan, khususnya action yang menunda esensi sebagai filter
melalui egoisme kolektif yang numpang subtansi kesetaraan, memberi makna
dalam semangat keagamaan. Sebagai keadilan distributif, maka semangat yang
konsekuensi atas terbukanya ruang publik memberikan peluang atas pentingnya
dalam erareformasi, telah muncul berbagai afirmatif action harus dimaknai secara
kebutuhan penegasan identitas daerah, baik positif atas tumbuhnya semangat yang
dalam bentuk revitalisasi budaya lokal membebaskan.
maupun penegasan kembali atas hukum
agama dalam bentuk penerapan syariat
Islam di berbagai daerah. Kontestasi tersebut
ternyata cenderung menuai kontraproduktif.
Di satu pihak, subornisasi formalisasi
keagamaan terhadap tradisi lokal telah
membuahkan resistensi terbatas yang
mengundang kekhawatiran atas punahnya
kearifan lokal sebagai kekayaan tradisi. Di
lain pihak, telah terjadi penolakan atas
pelembagaan tradisi dan/atau aliran
sempalan, khususnya yang dianggap
bertentangan dengan kelompok mainstream.
Sementara dari segi kultural, saat ini sedang
terjadi “clash of cultural” yang benturannya
akan terus membayangi Indonesia di masa

Das könnte Ihnen auch gefallen