Sie sind auf Seite 1von 4

SINOPSIS

Konseli berusia 14 tahun dan merupakan anak ke-3 dari 4 bersaudara. Konseli merasa
kesepian dan hidupnya hampa tidak berarti serta seringkali mengalami kecemasan ketika
sendirian di rumah. Selain itu, konseli sering memikirkan perceraian kedua orang tuanya dan
mengalami kecemasan ketika memikirkan itu. Seringkali konseli jatuh sakit karena
memikirkan hal tersebut. Dalam catatan harian SMPN 3 Semarang tentang intensitas absen
siswa, konseli sering tidak masuk minimal satu hari dalam satu minggu baik itu karena sakit
ataupun karena alpha. Akibat kecemasan yang dideritanya itu, konseli mengalami sakit usus
bantu dan harus dilakukan operasi.

Tahap awal (Pada tahap ini adalah tahap perkenalan tentang konseling dan kesepakatan yang
dilakukan oleh konselor dan konseli)

Dina : Assalamualaikum, permisi bu

Konselor : Waalaikumsalam, iya silahkan, wah ngomong-ngomong ada apa ya Dina


kesini?

Dina : Begini bu, saya ingin melakukan konseling

Konselor : Apa sebelumnya sudah pernah melakukan konseling?

Dina : Belum pernah bu

Konselor : Oh baiklah kalau begitu ibu kasih tahu dulu ya tentang apa itu konseling. Jadi
konseling itu proses pemberian bantuan dari konselor kepaea konseli dalam
mengatasi masalahnya. Sudah paham?

Dina : Sudah paham bu

Konselor : Konseling ini juga dilakukan kurang lebih 30 menit ya Dina, karena ibu ada
kepentingan selanjutnya. Bagaimana?

Dina : Iya bisa bu, itu sudah lebih dari cukup

Fase inti kegiatan (Pada tahap ini konseli mulai menceritakan tentang masalahnya kepada
konselor yang nantinya akan diselesaikan bersama)

Dina : Begini bu, saya adalah anak ketiga dari 4 bersaudara, tetapi saat ini saya
merasa kesepian

Konselor : Kenapa merasa kesepian? bukannya kamu memiliki 4 saudara?

Dina : Karena kakak saya tinggal di luar kota, saya di sini hanya dengan adik saya.
Sedangkan kedua orang tua saya sudah bercerai bu.
Konselor : Kamu mulai merasa kesepian sejak kapan?

Dina : Saya mulai merasa kesepian sejak kedua orang tua saya bercerai bu karena
tidak ada yang menemani saya, kakak saya juga sudah lebih dahulu tinggal di
luar kota.

Konselor : Lalu saat ini kedua orang tua kamu ada dimana?

Dina : Ayah saya bekerja di Kalimantan, sedangkan ibu bekerja di Jakarta.

Konselor : Semenjak mereka bercerai dan pindah, apakah kamu pernah bertemu dengan
mereka?

Dina : Sebelum ayah saya berangkat ke Kalimantan, saya sengaja datang ke


bandara. Lalu waktu itu saya pernah menemui Ibu saya di Jakarta.

Konselor : Apakah kedua orang tua pernah mengunjungi kamu semenjak mereka
bercerai?

Dina : Belum pernah bu, sepertinya mereka sangat sibuk, padahal saya sangat ingin
berbicara dengan mereka.

Konselor : Jadi hal itu yang membuat kamu hampa dan cemas?

Dina : Iya bu saya sangat kepikiran hingga menjadi cemas dengan perceraian kedua
orang tua saya. Saya juga sampai sakit usus buntu dan melakukan operasi.

Konselor : Baik, bisa ibu simpulkan kalau kamu kepikiran dengan perceraian kedua
orang tua hingga mengalami sakit, lalu kamu merasa tidak ada perhatian dari
orang tua maupun kakak kamu karena jauh dari mereka.

Dina : Iya seperti itu bu.

Konselor : Baik Dina apakah kamu ingin menyelesaikan masalah ini dengan
mengutarakan emosi yang belum bisa kamu sampaikan saat kedua orang
tuamu bercerai?

Dina : Iya bu sama mau, karena tidak bisa menyampaikan secara langsung.

Konselor : Baiklah, untuk kegiatan konseling kali ini, kita akan menggunakan teknik
kursi kosong. Apakah Dina sudah mengetahui tentang teknik kursi kosong ini?

Dina : Belum ibu

Konselor : Teknik kursi kosong ini digunakan untuk memahami urusan-urusan yang
tidak selesai dalam kehidupan konseli yang selama ini membebani dan
menghambat kehidupan konseli secara sehat. Dalam teknik ini, dua kursi
diletakkan di tengah ruangan, nanti Dina melakukan dua peran sekaligus,
sebagai diri sendiri dan kedua orang tua kamu. Kemudian kamu bisa
mengungkapkan apa yang ingin kamu katakana kepada kedua orang tua kamu.
Apakah Dina sudah paham dan siap?

Dina : Sudah ibu

Konselor : Baiklah jika sudah mari kita mulai kegiataan konseling ini

(Konseli duduk di salah satu kursi dan mengungkapkan perasaan kepada kedua orang
tuanya)

Konseli : Ayah dan Ibu semenjak berpisah kenapa belum ada yang mengunjungi aku
(diri sendiri) dan adik lagi? Waktu itu aku hubungi juga gak bisa jawab, kenapa kalian
sangat sibuk sekali? Walaupun kalian bukan suami istri lagi, tapi kalian
masih mempunyai kewajiban untuk memberi kasih sayang kepada aanak-anak
kalian. (mulai menitihkan air mata)

Konseli : Apalagi kakak juga gak tinggal sama aku, aku cuman sama adik. Semenjak
(diri sendiri) kalian berpisah aku jadi sering cemas dan kepikiran. Aku jadi sering izin
karena sakit dan waktu itu sampai harus operasi karena sakit usus buntu.
Tolong meskipun kalian sudah berpisah, tapi tetap kasih perhatian ke anak-
anak kalian, karena mereka pasti butuh. (terisak)

Konseli (ibu) : Saat itu ibu belum sempat mengunjungi kamu karena sulit untuk mengajukan
cuti kerja dan waktu kamu menelepon, ibu masih kerja karena waktu itu masih
jam kerja. Kamu jangan terlalu sering kepikiran tentang masalah ini, kamu
harus fokus buat belajar demi karir kamu sendiri.

Konseli (ibu) : Jangan sampai sakit lagi ya kak (Dina), secepatnya ibu ke Semarang dan
coba cari pekerjaan disana biar bisa nemenin kamu.

Konseli (Dina): Iya ibu, semoga bisa kembali lagi

Konseli (ayah): Ayah kayaknya gak bisa ke Semarang dulu karena masih belum nemu cela
buat cuti dan waktu kamu telfon ayah lagi di lapangan jadi gak bawa hp.

Konseli (Dina): Sebenarnya kalian bisa ngehubungi Dina waktu senggang, cuman mungkin
emang belum sempat lagi. Semoga bisa nengok Dina sama adik di Semarang
dan nantinya nggak lost contact lagi.

Konseli (ortu): Iya Dina

Konseli (Dina): Kalau Dina mau lihat ayah ibu minta maaf boleh?

Konseli (ortu) : Ayah sama ibu minta maaf karena ninggalin dan gak ngasih kabar atau kasih
perhatian ke kamu, sampai kamu ngerasa kesepian dan sakit.

Konseli (Dina): Iya Dina maafin, semoga nantinya bisa berubah jadi lebih baik lagi.
Kegiatan Konseling kursi kosong berakhir, konseli melanjutkan pembicaraan dengan konsel
konselor

Konselor : Baiklah, Dina sudah melakukan teknik kursi kosong, bagaimana perasaan
Dina?

Konseli : Saya sudah merasa lega bisa mengungkapkan unek-unek saya bu.

Konselor : Baiklah kalau begitu, lalu apa yang selanjutkan akan kamu lakukan?

Konseli : Kemungkinan saya akan menghubungi lagi kedua orang tua saya dan
membicarakan tetntang pemasalahan ini.

Konselor : Baiklah jika seperti, kamu bisa memutuskan sendiri apa yang akan kamu
lakukan untuk menyelesaikan permasalahan ini.

Konseli : Baik Ibu

Fase penutup (Setelah konseli sadar, lalu menyampaikan pendapatnya, dan menanggapi
pendapat dari konselor. Setelah semua kegiatan konseling selesai dilakukan, konseli
menyampaikan bahwa sesi konseling telah berakhir)

Konselor : Baik Dina sudah melakukan teknik tersebut dan waktu konseling ini sudah
berakhir, kita akhiri saja ya untuk sesi konseling kali ini. Jika nanti Dina ingin
melalukan konseling lagi, silakan memberitahu ibu ya

Konseli : Baik bu, terima kasih banyak karena saya sekarang sudah merasa lega, saya
permisi dulu ya bu

Konselor : Iya sama-sama Siska, silakan

Konseli : Wassalamualaikum

Konselor : Waalaikumsalam

Das könnte Ihnen auch gefallen