Sie sind auf Seite 1von 11

Akibat Tidak Disiplin

Roni seorang karyawan di salah satu PT swasta, ia termasuk karyawan yang pintar namun ia
kurang disiplin sering terlambat dan menyepelekan tugas yang dipercayakan kepadanya.

Suatu hari Roni ditugaskan mengerjakan proyek diluar kota, karena dirumah ia tidak pernah
bisa bangun jika tidak dibangun oleh ibunya, diluar kota ia tidak bisa bangun sendiri, hal ini
bukan hanya menyebabkan ia telat bekerja namun juga kehilangan proyek berharga
perusahaan tempat ia bekerja.

Keesokan harinya setelah ia kembali ke ibu kota dan masuk kantor, ia dipanggil atasannya.

“Apa yang kamu lakukan Roni kenapa kamu tidak menghadiri pertemuan itu” tanya atasan
Roni.

“Saya tidak bisa bangun pagi jika tidak dibangunkan ibu saya pak” jujur Roni.

“Saya kecewa kamu menyepelkan tugas dari saya dan merusak kepercayaan saya,
kesalahanmu fatal namun karena kamu telah banyak membantu perusahaan saya, saya tidak
akan memecat kamu namun maaf kamu harus turun jabatan” tegas atasan Roni

“Baik pak” balas Roni membantah pun percuma ini salahnya.

Dari sana Roni bertekad untuk bisa hidup lebih disiplin lagi dari sebelumnya.

Lomba Menari

Ani anak yang pandai selain pandai ia juga suka menari, di sekolah ada ekstrakulikuler
menari, tentu Ani salah satu anggotanya. Hari ini, sepulang sekolah Ani ada latihan menari
dengan ke tiga temannya untuk persiapan lomba lusa.

Kringgg… Bunyi bel pulang sekolah berdering semua anak keluar dari kelas untuk pulang
kerumah masing masing, hanya beberapa anak yang masih disekolah untuk beberapa
kegiatan. Diruang seni ada Ani, Rida, Cahya dan Mela mereka berempat yang terpilih
mewakili sekolah untuk lomba menari lusa.

“Da kamu sudah handle semua persiapan buat lusa kan?” tanya Ani pada Rida

“Jangan khawatir Ani, tanteku bersedia untuk makeup kita” jawab Rida
“Kalau begitu ayo kita latihan” ajak Cahya yang disetujui oleh teman temannya. Sudah satu
bulan terakhir mereka selalu berlatih dengan bersungguh sungguh untuk mengharumkan
nama sekolah.

Hari ini adalah hari perlombaan dimulai, pukul 9 acara dimulai 15 menit lagi acara dimulai
mereka masih dijalan karena terjebak macet. Benar ini membuat mereka semua khawatir
mereka akan telat namun mereka tidak ingin di DO, jika mereka di DO berarti sia sia
persiapan mereka selama ini.

Setelah bergelut dengan kemacetan akhirnya mereka sampai pada tujuan. Mereka telah
telat 30 menit. Dan ini membuat mereka semua was was. Ketika mereka sampai diruangan
lomba hanya tinggal beberapa peserta yang belum tampil, mereka masih mendapat
kesempatan untuk tampil walau urutan terakhir. Mereka bersyukur tidak di DO. Tiba giliran
mereka tampil mereka memberikan penampilan terbaik yang mereka miliki dan itu semua
tidak sia sia pada sesi pengumuman pemenang mereka mendapat juara pertama.

Dari sini dapat kita simpulkan sesuatu yang kita lakukan dengan sungguh sungguh dan ikhlas
akan membawa kita pada hasil yang memuaskan.

Membantu Kesusahan Orang Maka Kesusahan Kita Akan Terangkat

Hari ini dagangan Pak Yanto tersisa setengah lebih, pasar begitu sepi. “Buk maaf uang belanja
hari ini kurang banyak, dengan bapak tidak habis” ucap Pak Yanto pada istrinya.

“Gak papa pak, semoga cukup untuk makan dan uang saku anak-anak” jawab istrinya dengan
lembut dan menyodorkan teh hangat pada suaminya.

Keesokan harinya Pak Yanto kembali ke pasar untuk berjualan. Di tengah jalan ia bertemu
seorang kakek tua yang tampak sudah rapuh. Ia terlihat kebingungan, lalu dihampirilah oleh Pak
Yanto.

“Ada apa kek, ada yang bisa dibantu?”

“Kakek mau pulang, tapi tidak punya ongkos. Kakek tak tahu harus bagaimana karena bekerja
pun sudah tidak mungkin.”
Melihat kakek tua tersebut hati Pak Yanto tak kuasa membiarkannya. Meski hanya memiliki uang
pas-pasan, ia memberikannya untuk ongkos kakek pulang ke kampungnya. Pak Yanto pun
mengantarkannya ke terminal untuk mencari bis yang sesuai tujuan kakek.

“Terima kasih banyak nak, semoga rejekimu selalu lancar, kakek tak bisa membalas apa-apa
selain doa” ucapnya dengan sedikit memeluk Pak Yanto.

“Amin makasih kek, semoga selamat sampai tujuan.”

Seperginya kakek tersebut Pak Yanto kembali ke pasar, ternyata sudah ada seorang membeli
yang menunggu untuk memborong habis dagangannya dengan harga tinggi.

Sungguh kemurahan hati Pak Yanto telah membawa keuntungan untuk dirinya sendiri.

Jiwa Wirausaha

Yesi adalah salah seorang mahasiswa berprestasi di sebuah universitas ternama. Selain jago
dalam bidang akademis, Yesi juga termasuk mahasiswa yang aktif dan sama sekali tidak
gengsian. Terbukti dengan usahanya untuk menjual cemilan sehat dari rumput laut yang ia olah
sendiri.

Produk dengan cita rasa lezat tersebut ia jual dengan harga yang relatif murah. Awalnya ia hanya
memasarkan produknya pada teman kuliah, dosen dan staff kampus. Akan tetapi setelah
berjalan cukup lama ia mulai eksis di dunia maya untuk lebih mengembangkan bisnisnya.

“Yes, kamu kok memilih berjualan cemilan seperti ini, sedangkan kamu adalah mahasiswa
berprestasi yang pasti bisa dengan mudah mendapat pekerjaan di perusahaan besar. Lagi pula
cemilan kamu kan dijual dengan harga relatif murah, apakah kamu yakin keuntungannya
seimbang dengan uang yang akan kamu dapat dengan bekerja di perusahaan besar?” Tanya
teman Yesi yang penasaran dengan keputusan mahasiswa cantik ini.

“Iya memang benar, mungkin aku bisa dapat pekerjaan di perusahaan bonafit dengan gaji besar.
Tapi aku kuliah dengan biaya besar bukan untuk mengembalikan modal dan menumpuk
kekayaan kelak. Aku lebih bahagia kalau ilmuku bisa bermanfaat bagi kesehatan orang, Ya
contohnya cemilan sehat yang aku buat dengan riset hasil aku menempuh pendidikan di
universitas ini.”
Jawaban Yesi yang dalam tersebut lantas membuat temannya diam terpaku.

Profesionalisme

Suara alarm yang terdengar nyaring berhasil mengusik tidur Luki yang begitu lelap. Niat hati
hanya ingin mematikan alarm tersebut, namun matanya seketika terbuka lebar. Luki kaget
melihat jam menunjukkan pukul 7.

“Astaga sudah jam 7”

Segera ia bergegas ke kamar mandi dan bersiap ke kantor. Dengan kecepatan maksimal ia
mengendarai mobilnya di tengah jalanan ibu kota. Sayang seberapa ngebut Luki, tetap saja ia
sudah telat meeting yang telah diajukan jamnya karena bos Luk yang akan pergi ke luar kota.

“Pagi pak, bolehkah saya ikut bergabung?” Tanya Luki pada bosnya yang tengah memimpin
meeting.

“Silahkan masuk. Oh iya tapi maaf project kamu ini harus saya gantikan dengan Haris.”

“Tapi pak, Saya hanya telat sebentar.”

“Tidak masalah sebentar atau lama, namun bagaimana profesionalisme kamu. Kami semua
tenaga professional dan konsisten. Jika kamu tak bisa menangani project ini secara professional
mengapa harus saya pertahankan, sedangkan ada temanmu yang memberi ide menarik untuk
project ini.”

“Terlebih ini project besar yang tak boleh disepelekan begitu. Masih untung kamu tetap bisa
bergabung dengan anggota lainnya.” Sambung bosnya.

Mendengar ucapan itu Luki terdiam dengan penuh penyesalan.

Selesainya meeting semua anggota kembali tim kembali ke meja masing-masing. Mira yang
merupakan teman dekat Luki di kantor pun menanyakan perihal telatnya.
“Kamu kenapa Luk, kok bisa telat di meeting sepenting ini?”

“Iya aku salah, semalam aku begadang nonton bola hingga bangun kesiangan dan lupa dengan
meeting penting ini.”

“Oalah lain kali cobalah untuk lebih memprioritaskan sesuatu yang menguntungkan untukmu”
Sahut Mira menasehati sahabatnya yang tengah dirundung rasa menyesal ini.

Sahabat Terbaik

Siang itu aku dan Bunga, sahabatku dari kecil sedang mengantri sebuah tiket konser. Karena artis
yang akan tampil di konser tersebut kebetulan artis internasional, jadi tak heran jika antrian
begitu panjang. Bahkan kami pun sudah mengantri sejak jam 7 tadi dan sampai sekarang masih
belum dapat tiketnya.

Sampai sore tiba, ternyata kami tak kunjung dapat tiket konser itu padahal slot tiket sudah
sangat mepet. Hanya orang yang beruntung yang bisa mendapatkannya. Salah satu cara
mendapatkan tiket konser itu adalah dengan mengikuti kuis di sebuah radio. Tak mau
ketinggalan pastinya aku pun selalu dengerin radio yang mengadakan kuis tersebut.

Suatu hari tiket tinggal satu-satunya dan aku belum dapat telpon dari radio tersebut. Ya, mereka
yang ditelpon dan berhasil menjawab pertanyaan yang diajukan adalah mereka yang dapat.

Harapanku pupus ketika seseorang ditelpon dari radio tersebut dan berhasil menjawab
pertanyaan yang diajukan.

Karena begitu ngefansnya sama artis yang mau konser, seharian aku menangis dan tak mau
keluar kamar. Bunga yang tau keadaanku pun segera datang ke rumah.

“Sore tante, Titanya ada?”

“Ada itu di kamar, seharian belum keluar” sahut mamaku menjawab pertanyaan Bunga.

“Ta, kenapa sih nangis gitu kaya anak kecil tau.”


“Apa sih, kamu kan tau gimana ngefansnya aku sama BTS. Bayangin udah ngantri dari pagi
sampai sore dan ikutan kuis tiap hari tapi ga bisa dapat tiket juga!”

“Nih tiket buat kamu” Bunga menyodorkan sebuah tiket padaku.

Dengan muka heran aku menerima tiket tersebut, ku lihat dengan seksama.

“Hah gimana caranya kamu bisa dapat tiket ini?”

“Aku ikutan kuis juga dan kebetulan aku yang terakhir dapat. Tapi itu buat kamu aja. Lagian aku
gak begitu ngefans kok sama BTS, Cuma ikutan kamu aja hehe” sahutnya tanpa muka bersalah.

“Beneran?” Aku langsung bangkit memeluk Bunga yang tengah meledekku karena muka
sembabku.

“Beruntung banget deh aku punya sahabat kamu. Jangan-jangan kamu ikutan kuis Cuma biar
dapet tiket untukku ya?”

“Iya hehe” jawaban Bunga yang semakin membuatku merasa beruntung bersahabat dengan
gadis berambut ikal ini.

Menemukan Dompet

Selama berbulan-bulan ini aq bingung mencari kerja. Berkas lamaran kerja yang sudah aku
masukkan ke beberapa perusahaan masih belum ada jawaban.

Hari-hariku terasa hambar, tiap hari hanya luntang lantung tidak jelas. Setiap hari aku
kebingungan, mau mencoba usaha, tetapi modal belum ada.

Pada suatu hari yang cerah, aku janjian dengan teman lamaku untuk menceritakan
permasalahanku ini.
Ketika aku sedang dalam perjalanan ke rumah temanku, samar-samar aku melihat dompet
berwarna hitam di samping jalan, tepatnya di trotoar.

Karena penasaran, aku pun memastikannya dan ternyata memang benar sebuah dompet
berwarna hitam. Kemudian aku pun membuka isi dari dompet itu.

Alangkah terkejutnya diriku mendapati dompet tersebut berisikan SIM, KTP, surat-surat penting,
kartu ATM, kartu kredit serta sejumlah uang yang lumayan banyak. “Wah rejeki nomplok nih.”
Ujarku dalam hati.

Akan tetapi aku berubah pikiran dan berinisiatif untuk mengantarkan dompet itu ke pemilik
dalam KTP tersebut. Setelah itu aku pun melanjutkan perjalanan ke rumah temanku dan
menceritakan semua problem masalahku.

Setelah urusan dengan temanku selesai, aku langsung berangkat menuju alamat dalam KTP
tersebut untuk mengembalikan dompet.

Aku pun mencari-cari alamat serta nama dari pemilik dompet sesuai dengan KTP.

Setelah sampai dengan alamat yang dimaksud dalam KTP aku pun memberanikan diri untuk
masku dan bertanya ke dalam. “Permisi pak, mau nanya. Apa benar ini rumahnya pak Handy?”
Tanyaku pada orang di halaman rumah itu.

“Iya benar mas, anda siapa ya dan ada keperluan apa?” Jawab tukang kebun dan ditimpali
pertanyaan buatku

“Oh perkenalkan, saya Angga, saya ingin bertemu dengan bapak Handy, ada urusan yang sangat
penting dengan beliau” Jawabku setelah memperkenalkan diri.

Kebetulan sekali ternyata pak Handy ada di rumah dan aku diminta untuk masuk ke dalam
rumah. Lalu aku pun duduk sambil sedikit kagum dengan keindahan rumahnya.

Kemudian aku mengatakan maksud dan tujuanku sambil menyerahkan dompet yang aku
temukan di jalan, lengkap dengan isinya.
Karena penasaran denganku beliau pun bertanya: “Kamu tinggal dimana nak? Lalu kerja
dimana?”

“Saya tinggal di komplek Sido Makmur pak dan kebetulan saya masih menganggur. Masih
menunggu panggilan kerja tetapi sudah beberapa bulan gak ada kabar pak. Jawabku dengan
jujur.

“Memangnya kamu lulusan apa?” Tanya pak Handy kepadaku

“S1 jurusan Manajemen Bisnis Syariah pak” Jawabku.

“Kalau begitu, besok kamu datang saja ke perusahaan saya nak, kebetulan perusahaan sedang
membutuhkan staff administrasi. Ini kartu nama saya, jika tertarik besok datang saja ke kantor
dan bilang kalo saya yang nyuruh” Jawab Pak Handy

“Wah beneran ini pak?” Tanyaku yang seakan masih tidak percaya.

“Iya nak, saya sangat membutuhkan karyawan yang jujur dan juga penuh dedikasi seperti kamu,
kalau kamu mau pasti uang dalam dompet saya sudah kamu ambil lalu tinggal buang
dompetnya. Tetapi kamu lebih memilih mengembalikannya kepadaku”. Pungkas pak handy.

“Kalau begitu terima kasih banyak pak, kalau begitu besok saya akan datang ke perusahaan
bapak dan menyiapkan surat-surat lamarannya.” Jawabku dengan haru.

Aku pun pamit pulang untuk menyiapkan segala kebutuhan untuk besok. Aku sendiri masih tidak
percaya dan yakin kalau ini merupakan suatu keajaiban.

Anak Bermalasan

Minggu adalah hari libur yang ditunggu kaum rebahan, malas beraktivitas. Ada yang hanya ingin
rebahan dirumah menghilangkan penat selama satu minggu beraktivitas dan ada pula yang
berencana akan berlibur. Banu memilih opsi pertama, Banu memilih bersantai rebahan dirumah,
dan parahnya Banu aka selalu merasa kurang dengan liburnya.
“Banu bangun sudah siang, nanti kamu terlambat.” Tanya ibunya.

“Bu Banu masih capek, banu bolos sehari ya.” Banu memelas pada ibunya.

“ Jangan begitu, bayaran sekolahmu mahal jangan menyepelekan menuntut ilmu” Jawab ibunya
menyanggah.

“Sehari saja bu, Banu tidur lagi.”

Melihat kelakuan Banu Ibunya geram, hingga ibunya mengajak Banu melihat anak
keterbelakangan di suatu panti asuhan.

“Nah sekarang coba kamu buka mata kamu, mereka ingin sekolah sepertimu, namun tidak ada
orang tua yang akan membiayai mereka bersekolah” Jelas ibunya, mereka masih di dalam mobil.

Dengan kejadian itu Banu tersadar dan mau berangkat sekolah walau terlambat. Diperjalanan
menuju sekolah Banu melihat seorang anak yang pincang berseragam sekolah sama dengan nya,
dalam hati Banu berkata, aku bersyukur masih punya fisik yang sempurna untuk bisa menuntut
ilmu.

Mari Bersedekah

“Bu, Hari ini hanya ini yang bisa bapak kasih bu, barang dagangan sedikit lakunya.” Memberikan
uang belanja kebutuhan rumah tangga kepada istrinya.

“Iya pak, setidaknya bapak telah berusaha, hari ini cukup rezeki dari Allah untuk kita makan.”

Besoknya sang suami berangkat lagi kepasar untuk berjualan, di tengah jalan suami ini bertemu
nenek yang sedang kebingungan.

“Ada apa nek, apa ada yang bisa saya bantu?” Tanya pak Bejo.“Nak, tolong, boleh saya minta uang
kamu saya tidak ada ongkos untuk pulang.” Pinta nenek.
“Uang mepet, makan susah, tapi tidak apa kasian nenek ini.” Gumam Pak Bejo dalam hati.

“Saya hanya punya ini nek, apa cukup untuk nenek pulang ? mari sekalian saya antar keterminal”
ujar Pak Bejo

“Terima kasih nak, ini cukup. Semoga reZekimu selalu di lancarkan oleh yang maha kuasa.”

“Aamiin, Nek”.

Setalah mengantar nenek tadi, pak Bejo kembali berjualan, dan hari ini dagangannya banyak terjual.

“Alhamdulillah rezeki tak kemana, tuhan maha adil.” Syukur pak Bejo.

Jual Mahal

“Repan, tadi ada Anisa nanyain kamu, si Anisa anaknya bos kayu itu.” Sambung Dodi pada Repan
agak ngejek. Repan hanya diam enggan menanggapi celotelahan Dodi yang menurutnya tidak
penting.

“Ada apa denganmu Repan? Kamu terlihat seperti orang sedang gudah gulana.”

“Coba kamu baca, kamu paham puisi ini?” Sambil menyodorkan naskah puisi yang akan
dimusikalisasi minggu depan.

“Ini karya Anisa ya? Jutek jutek boleh juga, Kamu masih memikirkannya?”

Repan hanya mengangguk.

Tanpa di kata kasih tetaplah kasih, Irismu indah, aku pengagumnya

Aku selalu takjub dengan pandangmu Namun pandangmu malam tadi membuatku pilu. Pandang mu
tak lagi indah, apa ini pertanda? Kasihmu untukku telah kau hilangkan? Aku enggan kamu pergi. Aku
sering ingin menyerah, namun irismu mengatakan jangan, Namun dengan irismu semalam aku tahu
akau menyimpulkan irismu tak lagi untuk ku. Akan sulit tapi aku ikhlas, Berbahagialah sayangku.

“Aku yakin ini adalah pesan darI Anisa untukku. Aku yakin dia tahu, dengan lirik ini dia memintaku
mundur?” tanya Repan pada Dodi yang membaca naskah itu. “Entahlah, aku bingung kenapa kamu
jatuh kepada si jutek itu.” “Dia itu berbeda. Dia itu unik, dia tidak suka mengumbar rasa. Aku heran
aku pernah dikecewakannya kenapa aku masih bertahan?” Jelas Repan. “Kalian hanya butuh
hilangkan egois.” Sahut Dodi. Setelah beberapa hari terlewati Repan tak tahan ia ingin berbicara
dengan Anisa. “Ada apa Repan?” Tanya Anisa singkat. “Em, em, aku ingin berbicara dengan kamu”
Sambung Repan grogi .“Maaf, Pan, aku ada ujian 5 menit lagi. Besok saja ya?” Sambung Anisa
meninggalkan Repan sendiri. “Aku sangat mencintaimu Anisa.” Teriak Repan. Anisa hanya
memberhentikan langkahnya tidak menoleh, dan tidak menjawab selanjutnya ia kembali melangkah.
Menurut Repan itu jawaban Anisa tidak lagi memiliki rasa yang sama. Orang tua Repan ada di kost
“Tadi ada seorang perempuan yang menitipkan surat nak, dia terlihat anak baik, sepertinya penting.”
Kata ayahnya. Repan mendengarkan kata-kata dari ayahnya dengan pilu tak ada semangat. “Ya
sudah nanti Repan baca.” Jelas Repan kemudian meninggalkan ruangan keluarga mini itu. “Namanya
Anisa.” Sahut ibunya. Mendengar nama itu hatinnya langsung bergejolak, senang sekali rasanya,
Cepat Repan ingin membaca suratnya.“Benar itu, Bu?”. “Iya benar Repan.”Dibaca surat itu ternyata
Anisa memintanya menemui kedua orang tuanya jika Repan serius, Repan tersenyum bahagia.

Das könnte Ihnen auch gefallen