Sie sind auf Seite 1von 33

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada era globalisasi, pelayanan prima merupakan elemen utama di rumah
sakit dan unit kesehatan. Rumah sakit dituntut untuk memberikan pelayanan kes
ehatan yang memenuhi standar pelayanan yang optimal. Hal tersebut sebagai ak
untabilitas rumah sakit supaya mampu bersaing dengan Rumah Sakit lainnya. R
umah sakit adalah bentuk organisasi pelayanan kesehatan yang bersifat kompreh
ensif, mencakup aspek promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif, serta sebagai
pusat rujukan kesehatan masyarakat. Rumah sakit dinyatakan berhasil, tidak han
ya pada kelengkapan fasilitas yang diunggulkan, melainkan juga sikap dan layan
an sumber daya manusia merupakan elemen yang berpengaruh signifikan terhad
ap pelayanan yang dihasilkan dan dipersepsikan pasien. Bila elemen tersebut dia
baikan maka dalam waktu yang tidak lama, rumah sakit akan kehilangan banyak
pasien dan dijauhi oleh calon pasien. Pasien akan beralih ke Rumah Sakit lainny
a yang memenuhi harapan pasien, hal tersebut dikarenakan pasien merupakan as
set yang sangat berharga dalam mengembangkan industri rumah sakit.
Hakikat dasar dari Rumah Sakit adalah pemenuhan kebutuhan dan tuntut
an pasien yang mengharapkan penyelesaian masalah kesehatannya pada rumah s
akit. Pasien memandang bahwa hanya rumah sakit yang mampu memberikan pel
ayanan medis sebagai upaya penyembuhan dan pemulihan atas rasa sakit yang di
deritanya. Pasien mengharapkan pelayanan yang siap, cepat, tanggap dan nyama
n terhadap keluhan penyakit pasien. Dalam memenuhi kebutuhan pasien tersebut,
pelayanan prima menjadi utama dalam pelayanan di Rumah Sakit. Pelayanan pr
ima di Rumah Sakit akan tercapai jika setiap seluruh SDM rumah sakit mempun
yai ketrampilan khusus, diantaranya memahami produk secara mendalam, berpe
nampilan menarik, bersikap ramah dan bersahabat, responsif (peka) dengan pasi
en, menguasai pekerjaan, berkomunikasi secara efektif dan mampu menanggapi
keluhan pasien secara professional Persediaan alat kesehatan merupakan faktor y
ang sangat mempengaruhi kuaitas pelayanan di suatu rumah sakit, karena merup
akan salah satu elemen pokok bagi suatu perusahaan. Persediaan yang terlalu bes
ar akan menyebabkan beberapa Jurnal Akuntansi (JAk) Page 62 resiko seperti m
isalnya pencurian, kerusakan, atau biaya penyimpanan yang sangat besar. Sedan
gkan apabila suatu perusahaan mempunyai persediaan terlalu kecil akan berpeng
aruh terhadap keuntungan perusahaan atau menghilangkan pelanggan. Sebaikny
a, jumlah persediaan di suatu perusahaan tidak terlalu besar atau terlalu kecil, tet
api cukup tersedia pada saat diperlukan (just in time). Oleh karena itu, rumah sa
kit harus mempunyai sistem informasi yang terkomputerisasi agar pengelolaan p
ersediaan alat- alat kesehatan tepat dan tidak menimbulkan biaya pengadaan, pe
meliharaan, dan pemindahan persediaan yang efisien.
Infeksi terkait pelayanan kesehatan (Health Care Associated infentions) 
yang selanjutnya disingkat HAIs adalah infeksi yang terjadi pada pasien selama
perawatan di rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya, dimana saat
masuk tidak ada infeksi atau tidak masa inkubasi, termasuk infeksi dalam rumah
sakit tapi muncul setelah pulang, juga infeksi karena pekerjaan pada petugas rum
ah sakit dan tenaga kesehatan terkait proses pelayanan kesehatan di fasilitas pela
yanan kesehatan. Pelaksanaan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) di Fas
ilitas Pelayanan Kesehatan bertujuan untuk melindungi pasien, petugas kesehata
n, pengunjung yang menerima pelayanan kesehatan serta masyarakat dalam ling
kungannya dengan cara memutus siklus penularan penyakit infeksi melalui kewa
spadaan standar dan berdasarkan transmisi.
Kebersihan ruang perawatan pasien merupakan salah satu komponen dal
am kewaspadaan standar, mutlak dilakukan untuk mendukung proses penyembu
han pasien selama masa perawatan dan menjalani pengobatan. Sangat penting se
bagai seorang perawat untuk membuat ruang perawatan pasien senyaman mungk
in dengan mengatur suhu ruangan, mempertahankan ventilasi yang cukup, meng
hindarkan dari bau yang tidak sedap dan menjaga kebersihan serta menjaga kam
ar/ruangan tetap rapi dan teratur sehingga membuat pasien akan merasa lebih ny
aman dalam perawatan.
Kebersihan adalah salah satu tanda dari keadaan hygiene yang baik yaitu
bebas dari kotoran, termasuk diantaranya debu, sampah dan bau. Lingkungan ya
ng nyaman secara tidak langsung akan mempercepat kesembuhan, memudahkan
perawat dalam memberikan pelayanan asuhan keperawatan kepada pasien, menc
egah dan meminimalkan terjadinya infeksi silang, menumbuhkan kepercayaan d
an kesan baik kepada pasien dan keluarganya maupun masyarakat terhadap ruma
h sakit.
Cara menjaga ruang perawatan pasien agar bersih dan tertata rapi dengan
melakukan pembersihan rutin setiap hari meliputi pembersihan permukaan meja
dan tempat tidur pasien atau peralatan lain yaitu dengan lap lembab menggunaka
n disinfektan tingkat rendah sesuai zone risikonya minimal sehari sekali, membe
rsihkan lantai dengan menggunakan lobby duster kemudian mengepel dengan m
enggunakan mop minimal sehari 2 kali atau bila nampak kotor. Untuk memperta
hankan kebersihan tersebut diperlukan rasa kesadaran yang tinggi dari semua ora
ng yang berada diruang tersebut dengan mengimplementasikan budaya bersih ya
itu membuang sampah pada tempatnya, menaruh barang pada tempatnya dan tert
ata rapi, dalam kondisi siap digunakan, tidak mencampur barang bersih dan koto
r, membatasi barang bawaan pasien dan keluarga serta tidak kalah pentingnya pe
mbatasan jumlah pengunjung.
Dirumah sakit banyak sampah atau limbah. Limbah atau sampah merupa
kan bahan buangan yang dihasilkan dari suatu kegiatan, apapun bentuknya. Baha
n buangan tersebut dapat dihasilkan mulai dari skala kecil seperti rumah tangga,
hingga skala besar seperti industri pabrik dan rumah sakit.
Jenis limbah pun beragam, yaitu cair hingga padat. Limbah yang tidak di
kelola dengan baik dapat menimbulkan ancaman terhadap lingkungan dan manu
sia. Limbah medis adalah buangan dari suatu kegiatan medis. Limbah jenis ini h
arus segera diolah dan apabila terpaksa harus disimpan merupakan opsi terakhir
jika tidak dapat ditangani secara langsung. Limbah medis merupakan segala jeni
s sampah yang mengandung bahan infeksius atau berpotensi infeksius. Umumny
a berasal dari sampak fasilitas kesehatan, seperti rumah sakit, laboratorium, fasil
itas penelitian medis, klinik hewan, serta tempat praktik dokter.
Sampah medis bisa juga mengandung cairan tubuh seperti darah atau kon
taminan lainnya. Berdasarkan Undang-undang Medical Waste Tracking Act tahu
n 1988, diperoleh arti limbah medis sebagai limbah yang dihasilkan selama pene
litian medis, pengujian, diagnosis, imunisasi, serta perawatan manusia atau hewa
n. Selain diolah secara langsung, sampah medis juga bisa disimpan dengan mem
pertharikan beberapa faktor. Faktor tersebut antara lain tempat penyimpanan waj
ib tertutup, menjaga agar tidak ada campuran limbah medis dan non medis, mem
batasi akses lokasi dan pemilihan lokasi yang tepat.
Limbah infeksius biasanya berupa jaringan tubuh pasien, jarum suntik, d
arah, perban, biakan kultur, bahan atau perlengkapan yang bersentuhan dengan p
enyakit menular atau media lainnya yang diperkirakan tercemari oleh penyakit
cv verban dan sarung tangan. Sampah Non Medis (Non Infeksius): plastik, kar
dus, kayu, karet, kaleng, kertas, logam, gelas, keramik dan sisa makanan. Kanto
ng sampah warna hitam digunakan untuk menampung sampah atau limbah non-
medis atau yang dikenal dengan sampah umum/reguler yang berasal dari aktivita
s masyarakat (non-medis).
Berdasarkan hasil survey yang dilakukan kelompok tanggal 21-29 Nove
mber 2022 di Ruang Bedah Wanita ( CW) didapatkan data bahwa keluarga pasie
n kurang optimalnya cuci tangan 6 langkah ( 47,1% ), keluarga pasien kurang op
timal dalam pembuangan sampah infeksius dan non infeksius (38,2%) dan kelu
arga kurang pengetahuan tentang pojok informasi (52,9%). Oleh karena itu kelo
mpok akan memberikan intervensi kepada keluarga pasien di Ruang Bedah Wan
ita (CW) RSUP DR M.Djamil Padang..

B. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Kurang optimalnya cara cuci tangan 6 langkah bagi keluarga pasien, kurang
optimalnya pembuangan sampah infeksius dan non infeksius pada keluarga,
kurang optimalnya pojok informasi di ruang rawat bedah wanita.
2. Tujuan Khusus
Secara individu/kelompok mahasiswa dapat menunjukan kemampuan :
a. Mengidentifikasi Kurang optimalnya cara cuci tangan 6 langkah bagi keluarga
pasien
b. Mengidentifikasi kurang optimalnya pembuangan sampah infeksus dan non inf
eksius
c. Mengidentifikasi kurang optimalnya pojok informasi di ruang rawat bedah
wanita.
C. Manfaat Penulisan
1. Bagi Rumah Sakit RSUP Dr. M.DJAMIL
Lokakarya mini ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai
masalah manajemen pelayanan diruang rawat inap bedah wanita di RSUP Dr.
M.djamil Padang
2. Bagi Institusi
Lokakarya mini ini menjadi tolak ukur bagi pihak akademik dalam men
gevaluasi tingkat kemampuan dan kemahiran mahasiswa dalam menerapkan
ilmu manajemen pada situasi nyata dilapangan.
3. Bagi Mahasiswa
Adanya lokakarya mini ini diharapkan dapat menambah pengetahuan
mahasiswa dalam proses pembelajaran dan juga sebagai pemenuhan tugas
praktek keperawatan manajemen STIKES Indonesia Padang

BAB II
KONSEP MANAJEMEN KEPERAWATAN
A. Definisi
Manajemen keperawatan merupakan proses dari perencanaan, pengorganisasian,
kepemimpinanan dan pengawasan untuk memcapai tujuan. Proses manajemen kepe
rawatan memahami dan memfasilitasi pekerjaan perawat pelaksanaan serta mengel
ola kegiatan keperawatan. Sebagaimana proses keperawatan terdiri atas pengumpul
an data, identifikasi masalah, perencanaan pelaksanaan dan evaluasi (Nursalam, 20
15).
Manajemen merupakan suatu pendekatan yang dinamis dan pro aktif dalam men
jalankan suatu kegiatan diorganisasi yang mencakup kegiatan koordinasi dan super
visi terhadap staf sarana dan prasarana dalam mencapai tujuan organisasi (Grant &
Massey, 2016). Sedangkan manajemen menurut Fayol adalah memperkenalkan dan
merencanakan, mengorganisasikan, memimpin, mengkoordinasi, dan mengendalika
n. Memperkirakan dan merencanakan berarti mempertimbangkan masa depan dan
menyusun rencana aktifitas. (Fayol dalam bukunya Russel, 2014).
B. Komponen Manajemen Keperawatan
Terdapat tiga komponen penting dalam manajemen asuhan keperawatan, yaitu: s
istem pengorganisasian dalam pemberian asuhan keperawatan, sistem klasifikasi pa
sien dan metode proses asuhan keperawatan.
1. Sistem pengorganisasian
Sistem pengorganisasian dalam pemberian asuhan keperawatan terdiri dari :
a. Metode fungsional
Metode fungsional yaitu suatu metode pemberian asuhan keperawatan den
gan cara membagi tugas pada perawat yang berdinas.
b. Metode tim
Metode tim yaitu pemberian asuhan keperawatan secara total kepada sekelo
mpok pasien yang telah ditentukan. Perawat terdiri dari tenaga profesional, t
eknikal dan pembantu.
c. Metode keperawatan primer
Metode primer yaitu metode pemberian asuhan kerawatan komprehensif
yang merupakan penggabungan model praktik keperawatan profesional.
Setiap perawat profesional bertanggung jawab terhadap asuhan keperwatan
pasien yang menjadi tanggung jawabnya.
2. Sistem klasifikasi pasien
Sistem klasifikasi pasien yaitu mengelompokkan pasien sesuai dengan
ketergantungannya dengan perawat atau waktu dan kemampuan yang
dibutuhkan untuk memberi asuahan keperawatan yang dibutuhkan. Klasifikasi
tingkat ketergantungan pasien menurut Douglas (2013), adalah :

a. Minimal care
Perawatan minimal memerlukan waktu selama 1-2 jam/24 jam atau dengan
kriteria:
1) Kebersihan diri, mandi, ganti pakaian dilakukan sendiri
2) Makan dan minum dilakukan sendiri
3) Ambulasi dengan pengawasan
4) Observasi tanda-tanda vital dilakukan setiap shift
5) Pengobatan minimal, status psikologis stabil
6) Persiapan pengobatan memerlukan prosedur Intermediet care
b. Intermediet care
Memerlukan waktu 3-4 jam/24 jam dengan kriteria:
1) Kebersihan diri dibantu, makan minum dibantu
2) Observasi tanda-tanda vital tiap 4 jam
3) Ambulasi dibantu
4) Pengobatan lebih dan sekali
5) Klien dengan pemasangan infus, persiapan pengobatan memerlukan
prosedur
c. Total care
Perawatan total care memerlukan waktu 5-6/24 jam dengan kriteria:
1) Segalanya diberikan atau dibantu
2) Posisi diatur
3) Observasi tanda-tanda vital tiap 2 jam
4) Makan memerlukan NGT, menggunakan terapi intra vena
5) Pemakaian suction
6) Gelisah atau disorientasi
3. Metode proses keperawatan
Menurut Ali (2015) proses keperawatan adalah metode asuhan keperawatan
yang ilmiah, sistematis, dinamis, dan terus-menerus serta berkesinambungan
dalam rangka pemecahan masalah kesehatan pasien/klien, dimulai dari
pengkajian (pengumpulan data, analisis data dan penentuan masalah),
diagnosis keperawatan, pelaksanaan, dan penilaian tindakan keperawatan.
Metode proses keperawatan mencakup tahap-tahap dalam proses keperawatan,
yaitu:
a. Pengkajian
Pengkajian adalah upaya mengumpulkan data secara lengkap dan sistematis
untuk dikaji dan dianalisis sehingga masalah kesehatan dan keperawatan
yang dihadapi pasien baik fisik, mental, sosial maupun spiritual dapat
ditentukan. Tahap ini mencakup tiga kegiatan, yaitu pengumpulan data,
analisis data dan penentuan masalah kesehatan serta keperawatan.
1) Pengumpulan data
Tujuan diperoleh data dan informasi mengenai masalah kesehatan yang
ada pada pasien sehingga dapat ditentukan tindakan yang harus diambil
untuk mengatasi masalah tersebut baik aspek fisik, mental, sosial dan
spiritual serta faktor lingkungan yang mempengaruhinya. Data tersebut
harus akurat dan mudah dianalisis. Jenis data antara lain data objektif,
yaitu data yang diperoleh melalui suatu pengukuran, pemeriksaan dan
pengamatan, misalnya suhu tubuh, tekanan darah, serta warna kulit.
Data subjekyif yaitu data yang diperoleh dari keluhan yang dirasakan
pasien, atau dari keluarga pasien/saksi lain misalnya, kepala pusing,
nyeri dan mual.
2) Analisa data
Analisa data adalah kemampuan dalam mengembangkan kemampuan
berpikir secara rasional sesuai dengan latar belakang ilmu
pengetahuan.dengan standar dan akreditasi. Sedangkan umpan balik
dilakukan melalui laporan keuangan, audit keperawatan dan survei kendali
mutu, serta penampilan kerja perawat.
3) Perumusan masalah.
Setelah analisa data dilakukan dapat di rumuskan beberapa ,asalah
kesehatan. Masalah kesehatan tersebut ada yang dapat diintervensi dengan
asuhan keperawatan (masalah keperawatan) tetapi ada juga yang tidak dan
lebih memerlukan tindakan medis. Selanjutnya disusun diagnosis
keperawatan sesuai dengan prioritas. Prioritas masalah ditentukan
berdasarkan kriteria penting dan segera. Penting mencakup kegawatan dan
apabila tidak diatasi akan menimbulkan komplikasi, sedangkan segera
mencakup waktu misalnya pada pasien stroke yang tidak sadar maka
tindakan harus segera dilakukan untuk mencegah komplikasi yang lebih
parah atau kematian. Prioritas masalah juga dapat ditentukan berdasarkan
hierarki kebutuhan menurut Maslow, yaitu: Keadaan yang mengancam
kehidupan, keadaan yang mengancam kesehatan, persepsi tentang
kesehatan dan keperawatan.
4) Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan respon
manusia (status kesehatan atau resiko perubahan pola) dari individu atau
kelompok dimana perawat secara akuntabilitas dapat mengidentifikasi dan
memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga status kesehatan
menurunkan, membatasi, mencegah dan merubah (Carpenito, 2014).
5) Rencana tindakan keperawatan.
Rencana tindakan keperawatan merupakan pedoman tertulis untuk
perawatan klien. Rencana perawatan terorganisasi sehingga setiap perawat
cepat dalam mengidentifikasi tindakan perawatan yang diberikan. Rencana
asuhan keperawatan dirumuskan dengan tepat memfasilitasi kontinuitas
asuhan perawatan dari satu perawat keperawat lainnya. Rencana asuhan
keperawatan tertulis mengatur informasi perawat dalam laporan
pertukaran dinas. Rencana perawatan tertulis juga mencakup kebutuhan
klien jangka panjang (Potter, 2014).
6) Tindakan keperawatan
Merupakan inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang
spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan disusun dan
ditujukan pada nursing orders untuk membantu klien mencapai tujuan
yang diharapkan. Oleh karena itu rencana tindakan yang spesifik
dilaksanakan untuk memodifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi
masalah kesehatan klien.
7) Evaluasi tindakan keperawatan
Perencanaan evaluasi memuat kriteria keberhasilan proses dan keberhasilan
tindakan keperawatan. Keberhasilan proses dilihat dengan jalan
membandingkan antara proses dengan pedoman/rencana proses tersebut.
Sedangkan keberhasilan tindakan dapat dilihat dengan membandingkan
antara tingkat kemandirian pasien dalam kehidupan sehari-hari dan tingkat
kemajuan kesehatan pasien dengan tujuan yang telah dirumuskan
sebelumnya.
8) Dokumentasi keperawatan
Dokumentasi adalah segala sesuatu yang tertulis atau tercetak yang dapat
diandalkan sebagai catatan tentang bukti bagi individu yang berwenang.
Sistem dokumentasi memiliki keunikan tersendiri, namun pada dasarnya
tidak banyak perbedaan (Potter, 2015). Ada beberapa sistem
pendokumentasian yang sering dipakai antara lain catatan berorientasi pada
sumber (Source Oriented Record ISOR). Sistem ini memberi kemudahan
dalam menempatkan catatan mengenai data yang diperoleh karena biasanya
masing-masing format telah dibuat secara spesifik.
C. Proses Manajemen Keperawatan
Manajemen keperawatan merupakan suatu proses yang dilaksanakan sesuai
dengan pendekatan sistem terbuka. Oleh karena itu manajeman keperawatan terdiri
atas beberapa elemen yang tiap-tiap elemen saling berinteraksi. Pada umumnya
suatu sistem dicirikan oleh 5 elemen yaitu input, proses, output, kontrol dan
mekanisme umpan balik. Input dalam proses manajemen keperawatan berupa
informasi, personel, peralatan, dan fasilitas. Proses pada umumnya merupakan
kelompok manajer dari tingkat pengelola keperawatan tertinggi sampai
keperawatan pelaksana yang mempunyai tugas dan wewenang untuk melakukan
perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan dalam pelaksanaan
pelayanan keperawatan. Output atau keluaran umumnya dilihat dari hasil atau
kualitas pemberian asuhan keperawatan dan pengembangan staf, serta kegiatan
penelitian untuk menindak lanjuti hasil. Kontrol dalam proses manajemen
keperawatan dapat dilakukan melalui penyusunan anggaran yang proporsional,
evaluasi penampilan kerja perawat, pembuatan prosedur sesuai dengan standar dan
akreditasi. Sedangkan umpan balik dilakukan melalui laporan keuangan, audit
keperawatan dan survei kendali mutu nonsmail dengan standar dan akreditasi.
Sedangkan umpan balik dilakukan melalui laporan keuangan,audit keperawatan dan
survei kendali mutu, serta penampilan kerja perawat. Proses manajemen
keperawatan dalam aplikasi dilapangan berada sejajar dengan proses keperawatan
sehingga keberadaan manajemen keperawatan dimaksudkan untuk mempermudah
pelaksanaan proses keperawatan. Proses manajemen terdiri atas kegiatan
pengumpulan data, identifikasi masalah, pembuatan rencana, pelaksanaan kegiatan
dan kegiatan penilaian hasil.
D. Fungsi Manajemen Dalam Keperawatan
Teori manajemen keperawatan berkembang dari teori manajemen umum yang
memerintahkan penggunaan sumber daya manusia dan materi secara efektif. Empat
elemen besar dari teori manajemen adalah perencanaan, pengorganisasian,
mengarahkan atau memimpin, dan mengendalikan atau mengevaluasi. Seluruh
aktifitas manajemen kognitif, dan psikomotor berada dalam satu atau lebih dari
fungsi utama yang bergerak secara simultan. Fungsi manajemen keperawatan
adalah sebagai berikut:
1. Planning
Planning atau perencanaan yang bertujuan untuk menyusun suatu perencanaan
yang strategis dalam mencapai suatu tujuan organisasi yang telah ditetapkan.
Perencanaan untuk menentukan kebutuhan dalam asuhan keperawatan kepada
semua pasien, menegakkan tujuan, mengalokasikan semua anggaran belanja,
memutuskan ukuran dan tipe tenaga keperawatan yang dibutuhkan, membuat
pola struktur organisasi yang dapat mengoptimalkan efektifitas staff serta
menegakkan kebijaksanaan dan prosedur operasional untuk mencapai visi dan
misi institusi yang telah ditetapkan. (Nursalam, 2017)
2. Organizing
a. Struktur organisasi
Masing-masing organisasi memiliki struktur formal dan informal yang
menentukan alur kerja dan hubungan timbal balik antar pribadi. Struktur
fotmal direncanakan dan dipublikasikan, struktur informal tidak
direncanakan dan samar. Seorang manajer perawatan harus mengerti dan
memakai keduanya secara efektif. Struktur formal organisasi merupakan
penyusunan resmi jabatan kedalam pola hubungan kerja yang akan
mengatur usaha banyak pekerja dari bermacam-macam kepentingan dan
kemauan. Struktur informal organisasi terdiri dari hubungan timbal balik
pribadi yang tidak resmi antara para pekerja yang mempengaruhi efektifitas
kerja mereka. Kualitas hubungan timbal balik seorang manajer dengan
lainnya langsung dikaitkan dengan kemampuan kepemimpinan.
b. Job deskriptions
Merupakan suatu uraian pembagian tugas sesuai peran yang dijalankan,
misalnya sorang kepala ruang maka tugas dan tanggung jawabnya, jadi
antara satu dengan yang lainnya mempunyai tugas dan tanggung jawab yang
berbeda sesuai dengan perannya.
c. Metode penugasan
Metode penugasan yang ditetapkan harus dapat memudahkan pembagian
tugas perawat yang disesuaikan dengan pengetahuan dan keterampilan
perawat dan sesuai dengan kebutuhan klien. Apabila metode penugasan
tidak diterapkan maka pelayanan asuhan keperawatan yang diberikan
kepada klien menjadi tidak opimal. Jenis model asuhan keperawatan
menurut Grant & Massey (2013) dan Marquis & Houston (2014), antara
lain:
1) Model fungsional
Metode fungsional dilakukan oleh perawat dalam pengelolaan asuhan
keperawatan sebagai pilihan utama pada saat perang dunia ke II. Pada
saat itu karena masih terbatasnya jumlah dan kemampuan perawat
maka setiap perawat hanya melakukan 1 sampai 2 jenis intervensi
(merawat luka kepada semua pasien di bangsal).
2) Model tim
Model ini menggunakan tim yang terdiri dari anggota yang berbeda-
beda dalam memberikan askep terhadap sekelompok pasien. Perawat
ruangan dibagi dalam group kecil yang saling membantu.

3) Model primer
Model penugasan dimana 1 orang perawat bertanggung jawab penuh
selama 24 jam terhadap askep pasien mulai dari pasien masuk sampai
keluar rumah sakit. yang dibutuhkan untuk melakukan prosedur,
memberikan dukungan emosional serta memberikan pengajaran
kesehatan kepada pasien.
4) Manajemen kasus
Setiap perawat ditugaskan untuk melayani seluruhi kebutuhan pasien
saat dinas. Pasien akan dirawat oleh perawat yang berbeda untuk
setiap shift dan tidak ada jaminan bahwa pasien akan dirawat oleh
orang yang sama pada hari berikutnya. Metode penugasan kasus biasa
diterapkan 1 pasien 1 perawat dan hal ini umumnya dilakukan untuk
perawat khusus seperti isolasi dan intensive care.
5) Model tim primer
Pada model ini digunakan kombinasi dari kedua sistem. Menurut
Ratna S. Sudarsono (2016), penerapan model ini didasarkan pada
beberapa alasan yaitu keperawatan primer tidak digunakan secara
murni karena sebagai perawat primer harus mempunyai latar belakang
pendidikan S1 keperawatan atau setara, keperawatan tim tidak
digunakan secara murni karena tanggung jawab asuhan keperawatan
pasien terfragmentasi pada berbagai tim dan melalui kombinasi kedua
model tersebut diharapkan kontinuitas dan accountabilitas asuhan
keperawatan terdapat pada primer.
3. Actuiting
a. Motivasi
Motivasi adalah karakteristik psikologi manusia yang memberi konstribusi
pada tingkat komitmen seseorang, hal ini termasuk faktor yang
menyebabkan, menyalurkan dan mempertahankan tingkah laku manusia
dalam arah tertentu. Motivasi adalah sesuatu yang mendorong seseorang
untuk melakukan sesuatu (Ngalim, 2015).
b. Sistem klasifikasi pasien
Sistem klasifikasi pasien adalah metode pengelompokan pasien menurut
jumlah dan kompleksitas persyaratan perawatan mereka. Pasien
dikelompokkan sesuai dengan kebergantungan pada saat pemberian
perawatan atau sesuai dengan waktu pemberian perawatan dan kemampuan
yang diperlukan untuk memberikan perawatan. Untuk mengembangkan
sistem klasifikasi pasien yang akan dijalankan, manajer perawat harus
menentukan jumlah kategori pembagian pasien, karakteristik pasien, jumlah
dan jenis prosedur perawatan yang akan dibutuhkan oleh, dan waktu yang
dibutuhkan untuk melakukan prosedur, memberikan dukungan emosional
serta memberikan pengajaran kesehatan kepada pasien.
c. Ketenagaan keperawatan dan pasien
Tujuan manajemen ketenagaan di ruang rawat adalah untuk
mendayagunakan tenaga keperawatan yang efektif dan produktif yang dapat
memberikan pelayanan bermutu sehingga dapat memenuhi pengguna jasa.
Perkiraan kebutuhan perawat harus memperhatikan kategori klien yang
dirawat, ratio perawat dan metode penugasan. Terdapat beberapa formula
dalam perhitungan kebutuhan tenaga, yaitu sebagai berikut:
1) Rumus gillies
Ʃ jam kep yg dibutuhkan klien/hr X rata−rata klien /hr XΣ hr /tahun
Σhr/tahun−hr libur perawat X 2 jam kerja /hari
¿ Ʃ jam kep uang dinutuhkan klien/tahun
Ʃ jam kerja/tahun
Catatan :
Waktu perawatan menurut Gillies (2013):
Waktu perawatan langsung
Self care = ½ X 4 jam = 2 jam
Partial care = X 4 jam = 3 jam
Total care = 1-1½ X4 jam = 4-6 jam
Intensive care = 2 x 4 jam = 8 jam
Rata-rata perawatan langsung = 4-5 jam = 4-5 jam
Waktu perawatan tak langsung : 38 menit/klien/hari
Waktu penyuluhan : 15 menit/klien/hari
Ratio perawat ahli : trampil : 55%: 45%
Proporsi dinas pagi : sore: malam: 47 %:36%: 17%
2. Rumus douglas
Σ perawat Σ klien X derajat ketergantungan
Tabel Derajat Ketergantungan Klien
Ʃ Minimal Care Partial Care Total Care
Klien Pagi Sore Mala Pagi Sore Mala Pagi Sore Mala
m m m
1. 0,17 0,14 0,07 0,27 0,15 0,10 0,36 0,30 0,20
2. 1,34 0,28 0,14 0,54 0,30 0,20 0,72 0,60 0,40

3) Rumus Depkes 2013


Berdasarkan :
a) Tingkat ketergantungan klien
b) Rata-rata klien/hari
c) Jam perawatan yang diperlukan/hari/klien
d) Jam perawatan yang diperlukan/ruangan/hr
e) Jam kerja efektif setiap perawat
Cara perhitungan :
Hitung jumlah perawat yang tersedia

Σ jam perawat
Jam kerja efektif per shift
= A

Tambahkan dengan faktor koreksi hari libur/cuti/hr besar dan tugas-tugas


non keperawatan
Σ hr minggu /th +cuti+ hr besar
X hasil A = B
Jumlah hari kerja efektif
Tugas non keperawatan
= Jumlah tenaga keperawatan + B X 25% = C =
Jumlah perawat yang dibutuhkan adalah A+B+C
Berdasarkan hasil workshop Depkes di Ciloto di tetapkan bahwa :
Libur minggu : 52 hari
Cuti tahunan : 12 hari
Libur nasional : 10 hari
Sakit/izin : 17-12 hari
d. Penjadwalan
Penjadwalan adalah satu aspek dari fungsi kepegawaian. Kepegawaian adalah
perhimpunan dan persiapan pekerja yang dibutuhkan untuk melakukan misi
dari sebuah organisasi. Penjadwalan adalah penentuan pola jam kerja masuk
dan libur mendatang untuk pekerja dalam sebuah unit, seksi atau divisi. Agar
supervisor dan kepala perawat dapat mengatur jadwal waktu personil yang
libur dan yang masuk secara adil, harus ada departemen atau divisi yang
mengatur kebijaksanaan penjadwalan untuk memandu pembuatan keputusan.
e. Pengembangan staff
Program pendidikan dan pelatihan dirancang untuk meningkatkan prestasi
kerja, mengurangi absensi dan perputaran, serta memperbaiki kepuasan kerja.
Ada beberapa metode pendidikan dan latihan yang akan digunakan untuk
meningkatkan prestasi kerja.
1) Metode seminar atau konferensi
Biasanya diselenggarakan bagi pegawai yang menduduki jabatan sebagai
kepala atau pegawai yang dalam waktu singkat akan diserahi jabatan
sebagai kepala. Masalah-masalah baik yang menyangkut segi manajemen
maupun penyelenggaraannya atau proses dari kegiatan yang
dipermasalahkan.
2) Metode lokakarya (workshop)
Penyelenggaraannya tidak jauh berbeda dengan seminar, letak perbedaan
dengan seminar adalah pada materinya. Pada materi lokakarya bersifat
teknis, administrative dan sedikit bersifat manajerial.
3) Metode sekolah atau kursus Metode ini digunakan sebagai usaha informasi
adanya aturan-aturan atau hal-hal baru dalam organisasi yang harus
dimengerti dan dilaksanakan oleh peserta. Metode ini juga digunakan untuk
menambah pengetahuan baru bagi peserta yang ada kaitannya dengan
pekerjaan peserta. Pada akhir sekolah atau kursus, biasanya diberikan ujian
dengan atau tanpa kriteria kelulusan.
4) Metode belajar sambil bekerja (learning by doing)
Pada metode ini latihan keterampilan menjadi tujuan utama sehingga dapat
menguasai teknik dalam melaksanakan pekerjaan yang dibebankan kepada
mereka. Biasanya metode ini dilakukan oleh atasan pada bawahan secara
langsung dalam membimbing pegawai kantor. Dalam prakteknya metode
pendidikan dan latihan ini disesuaikan dengan pertimbangan tujuan, fasilitas
yang tersedia, biaya, waktu dan kegiatan instansi lainnya.
4. Controlling
Controling merupakan suatu upaya yang dilaksanakan secara
berkesinambungan, sistematis, obyektif dan terpadu dalam menetapkan
penyebab masalah mutu pelayanan berdasarkan standar yang telah ditetapkan,
menetapkan dan melaksanakan cara penyelesaian masalah sesuai dengan
kemampuan yang tersedia, serta menilai hasil yang dicapai dan menyusun
saran tindak lanjut untuk lebih meningkatkan mutu (Azwar, 2016). Melalui
fungsi pengawasan dan pengendalian, standart keberhasilan (target, prosedur
kerja, dsb) dibandingkan dengan hasil yang telah dicapai. Jika ada kesenjangan
atau penyimpangan diupayakan agar penyimpangannya dapat dideteksi secara
dini, dicegah, dikendalikan atau dikurangi. Kegiatan fungsi pengawasan dan
pengendalian bertujuan agar efisiensi penggunaan sumber daya dapat lebih
berkembang dan efektifitas tugas- tugas staf untuk tujuan program dapat lebih
terjamin.

E. Teori Permasalahan
1. Konsep Cuci Tangan
a. Pengertian
Menurut WHO (2019) cuci tangan adalah suatu prosedur/ tindakan memb
ersihkan tangan dengan menggunakan sabun dan air yang mengalir atau Ha
nd rub dengan antiseptik (berbasis alkohol). Sedangkan menurut James (201
8), mencuci tangan merupakan teknik dasar yang paling penting dalam penc
egahan dan pengontrolan infeksi. Tangan tenaga pemberi layanan kesehatan
seperti perawat merupakan sarana yang paling lazim dalam penularan infeks
i nosokomial, untuk itu salah satu tujuan primer cuci tangan adalah mencega
h terjadinya infeksi nosokomial (Pruss, 2018)
b. Tujuan
Menurut Susiati (2008), tujuan dilakukan cuci tangan yaitu untuk:
1) menghilangkan mikroorganisme yang ada di tangan
2) mencegah infeksi silang (cross infection),
3) menjaga kondisi steril,
4) melindungi diri dan pasien dari infeksi,
5) memberikan perasaan segar dan bersih.
c. Indikasi Cuci Tangan Indikasi cuci tangan atau lebih dikenal dengan five mo
ments (lima waktu) cuci tangan menurut SPO gizi adalah:
1) Sebelum masuk ke dalam area produksi dan distribusi,
2) Setelah memegang bahan mentah/ kotor,
3) Setelah memegang anggota tubuh,
4) Sebelum dan setelah memporsikan makanan di plato/ alat saji pasien,
5) Setelah keluar dari kamar mandi/ toilet.
d. Cuci Tangan 6 Langkah dengan Hand wash dan Hand rub
1) Cuci Tangan Hand-Wash Teknik mencuci tangan biasa adalah
membersihkan tangan dengan sabun dan air bersih yang mengalir
Peralatan yang dibutuhkan untuk mencuci tangan biasa adalah setiap wa
stafel dilengkapi dengan peralatan cuci tangan sesuai sesuai standar ruma
h sakit (misalnya kran air bertangkai panjang untuk mengalirkan air bersi
h, tempat sampah injak tertutup yang dilapisi kantung sampah medis atau
kantung plastik berwarna kuning untuk sampah yang terkontaminasi atau
terinfeksi, alat pengering seperti tisu, lap tangan (hand towel), sabun cair
atau cairan pembersih tangan yang berfungsi sebagai antiseptik, lotion ta
ngan, serta dibawah wastafel terdapat alas kaki dari bahan handuk. Oleh
karena itu sarana serta prasarana juga harus memadai untuk mendukung
cuci tangan supaya dapat dilakukan dengan maksimal. Prosedur Hand-w
ash sebagai berikut:
a) melepaskan semua benda yang melekat pada daerah tangan, seperti
cincin atau jam tangan.
b) membuka kran air dan membasahi tangan.
c) menuangkan sabun cair ke telapak tangan secukupnya.
d) melakukan gerakan tangan, mulai dari meratakan sabun dengan ked
ua telapak tangan.
e) kedua punggung telapak tangan saling menumpuk secara bergantia
n.
f) bersihkan telapak tangan dan sela-sela jari seperti gerakan menyila
ng.
g) membersihkan ujung-ujung kuku bergantian pada telapak tangan.
h) membersihkan ibu jari secara bergantian.
i) posisikan jari-jari tangan mengerucut dan putar kedalam beralaskan
telapak tangan secara bergantian.
j) bilas tangan dengan air yang mengalir.
k) keringkan tangan dengan tisu sekali pakai.
l) menutup kran air menggunakan siku atau siku, bukan dengan jari k
arena jari yang telah selesai kita cuci pada prinsipnya bersih. Lakuk
an semua prosedur diatas selama 40 – 60 detik.
2) Cuci Tangan Hand-Rub Teknik mencuci tangan biasa adalah membersihkan
tangan dengan cairan berbasis alkohol, dilakukan sesuai lima waktu. Pera
latan yang dibutuhkan untuk mencuci tangan Hand-rub hanya cairan berbasi
s alkohol sebanyak 2 – 3 cc. Prosedur cuci tangan Hand-rub sebagai berikut:
a) melepaskan semua benda yang melekat pada daerah tangan, seperti cincin
atau jam tangan. b) cairan berbasis alkohol ke telapak tangan 2 – 3 cc. c) me
lakukan gerakan tangan, mulai dari meratakan sabun dengan kedua telapak t
angan. d) kedua punggung telapak tangan saling menumpuk secara berganti
an. e) bersihkan telapak tangan dan sela-sela jari seperti gerakan menyilang.
f) membersihkan ujung-ujung kuku bergantian pada telapak tangan. g) mem
bersihkan ibu jari secara bergantian. h) posisikan jari-jari tangan mengerucu
t dan putar kedalam beralaskan telapak tangan secara bergantian. Lakukan s
emua prosedur diatas selama 20 – 30 detik
2. Konsep Sampah Infeksius Non Infeksius
a. Pengertian
1) Sampah infeksius
Sampah infeksius adalah sampah hasil dari aktivitas rumah sakit, klinik atau
unit pelayanan kesehatan yang membahayakan dan dapat menimbulkan
gangguan kesehatan bagi masyarakat, pengunjung dan petugas yang
menangani
2) Sampah Non Infeksius
Sampah Non Infeksius adalah hasil dari kegiatan manusia yang dirasakan
tidak berguna dan dapat menganggu manusia dan ingkungannya.
b. macam-macam Sampah
1) sampah infeksius
Selang infus atau infuset, kateter urine, popok disposable, plester kasa,
perban, sarung tangan, pembalut kewanitaan, kantong darah, kapas bekas,
kapas alkohol.Sampah yang terkontaminasi dengan tubuh pasien
2) Sampah Non infeksius
Kadus, kertas, plastik, tisu bekas, kaeleng. Sisa makanan dan minuman.
Sampah yang tidak terkontaminasi oleh pasien

c. Prosedur pengumpulan sampah infeksius dan non infeksius

1) Petugas cleaning service yang mengumpukan sampah medis dari seluruh


ruangan klinis yang ada di Rumah Sakit
2) Setiap petugas menggunakan masker dan sarung tangan latex dan membawa
kantong plastik yang baru Setiap jam 05.30 dan 07.30 petugas cleaning
service memulai mengosongkan tempat sampah medis dan setiap ruangan
instalasi
3) Setelah sampah medis tersebut dikumpulkan ditempat khusus lalu diangkut
dibawa ke lokasi atau tempat sementara sebelum diangkut oleh pihak ketiga
dan dimusnahkan
4) Pengangkutan sampah infeksius oleh pihak ketiga sedikitnya dua kali dalam
satu bulan atau sesuai dengan perjanjian kerjasama
5) Setelah sampah non medis tersebut dikumpulkan ditempat khusus, lalu
diangkut menggunakan gerobak sampah untuk dibawa ketempat
pembuangan akhir

d. Prosedur pengolahan sampah infeksius dan non infeksius


1) Pemiahan sampah infeksius dan non infeksius dilakukan pada setiap
sumber dan ruangan instalasi yang berpotensi menghasilkan sampah medis
2) Pemilahan dilakukan oleh petugas ruangan instalasi atau petugas cleaning
service dengan menggunakan sarung tangan dan masker
3) Wadah atau tempat yang disiapkan berupa tempat sampah yang diberi
tanda khusus (sampah infeksius dan non infeksius)
4) Pengangkutan sampah infeksius dan non infeksius dari setiap ruangan
instalasi dilakukan jika tempat sampah sudah berisi ¾ penuh diangkat
menggunakan troi khusus dan tertutup
5) Petugas yang mengangkut sampah dari setiap instalasi harus menggunakan
APD ketika mengangkut sampah
6) Sampah infeksius dan non infeksius pada setiap sumber dan ruangan
instalasi dikumpulkan pada tempat pembuangan sampah
7) Sampah infeksius akan ditimbang sebelum masuk kedaam TPS
8) Pengambilan sampah infeksius oleh pihak ketiga dilakukan per 15 hari
untuk sampah non infeksius akan diangkut ke tempat pembuangan akhir
(TPA) dilakukan per hari mulai pukul 05.00 pagi.

3. Konsep Teori Pojok Informasi


a. Pengertian
Informasi merupakan suatu kumpulan data yang sudah diproses untuk mem
peroleh pengetahuan yang lebih berguna untuk mencapai suatu sasaran. Suatu i
nformasi dapat dikatakan bernilai apabila informasi tersebut memberikan suatu
manfaat yang lebih dibanding dengan kita hanya melihat data yang ada. (Ferry
Ferdian, 2017) Ada beberapa pengertian informasi diantaranya: menurut H.M.
Yogianto dalam bukunya yang berjudul Analisis dan Desain Sistem Informasi
Pendekatan Terstruktur pengertian informasi sebagai berikut: “informasi merup
akan data yang telah diproses ke dalam suatu bentuk yang mempunyai arti bagi
si penerima dan mempunyai nilai nyata serta terasa bagi keputusan saat itu atau
keputusan yang akan datang.” Menurut Gordon B. Davis dalam bukunya yang
berjudul Kerangka Dasar Sistem Informasi Manajemen memberikan pengertian
informasi sebagai berikut: ”Informasi adalah data yang telah diolah menjadi se
buah bentuk yang berguna dan nyata atau berupa nilai yang dapat dipahami dal
am keputusan sekarang maupun yang akan datang.” (Sri Ipnuwati, 2017.)
b. Siklus Informasi
Siklus informasi dimulai dari data mentah yang diolah melalui suatu mod
el menjadi informasi (output), kemudian informasi diterima oleh penerima, seb
agai dasar untuk membuat keputusan dan melakukan tindakan, yang berarti aka
n 7 membuat data kembali. Kemudian data tersebut akan ditangkap sebagai inp
ut dan selanjutnya membentuk siklus.
c. Kualitas Informasi Kualitas dari suatu informasi tergantung dari tiga hal, yaitu:
1) Akurat Informasi harus bebas dari kesalahan dan tidak nyata atau
menyesatkan. Akurat juga berarti informasi harus jelas mencerminkan maks
udnya. Informasi harus akurat karena dari sumber informasi sampai ke pene
rima informasi kemungkinan banyak terjadi gangguan (noise) yang dapat m
erubah atau merusak informasi tersebut.
2) Tepat Pada Waktunya Informasi yang datang pada penerima tidak boleh terl
ambat. Informasi yang sudah usang tidak akan memiliki nilai lagi, karena in
formasi merupakan landasan di dalam pengambilan keputusan. Bila pengam
bilan keputusan terlambat, maka akan berakibat fatal bagi suatu organisasi.
3) Relevan Relevan dalam hal ini adalah dimana informasi tersebut memiliki m
anfaat dan keterkaitan dalam pemakaiannya. Relevansi informasi untuk tiap
satu individu dengan individu lainnya memiliki perbedaan.
b. Pojok Informasi
salah satu fasilitas yang disediakan oleh ruangan di rumah sakit yang beri
si informasi-informasi terkait masalah kesehatan dan upaya untuk mengatasi m
asalah kesehatan tersebut yang ditampilkan dalam bentuk leaflet. Leaflet meru
pakan salah bentuk media informasi yang berisikan tulisan serta gambar yang
dibuat semenarik mungkin untuk menarik minat baca seseorang. (Noprianty, 2
018)
BAB III
HASIL KAJIAN

A. Profil/Gambaran Umum Ruang keperawatan


1. Profil rumah sakit
Rumah sakit Dr. M.Djamil padang adalah rumah sakit umum tipe A
pendidikan, dan sebagai rumah sakit rujukan bagi rumah sakit tipe B / C
dengan cakupan wilayah kerja Sumatera bagian Tengah meliputi Sumatera
Barat, Riau Jambi dan Sumatera Utara bagian Selatan. Rumah sakit ini
mempunyai peranan penting dalam memberikan pelayanan kesehatan yang
bermutu kepada masyarakat.
a. Visi rumah sakit
Secara umum RSUP Dr. M.Djamil Padang bertujuan menjadi rumah
sakit terkemuka dalam pelayanan, pendidikan, dan penelitian diasia
tenggara.
b. Misi rumah sakit
1) Menyelenggarakan pelayanan kesehatan komprehensif dan
berstandar internasional
2) Menyelenggarakan pendidikan yang professional
3) Melaksanakan penelitian yang inovatif berabsis bukti dan
terpublikasi internasional
4) Mewujudkan SDM yang professional mandiri dan bermartabat
5) Menyelenggarakan system manajemen rumah sakit yang professional
6) Mewujudkan lingkungan rumah sakit yang aman nyaman dan
menyenangkan.
c. Motto rumah sakit
Kepuasan anda adalah kepeduliaan kami

2. Analisa situasi/ruangan
Rumah sakit Dr. M Djamil ini terdiri dari 6 unit rawatan yaitu teratai
terdiri dari 10 kamar dengan kapasitas pasien 20 orang, ruang bedah pria
terdiri dari 7 ruangan dengan kapasitas pasien 47 orang, ruang bedah anak
terdiri dari 3 ruangan dengan kapasitas 17 orang, ruang trauma center terdiri
dari 5 ruangan dengan kapasitas 37 orang, ruang luka bakar dan HCU terdiri
dari 6 ruangan dengan kapasitas 19 orang ruang bedah wanita terdiri dari 7
ruangan dengan kapasitas 36 orang, ruang bedah wanita terdiri dari 7
ruangan dengan kapasitas 36 orang.
Ruang bedah wanita terdapat beberapa ruangan rawatan yaitu ada ruang
1, 2, 3, 4, ruang kemo, isolasi 1 dan 2 setiap masing-masing ruang memiliki
kapasitas yang berbeda dalam persediaan bednya. Untuk ruangan 1 tersedia
6 bed, untuk ruangan 2 tersedia 10 bed, untuk ruangan 3 ada tersedia 8 bed,
untuk ruangan 4, kemo masing-masing tersedia 4 bed, dan untuk isolasi
tersedia 2 bed yang bisa digunakan untuk rawatan. Semua ruangan
difasilitasi dengan AC kecuali ruang isolasi 2.

3. fungsi management
a. Planning
Berdasarkan hasil observasi yang kami lakukan di ruang rawat inap
bedah wanita dari tanggal 21-28 November 2022 didapatkan 3
permasalahan yaitu :
1) kurang optimalnya cuci tangan 6 langkah bagi keluarga pasien, pada
permasalah ini kelompok akan memberikan pendidikan kesehatan, role
play, dan stiker tentang cuci tangan 6 langkah disetiap bed pasien.
2) kurang optimalnya keluarga pasien tentang pemilahan dalam
pembuangan sampah infeksius dan non infeksius, pada permasalah ini
kelompok akan memberikan pendidikan kesehatan dan role play.
3) kurang optimalnya kegunaan pojok informasi diruang rawat inap
bedah wanita. pada permasalah ini kelompok akan memberikan role play

b. Organizing

Struktur Organisasi Ruangan Rawat Inap Bedah Wanita


Di RSUP Dr M Djamil Padang

Ka. Instalasi Ruang


Bedah
Dr. Roni Rustam, Sp.B
ADMINISTRASI DOKTER RUANGAN
Elvi Guswita, Amd.Kep
KEPALA RUANGAN
IFRIANI, Amd.Kep

KATIM PAGI KATIM SORE


KATIM MALAM
Yesi Febriyani, Donna Putri P,
Ratna Wilis, Amd.Kep
Amd.Kep Amd.Kep

PERAWAT PERAWAT PERAWAT


PELAKSANA PELAKSANA PELAKSANA
Sukma Gusnila Sari, Nova Asriyanti, Ns. Dian Pitaloka,
Amd.Kep Amd.kep S.Kep
Ns. Intan Paradilla, Febri Yuriza, Ns. Era Suchi Darma,
S.Kep Amd.Kep S.Kep
Ns. Sinta Purnama Ns. Lioni Dewinta, Ns. Wahyuda, S.Kep
Sari, S.Kep S.Kep
Ns. Ristika Wulandari,
Fajria. S. Amd.Kep Ns. Nike Senyola, S.Kep
Ns. Fiqa Fathanah, S.Kep
Susy Evrina,
S.Kep
c. Actuiting Amd.Kep
Perawat di ruangan bedah wanita selalu melakukan asuhan keperawatan
sesuai dengan tingkat ketergantungan pasien. Ketua tim mengarahkan
anggota tim untuk memberikan asuhan keperawatan yang baik dan benar.
d. Controlling
Di ruang rawat inap bedah wanita kurangnya pengawasan dan
keberhasilan tentang permasalahan yang sedang terjadi saat ini. Banyak
keluarga pasien yang kurang menerapkan cuci tangan 6 langkah dengan
benar, kurang optimalnya pemilahan sampah infeksius dan non infeksius,
dan kurang optimalnya kegunaan pojok informasi diruang bedah wanita.

4. Analisa SWOT
Terlampir

5. Perumusan masalah
Berdasarkan hasil dari analisa SWOT dan lapangan maka kelompok
merumuskan 3 masalah :
a. kurang optimalnya cuci tangan 6 langkah bagi keluarga pasien
b. kurang optimalnya keluarga pasien tentang pemilahan dalam pembuangan
sampah infeksius dan non infeksius
c. kurang optimalnya kegunaan pojok informasi diruang rawat inap bedah
wanita
6. POA
Terlampir
7. Penyelesaian masalah
Dari beberapa masalah yang di dapatkan maka kelompok menyelesaikan
masalah dengan cara :
a. memberikan pendidikan kesehatan
b. menampilakan role play
c. membuat stiker tentang cuci tangan 6 langkah dengan benar

B. Unsur input
1. Pasien
Pasien yang dirawat diruang rawat inap bedah wanita adalah pasien dengan
rawatan, umum BPJS, asuransi, dan jasa raharja. Jumlah pasien dari awal
bulan Oktober sampai sekarang ini berjumlah 240 dengan rincian sebagai
berikut :
a. Jumlah psien terbanyak
Untuk pasien terbanyak pada rawat inap bangsal bedah wanita 3 bulan
terakhir ini yaitu CKD, yang kedua ada cholelithiasis, yang ketiga ada Ca
mamae.
b. Demografi
Ruangan bedah wanita terletak diantara ruangan bedah anak dan HCU
bedah.
c. Asal rujukan
RSUP Dr Mjamil padang menerima semua rujukan di Sumatera Barat,
Riau, Jambi, dan lain-lain tetapi tidak menutup kemungkinan untuk
menerima pasien dari luar pulau sumatera.

2. Mahasiswa praktek
Mahasiswa praktek di ruang bedah wanita di RSUP Dr. M.Djamil Padang
berjumlah 32 orang. Mahasiswa praktek berasal dari berbagai Institusi yaitu
D3 keperawatan UNP, D3 Poltekes, Profesi Ners dari Stikes Mercubakti
Jaya, Profesi Ners dari Stikes Alifah, D3 Stikes Asyiah dengan lama masa
praktek 1 minggu, dan Profesi Ners dari Stikes Indonesia dengan lama masa
praktek 1 bulan.

3. Ketenagaan (kualitas dan kuntitas)


Jumlah tenaga perawat dirawat inap bedah wanita ada 18 orang, 1 orang
karu, 3 orang katim, dan 14 orang perawat pelaksana. Terdiri dari 9 orang
berpendidikan S1 Ners, 8 orang berpendidikan D3 keperawatan, dan 2 orang
yang sedang melanjutkan studi S1.

4. Sumber dana
RSUP Dr. Mjamil padang merupakan rumah sakit umum pusat dibawah
kementrian kesehatan, sumber dananya berasal dari BPJS, Jasa Rahaja,
Umum, Asuransi.
5. Fasilitas
a. Fasilitas untuk petugas
1) Ruang nurse station
2) Ruang kepala ruangan
3) Ruang injeksi
4) Ruangan perasat
5) Loker penyimpanan brang pribadi perawat
6) AC
7) Komputer
8) lemari status pasien
9) lemari penyimpanan alat

b. Obat-obatan
Obat-obatan di ruangan rawat inap bedah wanita (CW) di serahkan
petugas dari apotek setiap shif. Bila ada obat yang kurang maka perawat
akan menjemput langsung ke apotek.

6. Metode/standar/pedoman/prosedur tetap
Ruangan bedah wanita (CW) menggunakan metode tim, metode tim adalah
pemberian asuhan keperawatan secara total kepada sekelompok pasien yang
telah ditentukan. Prosedur yang digunakan sesuai dengan standar rumah
sakit.

7. Mesin
Mesin yang ada di ruang bedah wanita (cw), monitor 2 buah, ekg 1 buah,
siring pump 3 buah, infus pump 1 buah, yang di periksa secara berkala.

C. Unsur Proses
1. Proses Asuhan Keperawatan (Penerapan Proses Keperawatan)
Rawat inap bedah wanita memakai unsur asuhan keperawatan dimulai da
ri pengkajian sampai evaluasi yang dituangkan dalam catatan keperawatandan
perkembangan.
2. Proses Manajemen Pelayanan Keperawatan
1. Perencanaan (Planing)
Perencanaan merupakan susunan langkah-langkah secara sistematik
dan teratur untuk mencapai tujuan organisasi atau memecahkan organisasi
tertentu. Perencanaan juga diartikan sebagai upaya memanfaatkan sumber-
sumber yang tersedia dengan memperhatikan segala keterbatasan, guna me
ncapai tujuan secara efisien dan efektif. Perencanaan merupakan langkah a
wal dalam proses manajemen karena dengan merencanakan aktivitas organ
isasi kedepan, maka segala sumber daya dalam organisasi difokuskan pada
pencapaian tujuan organisasi.
2. Organizing
Pengorganisasian diartikan sebagai kegiatan pembagian tugas-tugas
pada orang yang terlibat dalam aktivitas organisasi, sesuai kompetensio S
DM yang dimiliki. Dengan demikian kegiatan ini merupakan keseluruhan
proses memilih orang-orang itu dalam organisasi serta mengatur makanism
e kerjanya, sehingga dapat menjamin pencapaian tujuan program dan tujua
n organisasi.
3. Actuating
Perencanaan dan pengorganisasian yang baik kurang berarti bila tida
k di ikuti dengan pelaksanaan kerja organisasi yang bertanggung jawab. U
ntuk itu maka semua SDM yang ada harus dioptimalkan untuk mencapai v
isi, misi, dan program kerja organisasi. Pelaksanaan kerja harus sejalan de
ngan rencana kerja yang disusun.
4. Controlling
Controlling bukanlah hanya sekedar mengendalikan pelaksanaan progr
am dan aktifitas organisasi, namun juga mengawasi sehingga perlu dapat
mengandalkan koreksi jika dibutuhkan
D. Unsur Output
a) Efisiensi ruangan rawat
1. BOR (bed occupancy rate)
Rumus:
HP/TT Per x 100

Jumlah hari perawatan X 100%


Jumlah tempat tidur
= 8 X 100
38x4
= 8 X 100
144
= 6%

2. LOS (length of stay)


Rumus:

Jumlah lama dirawat / Jumlah


pasien keluar (H+M)
Jumlah lama dirawat
Jumlah pasien keluar hidup dan meninggal
= 51
7
= 7 hari

3. BTO (bed turn over)


Rumus:

Jumlah pasien keluar (11+M)


/ Jumlah tempat tidur

Jumlah pasien keluar hidup dan meninggal


Jumlah tempat tidur
= 7
36
= 0,194 kali
4. TOI (turn over interval)
Rumus:

(Jumlah tempat tidur X period


e) – hari rawatan)/ Jumlah pasie
n keluar (H+M)
(Jumlah tempat tidur X jumlah periode)-hari perawatan
Jumlah pasien keluar hidup dan meninggal
= (36x1)-51
7
= 29 hari

b) Hasil Evaluasi Penerapan SAK


Berdasarkan pengkajian dan observasi yang kelompok lakukan bahwa di ruang
rawat inap lantai 1 SAK belum terlaksana dengan optimal

c) Kepuasan Kerja Karyawan (wawancara mendalam/angket)


SDM melakukan evaluasi kepuasan kerja karyawan sekali setahun melalui ang
ket masing-masing unit dengan capaian kepuasan karyawan tahun 2022 adalah
80%.

BAB IV
ANALISA PERMASALAHAN DAN RENCANA KEGIATAN

A. Permasalahan
1.Intervensi Masalah
a. Belum optimalnya pemilihan sampah medis dan non medis bagi perawat dan k
eluarga pasien di ruang rawat inap Bangsal Bedah Wanita (CW)
Intervensi yang dilakukan diantaranya :
1) Melakuakan Desiminasi Ilmu
2) Melakukan Role Play
b. Kurang optimalnya cuci tangan 6 langkah bagi perawat di ruangan
diruang rawat inap Bangsal Bedah Wanita (CW)
Intervensi yang dilakukan diantaranya :
1) Melakukan Desiminasi ilmu
2) melakukan role play
c. Kurang Kepatuhan keluarga menggunakan APD di ruang rawat
Bangsal Bedah Wanita
Intervensi yang dilakukan diantaranya :
1) Melakukan desiminasi Ilmu
2) Melakukan role play
d. kurang optimalnya pelaksanaan overan dinas pagi ke sore
1) Melakukan Desiminasi Ilmu
2) Melakukan Role Play

2. Prioritas Masalah
a. Mengidentifikasi masalah Kurang optimalnya cuci tangan 6 langkah bagi kel
uarga pasien diruang bedah Wanita RSUP M.Djamil Padang.
b. Mengidentifikasi masalah Kurang optimalnya pemilahan dalam pembuangan s
ampah infeksius dan non infeksisus keluaga pasien di Ruang Bedah Wanita R
SUP M.Djamil Padang
c. Mengidentifikasi masalah kurangnya Kurang optimalnya kegunaan pojok info
rmasi di Ruang Bedah Wanita RSUP M.Djamil Padang

Das könnte Ihnen auch gefallen