Sie sind auf Seite 1von 8

Studi Pengaruh Teknik Normalisasi Dan Fungsi Aktivasi Terhadap Performa

Model ANN Dalam Menyimulasikan Kekuatan Hasil Sambungan Las

Zulhi Auliya Fahma1, Rifqi Aulia Tanjung2, Ainun Zulfikar2

1. Program Studi Teknik Material dan Metalurgi,Jurusan IlmuKebumian dan Lingkungan, Institut Teknologi
Kalimantan, Jl. Soekarno-Hatta Km. 15, Karang Joang, Balikpapan, Kalimantan Timur, 76127
2 Program Studi Teknik Material dan Metalurgi,Jurusan IlmuKebumian dan Lingkungan, Institut Teknologi
Kalimantan, Jl. Soekarno-Hatta Km. 15, Karang Joang, Balikpapan, Kalimantan Timur, 76127

*e-mail: auliyafahma97@gmail.com

ABSTRAK

Mendapatkan nilai kekekuatan tarik dari hasil las SMAW yang optimal perlu dilakukan proses pengelasan yang
mempertimbangkan parameter proses pengelasan. Penelitian ini bertujuan membuat model jaringan syaraf tiruan untuk
memprediksi nilai kekuatan tarik pada pengelasan dan mengetahui akurasi dari model jaringan syaraf tiruan yang telah
dibuat. Dengan tahapan pengumpulan data input dan data output terlebih dahulu, lalu membuat rancangan JST yang
dapat memberikan nilai akurasi yang tinggi dapat digunakan untuk memprediksi nilai kekuatan tarik. Penelitian ini
menggunakan variasi teknik normalisasi dan fungsi aktivasi. Variasi teknik normalisasi yang digunakan adalah teknik Z-
Score dan Min-Max. Perbedaan dari kedua teknik normalisasi ada pada range hasil normalisasinya. Pada normalisasi min-
max hasilnya berubah nilai rentang 0 hingga 1. Sedangkan, pada normalisasi Z-Score data pelatihan dan data pengujian
berubah menjadi bernilai positif dan negatif. Sedangkan, pada fungsi aktivasi yang digunakan ialah Tansig, Logsig, dan
Purelin. Perbedaan pada ketiga fungsi aktivasi ini ada pada nilai keluaran yang dihasilkan. Tansig menghasilkan nilai
keluaran rentang -1 hingga 1, Logsig menghasilkan nilai keluaran 0 hingga 1, dan Purelin menghasilan nilai yang sama
atau bisa dibilang tidak mengubah nilai sama sekali. Dari percobaan yang dilakukan didapatkan model ANN yang terbaik
adalah model ANN yang menggunakan nomalisasi data Min-Max dengan fungsi aktivasi Logsig dan jumlah neuron pada
hidden layer 24. Model ini menghasilkan nilai RMSE sebesar 37,5.

Kata Kunci : Jaringan Syaraf Tiruan, SMAW, Kekuatan Tarik, Prediksi Numerik

1. Pendahuluan
Metode yang digunakan pada Machine Learning ialah
Proses pengelasan sendiri salah satu proses manufaktur Artificial Neural Network (ANN). Menurut Haykin [1],
yang sudah lama digunakan dan sudah banyak studi- ANN sendiri adalah sebuah model dari Machine
studi, penelitian, dan prosedur pengelasan yang telah Learning yang prinsipnya seperti meniru kinerja
dilaksanakan. Sehingga, dalam proses pembuatan WPS jaringan syaraf pada otak manusia untuk melakukan
khususnya pada proses pembuatan PQR, dapat tugas tertentu, yang dimana ANN ini memerlukan
menghemat biaya dengan memanfaatkan kumpulan data pengalaman atau pelatihan dari data input untuk
atau database hasil pengelasan yang sudah dilakukan melakukan tugas tertentu. Metode ANN ini digunakan
untuk menentukan variabel pada pWPS atau membuat karena data yang dibutuhkan untuk menjalankan relatif
keputusan berbasis data (Data-Driven Decision) dengan sedikit dan model cenderung sederhana [2] (Taulli,
bantuan simulasi komputer. Dengan memanfaatkan 2019). Penelitian yang dilakukan oleh Oh dkk. [3],
keputusan berbasis data ini, dapat membuat kualifikasi Artificial Neural Network (ANN) salah satu bagian dari
PQR tanpa trial and error. Manfaat dengan pendekatan AI yang menjadi alat sangat berguna dalam pemodelan
ini waktu, tenaga, dan biaya yang dikeluarkan tidak hubungan timbal balik antara variabel masukan dan
besar dibanding dengan eksperimental. Kemudian, tools keluaran dari sistem yang rumit lebih efisien. Tujuan
simulasi komputasi yang konsepnya menggunakan penelitian Oh dkk. [3], difokuskan pada pengembangan
database sebagai bagian dari prosesnya ialah Machine model cerdas untuk Lap-joint dalam proses pengelasan
Learning yang berbasis dari Artificial Intelligence. Gas Metal Arc (GMA) otomatis dengan algoritma
Machine Learning sendiri sering digunakan untuk jaringan saraf. Dengan perkembangan teknologi
prediksi, optimasi, dan simulasi. komputasi, jaringan saraf tampaknya dapat berguna
dalam pengembangan teknologi dalam pengelasan. berbeda walaupun nilai akurasinya sangat tinggi. Hal ini
dikarenakan model ANN bergantung dengan database
ANN juga banyak digunakan pada pengelasan. Pada pada aplikasi penggunaanya, model arsitektur jaringan,
penelitian oleh Singh dkk. [4], mengiplementasikan bobot suatu unit, dan tipe output nya. Dalam membuat
ANN untuk menganalisis dan memprediksi sifat model ANN cukup banyak variabel yang harus
mekanik sambungan las SMAW dibawah pengaruh ditentukan. Suatu unit pada output layer dipengaruhi
medan magnet eksternal. Pada penelitian Schmoeller banyak parameter pada layer sebelumnya, sehingga sulit
dkk. [5], melakukan investigasi pengaruh parameter untuk mengetahui bagaimana pengaruh suatu unit pada
proses terhadap kedalaman las pada laser beam welding layer sebelumnya dengan output layer. Cara
menggunakan Machine Learning. Hasilnya model menentukannya dengan cara trial and error dan menilai
machine learning yang dibuat memprediksi kedalaman peforma dari modelnya. Sebelum memulai dengan
las dengan nilai RMSE sebesar 0,083. Penelitian dari variabel model ANN, kita terlebih dahulu melakukan
Ghetiya dan Patel [6], melakukan penelitian pra pemrosesan data. Pra pemrosesan data ini adalah
mengoptimalkan parameter proses pengelasan Friction menyiapkan data yang telah dikumpulkan untuk masuk
Stir Welding (FSW) pada alumunium untuk tahapan selanjutnya. Pra pemrosesan data dikenal
memprediksi nilai kekuatan tarik dengan metode ANN. dengan normalisasi data. Normalisasi data sendiri ini
Penelitian ini berfokus pada pembuatan model ANN sangat penting sebelum kita melakukan simulasi, karena
secara trial and error dengan memvariasikan jumlah normalisasi data dapat meminimalkan bias dalam data,
neuron pada hidden layer. menyeragamkan nilai data, dan dapat mempercepat
waktu pelatihan [10] (Priddy & Keller, 2005). Teknik
Penelitian yang dilakukan Sarkar dkk. [7], melakukan normalisasi data sendiri yang paling umum digunakan
penelitian perbandingan antara Multiple Regression adalah normalisasi data Min-Max dan Z-Score.
Analysis (MRA) dan Artificial Neural Network (ANN). Sehingga, dari kedua teknik normalisasi ini perlu
Hasil perbandingan penelitian ini menunjukkan mencari tahu mana teknik normalisasi data yang
kakuratan prediksi model ANN lebih baik daripada memberikan akurasi prediksi paling tinggi yang
model MRA. Pada penelitian yang dilakukan Kulkarni nantinya akan digunakan pada model ANN yang
[8], menerapkan ANN untuk memprediksi tegangan sisa memberikan nilai akurasi tinggi.
selama proses pengelasan. Menariknya penelitian ini
menggunakan 2 simulasi komputer sekaligus, pertama Setelah itu, salah satu variabel yang kita tentukan dalam
menggunakan Finite Element Method (FEM) untuk melakukan simulasi ANN adalah Fungsi Aktivasi.
melakukan analisis termal dan tegangan pada Fungsi aktivasi ini bagian yang penting, karena dapat
pengelasan dan untuk membuat database pengujian, dan mempengaruhi cara memformat data input menjadi data
kedua menggunakan Artificial Neural Network (ANN) output. Fungsi aktivasi ini bertamggung jawab atas
untuk memprediksi tegangan sisa. Implementasi koneksi antara input dan output dari sebuah neuron dan
simulasi komputer dapat mempermudah pekerjaan dari jaringan [11] (Igwe dkk, 2021). Fungsi Aktivasi ini ada
manusia dibidang engineering. 3 jenis yaitu, Logsig, Tangsig, dan Purelin. Perbedaan
ketiganya adalah format dari nilai output yang
Kelemahan metode ANN ini tidak bisa memberikan dihasilkan. Dari Logsig akan mengeluarkan nilai output
pemahaman atau penjelasan tentang proses, proses di kisaran 0 hingga 1. Pada Tansig akan mengeluarkan
penyesuaian bobot dalam model menggunakan nilai nilai output di kisaran -1 hingga 1. Sedangkan, Purelin
acak yang memakan waktu, dan tidak bisa akan menghasilkan nilai output yang sesuai dengan nilai
menghubungkan efek kualitatif dari parameter proses input atau tidak merubah nilai sama sekali. Dari ketiga
[9] (Andersen, 1990; [2] Taulli, 2019). Sedangkan, fungsi aktivasi ini kita perlu melakukan trial and error
keunggulan dari metode ANN ini dapat memberikan untuk menentukan model dengan fungsi aktivasi mana
akurasi untuk dapat dipahami, dapat menangkap yang memberikan peforma paling optimal.
kompleksitas proses aplikasi asalkan data pelatihan
mencakup seluruh parameter, pengembangan model Oleh karena itu, penentuan teknik normalisasi dan
lebih sederhana karena menyesuaikan dengan data fungsi aktivasi ini dalam pembuatan model ANN
pelatihan, model bisa disempurnakan dengan penting dilakukan supaya menjadi acuan atau
menambah data baru, dan hasil dari ANN relatif cepat benchmarks dalam menentuakan parameter model ANN
karena data input hanya disebarkan sekali dalam mode yang lainnya, seperti jumlah Learning Rate, epoch,
aplikasi, data yang dibutuhkan relatif sedikit [9] hidden layer, minimum error, dan yang lainnya.
(Andersen, 1990; Taulli, 2019)[2]. Sehingga, akan terbentuknya suatu sistem ANN yang
dapat digunakan untuk membantu dalam proses
Namun, yang jadi masalah pada metode ANN ini adalah pengelasan
model yang dibuat berbeda-beda dan harus disesuaikan
dengan aplikasi penggunaanya. Satu model ANN 2. Metodologi
biasanya tidak bisa digunakan pada aplikasi yang 2.1 Alat dan Bahan
terhadap waktu. Fungsi transfer adalah hasil dari fungsi
Pada penelitian ini membutuhkan data hasil-hasil penjumlahan, lalu ditransformasikan menjadi keluaran
pengelasan SMAW dan nilai kekuatan tariknya. Untuk kerja melalui proses algoritmik (demuth beale).
menjalankan ANN membutuhkan kumpulan data yang Penelitian ini menggunakan 3 jenis fungsi aktivasi,
banyak. Penelitian ini mengumpulkan data sebanyak sebagai berikut :
149 data. Data tersebut dibagi menjadi 2 kelompok, 1. Fungsi Aktivasi Linear
yakni kelompok data pelatihan dan kelompok data Fungsi linier adalah fungsi aktivasi yang paling
pengujian. Pembagian ini bertujuan untuk memenuhi dasar karena tidak mengubah output neuron dari
proses ANN yeng menggunakan metode Supervised sama sekali. Berikut persamaan dari fungsi ini:
Learning. Metode ini merupakan metode ø = (3)
pembelajaran terawasi yang sudah ditentukan masukan
dan keluaran yang diinginkan. Pembagian data ini 2. Fungsi Aktivasi Sigmoid
dilakukan dengan perbandingan 80 : 20, sehingga Fungsi ini adalah pilihan yang sangat umum untuk
jumlah kelompok data pelatihan sebanyak 149 data jaringan saraf feedforward yang hanya perlu
dan kelompok data pengujian sebanyak 30 data. mengeluarkan angka positif. Fungsi ini
menghasilkan output ke kisaran 0 hingga 1. Berikut
Aplikasi perangkat lunak yang digunakan pada persamaan dari fungsi ini:
penelitian ini menggunakan Matlab 2018a. Desain ø = (4)
arsitektur pada penelitian ini menggunakan tipe jaringan
Feedforward Multilayre, Backpropagation dan tipe
3. Fungsi Aktivasi Tangen Hiperbolik
algoritma yang digunakan adalah Levenberg-
Fungsi ini juga merupakan fungsi aktivasi yang
Marquardt. Penelitian ini juga melakukan variasi pada
sangat umum untuk jaringan saraf dan menghasilkan
jumlah neuron, yang mana jumlahnya 2, 4, 6, 8, 10, …,
nilai dalam rentang -1 hinggan 1. Fungsi ini
46 dengan kelipatan 2.
mengehasilkan keluaran positif dan negatif. Berikut
persamaan dari fungsi ini :
2.2 Teknik Normalisasi
ø = tanh (5)
Kumpulan data atau database diubah terlebih dahulu
dalam rentang tertentu yang disebut normalisasi data 3. Hasil dan pembahasan
(Heaton) [12]. Tujuannya untuk meminimalkan bias
3.1 Hasil Simulasi Model ANN
dan mem-percepat waktu pelatihan. Normalisasi data
Setelah dilakukan penelitian seperti yang telah
juga merupakan tahapan pra pemrosesan data [10].
dijelaskan pada bagian metode penelitian. Hasil dari
Pene-litian ini menggunakan 2 teknik normalisasi
kinerja model ANN dengan teknik normalisasi Min-Max
sebagai berikut :
dan Z-Score didasarkan dengan RMSE (Root Mean
Square Error) yang merupakan cara untuk mengukur
1. Teknik Normalisasi Min-Max
kesalahan suatu model prediktif dalam melakukan
Normalisasi min-max merupakan teknik normalisasi
prediksi nilai kuantitatif terhadap nilai aktualnya. Ada 6
data yang memberikan nilai rentang pada data 0
model jaringan yang menggunakan teknik normalisasi
hingga 1. Hasil nilai ini didapat dari persamaan :
Min-Max dan Z-Score, yakni fungsi aktivasi logsig,
= (1) fungsi aktivasi purelin, dan fungsi aktivasi tansig.
Ketiga model ini akan dibahas sebagai berikut :
2. Teknik Normalisasi Z-Score
Teknik ini menggunakan mean (µ) dan standar 1. Fungsi Aktivasi Logsig
deviasi (σ) untuk setiap fitur di seluruh kumpulan Hasil Hasil dari fungsi aktivasi Logsig yang dimana
data pelatihan atau pengujian. Nilai yang dihasilkan fungsi ini menghasil nilai keluaran 0 hingga 1. Hasil dari
berupa nilai negatif dan positif. Hasil nilai ini model ini dapat dilihat pada Gambar 1. Pada Gambar 1
didapat dari persamaan : neuron yang memberikan nilai RMSE paling besar
= (2) adalah dengan jumlah 2 dan neuron yang memberikan
nilai RMSE paling kecil adalah dengan jumlah 24. Dari
gambar 1 juga kita dapat melihat tren dari grafik
2.3 Fungsi Aktivasi tersebut. Tren pada grafik tersebut menunjukkan tren
yang cenderung menurun. Artinya, dengan tren yang
Fungsi aktivsi atau fungsi transfer yang dapat menurun mengindikasikan adanya penurunan nilai
mempengaruhi cara memformat data input. Karena RMSE seiring dengan bertambahnya neuron yang
fungsi ini menetapkan batas untuk output neuron [12]. digunakan.
Tujuan penggunaan fungsi aktivasi adalah untuk Apabila kita melihat dari pola grafiknya secara
memungkinkan keluaran penjumlahan bervariasi keseluruhan menunjukkan grafik yang naik dan turun
secara tidak beraturan. Pada neuron 8-44 menunjukkan ANN dikatakan baik pada peformanya apabila memiliki
grafik yang cenderung stabil. Setelah dilakukannya nilai RMSE yang mendekati 0. Sehingga, dari model
pengujian pada model dengan fungsi aktivasi Logsig, ANN fungsi aktivasi Purelin yang terbaik adalah dengan
dilakukan evaluasi pada model yang sudah dibuat jumlah neuron 44 yang memiliki nilai RMSE sebesar
terhadap hasil prediksinya melalui nilai RMSE. Nilai 179,4.
RMSE yang terkecil dihasilkan oleh model ANN fungsi
aktivasi logsig dengan jumlah neuron 24. Menurut
Ghetiya & Patel (2014) suatu model ANN dikatakan
baik pada peformanya apabila memiliki nilai RMSE
yang mendekati 0. Sehingga, dari model ANN fungsi
aktivasi logsig yang terbaik adalah dengan jumlah
neuron 24 yang memiliki nilai RMSE sebesar 37,5.

Gambar 2. Grafik RMSE Teknik Normalisasi Min-


Max dengan Fungsi Aktivasi Purelin

3. Fungsi Aktivasi Tansig


Hasil dari fungsi aktivasi Tansig yang dimana fungsi ini
menghasil nilai keluaran -1 hingga 1. Hasil dari model
ini dapat dilihat pada Gambar 3. Pada Gambar 3 neuron
yang memberikan nilai RMSE paling besar adalah
Gambar 1. Grafik RMSE Teknik Normalisasi Min- dengan jumlah 38 dan neuron yang memberikan nilai
Max dengan Fungsi Aktivasi Logsig RMSE paling kecil adalah dengan jumlah 34. Dari
gambar 3 juga kita dapat melihat tren dari grafik
2. Fungsi Aktivasi Purelin tersebut. Tren pada grafik tersebut menunjukkan tren
Hasil dari fungsi aktivasi Purelin yang dimana fungsi ini yang naik. Artinya, dengan tren yang naik
tidak mengubah nilai keluaran atau menghasilkan hasil mengindikasikan tidak adanya penambahan nilai RMSE
yang sama seperti nilai input. Hasil dari model ini dapat seiring dengan bertambahnya neuron yang digunakan.
dilihat pada Gambar 2. Pada Gambar 2 neuron yang Apabila kita melihat dari pola grafiknya secara
memberikan nilai RMSE paling besar adalah dengan keseluruhan menunjukkan grafik yang naik dan turun
jumlah 38 dan neuron yang memberikan nilai RMSE secara tidak beraturan. Setelah dilakukannya pengujian
paling kecil adalah dengan jumlah 44. Dari gambar 2 pada model dengan fungsi aktivasi Tansig, dilakukan
juga kita dapat melihat tren dari grafik tersebut. Tren evaluasi pada model yang sudah dibuat terhadap hasil
pada grafik tersebut menunjukkan tren yang cenderung prediskinya melalui nilai RMSE. Nilai RMSE yang
naik. Artinya, dengan tren yang cenderung naik terkecil dihasilkan oleh model ANN fungsi aktivasi
mengindikasikan adanya peningkatan nilai RMSE Tansig dengan jumlah neuron 34. Menurut Ghetiya &
seiring dengan bertambahnya neuron yang digunakan. Patel (2014) suatu model ANN dikatakan baik pada
peformanya apabila memiliki nilai RMSE yang
Apabila kita melihat dari pola grafiknya secara mendekati 0. Sehingga, dari model ANN fungsi aktivasi
keseluruhan menunjukkan grafik yang naik dan turun Tansig yang terbaik adalah dengan jumlah neuron 34
secara tidak beraturan. Pada neuron 6-12 menunjukkan yang memiliki nilai RMSE sebesar 43,8.
grafik yang cenderung stabil. Pada neuron 14–46
menunjukkan grafik yang turun secara signifikan.
Setelah dilakukannya pengujian pada model dengan
fungsi aktivasi Purelin, dilakukan evaluasi pada model
yang sudah dibuat terhadap hasil prediksinya melalui
nilai RMSE. Nilai RMSE yang terkecil dihasilkan oleh
model ANN fungsi aktivasi Purelin dengan jumlah
neuron 44. Menurut Ghetiya & Patel (2014) suatu model
Gambar 3. Grafik RMSE Teknik Normalisasi Min- Gambar 4. Grafik RMSE Teknik Normalisasi Z-
Max dengan Fungsi Aktivasi Tansig Score dengan Fungsi Aktivasi Logsig
4. Fungsi Aktivasi Logsig 5. Fungsi Aktivasi Purelin
Pada Hasil dari fungsi aktivasi Logsig yang dimana
fungsi ini menghasil nilai keluaran 0 hingga 1. Hasil dari Hasil dari fungsi aktivasi Purelin yang dimana fungsi ini
model ini dapat dilihat pada Gambar 4. Pada Gambar 4 tidak mengubah nilai keluaran atau menghasilkan hasil
neuron yang memberikan nilai RMSE paling besar yang sama seperti nilai input. Hasil dari model ini dapat
adalah dengan jumlah 26 dan neuron yang memberikan dilihat pada Gambar 5. Pada Gambar 5 neuron yang
nilai RMSE paling kecil adalah dengan jumlah 8, 36, memberikan nilai RMSE paling besar adalah dengan
dan 46. Dari gambar 4 juga kita dapat melihat tren dari jumlah 46 dan neuron yang memberikan nilai RMSE
grafik tersebut. Tren pada grafik tersebut menunjukkan paling kecil adalah dengan jumlah 20. Dari gambar 5
tren cenderung stabil. juga kita dapat melihat tren dari grafik tersebut. Tren
Apabila kita melihat dari pola grafiknya secara pada grafik tersebut menunjukkan tren yang naik.
keseluruhan menunjukkan grafik yang naik dan turun Artinya, dengan tren yang naik ini mengindikasikan
secara tidak beraturan. Setelah dilakukannya pengujian adanya peningkatan nilai RMSE seiring dengan
pada model dengan fungsi aktivasi Logisg, dilakukan bertambahnya neuron yang digunakan.
evaluasi pada model yang sudah dibuat terhadap hasil Apabila kita melihat dari pola grafiknya secara
prediskinya melalui nilai RMSE. Nilai RMSE yang keseluruhan menunjukkan grafik yang naik dan turun
terkecil dihasilkan oleh model ANN fungsi aktivasi siginifkan. Setelah dilakukannya pengujian pada model
Logisg dengan jumlah neuron 8, 36, dan 46. Menurut dengan fungsi aktivasi Purelin, dilakukan evaluasi pada
Ghetiya & Patel (2014) suatu model ANN dikatakan model yang sudah dibuat terhadap hasil prediksinya
baik pada peformanya apabila memiliki nilai RMSE melalui nilai RMSE. Nilai RMSE yang terkecil
yang mendekati 0. Sehingga, dari model ANN fungsi dihasilkan oleh model ANN fungsi aktivasi Purelin
aktivasi Logsig yang terbaik adalah dengan jumlah dengan jumlah neuron 20. Menurut Ghetiya & Patel
neuron 8, 36, dan 46 yang memiliki nilai RMSE sebesar (2014) suatu model ANN dikatakan baik pada
44,1. peformanya apabila memiliki nilai RMSE yang
mendekati 0. Sehingga, dari model ANN fungsi aktivasi
Purelin yang terbaik adalah dengan jumlah neuron 20
yang memiliki nilai RMSE sebesar 127,2.
Gambar 5. Grafik RMSE Teknik Normalisasi Z- Gambar 6. Grafik RMSE Teknik Normalisasi Z-
Score dengan Fungsi Aktivasi Purelin Score dengan Fungsi Aktivasi Tansig

6. Fungsi Aktivasi Tansig 3.2 Analisis Pengaruh Teknik Normalisasi


Hasil dari fungsi aktivasi Tansig yang dimana fungsi ini
menghasil nilai keluaran -1 hingga 1. Hasil dari model (a) (b)
ini dapat dilihat pada Gambar 6. Pada Gambar 6 neuron
yang memberikan nilai RMSE paling besar adalah
dengan jumlah 10 dan neuron yang memberikan nilai
RMSE paling kecil adalah dengan jumlah 34. Dari
gambar 6 juga kita dapat melihat tren dari grafik
tersebut. Tren pada grafik tersebut menunjukkan tren
yang menurun. Artinya, dengan tren yang menurun (c)
mengindikasikan adanya penurunan nilai RMSE seiring
dengan bertambahnya neuron yang digunakan.
Apabila kita melihat dari pola grafiknya secara
keseluruhan menunjukkan grafik yang naik dan turun
secara tidak beraturan. Pada neuron 12-44 menunjukkan
grafik yang cenderung stabil. Setelah dilakukannya
pengujian pada model dengan fungsi aktivasi Tansig, Gambar 7. Grafik Pengaruh Teknik Normalisasi,
dilakukan evaluasi pada model yang sudah dibuat (a) Logsig, (b) Purelin, (c) Tansig
terhadap hasil prediksinya melalui nilai RMSE. Nilai
RMSE yang terkecil dihasilkan oleh model ANN fungsi
Berdasarkan hasil dari penelitian yang telah dikerjakan
aktivasi Tansig dengan jumlah neuron 34. Menurut
kita dapat melihat perbandingan teknik normalisasi
Ghetiya & Patel (2014) suatu model ANN dikatakan
antara Min-Max dan Z-Score. Perbandingan dapat
baik pada peformanya apabila memiliki nilai RMSE
dilihat pada Gambar 7. Perbandingan dilakukan
yang mendekati 0. Sehingga, dari model ANN fungsi
menggunakan 2 teknik normalisasi dengan 1 fungsi
aktivasi Tansig yang terbaik adalah dengan jumlah
aktivasi yang sama. Supaya mempermudah untuk
neuron 34 yang memiliki nilai RMSE sebesar 57,2.
membandingkan teknik normalisasi mana yang
memberikan hasil optimal. Hasil kinerja model
ditentukan dengan nilai RMSE pada setiap neuronnya.
Menurut Ghetiya & Patel (2014) suatu model dikatakan
memberikan hasil akurasi yang optimal apabila grafik
pada Gambar 7 berada dibawah atau grafik yang
mendekati angka 0, yang artinya hasil nilai RMSE nya
mendekati nilai 0.
Bila ditinjau dari masing-masing fungsi aktivasi seperti
Gambar 7.a yang menggunakan fungsi aktivasi Logsig.
Dari gambar tersebut teknik normalisasi Min-Max
menghasilkan grafik yang lebih rendah atau dibawah sedangkan Logsig mengubah nilai menjadi dikisaran 0
dari grafik teknik normalisasi Z-Score. Pada Gambar 7.b hingga 1 dan Tansig mengubah nilai keluarannya
yang menggunakan fungsi aktivasi Purelin. Dari gambar menjadi dikisaran -1 hingga 1. Hal ini mempengaruhi
tersebut teknik normalisasi Z-Score menghasilkan dari hasil prediksi model ANN. Karena menurut Priddy
grafik yang lebih rendah atau dibawah dari grafik teknik & Keller (2005) fungsi aktivasi adalah fungsi
normalisasi Min-Max. Pada Gambar 7.c yang matematika yang menentukan hasil keluaran atau
menggunakan fungsi aktivasi Tansig. Dari gambar output. Menurut Heaton (2015) juga fungsi aktivasi
tersebut teknik normalisasi Min-Max menghasilkan Logsig dan Tansig merupakan fungsi yang banyak
grafik yang lebih rendah atau dibawah dari grafik teknik digunakan peneliti untuk tipe jaringan Feedforward
normalisasi Z-Score. Backpropagation. Hal ini mengindikasikan bahwa
Menurut Ribeiro dkk (2021) normalisasi data atau kedua fungsi aktivasi ini memberikan hasil yang baik.
proses pra-pemrosesan data ini diperlukan untuk Dari kedua fungsi aktivasi itu yang lebih baik adalah
meningkatkan akurasi dari ANN. Perbedaan hasil dari fungsi aktivasi Logsig dibanding fungsi aktivasi Tansig.
normalisasi data ini mempengaruhi tingkat akurasi dari
ANN. Teknik normalisasi dapat meningkatkan akurasi 4. Kesimpulan
dari ANN karena fungsi dari teknik normalisasi ini Adapun kesimpulan yang didapat dari pengerjaan
untuk meminimalkan bias pada database yang menjadi penelitian ini adalah sebagai berikut :
pedoman model ANN (Priddy & Keller, 2005). Pada 1.a. Teknik normalisasi memberikan pengaruh untuk
penelitian ini teknik normalisasi Min-Max secara umum meningkatkan akurasi dari model ANN dengan
lebih baik dibanding teknik normalisasi Z-Score. Hal ini meminimalkan bias pada database dan teknik
dikarenakan teknik normalisasi Min-Max menghasilkan normalisasi terbaik adalah teknik normalisasi Min-
range nilai normalisasi yang tidak terlalu besar Max.
dibandingkan dengan teknik normalisasi Z-Score. 1.b. Fungsi aktivasi memberikan pengaruh untuk
Menurut Ribeiro dkk (2021) keseragaman nilai menentukan hasil keluaran atau output dari model
mempengaruhi efektivitas ANN, semakin kecil range ANN, sehingga hasil prediksi ditentukan oleh
nilai maka bisa dikatakan semakin seragam. fungsi aktivasi. Fungsi aktivasi yang terbaik adalah
fungsi aktivasi Logsig
3.3 Perbandingan Penggunaan Fungsi Aktivasi
2. Model Kombinasi model dari metode teknik
nomalisasi dan fungsi aktivasi dengan akurasi
(a) (b)
paling tinggi ada pada model dengan teknik
normaliasi Min-Max dengan fungsi aktivasi Logsig
pada jumlah neuron 24 dengan nilai RMSE 37,5.

5. Referensi
[1] Haykin, S. (2009), Neural Networks and Learning
Machines, 3rd edition, Pearson, Prentice Hall,
Gambar 8. Grafik Pengaruh Fungsi Aktivasi, (a) Canada.
Teknik Normalisasi Min-Max, (b) [2] Taulli, Tom, (2019), Artificial Intelligence Basics: A
Teknik Normalisasi Z-Score Non-Technical Introduction, Apress, USA.
[3] Oh, W. -B., Yun, T. -J., Lee, B. -R., Kim, C. -G.,
Pada perbandingan fungsi aktivasi Logsig, Purelin, dan
Liang, Z. -L., dan Kim, I. -S., (2019), A Study
Tansig dapat dilihat pada Gambar 8. Perbandingan
on Intelligent Algorithm to Control Elding
dilakukan menggunakan 3 fungsi aktivasi dengan teknik
Parameters for Lap-Joint, Procedia
normalisasi yang sama. Supaya mempermudah untuk
Manufacturing, No. 30, hal. 48-55.
membandingkan fungsi aktivasi mana yang
[4] Singh, R. P., Gupta, R.C., dan Sarkar, S. C. (2012),
memberikan hasil optimal. Hasil kinerja model
Application of Artificial Neural Network To
ditentukan dengan nilai RMSE pada setiap neuronnya.
Analyze And Predict The Mechanical
Menurut Ghetiya & Patel (2014) suatu model dikatakan
Properties of Shielded Metal Arc Welded
memberikan hasil akurasi yang optimal apabila grafik
Joints Under The Influence of External
pada Gambar 8 berada dibawah atau grafik yang
Magnetic Field, International Journal of
mendekati angka 0, yang artinya hasil nilai RMSE nya
Engineering Research & Technology.
mendekati nilai 0.
[5] Schmoeller, M., Stadter, C., Wagner, M., dan Zaeh,
Bila ditinjau dari kedua teknik normalisasi seperti
M. F., (2020), Investigation of the Influences
Gambar 8.a dan 8.b fungsi aktivasi Purelin memiliki
of the Process Parameters on the Weld Depth
perbedaan yang besar antara fungsi aktivasi Logsig dan
in Laser Beam Welding of AA6082 Using
Tansig. Karena menurut Heaton (2015) fungsi aktivasi
Machine Learning Methods, Procedia CIRP,
Purelin tidak mengubah output neuron sama sekali,
No. 94, hal 702-707.
[6] Ghetiya, N. D., dan Patel, K. M. (2014), “Prediction Network Applied to Arc Welding Process
of Tensile Strength in Friction Stir Welded Modeling and Control, IEEE Transactions on
Aluminium Alloy Using Artificial Neural Industry Application, Vol. 26, No, 5.
Network”, 2nd International Conference on [10] Priddy, K. L., dan Keller, P. E. (2005), Artificial
Innovations in Automation and Mechatronics Neural Networks an Introduction, SPIE Press,
Engineering, ICIAME, hal. 274-281. Washington.
[7] Sarkar, A., Dey, P., Rai, R. N., dan Saha, S. C., [11] Igwe, K. C., Oyedum, O. D., Aibinu, A. M.,
(2016), A Comparative Study of Multiple Ajewole, M. O., dan Moses, A. S., (2021),
Regression Analysis and Back Propagation Application of Artificial Neural Network
Neural Network Approaches on Plain Carbon Modeling Techniques to Signal Strength
Steel in Submerged-Arc Welding, Indian Computation, Heliyon, 7(3), e06047.
Academy of Sciences. [12] Heaton, J. (2015), Artificial Intelligence for
[8] Kulkarni, K. A. (2021), Prediction of Welding Humans Vol 3 : Deep Learning and Neural
Residual Stresses Using Artificial Neural Networks, Heaton Research, Inc.
Network (ANN) : Material Today : Proceeding. [13] Demuth, H., dan Beale, M. (2002), Neural Network
[9] Andersen, K., Cook, G. E., Karsai., G., dan Toolbox, Version 4, The MathWorks, Inc.
Ramaswamy, K., (1990), Artificial Neural

Das könnte Ihnen auch gefallen