Sie sind auf Seite 1von 30

“MANAJEMEN PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING ANAK

USIA DINI”

Prodi : PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI (PIAUD)


Semester : V

Dosen Pengampu :

DR. SUKATIN, S.Pd.I., M.Pd.I

Disusun Oleh : Kelompok III

HANI MAJARIANI
NIM : 21155592

TIFANI DHIAHNISA
NIM : 21155604

YAYASAN PENDIDIKAN ISLAM (YPI)


INSTITUT AGAMA ISLAM
NUSANTARA BATANG HARI
2023
KATA PENGANTAR

‫ِبْس ــــــــــــــــِم اِﷲالَّر ْح َم ِن الَّر ِحيم‬

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT Tuhan


semesta alam yang senantiasa memberikan kemudahan kelancaran
beserta limpahan Rahmat dan Karunia-Nya yang tiada terhingga.
Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada Rasulullah SAW
yang telah memberikan suri tauladan bagi kita semua.

Alhamdulillah berkat Rahmat dan ridha-Nya penulis dapat


menyelesaikan pembuatan makalah yang berjudul “Manajemen program
bimbingan dan konseling anak usia dini”. makalah ini disusun untuk
memenuhi salah satu tugas kelompok tahun akademik 2023

Dalam penyusunan makalah ini Penulis mendapatkan bantuan


serta bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini
penulis ucapkan terima kasih kepada rekan-rekan yang telah membantu.
Penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita
semua terutama bagi penulis. Begitu pula makalah ini tidak luput dari
kekurangan dan kesalahan, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan
sarannya yang bersifat membangun.

Muara Bulian,16 Oktober 2023

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................ii

DAFTAR ISI..................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah.......................................................................1


B. Rumusan Masalah................................................................................2
C. Tujuan...................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

A. Pentingnya manajemen program bimbingan dan konseling.................3


B. Aspek ketenangan bimbingan dan konseling untuk anak usia dini ......7
C. Prosedur (teknik) bimbingan dan konseling untuk anak usia dini.........9
D. Kerja sama pendidikan anak usia dini dengan orang tua dan ahli lain.
E. Aspek daya dukung lingkungan terhadap kegiatan bimbingan dan
konseling untuk anak usia dini..........................................................................16

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan.........................................................................................12
B. Saran..................................................................................................12
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu upaya pembinaan yang
ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam (6) tahun
yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk
membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani serta rohani agar
anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut
(Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional). Untuk itu, pendidikan anak usia dini diarahkan pada
pengembangan berbagai aspek pertumbuhan dan perkembangan anak
yang meliputi aspek intelektual, kreatifitas, bahasa, emosi, sosial, afektif
dan kepribadian.
Namun pada kenyataannya, masih banyak diantara orang tua
yang tidak peduli dengan Pendidikan Anak Usia Dini, sehingga
menyebabkan berbagai persoalan pada anak. banyak yang tidak
mampu diketahui oleh anak diantaranya yaitu, anak tidak bisa
berbahasa indonesia yang baik dan benar, anak tidak mampu
mengembangkan kecerdasan kognitifnya, anak tidak mampu mengenal
konsep warna. Untuk saya ingin mengkonseling anak ini melalui
berbagai permainan sederhana. Bimbingan konseling pada anak usia
dini dibutuhkan untuk mengenali masalah-masalah yang dihadapi oleh
anak tersebut.
Bimbingan dan konseling merupakan bagian integral dari
pendidikan di Indonesia.Sebagai sebuah layanan profesional,kegiatan
layanan bimbingan dan konseling tidak bisa dilakukan secara
sembarangan,namun harus berangkat dan berpijak dari suatu landasan
yang kokoh,yang didasarkan pada hasil-hasil pemikiran dan penelitian
yang mendalam. Pendidikan anak usia dini adalah setara dengan

1
2

pendidikan dasar,sehingga anak didiknya juga memerlukan pelayanan


bimbingan dan konseling
Tujuan pendidikan mensyaratkan perkembangan kemampuan
anak secara Optimal, dengan kemampuan untuk berkreasi, mandiri,
bertanggung jawab dan dapat memecahkan masalah yang dihadapi.
Sebagai individu, anak memiliki berbagai potensi yang dapat
dikembangkan. Kenyataan yang dihadapi, tidak semua anak menyadari
potensi yang dimiliki untuk kemudian memahami dan
mengembangkannya. Disisi lain sebagai individu yang berinterksi
dengan lingkungan, anak juga tidak dapat lepas dari masalah.
Menyadari hal di atas anak perlu bantuan dan bimbingan orang
lain agar dapat berindak dengan tepat sesuai dengan potensi yang ada
pada dirinya. Sekolah sebagai institusi pendidikan tidak hanya
berfungsi memberikan pengetahuan tetapi juga mengembangkan
kesluruhan kepribadian anak. Sebagai profesional guru memegang
peran penting dalam membantu anak mengembangkan seluruh aspek
kepribadian dan lingkungannya.
Bimbingan dan penyuluhan di sekolah sangatlah di butuhkan,
karena tidak dapat di pungkiri seiring dengan derasnya informasi dan
tranformasi Global yang masuk menyebabkan terjadinya berfikir dalam
masyarakat, terutama kalangan anak-anak yang berada dalam
keadaan tumbuh dan berkembang sehingga anak sangat
membutuhkan segala bentuk bimbingan dan nasehat agar tidak
terjerumus dalam pergaulan yang salah.
Pelaksanaan layanan bimbingan di taman kanak-kanak perlu
mendapatkan dukungan manajerial yang memadai karena layanan
bimbingan tidak dapat berjalan sendiri tanpa dukungan dari
lingkungannya. Aspek-aspek yang dapat mendukung keterlaksanaan
layanan bimbingan ini adalah adanya program bimbingan yang jelas
dan terencana, aspek ketenagaan yang memadai, adanya
prosedur/teknik bimbingan yang jelas, adanya kerjasama antara guru,
3

orang tua dan ahli lain yang lebih berkompeten dan adanya daya
dukung lingkungan yang lebih efektif Dengan adanya dukungan
manajerial ini diharapkan pelaksanaan layanan bimbingan di taman
kanak-kanak dapat berjalan efektif dan mencapai tujuan pendidikan
seperti yang diharapkan.
B. Rumusan Masalah
1. Pentingnya manajemen program bimbingan dan konseling
2. Aspek ketenangan bimbingan dan konseling untuk anak usia dini
3. Prosedur (teknik) bimbingan dan konseling untuk anak usia dini
4. Kerja sama pendidikan anak usia dini dengan orang tua dan ahli lain
5. Aspek daya dukung lingkungan terhadap kegiatan bimbingan dan
konseling untuk anak usia dini
C. TUJUAN
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pentingnya manajemen program bimbingan dan konseling


Dalam suatu sistem pasti memiliki konsep pengaturan yang
tersusun agar dalam suatu sistem tersebut mudah dalam mencapai
tujuannya. Kemudian suatu sistem itu pasti terdapat bagian-bagian dari
sistem itu. Yang mana bagian tersebut akan masuk pada pengaturan
dari system tersebut. Sehingga diperoleh suatu pengaturan system
tersebut untuk mencapai target yang telah direncanakan.
Telah diketahui bahwa dalam kegiatan Bimbingan dan Konseling
terdapat berbagai macam pengaturan. Sehingga dalam kegiatan BK
pada sebuah suatu sekolah dapat terstruktur dan jelas
pelaksanaannya.
Hal tersebut dapat dilihat dengan jelas ketika kegiatan Bimbingan
dan Konseling dievaluasi, sehingga dapat dipelajari pada bagian
manakah yang perlu diperbaiki.1 Dan kemudian dapat dibuatkan
perencanaan yang lebih matang lagi agar dalam pelaksaan bimbingan
konseling lebih baik lagi
Untuk itu perlu mengetahui apa itu arti dari managemen itu sendiri.
Secara Bahasa arti kata managemen adalah mengatur dan mengelola.
Sedangkan arti kata bimbingan adalah petunjuk. Dan arti konselor
adalah bantuan konselor pada kliennya. Dalam konteks sekoah
konselor berarti bantuan guru BK terhadap peserta didiknya. Jadi,
dapat disimpulkan bahwa mangemen bimbingan konseling adalah
upaya mengelola bimbingan konseling dengan koordinasi sumber daya
manusia dalam sekolah tersebut, baik dari guru BK sekolah tersebut,
kepala sekolah, staf administrasi, jajaran guru dan juga para wali kelas.

1
Suryosubroto, B. (2006). Manajemen Hubungan Sekolah dengan Masyarakat: Buku
Pegangan Kuliah. Yogyakarta: FIP UNY.HAL. 46

4
5

bimbingan konseling tersebut mempunyai beberapa prinsip


didalamnya. Mari kita simak prinsip-prinsip bimbingan konseling berikut
ini :2
 Perencanaan (Planning).
 Pengorganisasian (Organizing).
 Penyusunan Personalia (Staffing).
 Pengarahan dan kepemimpinan (Leading)
 Pengawasan (Controlling)
B. Aspek ketenangan bimbingan dan konseling untuk anak usia dini
Dengan mempertimbangkan kondisi dan sistem yang berlaku
selama ini di taman kanak-kanak guru kelas dipandang sebagai
personel yang paling memungkinkan dalam melaksanakan layanan
bimbingan. Guru kelas adalah guru yang sehari-hari bertemu
dengan anak, karena kondisi seperti ini maka selama anak berada di
taman kanak-kanak gurulah yang lebih tahu tentang perkembangan
dan perubahan yang terjadi pada anak, selain dari itu guru pula yang
lebih dekat dengan anak.3 Oleh karena itu maka seorang guru taman
kanak-kanak perlu memiliki pemahaman yang tepat dan
keterampilan yang memadai dalam melaksanakan program
bimbingan di taman kanak-kanak Selain guru kepala taman kanak-
kanak juga memiliki peran dalam pelaksanaan bimbingan ditaman
kanak-kanak.Semua program pendidikan yang ada di lingkungan
taman kanak-kanak menjadi tanggung jawab penuh kepala taman
kanak- kanak
C. Prosedur (teknik) bimbingan dan konseling untuk anak usia dini
Teknik merupakan suatu cara, langkah, atau metode yang
digunakan untuk mencapai suatu tujuan. Bimbingan merupakan

2
Patmonodewo, S. (2005). Pendidikan Anak Prasekolah. Jakarta: PT. Rineka
Cipta.HAL. 275
3
Syaodih, Ernawulan. Dkk. (2010). Bimbingan Konseling untuk Anak Usia Dini. Jakarta:
HAL. 64
6

arahan, panduan, dan pengelolaan atau bisa juga disebut sebagai


bantuan. Sedangkan konseling merupakan hubungan tatap muka yang
bersifat rahasia, penuh dengan sikap penerimaan dan pemberian
kesempatan dari konselor kepada klie
Pendapat lain mengatakan bahwa konseling adalah upaya
membantu individu melalui proses interaksi yang bersifat pribadi
antara konselor dan konseli agar konseli mampu memahami diri
dan lingkungannya, mampu membuat keputusan dan menentukan
tujuan berdasarkan nilai yang diyakininya sehingga konseli merasa
bahagia dan efektif prilakunya. Dapat disimpulkan bahwa teknik
bimbingan dan konseling adalah cara atau metode yang dilakukan
untuk membantu mengarahkan atau memandu seseorang atau
sekelompok orang agar menyadari dan mengembangkan potensi-
potensi dirinya, serta mampu mengambil sebuah keputusan dan
menentukan tujuan hidupnya dengan cara berinteraksi atau bertatap
muka.4
Dalam hubungannya dengan anak usia dini, teknik bimbingan
konseling merupakan cara atau metode yang digunakan untuk
membantu anak agar dapat mengenal dirinya, kemampuannya,
sifatnya, kebiasaannya, dan kesenangannya, membantu anak untuk
mengembangkan potensinya, membantu untuk mengatasi kesulitan
yang dihadapi anak, serta menyiapkan mental dan sosial anak untuk
memasuki tingkat lembaga pendidikan selanjutnya. Pelaksanaan
layanan bimbingan dan konseling PAUD tidaklah sama seperti kita
melaksanakan bimbingan dan konseling disekolah – sekolah seperti
SMA dan SMP karena anak-anak usia dini sangat butuh perhatian
yang lebih dari anak–anak dewasa. Oleh karena itulah harus
memperhatikan teknik pendekatan yang digunakan. Secara umum
teknik yang digunakan untuk bimbingan dan konseling dalam

4
Sudrajat, Ahmad. (2008). Fungsi, Prinsip, dan Asas Bimbingan Konseling.1 Oktober
2012. HAL 187
7

mengatasi gangguan kecemasan sosial anak usia dini antara lain


sebagai berikut:
Teknik bimbingan konseling yang pertama, yang dapat digunakan
untuk melakukan pedekatan kepada anak yang memiliki kecemasan
sosial adalah aktif. Aktif dalam pengertian ini ialah anak diharapkan
mampu untuk selalu aktif dalam kegiatan bimbingan konseling ini.
Tidak hanya pada anak, pihak pembimbing atau konselor juga harus
aktif dalam kegiatan bimbingan konseling ini. Selain itu dalam kegiatan
bimbingan konseling ini harus diupayakan untuk menjadikan anak
berperan aktif di dalamnya, baik dalam mengambil keputusan,
mengungkapkan pendapat ataupun hal lainnya. Semua kegiatan
tersebut dilakukan dengan cara yang mengasyikkan yakni dengan
bermain.5 Berbeda dengan bimbingan konseling pada anak SD
ataupun SMP, bimbingan konseling pada anak usia dini dilakukan
dengan cara yang lebih mengasyikkan contohnya sambil bermain.
Kegiatan konseling yang dilakukan secara aktif bertujuan untuk
memberikan pemahaman yang dapat diterima oleh anak dengan baik,
terutama bagi anak yang mempunyai gangguan kecemasan sosial,
teknik aktif mejadi faktor yang sangat peting dalam melakukan
bimbingan konseling. Dalam kegiatan bimbingan konseling bagi anak
dengan gangguan kecemasan sosial, konselor dituntut untuk
menciptakan suasana yang menyenangkan, nyaman, dan menarik
bagi anak, karena anak dengan gangguan kecemasan sosial
cenderung pendiam. Konselor harus mampu menciptakan kegiatan
yang dapat menarik perhatian anak, contohnya dengan menanyakan
permainan apa yang anak sukai, sehingga apabila memungkinkan,
kegiatan bimbingan konseling dapat dilakukan dengan kegiatan
bermain yang anak sukai.

5
Coleman, M. (2013). Empowering Family-Teacher Partnership Building Connections
within Diverse Communities. Los Angeles: Sage Publication.hal. 66
8

Dengan kegiatan bimbingan konseling tersebut tentunya akan


menarik fokus dan minat anak, sehingga konselor dapat melakukan
pendekatan bimbingan konseling dengan tepat.
Teknik bimbingan konseling merupakan upaya atau cara atau
metode yang digunakan untuk membantu anak agar dapat mengenal
dirinya kemampuannya, sifatnya, kebiasaannya, dan kesenangannya
membantu anak untuk mengembangkan potensinya, membantu untuk
mengatasi kesulitan yang dihadapi anak, serta menyiapkan mental dan
sosial anak untuk memasuki tingkat lembaga pendidikan selanjutnya.
Dalam hal ini, implemtasi teknik bimbingan konseling juga dapat
dilakukan dalam mengatasi anak yang mengalami gangguan
kecemasan sosial.
Teknik- teknik bimbingan konseling yang dapat dilakukan untuk
mengatasi gangguan kecemasan sosial anak usia dini yaitu aktif,
kreatif, efektif dan menyenangkan. Dalam teknik aktif, konselor dituntut
untuk menghidupkan suasana kegiatan bimbingan konseling sehingga
anak juga dapat berperan aktif dalam kegiatan bimbingan konseling.
Yang kedua merupakan teknik kreatif, yaitu konselor dituntut
untuk membuat bimbingan konseling secara kreatif. Yang ketiga teknik
efektif, yaitu konselor harus mampu untuk melaksanakan kegiatan
bimbingan konseling secara efektif agar anak tidak merasa bosan
dengan kegiatan bimbingan konseling.6 Dan teknik yang terakhir yaitu
menyenangkan, konselor harus mampu untuk menghadirkan kegiatan
bimbingan konseling yang menyenangkan, karena dengan kegiatan
yang menyenangkan, konselor dapat melakukan pedekatan bimbingan
konseling dengan lebih efektif. Keempat teknik bimbingan konseling
tersebut saling berkaitan satu sama lain, terutama dalam mengatasi
gangguan kecemasan pada anak usia dini, konselor dituntut untuk
mampu menerapkan empat teknik bimbingan konseling tersebut,

6
Hatimah, I. (2016). Keterlibatan Keluarga Dalam Kegiatan Di Sekolah dalam Perspektif
Kemitraan. PEDAGOGIA.hal. 96
9

sehingga dapat mengatasi gangguan kecemasan sosial yang dialami


oleh anak.
Pelaksanaan layanan dan konseling di tk tidaklah sama seperti
kita melaksanakan bimbinang dan konseling disekolah-sekolah seperti
SMA dan SMP karena anak-anak usia tk masihlah sangat butuh
perhatian yang lebih dari anak-anak dewasa
Membahas tentang teknik pendekatan pada anak tk ada beberapa
teknik antara lain adalah sebagai berikut:7
1) Aktif
apa yang di maksud aktif disini adalah guru harus menciptakan
suasana sedemikian rupa sehingga anak aktif brtanya
mempertanyakkan dan menggemkakan gagasan. Belajar harus
merupakan suatu proses aktif dari anak dalam membangun
pengetahuannya, bukan hanya proses pasif yang hanya menerima
penjelasan dari guru tentang pengetahuan. Anak usia dini lebih cepat
lelah jika duduk diam di bandingkan kalaau sedang berlari melompat
atau sedang bersepeda.maka dengan belajar yang aktif motorik
halus dan motorik kasar mereka akan berkembang dengan
baik.melalui belajar aktif segala potensi anak dapat berkembang
secara optimal dan memberikan peluang anak untuk aktif berbuat
sesuatu sambil mempelajari berbagai pengetahuan dan semua iu
tidak pernah luput dari pengasan kita
2) Kreatif
kreatif artinya memiliki daya cipta memiliki kemampuan untuk
berkreasi. Peran aktif anak dalam proses pembelajaran akan
menghasilkan generasi yang mampu menghasilkan sesuatu untuk
kepentingan dirinya dan kepentingan orang lain.kreatif juga
dimaksudkan agar guru menciptakan kegiatan-kegiatan belajar yang
beragam sehingga memenuhi berbagai tingkat kemampuan anak

7
Norlena, I. (2013). Kerjasama Orang Tua dan Sekolah dalam Pembinaan Anak.
Tarbiyah Islamiyah, hal.39-60
10

3) Efektif
pembelajaran yang efektif terwujud karena pembelajaran yang
dilaksanakan dapat menumbuhkan daya kreatif bagi anak sehingga
dapat membekali anak dengan berbagai kemampuan setelah proses
pembelajaran berlangsung kemampuan yang diproleh anak tidak
hanya berupa pengetahuan yang besifat verbalisme.namun
diharapkan berupa kemampuan yang lebih bermakna artinya tidak
dapat mengembangkan berbagai potensi yang adadalam diri anak
sehingga menghasilkan kemampuan yang beragam. Belajar yang
efektif dapat dicapai dengan tindakan nyata (learning by doing) karna
bermain dan bereksplorasi dapat membangun perkembangan otak
berbahasa, bernalar dan bersosialisasi
4) Menyenangkan
perlu tecipta Susana pembelajaran yang menyenangkan
sehingga anak memusatkan perhatiannya secara penuh pada belajar
hingga waktu curah perhatiannya tinggi. Menurut hasil penelitian
tingginya perhataian anak terbukti dapat meningkatkan hasil
belajar.kondisi yang menyenangkan aman dan nyaman akan
mengaktifkan bagian neocortex (otak berpikir) dan mengoptimalkan
proses belajar dan meningkatkan kepercayaan diri anak. suasana
kelas yang kaku, penuh beban guru galak akan menurunkan fungsi
otak menuju batang otak dan anak tidak bias berfikir efektik,reatik
dan agresif
D. Kerja sama pendidikan anak usia dini dengan orang tua dan ahli
lain
Layanan bimbingan bagi anak taman kanak-kanak tidak dapat
dilakukan sendiri oleh guru kelas, tetapi perlu adanya dukungan dari
pihak lain. Guru di kelas hanya bertemu dengan anak didik umumnya
2-2,5 jam perhari, dengan jumlah anak yang cukup bervariasi.
Kebutuhan dan permasalahan yang dihadapi anak dalam satu kelas
juga beragam. Seperti yang diungkap pada bahasan sebelumnya,
11

bahwa permasalahan anak mungkin terkait dengan masalah


intelektual, sosial, emosi atau kondisi fisiknya. Dengan adanya
keterbatasan kemampuan dan waktu yang dimiliki guru taman kanak-
kanak maka guru membutuhkan kerjasama khususnya dengan orang
tua dan ahli lain seperti dokter anak atau psikolog.8
Orang tua adalah salah satu pihak yang berperan penting dalam
membantu guru menumbuhkembangkan anak, karena orang tua pada
dasarnya memiliki peran yang sangat penting bagi perkembangan
anak. Orang tua merupakan pendidik yang pertama dan utama bagi
anak-anaknya. Setelah anak pulang dari taman kanak-kanak, anak
akan kembali dalam lingkungan keluarga, karena orang tua lebih
banyak memiliki waktu dan kesempatan serta pemahaman yang lebih
terhadap perkembangan yang dialami anak, maka orang tua
selayaknya memberikan perhatian dan perlakuan yang sejalan dengan
perlakuan yang diberikan guru taman kanak-kanak.
Kerjasama yang dapat dijalin antara guru dan orang tua
diarahkan untuk bersama-sama membantu mengembangkan anak
agar dapat berkembang secara optimal. Langkah yang ditempuh
guru selama pembelajaran di taman kanak-kanak perlu diketahui
dan difahami oleh orang tua, termasuk masalah-masalah yang
mungkin dihadapi anak. Bila orang tua dapat memahami
perkembangan anak maka diharapkan orang tua dapat memberikan
perlakuan yang lebih tepat bagi anaknya di rumah.
Kerjasama juga perlu dijalin dengan dokter anak dan psikolog
karena para ahli ini memiliki kewenangan dalam menangani
berbagai masalah fisik dan psikologis anak. Guru di taman
kanak-kanak tidak disiapkan untuk mengatasi semua
permasalahan yang mungkin dihadapi anak, termasuk masalah fisik

8
Nurochim. (2013). Perencanaan Pembelajaran Ilmu-Ilmu Sosial . Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada.hal. 67-90
12

dan psikologis. Oleh karenanya guru memiliki keterbatasan tertentu


dan membutuhkan kerjasama dengan ahli lain.
Dokter anak adalah seseorang yang dipersiapkan untuk
membantu mengatasi berbagai problema yang dihadapi anak dan
membantu agar tumbuh kembang anak berjalan optimal.9 Melalui
kerjasama dengan dokter anak guru dapat meminta dokter untuk
melakukan pemeriksaan rutin terhadap perkembangan fisik anak,
membantu menyembuhkan penyakit yang diderita anak mendeteksi
kelainan fisik yang mungkin dialami anak memberikan penyuluhan
kesehatan anak bagi orang tua dan lain-lain.
Kerjasama dengan psikolog dapat dilakukan dengan
meminta psikolog menangani anak-anak yang mungkin memiliki
masalah psikologis tertentu, atau memberikan pemahaman yang lebih
luas tentang perkembangan anak baik untuk guru maupun orang tua
Kerjasama yang terjalin antara guru, orang tua dan ahli lain merupakan
langkah yang tepat dalam upaya membantu perkembangan anak.
Bentuk kerjasama antara orang tua dan guru dalam meningkatkn
hasil belajar peserta didik Kelompok Bermain. Adapun bentuk kegiatan
kerjasama yang diterapkan oleh Kelompok Bermain yaitu :10
a. Parenting education
Kegiatan parenting education adalah kegiatan edukasi yang
diselenggarakan oleh Kelompok Bermain Mambaul Ulum untuk
para orang tua peserta didik. Kegiatan ini dirancang untuk
membantu orang tua menciptakan lingkungan keluarga yang
mendukung pembelajaran anak-anak.
Selain itu pengetahuan orang tua tentang kesehatan, gizi,
keamanan penanaman akidah akhlak dan segala sesuatu yang
berkaitan dengan perkembangan anak dapat di perluas.
9
Sudjana, N. (2009). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja
Rosdakarya.hal. 34
10
Patmonodewo, S. (2005). Pendidikan Anak Prasekolah. Jakarta: PT.
Rineka Cipta.
13

Narasumber dalam kegiatan parenting education yaitu guru atau


tenaga ahli seperti dokter, psikiater, ustadz dan lainnya. Namun
orang tua tidak hanya dapat berperan sebagai penerima materi
tetapi juga bisa berperan sebagai narasumber berdasarkan keahlian
dan keterampilan yang mereka miliki.
Atau bisa juga orang tua dan guru dapat saling berbagi
pengalaman dan pengetahuan tentang anak bedasarkan
pengetahuan mereka masing-masing. Untuk materi parenting
education diberikan kepada orang tua dalam bentuk hardcopy
dan disampaikan langsung oleh narasumber. Dalam kegiatan
parenting education orang tua diberikan kesempatan untuk
bertanya, sharing, dan mendiskusikan permasalahan-permasalahan
yang dihadapi yang berkaitan dengan anak.
Adanya kegiatan parenting education ini orang tua bisa
lebih faham dan mengerti tentang bagaimana cara mengasuh dan
mendidik anak yang baik dan benar. Dengan begitu, orang tua
dapat menunjang dalam proses pembelajarn anak, orang tua
dapat menciptakan pembelajaran yang berkualitas untuk anak di
rumah
b. Komunikasi
Bentuk kerjasama yang kedua yaitu komunikasi. Kelompok
Bermain Mambaul Ulum melakukan dua jenis komunikasi dalam
menjalin kerjasama dengan orang tua yaitu komunikasi jenis formal
dan komunikasi jenis nonformal. Komunikasi jenis formal yaitu dalam
bentuk surat menyurat, buku penghubung, pertemuan wali dan
rapor.
Sedangkan komunikasi nonformal yaitu melalui grup whatsapp
kunjungan rumah sms telepon melalui papan pengumuman sekolah
dan ketika orang tua mengantar atau menjemput anaknya.
Komunikasi yang terbangun antara orang tua dan guru secara
teratur dapat menciptakan keharmonisan antar keduanya
14

sehingga pembelajaran anak bisa selaras antara di rumah dan di


sekolah. Pembelajaran yang selaras tersebut dapat menjadikan
anak lebih mudah memahami pelajaran yang didapat, memahami
aturan, mandiri, dan lebih tepantau.
c. Volunteer
Kegiatan volunteer ini dilakukn di kelas sebagai guru atau
pengajar maupun di luar kelas ketika sekolah menyelenggarakan
kegiatan. Orang tua yang berprofesi sebagai polisi, dokter, penjahit,
pedagang, guru, tentara, petani, dan teknisi diundang ke sekolah.
Mereka diminta untuk memperkenalkan tugas dan alat-alat yang
meraka gunakan di tempat kerja. Orang tua tidak hanya bisa
menjadi asisten kelas, tetapi juga asisten di luar kelas. Orang tua
siswa bisa membantu berbagai acara yang ada di sekolah seperti
menjadi panitia pada saat acara sekolah ikut memeriahkan acara
pentas seni, membantu memasak ketika hari raya qurban
maupun peringatan hari besar islam lainnya dan membantu
merias anak ketika ada acara karnaval maupun pentas seni.
d. Keterlibatan orang tua di rumah
Orang tua sisiwa Kelompok Bermain Mambaul Ulum terlibat
dalam pembelajaran anak ketika di rumah yaitu mengulang atau
memberikan pengayaan materi pada anak tentang apa yang telah
diberikan oleh guru ketika di sekolah. Orang tua dapat mengetahui
materinya dari buku penghubung dan juga bisa dari anak. Selain itu,
sekolah juga memfasilitasi dengan memberikan LKA, memberikan
tugas rumah seperti membantu orang tua bersih-bersih, memasak,
dan kegiatan lainnya yang dapat menjadikan kebiasaan baik bagi
anak, dan mengingatkan anak untuk selalu bercerita ke orang tua
tentang pembelajaran yang dia dapat di sekolah hari ini.
e. Kolaborasi dengan kelompok masyarakat
Kunjungan pembelajarn ke-kelompok masyarakt sekitar
dilakukan ke tempat peternakan sapi, peternakan ayam, peternakan
15

kambing, pabrik tempe, pertanian di sawah, penjahit, dan


pasar. Pada saat melakukan kunjungan ke kelompok masyarakat,
anak-anak belajar dan terjun secara langsung bagaimana cara
berternak, bagaimana merawat hewan ternak, bagaimana cara
mengolah tempe dan lain-lain. Kunjungan pembelajaran juga
dilakukan di lembaga pemerintahan seperti puskesmas, kantor
polisi, kantor pos, stasiun, pemadam kebakaran, dan bank. Selain
itu, agar hubungan dengan masyarakat sekitar tetap baik, sekolah
mengajak anak-anak untuk melakukan kegiatan bakti sosial,
bersosialisasi dengan masyarakat sekitar dan menghadiri undangan
kegiatan di masyarakat.11
1. Hambatan kerjasama antara orang tua dan guru di Kelompok
Bermain
Tidak mudah untuk menciptakan kerjasama antara orang tua
dan guru untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik di PAUD.
Ini semakin benar ketika orang tua murid dan guru memiliki
tujuan, harapan, dan minat mereka sendiri, yang terkadang
sangat berbeda. Ada banyak hambatan atau rintangan
untuk menyatukan harapan dan kepentingan ini (Suriansyah,
2014: 64).
Suriyansyah (2014: 64) menyatakan bahwa hambatan-
hambatan tersebut dapat bersumber dari perspektif guru atau
perspektif kepala sekolah sebagai pihak pelaksana hubungan
maupun bersumber dari pihak orang tua sebagai subjek yang
diajak untuk berkerjasama dalam berbagai kegiatan yang
diadakan oleh sekolah.
 Waktu
Waktu adalah hal utama yang menghambat kolaborasi
orangtua-guru dalam meningkatkan hasil belajar siswa.

11
Sudrajat, Ahmad. (2008). Fungsi, Prinsip, dan Asas Bimbingan Konseling.1 Oktober
2012. Hal. 97-103
16

Penghalang waktu ini dibagi dua, berkenaan dengan orang tua


dan guru. Batasan waktu dikenakan pada orang tua, yang
berarti orang tua merasa kesulitan untuk menentukan waktu
yang tepat untuk membesarkan anak-anak mereka. Waktu
menjadi hal yang sangat berharga bagi orang tua untuk
meneliti kebutuhan sehari-hari mereka.
Seperti yang dinyatakan orang tua siswa, mereka
kesulitan menghadiri majelis perwalian saat pekerjaan mereka
sedang berlangsung. Sejauh menyangkut guru, waktunya
dikaitkan dengan jadwal yang telah didefinisikan secara definitif
oleh sekolah. Ini membuatnya sangat sulit untuk menggunakan
waktu belajar untuk kegiatan bersama. Karena guru harus
mengejar tujuan kurikulum yang harus dicapai dalam periode
waktu tertentu.
2. Pandangan orang tua tentang guru
Berdasarkan hasil penelitian kebanyakan orang tua
peserta didik Kelompok Bermain berpandangan bahwa
guru adalah seorang ahli (expert) sehingga guru
memiliki kemampuan untuk mengatasi segala masalah yang
sudah ada sangat kuat. Selain itu, orang tua beranggapan
bahwa guru sebagai pihak yang memiliki kemampuan untuk
membentuk anak-anak mereka.
Hal tersebut membuat orang tua sering menyerahkan
keberhasilan pendidikan anak sepenuhnya kepada guru, serta
membuat mereka tidak begitu mengurusi program yang terjadi
di sekolah.
3. Rasa percaya diri orang tua masih rendah
Orang tua peserta didik Kelompok Bermain Mambaul
Ulum masih kurang percaya diri ketika dimintai bantuan oleh
guru untuk bisa terlibat langsung dalam pembelajaran anaknya.
Contohnya ketika orang tua diminta mendemonstrasikan cara
17

pembuatan makanan tradisional pada saat acara cooking class


mereka masih malu-malu.
4. Masih terbatasnya kemampuan dan pemahaman guru dan
orang tua tentang kerjasama
Faktor yang terakhir yang menjadi penghambat dalam
menjalin kerjasama antara guru dan orang tua dalam
meningkatkan hasil belajar peserta didik yaitu masih Masih
terbatasnya pengetahuan guru dan orang tua tentang manfaat
dari kerjasama dan cara menjalin kerjasama yang baik.
Dimana guru terkadang masih kebingungan dalam
menentukan program-program atau kegiatan-kegiatan yang
cocok untuk bisa melibatkan orang tua dalam proses
pembelajaran anak. Begitupun dengan orang tua yang
masih belum memahami betul tentang kerjasama dengan
guru dalam meningkatkan hasil
Dari urian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa
hambatan yang dialami dalam menjalin kerjasama antara orang
tua dan guru dalam meningkatkan hasil belajar peserta didik
disebabkan oleh dua faktor yaitu faktor internal (dari guru atau
piahk sekolah) dan faktor eksternal (dari orang tua). Hambatan-
hambatan tersebut muncul dikarenkan oleh beberapa faktor
yaitu status ekonomi, status sosial serta tingkat pendidikan
orang tua dan juga guru.
2. Upaya sekolah untuk mengatasi hambatan-hambatan
yang terjadi dalam kerjasama anatara guru dan orang tua
dalam meningkatkan hasil belajar peserta didik
Kerjasama antara guru dan orang tua memang memiliki
hubungan yang posiitif untuk meningkatkn hasil belajar peserta
didik. Untuk membangun hubungan kerja sama yang baik
dengan orang tua, sekolah harus berupaya mengatasi hambatan
18

yang ada. Berikut upaya yang dilakukan oleh Kelompok


Bermain Mambaul Ulum dalam mengatasi hambatan yang ada.
Memberikan pemahaman kepada guru dan orang tua terkait
kerjasama antara guru dan orang tua Kegiatan menjalin
kerjasama antara orang tua peserta didik dan guru
memang sangat bermanfaat. Supaya hal itu dapat berjalan
lancar maka kedua pihak harus memahami manfaat atau
keuntungan dengan adanya kerjasama dalam meningkatkann
hasil belajar peserta didik. Adapun cara yang bisa dilakukan
yaitu dengan menjelaskan maksud dan manfaat dari kegiatan
tersebut dengan dikemas dalam bentuk diskusi. Dengan
adanya kegiatan tersebut maka akan menambah wawasan
guru dan orang tua. Guru lebih mudah dalam menentukan
program yang cocok dalam menjalin kerjasama dengan
orang tua. Dan orang tua faham tentang pentingnya terlibat
dalam pembelajaran anak. Dengan begitu orang tua pun tidak
lagi acuh tak acuh dengan program yang diadakan
sekolah.
Mengikutsertakan orang tua dalam perencanaan program
Dengan mengikutsertakan orang tua dalam pesercanaan
maka program yang dibentuk nantinya dapat terlaksana
dengan maksimal sesuai dengan yang diharapkan. Karena
orang tua terlibat langsung dalam penentuan waktu, tempat
ataupun biaya kegiatan. Dengan begitu orang tua
mengetahuinya dan dapat disesuaikan dengan kemampuan
orang tua (waktu, biaya, dll).
Metode yang tepat dan sesuai untuk berkomunikasi dengan
orang tua
Sekolah mengkomunikasikan dengan orang tua secara
teratur tentang program-program dan kegiatan-kegiatan yang
ada di sekolah. sehingga orang tua mengetahui program dan
19

kegiatan yang ada di sekolah. Selain itu, dengan metode


komunikasi yang tepat maka akan bisa menmbulkan iklim yang
nyaman dan kebijakan yang terbuka untuk orang tua. Hal
tersebut dapat membuat orang tua lebih terbuka dengan pihak
sekolah terlebih lagi pada guru. Orang tua nyaman ketika ingin
bertanya-tanya mengenai kegiatan sekolah maupun
perkembangan anaknya. Selain itu, orang tua lebih percaya diri
lagi untuk bisa terlibat dalam pembelajaran anaknya
Bentuk-bentuk kerjasama antara orang tua dan guru di
Kelompok Bermain yang telah diuraikan diatas mengacu pada
pendapat Epstein (dalam Coleman, 2013: 25-27) bahwa ada
enam bentuk kerjasama antara orang tua dan guru yaitu
parenting education, komunikasi, volunteer, keterlibatan orang
tua pada pembelajaran anak di rumah, pengembilan keputusan
dan kolaborasi dengan kelompok masyarakat.
Karena pada dasarnya pemilihan bentuk-bentuk
kerjasama tersebut menyesuaikan latar belakang guru, orang
tua dan masyarakat sekitar. Meski dirasa cocok namun
ada saja kendala yang dihadapi dalam penerapannya. Status
ekonomi, status sosial dan juga tingkat pendidikan memang
sangat mempengaruhi dalam terlaksanakannya kerjasama
tersebut. Sebagaimana telah terpapar diatas bahwa hambata-
hambatan itu muncul dari dalam (pihak sekolah atau guru) dan
juga dari luar (pihak orang tua peserta didik). Namun, pihak
sekolah sangat sigap dalam mengatasi hamabatn-hambatan
yang ada. Upaya-upaya pun dilakukan oleh pihak sekolah agar
kerjasama antara orang tua dan guru tetap dapat berlangsung.
E. Aspek daya dukung lingkungan terhadap kegiatan bimbingan dan
konseling untuk anak usia dini
Layanan bimbingan merupakan subsistem yang terpadu
dalam sistem pendidikan khususnya pendidikan taman kanak-
20

kanak. Bimbingan hanya akan berjalan dengan baik jika


mendapat tempat yang layak di dalam sistem tersebut, sehingga
layanan bimbingan akan dirasakan memberikan sumbangan yang
berarti terhadap pencapaian tujuan pendidikan.
Guru bukanlah petugas bimbingan yang dapat bekerja sendiri
tanpa bantuan dan dukungan dari guru lain dan pimpinan, tetapi
keterlaksanaan layanan bimbingan dan tercapaian tujuan pendidikan
merupakan tugas bersama semua personel dalam suatu lembaga
pendidikan taman kanak-kanak. Oleh karena itu, daya dukung
lingkungan baik dukungan manajerial, sosial maupun sarana fisik
merupakan salah satu faktor penting dalam upaya peningkatan mutu
pelaksanaan bimbingan di taman kanak- kanak.12
1. Lakukanlah kunjungan terhadap salah satu taman kanak-kanak
yang ada di daerah Anda. Amati beberapa aktivitas layanan yang
dilakukan guru selama proses pembelajaran dan tanyakanlah
beberapa hal berikut ini :
a. Adakah program layanan bimbingan yang cukup terencana pada
taman kanak- kanak yang Anda kunjungi? Bila ada, fahamilah
program yang tersusun itu dengan baik, dan bila tidak ada
tanyakanlah mengapa program itu belum tersusun serta apa
hambatan-hambatannya.
b. Kerjasama apa saja yang telah dilakukan oleh taman kanak-
kanak yang Anda kunjungi bekerjasama dengan pihak mana
dan bagaimana bentuk kerjasamanya.
2. Berikanlah analisis terhadap aspek-aspek manajerial yang telah
Anda baca apakah aspek-aspek tersebut sudah cukup memberikan
pengaruh yang berarti bagi keterlaksanaan suatu layanan
bimbingan di taman kanak-kanak

12
Syaodih, Ernawulan. Dkk. (2010). Bimbingan Konseling untuk Anak Usia Dini. Jakarta:
hal. 666
21

3. Berikanlah pendapat Anda tentang aspek-aspek manajerial lain


selain dari apa yang sudah disampaikan dalam materi bab ini yang
sekiranya dapat memberikan pengaruh yang berarti bagi
pelaksanaan layanan bimbingan di taman kanak- kanak
22
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Pendidikan anak usia dini terutama TK, sejak zaman kolonial
hingga abad ini, sangat mementingkan pertumbuhan anak secara
normal dan sempurna. Kesempurnaan tersebut meliputi perkembangan
fisik motorik, sosio-emosional, kognitif, dan mental spiritual. Lembaga
pendidikan anak usia dini pada umumnya dan TK pada khususnya
bertanggung jawab penuh atas perkembangan semua aspek pada anak
didik tersebut.
PAUD memerlukan layanan bimbingan dan konseling untuk
mencapai suatu perkembangan optimal. Bimbingan dan konseling
diperuntukan bagi semua peserta didik,baik yang tidak bermasalah
maupun yang bermasalah. Bimbingan dan konseling yang akan
menghasilkan tercegahnya/terhindarnya peserta didik dari berbagai
permasalahan yang akan dapat mengganggu, menghambat ataupun
menimbulkan kesulitan-kesulitan dalam proses perkembangannya.
Segenap pelayanan/kegiatan BK didasarkan tidak boleh bertentangan
dengan nilai dan norma yang ada, yaitu nilai dan norma agama, sosial
dan peraturan, adat istiadat, ilmu pengetahuan, dan kebiasaan yang
berlaku.
B. SARAN

22
23

DAFTAR PUSTAKA

Sudrajat, Ahmad. (2008). Fungsi, Prinsip, dan Asas Bimbingan


Konseling.1 Oktober 2012
Syaodih, Ernawulan. Dkk. (2010). Bimbingan Konseling untuk Anak Usia
Dini. Jakarta: Kotak Pos 666
Arsyad, A. (2010). Media Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo
Persada.
Coleman, M. (2013). Empowering Family-Teacher Partnership Building
Connections within Diverse Communities. Los Angeles: Sage
Publication.
Grant, K. B. (2013). Home School, and Community
Collaboration. Los Angeles: sage Publication.
Hatimah, I. (2016). Keterlibatan Keluarga Dalam Kegiatan Di Sekolah
dalam Perspektif Kemitraan. PEDAGOGIA, 14(2).
Mardianto. (2012). Psikologi Pendidikan. Medan: Perdana Publishing.
Norlena, I. (2013). Kerjasama Orang Tua dan Sekolah dalam Pembinaan
Anak. Tarbiyah Islamiyah, 39-60.
Nurochim. (2013). Perencanaan Pembelajaran Ilmu-Ilmu Sosial .
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Patmonodewo, S. (2005). Pendidikan Anak Prasekolah. Jakarta:
PT. Rineka Cipta.
Riyanto, Y. (2007). Metodologi Penelitian Pendidikan Kualitatif dan
Kuantitatif. Surabaya: Unesa University Press.
Savas, Ahmet Cezmi. (2012). The Contribution of School- Family
Cooperation on Effective Classroom Management in Early Childhood
Education. Educational Sciences, v12 n4 p3099-3110
Slameto. (1995). Belajar dan Faktor- Faktor Yang
Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.
Sudjana, N. (2009). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
24

Sugiyono, P. D. (2011). Metode penelitian pendidikan . bandung:


alfabeta.
Suriansyah. (2014). Manajemen Hubungan Sekolah Dengan Masyarakat:
dalam Rangka Pemberdayaan Masyarakat. Jakarta: Rajawali Pers.
Suryabrata, Sumadi. (1990). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rajawali
Pres.
Suryosubroto, B. (2006). Manajemen Hubungan Sekolah dengan
Masyarakat: Buku Pegangan Kuliah. Yogyakarta: FIP UNY.
Winkel, W. S. 1998. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Gramedia
25

Das könnte Ihnen auch gefallen