Sie sind auf Seite 1von 12

Elementary : Jurnal Pendidikan Inklusi

Volume 5, Nomor 1, Tahun 2022 ISSN : 2580-9806


https://journal.unesa.ac.id/index.php/ji/issue/view/960

Peran GPK Pada Sistem Penyelenggaraan Pendidikan Inklusif di Sekolah Dasar

Helvi Rinanda Selviana


Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Surakarta
E-mail : a510200183@student.ums.ac.id

Yovita Anastasya Aprilia


Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Surakarta
E-mail : a510200189@student.ums.ac.id

Milati darmastuti
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Surakarta
E-mail : a510200201@student.ums.ac.id
Received: …/…/… Revised: …/…/… Accepted: …/…/…

DOI :

Phone Number (WA) : 085837097664, 085842506121, 082278710763

ABSTRACT
Education is a deliberate and planned action that strives to provide an engaging and innovative
learning environment throughout the learning process. The development of a student's skills and
interests might happen in the classroom. Indonesian education is extremely sophisticated at the
moment, especially with the help of technology advancements that substantially simplify thei
teachingi andi learningi process.i With technological advancements, it is much easier for teachers to
create engaging learning experiences for their pupils. Additionally, inclusive education for kids with
special needs is available in Indonesia (ABK). An inclusive education is one that gives ABK students
the same chances to receive a regular education that other kids do. The use of GPK in i thei teachingi
andi learning process is crucial in inclusive education. GPK is someone who helps students with
special needs physically, mentally, emotionally and intellectually.
Keywords: Education, inclusive education, ABK, the role of GPK
ABSTRAK
Pendidikani adalahi usahai sadari dani terencanai yangi bertujuani untuki menciptakani suasanai belajari
yangi aktifi dani kreatifi selamai proses pembelajaran. Pendidikan dapat menjadi wadah untuk
mengembangkan bakat dan minat peserta didik. Pendidikan di Indonesia saat ini sudah cukup maju,
apalagi dengan kemajuan teknologi yang sangat memudahkan dalam proses belajar mengajar. Dengan
kemajuan teknologi, sangat membantu guru untuk merancang proses pembelajaran agar siswa tidak
mudah bosan. Selain itu, di Indonesia juga terdapat pendidikan inklusi bagi anak i berkebutuhani
khususi (ABK).i Pendidikani inklusifi adalahi pendidikani yangi memberikani kesempatani kepadai
ABKi untuki mendapatkani pendidikani sepertii anaki normali padai umumnya.i Dalami pendidikani
inklusif,i perani GPKi sangati pentingi dalami proses belajar mengajar. GPK adalah seseorang yang
membantu siswa berkebutuhan khusus secara fisik, mental, emosional dan intelektual.
Kata Kunci : Pendidikan, pendidikan inklusif, ABK, peran GPK

PENDAHULUAN

Asal kata "pendidikan" mengacu pada proses perkembangan pribadi dalam diri
individu (Nafrin & Hudaidah, 2021:457). Menurut Bahri (2021:95), Pendidikan mencakup
semua upaya, pengaruh, perlindungan, dan bantuan yang diberikan kepada anak-anak. Dapat
dipahami bahwai pendidikani merupakani usahai sadari dani terencanai yangi bertujuani untuki
mewujudkani suasanai belajari dani dalami prosesi pembelajarani pesertai didiki berperani aktifi
untuki mengembangkani potensii dirii yangi dimiliki.i

Di indonesia sudah hampir seluruh anak-anak sudah mendapatkan pendidikan dengan


layak dan sudah terjamin mutunya. Dengan adanya pendidikan yang layak diharapkan
mampu menjadi wadah untuk mengembangkan bakat dan minat peserta didik baik dalam
akademis maupun non akademis.

Di indonesia juga terdapat pendidikan inklusif yang difokuskan pada anak-anak yang
memiliki kebutuhan kusus (ABK) baik secara fisik, mental, emosi maupun intelektualnya.
Anak-anak dengan kebutuhan luar biasa adalah ungkapan alternatif untuk “Anak Luar Biasa
(ALB)”, yang menunjukkan kelainan. Anak-anak berkebutuhan khusus semuanya berbeda
dengan karakteristiknya sendiri.
Dalam praktiknya, yang dimaksud dengan “anak berkebutuhan khusus” adalah anak
yang memiliki keterbatasan atau kekhususan, baik fisik, sosial, emosional, maupun mental-
intelektual, yang berdampak besar terhadap pertumbuhan dan perkembangannya
dibandingkan dengan anak lain yang seusia (Minsih et al., 2021:1254). Secara lugas, anaki
berkebutuhani khususi dapati dipahamii sebagaii anaki yangi membutuhkani pelayanani khususi
agari dapati melakukani aktivitasi sehari-harii dengani baiki (Nisai eti al.,i 2018:34).

Pendidikani inklusii adalahi suatui kebijakani pemerintahi dalami mengupayakani


pendidikani yangi bisai dinikmatii olehi setiapi wargai Negarai agari memperolehi pemerataani
pendidikani tanpai memandangi anaki berkebutuhani khususi maupuni anak-anaki padai
umumnyai agari bisai bersekolahi dani memperolehi pendidikani yangi layaki dani berkualitasi
untuki masai depani kehidupannyai (Darma,i I.i P.,i &i Rusyidi,i B.i 2015:225).i Dengani adanyai
pendidikani inklusifi inii diharapkani semuai anak-anaki yangi memilikii kebutuhani khususi
mendapatkani pendidikani yangi layaki dani dapati membantui pengembangani bakati dani minati
dimasai depan.

Di Indonesia, Pendidikan Inklusif merupakan bagian integral dari evolusi lanskap


pendidikan. Dalam pendidikan inklusif, anak berkebutuhan khusus ringan, sedang, atau berat
sepenuhnya dimasukkan dalam kelas yang sama dengan anak normal lainnya (Fernandes,
2018:120). Tujuan pendidikan inklusi adalah untuk menghilangkan kesenjangan antara anak-
anak yang berkembang normal dengan anak-anak dengan kebutuhan khusus. Selain itu,
pendidikan inklusif dimaksudkan untuk membantu gurui dani siswai merasai percayai dirii
dengani perbedaani dani melihatnyai lebihi sebagaii tantangani dani kesempatani untuki belajari
daripadai sebagaii masalah (Bahri, 2021:96).

Dalam melaksanakan pendidikan inklusif peran guru sangat berpengaruh pada saat
proses belajar mengajar berlangsung. Seseorang yang menekuni profesi mengajar disebut
guru. Guru adalah instruktur yang dibina dan disalin; karenanya, guru adalah panutan bagi
murid-muridnya (Yestiani & Zahwa, 2020:41).

Gurui pembimbingi kususi (GPK)i adalahi gurui yangi memilikii latari belakangi
pendidikani sekolahi luari biasai (SLB)i yangi dibekali dengan suatu tujuan tertentu agar
mampu mengembangkan minat dan bakat ABK (Sari, 2019). Guru pembimbing khusus
(GPK) ini sudah memiliki keahlian menangani anak yang memiliki kebutuhan kusus (ABK)
yang terdapat di sekolah-sekolah inklusif.
Dalam pendidikan inklusif peran GPK sangat sangat diperlukan untuk memberikan
layanan secara optimal bagi ABK, agar pada saat proses belajar mengajar mereka dapat
mengikuti dengan baik (Khiyarusoleh et al., 2020:239). Selain itu GPK juga berperan penting
dalam proses pengembangani bakati dani minati anaki berkebutuhani kusus (ABK) baik dalam
segi akademis maupun non akademis.

Olehi karenai itu,i seorangi GPKi harusi memilikii tigai kompetensii khususi selaini
berlatari belakangi pendidikani khusus/pendidikani luari biasai ataui telahi mengikutii pelatihani
pendidikani luari biasa.i Tigai keterampilani yangi terlibati adalah:i (a)i keterampilani umumi
merupakani kemampuani yangi diperlukani untuki memdidiki pesertai didiki padai umumnya,i
(b)i keterampilani dasari merupakani kemampuani yangi diperlukani untuki mendidiki ABK,i
dani (c)i keterampilani khususi merupakani kemampuani yangi diperlukani untuki memdidiki
ABKi jenisi tertentui (Mangansige & Wibowo, 2020).

METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan
kualitatif. Penelitian ini diharapkan dapat mengungkap berbagai informasi kualitatif melalui
analisis deskriptif yang cermat dan bermakna, yang tidak mengesampingkan informasi
numerik atau kuantitatif. Setiap individu dapat dilihat dari segi tren, pola pikir, kecacatan dan
tanda-tanda dan integrasi perilaku, sepertii dalami studii statusi genetik.i Penelitiani inii
merupakani studii kasusi yangi menemukani masalahi dani fokusi penelitian.i Subyeki penelitiani
inii adalahi Sekolahi Dasari Terpadui dii Kabupateni Sukoharjo.i

HASIL
Berdasarkan pedoman khusus yang dimiliki untuk Penyelenggaraan sekolah inklusi
yang dikeluarkan padai tahuni 2007i menyatakani bahwai tugasi darii Gurui Pendampingi
Khususi ialahi (1)i Melakukani penyususnani instrumeni asesmeni pendidikani yangi dilakukani
bersamai gurui kelasi dani jugai gurui matai pelajaran,i (2)i Membanguni sistemi koordinasii
antarai guru,i pihaki sekolah,i dani jugai tentunyai bersamai orangi tuai pesertai didik,i (3)i
Melakukani pendampingani padai anaki berkebutuhani khusus yang dilakukan bersamaan
dengan guru kelas atau guru mata pelajaran, (4) Memberikan i bantuani layanani khususi bagii
anak-anaki berkebutuhani khususi yangi mengalamii hambatani dalami mengikutii kegiatani
pembelajarani dii kelasi umum,i (5)i melakukani bimbingani secarai berkesinambungani dani
membuati catatani khususi kepadai anak-anaki yagi memilikii kebutuhani khususi selamai
mengikutii pembelajaran sehingga pada saat terjadi pergantin guru akan mudah memberikan
informasi kepada guru yang mengampu murid tersebut, (6) Memberikan bantuan dengan guru
kelas atau guru mata pelajaran agar mereka dapat memberikan pelayanan pendidikan kepada
anak-anak dengan kebutuhan khusus (Zakia, 2015).
Sekolah yang memiliki sistem inklusif, kurikulum pendidikan yang dilaksanakan
harus bersifat fleksibel sehingga bisa menyesuaikan dengan peserta didik sesuai dengan
kebutuhannya. Dalam sekolah inklusif juga akan memungkinkan untuk dilaksanakan
diferensiasi pembelajaran. Dengan pelaksanaan pedidikan yang tidak biasa dan tidak sama
dengan sekolah lain, peran dari Guru Pembimbing Khusus (GPK) menjadi sangat penting.
Guru Pembimbing Khusus memiliki peran untuk merealisasiikan pendidikan inklusif dengan
kebutuhan dan kurikulum yang fleksibel. Guru Pedamping Khusus memiliki peran untuk
membantu sekolah terutama guru mata pelajaran dan juga guru sekolah untuk melaksanakan
pembelajaran dengan kurikulum yang fleksibel dan juga pembelajaran yang diferensiasi
(Zakia, 2015). Oleh karena itu, apabila pada sekolah inklusi tidak memiliki Guru Pendamping
Khusus dapat menyebabkan suatu permasalahan untuk murid yang menjalankan pendidikan
di sekolah tersebut. Dari penjelasan diatas, maka dapat kita ketahui betapa pentingnya peran
dari Guru Pendamping Khusus (GPK) dalam pelaksanaan sekolah inklusif. Dengan adanya
Guru Pendamping Khusus di sekolah inklusif, maka pelaksanaan pendidikan inklusif akan
menjadi semakin terarah dan dapat menyesuaikan dengan kebutuhan anak didik di sekolah
tersebut.

PEMBAHASAN

Pendidikan merupakan salah satu usaha yang dilakukan untuk melakukan peningkatan
sumber saya manusia melalui pengajaran materi serta pemahaman yang diberikan oleh tenaga
pengajar (Fitri, 2021:1617). Pendidikani tidaki hanyai didapatkani darii pendidikani formali
saja,i namuni jugai dapati jugai didapatkani padai pendidikani nonformali (Bahri, 2021:95).
Pendidikani jugai merupakani haki yangi harusi didapatkani olehi keseluruhani masyarakat,i
tidaki terkecualii padai anaki berkebutuhani khusus.i
Anaki berkebutuhani khususi jugai perlui mendapatkani pendidikani yangi layaki sebagai
modal untuk mengejar cita-cita dan juga untuk mendapatkan ilmu yang dapat dimanfaatkan
pada kemudian hari. Anak berkebutuhan khusus sampai saat ini masih dipandang sebagai
anak yang harus diperhatikan secara lebuh dan juga harus dikasihani. Selain itu, anak
berkebutuhan khusus juga banyak dipandang sebelah mata sehingga sering kali dikucilkan
dan dianggap rendah (Khiyarusoleh et al., 2020:239). Pendidikan untuk anak berkebutuhan
khusus juga sangat susah dan tidak banyak pendidikan yang dapat menerima anak
berkebutuhan kusus. Oleh karena itu, untuk mengatasi hal tersebut, pemerintah memberikan
fasilitas pendidikan secara istimewa untuk anak dengan berkebutuhan khusus yaitu sekolah
inklusi.
Untuk memastikan bahwa kebutuhan setiap anak terpenuhi, program pendidikan
inklusif yang berpusat pada penyediaan layanan kepada anak-anak telah dilaksanakan. Tidak
hanya anak berkebutuhan khusus yang memenuhi syarat untuk berpartisipasi dalam program
pendidikan inklusi, tetapi juga semua anak. Hali inii disebabkani karenai padai dasarnyai setiapi
anaki memilikii kualitas,i individualitas,i dani keragamani yangi sudahi adai secarai organisi
dalami dirii anak. Semua tingkat pendidikan, terutama pendidikan anak usia dini, bertanggung
jawab untuk mendorong pengembangan kualitas ini pada setiap anak.
Sekolah Inklusi merupakan sekolah yang memberikan fasilitas pendidikan yang
diberikan untuk anak dengan kebutuhan khusus (ABK). Sekoalah ini memberikan fasilitas
yang sama kepada anak dengan kebuthan khusus dan juga kepada anak yang tidak
mempunyai kebutuhan khusus (Fernandes, 2018:120). Sekolah ini menyamaratakan
pembelajaran yang diberikan dan pendidikan yang diberikan juga akan serupa (Jariono et al.,
2021:38). Selain itu, menurut Depdiknas, Pendidikan Komprehensif memberikan pendidikan
dengani memberikani kesempatani untuki mengikutii pendidikani dani pembelajarani dii
lingkungani pendidikani dii manai siswai penyandangi disabilitasi dani potensii kecerdasani dani
bakati khusus dipelihara bersama. berikan kepada siswa lain.
Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nomor 70 Tahun 2009, 4.444 pemerintah
kabupaten/kota diwajibkan untuk mengangkat setidaknya satu sekolah dasar dan satu sekolah
menengah pertama untuk setiap kecamatan. Dan satuan sekolah menengah yang
menyelenggarakan pendidikan inklusif yang menjanjikan penerimaan siswa berkebutuhan
khusus. Disini dengan siswai berkebutuhani khususi i yaitui siswai tunanetra.i Tunarungu;i tunai
wicara;i keterbelakangani mental;i kelumpuhani anggotai badan;i tuna;i kesulitani belajar;i anaki
lambani belajar;i autisme;i gangguani gerak;i korbani penyalahgunaani zat,i obat-obatani
terlarang,i dani zati adiktifi lainnya.i Tidaki hanyai rintangani ganda.
Karena beragamnya jenis siswa yang bersekolah di sekolah umum, maka sekolah
harus dapat memantau semua siswa, termasuk anak berkebutuhan khusus. Lembaga yang
ingin mengelola atau menampung anak berkebutuhan khusus adalah proaktif sebagai warga
lembaga, dengan pengelolaan dan pengembangan pendidikan inklusi yang berkelanjutan
secara profesional yang bertujuan untuk mencapai tujuan pendidikan itu sendiri, Anda harus
menunjukkan komitmen yang kuat terhadap inklusi. (Sirojuddin, 2020:132).
Kehadiran sekolah di suatu daerah tidak cukup menjadi pembenaran untuk berdirinya
sekolah inklusi di lokasi tersebut. Sekolah inklusif mengambil tanggung jawab yang
signifikan untuk memastikan bahwa semua siswanya, termasuk mereka yang berkebutuhan
khusus, memiliki akses ke peluang pendidikan dan layanan dukungan berkualitas tinggi
(Wardah, 2019).
Dalam pendidikan inklusif, kualitas pendidikan dipengaruhi oleh beberapa faktor,
antara lain: B. Kurikulum, kualitas tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, keuangan,
manajemen, lingkungan, proses pembelajaran. Dalam proses pendidikan, pendidik
memegang peranan yang sangat penting dalam keberhasilan pendidikan. Keterbatasan yang
dimiliki oleh sekolah inklusi mengenai sarana dan prasarana dan juga tenaga pendidik
merupakan kendala yang harus diperhatikan. Minimnya pendidikan dan juga ketrampilan
yang dimiliki oleh guru pengajar menjadi pkendala utama dari pelaksanaan sekolah inklusi
ini. namun, disisi lain guru tersebut tetap memiliki peran yang sangat penting bagi
berjalannya sekolah inklusi. Hal tersebut dikarenakan dalam sekolah inklusi, guru lah yang
akan berhadapan langsung dengan murid (Rombot, 2017).
Sekolah yang menyelenggarakan pendidikan inklusif perlu diduking oleh tenaga
pendidik yang berkompeten (Mangansige & Wibowo, 2020:284). Salah satu tenaga khusus
yang harus dimiliki oleh sekolah inklusif yaitu Guru Pembimbing Khusus atau GPK.
Menurut Buku Pegangan Sekolah Komprehensif, Tenaga Kerja Pendidikan Luar
Biasa (GPK) adalah guru yang berlatar belakang pendidikan luar biasa atau pendidikan luar
biasa, atau bekerja di sekolah lengkap dengan pelatihan khusus atau ekstrakurikuler. Sebagai
Asisten Guru Khusus, Anda harus memiliki keterampilan yang paling penting: keterampilan
pendidikan, pribadi, profesional, dan sosial. Selain keempat keterampilan tersebut, sebagai
Guru Berkebutuhan Khusus, Anda juga harus memiliki keterampilan umum yang dibutuhkan
untuk mengajar siswa atau siswa reguler tanpa batasan. Keterampilan wajib adalah
keterampilan yang perlu dimiliki oleh guru berkebutuhan khusus dan dapat digunakan untuk
mengajar anak berkebutuhan khusus., kemampuan khusus yaitu ketrampilan yang harus
dimiliki untuk mendidik murid dengan kebutuhan khusus dengan jenis tertentu atau dengan
spesialis tertentu (Zakia, 2015).
Namun berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan sekolah inklusi dan
berbagai GPK, pelaksanaan pendidikan inklusi pada praktiknya tidak berjalan secara efektif
(Mangansige & Wibowo, 2020). Hal ini karena kurangnya sumber daya manusia (SDM),
khususnya GPK, di sekolah, yang menyebabkan keterlambatan dalam mengadopsi
pendidikan inklusi. Karena mereka adalah instruktur biasa yang diberi tugas GPK, maka
orang-orang yang dipilih untuk mengisi peran guru pembimbing khusus tidak perlu memiliki
riwayat pendidikan yang luar biasa mengesankan.
Seorang guru yang bekerja sebagai pendamping khusus di sekolah inklusi dan
membantu anak berkebutuhan khusus dalam memperoleh pembelajaran, keterampilan, dan
pelatihan yang memungkinkan mereka untuk mandiri melakukan pekerjaannya secara efektif
harus memiliki pemahaman tentang karakteristik anak berkebutuhan khusus yang mereka
bimbing (Berlinda & Naryoso, 2018). Pengetahuani merupakani salahi satui faktori yangi dapati
digunakani untuki menilaii kemampuani seseorangi dalami berkomunikasi.i Dalami hali ini,i
pengetahuani yangi dimaksudi adalahi keakrabani dengani informasii yangi disampaikan.i Gurui
pendampingi khususi yangi berkompeteni dii bidangnyai adalahi merekai yangi menguasaii
semuai aspeki settingi komunikasi,i termasuki berbagaii prosesi komunikasii yangi terjadii dii
settingi tersebut,i dani mengetahuii carai menyampaikani pesani secarai tepati kepadai siswanyai
sebagaii hasili darii keakrabani tersebut.

KESIMPULAN
Pendidikani merupakani salahi satui upayai peningkatani sumberi dayai manusiai melaluii
pembinaani bahani ajari dani pemahamani doseni dani staf.i Pendidikani dapati diperolehi tidaki
hanyai melaluii pendidikani formal,i tetapii jugai melaluii pendidikani informal.i Sementarai itu,i
negarai bagiani memilikii sekolahi inklusifi untuki anak-anaki usiai khusus.i Sekolahi yangi
menawarkani pendidikani inklusifi perlui didukungi olehi tenagai pendidiki ataui tenagai
profesionali yangi kompeten.
Guru Pembimbing Khusus memiliki peran untuk merealisasiikan pendidikan inklusif
dengan kebutuhan dan kurikulum yang fleksibel. Guru Pedamping Khusus memiliki peran
untuk membantu sekolahi terutamai gurui matai pelajarani dani jugai gurui sekolahi untuki
melaksanakani pembelajarani dengan kurikulum yang fleksibel dan juga pembelajaran yang
diferensiasi (Zakia, 2015). Oleh karena itu, apabila pada sekolah inklusi tidak memiliki Guru
Pendamping Khusus dapat menyebabkan suatu permasalahan untuk murid yang menjalankan
pendidikan di sekolah tersebut. Dari pembahasan di atas dapat kita lihat betapa pentingnya
peran Guru Pembantu Khusus (GPK) dalam penyelenggaraan sekolah inklusi. Adanya guru
pendamping khusus di sekolah inklusi memungkinkan penyelenggaraan pendidikan inklusi
lebih fokus dan disesuaikan dengan kebutuhan siswa sekolah tersebut.
UCAPAN TERIMAKASIH
Terimakasih kepada rekan rekan saya yang telah membantu menyusun jurnal tersebut dan
terimkasih kepada ibu dosen Minsih, Dr. S.Ag, M.Pd yang telah membantu meneliti jurnal
tersebut dan terimkasih kepada semua yang berpatisipasi dalam pembuatan jurnal tersebut

DAFTAR PUSTAKA

Bahri, S. (2021). Manajemen Pendidikan Inklusi di Sekolah Dasar. Edukatif : Jurnal Ilmu
Pendidikan, 4(1), 94–100. https://doi.org/10.31004/edukatif.v4i1.1754

Berlinda, L. M., & Naryoso, A. (2018). Kompetensi Komunikasi Guru Pendamping Khusus
di Sekolah Inklusi. Jurnal Interaksi Online, 6(4), 411–422.

Darma, I. P., & Rusyidi, B. (2015). Pelaksanaan sekolah inklusi di Indonesia. Prosiding
penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, 2(2).

Fernandes, R. (2018). Adaptasi Sekolah Terhadap Kebijakan Pendidikan Inklusif. Jurnal


Socius: Journal of Sociology Research and Education, 4(2), 119.
https://doi.org/10.24036/scs.v4i2.16

Fitri, S. F. N. (2021). Problematika Kualitas Pendidikan di Indonesia. Jurnal Pendidikan


Tambusai, 5(1), 1617–1620.

Hendriana, E. C., & Jacobus, A. (2017). Implementasi pendidikan karakter di sekolah melalui
keteladanan dan pembiasaan. JPDI (Jurnal Pendidikan Dasar Indonesia), 1(2), 25-29.

Jariono, G., Nurhidayat, Sudarmanto, E., Kurniawan, A. T., Triadi, C., & Anisa, M. N.
(2021). Pendampingan dan pelatihan Peran Guru Dalam Mengurangi Perilaku Hiperaktif
Anak Berkebutuhan Khusus Di SLB Negeri Sukoharjo. Panrannuangku Jurnal
Pengabdian Masyarakat, 1(1), 37–43. https://doi.org/10.35877/panrannuangku478

Kemendikbud. 2019. Kemendikbud Ajak Daetah Tingkatkan Pendidikan Inklusif.


https://www.kemdikbud.go.id/main/blog/2019/07/kemendikbud-ajak-daerah-
tingkatkan-pendidikan-inklusif diakses pada tanggal 29 Maret 2022

Khiyarusoleh, U., Anis, A., & Yusuf, R. I. (2020). Peran Orang Tua Dan Guru Pembimbing
Khusus dalam Menangani Kesulitan Belajar Bagi Anak Slow Learner. Jurnal Dinamika
Pendidikan, 13(3), 238–244. https://doi.org/10.33541/jdp.v12i3.1295

Mangansige, I., & Wibowo, D. H. (2020). Antara Tanggung Jawab dan Karir (Gambaran
Adversity Quotient pada Guru Pembimbing Khusus). Humanitas (Jurnal Psikologi),
4(3), 283–296. https://doi.org/10.28932/humanitas.v4i3.2876

Minsih, Nandang, J. S., & Kurniawan, W. (2021). Problematika Pembelajaran Online Bagi
Anak Berkebutuhan Khusus Di Sekolah Dasar Masa Pandemi Covid-19. Jurnal
Basicedu, 5(3), 2013–2015.

Nafrin, I. A., & Hudaidah, H. (2021). Perkembangan Pendidikan Indonesia di Masa Pandemi
Covid-19. Edukatif : Jurnal Ilmu Pendidikan, 3(2), 456–462.
https://doi.org/10.31004/edukatif.v3i2.324

Nisa, K., Mambela, S., & Badiah, L. I. (2018). Karakteristik Dan Kebutuhan Anak
Berkebutuhan Khusus. Jurnal Abadimas Adi Buana, 2(1), 33–40.
https://doi.org/10.36456/abadimas.v2.i1.a1632

Rahmaniar, F. A. (2016). Tugas Guru Pendamping Khusus (GPK) Dalam Memberikan


Pelayanan Pendidikan Siswa Berkebutuhan Khusus Di Sekolah Inklusif SD Negeri
Giwangan Yogyakarta. WIDIA ORTODIDAKTIKA, 5(12), 1252-1263.

Rombot, O. (2017). Pendidikan Inklusi. https://pgsd.binus.ac.id/2017/04/10/pendidikan-


inklusi/ diakses pada tanggal 29 Maret 2022

Sari, L. N. (2019). Peran Guru Pembimbing Khusus untuk Anak Berkebutuhan Khusus
(Down Syndrome) di MI Miftahul Ulum Plosorejo Kademangan Blitar.

Setianingsih, Eka Sari., dan Ikha Listyarini. 2019. Implementasi Pelaksanaan Pendidikan
Inklusi di SD Bina Harapan Semarang. Jurnal Taman Cendekia. Vol. 03 No.01.
Semarang: Universitas PGRI

Sirojuddin, A. (2020). Optimalisasi Manajemen Sekolah Dalam Menerapkan Pendidikan


Inklusi di Sekolah Dasar. Jurnal Manajemen Pendidikan Islam E-ISSN: On Process,
1(2), 131–139.

Wardah, E. Y. (2019). PERANAN GURU PEMBIMBING KHUSUS LULUSAN NON-


PENDIDIKAN LUAR BIASA (PLB) TERHADAP PELAYANAN ANAK
BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SEKOLAH INKLUSI KABUPATEN LUMAJANG.
JPI (Jurnal Pendidikan Inklusi), 2(2), 93. https://doi.org/10.26740/inklusi.v2n2.p93-108

Wijayantim A.A.A.S. Dewi, dkk. (2015). Implementasi Penyelenggaraan Pendidikan


Inklusif bagi Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) Dalam Lingkup Sekolah Inklusi (Studi
Kasus: SD No. 11 Jimbaran). Universitas Udayana

Yestiani, D. K., & Zahwa, N. (2020). Peran Guru dalam Pembelajaran pada Siswa Sekolah
Dasar. Fondatia, 4(1), 41–47. https://doi.org/10.36088/fondatia.v4i1.515

Yusuf, Munawir. 2014. Manajemen Sekolah Berbasis Pendidikan Inklusif. Solo: Tiga
Serangkai.
SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertandatangan di bawah ini:

Nama :
Nomor Induk Kependudukan (NIK) :
Instansi :

Menyatakan bahwa naskah karya tulis atau naskah jurnal terlampir yang saya
kirimkan dalam rangka mengikuti Penulisan Elementary: Jurnal Pendidikan
Inklusi, Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas
Muhammadiyah Surakarta dengan judul :

Peran GPK Pada Sistem Penyelenggaraan Pendidikan Inklusif di Sekolah Dasar

merupakan naskah asli, hasil pemikiran sendiri, bukan saduran atau


terjemahan, belum pernah dikirirnkan ke jurnal atau media penerbitan apapun,
belum pernah dipublikasikan dalam bentuk apapun ataupun diikutsertakan pada
kegiatan publikasi lainnya. Apabila dikemudian hari ternyata saya terbukti
melanggar point ini maka saya siap di blacklist dan diumumkan di forum
jurnal nasional.

Selain hal tersebut, saya rnenyerahkan hak milik atas karya tulis tersebut kepada
Pengelola Elementary: Jurnal Pendidikan Inklusi, oleh karenanya Pengelola
tersebut berhak melakukan editing ataupun mempublikasikannya.

Kemudian saya siap membayar biaya pemrosesan artikel setelah naskah saya
dinyatakan diterima dan segera melakukan proses pembayarannya sebelum
artikel dipublikasikan sesuai dengan informasi yang tercantum di
https://journal.unesa.ac.id/index.php/ji/issue/view/960

Demikian pernyataan ini saya tanda tangani untuk dapat dipergunakan


seperlunya.
………………, …………… 2022
Penulis

Nama Lengkap

Das könnte Ihnen auch gefallen