Sie sind auf Seite 1von 5

ANGGOTA KELOMPOK:

1. AHMAD ZENUDIN (E4R12310122)


2. GITA ZUHRIA SYA’BANI (E4R12310125)
3. M. AGUNG ALGHIFAARI (E4R12310132)
4. NOVI AYU BALISA (E4R12310134)
5. TITIS RIZKI MARDIANTI (E4R12310138)

1. Kasus I
Bayangkan jika Anda adalah seorang guru matematika di kelas VII. Saat ini Anda
hendak menyampaikan materi mengenai matematika sosial yakni mencari nilai
rata-rata (mean). Untuk memudahkan peserta didik dalam memahami
pembelajaran, Anda mencoba untuk membuat urutan atau langkah-langkah yang
perlu diikuti oleh peserta didik agar dapat mencari nilai rata- rata pada sebuah soal.
Anda meminta kepada peserta didik untuk mengerjakan soal yang Anda berikan.
Hasilnya, peserta didik mampu mengerjakan dengan benar, sesuai dengan langkah
yang telah Anda siapkan. Beberapa saat kemudian, Anda meminta kepada peserta
didik untuk mengulangi soal yang sama tanpa melihat urutan pengerjaan soal, dan
peserta didik mampu mengerjakannya dengan benar.
 Menurut Anda, apa yang membuat peserta didik mampu mengerjakan soal
dengan baik pada percobaan kedua (tanpa melihat urutan/langkah pengerjaan
soal)?
 Sebagai seorang calon guru, dalam kegiatan belajar yang seperti apa metode di
atas dapat diterapkan? Elaborasi jawaban Anda dengan menyertakan teori yang
berkaitan.
1. Pada kasus tersebut guru menggunakan teknik scaffolding atau pemberian
sejumlah bantuan kepada peserta didik pada tahap awal pembelajaran, kemudian
mengurangi bantuan dan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
mengerjakan secara mandiri tanpa bantuan. Pada kasus di atas peserta didik
mampu mengeriakan soal dengan baik pada percobaan kedua tanpa melihat urutan
yaitu karena peserta didik telah memhami konsep dasar cara mencari nilai rata-rata
(mean) dengan baik melalui bimbingan dari guru pada awal pembelajaran yaitu
dengan membuat langkah-langkah mencari nilai rata-rata, sehingga mereka dapat
menerapkan konsep tersebut dalam mengerjakan soal matematika pada percobaan
kedua secara mandiri. Hal ini sejalan dengan teori konstruktivisme sosial Vygotsky
yang berbunyi “What the child can do in cooperation today he can do alone
tomorrow” yang artinya “apa yang dilakukan atau dipelajari anak hari ini dengan
bekerja sama (kelompok) dapat diakukannnya secara mandiri pada masa yang akan
datang” (Suci, 2018).
2. Metode di atas dapat diterapkan pada pembelajaran yang memungkinkan peserta
didik untuk berkolaborasi dengan teman sebaya dalam kelompok-kelompok kecil.
Salah satu pembelajaran yang memungkinkan terciptanya iklim kelas yang
interaktif dan kolaboratif yang dapat diterapkan guru yaitu pembelajaran
kooperatif. Pembelajaran kooperatif memungkinkan peserta didik untuk
berinteraksi dengan teman sebaya yang lebih berkompeten melalui arahan dan
bimbingan dari guru. Iklim kelas dalam pembelajaran kooperatif dapat
memfasilitasi siswa dalam membangun kualitas berpikir serta membangun kultur
sosialnya dalam pembelajaran berkelompok. Kemampuan berkomunikasi dan
berinteraksi peserta didik dengan lingkungan sosial merupakan aktivitas bermakna
yang dapat mengkonstruksi beragam pengetahuan (Suci, 2018).
Sebagai seorang calon guru, penting untuk memahami berbagai metode
pembelajaran yang dapat diterapkan dalam kegiatan belajar. Salah satu metode
yang populer adalah pembelajaran kooperatif, di mana siswa bekerja sama dalam
kelompok untuk mencapai tujuan belajar bersama. Metode ini dapat membantu
meningkatkan keterampilan sosial dan kerja sama siswa, serta mengurangi
persaingan yang tidak sehat di antara mereka itu, terdapat juga metode
pembelajaran berbasis masalah, di mana siswa diberikan masalah atau tantangan
yang harus dipecahkan dengan menggunakan pengetahuan dan keterampilan yang
telah dipelajari. Metode ini dapat membantu meningkatkan kemampuan
pemecahan masalah dan kreativitas siswa, serta memperkuat hubungan antara teori
dan praktik dalam pembelajaran teori Belajar
Teori konstruktivisme adalah salah satu teori belajar yang menekankan pada peran
aktif siswa dalam membangun pengetahuannya sendiri melalui pengalaman dan
refleksi. Dalam konteks pembelajaran, guru dapat menerapkan metode-metode
seperti diskusi kelompok atau proyek kolaboratif untuk membantu siswa
membangun pemahaman mereka endiri tentang materi pelajaran itu, teori
behaviorisme menekankan pada peran lingkungan eksternal dalam membentuk
perilaku individu. Dalam konteks pembelajaran, guru dapat menerapkan sistem
reward dan punishment untuk memperkuat perilaku positif dan mengurangi
perilaku negatif siswa. Namun, kritik terhadap teori ini adalah bahwa ia tidak
mempertimbangkan faktor internal seperti motivasi dan minat
Namun, tidak selalu mudah untuk menerapkan metode pembelajaran ini dalam
praktik mengajar kita. Ada banyak tantangan yang mungkin dihadapi, seperti
kurangnya dukungan dari pihak sekolah atau kurangnya keterampilan teknologi.
Namun, dengan solusi yang tepat, seperti mencari dukungan dari rekan guru atau
mengikuti pelatihan teknologi, kita dapat mengatasi tantangan ini dan berhasil
menerapkan metode.
Kasus II
Rina adalah seorang guru di kelas 1 SD. Sebagian besar peserta didiknya belum bisa berhitung
dengan lancar. Rina sedang memikirkan cara yang sesuai untuk membantu setiap peserta didik
menyelesaikan tantang belajarnya.

 Menurut Anda, apa yang dapat Rina lakukan untuk membantu peserta didiknya
sesuai dengan tahapan perkembangan usia?

Usia 7-12 tahun adalah usia anak sekolah. Akan tetapi, menurut Jean Piaget usia 7
tahun adalah usia dimana anak belum sepenuhnya sanggup untuk menggunakan
logika, mengubah, menggabungkan, atau memisahkan ide atau pikiran. Sehingga
anak-anak di rentang usia tersebut baru bisa menerapkan logika pada objek fisik.
Rani bisa menciptakan pembelajaran dengan menerapkan logika pada objek fisik
agar bisa menstimulus kemampuan anak dalam berfikir. Salah satu cara yang
disarankan adalah melalui permainan yang berkaitan dengan hitung-menghitung
antara lain permainan congklak, menghitung dan mengelompokkan bola sesuai
warna, dan masih banyak lagi permainan-permainan edukatif lainnya yang bisa
digunakan Rina untuk menstimulus kemampuan anak dalam berfikir. Permainan
tersebut sebaikanya dilakukan secara berkelanjutan dan berulang namun dengan
variasi yang berbeda.

 Mengapa Anda menyarankan hal tersebut? Elaborasi jawaban Anda dengan


menyertakan teori yang berkaitan.

Kegiatan pembelajaran yang kami sarankan diatas sangat erat kaitannya dengan
Teori Belajar Konstruktivisme. Dengan menyediakan benda-benda disekitar serta
beberapa permainan yang berhubungan dengan hitung-menghitung secara tidak
langsung siswa dihadapkan dengan situasi nyata yang ada dilingkungan sekitarnya.
Sehingga tercipta pengalaman baru yang bisa digunakan untuk memecahkan
masalah yang dihadapinya.

Kasus III

Made adalah seorang guru yang mengajar di salah satu sekolah negeri wilayah Bali. Ia
mengampu mata pelajaran bahasa Indonesia. Ia hendak mengajarkan materi teks deskripsi pada
peserta didiknya. Pada buku cetak yang menjadi panduannya saat mengajar, terdapat beberapa
contoh teks deskripsi menceritakan tentang bangunan-bangunan pencakar langit yang ada di Ibu
Kota. Dengan memperhatikan latar belakang setiap peserta didiknya, Made pun mencoba untuk
memberikan contoh berbeda. Ia memberikan contoh teks deskripsi tentang pantai dan makanan
khas di Bali.

1. Menurut Anda, apakah pertimbangan dan keputusan Made sudah sesuai? Mengapa
demikian?
Menurut saya pertimbangan dan keputusan Made sudah sangat tepat, karena
Made memberikan contoh teks deskripsi mengenai sesuatu yang sangat dekat dengan
kehidupan peserta didiknya. Made memberikan contoh teks deskripsi tentang pantai dan
makanan khas di Bali karena identitas Bali tidak lepas dari pantai dan juga makanan
khasnya. Hal tersebut dapat memudahkan peserta didik lebih memahami materi yang
diajarkan Made. Berbeda halnya apabila Made tidak memberikan contoh yang berbeda
kepada peserta didiknya, mereka akan kesulitan memahami materi teks deskripsi
karena contoh yang disajikan tentang bangunan-bangunan pencakar langit yang ada
di Ibu Kota. Hal tersebut dikarenakan peserta didik tidak terbiasa atau jarang mengamati
contoh yang disajikan.
2. Prinsip apa yang Made gunakan dalam kasus tersebut? Elaborasi jawaban Anda dengan
menyertakan teori yang berkaitan.
Made menggunakan prinsip pembelajaran yang tanggap budaya (Culturally
Responsive Teaching). Dimana pembelajaran tersebut dapat memperkokoh identitas
budayanya. Peserta didik tidak hanya mencapai kesuksesan akademisna, tetapi juga
mampu mengembangkan dan memiliki kompetensi budaya sehingga peserta didik
mampu memiliki kesadaran kritis dan dapat berpartisipasi dalam merombak tatanan
social yang tidak adil.

3. Menurut Anda, apakah pertimbangan dan keputusan Made sudah sesuai? Mengapa
demikian?
Saya berpendapat bahwa pertimbangan dan Keputusan yang di ambil oleh Made sudah
sangat tepat. Hal ini dikarenakan made memberikan contoh teks deskripsi yang sangat
relevan dengan kehidupan sehari-hari peserta didiknya. Made memilih untuk memberikan
contoh teks deskripsi tentang Pantai dan makanan khas di Bali, yang merupakan bagian
integral dari identitas Bali. Keputusan ini dapat membantu peserta didik untuk lebih
mudah memahami materi yang diajarkan oleh Made.
4. Prinsip apa yang Made gunakan dalam kasus tersebut? Elaborasi jawaban Anda dengan
menyertakan teori yang berkaitan.
Prinsip yang digunakan yaitu penerapan pembelajaran yang relevan. Jika dikaitkan
dengan teori belajar maka hal tersebut berkaitan dengan teori belajar kontuktivisme.

Das könnte Ihnen auch gefallen