Sie sind auf Seite 1von 10

DWIJA CENDEKIA: Jurnal Riset Pedagogik xx (x) (20xx) x-x

DWIJA CENDEKIA
Jurnal Riset Pedagogik
https://jurnal.uns.ac.id/jdc

Penerapan Metode Polya Untuk Meningkatkan Kemampuan Menyelesaikan


Masalah Soal Cerita Perbandingan dan skala

Nurul Istiqomah

SDN 5 Sidoharjo, Universitas Sebelas Maret


nurulistiqomahh@gmail.com

Sejarah Artikel
diterima xx/xx/xxx disetujui xx/xx/xxx diterbitkan xx/xx/xxx

Abstract
Ditulis dalam Bahasa Inggris dan Indonesia, 100-150 kata, font Arial 10pt, spasi 1.
Abstrak menguraikan latar belakang, tujuan, metode penelitian (jika penelitian), hasil
kajian atau penelitian, dan simpulan.
Keywords: Kata kunci 3-5 kata dengan tanda pisah koma (,) [10pt]

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan menyelesaikan masalah soal
cerita perbandingan dan skala melalui penerapan metode Polya pada siswa kelas V SD Negeri
5 Sidoharjo tahun pelajaran 2019/2020. Bentuk Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas
yang terdiri dari dua siklus, tiap siklus terdiri dari perencanaan, pelaksanaan tindakan,
observasi, dan refleksi. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V yang berjumlah 15 siswa.
Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara, observasi, dokumentasi, dan tes. Teknik
analisis data menggunakan analisis metode interaktif yang terdiri dari empat komponen, yaitu
pengumpulan data, reduksi data, sajian data, dan penarikan kesimpulan. Simpulan penelitian ini
adalah penerapan metode Polya untuk meningkatkan kemampuan menyelesaikan masalah soal
cerita perbandingan dan skala pada siswa kelas V SD Negeri 5 Sidoharjo tahun pelajaran
2019/2020.

Kata kunci : metode polya, menyelesaikan soal cerita, perbandingan dan skala

e-ISSN 2581-1835 p-ISSN 2581-1843

This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0


International License.
PENDAHULUAN

Sebagian besar siswa pasti Salah satu langkah pemecahan


menanggap matematika merupakan masalah mengenai anggapan
pelajaran yang paling sulit matematika sebagai pelajaran sulit
dibandingkan pelajaran lain. Padahal dapat menggunakan langkah
sebenarnya, matematika tidak sesulit pemecahan masalah dengan
yang dibayangkan. Matematika selalu menerapkan metode Polya. Tim
ditemui dalam kehidupan sehari-hari. MKPBM menyatakan, “Langkah-
Selain itu, pelajaran matematika langkah dalam pembelajaran
sangat penting terutama untuk pemecahan masalah menurut Polya
menanamkan proses berpikir logis, ada 4, yaitu: (1) memahami masalah,
analitis, sistimatis, kritis, dan kreatif. (2) menentukan rencana strategi
Menurut Suherman, pemecahan masalah, (3)
“Matematika kedudukannya sebagai menyelesaikan strategi penyelesaian
ratunya ilmu pengetahuan dan masalah, dan (4) memeriksa kembali
sebagai suatu ilmu yang berfungsi jawaban yang diperoleh” (2001: 84).
untuk melayani ilmu pengetahuan. Hal tersebut menunjukkan bahwa
Maka matematika tumbuh dan metode Polya menerapkan langkah-
berkembang untuk dirinya sendiri langkah pemecahan masalah yang
sebagai suatu ilmu, juga untuk tersusun runtut. Langkah pemecahan
melayani kebutuhan ilmu yang runtut sangat dibutuhkan dalam
pengetahuan dalam pengembangan membimbing siswa sekolah dasar
dan oprasionalnya. (2001:29). Dengan untuk menyelesaikan permasalahan
demikian, permasalahan mengenai dalam pembelajaran matematika.
anggapan matematika sebagai Langkah pertama dalam
pelajaran sulit harus dipecahkan. metode Polya adalah memahami
Ahmadi (dalam Aisyah, 2007: masalah. Artinya, siswa harus mampu
6) menyatakan “Masalah yang memahami permasalahan yang ada
dihadapi dalam pembelajaran dalam soal matematika. Langkah
matematika biasanya dinyatakan kedua adalah menentukan rencana
dalam bentuk soal cerita, baik tertulis strategi pemecahan masalah. Pada
ataupun lisan. Soal cerita lebih sulit langkah kedua ini, siswa perlu lebih
dipecahkan daripada soal-soal yang dibimbing untuk menemukan rencana
melibatkan bilangan-bilangan.” pemecahan masalah. Pembimbingan
Sejalan dengan Ahmadi, Nafi’an pun dapat dilakukan dengan pemberian
menjelaskan bahwa berdasarkan stimulus untuk membantu proses
keadaan di lapangan, masalah yang berpikir siswa. Setelah siswa
sering dirasakan sulit oleh siswa menemukan rencana pemecahan
dalam pembelajaran matematika masalah, langkah ketiga adalah
adalah menyelesaikan soal cerita menyelesaikan strategi penyelesaian
(2011:571). Maka diperlukan inovasi masalah. Artinya, siswa diminta untuk
dalam pembelajaran matematika menyelesaikan masalah
terutama penyelesaian soal cerita. menggunakan rencana penyelesaian
Tujuannya agar permasalahan yang telah ditemukannya. Langkah
menyelesaikan soal cerita matematika terakhir adalah memeriksa kembali
tidak lagi dianggap sulit oleh peserta jawaban yang diperoleh. Artinya,
didik. siswa dibiasakan untuk meneliti

2
kembali hasil penyelesaiannya sudah Kenyataan tersebut, dikuatkan
sesuai dengan masalah yang dengan hasil pre-test yang
diberikan atau belum. dilaksanakan oleh peneliti yang
Menurut Tim MKPBM, menunjukkan bahwa sebagian besar
“Langkah-langkah Polya meliputi: siswa masih mendapatkan nilai di
menyajikan masalah dalam bentuk bawah KKM sebesar ≥60 yang telah
yang lebih jelas, menyatakan masalah ditetapkan. Pada kemampuan
dalam bentuk yang lebih operasional, menyelesaikan masalah soal cerita 4
menyusun rencana kerja dan prosedur siswa atau 26,67% yang mencapai
kerja yang perkirakan baik, mengetes KKM sebesar ≥60. Sedangkan, 11
hipotesis dan melakukan kerja untuk siswa atau 73,33% masih berada di
memperoleh hasilnya, mengecek bawah KKM sebesar <60 dengan nilai
kembali hasil yang sudah diperoleh” rata-rata 55,93. Berdasarkan hasil
( 2001:84). Dengan demikian, metode pre-test menunjukkan bahwa
Polya sangat sesuai untuk melatih kemampuan menyelesaikan masalah
siswa dalam berpikir logis, analitis, soal cerita siswa kelas V SD Negeri 5
sistimatis, kritis, dan kreatif secara Sidoharjo masih rendah. Hasil pre-test
runtut. ini digunakan sebagai data awal
Menurut hasil wawancara dalam penelitian ini.
dengan siswa kelas V SD Negeri 5 Berbagai penyebab rendahnya
Sidoharjo menunjukkan bahwa kemampuan menyelesaikan masalah
matematika pun menjadi pelajaran soal cerita tersebut, perlu ditemukan
yang paling sulit dibandingkan alternatif solusi pemecahannya. Agar
pelajaran lain, terutama dalam rendahnya kemampuan
menyelesaikan masalah berbentuk menyelesaikan masalah soal cerita
soal cerita. Hasil wawancara tersebut, dapat diselesaikan sehingga tidak
dikuatkan dengan data yang dimiliki menjadi masalah yang berkelanjutan.
oleh peneliti sebagai guru kelas V. Adapun solusi yang dapat digunakan
Berdasarkan data, kemampuan siswa untuk meningkatkan kemampuan
dalam menyelesaikan masalah soal menyelesaikan masalah soal cerita
cerita menunjukkan kategori rendah. dapat menerapkan metode Polya.
Rendahnya kemampuan siswa Menurut Smith (dalam Amir,
dalam menyelesaikan masalah soal 2009: 27) menyatakan bahwa
cerita disebabkan oleh beberapa hal. kelebihan model pemecahan masalah
Antara lain (a) siswa masih kesulitan dengan metode polya sebagai berikut
memahami soal cerita ditunjukkan (1) siswa terlibat langsung dengan
dengan kesulitan dalam menentukan objek nyata sehingga dapat
apa yang diketahui dan ditanyakan mempermudah pemahaman siswa
dalam soal cerita; (b) siswa masih terhadap materi pelajaran; (2) siswa
kesulitan dalam menemukan rumus menemukan sendiri konsep-konsep
yang digunakan dalam penyelesaian yang dipelajari; (3) melatih siswa
masalah soal cerita yang diberikan; (c) untuk berpikir lebih kritis; (4) melatih
siswa belum mampu menyelesaikan siswa untuk bertanya dan terlibat lebih
soal cerita yang diberikan; (d) siswa aktif dalam pembelajaran; (5)
hanya menjawab soal cerita sesuai mendorong siswa untuk menemukan
dengan keinginannya sehingga konsep-konsep baru; (6) memberi
jawaban sering mengalami kesalahan. kesempatan kepada siswa untuk
belajar menggunakan metode ilmiah.

3
Kelebihan-kelebihan tersebut cerita dengan model pemecahan
merupakan sebuah proses dalam masalah dengan metode polya, maka
pembelajaran yang bermakna dan peserta didik akan semakin terampil
berpikir tingkat tinggi bagi peserta dalam mengerjakan soal ceriita.
didik. Pelaksanaan penerapan model
Sedangkan menurut Smith Polya untuk meningkatkan
(dalam Amir, 2009: 27), kelemahan kemampuan menyelesaikan masalah
model pemecahan masalah dengan soal cerita dalam materi perbandingan
metode polya sebagai berikut (1) dan skala. Pemilihan materi
memerlukan waktu yang cukup perbandingan dan skala didasarkan
banyak; (2) tidak dapat dipergunakan pada pertimbangan perbandingan dan
di kelas rendah; (3) menjadikan skala sebagai salah satu materi yang
pembelajaran yang tertinggal sebab sulit di kelas V yang dialami oleh
satu dua masalah yang sulit siswa dari waktu ke waktu.
dipecahkan memakan waktu yang Adapun tujuan yang ingin
tidak sedikit. Kelemahan-kelemahan dicapai dalam penelitian ini adalah
tersebut dapat diatasi dengan untuk meningkatkan kemampuan
membiasakan peserta didik menyelesaikan masalah soal cerita
menggunakan model pemecahan perbandingan dan skala dengan
masalah dengan metode polya menerapkan metode Polya pada
tersebut. Apabila peserta didik telah siswa kelas V SD Negeri 5 Sidoharjo
terbiasa dalam menyelesaikan soal tahun pelajaran 2019/2020.

METODE

Penelitian ini dilaksanakan di SD dan hasil tes kemampuan


Negeri 5 Sidoharjo. Subjek penelitian menyelesaikan masalah soal cerita
ini adalah siswa kelas V berjumlah 15 perbandingan dan skala. Data
siswa, terdiri dari 7 siswa laki-laki dan kualitatif adalah hasil wawancara
8 siswa perempuan. Waktu penelitian dengan siswa kelas V SD Negeri 5
dilaksanakan selama 2 bulan yaitu Sidoharjo, silabus pembelajaran, dan
Oktober – Desember 2019 tahun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
pelajaran 2019/2020. (RPP).
Bentuk penelitian ini adalah Teknik pengumpulan data yaitu
penelitian tindakan kelas (PTK) yang wawancara, observasi, dokumentasi,
berlangsung selama dua siklus. Setiap dan tes. Validitas data adalah validitas
siklus terdiri dari empat tahap sebagai isi, triangulasi sumber, dan teknik
berikut: 1) perencanaan (planning); 2) pengumpulan data. Data yang
pelaksanaan tindakan (acting); 3) diperoleh dalam penelitian ini
observasi (observing); dan 4) refleksi dianalisis menggunakan model
(reflecting). analisis interaktif yang terdiri dari
Data penelitian ini adalah data kegiatan pengumpulan data (data
kuantitatif dan kualitatif. Adapun yang collection), reduksi data (data
termasuk data kuantitatif dalam reduction), penyajian data (data
penelitian ini adalah hasl pre-test display), dan penarikan kesimpulan
kemampuan menyelesaikan masalah (verification).
soal cerita perbandingan dan skala

4
PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil wawancara, peningkatan kemampuan


observasi, dan pretest yang dilakukan menyelesaikan soal cerita
peneliti pada kelas V SD Negeri 5 perbandingan dan skala. Hasil
Sidoharjo tahun pelajaran 2019/2020 selengkapnya dapat dilihat pada
menunjukkan bahwa kemampuan Tabel 2 sebagai berikut:
menyelesaikan soal cerita
perbandingan dan skala masih Tabel 2. Frekuensi Data Nilai
rendah. Hasil pretest yang dilakukan Kemampuan Menyelesaikan
sebagian besar peserta didik belum Soal Cerita Perbandingan dan
mencapai KKM sebesar ≥60, yaitu skala Siklus I
sebanyak 11 peserta didik. Hanya 4 Interval Xi Fi Xi.Fi Persentase
peserta didik yang dapat mencapai 50 - 59 54,5 3 163,5 20 %
KKM sebesar ≥60. Hasil 60 – 69 64,5 2 129 13,33 %
70 – 79 74,5 3 223,5 20 %
selengkapnya dapat dilihat pada 80 – 89 84,5 7 591,5 46,67 %
Tabel 1 sebagai berikut Jumlah 15 1107,5 100 %
Tabel 1. Frekuensi Data Nilai Nilai Tertinggi 88,13
Kemampuan Menyelesaikan Nilai Terendah 55,63
Soal Cerita Perbandingan dan Rata-rata Kelas 74,79
skala Pra-siklus Ketuntasan Klasikal 80 %
Interval Xi Fi Xi.Fi Persentase
47-51 49,5 4 198 26,67 % Berdasarkan data pada Tabel 2,
52-56 54,5 2 109 13,33 % menunjukkan bahwa peserta didik
57-61 59,5 5 297,5 33,33 % yang telah berhasil mencapai KKM
62-66 64,5 2 129 13,33 % ≥60 sebanyak 12 peserta didik atau
67-71 69,5 2 139 13,33 %
Jumlah 15 872,5 100 %
80%, sedangkan 3 peserta didik atau
Nilai Tertinggi 67 20 % belum mencapai KKM sebesar
Nilai Terendah 47 ≥60. Adapun nilai terendah adalah
Rata-rata Kelas 55,93 55,63 dan nilai tertinggi adalah 88,13.
Ketuntasan Klasikal 26,67 % Sedangkan rata-rata kelas 74,79.
Akan tetapi, indikator kinerja sebanyak
Berdasarkan data pada Tabel 100 % peserta didik memperoleh nilai
1, menunjukkan bahwa sebanyak 15 sebesar ≥60 belum tercapai.
peserta didik atau 73,33% belum Selain data nilai kemampuan
mencapai KKM sebesar ≥60, menyelesaikan soal cerita
sedangkan 4 siswa sebanyak 26,67% perbandingan dan skala, aktivitas
telah mencapai KKM sebesar ≥60. peserta didik selama pembelajaran
Nilai terendah adalah 47 dan nilai pun diamati. Berdasarkan hasil
tertinggi adalah 67. Nilai rata-rata pengamatan aktivitas peserta didik
kelas sebesar 55,93. selama pada siklus I diperoleh rata-
Pelaksanaan pembelajaran rata kelas sebesar 17 termasuk
menyelesaikan soal cerita kategori (B). Artinya aktivitas peserta
perbandingan dan skala siklus I, didik selama pembelajaran siklus I
dilakukan tindakan yaitu dengan sudah menunjukkan keaktifan dalam
menerapkan metode polya. Setelah pembelajaran.
dilakukan tindakan siklus I terjadi

5
Selanjutnya, untuk perbaikan Berdasarkan data di atas dapat
dan peningkatan pelaksanaan dilihat bahwa setelah dilaksanakan
pembelajaran menyelesaikan soal tindakan pada siklus I, dari 14 siswa
cerita perbandingan dan skala dengan yang mendapat nilai di atas KKM
menerapkan metode polya siklus I sebanyak 9 siswa atau 64,29%.
dilaksanakan pada siklus II. Setelah Sehingga masih ada 5 siswa atau
dilaksanakan pembelajaran siklus II 35,71% siswa yang mendapat nilai di
dengan menerapkan metode polya bawah KKM.
menunjukkan peningkatan nilai Pada pertemuan satu nilai
kemampuan menyelesaikan soal kinerja guru rata – rata adalah 3
cerita perbandingan dan skala. Hasil dengan interprestasi B (baik), dan
selengkapnya dapat dilihat pada pada pertemuan kedua nilainya
Tabel 3 sebagai berikut meningkat menjadi 3,31 dengan
interprestasi SB (sangat baik). Nilai
Tabel 3. Frekuensi Data Nilai rata – rata pada pertemuan satu dan
Kemampuan Menyelesaikan dua adalah 3,15 dengan interprestasi
Soal Cerita Perbandingan dan SB (sangat baik) namun tetap perlu
skala Siklus II adanya perbaikan dalam beberapa
Interval Xi Fi Xi.Fi Persentase aspek yang harus dilakukan pada
61 – 70 65,5 3 196,5 20 % siklus II.
71 – 80 75,5 1 75,5 6,67 % Berdasarkan hasil observasi
81 – 90 85,5 4 342 26,67 %
91 – 100 95,5 7 668,5 46,67 %
aktivitas siswa diperoleh bahwa pada
Jumlah 15 1282,5 100 % pertemuan satu mendapat nilai 2,97
Nilai Tertinggi 100 dan pertemuan dua 3,18. Hal tersebut
Nilai Terendah 61,88 menunjukkan bahwa rata-rata
Rata-rata Kelas 84,38 pertemuan satu dan pertemuan dua
Ketuntasan Klasikal 100% siklus I adalah 3,08.
Pada siklus I sudah mengalami
Berdasarkan data pada Tabel 3, peningkatan bila dibandingkan
menunjukkan bahwa peserta didik dengan hasil pratindakan namun
yang telah berhasil mencapai KKM belum memenuhi indikator
sebesar ≥60 sebanyak 15 peserta keberhasilan yang ditentukan. Oleh
didik atau 100%. Artinya keseluruhan sebab itu dilakukan tindakan siklus II
peserta didik telah mampu mencapai dengan hasil sebagai berikut.
KKM yang telah ditetapkan sebesar
≥60. Hal tersebut menandakan pula, Persentase
indikator kinerja dapat tercapai. Interval xi Fi fi.xi
(%)
Adapun nilai terendah adalah 70-76 73 2 146 14,29%
61,88 dan nilai tertinggi adalah 100. 77-83 80 2 160 14,29%
Rata-rata kelas mencapai 84,38. Hasil 84-90 87 8 696 57,14%
91-97 94 1 94 7,14%
yang diperoleh menunjukkan 98-104 101 1 101 7,14%
peningkatan dibandingkan pada siklus Jumlah 14 1.19 100 %
I. Nilai Tertinggi 100
Adapun skor Nilai Terendah 70
Nilai Rata-rata 85,71
Ketuntasan Klasikal 92,86%
Tabel 3. Hasil Tes Siklus II Kemampuan
Pemecahan Masalah Perbandingan dan
Perbandingan dan skala

6
nilai kemampuan siswa yang meningkat
Tabel di atas menunjukkan bahwa pada tiap siklus.
setelah dilaksanakan tindakan pada Pada penelitian dengan
siklus II, dari 14 siswa yang mendapat menggunakan model pembelajaran
nilai di atas KKM sebanyak 13 siswa Problem Solving Learning (PSL) ini
ditemukan bahwa siswa lebih aktif dalam
atau 92,86%. Sehingga masih ada 1
pembelajaran. Siswa semakin aktif dalam
siswa atau 7,14% siswa yang kegiatan tanya jawab, serta mereka juga
mendapat nilai di bawah KKM. mampu untuk bekerja sama dengan
Hasil observasi aktivitas siswa teman dan saling menghargai gagasan
menunjukkan bahwa pada pertemuan yang dikemukakan teman. Nilai
1 memperoleh nilai 3,48 dan kemampuan memecahkan masalah
pertemuan 2 memperoleh nilai 3,65. perbandingan dan perbandingan dan
Rata-rata hasil observasi aktivitas skala juga meningkat dengan sangat baik
siswa pada siklus dua adalah 3,57. dibandingkan dengan nilai saat prasiklus.
Nilai kinerja guru pada siklus II Hal ini terjadi karena penggunaan model
pertemuan 1 memperoleh 3,44 dan pembelajaran Problem Solving Learning
(PSL) memiliki beberapa keunggulan.
pertemuan 2 3,75. Rata-rata yang
Model pembelajaran Problem
diperoleh dari hasil kinerja guru pada Solving Learning (PSL) mempermudah
siklus 2 adalah 3,6. siswa dalam menyelesaikan masalah
Berdasarkan hasil tes matematika perbandingan dan
pratindakan, siklus I, dan siklus II telah perbandingan dan skala karena dalam
mengalami peningkatan. Pada siklus II pembelajaran siswa berlatih untuk
telah memenuhi indikator keberhasilan menemukan sendiri. Jadi selain
yang ditentukan, sehingga penelitian mendapat penjelasan materi dari guru,
dan tindakan dihentikan pada siklus 2. siswa juga mendapatkannya dari saat
Penelitian ini difokuskan pada mendengarkan pendapat teman, serta
aspek kemampuan pemecahan masalah pengalaman langsung atau hasil berlatih
dalam materi matematika. Siswa dituntut untuk bertindak kreatif dengan
untuk memiliki kemampuan untuk menentukan strategi dengan langkah-
memecahkan masalah matematika langkah runtut dari perencanaan hingga
secara runtut, sesuai dengan langkah – memeriksa jawaban. Bagi siswa yang
langkah. Salah satu materi matematikan kesulitan memecahkan masalah
pada kelas V yaitu tentang perbandingan matematika akan dapat terbantu.
dan perbandingan dan skala. Siswa kelas Penerapan model pembelajaran Problem
V SDN 4 Pulutan Kulon Kecamatan Solving Learning (PSL) mendorong siswa
Wuryantoro Kabupaten Wonogiri untuk memecahkan setiap masalah
mengalami kesulitan dalam memecahkan matematika yang dihadapi. Siswa dapat
masalah matematika materi perbandingan mencari kunci permasalahan dalam soal
dan perbandingan dan skala, sehingga dan menentukan strategi
peneliti menggunakan model penyelesaiannya. untuk lebih giat dalam
pembelajaran Problem Solving Learning belajar dan siswa lebih interaktif dalam
untuk membantu siswa dalam mengatasi pembelajaran. Berdasarkan hasil
kesulitan tersebut. wawancara setelah menggunakan model
Berdasarkan hasil dari analisis data pembelajaran Problem Solving Learning
dapat disimpulkan bahwa model (PSL) dalam pembelajaran terbukti dapat
pembelajaran Problem Solving Learning meningkatkan nilai kemampuan
(PSL) dapat meningkatkan kemampuan memecahkan masalah pada siswa. Hal ini
memecahkan masalah matematika. Hal dikarenakan, penggunaan model
tersebut dibuktikan dengan meningkatnya pembelajaran Problem Solving Learning
(PSL) dapat meningkatkan aktivitas
belajar siswa. Model pembelajaran

7
Problem Solving Learning (PSL) (64,29%) dan siklus II yang tuntas
menuntut siswa untuk aktif dalam sebanyak 13 siswa (92,86%).
pembelajaran, sehingga mereka akan Hasil penelitian ini sesuai dengan
dapat saling membantu mengatasi pendapat Shoimin (2014:57) yang
kesulitan menyelesaikan masalah menyatakan kelebihan dari model
matematika perbandingan dan pembelajaran Problem Solving Learning
perbandingan dan skala dan (PSL) ini adalah : (1) melatih siswa untuk
pembelajaran terlaksana dengan lebih mendesain suatu penemuan, (2) berpikir
menyenangkan. dan bertindak kreatif, (3) memecahkan
Hal tersebut terbukti dari hasil masalah yang dihadapi secara realistis,
observasi dan analisis data dalam (4) mengidentifikasi dan melakukan
penelitian ini, yaitu dengan menggunakan penyelidikan, (5) menafsirkan dan
model pembelajaran Problem Solving mengevaluasi hasil pengamatan, (6)
Learning (PSL) kinerja guru dan aktivitas mengembangkan kemajuan berpikir siswa
siswa mengalami peningkatan pada tiap untuk menyelesaikan masalah yang
siklusnya. Pada siklus I, pertemuan dihadapi, (7) membuat pendidikan
pertama nilai aktivitas siswa adalah 2,97, sekolah lebih relevan dengan kehidupan
pertemuan kedua nilai aktivitas siswa sehari-hari.
adalah 3,18 , dan didapatkan nilai rata – Sejalan dengan pendapat di atas,
rata pada siklus I sebesar 3,08. penelitian ini juga didukung dengan salah
Sedangkan pada siklus II, pertemuan satu penelitian yang relevan dengan
pertama nilai aktivitas siswa adalah 3,48, penelitian ini adalah penelitian dari
pertemuan kedua nilai aktivitas siswa Nuryadi (2009) yang menggunakan model
adalah 3,65, dan didapatkan nilai rata – pembelajaran Problem Solving Learning
rata pada siklus II sebesar 3,57. Dengan (PSL) untuk meningkatkan prestasi
begitu aktivitas siswa baik sudah belajar matematika pokok bahasan
termasuk dalam kategori sangat baik. bangun ruang. Kesimpulan dalam
Sedangkan untuk kinerja guru pada siklus penelitian milik Nuryadi adalah
I termasuk dalam kategori sangat baik penggunaan model pembelajaran
yaitu 3,15. Pada siklus II menunjukkan Problem Solving Learning (PSL) pada
kinerja yang sangat baik yaitu 3,59. Dari Mata Pelajaran Matematika dapat
data kinerja guru tersebut, terlihat adanya meningkatkan prestasi belajar siswa kelas
peningkatan antara siklus I dengan siklus VIII SMP N 2 Godean. Berdasarkan
II. analisa peneliti penggunaan model
Peningkatan kinerja guru dan pembelajaran Problem Solving Learning
aktivitas siswa mempengaruhi nilai (PSL) dalam kegiatan pembelajaran
kemampuan memecahkan masalah terutama untuk pemecahan masalah
matematika pada siswa. Hal itu dapat sangatlah cocok. Pada penelitian untuk
diketahui bahwa ada peningkatan meningkatkan prestasi belajar pada Mata
kemampuan pemecahan masalah Pelajaran matematika menggunakan
matematika dapat dilihat dari model pembelajaran Problem Solving
meningkatnya nilai rata – rata Learning (PSL) memperoleh hasil yang
kemampuan siswa saat pra siklus maksimal, sedangkan untuk
sebesar 62,14, siklus I nilai rata – rata meningkatkan kemampuan
kemampuan siswa sebesar 75 dan siklus menyelesaikan pemecahan masalah juga
II nilai rata – rata kemampuan siswa memperoleh hasil yang hampir maksimal.
sebesar 85,71. Tingkat ketuntasan belajar Dari pendapat ahli dan penelitian
siswa pada kemampuan menyelesaikan yang relevan tersebut, dapat disimpulkan
masalah matematika perbandingan dan bahwa pendapat diatas sesuai dengan
perbandingan dan skala saat pra siklus hasil observasi dan analisis data dalam
yang tuntas sebanyak 2 siswa (14,29%), penelitian ini, yaitu dengan menggunakan
siklus I yang tuntas sebanyak 9 siswa model pembelajaran Problem Solving
Learning (PSL) kinerja guru dan aktivitas

8
siswa mengalami peningkatan pada tiap II nilai rata – rata kemampuan siswa
siklusnya sehingga dapat mempengaruhi sebesar 85,71. Tingkat ketuntasan belajar
nilai kemampuan memecahkan masalah siswa pada kemampuan memecahkan
matematika materi perbandingan dan masalah matematika saat pra siklus yang
perbandingan dan skala pada siswa. Hal tuntas sebanyak 2 siswa (14,29%), siklus
itu dapat diketahui bahwa ada perbedaan I yang tuntas sebanyak 9 siswa (64,29%)
yang signifikan antara nilai rata – rata dan siklus II yang tuntas sebanyak 13
kemampuan memecahkan masalah siswa (92,86%).
matematika sebelum dan setelah Jadi pada akhir pembelajaran dari
menggunakan model pembelajaran siklus II ini ada 1 siswa yang tidak tuntas,
Problem Solving Learning (PSL). dikarenakan membutuhkan waktu yang
Peningkatan kemampuan menyelesaikan lebih lama di bandingkan dengan teman -
masalah matematika dapat dilihat dari temannya. Selain itu siswa tidak mau
meningkatnya nilai rata – rata mengerjakan ,masalah matematika
kemampuan siswa saat pra siklus dengan menggunakan langkah – langkah
sebesar 62,14, siklus I nilai rata – rata yang runtut.
kemampuan siswa sebesar 75 dan siklus

SIMPULAN

Dari penelitian tindakan kelas sebanyak 9 siswa (64,29%) dan siklus


yang dilakukan dalam dua siklus II yang tuntas sebanyak 13 siswa
dengan menggunakan model (92,86%).Hal tersebut menunjukkan
pembelajaran Problem Solving adanya peningkatan nilai kemampuan
Learning (PSL) dalam pembelajaran memecahkan masalah matematika
Matematika materi perbandingan dan menggunakan model pembelajaran
perbandingan dan skala pada siswa Problem Solving Learning (PSL)
kelas V SDN 4 Pulutan Kulon secara klasikal dari pra siklus hingga
Kecamatan Wuryantoro Kabupaten siklus II dan telah mencapai
Wonogiri tahun ajaran 2018/2019, ketuntasan belajar yang ditargetkan.
diperoleh data peningkatan nilai Dengan demikian, dapat ditarik
kemampuan memecahkan masalah simpulan bahwa penerapan model
matematika perbandingan dan pembelajaran Problem Solving
perbandingan dan skala pada setiap Learning (PSL) dalam pembelajaran
siklusnya. Saat pra siklus nilai rata – Matematika dapat meningkatkan
rata kemampuan matematika siswa kemampuan memecahkan masalah
adalah 62,14, siklus I nilai rata – rata matematika pada siswa kelas V SDN
kemampuan memecahkan masalah 4 Pulutan Kulon Kecamatan
matematika perbandingan dan Wuryantoro Kabupaten Wonogiri
perbandingan dan skala sebesar 75 tahun ajaran 2018/2019 dan hipotesis
dan siklus II nilai rata – rata yang telah diajukan peneliti yang
kemampuan memecahkan masalah berbunyi : penerapan model
matematika perbandingan dan pembelajaran Problem Solving
perbandingan dan skala sebesar Learning (PSL) dapat meningkatkan
85,71. Tingkat ketuntasan belajar kemampuan pemecahan masalah
siswa pada kemampuan memecahkan perbandingan dan perbandingan dan
masalah matematika perbandingan skala pada siswa kelas V SD Negeri 4
dan perbandingan dan skala saat pra Pulutan Kulon Wonogiri tahun ajaran
siklus yang tuntas sebanyak 2 siswa 2018/2019 terbukti benar.
(14,29%), siklus I yang tuntas

9
DAFTAR PUSTAKA

BSNP. (2009). Standar Kompetensi Hendriana, Heris & Soemarmo, Utari.


dan Kompetensi Dasar Sekolah 2017. Penilaian Pembelajaran
Dasar/Madrasah Ibtidaiyah Matematika. Bandung: PT
(Lampiran I Permendiknas No. Refika Aditama.
22 Tahun 2006). Jakarta: Shoimin, A. (2016). 68 Model
Depdiknas. Pembelajaran Inovatif dalam
Kurikulum 2013. Yogyakarta:
Djamarah, B. Zain, A. (2013). Strategi Ar-ruzz Media.
Belajar Mengajar. Jakarta: PT.
Rineka Cipta.
Hartono, Y. (2012). Matematika
Strategi Pemecahan Masalah.
Yogyakarta: Grha Ilmu.

10

Das könnte Ihnen auch gefallen