Sie sind auf Seite 1von 59

PROPOSAL

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN DENGAN


MENGGUNAKAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL)
BERPENDEKATAN TPACK PADA TEMA 2 SUBTEMA 1 SELALU
BERHEMAT ENERGI DI KELAS IV SDN 39 KOTA

TERNATE

Nabila F. Idris
03301911052

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH


JURUSAN PENDIDIKAN DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS KHAIRUN
2023
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI...................................................................................................i

BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1

A. Latar Belakang......................................................................................1

B. Pembatasan masalah.............................................................................5

C. Rumusan masalah.................................................................................5

D. Tujuan penelitian..................................................................................6

E. Spesifikasi model yang dikembangkan................................................6

F. Manfaat Penelitian................................................................................7

G. Asumsi dan keterbatasan pengembangan.............................................7

H. Definisi istilah.......................................................................................8

BAB II KAJIAN PUSTAKA..........................................................................10

A. Model pembelajaran.............................................................................10

B. Model Problem Based Learning (PBL)................................................19

C. Pendekatan pembelajaran TPACK.......................................................24

D. Materi Tema 2 Selalu Berhemat Energi...............................................27

E. Pertanyaan Penelitian...........................................................................34

BAB III METODE PENELITIAN

A. Metode pengembangan.........................................................................36

B. Prosedur pengembangan.......................................................................36

C. Uji coba model produk.........................................................................42

i
D. Desain uji coba ....................................................................................42

E. Subjek coba...........................................................................................43

F. Jenis data...............................................................................................43

G. Instrumen Pengumpulan data...............................................................43

H. Teknik analisis data..............................................................................47

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................53

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang

Sistem Pendidikan Nasional mendefinisikan pendidikan sebagai: Usaha sadar dan

terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar

peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, akhlak mulia, serta

keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,bangsa dan Negara (Yusuf,

2021:3).

Pembelajaran akan berjalan optimal jika mulai didesain dan direncanakan

dengan baik. Perencanaan pembelajaran ini tidak terlepas dari perangkat

pembelajaran, yang mana substansi dari pada perangkat pembelajaran inilah yang

harus dikembangkan guru dan menjadi panduan guru dalam melaksanakan

pembelajaran di kelas sehingga tercipta kondisi dan situasi belajar yang

menyenangkan dengan mengusung pembelajaran yang inovatif dan melibatkan

peran serta siswa dan guru.(Wijayanti & Marsigit, 2015:4)

Oleh karenanya, setiap guru di satuan pendidikan berkewajiban untuk dapat

menyusun perangkat pembelajaran secara lengkap dan sistematis supaya

pembelajaran dapat berlangsung secara interaktif, inspiratif, menyenangkan,

1
menantang, memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif dalam pembelajaran

(Alzaber, 2018: 4).

Perangkat pembelajaran yang dibutuhkan dalam proses belajar mengajar

berdasarkan (Permendikbud, 2016) meliputi silabus, penyusunan RPP, media

pembelajaran, sumber belajar, dan LKPD. Dengan adanya perangkat pembelajaran

dapat memudahkan guru dan siswa dalam pelaksanaan proses belajar mengajar di

kelas.

Perangkat pembelajaran merupakan perangkat yang digunakan dalam

proses pembelajaran Menuruta (Trianto dalam Tanjung & Nababan, 2018:57).

Beberapa perangkat pembelajaran yang diperlukan antara lain RPP, Silabus,

LKPD, buku dan alat evaluasi. Penyusunan perangkat merupakan tahap awal

dalam pembelajaran. Oleh sebab itu, kualitas perangkat yang digunakan juga

menentukan kualitas pembelajaran. Untuk menghasilkan perangkat berkualitas

baik maka perangkat pembelajaran harus disusun dengan matang. Guru dituntut

untuk mampu membuat dan menggunakan perangkat pembelajaran dengan model,

metode, pendekatan, strategi atau cara yang dapat membuat siswanya mampu

menguasai pelajaran dengan baik dan berperan aktif dalam pembelajaran.

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan dalam kegiatan riset mandiri

pada program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) di SDN 39 Kota

Ternate, permasalahan yang ditemui ketika melaksanakan proses belajar mengajar

di kelas 4 menggunakan RPP, LKPD, dan soal evaluasi yang kurang lengkap.

2
Komponen RPP yang tidak dicantumkan yaitu KD, indikator pencapaian

kompetensi, model pembelajaran, metode dan sumber pembelajaran. LKPD dan

soal evaluasi yang digunakan siswa hanya buku yang dipakai untuk menulis

jawaban atau soal yang diberikan oleh guru kemudian di kumpulkan. Tidak adanya

penggunaan LKPD membuat siswa kurang tertarik terhadap pembelajaran yang di

sampaikan guru. Penggunaan metode pembelajaran yang kurang bervariasi, guru

masih kurang memodifikasi penggunaan metode ketika menjelaskan materi ajar,

siswa kurang aktif dalam proses pembelajaran karena guru hanya menggunakan

cara belajar secara langsung dengan menggunakan metode ceramah, siswa kurang

memahami materi yang disampaikan oleh guru sehingga hasil belajar yang

diperoleh siswa sangat rendah ketika guru menjelaskan materi tema 7 subtema 2

indahnya keragaman budaya negeriku di kelas IV SDN 39 Kota Ternate akibatnya

tujuan pembelajaran tidak tercapai dengan baik dan efektif.

Penggunaan konsep dasar TPACK lebih menekankan pada hubungan

antara konten (materi pembelajaran), teknologi dan pedagogi. Interaksi antara

ketiga komponen tersebut memiliki kekuatan dan daya tarik untuk menumbuhkan

pembelajaran aktif yang terfokus pada siswa. Dalam skema TPACK terdapat

hubungan antara komponen penyusun yang saling beririsan antara materi

pembelajaran (CK), pedagogi (PK) dan teknologi (TK) yang berpengaruh dalam

konteks pembelajaran (Sutrisno, 2018: 98). Menurut Hayati (2019: 79) kerangka

kerja TPACK dengan model PBL pada materi tema 2 subtema 1 selalu berhemat

3
energi yang dikembangkan di kelas IV SD untuk mengoptimalkan aktivitas

pembelajaran siswa dan mampu mendorong tercapainya siswa. Ia juga

menjelaskan semua komponen-komponen TPACK dapat mempengaruhi secara

signifikan terhadap keberhasilan integrasi TPACK dalam pembelajaran. Dari

uraian di atas penelitian ini dilakukan untuk memperoleh gambaran karakterisitik

siswa secara umum, analisis materi dan sarana-prasarana yang ada kemudian

digunakan sebagai dasar pertimbangan dalam mengembangkan perangkat

pembelajaran berbasis TPACK dalam pembelajaran.

Berdasarkan permasalahan yang ditemukan dalam pembelajarn di kelas 4,

maka peneliti tertarik untuk mengadakan suatu penelitian dengan tujuan untuk

menyelesaikan permasalahan yang terjadi dengan memberikan solusi untuk

mengembangkan perangkat pembelajaran dengan menggunakan model Problem

Based Learning (PBL) berpendekatan TPACK pada tema 2 subtema 1 selalu

berhemat energi di kelas IV SDN 39 Kota Ternate untuk membantu guru lebih

mudah menjelaskan materi dengan baik sehinga siswa dapat memahami materi

ajar yang disampaikan oleh guru. Pengembangan perangkat pembelajaran dengan

menggunakan model Problem Based Learning (PBL) yang dipadukan dengan

pendekatan TPACK, tujuan pengembangan yang dilakukan dapat membantu guru

untuk memodifikasi dan memvariasikan pembelajaran lebih efektif, sehinga dapat

memperbaiki kualitas pembelajaran menjadi efektif oleh guru dan siswa.

4
Berdasarkan latar belakang masalah, maka peneliti akan melakukan

penelitian dengan judul “Pengembangan Perangkat Pembelajaran Dengan

Menggunakan Model Problem Based Learning (PBL) Berpendekatan

TPACK’’ Pada Tema 2 Subtema 1 Selalu Berhemat Energi di Kelas IV SDN

39 Kota Ternate’’.

B. Pembatasan Masalah

Berdasarkan ruang lingkup masalah penelitian, maka penelitian ini di

batasi pada Pengembangan Perangkat Pembelajaran RPP Dengan Menggunakan

Model Problem Based Learning (PBL) Berpendekatan TPACK Pada Tema 2

Subtema 1 Selalu Berhemat Energi di Kelas IV SDN 39 Kota Ternate.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas,

rumusan masalah yang peneliti ambil dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana proses penyusunan perangkat pembelajaran pada Tema 2 Selalu

Berhemat Energi menggunakan model pembelajaran PBL berpendekatan

TPACK di SDN 39 Kota Ternate?

2. Bagaimana efektifitas produk perangkat pembelajaran pada Tema 2 Selalu

Berhemat Energi menggunakan pembelajaran PBL berpendekatan TPACK di

SDN 39 Kota Ternate?

5
3. Bagaimana tanggapan guru SD tentang perangkat pembelajaran pada Tema 2

Selalu Berhemat Energi dengan menggunakan PBL berpendekatan TPACK

di sekolah ?

4. Bagaimana keunggulan dan keterbatasan produk perangkat pembelajaran pada

Tema 2 Selalu Berhemat Energi dengan menggunakan PBL berpendekatan

TPACK?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, tujuan

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Proses penyusunan perangkat pembelajaran pada Tema 2 Selalu Berhemat

Energi menggunakan model pembelajaran PBL berpendekatan TPACK di

SDN 39 Kota Ternate

2. Efektifitas produk perangkat pembelajaran pada Tema 2 Selalu Berhemat

Energi menggunakan pembelajaran PBL berpendekatan TPACK di SDN 39

Kota Ternate

3. Tanggapan guru SD tentang perangkat pembelajaran pada Tema 2 Selalu

Berhemat Energi dengan menggunakan PBL berpendekatan TPACK di

sekolah

4. Keunggulan dan keterbatasan produk perangkat pembelajaran pada Tema 2

Selalu Berhemat Energi dengan menggunakan PBL berpendekatan TPACK

6
E. Spesifikasi Produk yang Dikembangkan

Spesifikasi produk yang dikembangkan berupa Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP), dengan sintaks dari model Problem Based Learning

berpendekatan TPACK, Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD), Soal Evaluasi pada

materi tema 2 subtema 1 selalu berhemat energi di kelas IV SDN 39 Kota Ternate.

F. Manfaat Penelitian

1. Bagi guru

Model yang dikembangkan dapat memberikan motivasi kepada guru

untuk lebih kreatif menggunakan model pembelajaran yang lebih efektif

dalam menjelaskan materi ajar dengan sangat baik.

2. Bagi siswa

Model PBL yang digunakan oleh guru dalam proses belajar mengajar di

kelas dapat membantu siswa untuk memahami lebih mudah materi yang

diajarkan oleh guru.

3. Bagi mahasiswa

Penelitian ini dapat memberikan gagasan, pikiran, dan ide untuk

membantu mahasiswa dalam mencari referensi pengembangan model

PBL dan sebagai rujukan pada penelitian yang lainya.

G. Asumsi dan Keterbatasan Pengembangan

Penelitian pengembangan perangkat pembelajaran model Problem Based

Learning (PBL) berpendekatan TPACK tersebut dapat membantu guru dalam

7
mengajarkan materi tema 2 subtema 1 selalu berhemat energi untuk siswa di kelas

IV SDN 39 Kota Ternate menjadi lebih mudah untuk dipahami oleh siswa.

Diharapkan bagi guru dapat memanfaatkan dan menggunakan model PBL dengan

pendekatan TPACK untuk mengefektifkan proses pembelajaran dengan baik

sehingga dapat meningkatkan pemahaman dan hasil belajar siswa kelas IV SDN

39 Kota Ternate.

H. Defenisi Istilah

Definisi istilah yang di maksudkan untuk menghindari kesalahan

pemahaman dan perbedaan penafsiran yang berkaitan dengan istilah-istilah dalam

judul penelitian Maka definisi istilah yang perlu dijelaskan yaitu :

1. Model pembelajaran adalah seluruh rangkaian penyajian materi ajar yang

meliputi segala aspek sebelum sedang dan sesudah pembelajaran yang di

lakukan oleh guru serta segala fasilitas yang terkait dan di gunakan secara

langsung atau tidak langsung dalam proses belajar mengajar

2. Problem Based Learning (PBL) adalah sebuah pendekatan pembelajaran

yang menyajikan masalah kontekstual sehinga merangsang peserta didik

untuk belajar.

3. Pendekatan TPACK adalah pembelajaran yang menggunakan penerapan

gabungan sistem pendidikan yang menyembunyikan teknologi dan aplikasi

(konten) tertentu dalam pembelajaran.

8
4. Perangkat pembelajaran adalah pegangan seorang guru dalam mengajar di

dalam kelas yang dibuat oleh guru untuk membantunya dalam mengajar agar

sesuai dengan standar kompetensi.

5. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rencana kegiatan

pembelajaran tatap muka untuk satu kali pertemuan atau lebih. RPP

dikembangkan dalam silabus untuk mengarahkan kegiatan pembelajaran

peserta didik dalam upaya mencapai kompetensi dasar (KD).

6. Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) merupakan sarana untuk membantu dan

mempermudah dalam kegiatan belajar mengajar sehingga terbentuk interaksi

efektif antara peserta didik dengan pendidik, dapat meningkatkan aktivitas

dan prestasi belajar peserta didik.

7. Evaluasi merupakan salah satu instrument yang digunakan guru untuk

mengukur ketercapaian sebuah tujuan pembelajaran.

9
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Model Pembelajaran PBL

1. Pengertian Problem Based Learning (PBL

Pembelajaran adalah proses interaksi antar peserta didik, antar peserta

didik dan pendidik, dan antara peserta dan sumber belajar lainnya pada

suatu lingkungan belajar yang berlangsung secara edukatif, agar peserta

didik dapat membangun sikap, pengetahuan dan keterampilannya untuk

mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Proses pembela jaran merupakan

suatu proses yang mengandung serangkaian kegiatan mulai dari

perencanaan, pelaksanaan hinga penilaian.

Model Pembelajaran Istilah “model” diartikan sebagai kerangka

konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan kegiatan.

Pada pembelajaran istilah model diartikan sebagai kerangka konseptual

yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan

pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu. Model

berfungsi sebagai pedoman dalam merencanankan dan melaksanakan

aktivitas pembelajaran (Rohaeti, 2018:3)

Model dapat diartikan sebagai suatu pola yang digunakan dalam

menyusun kurikulum, merancang dan menyampaikan materi,

mengorganisasikan, dan memilih media dan metode dalam suatu kondisi

10
pembelajaran. Model menggambarkan tingkat terluas dari praktek

pembelajaran dan berisikan orientasi filosofi pembelajaran, yang

digunakan untuk menyeleksi dan menyusun strategi pengajaran, metode,

keterampilan, dan aktivitas pebelajar untuk memberikan tekanan pada

salah satu bagian pembelajaran (topik konten).

Pembelajaran pada hakikatnya merupakan suatu proses interaksi antara

pendidik dengan peserta didik, baik interaksi secara langsung seperti

kegiatan tatap muka maupun tidak langsung yaitu dengan menggunakan

berbagai media. Banyak model pembelajaran yang dapat digunakan untuk

menunjang proses pelaksanaan pembelajaran,

Model pembelajaran merupakan suatu kerangka konseptual yang

melukiskan prosedur secara sistematis mencapai tujuan belajar tertentu

dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan

para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas

pembelajaran. Artinya model pembelajaran adalah suatu rancangan yang

digunakan guru untuk melakukan pengajaran di kelas.

2. Ciri-Ciri Model Pembelajaran

Setiap model pembelajaran memiliki ciri-ciri dalam model

pembelajaran yang dapat mempengaruhi proses belajar yang didukung

oleh prilaku dan lingkungan belajar, adapun ciri-ciri model pembelajaran

11
adalah sebagai berikut : Menurut Santaria, Dkk (2016:5). ciri-ciri model

pembelajaran antara lain sebagai berikut :

a. Rasional teoretik logis yang disusun oleh para pencipta atau

pengembangannya.

b. Landasan pemikiran tentang apa atau bagaimana siswa belajar (tujuan

pembelajaran yang akan dipakai)

c. Tingkah laku belajar yang diperlukan agar model tersebut dapat

dilaksanakan dengan berhasil.

d. Lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat

tercapai.

Sedangkan menurut Hamiyah dan Jauhar (2016:58) adanya ciri-ciri

model pembelajaran yaitu:

a. Berdasarkan teori pendidikan dan teori belajar tertentu

b. Mempunyai misi atau tujuan pendidikan tertentu

c. Dapat dijadikan pedoman untuk perbaikan kegiatan pembelajaran di

kelas.

d. Memiliki perangkat bagian model

e. Memiliki dampak sebagai akibat penerapan model pembelajaran baik

langsung maupun tidak langsung.

Berdasarkan kedua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa suatu

model pembelajaraan memiliki ciri-ciri yaitu memiliki dasar/landasan

12
teoritik, mengandung kegiatan belajar dan pembelajaran dan lingkungan

belajar yang mendukung demi mencapai tujuan pembelajaran.

3. Fungsi Model Pembelajaran

Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang

digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas

atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat-

perangkat pembelajaran termasuk didalamnya buku-buku, film, computer,

kurikulum dan lain-lain.

Menurut Joyce & Weil, (2019:30) “model pembelajaran sebagai suatu

perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam

melaksanakan pembelajaran dikelas suatu pembelajaran dalam tutorial

dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran”. Fungsi model

pembelajaran tersebut adalah:

1. Membantu dan membimbing guru untuk memilih teknik, strategi, dan

metode pembelajaran agar tujuan pembelajaran tercapai. Seperti telah

dipelajari sebelumnya bahwa model pembelajaran pada dasarnya

memuat metode, strategi, teknik, dan taktik pembelajaran. Untuk

itu,ketika guru menggunakan model pembelajaran tertentu secara

otomatis dia akan mengetahui taktik, teknik, strategi, dan metode

pembelajaran yang akan dilakukan. Tentang metode pembelajaran dapat

diikuti pembahasan selanjutnya.

13
2. Membantu guru untuk menciptakan perubahan perilaku peserta didik

yang diinginkan. Guru telah mengetahui bahwa model pembelajaran

digunakan untuk merealisasikan target pembelajaran atau tujuan

pembelajaran dalam RPP dan implementasinya dalam

pembelajaran.Bentuk perubahan perilaku yang ditargetkan pada siswa

sebenarnya termuat dalam rumusan tujuan pembelajaran (ingat rumus

tujuan pembelajaran ABCD yaitu: Audience (peserta), Behavior

(perilaku), Conditions (kondisi), dan Degree (tingkatan). Oleh karena

itu, model pembelajaran dapat membentuk atau menciptakan

tercapainya tujuan pembelajaran atau menciptakan perubahan perilaku

pada siswa. Perubahan-perubahan perilku tersebut misalnya, menulis

rumus gaya, menghitung kuat arus listrik, mengukur kecepatan udara,

menentukan massa jenis zat.

3. Membantu guru dalam menentukan cara dan sarana untuk menciptakan

lingkungan yang sesuai untuk melaksanakan pembelajaran. Ketika guru

menetapkan untuk menggunakan model pembelajaran tertentu, secara

otomatis guru harus menentukan cara dan sarana agar tercipta

lingkungan seperti yang dikehendaki dalam model pembelajaran yang

guru pilih. Misalnya cara mendemonstrasikan konsep tekanan dan media

atau alat peraga yang diperlukan. Misalnya cara memegang alat, cara

menunjukkan konsep-konsep besaran yang ada pada konsep tekanan

(gaya dan luas) pada siswa. Sarana misalnya, menggunakan benda

14
nyata, visualisasi, atau menggunakan analogi untuk demonstrasi

tersebut. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa penggunaan model

pembelajaran dapat secara langsung membantu guru untuk menentukan

cara dan sarana agar tujuan pembelajaran tercapai.

4. Membantu menciptakan interaksi antara guru dan siswa yang diinginkan

selama proses pembelajaran berlangsung. Dengan model pembelajaran,

guru dapat mempunyai pedoman untuk berinteraksi dengan siswa

selama proses pembelajaran berlangsung. Misalnya cara

mengkomunikasikan informasi, cara memunculkan masalah, cara

menanggapi pertanyaan dan jawaban siswa, cara membangkitkan

semangat siswa.

5. Membantu guru dalam mengkonstruk kurikulum, silabus, atau konten

dalam suatu pelajaran atau matakuliah. Dengan memahami model-

model pembelajaran, dapat membantu guru untuk mengembangkan dan

mengkonstruk kurikulum atau program pembelajaran pada suatu mata

pelajaran atau mata kuliah.

6. Membantu guru atau instruktur dalam memilih materi pembelajaran

yang tepat untuk pembelajaran, penyusunan RPP, dan silabus. Dengan

memahami model pembelajaran yang baik, guru akan terbantu dalam

menganalisis dan menetapkan materi yang dipikirkan sesuai untuk

siswa.

15
7. Membantu guru dalam merancang kegiatan pendidikan atau

pembelajaran yang sesuai. Oleh karena dalam model pembelajaran ada

sintakmatik atau fase-fase kegiatan pembelajaran, maka dengan model

pembelajaran yang telah dipilih, guru akan terpandu dalam merancang

kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan dalam pelaksanaan kegiatan

pembelajaran.

8. Memberikan bahan prosedur untuk mengembangkan materi dan sumber

belajar yang menarik dan efektif. Dalam setiap model pembelajaran ada

sistem pendukung. Dengan sistem pendukung pada model pembelajaran

tertentu, guru akan terbimbing untuk mengembangkan materi dan

sumber belajar, misalnya membuat handout, modul, diktat.

9. Merangsang pengembangan inovasi pendidikan atau pembelajaran baru.

Dengan memahami dan menerapkan model-model pembelajaran, guru

mungkin menemukan beberapa kendala. Jika kendala-kendala yang

ditemukan kemudian dicarikan solusinya, maka akan memunculkan ide

model atau strategi pembelajaran baru.

10. Membantu mengkomunikasikan informasi tentang teori mengajar.Setiap

model pembelajaran tentu memerlukan teori-teori mengajar berupa

pendekatan, strategi, metode, teknik, dan taktik. Oleh karena itu, ketika

guru menggunakan model pembelajaran tertentu secara otomatis guru

akan mengkomunikasikan teori-teori tentang mengajar seperti yang

telah disebutkan.

16
11. Membantu membangun hubungan antara belajar dan mengajar secara

empiris. Ketika guru menerapkan model pembelajaran tertentu, guru

akan mengamati aktivitas belajar dan mengajar dalam suatu kegiatan

pembelajaran. Dalam proses pembelajaran dengan model pembelajaran

tertentu guru dapat terpandu untuk membangun hubungan antara

kegiatan yang dilakukan oleh siswa dan kegiatan yang dilakukan oleh

guru.

4. Komponen Model Pembelajaran

Komponen yang harus ada dalam model pembelajaran adalah sintaks,

prinsip reaksi, sistem sosial, dan sistem pendukung.

1. Sintaks

Sintaks pada model pembelajaran berisi tentang langkah-

langkah, maupun fase-fase sebagai bentuk urutan kegiatan

pembelajaran. Tentu saja setiap model pembelajaran memiliki

sintaks yang berbeda.

2. Prinsip Reaksi

Pada dasarnya prinsip reaksi ini menggambarkan tentang

reaksi yang ditunjukkan guru atas aktivitas-aktivitas yang

ditunjukkan siswa dalam proses belajar di kelas. Sebagai contoh,

sebuah model pembelajaran A pada fase ketiga guru menyajikan

permasalahan yang hendak diselesaikan siswa, sedangkan pada

17
model pembelajaran B, pada fase pertamanya justru guru yang

terlibat dalam penyelesaian masalah yang diberikan. Dalam hal ini,

prinsip reaksi sangat membantu untuk menentukan reaksi-reaksi

yang efektif dilakukansiswa.

3. Sistem Sosial

Sistem sosial yang dimaksud pada komponen model

pembelajaran mencakup beberapa hal yaitu: mendeskripsikan

beragam peranan guru dan siswa; menyajikan secara deskripsi

hubungan yang hirarki antara guru dan siswa; serta berkaitan dengan

beragam hal maupun kaidah yang mendorong atau memotivasi siswa

dalam proses pembelajaran. Dengan kata lain, unsur sistem sosial ini

tidak memiliki urutan yang terstruktur jika dibandingkan dengan

sintaks (langkah-langkah) pembelajaran.

4. Sistem Pendukung

Komponen sistem pendukung ini lebih mengarah pada

kondisi yang dibutuhkan oleh model pembelajaran agar dapat

digunakan secara optimal dalam pembelajaran. Sistem pendukung

ini lebih mengarah pada fasilitas-fasilitas teknis, keterampilan atau

kemampuan guru, serta tuntutan yang ingin dicapai siswa sehingga

terciptanya kondisi khusus sebagi ciri dari model pembelajaran.

Mengacu pada komponen model pembelajaran, maka yang

menjadi pembeda pengertian model pembelajaran dengan metode,

18
teknik, strategi dalam pembelajaran bahwa model pembelajaran

mencerminkan penerapan metode, teknik, penekatan secara

sekaligus.

Sehingga, model pembelajaran merupakan kerangka konseptual

yang berisi tentang prosedur pelaksanaan yang sistematis dalam

proses pembelajaran guna mencapai hasil belajar yang optimal.

B. Model Problem Based Learning (PBL)

1. Pengertian Problem Based Learning (PBL)

Menurut Trianto engungkapkan bahwa : “Karakteristik model

pembelajaran Problem based learning yaitu pembelajaran adanya pengajuan

pertanyaan atau pemberian suatupermasalahan, pembelajaran yang berfokus

pada keterkaitan antar disiplin, penyelidikan yang autentik,menghasilkan

suatu produk atau karya dan mempresentasikannya di depan, serta kerja

sama” Ratnasari, dkk (2022:262). Landasan teori Problem Based Learning

adalah kolaborativisme, suatu perspektif yang berpendapat bahwa siswa

akan menyusun pengetahuan dengan cara membangun penalaran dari semua

pengetahuan yang sudah dimilikinya dan dari semua yang diperoleh sebagai

hasil kegiatan berinteraksi dengan sesama individu.

Hal itu menyiratkan bahwa proses pembelajaran berpindah dari

transfer informasi fasilitator siswa ke proses konstruksi pengetahuan yang

sifatnya sosial dan individual. Menurut paham konstruktivisme, manusia

19
hanya dapat memahami melalui segala sesuatu yang dikonstruksinya sendiri.

Problem based learning memiliki gagasan bahwa pembelajaran dapat

dicapai jika kegiatan pendidikan dipusatkan pada tugas-tugas atau

permasalahan yang otentik, relevan, dan dipresentasikan dalam suatu

konteks.

Menurut Rusma (2010:229) “Problem Based Learning merupakan

penggunaan berbagai macam kecerdasan yang diperlukan untuk melakukan

konfrontasi terhadap tantangan dunia nyata, kemampuan untuk menghadapi

segala sesuatu yang baru dan kompleksitas yang ada”. Dalam model

Problem Based Learning ini, pemahaman, transfer pengetahuan,

keterampilan berpikir tingkat tinggi, kemampuan pemecahan masalah, dan

kemampuan komunikasi ilmiah merupakan dampak langsung pembelajaran.

Sedangkan peluang siswa memperoleh hakikat tentang keilmuan,

keterampilan proses keilmuan, otonomi dan kebebasan siswa, toleransi

terhadap ketidakpastian dan masalah-masalah non rutin merupakan dampak

pengiring pembelajaran.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, peneliti menyimpulkan

Problem Based Learning adalah suatu model pembelajaran yang berorientasi

pada pemecahan masalah yang diintegrasikan dengan kehidupan nyata.

Dalam PBL diharapkan siswa dapat membentuk pengetahuan atau konsep

20
baru dari informasi yang didapatnya, sehingga kemampuan berpikir siswa

benar-benar terlatih.

2. Sintak Model Problem Based Learning (PBL)

Menurut Baree (2015). Menjelaskan Sintaks Problem Based Learning

(PBL) sebagai berikut:

a. Proses orientasi peserta didik pada masalah Sintaks Problem Based

Learning

b. Peserta didik diberi permasalahan oleh guru (atau permasalahan di

ungkap dari pengalaman peserta didik). Pada tahap ini guru menjelaskan

tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang di perlukan, memotivasi

21
peserta didik untuk terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah, dan

mengajukan masalah.

c. Mengorganisasi peserta didik Sintaks Problem Based Learning, Pada

tahap ini guru membagi peserta didik kedalam kelompok, membantu

peserta didik mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang

berhubungan dengan masalah.

d. Membimbing penyelidikan individu maupun kelompok Sintaks Problem

Based Learning, Pada tahap ini guru mendorong peserta didik untuk

mengumpulkan informasi yang dibutuhkan, melaksanakan eksperimen

dan penyelidikan untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah.

e. Mengembangkan dan menyajikan hasil Sintaks Problem Based Learning,

Pada tahap ini guru membantu peserta didik dalam merencanakan dan

menyiapkan laporan, dokumentasi, atau model, dan membantu mereka

berbagi tugas dengan sesama temannya.

f. Menganalisis dan mengevaluasi proses dan hasil pemecahan

masalah Sintaks Problem Based Learning,Pada tahap ini guru membantu

peserta didik untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap proses dan

hasil penyelidikan yang mereka lakukan

3. Kelebihan Dan Kelemahan Model Problem Based Learning (PBL)

22
Setiap model pembelajaran memiliki kelebihan dan kekurangan,

sebagaimana model Problem Based Learning (PBL) juga memiliki kelebihan

dan kelemahan yang perlu di cermati untuk keberhasilan penggunaanya.

a. Kelebihan

1) Peserta didik akan terbiasa pada saat menghadapi masalah

(problem posing) dan merasa tertantang untuk menyelesaikan

suatu permasalahan tidak hanya yang berkaitan dengan

pembelajarandi kelas tetapi juga pada saat menghadapi

permasalahan yang ada di dalam kehidupan sehari-hari (real

world).

2) Memupuk solidaritas sosial dan bertukar pikiran dengan terbiasa

berdiskusi dengan kelompok.

3) Makin mendekatkan guru dengan peserta didik.

4) Membiasakan peserta didik melakukan eksperimen dalam

menyelesaikan masalah (Warsono & Hariyanto 2012 : 152)

b. Kelemahan

Disamping kelebihan diatas, PBL juga memiliki kelemahan,

diantaranya:

1) Jika peserta didik tidak memiliki motovasi atau tidak mempunyai

kepercayaanbahwa masalah yang dipelajari sulit untuk

dipecahkan, maka mereka akan malas untuk

mencobamenyelesaikan.

23
2) Kelemahan dalam strategi pembelajaran melalui problem based

learningmembutuhkan waktu yang cukup lama untuk melakukan

persiapan.

3) Tanpa adanya bekal pemahamanmengapa mereka berusaha sendiri

untuk memecahkan masalah yang sedang dipelajari, dan

merekatidak akan belajar apa yang mereka ingin pelajari. (Sanjaya

2006:218)

C. Pendekatan Pembelajaran TPACK

a. Pengertian Pembelajaran Pendekatan TPACK

Pendekatan TPACK merupakan pendekatan yang dikembangkan dari

pendekatan Pedagogy Content Knowledge (PCK) yang pertama kali

dikenalkan oleh Shulman pada tahun 1986. Namun, pendekatan PCK tidak

sekedar irisan atau gabungan pengetahuan tentang pedagogik dan penguasaan

materi namun diperkuat pengalaman - pengalaman guru. Upaya untuk

mengimplementasikan pendekatan ini, guru diharapkan memiliki pengetahuan

yang komprehensif tentang teknologi digital, pengetahuan tentang proses dan

strategi pembelajaran, serta pengetahuan tentang bidang studi atau materi

24
pembelajaran. Di mana guru dapat mengintegrasikan teknologi kedalam

proses pembelajaran yang melibatkan pengetahuan tentang teknologi, materi,

dan strategi pembelajaran (Siregar, 2021:4).

Hal ini dilakukan dengan harapan mampu memberikan angin segar

sekaligus arahan baru kepada pendidik terkait penggunaan teknologi untuk

menunjang proses pembelajaran. Tentunya penggunaan teknologi ini

diharapkan mampu menjadikan pembelajaran berjalan dengan lebih efektif

dan efisien.

b. Langkah-Langkah Pembelajaran Pendekatan TPACK

Langkah-langkah model Problem-based Learning dengan kerangka

pembelajaran TPACK sebagai berikut:

a. Peserta didik mendapatkan arahan dari guru untuk mengikuti

pembelajaran melalui Zoom Meeting.

b. Guru menjelaskan materi, tujuan pembelajaran, dan kegiatan

pembelajaran.

c. Peserta didik mengamati permasalahan kontekstual melalui video

pembelajaran yang diberikan oleh guru kemudian mengajukan

pertanyaan terkait permasalahan tersebut.

25
d. Peserta didik dibagi menjadi beberapa kelompok kemudian diberikan

LKPD melalui Google Classroom.

e. Secara berkelompok melalui break out room pada Zoom Meeting,

peserta didik berdiskusi mengolah informasi yang didapatkan untuk

menjawab LKPD dengan bimbingan dan arahan dari guru.

f. Peserta didik kembali ke main room pada Zoom Meeting,

kemudianmenyampaikan hasil pekerjaan LKPD di hadapan teman-

teman yang lainnya.

g. Peserta didik yang lain dan guru menganalisis dan mengevaluasi

hasilpekerjaan kelompok yang sedang presentasi.h. Peserta didik dan

guru menyimpulkan kegiatan pembelajaran yang sudah berlangsung.

h. Guru memberikan informasi mengenai pengumpulan LKPD yang

sudah dikerjakan dan terdapat soal evaluasi pembelajaran pada Google

Classroom.

i. Guru memberitahukan judul materi yang akan dipelajari pada

pertemuan selanjutnya (Mutiakandi, 2022:20).

Berdasarkan pembahasan di atas, tentu memahami pentingnya TPACK

dalam pembelajaran abad 21, yaitu abad dimana teknologi menjadi faktor

pendukung utama terselenggaranya pendidikan yang berkualitas.

c. Kelebihan Dan Kekurangan Pembelajaran Pendekatan Tpack

Adapun kelebihan TPACK dalam pembelajaran adalah sebagai berikut:

26
1. Meningkatkan antusiasme peserta didik,

2. Menggiatkan pembelajaran yang relevan terhadap zaman,

3. Memudahkan pemahaman peserta didik dalam penjelasan materi

4. Menyadarkan esensi pembelajaran teknologi kepada peserta didik,

5. Membangun kebiasaan menggunakan teknologi dalam hal yang positif

(Darmawan & Pamungkas, 2022:524).

Bisa membantu guru dalam mencapai tujuan pengembangan kompetensi.

Sementara itu, kekurangan TPACK adalah sebagai berikut.

1. Membutuhkan infrastruktur tambahan, berupa penyediaan perangkat

teknologi.

2. Jika guru tidak bisa mengawasi peserta didiknya dengan cermat,

teknologi rentan disalah gunakan.

3. Bagi peserta didik yang masih gagap teknologi, bisa tertinggal dengan

temannya yang mahir teknologi.

4. Akses internet yang belum merata bisa meningkatkan kesenjangan

kualitas pendidikan.

5. Jika guru belum begitu mahir menggunakan teknologi, maka waktu guru

tersebut bisa tersita hanya untuk fokus pada pemahaman teknologinya.

D. Materi Selalu Berhemat Energi

1) Materi pada muatan IPA

Beberapa sumber energi panas yang ada di bumi yaitu matahari, api,

panas bumi, listrik, dan gesekan dua buah benda. Energi panas adalah

27
bentuk energi yang terbentuk dari dalam kerak bumi. Energi panas

yang dihasilkan dari berbagai proses tersebut memberikan manfaat

bagi makhluk hidup. Misalnya, energi panas dari matahari dapat

mengisi solar panel dan menjadi energi listrik.

2) Jenis-jenis sumber energi panas yaitu:

a. Sumber energi panas matahari

Panas matahari merupakan salah satu sumber energi yang paling panas

sejagat raya. Panas matahari ini menghasilkan cahaya yang menyinari

seluruh bumi dan isinya. Matahari juga memiliki banyak manfaat bagi

seluruh makhluk hidup di bumi. Misalnya, pada manusia matahari

dapat memberikan asupan vitamin D yang baik untuk kulit manusia.

Karena ini banya kmanusia yang berjemur di pagi hari demi

mendapatkan manfaat dari cahaya matahari.

Tumbuhan juga membutuhkan cahaya matahari untuk melakukan

fotosintesis dan memproduksi makanan demi keberlangsungan

hidupnya. Hewan juga dapat menyerap vitamin D sekaligus

menghangatkan tubuh dengan menggunakan cahaya matahari.

b. Sumber energi panas bumi

28
Panas bumi merupakan salah satu sumber energi panas yang berasal

dari bebatuan di dalam perut bumi. Energi disebut sebagai energi

geothermal, saat ini energi panas bumi di jadikan sumber energi

alternatif pembangkit listrik.

c. Sumber energi panas api

Api adalah salah satu sumber energi panas yang dekat dengan

kehidupan sehari-hari. Api dapat dihasilkan dari batu bara, bahan

bakar minyak, gas, dan kayu yang dibakar. Manusia sering

menggunakan api untuk memasak makanan dan menghangatkan

tubuh. Api juga menjadi alternatif pencahayaan saat sedang mati

listrik. Namun, penggunaan api perlu diperhatikan karena api dapat

dengan mudah membakar apa saja yang ada di sekitarnya.

d. Sumber energi panas listrik

Masih banyak yang belum mengetahui bahwa sebenarnya energi

listrik berasal dari energi panas. Energi listrik juga sangat dekat

dengan kehidupan manusia karena banyaknya barang yang

memerlukan listrik contoh benda yang menggunakan listrik adalah,

kipas angin, rice cooker, kompor listrik, setrika, dan benda lainnya.

Benda-benda tersebut sangat sering digunakan bahkan dibutuhkan

29
pada kehidupan sehari-hari. Listrik juga menjadi energi utama yang

digunakan untuk menghidupkan lampu dan barang elektronik seperti

televisi dan ponsel. Tanpa listrik saat ini, dunia akan menjadi gelap

dan sunyi. Sepenting itulah listrik pada kehidupan saat ini.

e. Sumber Energi Panas dari Gesekan

Saat tubuh merasa kedinginan, manusia secara tidak sadar akan

menggesekkan kedua tangannya agar mendapatkan rasa hangat. Hal ini

menujukkan bahwa dengan menggesekkan dua buah benda akan

menghasilkan energi panas. Pada zaman purba, manusia menghasilkan

energi panas dengan menggesekkan dua buah batang kayu atau batu

hingga memunculkan percikan api. Percikan api nantinya bisa

dijadikan api unggun dan bisa digunakan untuk memasak juga

menghangatkan badan.

3). Sifat-Sifat Energi Panas

Energi panas memiliki beragam sifat yang unuk. Berikut beberapa sifat energi

panas yang wajib diketahui:

1. Energi panas dapat berpindah terdapat tiga jenis perpindahan energi

panas yang dimaksud yaitu konveksi, konduksi, dan radiasi.

Konveksi adalah perpindahan panas melalui aliran, misalnya pada

30
minyak goreng yang dipanaskan hingga panasnya merata. Konduksi

merupakan perpindahan panas yang terjadi melalui hantaran benda

berat, misalnya jika sendok berbahan alumunium dipanaskan di atas

api maka sendok akan menjadi panas.

Radiasi merupakan perpindahan panas melalui pancaran, misalnya saat

berada di depan api unggun tanpa harus memegang api, tubuh sudah

dapat merasakan panas yang dipancarkan. Sifat-sifat tersebutlah yang

menjadi bagian dari sifat dapat berpindah.

2. Energi Panas Dapat Mengubah Suhu

Benda-benda yang dipanaskan pasti akan mengalami perubahan suhu.

Seperti air yang dimasak menggunakan kompor. Air yang tadinya

bersuhu dingin atau normal akan mendidih dan menjadi air panas.

3. Energi Panas Dapat Mengubah Bentuk dan Volume Benda

Energi panas dapat digunakan untuk mengubah bentuk dan volume

suatu benda. Misalnya saat mencairkan es batu diatas api, es batu akan

mencair dan mengalami perubahan bentuk juga volume.

4. Energi Panas Dapat Membuat Benda Memuai

Beberapa benda dapat memuai saat diberi panas. Benda yang memuai

akan menjadi lebih besar dan lebih mengembang. Misalnya, kaca yang

dipanaskan akan memuai sehingga dapat dengan mudah dibentuk

menjadi kerajinan kaca

31
3). Materi pada muatan Bahasa Indonesia

(1)Kerangka Tulisan

Kerangka Tulisan: rencana yang memuat rangkaian ide yang disusun secara

sistematis, logis,jelas, terstruktur, dan teratur.

(2) Pembuatan Kerangka Tulisan:

1. Merumuskan tema dan menentukan judul

2. Mengumpulkan bahan

3. Menyeleksi bahan yang digunakan

4. Mengembangkan kerangka tulisan dalam poin-poin yang runut

(3) Tanda Baca Koma

Tujuan Penggunaan Tanda Baca Koma:

1. Menuliskan rincian

2. Memisahkan satu kalimat dengan kalimat setara lain

3. Memisahkan induk kalimat dan anak kalimat

4. Diletakkan di belakang kata/ungkapan yang merupakan penghubung

antar kalimat

5. Memisahkan beberapa kata (o, ya, wah, aduh)

6. Memisahkan kalimat petikan langsung dari kalimat lain

7. Memisahkan nama, alamat, bagian-bagian alamat

32
8. Memisahkan tempat, tanggal, nama tempat, wilayah

9. Memisahkan penulisan nama pengarang

10. Menuliskan catatan kaki

11. Membedakan antara nama dan gelar

12. Diletakkan di depan angka persepuluhan atau antara rupiah

13. Mengapit keterangan tambahan

14. Diletakkan di belakang keterangan yang berada di awal kalimat

15. Tidak digunakan untuk memisahkan petikan langsung yang diakhiri

tanda tanya

(4) Kalimat Langsung

Kalimat Langsung: kalimat hasil kutipan langsung dari pembicaraan

seseorang. Biasanyadigunakan dalam laporan wawancara, artikel berita,

maupun dialog cerita fiksi

Ciri-ciri Kalimat Langsung:

1. Menggunakan tanda petik (“”) di awal dan akhir kutipan

2. Menggunakan huruf kapital pada awal kutipan

3. Kutipan dan keterangan kutipan dipisahkan dengan tanda koma

4. Jika ditulis berupa dialog, gunakan tanda titik dua (:) untuk

memisahkan tokoh yang dikutip dan kalimat kutipannya

33
4). Petunjuk Penggunaan

Petunjuk sesuatu tanda untuk menunjukkan atau memberi tahu

Penggunaan proses, cara, pemanfaatan benda

Petunjuk Penggunaan suatu tanda atau arahan cara untuk menggunakan suatu benda

Cara Menyusun Petunjuk Penggunaan:

1. Perhatikan kalimat yang merupakan langkah mengerjakan sesuatu

dengan saksama

2. Pilihlah langkah paling dasar sebagai langkah pertama

3. Pilihlah langkah selanjutnya dengan mempertimbangkan kesesuaian

urutan dari langkah sebelumnya

4. Baca kembali petunjuk yang disusun, jangan sampai ada yang

terlewatkan

5. Sambil membaca petunjuk yang disusun, bayangkan jika kita

melaksanakan petunjuk sesuai urutan tersebut, apakah sudah tepat atau

belum

5). Ungkapkan

Ungkapan: gabungan kata yang membentuk arti baru, yang tidak berhubungan

dengan

makna kata dasar pembentuknya. Digunakan dalam situasi tertentu untuk

mengkiaskan suatu hal

34
Makna yang Mungkin Muncul:

 Makna Sebenarnya (denotasi)

 Makna Kias (konotasi)

Contoh Ungkapan: membanting tulang (bekerja keras), jago merah (api), naik daun

(terkenal)

E. Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimana proses penyusunan perangkat pembelajaran pada Tema 2 Selalu

Berhemat Energi menggunakan model pembelajaran PBL berpendekatan

TPACK di SDN 39 Kota Ternate

2. Bagaimana efektifitas produk perangkat pembelajaran pada Tema 2 Selalu

Berhemat Energi menggunakan pembelajaran PBL berpendekatan TPACK di

SDN 39 Kota Ternate?

3. Bagaimana tanggapan guru SD tentang perangkat pembelajaran pada Tema 2

Selalu Berhemat Energi dengan menggunakan PBL berpendekatan TPACK

di sekolah ?

35
4. Bagaimana keunggulan dan keterbatasan produk perangkat pembelajaran pada

Tema 2 Selalu Berhemat Energi dengan menggunakan PBL berpendekatan

TPACK?

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Pengembangan

Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian dan

pengembangan atau Research & Development (R&D). Penelitian pengembangan

merupakan sebuah metode untuk menghasilkan produk tertentu atau

menyempurnakan produk yang telah ada dan menguji keefektifan dari produk

tersebut, perancangan, pengembangan, dan penyebaran (Putra, 2015;

Sugiyono,2016),

B. Prosedur Pengembangan

36
Penelitian pengembangan merupakan sebuah metode penelitian yang

digunakan dalam penelitian pengembangan ini adalah ADDIE (Analysis, Design,

Development, Implementation, and Evaluation) Pribadi (dalam Sari, 2017:3).

Salah satu fungsinya model ADDIE yaitu menjadi pedoman dalam membangun

perangkat dan infrastruktur program yang efektif, dinamis dan mendukung kinerja

pelatihan pengembangan model ADDIE dapat digambarkan sebagai berikut :

Analisis kebutuhan untuk menentukan


masalah dan solusi yang tepat dalam
Analysi
mengembangkan perangkat
s
pembelajaran di SD.

Menentukan model dan pendekatan


Desig pembelajaran, merancang program,
n merancang perangkat pembelajaran di SD.

Mengembangkan perangkat pembelajaran di


SD, diantaranya, RPP, bahan ajar, media, LKPD
Developm
dan Instrumen evaluasi.
ent

Mengujicobakan perangkat
Implementa pembelajaran di SD, melaksanakan
tion tes, serta membagi angket respon.
Melakukan analisis serta perbaikan terhadap
kelemahan dari produk perangkat
Evaluati
pembelajaran di SD yang dihasilkan.
on

Berikut penjelasan dari tahap pengembangan ADDIE yang akan

peneliti lakukan.

1. Analysis (Analisis)

37
Tahap analysis merupakan tahap dimana peneliti menganalisis

perlunya pengembangan bahan ajar dan menganalisis kelayakan dan syarat-

syarat pengembangan. Tahapan analisis yang dilakukan penulis mencakup

tiga hal yaitu analisis kebutuhan, analisis kurikulum, dan analisis karakter

peserta didik. Secara garis besar tahapan analisis yang dilakukan penulis

adalah sebagai berikut.

a. Analisis Kebutuhan

Analisis kebutuhan dilakukan dengan terlebih dahulu

menganalisis keadaan bahan ajar sebagai informasi utama dalam

pembelajaran serta ketersediaan bahan ajar yang mendukung

terlaksananya suatu pembelajaran. Pada tahap ini akan ditentukan

bahan ajar yang perlu dikembangkan untuk membantu peserta didik

belajar.

b. Analisis Kurikulum

Pada analisis kurikulum dilakukan dengan memperhatikan

karakteristik kurikulum yang sedang digunakan dalam suatu sekolah.

Hal ini dilakukan agar pengembangan yang dilakukan dapat sesuai

tuntutan kurikulum yang berlaku. Kemudian peneliti mengkaji KD

untuk merumuskan indikator-indikator pencapaian pembelajaran.

c. Analisis Karakter

38
Peserta Didik Analisis ini dilakukan untuk melihat sikap

peserta didik terhadap pembelajaran pada tema 7 . Hal ini dilakukan

agar pengembangan yang dilakukan sesuai dengan karakter peserta

didik.

a. Design (Perancangan)

Tahap kedua dari model ADDIE adalah tahap design atau

perancangan. Pada tahap ini mulai dirancang RPP, LKPD, dan soal

evaluasi yang akan dikembangkan sesuai hasil analisis yang

dilakukan sebelumnya. Selanjutnya, tahap perancangan dilakukan

dengan menentukan unsur-unsur yang diperlukan dalam RPP,

LKPD, dan soal evaluasi seperti penyusunan peta kebutuhan RPP,

LKPD, dan soal evaluasi dan kerangka RPP, LKPD, dan soal

evaluasi. Peneliti juga mengumpulkan referensi yang akan

digunakan dalam mengembangkan materi dalam RPP, LKPD, dan

soal evaluasi. Pada tahap ini, peneliti juga menyusun instrumen

yang akan digunakan untuk menilai RPP, LKPD, dan soal evaluasi

yang dikembangkan. Instrumen disusun dengan memperhatikan

aspek penilaian RPP, LKPD, dan soal evaluasi yaitu aspek

kelayakan isi, kelayakan bahasa, kelayakan penyajian, kelayakan

kegrafikaan, dan kesesuaian dengan pendekatan yang digunakan.

Instrumen yang disusun berupa lembar penilaian RPP, LKPD, dan

39
soal evaluasi dan angket respon. Selanjutnya instrumen yang sudah

disusun akan divalidasi untuk mendapatkan instrumen penilaian

yang valid.

b. Development (Pengembangan)

Tahap pengembangan merupakan tahap realisasi produk.

Pada tahap ini pengembangan RPP, LKPD, dan soal evaluasi

dilakukan sesuai dengan rancangan. Setelah itu, RPP, LKPD, dan

soal evaluasi tersebut akan divalidasi oleh guru. Pada proses

validasi, validator menggunakan instrumen yang sudah disusun

pada tahap sebelumnya. Validasi dilakukan untuk menilai validitas

isi dan konstruk. Validator diminta memberikan penilaian terhadap

RPP , LKPD, dan soal evaluasi yang dikembangkan berdasarkan

butir aspek kelayakan RPP, LKPD, dan soal evaluasi serta

memberikan saran dan komentar berkaitan dengan isi RPP, LKPD,

dan soal evaluasi yang nantinya akan digunakan sebagai patokan

revisi perbaikan dan penyempurnaan RPP, LKPD, dan soal

evaluasi. Validasi dilakukan hingga pada akhirnya RPP, LKPD,

dan soal evaluasi dinyatakan layak untuk diimplementasikan dalam

kegiatan pembelajaran. Pada tahap ini, peneliti juga melakukan

analisis data terhadap hasil penilaian RPP, LKPD, dan soal

evaluasi yang didapatkan dari validator. Hal ini dilakukan untuk

mendapatkan nilai kevalidan RPP, LKPD, dan soal evaluasi.

40
c. Implementation (Implementasi)

Implementasi dilakukan secara terbatas pada sekolah yang

ditunjuk sebagai tempat penelitian. Guru kelas melakukan

pembelajaran dengan bantuan RPP, LKPD, dan soal evaluasi yang

sudah dikembangkan. Peneliti bertugas sebagai observer dan

mencatat segala sesuatu pada lembar observasi yang dapat

digunakan sebagai perbaikan RPP, LKPD, dan soal evaluasi.

Setelah proses pembelajaran selesai, peserta didik melakukan tes

dengan menggunakan soal yang sudah disediakan. Soal tersebut

telah disusun berdasarkan indikator ketercapaian kompetensi untuk

melihat tingkat keefektifan penggunaan RPP, LKPD, dan soal

evaluasi yang dikembangkan.

Pada tahap ini, peneliti juga melakukan penyebaran angket

respon kepada guru dan peserta didik yang berisi butir-butir

pernyataan tentang penggunaan RPP, LKPD, dan soal evaluasi

dalam pembelajaran. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan data

terkait dengan nilai kepraktisan penggunaan RPP, LKPD, dan soal

evaluasi. Selain itu, guru dan peserta didik juga diminta memberi

komentar sebagai acuan revisi yang kedua sesuai tanggapan guru

dan peserta didik. Setelah dilakukan penyebaran angket dan

melakukan tes belajar siswa, peneliti melakukan analisis data.

Analisis yang pertama adalah analisis berdasarkan hasil angket

41
respon. Analisis ini dilakukan untuk mengetahui nilai kepraktisan

RPP yang dikembangkan. , LKPD, dan soal evaluasi Data

keefektifan didapat dari nilai tes hasil belajar peserta didik yaitu

dengan menghitung persentase ketuntasan klasikal berdasarkan

KKM sekolah.

d. Evaluation (Evaluasi)

Pada tahap ini, peneliti melakukan revisi terakhir terhadap

RPP, LKPD, dan soal evaluasi yang dikembangkan berdasarkan

masukan yang didapat dari angket respon atau catatan lapangan

pada lembar observasi. Hal ini bertujuan agar RPP, LKPD, dan

soal evaluasi yang dikembangkan benar-benar sesuai dan dapat

digunakan oleh sekolah yang lebih luas lagi

C. Uji Coba Produk

Uji coba merupakan tahap dilaksanakannya evaluasi pengembangan media

pembelajaran berupa RPP yang melalui beberapa validator yaitu uji coba validasi

ahli media, ahli materi, RPP, dan soal tema 2. Uji coba hasil pembelajaran

menggunakan pengisian angket validasi untuk memperoleh data kualitatif dan

kuantitatif.

D. Desain Uji Coba

1. Tempat Penelitian

42
Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 39 Kota Ternate kelas IV pada

Tema 2 subtema 1 Selalu Berhemat Energi yaitu dengan mengembangkan

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kerja Peserta Didik

(LKPD), Soal Evaluasi.

2. Waktu Penelitian

Waktu pelaksanaan penelitian ini dilakukan pada tanggal 6 – 9 bulan

Agustus tahun ajaran 2022/2023.

E. Subjek Coba

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IV SD Negeri 39 Kota Ternate

yang berjumlah 27 siswa.

F. Jenis Data

Dalam pelaksanaan penelitian dan pengembangan Research & Development

(R&D), peneliti menggunakan dua jenis data yang dikumpulkan, yaitu:

1. Data kuantitatif, yaitu jenis data yang dapat diukur atau dihitung secara

langsung, yang berupa informasi atau penjelasan yang dinyatakan dengan

bilangan atau berbentuk angka. Data kuantitatif diperoleh dari skor angket

penilaian validator dan penilaiain siswa. Data kuantitatif, hasil pengukuran

variabel yang dioperasionalkan dengan menggunakan instrumen

(Sugiyono,2015:15)

43
2. Data kualitatif, yaitu data yang berkaitan dengan aspek kualitas, nilai atau

makna yang terdapat dibalik fakta. Menurut Somadayo (2018:2), data

kualitatif ini berupa kritik dan saran validator terhadap produk yang

dikembangkan dan deskripsi keterlaksanaan ujicoba produk.

G. Instrumen Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, instrumen yang digunakan adalah sebagai berikut.

1. Lembar Penilaian RPP, LKPD, dan Soal Evaluasi

a. Lembar Penilaian RPP, LKPD, dan soal evaluasi oleh Ahli Materi

Lembar penilaian RPP, LKPD, dan soal evaluasi oleh ahli materi ini

diberikan kepada seorang guru yang memiliki spesifikasi keahlian pada materi

yang dikembangkan. Instrumen ini bertujuan untuk mengetahui nilai

kevalidan RPP, LKPD, dan soal evaluasi yang dikembangkan berdasarkan

aspek kompetensi, isi materi, dan kesesuaian dengan pendekatan . Lembar

penilaian RPP ini disusun dengan 5 alternatif jawaban yaitu sangat kurang

baik/sesuai (SK), kurang baik/sesuai (K), cukup baik/sesuai (C), baik/sesuai

(B), dan sangat baik/sesuai (SB).

b. Lembar Penilaian RPP oleh Ahli Media

Lembar penilaian RPP, LKPD, dan soal evaluasi oleh ahli media ini

diberikan kepada seorang guru yang memiliki spesifikasi di bidang media.

44
Tujuan dari instrumen ini adalah untuk mengetahui nilai kevalidan RPP,

LKPD, dan soal evaluasi yang dikembangkan berdasarkan aspek bahasa,

penyajian, dan kegrafikan. Sama halnya dengan Lembar RPP, LKPD, dan soal

evaluasi oleh ahli materi, Lembar penilaian RPP, LKPD, dan soal evaluasi ini

disusun dengan 5 alternatif jawaban yaitu sangat kurang baik/sesuai (SK),

kurang baik/sesuai (K), cukup baik/sesuai (C), baik/sesuai (B), dan sangat

baik/sesuai (SB).

c. Lembar Penilaian RPP oleh Guru

Lembar penilaian RPP oleh guru adalah lembar penilaian yang

diberikan kepada guru kelas IV yang berkolaborasi dengan peneliti dalam

pembelajaran. Tujuan dari instrumen ini adalah untuk mengetahui nilai

kevalidan RPP, LKPD, dan soal evaluasi yang dikembangkan berdasarkan

aspek kompetensi, isi materi, bahasa, penyajian, dan kegrafikan. Lembar

penilaian RPP, LKPD, dan soal evaluasi ini disusun dengan 5 alternatif

jawaban yaitu sangat kurang baik/sesuai (SK), kurang baik/sesuai (K), cukup

baik/sesuai (C), baik/sesuai (B), dan sangat baik/sesuai (SB).

2. Lembar Observasi

Lembar observasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah lembar

observasi keterlaksanaan pembelajaran. Lembar ini digunakan untuk mencatat

data yang diperoleh dari masukan peserta didik, kegiatan pembelajaran yang

45
berlangsung, dan masukan dari guru setelah proses pembelajaran. Selanjutnya

data yang didapatkan digunakan untuk perbaikan RPP, LKPD, dan soal

evaluasi yang dikembangkan setelah diujikan dalam proses pembelajaran.

3. Angket Respon

a. Angket Respon Siswa

Angket respon siswa diberikan kepada siswa diakhir penelitian

setelah RPP , LKPD, dan soal evaluasi selesai diujicobakan. Instrumen ini

bertujuan untuk mengetahui respon dan tanggapan siswa terhadap RPP,

LKPD, dan soal evaluasi yang telah dikembangkan. Angket respon siswa

disusun dengan lima alternatif jawaban yaitu sangat tidak setuju (STS), tidak

setuju (TS), netral (N), setuju (S), dan sangat setuju (SS).

b. Angket Respon Guru

Angket respon guru diberikan kepada guru pada akhir penelitian.

Instrumen ini bertujuan untuk mengetahui tanggapan guru terhadap

kemudahan dan keterbantuan pembelajaran menggunakan RPP, LKPD, dan

soal evaluasi yang telah dikembangkan. Angket respon guru disusun

dengan lima alternatif jawaban yaitu sangat tidak setuju (STS), tidak setuju

(TS), netral (N), setuju (S), dan sangat setuju (SS).

4.Tes Hasil Belajar

Tes hasil belajar diberikan kepada peserta didik pada akhir

pembelajaran untuk menentukan ketuntasan pemahaman peserta didik setelah

46
pembelajaran selesai dilaksanakan. Hasil tes dipergunakan untuk mengetahui

persentase rata-rata skor tes hasil belajar siswa. Dari hasil tes akan didapatkan

persentase ketuntasan klasikal siswa untuk mengetahui efektifitas RPP,

LKPD, dan soal evaluasi.

a. Validasi Produk

Menurut Sugiyono (2009 : 414) tahap ini bertujuan untuk mengetahui

kevalidan produk yang dikembangkan baik dari aspek media dan materi.

Validasi produk dilakukan oleh dosen ahli dan guru. Berdasarkan validasi

ahli, akan diperoleh data tentang kekurangan atau kelemahan produk.

Kekurangan- kekurangan tersebut selanjutnya akan diperbaiki oleh peneliti.

H. Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini teknik analisis data dilakukan untuk mendapatkan RPP,

LKPD, dan soal evaluasi yang layak digunakan dan berkualitas yang memenuhi

kriteria valid, praktis, dan efektif berdasarkan pengelompokkan data sesuai dengan

jenis datanya. Berikut adalah penjelasan analisis data dari masing-masing

instrumen.

1. Lembar Penilaian RPP, LKPD, dan Soal Evaluasi

Lembar penilaian RPP, LKPD, dan Soal Evaluasi digunakan untuk

mendapatkan data kevalidan RPP, LKPD, dan soal evaluasi yang

dikembangkan. Data kevalidan diperoleh dari penilaian oleh guru yang

47
berkolaborasi dengan peneliti dalam pembelajaran. Langkah yang

dikembangkan dalam menganalisis data dari lembar penilaian RPP, LKPD, dan

soal evaluasi adalah.

a. Mengubah data kualitatif menjadi data kuantitatif dengan ketentuan skala

Likert pada Tabel berikut.

Tabel 3.1 Aturan Pemberian Skor

No Kategori Skor

1 SB (Sangat Baik) 4

2 B (Baik) 3

3 C (Cukup) 2

4 K (Kurang) 1

b. Menghitung rata-rata skor dengan rumus sebagai berikut :

Σxi
xi= x 100 %
n

(Arikunto, 2015:56)

Keterangan:

xi = Rata-rata nilai yang dicari

Σxi = Jumlah poin yang diberikan oleh validator

n = Jumlah poin total

48
c. Mengkonversi skor rata-rata menjadi nilai kuantitatatif ke data kualitatif

sesuai dengan aspek penilaian pada Tabel 3.2 berikut :

Tabel 3.2 Konversi Data Kuantitatif Ke Data Kualitatif (Arikunto, 2015: 35)

Tingkat Kualifikasi Keputusan

Pencapaian

80-100 % Sangat valid dan Sangat layak, sangat praktis,

sangat praktis tidak perlu revisi

60-79 % Valid dan praktis Layak, praktis, perlu revisi

40-59 % Cukup valid dan Kurang layak, kurang praktis,

cukup praktis perlu revisi

20-39 % Kurang valid dan Tidak layak, tidak praktis

kurang praktis

2. Angket Respon

Angket respon digunakan untuk mendapatkan data kepraktisan penggunaan

RPP, LKPD, dan Soal Evaluasi. Data diperoleh dari angket respon untuk

siswa dan guru. Langkah yang dilakukan untuk menganalisis data tersebut

Adalah :

Data kuantitatif digunakan teknik analisis data menggunakan skala

likert 1-4 yang diperoleh dari angket respon siswa dihitung skor rata-

49
ratanya dengan rumus perhitungan persentase rata-rata pada setiap

komponen sebagai berikut:

Σx
P= x 100 %
N

(Arikunto, 2015: 24)

Keterangan:

P = Persentase respon siswa

Σx = Jumlah skor setiap kriteria yang dipilih siswa

N = Jumlah skor total

Hasil perhitungan persentase respon siswa akan dianalisis

kualitatif sesuai dengan kriteria tabel 3.2 konversi data kuantitatif ke

data kualitatif untuk menilai kepraktisan pengembangan Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran materi Tema 2 Selalu Berhemat Energi

siswa kelas IV di SD Negeri 39 Kota Ternate.

3. Tes Hasil Belajar

Tes hasil belajar digunakan untuk mendapatkan nilai keefektifan

RPP, LKPD, dan soal evaluasi. Data tersebut didapatkan dengan

menganalisis hasil tes hasil belajar yang dilakukan oleh siswa pada akhir

pembelajaran. Adapun Langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai

berikut:

a. Menghitung skor tes hasil belajar setiap siswa.

50
b. Menentukan nilai yang dicapai setiap siswa dengan rumus sebagai

berikut.

Jumlah skor benar


Nilai hasil belajar = x 100 %
Jumlah skor maksimal

(Sugiyono, 2016: 396)

a. Menghitung rata-rata hasil belajar siswa dalam satu kelas dengan

rumus sebagai berikut:

Jumlah nilai hasil belajar tiap siswa


Nilai rata-rata=
Jumlah seluruh siswa

(Sugiyono, 2016: 396)

b. Menghitung jumlah siswa yang lulus KKM yaitu ≥70 dengan

menghitung persentase ketuntasan belajar secara klasikal dengan

rumus sebagai berikut:

Siswa yang mencapai KKM


KBK = x 100 %
Jumlah siswa keseluruhan

(Sugiyono, 2016: 396)

d. Perhitungan persentase efektifitas pengembangan Rencana

Pelaksaanaan Pembelajaran (RPP) , LKPD, dan soal evaluasi

Tema 2 Selalu Berhemat Energi untuk siswa kelas IV SD Negeri

39 Kota Ternate di hitung dari hasil belajar siswa yang lulus

51
memenuhi secara klasikal dengan menggunakan Pendoman Acuan

Patokan (PAP) dengan skala likert 1-4 sebagai berikut:

Tabel 3.3 Pedoman Acuan Patokan Efektifitas (Sugiyono, 2016: 398)

Tingkat Pencapaian Kualifikasi

80-100 Sangat efektif

60-79 Efektif

40-59 Cukup efektif

20-39 Kurang efektif

Berdasarkan tabel 3.3 Pedoman Acuan Patokan Keefektifan di atas,

pengembangan RPP, LKPD, dan soal evaluasi Tema 2 Selalu Berhemat

Energi dikatakan mencapai keefektifan pengembangan RPP jika nilai hasil

belajar siswa telah memperoleh hasil pencapaian efektifitas dengan

mendapatkan skor rata-rata lebih dari 61 % dan apabila rata-rata skor yang

diperoleh tidak lebih dari 61 % maka pengembangan RPP dinyatakan tidak

mencapai keefektifan pengembangan RPP untuk Tema 2 Selalu Berhemat

Energi untuk siswa kelas IV SD Negeri 39 Kota Ternate dengan perlu adanya

RPP, LKPD, dan soal evaluasi untuk memperbaiki kualitas pengembangan

RPP, LKPD, dan soal evaluasi menjadi lebih baik di

lingkungan Sekolah Dasar (SD)

52
DAFTAR PUSTAKA

Darmawan, R. A., & Pamungkas, A. S. (2022). Profil Technological, Pedagogical,


And Content Knowledge (TPACK) Guru Kelas IV SDN Batok Bali dalam
Pembelajaran Tematik di Era New Normal. Pendas: Jurnal Ilmiah
Pendidikan Dasar, 7(2), 517-526.

Mutiakandi, N. M. (2022). Penerapan Model Problem-Based Learning Dengan


Kerangka Pembelajaran Tpack Untuk Meningkatkan Kemampuan Literasi
Matematis Dan Self-Confidence Siswa Smp (Doctoral Dissertation, Fkip
Unpas).

Putra,N.(2015).Research and development penelitian dan pengembangan: Suatu


pengantar(edisi keempat). Jakarta: Raja Grafindo Persada

53
Rohaeti, E. (2018). Komponen Model Pembelajaran. Universitas Negeri Yogyakarta.

Rahawarin, C., & Arikunto, S. (2015). Pengaruh komunikasi, iklim organisasi dan
gaya kepemimpinan transformasional kepala sekolah terhadap kinerja guru
SMA. Jurnal Akuntabilitas Manajemen Pendidikan, 3(2), 173-188.

Ratnasari, A. D., Wahyudi, W., & Permana, I. (2022). Penerapan Problem Based
Learning Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Peserta Didik Pada
Pembelajaran Tematik. Scholaria: Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, 12(3),
261-266.

Santaria, R., Jufriadi, J., Risman, R., & Junaid, R. (2016). Penerapan Model
Pembelajaran Kooperatif Teknik Tudassipulung. Prosiding, 2(1).

Sanjaya, D. H. W. (2016). Penelitian tindakan kelas. Prenada Media.

Siregar, N. I. (2021). Problematika Guru dalam Menerapkan Pendekatan TPACK


sebagai Karakteristik Guru Abad 21 di Kelas IV Sekolah Dasar Gugus III
Kecamatan Kisaran Timur Kabupaten Asahan (Doctoral dissertation,
UNIMED).

Sugiyono (2015) Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D. Cetakan kedua
puluh dua Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. (2016). Metode penelitian pendidikan. Bandung: Alfabet

Sari, S. A. (2017). Pengembangan media belajar Pop-up Book pada materi minyak
bumi. Jurnal Pendidikan Sains Indonesia, 5(1), 107-113.

Tanjung, H. S., & Nababan, S. A. (2018). Pengembangan perangkat pembelajaran


matematika berorientasi model pembelajaran berbasis masalah (pbm) untuk
meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa SMA Se-Kuala Nagan Raya
Aceh. Genta Mulia: Jurnal Ilmiah Pendidikan, 9(2).

54
Warsono & Haryanto. 2012. Pembelajaran Aktif Teori dan Assesmen. Bandung:
Remaja Rosdakarya.

Wijayanti, L., & Marsigit, M. (2015). Pengembangan Perangkat Pembelajaran Materi


Pecahan Berbasis Teori Bruner Di Kelas Iv Sd Labschool Unesa. Jurnal Prima
Edukasia, 3(2), 143-154.

Yusuf, M. (2021). Pendidikan holistik menurut para ahli.

55
47

Das könnte Ihnen auch gefallen