Sie sind auf Seite 1von 78

PENGARUH INTERVENSI MUSIK ALAM TERHADAP

TINGKAT KECEMASAN PASIEN ODONTEKTOMI


DI POLI GIGI RSGM MARANATHA

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Dalam Menyelesaikan Pendidikan Program
Diploma IV Pada Jurusan Kesehatan Gigi Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan
Bandung

Disusun oleh:
Hathur Muntaha
NIM. P17325121472

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN BANDUNG
JURUSAN KESEHATAN GIGI
2023
LEMBAR PERNYATAAN
ORISINALITAS SKRIPSI

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya:

Nama : Hathur Muntaha


Tempat & tanggal lahir : Sukabumi, 13 April 1994
Alamat Tempat Tinggal : Jl. Raya Surade, No. 86, Kel. Surade, Kec.
Surade, Kab. Sukabumi
Alamat email : hathurmuntaha@gmail.com
HP : 087720681758
Judul Skripsi :
Pengaruh Intervensi Musik Alam Terhadap Tingkat Kecemasan Pasien
Odontektomi di Poli Gigi RSGM Maranatha
Dengan ini saya menyatakan bahwa tulisan skripsi yang saya buat
adalah benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan karya orang
lain. Apabila di kemudian hari ternyata tulisan/naskah saya tidak sesuai
dengan pernyataan ini, maka secara otomatis tulisan/naskah saya dianggap
gugur dan saya bersedia mempetanggungjawabkan secara hukum.

Demikian pernyataan ini dibuat dengan sebenarnya.

Bandung, Juni 2022

Yang Menyatakan

Meterai

Rp. 10.000

Hathur Muntaha
NIM: P17325121472
LEMBAR PENGUJIAN SKRIPSI

Skripsi yang ditulis oleh:

Nama : Hathur Muntaha

NIM : P17325121472

Judul : Pengaruh Intervensi Musik Alam terhadap Tingkat Kecemasan


Pasien Odontektomi di Poli Gigi RSGM Maranatha

Telah diujikan dihadapan dosen penguji pada : Juni 2022

Dosen Ketua Penguji Tanda tangan

drg. Yenni Hendriani P., MKM ……………………..


NIP. 197211222005012002

Dosen Anggota Penguji 1

drg. Rr. Megananda HP, M,Kes ……………………..


NIP. 196504121991032001

Dosen Anggota penguji 2

Siti Fatimah, S.Tr.KG.,MDSc ……………………..


NIP. 199405302022032003
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI

Pembimbing 1 Pembimbing 2

Siti Fatimah, S.Tr.KG.,MDSc drg. Rr. Megananda HP, M,Kes


NIP. 199405302022032003 NIP. 196504121991032001

Bandung, …………………Juni 2023


Ketua Program Studi Terapan Gigi Program Sarjana Terapan

drg. Sri Mulyanti, M.Kes


NIP. 196508301993122001

Mengetahui,
Ketua Jurusan Kesehatan Gigi
Politeknik Kesehatan Kemenkes Bandung

Yonan Heriyanto, S.Si.T.,M.Kes


NIP. 197401131993031001
ABSTRAK

PENGARUH INTERVENSI MUSIK ALAM

TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PASIEN ODONTEKTOMI

DI POLI GIGI RSGM MARANATHA

Hathur Muntahaˡ Siti Fatimah, S.Tr.KG.,MDSc² drg. Rr. Megananda HP, M,Kes³

Pendahuluan : Kasus gigi impaksi di Indonesia tercatat cukup tinggi, terdapat


berbagai penelitian yang telah dilakukan terkait dengan prevalensi gigi impaksi.
Gigi impaksi adalah gigi yang tidak dapat atau tidak bisa erupsi ke posisi fungsional
normalnya. Operasi odontektomi merupakan salah satu acara yang digunakan untuk
mengambil gigi yang tidak erupsi dan gigi yang erupsi sebagian atau sisa akar yang tidak
dapat diekstraksi dengan teknik pencabutan biasa. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui Pengaruh Intervensi Musik Alam Terhadap Tingkat Kecemasan Pasien
Odontektomi Di Poli Gigi RSGM Maranatha. Metode : Jenis penelitan ini quasi
eksperimental dengan rancangan penelitian one group pre and post test design, dengan
menggunakan teknik accidental sampling, dengan total sample 30 orang. Data diperoleh
dengan menggunakan kuesioner MDAS- modifikasi yang terdiri dari 5 pertanyaan yang
diisi sebelum dan sesudah di berikan intervensi musik alam pasien yang akan dilakukan
tindakan odontektomi di poli gigi RSGM Marahatha. Hasil : dari penelitian ini
didapatkan perbedaan yang signifikan kecemasan sebelum dan sesudah dilakukan
intervensi musik alam pada pasien yang akan mendapatkan tindakan odontektomi, rata-
rata skor tingkat kecemasan sebelum didengarkan musik alam adalah 11,70
dengan skor tingkat kecemasan terendah 6 dan tertinggi 19 dan rata-rata skor
tingkat kecemasan sesudah diberikan intervensi musik alam adalah 7,77 dengan
skor tingkat kecemasan terendah 5 dan tertinggi 12, hasil analisis diperoleh nilai
signifikasi p-value 0,000 ( p < 0,05), artinya ada perbedaan bermakna rerata skor
tingkat kecemasan pasien odontektomi sebelum dan sesudah diberikan terapi
musik alam.

Kata kunci : Odontektomi, Kecemasan dental, Musik alam.


ABSTRACT

THE EFFECT OF NATURE MUSIC INTERVENTION


ON THE LEVEL OF ANXIETY OF ODONTECTOMY PATIENTS
IN DENTAL POLY at RSGM MARANATHA

Hathur Muntahaˡ Siti Fatimah, S.Tr.KG.,MDSc² drg. Rr. Megananda HP, M,Kes³

Introduction : Cases of impacted teeth in Indonesia are recorded to be quite high,


there are various studies that have been conducted related to the prevalence of
impacted teeth. Impacted teeth are teeth that cannot or cannot erupt into their
normal functional position. Odontectomy surgery is one of the procedures used to
remove unerupted teeth and partially erupted teeth or remaining roots that cannot
be extracted by ordinary extraction techniques. The purpose of this study was to
determine the effect of natural music intervention on the anxiety level of
odontectomy patients at the Dental Clinic of RSGM Maranatha. Methods: This
type of research is quasi-experimental with a one group pre and post test design,
using an accidental sampling technique, with a total sample of 30 people. Data
were obtained using the MDAS-modified questionnaire consisting of 5 questions
that were filled out before and after the natural music intervention was given to
the patient who was about to undergo an odontectomy at the dental clinic of the
Marahatha Hospital. Results: From this study, there was a significant difference
in anxiety before and after nature music intervention in patients who were going
to get odontectomy, the average anxiety level score before listening to nature
music was 11.70 with the lowest anxiety level score being 6 and the highest being
19 and the average - the average anxiety level score after being given the natural
music intervention was 7.77 with the lowest anxiety level score of 5 and the
highest 12, the results of the analysis obtained a significant p-value of 0.000 (p
<0.05), meaning that there was a significant difference in the average patient's
anxiety level score odontectomy before and after natural music therapy.

Keywords: Odontectomy, Dental anxiety, Natural music.


KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT berkat Rahmat, Hidayah, dan Karunia-Nya

kepada kita semua sehingga sayah dapat menyelesaikan skripsi dengan judul

"Pengaruh Intervensi Musik Alam Terhadap Tingkat Kecemasan Pasien

Odontektomi Di Poli Gigi RSGM Maranatha”.

Laporan skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat dalam

menyelesaikan pendidikan program Diploma IV pada jurusan Kesehatan Gigi

Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Bandung. Penulis menyadari dalam

penyusunan skripsi ini tidak akan selesai tanpa bantuan dari berbagai pihak.

Karena itu pada kesempatan ini sayah ingin mengucapkan terima kasih

kepada seluruh pihak yang memberikan bantuan selama penulisan skripsi ini

hingga selesai. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan

rasa terimakasih kepada :

1. Pujiono, SKM., M.Kes selaku Plt Direktur Politeknik Kesehatan Kemenkes

Bandung

2. Yonan Heriyanto,S.SiT.,M.Kes selaku Ketua Jurusan Kesehatan Gigi

Politeknik Kesehatan Kemenkes Bandung.

3. drg. Sri Mulyanti, M.Kes selaku Kaprodi D4 Jurusan Kesehatan Gigi.

4. Devy Octaviana, S.ST., MH.Kes selaku Pembimbing Akademik

5. Siti Fatimah, S.Tr.KG.,MDSc. selaku pembimbing I penyusunan skripsi yang

telah meluangkan banyak waktunya untuk memberikan bimbingan, arahan,

serta petunjuk dengan penuh perhatian


6. drg. Rr. Megananda HP, M,Kes. selaku pembimbing II penyusunan Skripsi

yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan dan motivasi

sehingga penyusunan Skripsi ini bisa diselesaikan.

7. drg. Yenni Hendriani P., MKM selaku ketua penguji skripsi

8. Seluruh staf pengajar dan civitas akademik Jurusan Kesehatan Gigi yang telah

memberikan pengalaman dan banyak ilmu yang bermanfaat.

9. Bapak/Ibu perpustakaan yang telah menyediakan berbagai sumber untuk

penyusunan Skripsi ini.

10. Seluruh terapis gigi dan mulut RSGM Maranatha yang telah banyak

membantu.

11. Kepada orang tua tersayang, mamah dan papah yang telah mendidik, selalu

mendo’akan dan mendukung selama ini.

12. Untuk isteri tercita, terimakasih banyak atas semua yang telah di berikan,

do’a, waktu dan dukungan yang selama ini.

13. Teman-teman seluruh mahasiswa Jurusan Kesehatan Gigi ahli jenjang yang

saling membantu dan selalu memberi bantuan selama penyusunan skripsi ini.

14. Kepada diri saya sendiri, yang telah mampu kooperatif dalam mengerjakan

tugas akhir ini. Terima kasih karena sudah selalu berfikir positif ketika

keadaan yang sempat tidak berpihak, dan selalu berusaha mempercayai diri

sendiri, hingga akhirnya diri saya mampu membuktikan bahwa saya bisa

menyelesaikannya.
Kami menyadari skripsi ini tidak luput dari berbagai kekurangan. Penulis

mengharapkan saran dan kritik demi kesempurnaan dan perbaikannya sehingga

akhirnya laporan skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi bidang pendidikan

dan penerapan di lapangan serta bisa dikembangkan lagi lebih lanjut.

Bandung, 21 Desember 2022

Hathur Muntaha
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN SIDANG PROPOSAL .........Error! Bookmark not defined.


KATA PENGANTAR .......................................................Error! Bookmark not defined.
DAFTAR ISI..................................................................................................................... 10
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
A. Latar Belakang ........................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................................... 5
C. Tujuan Penelitian .................................................................................................... 5
D. Manfaat Penelitian .................................................................................................. 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................................... 7
A. Bedah Minor ..........................................................Error! Bookmark not defined.
B. Kecemasan ............................................................................................................ 10
C. Terapi Musik ......................................................................................................... 23
BAB III METODE PENELITIAN .................................................................................. 33
A. Jenis dan Rancangan Penelitian ............................................................................ 33
B. Populasi dan Sampel ............................................................................................. 33
C. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................................... 35
D. Kerangka Konsep .................................................................................................. 35
E. Hipotesis Penelitian .............................................................................................. 36
F. Definisi Operasional ............................................................................................. 37
G. Pengumpulan Dan Analisa Data ........................................................................... 38
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................................... 44
A. HASIL ................................................................................................................... 44
B. PEMBAHASAN ................................................................................................... 49
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ................................................................................. 53
A. SIMPULAN .......................................................................................................... 53
B. SARAN ................................................................................................................. 53
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 55
LAMPIRAN...................................................................................................................... 61
DAFTAR TABEL
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bedah minor merupakan pembedahan yang dilakukan secara

sederhana, tidak memiliki risiko terhadap nyawa pasien dan tidak

memerlukan bantuan asisten untuk melakukannya (Soeselo, 2021). Menurut

World Health Organization (WHO), ada sebanyak 234,2 juta operasi bedah

yang dilakukan setiap tahun di 56 negara dari 192 negara anggota WHO

(Weiser, 2008). Bahkan Amerika Serikat sudah melaksanakan prosedur

operasi sebanyak 51,4 juta kali pada tahun 2010 (WHO, 2015). Indonesia

pada tahun 2017 telah melakukan operasi bedah pada hampir 1,2 juta jiwa

(Sartika, 2018). Untuk Provinsi Jawa Barat tindakan bedah dilakukan untuk

menangani 3.884 kasus (36,38%), hasil tahun 2017 tersebut menunjukkan

adanya kenaikan tindakan bedah sebesar 89, 95% jika dibandingkan dengan

tahun sebelumnya (Depkes RI, 2017).

Bedah minor dalam bidang kedokteran gigi biasanya dilakukan untuk

kasus pengambilan gigi impaksi, biopsi jaringan lunak, persiapan

pemasangan implan gigi, infeksi orofasial, dan lain sebagainya (Mehra &

D’Innocenzo, 2016). Kasus impaksi gigi menjadi kasus yang memerlukan

tindakan bedah minor yang paling sering ditemui di klinik gigi. Impaksi gigi

sebagian besar terjadi pada gigi molar tiga, yaitu sebuah kondisi berupa gigi

tidak erupsi sama sekali atau gigi tidak erupsi dengan sempurna. Timbulnya

kejadian impaksi dikarenakan gigi terhalang oleh jaringan lunak atau

1
2

jaringan tulang yang terdapat di sekitar gigi, serta adanya lengkung rahang

yang sempit yang menjadikan gigi tidak memiliki cukup ruang untuk erupsi

dengan benar (Siagian, 2014).

Kasus gigi impaksi di Indonesia tercatat cukup tinggi. Terdapat

berbagai penelitian yang telah dilakukan terkait dengan prevalensi gigi

impaksi. Penelitian yang dilakukan di Rumah Sakit Gigi Mulut (RSGM)

Universitas Syiah Kuala Banda Aceh Periode Juni 2012–Januari 2013

didapatkan data bahwa dari 148 foto panoramik pasien, 81 pasien (54,7%)

diantaranya mengalami impaksi molar tiga (Rejeki, 2014). Qutbi (2018)

mempublikasikan data sosiodemografi serta prevalensi dan insidensi kasus

impaksi gigi di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dr. Moewardi, dari

5548 rekam medis didapatkan prevalensi gigi impaksi tahun 2013-2017

sebesar 13,2% (jumlah penambahan dari tahun 2013-2017) dan insidensi

gigi impaksi paling banyak pada tahun 2014 sebesar 7,5% (Kemenkes,

2022). Cukup tingginya kasus impaksi tersebut mengakibatkan permintaan

bedah minor untuk tindakan odontektomi pada Rumah Sakit Gigi dan Mulut

juga mengalami peningkatan.

Rasa takut terhadap peralatan odontektomi merupakan kondisi yang

sering terjadi dan menjadi salah satu pemicu timbulnya kecemasan (Betty,

2020). Sebuah penelitian menunjukkan bahwa rasa takut terhadap jarum

suntik menjadi penyebab kedua terbanyak kecemasan pada pasien, yaitu

sebanyak 69.80%. Penyebab pertama adalah rasa cemas dan takut ke dokter
3

gigi serta menjalani segala perawatan gigi sering dijumpai di tempat praktik

(odontophobia) (Jodisaputra, 2017).

Untuk mengatasi adanya respon kecemasan pada tindakan

odontektomi, pada masa sekarang telah banyak dikembangkan terapi non

farmakologi diantaranya dengan cara terapi musik (Basri, 2019). Terapi

musik merupakan suatu proses yang menghubungkan aspek penyembuhan

dari musik itu sendiri dengan kondisi fisik, mental, spiritual dan kebutuhan

seseorang (Natalina, 2013). Terapi musik sering kali dilakukan dalam

keperawatan kritis sebagai cara untuk mengurangi kecemasan,

meningkatkan relaksasi, istirahat, dan meningkatkan kualitas tidur pasien

(Morton, 2012).

Penggunaan musik alam telah terbukti mampu dan efektif mengurangi

tingkat kecemasan pasien secara klinis (Tridiyawati, 2022; Putra, 2022).

Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa terapi musik memberikan

efek relaksasi dan menurunkan kecemasan pada pasien (Faradisi, 2018;

Wijanarko, 2019). Penelitian Safitri (2022) menyatakan ada pengaruh

pemberian terapi musik terhadap tingkat kecemasan pasien, dimana setelah

diberikan terapi musik kecemasan cenderung menurun jika dibandingkan

dengan sebelum diberikan terapi musik. Hasil tersebut juga sejalan dengan

penelitian Ilmiyah (2022) yang menyatakan mendengarkan musik alam

dapat menurunkan kondisi emosional yang dirasakan pasien yang

dibuktikan dari menurunnya tingkat kecemasan, rasa gelisah, dan rasa

tegang.
4

Rumah Sakit Gigi dan Mulut Maranatha merupakan rumah sakit

swasta yang berdiri dari pengembangan Poliklinik Maranatha yang

memberikan pelayanan kesehatan di lingkungan Universitas Kristen

Maranatha dan masyarakat umum. RSGM Maranatha merupakan salah satu

RSGM pendidikan terbaik yang mendapat akreditasi paripurna menjadikan

RSGM Maranatha setiap tahunnya terus berkembang. Untuk memenuhi

kebutuhan akan pelayanan kesehatan gigi dan mulut yang komprehensif dan

menjawab tantangan jaman, RSGM Maranatha bekerjasama dengan BPJS

kesehatan sebagai RS rujukan tipe B dan juga banyak asuransi kesehatan

swasta lainnya. Hasil survei pendahuluan yang peneliti lakukan di RSGM

Maranatha ditemukan rata-rata jumlah tindakan bedah minor dalam 3 bulan

terakhir yaitu sebanyak 96 tindakan perbulannya, terdiri dari pasien umum

dan asuransi kesehatan swasta. Hasil tersebut menunjukkan bahwa kasus

kesehatan gigi dan mulut yang memerlukan tindakan bedah minor masih

cukup tinggi.

RSGM Maranatha menempatkan pengeras suara di setiap ruangan,

sebagai bentuk terapi dan relaksasi untuk pasien. Hal tersebut mendukung

upaya penelitian ini. Juga pernah dilakukan penelitian pengaruh musik

brainwave terhadap tingkat kecemasan dental pasien dewasa muda yang

akan dilakukan pencabutan gigi oleh Amalia (2017) di RSGM Maranatha.

Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang

pengaruh intervensi musik alam terhadap tingkat kecemasan pasien

odontektomi di Poli Gigi RSGM Maranatha.


5

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan masalah

penelitian apakah terdapat pengaruh intervensi musik alam terhadap tingkat

kecemasan pasien odontektomi di Poli Gigi RSGM Maranatha?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Diketahuinya pengaruh musik alam terhadap tingkat kecemasan

pasien odontektomi di Poli Gigi RSGM Maranatha.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui tingkat kecemasan pasien odontektomi di

Poli Gigi RSGM Maranatha sebelum intervensi musik alam.

b. Untuk mengetahui tingkat kecemasan pasien odontektomi di

Poli Gigi RSGM Maranatha setelah intervensi musik alam.

c. Untuk mengetahui pengaruh intervensi musik alam terhadap

tingkat kecemasan pasien odontektomi di Poli Gigi RSGM

Maranatha.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi pihak

Rumah Sakit Gigi dan Mulut Maranatha sebagai sumber informasi

tentang masalah dan kebutuhan atau harapan pasien sehingga dapat

digunakan sebagai keputusan perencanaan upaya peningkatan mutu

pelayanan.
6

2. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan mengenai

pengaruh musik alam terhadap tingkat kecemasan pasien odontektomi

di Poli Gigi RSGM Maranatha sehingga dapat dijadikan referensi bagi

mahasiswa ataupun peneliti selanjutnya.


7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Odontektomi

1. Definisi

Odontektomi atau pengangkatan gigi dengan pembedahan,

merupakan tindakan pembedahan sehari-hari yang paling sering

dilakukan oleh Spesialis Bedah Mulut. Dalam proses tumbuhnya gigi

bungsu atau geraham ketiga yaitu gigi terakhir yang tumbuh ke rongga

mulut, sering sulit tumbuh yang disebut impaksi (Rahayu, 2014b).

Gigi impaksi ini bisa menyebabkan berbagai masalah di dalam mulut,

mulai dari rasa sakit yang mengganggu sampai gangguan yang lebih

serius di mulut. Masalah yang dapat ditimbulkan antara lain

perikoronitis, periodontitis, kista, tumor, dan lain-lain. Tindakan yang

sering dilakukan untuk mengatasi masalah ini adalah pembedahan

atau dalam istilah medis disebut dengan odontektomi. Odontektomi

merupakan istilah yang digunakan untuk mengambil gigi yang tidak

dapat diambil dengan cara pencabutan biasa sehingga harus

menggunakan tindakan pembedahan (Sartika dkk, 2017).

Bedah minor adalah setiap prosedur operasi invasif di mana

hanya kulit atau selaput lendir dan jaringan ikat yang direseksi.

Misalnya pemotongan vaskular untuk penempatan kateter, atau

pemasangan pompa di jaringan subkutan (Fadli, 2022). Bedah minor


8

adalah keterampilan praktis yang memerlukan pengetahuan teori dan

latihan mengenai alat bedah sederhana, teknik aseptik dan menjahit

(Yarso, 2018).

Pembedahan minor adalah pembedahan dengan anestesi lokal

biasanya dilakukan pada pengambilan gigi belakang yang tumbuhnya

miring atau yang tidak dapat tumbuh dan juga dapt dilakukan untuk

penghalusan tulang dimana ada tonjolan tulang yang tajam sebelum

pembuatan gigi palsu (RSGM Maranatha, 2022).

Bedah minor merupakan operasi umum yang bersifat selektif,

mengakibatkan perubahan yang kecil pada bagian tubuh, biasanya

dilakukan untuk memperbaiki deformitas, dan resiko yang terjadi

lebih rendah dibandingkan dengan bedah mayor. Bedah minor ini

bertujuan untuk memperbaiki fungsi tubuh, mengangkat lesi pada

kulit dan memperbaiki deformitas. Pembedahan yang sering dilakukan

contohnya, pencabutan gigi, kuretase, pengangkatan kutil,

pengangkatan tumor jinak atau kista. Anastesi yang sering digunakan

pada pembedahan ini ialah anastesi lokal (Potter, 2010).

2. Tujuan

Bedah minor dapat digunakan untuk beberapa aplikasi yang

berbeda. Bedah minor tidak melakukan teknik yang sangat invasif,

seperti pengangkatan usus buntu, tetapi dapat memberikan prekursor

untuk prosedur lanjutan tersebut. Tujuan bedah minor antara lain:

a. Mengidentifikasi Penyakit
9

Bedah minor dapat membantu mengidentifikasi keberadaan atau

bahkan penyebab penyakit. Prosedur ini dapat digunakan untuk

menentukan masalah di perut dan dapat digunakan untuk

memutuskan apakah kantong empedu akan diangkat atau

tidak. Biopsi juga dianggap sebagai bedah minor dan dapat

membantu dokter mengidentifikasi akar penyebab berbagai

gejala dan penyakit.

b. Mengobati Luka dan Kerusakan

Bedah minor juga dapat digunakan untuk mengobati luka dan

kerusakan. Jika ada lesi kulit, misalnya, debridement adalah

prosedur bedah minor yang digunakan untuk merawat dan

menutup area tersebut. Jahitan juga dianggap sebagai prosedur

bedah minor dan secara efektif menutup luka yang akan berada

dalam bahaya infeksi, pembusukan, atau pembukaan lebih

lanjut.

3. Manfaat

Bedah minor bermanfaat untuk membantu dokter menetapkan

diagnosis penyakit yang dialami pasien. Selain itu, prosedur ini juga

dapat membantu mengatasi beberapa kondisi, dan mencegah

keparahan lebih lanjut yang dapat terjadi (Fadli, 2022).

4. Penyakit gigi yang ditangani dengan bedah minor

a. Impaksi gigi bungsu.

b. Penyakit gusi.
10

c. Posisi gigi bungsu tidak benar.

d. Timbulnya kista atau abses pada gusi di sekitar gigi bungsu.

e. Terjadinya selulitis pada pipi, lidah, atau tenggorokan (Hakim,

2021)

B. Kecemasan

1. Definisi Kecemasan

Ansietas merupakan kekhawatiran yang tidak jelas dan

menyebar, berkaitan dengan perasaan yang tidak pasti dan tidak

berdaya. Keadaan emosi ini tidak memiliki objek yang spesifik.

Ansietas dialami secara subjektif dan dikomunikasikan secara

interpersonal. Ansietas tidak sama dengan rasa takut, yang merupakan

penilaian intelektual terhadap bahaya. Ansietas adalah respons

emosional terhadap penilaian tersebut. Kapasitas untuk menjadi cemas

diperlukan untuk bertahan hidup, tetapi tingkat ansietas yang berat

tidak sejalan dengan kehidupan (Savitri, 2016). Ansietas atau

kecemasan merupakan rasa emosi yang berhubungan dengan sesuatu

dari luar drinya dan mekanisme diri yang digunakan untuk mengatasi

permasalahan. Terdapat beberapa teori yang menjelaskan tentang

ansietas, yaitu:

a. Teori psikoanalisis

Menurut pandangan psikoanalisis, ansietas merupakan konflik

emosional yang terjadi diantara dua elemen kepribadian yaitu id

dan superego. Id merupakan dorongan insting dan impuls


11

primitif seseorang, sedangkan superego mencerminkan hati

nurani seseorang yang dikendalikan oleh norma-norma budaya

yang dianut. Ego berfungsi sebagai penengah dari tuntutan dari

dua elemen tersebut, dan fungsi ansietas adalah untuk memberi

peringatan kepada ego bahwa ada atau terjadi bahaya.

b. Teori interpersonal

Dalam teori pandangan interpersonal ansietas muncul dari

perasaan takut terhadap penolakan saat berhubungan dengan

orang lain. Hal ini juga dapat dihubungkan dengan trauma pada

masa pertumbuhan, seperti kehilangan atau berpisah dengan

orang yang disayangi. Namun apabila keberadaanya dapat

diterima oleh orang lain, ia akan merasa lebih tenang. Dengan

demikian dalam teori ini ansietas dikaitkan dengan hubungan

antar manusia.

c. Teori perilaku

Di dalam teori perilaku, ansietas merupakan hasil dari

keputusasaan. Ketidak mampuan atau kegagalan dalam

mencapai suatu tujuan yang diharapkan dapat menimbulkan

frustasi. Frustasi dan putus asa inilah yang menyebabkan

seseorang menjadi cemas atau ansietas.

2. Tingkat dan Jenis Kecemasan

Menurut Stuart (2011) tingkat kecemasan dapat dibagi menjadi:

a. Kecemasan ringan
12

Kecemasan yang berhubungan dengan ketegangan dalam

peristiwa sehari-hari, ansietas tingkat ini dapat menyebabkan

individu menjadi waspada dan meningkatkan persepsinya.

Ansietas tingkat ini dapat memicu munculnya motivasi dalam

belajar dan menghasilkan pertumbuhan serta kreativitas.

b. Kecemasan sedang

Kecemasan ini memungkinkan individu untuk berfokus pada hal

yang penting dan mengesampingkan yang lain. Ansietas ini

mempersempit persepsi individu. Dengan demikian, individu

tidak dapat dapat perhatian secara selektif namun dapat berfokus

pada lebih banyak area jika diarahkan untuk melakukannya.

c. Kecemasan Berat

Kecemasan jenis ini dapat mengurangi lapang persepsi individu.

Individu cenderung berfokus pada sesuatu yang rinci dan

spesifik serta tidak berfikir tentang hal lain. Semua perilaku

ditujukan untuk mengurangi ketegangan. Individu tersebut

memerlukan banyak arahan untuk berfokus pada area lain.

d. Kecemasan Panik

Kecemasan panik berhubungan dengan terperangah, ketakutan,

dan teror. Hal yang rinci terpecah dari proporsinya. Karena

mengalami kehilangan kendali, individu yang mengalami panik

tidak mampu melakukan sesuatu walaupun dengan arahan.

Panik mencakup disorganisasi kepribadian dan menimbulkan


13

peningkatan aktivitas motorik, menurunya kemampuan untuk

berhubungan dengan orang lain, persepsi yang menyimpang,

dan kehilangan pemikiran yang rasional. Tingkat ansietas ini

tidak sejalan dengan kehidupan, jika berlangsung terus dalam

waktu yang lama dapat mengakibatkan kelelahan dan kematian.

3. Karakteristik Kecemasan

a. Kecemasan ringan

1) Berhubungan dengan ketegangan di dalam peristiwa

sehari-hari

2) Persepsi terhadap lingkungan sekitar meningkat

3) Dapat dijadikan sebagai motivasi yang positif untuk

belajar dan menghasilkan kreativitas

4) Respon fisiologis: nafas pendek (sesekali), nadi dan

tekanan darah meningkat, terjadi sedikit gangguan pada

lambung, wajah berkerut, dan bibir bergetar.

5) Respon kognitif: mampu menerima rangsangan yang

kompleks, mampu berkonsentrasi pada masalah yang

terjadi, mampu menyelesaikan masalah secara efektif, dan

terangsang untuk melakukan suatu tindakan.

6) Respon perilaku dan emosi: tidak dapat duduk dengan

tenang, tremor pada tangan, dan suara terkadang

meninggi.

b. Kecemasan sedang
14

1) Respon fisiologis: nafas pendek (sering), nadi ekstra sistol

dan terjadi peningkatan tekanan darah, mulut kering,

anoreksi, diare/konstipasi, nyeri kepala, sering berkemih,

dan letih.

2) Respon kognitif: memusatkan perhatian pada hal yang

dianggap penting dan mengabaikan hal yang lainnya,

lapang persepsi menyempit, tidak menerima rangsangan

dari luar.

3) Respons perilaku dan emosi: gerakan tersentak-sentak,

terlihat lebih tegang, bicara cepat dan lebih banyak, sulit

tidur, dan perasaan tidak aman dan nyaman.

c. Kecemasan berat

1) Individu cenderung memikirkan satu hal yang kecil dan

mengabaikan hal yang lain.

2) Respon fisiologis: nafas pendek, terjadi peningkatan

tekanan darah, berkeringat, nyeri kepala, penglihatan

berkabut, serta tampak tegang.

3) Respons kognitif: tidak mampu berpikir berat lagi dan

membutuhkan banyak arahan, dan lapang persepsi

menyempit.

4) Respon perilaku dan emosi: perasaan terancam meningkat

dan komunikasi menjadi terganggu (verbalisasi cepat).

d. Panik
15

1) Respon fisiologis: nafas pendek, rasa tercekik dan

palpitasi, nyeri pada dada, pucat, hipotensi, serta

rendahnya koordi-nasi motorik.

2) Respon kognitif: gangguan realitas, tidak mampu berfikir

logis, persepsi terhadap lingkungan mengalami distorsi,

dan tidak mampu memahami situasi.

3) Respon perilaku dan emosi: agitasi, marah, ketakutan,

berteriak-teriak, kehilangan kontrol diri, perasaan

terancam, serta dapat berbuat sesuatu yang dapat mem-

bahayakan diri sendiri dan orang lain.

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kecemasan

Tidak semua kecemasan atau ansietas dikatakan bersifat

patologis, ada beberapa kecemasan yang bersifat normal. Faktor-

faktor yang dapat mempengaruhi tingkat kecemasan yaitu (Suwanto,

2018).

a. Faktor internal

1) Usia

Dengan bertambahnya usia seseorang maka permintaan

bantuan atau pertolongan dari orang-orang di sekitar akan

menurun, mereka akan meminta bantuan apabila

membutuhkan kenyamanan, reasurance, dan nasehat-

nasehat.

2) Pengalaman
16

Individu yang memiliki modal kemampuan dalam

menghadapi dan menyelesaikan suatu masalah cenderung

akan lebih kuat dan tegas dalam menghadapi berbagai

masalah yang terjadi. Invidu yang memiliki pengalaman

seperti ini menganggap bahwa pengalaman dapat

dijadikan sebagai guru dan motivasi dalam menghadapi

berbagai masalah dan stres.

3) Aset fisik

Orang dengan badan yang besar, gagah, dan kuat

cenderung akan menggunakan atau mengandalkan

fisiknya dalam menghadapi suatu masalah atau stress.

b. Faktor eksternal

1) Pengetahuan

Seseorang yang memiliki ilmu pengetahuan dan memiliki

kemampuan intelektual dapat meningkatkan kemampuan

seseorang tersebut di dalam menyikapi dan menyelesaikan

suatu masalah atau kecemasan, dan dengan aktif di

berbagai kegiatan akan sangat membantu meningkatkan

kemampuan seseorang tersebut di dalam menghadapi

suatu masalah atau kecemasan yang terjadi.

2) Pendidikan

Peningkatan pendidikan mampu mengurangi rasa tidak

mampu di dalam menyikapi suatu masalah. Semakin


17

tinggi pendidikan seseorang maka akan semakin mudah

dalam menghadapi dan menyikapi masalah yang ada.

3) Finansial/ material

Seseorang yang memiliki aset finansial atau materi yang

cukup tidak akan cemas atau khawatir dengan masalah

kekacauan finansial.

4) Keluarga

Lingkungan kecil dimulai dari lingkungan keluarga, peran

pasangan di dalam hal ini sangat berarti di dalam

memberikan dukungan dan motivasi. Dengan adanya

dukungan dan perhatian dari anggota keluarga maka

individu akan semakin kuat dan tegar dalam menghadapi

suatu masalah yang terjadi.

5) Obat

Di dalam bidang psikiatri dikenal obat-obatan yang

tergolong dalam kelompok antiansietas. Obat-pbat ini

memiliki khasiat mengatasi ansietas sehingga

penderitanya cukup tenang.

6) Dukungan sosial dan budaya

Dukungan sosial dan sumber-sumber masyarakat serta

lingkungan sekitar individu akan sangat membantu

seseorang dalam menghadapi stresor, pemecahan masalah

bersama-sama dan tukar pendapat dengan orang


18

disekitarnya akan membuat situasi individu lebih siap

menghadapi stres dan masalah yang akan datang.

Terdapat faktor biologis yang mempengaruhi kecemasan yaitu

(Natalina, 2013):

a. Faktor-faktor genetis

Faktor genetis memiliki peran penting di dalam perkembangan

gangguan kecemasan, yang di dalamnya termasuk gangguan

panik, gangguan kecemasan menyeluruh, gangguan obsesif-

kompulsif, dan gangguan-gangguan fobia. Pada faktor ini

peneliti juga telah mengaitkan suatu gen dengan neurotisisme

(neuroticism), suatu trait kepribadian yang mungkin mendasari

kemudahan untuk berkembangnya gangguan-gangguan

kecemasan (Irawati, 2014). Trait neurotisme memiliki ciri

kecemasan, yaitu suatu perasaan bahwa akan terjadi hal yang

buruk, dan kecenderungan untuk menghindari stimulus

pembangkit ketakutan.

b. Neurotransmitter

Sejumlah neurotransmitter berpengaruh pada reaksi kecemasan,

termasuk aminobutyric acid (GABA). GABA merupakan

neurotransmitter yang inhibitori, yang berarti meredakan

aktivitas berlebih dari sistem saraf dan membantu untuk

meredam respon-respon stress. Bila aksi GABA tidak adekuat,

neuron-neuron dapat berfungsi berlebihan yang kemungkinan


19

dapat menyebabkan kejang-kejang. Pandangan tentang peran

GABA ini didukung oleh penemuan bahwa orang dengan

gangguan panik menunjukkan taraf GABA yang lebih rendah di

beberapa bagian otak. Ketidakteraturan atau disfungsi dalam

reseptor serotonin norephi-nephrine di otak juga memegang

peran dalam gangguan-gangguan kecemasan. Hal ini mungkin

dapat menjelaskan mengapa obat-obatan anti depresi yang

mempengaruhi sistem neurotransmitter ini seringkali memiliki

efek yang menguntungkan di dalam menangani bebrapa

gangguan kecemasan, dan termasuk panik.

5. Alat Ukur Kecemasan

Peneliti sering mengalami kesulitan mengukur kecemasan dental

secara klinis karena banyak alat ukur yang dibuat oleh para pakar

untuk mengukur kecemasan dental untuk membantu para klinisi, di

antaranya; Corah Dental Anxiety Scale (CDAS), Modified Dental

Anxiety Scale (MDAS), Kleinknecht Dental Fear Scale, Stouthard‟s

Dental Anxiety Inventory, Child Fear Survey Schedule-Dental

Subscale.

Penelitian ini menggunakan Modified Dental Anxiety Scale

(MDAS). Versi modifikasi dari DAS juga banyak digunakan dengan

menambahkan penilaian pasien terhadap pemberian anastesi lokal

karena rasa sakit yang dialami saat pemberian anastesi lokal bervariasi

sesuai dengan lokasinya, yang juga berpengaruh terhadap tingkat


20

kecemasan yang dialami. Selain itu, rentang 1-5 pada skala kecemasan

dapat menjawab secara sederhana mengenai tingkat kecemasan mulai

dari tidak cemas sampai phobia. Modifiksi DAS dapat digunakan

untuk semua pasien di atas 12 tahun. Pertanyaan-pertanyaan yang

berkaitan dengan aspek yang berbeda dari perawatan dental namun

lebih mengarah kepada pengalaman subjektif pasien. Validitas tes

telah di uji dan dikonfirmasi banyak peneliti. Modifikasi DAS berisi 5

item pilihan ganda termasuk sebagai berikut:

a. Jika Anda diberitahu bahwa salah satu gigi Anda harus dicabut,

bagaimana perasaan Anda?

b. Jika besok Anda akan pergi ke dokter gigi untuk mencabut gigi,

bagaimana perasaan Anda?

c. Jika Anda sedang duduk di ruang tunggu menunggu prosedur

pencabutan gigi, bagaimana perasaan Anda?

d. Jika Anda akan disuntik bius lokal pada gusi, bagaimana

perasaan Anda?

e. Jika gigi geraham ketiga Anda hendak dicabut melalui prosedur

pembedahan, bagaimana perasaan Anda?

6. Kecemasan Akibat Pembedahan

Pembedahan elektif maupun kedaruratan adalah peristiwa

komplek yang menegangkan, sehingga selain mengalami gangguan

fisik akan memunculkan masalah psikologis. Prosedur pembedahan


21

tersebut akan selalu didahului dengan reaksi emosional dari pasien

yang salah satunya ialah kecemasan (Carpenito, 2001). Kecemasan

akibat pembedahan merupakan suatu hal yang tidak jelas yang dialami

oleh pasien yang akan menjalani operasi karena tidak tahu

konsekuensi dari operasi, dan takut terhadap prosedur operasi itu

sendiri (Muttaqin, 2009). Rasa cemas yang dialami oleh pasien

dihubungkan dengan rasa nyeri, kemungkinan cacat, menjadi

bergantung dengan orang lain, dan mungkin kematian (Potter, 2010).

Kecemasan apabila tidak diatasi dapat mengakibatkan pasien

tidak mampu berkonsentrasi dan memahami kejadian selama

perawatan dan prosedur pembedahan, selain itu kecemasan juga dapat

menyebabkan terganggunya proses penyembuhan atau pemulihan

setelah tindakan pembedahan. Keberhasilan suatu pembedahan

bergantung pada persiapan pre operatif. Pengkajian secara integral

fungsional pasien meliputi fungsi fisik, biologis, dan psikologis sangat

diperlukan untuk keberhasilan dan kesuksesan suatu tindakan

pembedahan (Pawatte, 2014).

7. Faktor-Faktor Pembedahan Yang Menyebabkan Kecemasan

Faktor-faktor pembedahan yang dapat menyebabkan kecemasan:

a. Rasa takut pasien terhadap nyeri dan kematian.

b. Kurangnya pemberian informasi tentang pembedahan yang

jelas.
22

c. Ketakutan tentang deformitas dan ancaman lain yang dapat

mengubah citra tubuh, prognosa yang buruk dan ancaman

ketidakmampuan permanen.

d. Faktor lain, meliputi biaya pembedahan, tanggung jawab

terhadap keluarga, dan pekerjaan. atau ketakutan akan prognosa

yang buruk dan ancaman ketidakmampuan permanen (Muttaqin,

2009).

8. Kecemasan Pada Penyakit Gigi

Menurut Siregar (2022), kecemasan dental adalah suatu

ketakutan abnormal atau ketakutan terhadap kunjungan ke dokter gigi

untuk perawatan atau pencegahan ataupun terapi dan rasa cemas tidak

beralasan terhadap dental. Kecemasan atau rasa takut pada anak

merupakan suatu keadaan yang multifaktorial. Kecemasan terhadap

perawatan gigi seringkali dinyatakan dengan penolakan perawatan

gigi atau ketakutan terhadap dokter gigi. Pasien yang merasa cemas

cenderung akan menghindar untuk melakukan kunjungan berkala ke

dokter gigi, sehingga pasien membatalkan kunjungan, tidak kooperatif

dan tidak mampu melaksanakan atau mengingat instruksi pasca-

perawatan. Oleh sebab itu, dapat menurunkan efisiensi dan efektifitas

pelayanan kesehatan gigi. Dalam hal ini diharapkan dapat

mengantisipasi perilaku pasien untuk membantu menghindari rasa

cemas.
23

C. Terapi Musik

1. Definisi

Musik dapat diartikan sebagai nada atau suara yang disusun

sedemikian rupa sehingga mengandung irama, lagu, dan

keharmonisan, terutama yang menggunakan alat-alat yang dapat

menghasilkan bunyi-bunyi tersebut (Gabela, 2014). Pengertian musik

sering kali dibedakan dengan pengertian lagu. Lagu merupakan ragam

suara yang berirama (dalam bercakap-cakap, bernyanyi, membaca dan

lain-lain), atau nyanyian. Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan

bahwa musik dan lagu merupakan dua hal yang berkaitan erat satu

sama lain. Pengertian musik lebih luas daripada pengertian lagu. Ada

yang berpendapat bahwa lagu merupakan bagian dari suatu karya

musik, yaitu karya musik sendiri meliputi karya musik yang

menggunakan lirik maupun karya musik tanpa lirik (instrumentalia)

(Cholifah, 2019).

Pada dasarnya hampir semua jenis musik bisa digunakan untuk

terapi musik. Namun kita harus tahu pengaruh setiap jenis musik

terhadap pikiran. Setiap nada, melodi, ritme, harmoni, timbre, bentuk

dan gaya musik akan memberi pengaruh berbeda kepada pikiran dan

tubuh kita. Dalam terapi musik, komposisi musik disesuaikan dengan

masalah atau tujuan yang ingin kita capai (Aizid, 2012). Musik sangat

mempengaruhi kehidupan manusia. Musik memiliki 3 bagian penting

yaitu tempo, ritme, dan harmoni. Tempo mempengaruhi tubuh, ritme


24

mempengaruhi jiwa, sedangkan harmoni mempengaruhi perasaan.

Contoh paling nyata bahwa tempo sangat mempengaruhi tubuh adalah

dalam konser musik rock. Bisa dipastikan tidak ada penonton maupun

pemain dalam konser musik rock yang tubuhnya tidak bergerak.

Semuanya bergoyang dengan dahsyat, bahkan cenderung lepas

kontrol. Salah satu gerakan yang popular saat mendengarkan musik

rock adalah "head banger", suatu gerakan memutar-mutar kepala

mengikuti irama musik rock yang kencang. Dan tubuh itu

mengikutinya seakan tanpa rasa lelah (Suwanto, 2018).

Jika hati seseorang sedang susah, mendengarkan musik yang

indah, yang memiliki irama (ritme) yang teratur, maka perasaan akan

lebih terasa enak dan enteng. Bahkan di luar negeri, pihak rumah sakit

banyak memperdengarkan lagu-lagu indah untuk membantu

penyembuhan para pasiennya. Itu suatu bukti, bahwa ritme sangat

mempengaruhi jiwa manusia (Trappe, 2012).

Sedangkan harmoni sangat mempengaruhi perasaan. Jika

menonton film horor, selalu terdengar harmoni (melodi) yang

menyayat hati, yang membuat bulu kuduk berdiri. Dalam ritual-ritual

keagamaan juga banyak digunakan harmoni yang membawa roh

manusia masuk ke dalam alam penyembahan. Di dalam meditasi,

manusia mendengar harmoni dari suara-suara alam di sekelilingnya

(Trappe, 2012). Terapi Musik yang efektif menggunakan musik

dengan komposisi yang tepat antara tempo, ritme dan harmoni yang
25

disesuaikan dengan tujuan dilakukannya terapi musik. Jadi memang

terapi musik yang efektif tidak bisa menggunakan sembarang musik

(Djohan, 2009).

Terapi musik adalah suatu terapi yang menggunakan metode

alunan melodi, ritme, dan harmonisasi suara dengan tepat. Terapi ini

diterima oleh organ pendengaran kita yang kemudian disalurkan ke

bagian tengah otak yang disebut sistem limbik yang mengatur emosi

(Cervellin G, 2012). Musik merupakan salah satu elemen yang tidak

bisa dilepaskan dalam keseharian. Rangkaian nada alunan musik

mampu meningkatkan mood dan memengaruhi kondisi psikologis

seseorang. musik juga bisa sebagai sarana relaksasi maupun terapi,

membantu memperbaiki kondisi depresi, pasien diharapkan mau

berobat. Kemauan melawan penyakit akan memperbaiki kualitas

hidup pasien, yang menentukan kesembuhannya (Chen C, 2014).

2. Aliran Musik

Genre musik adalah pengelompokan musik sesuai dengan

kemiripannya satu sama lain. Musik juga dapat dikelompokan sesuai

dengan kriteria lain, misalnya geografi. Sebuah genre dapat

didefinisikan oleh teknik musik, gaya, konteks, dan tema musik. Jenis

aliran musik sangat berfariasi hal ini dapat kita lihat baik dari

instrumen yang digunakan, ritme lagu, serta tempo lagu yang

dimainkan (Britannica, 2016). Masing-masing genre terbagi lagi

menjadi beberapa sub-genre. Pengkategorian musik seperti ini,


26

meskipun terkadang merupakan hal yang subyektif, namun merupakan

salah satu ilmu yang dipelajari dan ditetapkan oleh para ahli musik

dunia. Berikut ini adalah pengelompokan musik berdasarkan genre

musiknya:

a. Musik Klasik

Musik Klasik biasanya merujuk pada musik klasik Eropa, tapi

kadang juga pada musik klasik Persia, India, dan lain-lain.

Musik klasik Eropa sendiri terdiri dari beberapa periode,

misalnya barok, klasik, dan romantik.

b. Musik Gospel

Musik Gospel didominasi oleh vokal dan biasanya memiliki

tema Kristen. Di Indonesia, musik gospel banyak dipopulerkan

oleh musisi seperti Franky Sihombing, Giving My Best, Nikita,

True Worshippers.

c. Jazz

Jazz adalah jenis musik yang tumbuh dari penggabungan blues,

ragtime, dan musik Eropa, terutama musik band. Beberapa

subgenre jazz adalah Dixieland, swing, bebop, hard bop, cool

jazz, free jazz, jazz fusion, smooth jazz, dan CafJazz.

d. Blues

Blues berasal dari masyarakat Afro-Amerika yang berkembang

dari musik Afrika barat. Jenis ini kemudian mempengaruhi


27

banyak genre musik pop saat ini, termasuk ragtime, jazz, big

band, rhythm and blues, rock and roll, country, dan musik pop.

e. R&B

R&B (Rhythm and blues) adalah nama musik tradisional

masyarakat AfroAmerika, yaitu musik pop kulit hitam dari

tahun 1940-an sampai 1960-an yang bukan jazz atau blues.

f. Funk

Funk juga dipelopori oleh musisi-musisi Afro-Amerika,

misalnya James Brown, Parliament-Funkadelic, dan Sly and the

Family Stone.

g. Rock

Rock, dalam pengertian yang paling luas, meliputi hampir

semua musik pop sejak awal 1950-an. Bentuk yang paling awal,

rock and roll, adalah perpaduan dari berbagai genre di akhir

1940-an, dengan musisi-musisi seperti Chuck Berry, Bill Haley,

Buddy Holly, dan Elvis Presley. Hal ini kemudian didengar oleh

orang di seluruh dunia, dan pada pertengahan 1960-an beberapa

grup musik Inggris, misalnya The Beatles, mulai meniru dan

menjadi populer.

h. Pop

Musik pop adalah genre penting namun batas-batasnya sering

kabur, karena banyak musisi pop dimasukkan juga ke kategori

rock, hip hop, country, dan sebagainya. Musik pop diambil dari
28

istilah “popular”, yang artinya terkenal. Musik pop adalah nama

bagi aliran-aliran musik yang didengar luas oleh pendengarnya

dan kebanyakan bersifat komersial. Biasanya musik ini terkenal

dalam jangka waktu tertentu, kemudian menghilang. Musik pop

ini sangat digemari masyarakat karena lagunya yang mudah

dimengerti dan liriknya komersial. Musik ini selalu bertutur

tentang hubungan cinta antarmanusia atau tentang kehidupan

sosial masyarakat. Musik ini menggunakan tempo, irama, dan

harmonisasi yang mudah, dan sederhana. Oleh karena itu, musik

ini mudah ditiru dan dierima oleh masyarakat (Britannica,

2016).

i. Musik Suara Alam

Suara alam sangat dekat dengan kehidupan setiap orang sehari-

hari dan manusia memiliki daya tarik bawaan dengan alam,

sehingga interaksinya dengan alam memiliki efek terapeutik

terhadap manusia itu sendiri yang mendengarkannya. Musik

suara alam seperti suara air terjun, suara angin, kicauan burung

dan hujan (Lita, Ardianti, 2019). Penulis memilih musik alami

yang lebih universal, yaitu suara alam, suara alam ini adalah

perpaduan dari musik dengan beat yang pelan dengan suara air

mengalir dan suara kicauan burung, penelitian suara alam ini

pernah dilakukan oleh Jesper, dkk. di Stockholm University pada

tahun 2010, dan mendapatkan hasil bahwa musik suara alam


29

dapat mempercepat recovery klien yang stress. Beberapa jenis

teknik relaksasi yang dapat dilakukan untuk mencapai keadaan

relaks yaitu dengan mendengarkan musik yang tenang,

bermeditasi, melakukan latihan imajinasi atau visualisasi, atau

menggunakan teknik-teknik relaksasi otot progresif (Mulyadi,

2010). Manfaat dari terapi musik suara alam yaitu melalui

alunan musik yang menstimulasi hipotalamus yang sebagai

pusat pengaturan berbagai mekanisme tubuh, sehingga akan

mempengaruhi tekanan darah, nadi, respirasi dan mood

seseorang. Dengan pemberian musik sebagai alternatif dari

teknik relaksasi maka diharapkan penderita hipertensi dapat

mencapai keadaan relaks dan keadaan emosional penderita yang

stabil, sehingga tekanan darah juga stabil, selain menurunkan

tekanan darah musik juga mempengaruhi sistem saraf

parasimpatis yang meregangkan tubuh dan memperlambat

denyut jantung, serta memberikan efek rileks pada organ-organ

tubuh dan juga menurunkan kecemasan.

Bentuk suara alam yang dapat dipergunakan sebagai teknik

relaksasi yang mana dapat pula menurunkan tekanan darah

yakni campuran suara dari air mengalir dan burung-burung

berkicau. Suara rata-rata tingkat tekanan diatur ke 50 dB (LAeq,

4 menit)

(Wijayanti, 2019)
30

3. Manfaat Terapi Musik Terhadap Hormon

Musik berperan sebagai salah satu teknik relaksasi untuk

memperbaiki, memelihara, mengembangkan mental, fisik, dan

kesehatan emosi. Selanjutnya Kemper dan Danhauer menjelaskan

mengenai manfaat musik. Musik selain dapat meningkatkan kesehatan

seseorang juga dapat meringankan dari rasa sakit, perasaan‐perasaan

dan pikiran yang kurang menyenangkan serta membantu untuk

mengurangi rasa cemas (Ashwani, 2012).

Musik dapat digunakan dalam lingkup klinis, pendidikan, dan

sosial bagi klien atau pasien yang membutuhkan pengobatan,

pendidikan atau intervensi pada aspek sosial dan psikologis (Chang

ET, 2012). Campbell menjelaskan bahwa musik dapat

menyeimbangkan gelombang otak. Gelombang otak dapat

dimodifikasi oleh musik ataupun suara yang ditimbulkan sendiri.

Kesadaran biasa terdiri atas gelombang beta, yang bergetar dari 14

hingga 20 hertz. Gelombang beta terjadi apabila kita memusatkan

perhatian pada kegiatan sehari‐hari di dunia luar, juga ketika kita

mengalami perasaan negatif yang kuat.

Ketenangan dan kesadaran yang meningkat dicirikan oleh

gelombang alfa, yang daurnya mulai 8 hingga 13 hertz. Periode‐

periode puncak kreativitas, meditasi dan tidur dicirikan oleh

gelombang theta, dari 4 hingga 7 hertz, dan tidur nyenyak, meditasi

yang dalam, serta keadaan tak sadar menghasilkan gelombang delta,


31

yang berkisar dari 0,5 hingga 3 hertz. Semakin lambat gelombang

otak, semakin santai, puas, dan damailah perasaan (De Niet G, 2011).

Campbell selanjutnya menerangkan bahwa musik memiliki

beberapa manfaat, yaitu:

a. Musik menutupi bunyi dan perasaan yang tidak menyenangkan

b. Musik dapat memperlambat dan menyeimbangkan gelombang

otak.

c. Musik mempengaruhi pernapasan.

d. Musik mempengaruhi denyut jantung, denyut nadi, dan tekanan

darah.

e. Musik mengurangi ketegangan otot dan memperbaiki gerak

serta koordinasi tubuh.

f. Musik dapat mengatur hormon‐hormon.

g. Musik dapat memperkuat ingatan dan pelajaran.

h. Musik dapat memperkuat ingatan dan pelajaran.

i. Musik dapat meningkatkan produktivitas.

j. Musik meningkatkan asmara dan seksualitas.

k. Musik merangsang pencernaan.

l. Musik meningkatkan daya tahan

Musik juga berdampak pada beberapa produksi hormon,

beberapa di antaranya adalah serotonin, melatonin, dan oksitosin.

Terapi musik berdampak positif untuk mengatasi stres karena dapat

mengaktifkan sel-sel pada sistem limbik dan saraf otonom asien,


32

sehingga kekebalan tubuh meningkat dan merangsang pengeluaran

serotonin. Perubahan tingkat serotonin dapat memperbaiki suasana

hati, baik itu menciptakan suasana tenang, rileks, aman, maupun

menyenangkan, sehingga mampu membuat pasien merasa nyaman

(Harmat L, 2008).

Musik memang tidak berhubungan langsung dengan melatonin.

Namun melatonin juga dipengaruhi oleh serotonin, karena serotonin

sendiri akan dikonversi menjadi melatonin. Maka semakin tinggi

serotonin dalam tubuh, maka semakin tinggi pula melatonin. Secara

fisik, musik dapat memperlambat laju tubuh dan menyesuaikan saraf

otonom (misal menekan sistem simpatis dan parasimpatis) (Ryu M,

2012). Musik juga terkait dengan peningkatan oksitosin dan

mengurangi pengeluaran sitokin dalam plasma. Semua ini

berkontribusi pada suasana santai dan mempertahankan tidur (Okada

K, 2009).
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kuasi

eksperimental atau eksperimental semu yang dilakukan dengan memberi

perlakuan berupa terapi musik alam untuk menurunkan kecemasan pasien

yang akan dilakukan tindakan bedah minor. Rancangan penelitian ini adalah

one group pre and post test design karena akan dibandingkan tingkat

kecemasan sebelum dan sesudah diberi terapi musik alam dengan

menggunakan pendekatan kuantitatif.

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi penelitian adalah subyek penelitian misalnya manusia

atau klien (Nursalam, 2017). Populasi dalam penelitian ini yakni

seluruh pasien di Poli Gigi RSGM Maranatha yang akan dilakukan

odontektomi.

2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh pasien odontektomi

di Poli Gigi RSGM Maranatha yang memenuhi kriteria inklusi selama

dilakukannya pelaksanaan penelitian. Sampel dalam penelitian harus

memenuhi kriteria sampel yang ditetapkan peneliti. Pengambilan

sampel dilakukan dengan menggunakan teknik purposive sampling

33
34

yaitu cara pengambilan sampel ini dilakukan dengan memilih sampel

yang memenuhi kriteria penelitian sampai kurun waktu tertentu

sehingga jumlah sampel terpenuhi. Agar dapat dimasukkan sebagai

responden penelitian, sampel sebelumnya harus memenuhi kriteria

inklusi dan eksklusi yang ditetapkan peneliti. Kriteria-kriteria tersebut

yaitu sebagai berikut :

1) Kriteria Inklusi

a) Pasien dengan kasus impaksi gigi di Poli Gigi RSGM

Maranatha.

b) Pasien tidak mengalami gangguan pendengaran.

c) Pasien bersedia menjadi responden.

2) Kriteria Eksklusi

a) Pasien tidak menyelesaikan intervensi terapi musik alam

sesuai waktu yang telah ditentukan.

b) Pasien dalam keadaan panik (perilaku dan emosi: agitasi,

marah, ketakutan, berteriak-teriak, kehilangan kontrol diri,

perasaan terancam, serta dapat berbuat sesuatu yang dapat

membahayakan diri sendiri dan orang lain).

c) Pasien tidak kooperatif.

Perhitungan sampel minimal penelitian dilakukan

menggunakan rumus estimasi ukuran sampel untuk uji rerata yang

terdapat dalam buku Desu dan Raghavarao (1990) dengan rumus

sebagai berikut :
35

σ
𝑛∗ = ( zα/2 )2
d
6,35 2
𝑛∗ = ( 1,96 )
3,1115

𝑛∗ = ( 4 )2

𝑛∗ = 16

Keterangan

n : besar sampel

zα/2 : kesalahan tipe I untuk tingkat kepercayaan 95% adalah 1,96

σ : standar deviasi diperoleh dari penelitian terdahulu sebesar

6,35 (Petronawati et al., 2017)

d : presisi diperoleh dari perhitungan zα/2 σ : √ n presisi

diperoleh dari penelitian terdahulu sebesar 3,1115

(Petronawati et al., 2017)

Jumlah minimum sampel pada penelitian ini 16 responden, sampel

yang akan dipilih melalui penetapan kriteria tertentu oleh peneliti.

C. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian akan dilaksanakan pada tanggal 1 Februari sampai 10 Juni

2023 di Rumah Sakit Gigi dan Mulut Maranatha.

D. Kerangka Konsep

Kerangka konsep merupakan suatu teori yang menjelaskan keterkaitan

antar variabel (Nursalam, 2017). Variabel independent atau variabel bebas


36

penelitian ini adalah intervensi musik, sedangkan variabel dependent atau

variabel terikat yang dipengaruhi oleh variabel independen adalah

kecemasan pasien bedah minor, dengan kerangka konsep sebagai berikut :

Intervensi musik alam pada Tingkat kecemasan pasien


pasien bedah minor odontektomi

Variabel Independent Variabel Dependent

Gambar 3.1 Skema Kerangka Konsep Pengaruh Musik Alam terhadap

Tingkat Kecemasan Pasien Odontektomi

E. Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah jawaban sementara dari rumusan masalah atau

pernyataan penelitian (Nursalam, 2017). Hipotesis dalam penelitian ini yaitu

sebagai berikut.

Ho : Tidak ada pengaruh pemberian intervensi musik alam terhadap

tingkat kecemasan pada pasien odontektomi di Rumah Sakit Gigi

dan Mulut Maranatha.

H1 : Ada pengaruh pemberian intervensi musik alam terhadap tingkat

kecemasan pada pasien odontektomi di Rumah Sakit Gigi dan

Mulut Maranatha.
37

F. Definisi Operasional

Tabel 3.1 Definisi Operasional

Variabel Definisi Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala


Penelitian Operasional Ukur
Variabel Pemberian - - - -
bebas : terapi
Terapi non
musik farmakologi
dengan cara
memperdengar
kan musik
suara
alam selama 5
menit.
Variabel Kondisi Modified Dental Tidak cemas = 1 Total skor Interval
terikat : emosional Anxiety Scale / Sedikit cemas = dari 5
Tingkat yang dirasakan MDAS 2 pertanyaan
kecemasan individu (Skala Tingkat Cemas = 3 MDAS
sebelum Kecemasan) Cemas sekali = berada
dilakukannya Pengukuran 4 pada
tindakan bedah Modifikasi Sangat cemas rentang 5
minor. Skala sekali = 5 sampai
Kecemasan Gigi dengan 25,
versi Indonesia dengan
kriteria :
(Maulina dkk, 0-5 =
2019) Tidak
cemas
6-10 =
Cemas
ringan
11-15 =
Cemas
sedang
16-20 =
Cemas
tinggi
21-25 =
Cemas
berat (atau
fobia).
38

G. Pengumpulan Dan Analisa Data

1. Rencana Pengumpulan Data

a. Alat Pengumpulan Data

Pengukuran tingkat kecemasan dengan menggunakan kuisioner

dilakukan pada saat subyek penelitian. Kuisioner yang

digunakan adalah Modified Dental Anxiety Scale (MDAS) yang

berisi 5 pertanyan pilihan ganda dengan 5 pilihan jawaban

dimana masing-masing jawaban memiliki skor tertentu.

Pertanyaan terdiri dari beberapa situasi atau prosedur yang

ditemukan di klinik gigi dan disesuaikan dengan perawatan yang

akan dilakukan oleh subyek penelitian. Total skor dari jawaban

subyek penelitian berkisar antara 5 – 25 yang menunjukkan

tingkat maksimum dan minimun dari kecemasan dental. Subyek

dengan tingkat kecemasan moderat dan cemas tinggi dengan

skala masing-masing.

b. Uji Validitas dan Uji Reliabilitas

Suatu instrumen dikatakan valid apabila dapat mengukur

masalah atau mengungkapkan data dari variabel yang sedang

diteliti (Arikunto, 2019). Jika nilai validitas setiap jawaban

yang didapatkan ketika memberikan daftar pertanyaan nilainya

lebih besar dari 0,3 maka item pertanyaan tersebut dapat

dikatakan valid. Suatu instrumen dikatakan reliabel apabila tetap

menunujukkan hasil yang sama saat pengukuran suatu gejala


39

dilakukan dalam waktu yang berbeda (Notoatmodjo, 2012).

Instrumen akan dikatakan reliabel jika memiliki nilai alpha >

0,60.

c. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian merupakan tahapan kegiatan yang akan

dilaksanakan selama penelitian sedang berlangsung. Kegiatan-

kegiatan tersebut meliputi :

1) Tahapan persiapan

a) Mengurus surat ijin penelitian

b) Menyiapkan alat pendukung penelitian

c) Menyiapkan ruangan untuk penelitian

d) Memilih responden sesuai dengan kriteria sampel pada

daftar janji pasien odontektomi

e) Membuat daftar nama responden

2) Tahap pelaksanaan

a) Melakukan serah terima pasien dengan petugas

assessment

b) Melakukan pengkajian kecemasan, tanda-tanda vital,

mengamati respon tubuh dan perilaku dan kemampuan

berkomunikasi

c) Responden diberikan penjelasan mengenai tujuan dan

manfaat penelitian
40

d) Responden diinstruksikan mengisi lembar identitas dan

menandatangani lembar persetujuan

e) Responden diinstruksikan mengisi lembar kuesioner

MDAS – Modifikasi sebelum intervensi

f) Mengatur posisi responden yang nyaman sesuai kondisi

responden

g) Dekatkan peralatan yang akan dipakai dengan klien,

pastikan sebelumnya alat berfungsi dengan baik

h) Memberikan intervensi musik selama ±5 menit pada klien

dengan menggunakan handphone, dengan volume sedang

yaitu 750-3000 Hz atau sekitar 50-60% volume

handphone dan sudah diatur sebelumnya

i) Modifikasi lingkungan dengan membatasi stimulasi

eksternal seperti cahaya, suara, petugas lain ataupun

panggilan telepon selama menjalani intervensi musik,

ruangan dalam keadaan tertutup

j) Jaga jarak dengan klien namun masih bisa memonitor

klien, bila perlu peneliti berjaga di depan pintu

k) Responden diminta istirahat sejenak setelah pemberian

intervensi

l) Responden diminta mengisi kembali kuesioner MDAS –

Modifikasi setelah diberikan intervensi

m) Mengucapkan terimakasih kepada responden


41

n) Setelah selesai responden diantar kembali ke ruang

tunggu tindakan

o) Merapihkan kembali alat-alat

p) Melakukan evaluasi

3) Tahap akhir

a) Dokumentasikan intervensi dan respon pasien dalam

catatan keperawatan dan lakukan evaluasi hasil kegiatan

mengenai kenyamanan pasien

b) Peneliti melakukan pengumpulan, pengolahan, dan

analisa data.

2. Pengolahan Data

Data sebelum dianalisa terlebih dahulu dilakukan pengolahan data

dengan cara sebagai berikut.

1) Editing

Editing merupakan upaya untuk memeriksa kembali kebenaran

data yang diperoleh atau yang telah dikumpulkan. Editing dapat

dilakukan pada tahap pengumpulan data atau pada saat data

sudah terkumpul, pada tahap ini dilakukan pemeriksaan

kelengkapan dan kesesuaian data dari penilaian sebelum dan

sesudah intervensi musik dilakukan.

2) Coding

Coding merupakan kegiatan pemberian kode numerik (angka)

terhadap data yang terdiri atas beberapa kategori. Coding


42

merupakan kegiatan merubah data berbentuk huruf menjadi data

berbentuk bilangan, kode berupa angka pada lembar kanan atas

lembar observasi.

3) Scoring

Scoring (pemberian skor) merupakan kegiatan untuk

memberikan skor sesuai jawaban yang dipilih oleh responden,

sehingga mempermudah perhitungan. Scoring dalam penelitian

ini menggunakan MDAS Versi Indonesia

Tidak cemas =1
Sedikit cemas =2
Cemas =3
Cemas sekali =4
Sangat cemas sekali = 5
0-5 = Tidak Cemas
6-10 = Cemas Ringan
11-15 = Cemas Sedang
16-20 = Cemas Tinggi
21-25 = Kecemasan Berat (atau fobia).
4) Tabulating

Tabulating yaitu membuat tabel-tabel data sesuai dengan tujuan

penelitian atau yang diinginkan oleh peneliti (Notoatmodjo,

2012).

3. Analisa Data

Data yang diperoleh dalam penelitian ini akan diolah

menggunakan bantuan progam SPSS 20,0. Analisa dalam penelitian

ini peneliti menggunakan analisis inferensial untuk mengetahui ada


43

atau tidaknya pengaruh musik terhadap perubahan tingkat kecemasan

pada pasien bedah minor.

Analisa dalam penelitian ini meliputi :

1) Analisa Univariat

Analisa univariat mempunyai tujuan untuk menjelaskan atau

mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian

(Notoatmodjo, 2012). Analisis univariat dalam penelitian ini

digunakan untuk mendeskripsikan karakteristik responden

berdasarkan usia, jenis kelamin, dan serta tingkat kecemasan

pasien bedah minor sebelum dan setelah pemberian intervensi

musik yang selanjutnya dituangkan dalam tabel distribusi

frekuensi.

2) Analisa Bivariat

Analisa bivariat merupakan analisa yang dilakukan pada dua

variabel penelitian. Analisa bivariat dalam penelitian ini

dipergunakan. Sebelum dilakukan uji bivariat, data terlebih

dahulu diuji normalitas menggunakan uji Shapiro-Wilk, data

dikatakan terdistribusi normal apabila hasil p-value > 0,05.

Selanjutnya untuk menganalisa pengaruh intervensi musik suara

alam terhadap perubahan tingkat kecemasan pada pasein bedah

minor akan dilakukan pengujian menggunakan uji Paired

Sample T Test.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL

Penelitian ini dilakukan pada tanggal 1 Februari sampai 10 Juni 2023

yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh intervensi musik alam terhadap

tingkat kecemasan pasien odontektomi di poli gigi RSGM Maranatha,

Bandung. Metode Penelitian yang digunakan adalah purposive sampling.

Jumlah subjek yang diteliti adalah sebanyak 30 pasien. Terdiri dari 21

pasien perempuan dan 9 pasien laki-laki.

Proses pengambilan data dilakukan dengan mengisi modified Dental

Anxiety Scale (MDAS) termodifikasi untuk melihat tingkat kecemasan yang

dialami oleh pasien. Selanjutnya dilakukan pengukuran kecemasan pasien

dengan mengisi kuesioner sebelum di berikan intervensi music alam dan

responden kembali mengisi kuesioner setelah di perdengarkan musik alam.

1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden

Hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti di poli gigi RSGM

Maranatha mengenai distribusi frekuensi usia dan jenis kelamin dan

tingkat kecemasan secara pemeriksaan langsung dan kuesioner,

didapatkan hasil penelitian sebagai berikut.

44
45

a. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia

Tabel 4.1
Distribusi Frekuensi Usia di Poli Gigi RSGM Maranatha

Usia Frekuensi %

15-21 Tahun 5 16,7


22-25 Tahun 12 40,0
26-30 Tahun 7 23,3
33-53 Tahun 6 20
Total 30 100

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Usia di Poli Gigi RSGM

Maranatha menunjukkan bahwa yang memiliki usia tertinggi pada

usia 22-25 tahun dengan persentase sebesar (40%).

b. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin di Poli Gigi RSGM Maranatha

Variable Frekuensi %

Jenis Kelamin
Laki-Laki 9 30
Perempuan 21 70
Total 30 100
46

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin di Poli Gigi

RSGM Maranatha menunjukkan bahwa bahwa yang memiliki jenis

kelamin tertinggi yaitu perempuan dengan persentase sebesar

(70%).

2. Distribusi Frekuensi Variabel Penelitian

Tabel 4.4
Distribusi Frekuensi Tingkat Kecemasan Sebelum dan Sesudah
Diberikan Terapi Musik Alam

Tingkat Sebelum Sesudah


Kecemasan
Frekuensi % Frekuensi %
Tidak Cemas 0 (0%) 6 (20%)
Cemas Ringan 11 (36,7%) 22 (73,3%)
Cemas Sedang 15 (50%) 2 (6,7%)
Cemas Tinggi 4 (13,3%) 0 (0%)
Cemas Berat 0 (0%) 0 (0%)
Total 30 (100%) 30 (100%)

Tabel 4.4 menunjukan bahwa sebelum didengarkan musik alam di

dapatkan skor kecemasan tertiggi yaitu responden dengan cemas sedang

yaitu 50% dengan jumlah 15 responden. Lalu setelah didengarkan musik

alam, sebagian besar kecemasan responden menjadi cemas ringan dengan

jumlah 22 responden dan skor kecemasan 73,3% .

3. Pengaruh pemberian intervensi musik alam terhadap tingkat kecemasan


pada pasien odontektomi
47

a. Uji Nomalitas Skor Tingkat Kecemasan Sebelum Dilakukan

Odontektomi

Tabel 4.5

Sampel Shapiro-Wilk Test Musik Alam

Perlakuan Shapiro-Wilk

Statistic df Sig.

Sebelum .970 30 .529

Sesudah .934 30 .064

Tabel 4.5 diperoleh nilai signifikansi (p-value) untuk musik alam

sebelum dan sesudah berdistribui normal dengan p-value (p>

0.005), sehingga analisis yang digunakan uji paremetrik Paired

Sampel T tes.

b. Hasil Analisis Paired Sampel T tes perubahan Tingkat Kecemasan

Sebelum dan sesudah di berikan terapi musik

Tabel 4.6
Hasil Analisis Paired Sampel Statistik Perubahan Tingkat Kecemasan
Sebelum dan Sesudah diberikan Terapi Musik

Perlakuan Mean N Std Deviasi

Sebelum 11.70 30 2.973

Sesudah 7.77 30 1.870


48

Berdasarkan tabel tersebut, dapat dilihat bahwa rata-rata tingkat

kecemasan pada kelompok pasien sebelum perlakuan adalah 11.70,

sedangkan rata-rata tingkat kecemasan pada kelompok pasien

sesudah perlakuan adalah 7.77. Selain itu, standar deviasi pada

kelompok sebelum perlakuan (2.973) lebih tinggi dibandingkan

dengan standar deviasi pada kelompok sesudah perlakuan (1.870).

Tabel 4.7
Hasil Analisis Paired Sampel Test Perubahan Tingkat Kecemasan Sebelum
dan Sesudah diberikan Terapi Musik

Perlakuan Mean Std. t df Sig.


Deviation

Sebelum- 3.933 1.929 11.171 29 .000


Sesudah

Berdasarkan tabel tersebut, dapat dilihat bahwa terdapat perbedaan

yang signifikan antara perlakuan sebelum dan sesudah. Rata-rata

(mean) tingkat perbedaan dalam kelompok Sebelum-Sesudah

adalah 3.933. Standar deviasi (std. deviation) dari kelompok

tersebut adalah 1.929. Hasil analisis menunjukkan bahwa t-value

adalah 11.171 dengan derajat kebebasan (df) sebesar 29. Nilai

signifikansi (sig.) adalah 0.000. Hal ini menunjukkan bahwa


49

perbedaan antara kelompok Sebelum-Sesudah adalah signifikan

secara statistik, dengan tingkat kepercayaan yang tinggi.

B. PEMBAHASAN

Penelitian dan analisis data dilakukan terhadap 30 responden

penerima tindakan odontektomi di Poli Gigi RSGM Maranatha. Responden

terbanyak berjenis kelamin perempuan sebanyak 21 orang (70%). Penelitian

yang dilakukan (Kaomongkolgit dan Tantanapornkul, 2017) yang

menemukan kasus impkasi paling banyak terjadi pada perempuan. Hal ini

dapat dipengerahui oleh jumlah populasi perempuan yang lebih besar dari

laki-laki dan adanya perbedaan pola pertumbuhan.

Penelitian ini pasien terbanyak yang ingin dilakukan odontektomi

ada pada rentang usia 22-25 tahun sebanyak 12 orang (40%). Gigi impaksi

paling banyak terjadi pada gigi bungsu atau molar ketiga. Proses

pembentukan benih gigi bungsu diawali sebelum usia 12 tahun dan

pertumbuhannya berakhir pada usia sekitar 25 tahun. Pada usia tersebut gigi

bungsu akan terbentuk sempurna. (Rahayu, 2014)

Intervensi musik alam memiliki pengaruh yang signifikan terhadap

tingkat kecemasan pasien odontektomi di Poli Gigi RSGM Maranatha.

Setelah intervensi musik alam, terlihat perubahan yang signifikan dalam

tingkat kecemasan pasien. Pasien dengan tingkat kecemasan sedang

merupakan kelompok dengan frekuensi terbanyak yang terkena pengaruh,

yaitu sebanyak 15 pasien (50%), diikuti oleh pasien dengan tingkat

kecemasan ringan sebanyak 11 pasien (36,7%). Pasien-pasien dalam


50

kategori ini mengalami penurunan yang signifikan dalam kecemasan setelah

mendengarkan musik alam. Selain itu, terdapat peningkatan dalam jumlah

pasien yang tidak cemas setelah intervensi musik alam, yaitu sebanyak 6

pasien (20%). Namun, tidak ada pasien yang mengalami tingkat kecemasan

tinggi atau berat setelah intervensi musik alam. Hal ini menunjukkan bahwa

intervensi musik alam efektif dalam mengurangi tingkat kecemasan pasien

odontektomi di Poli Gigi RSGM Maranatha, terutama bagi mereka yang

awalnya mengalami kecemasan sedang dan ringan.

Musik alam memiliki kekuatan untuk merangsang emosi dan

mempengaruhi suasana hati seseorang. Terapi musik yang dipilih dengan

bijak dapat memicu respons emosional yang positif, seperti perasaan

relaksasi, bahagia, atau tenang. Musik juga dapat mengalihkan perhatian dari

pikiran-pikiran yang cemas, membantu meredakan ketegangan dan stres.

Mendengarkan musik alam yang menyenangkan dapat menghasilkan

respons fisiologis yang menguntungkan, seperti menurunkan denyut jantung,

menurunkan tekanan darah, dan mengurangi kadar hormon stres, seperti

kortisol. Ini berarti tubuh akan mengalami perubahan positif yang mengarah

pada penurunan tingkat kecemasan.

Hasil ini selaras dengan penelitian Tridiyawati (2022) yang meneliti

mengenai efektifitas terapi musik terhadap penurunan kecemasan pada

postpartum blues. Hasil penelitian ini juga didukung oleh Aulia (2022) yang

melakukan penelitian penerapan terapi musik terhadap penurunan kecemasan

pada pasien pre operatif di rsud kota bogor Tahun 2022, Penelitian lain yang
51

dilakukan oleh Kurniadi (2022) juga menyatakan hal yang sama, dengan

pengaruh pemberian terapi musik terhadap penurunan tingkat kecemasan

pada pasien intra operasi dengan regional anestesi di RSUD Kota

Tangerang.

Hasil analisis tingkat kecemasan sebelum dan sesudah diberikan

terapi musik menunjukkan bahwa rata-rata skor tingkat kecemasan sebelum

mendengarkan musik alam adalah 11,70. Dari hasil analisis, diperoleh nilai

signifikansi (p-value) sebesar 0,000 (p < 0,05), yang menunjukkan adanya

perbedaan yang signifikan antara rerata skor tingkat kecemasan pasien

odontektomi sebelum dan setelah diberikan intervensi terapi musik alam.

Hasil penelitian menunjukkan terapi musik dengan jenis musik alam

memiliki efek relaksasi pada pendengarnya. Musik alam dapat

mempengaruhi kontraksi dan memberikan efek relaksasi pada organ-organ

tubuh, sehingga menimbulkan perasaan tenang pada pasien. Temuan ini

sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Marwan (2022), yang

mendukung efektivitas terapi musik alam dalam mengurangi kecemasan.

Penelitian Hal tersebut juga selaras dengan Margiyati (2022) yang

melakukan penelitian penerapan terapi musik dalam menurunkan kecemasan

remaja di Puskesmas Pegandan Semarang. Juga selaras dengan penelitian

Handayani (2023) yang melakukan penelitian terapi musik klasik untuk

menurunkan kecemasan pada pasien gagal ginjal kronik.

Rata-rata tingkat kecemasan pada kelompok pasien sebelum

perlakuan adalah 11.70, sedangkan rata-rata tingkat kecemasan pada


52

kelompok pasien sesudah perlakuan adalah 7.77. Hal ini menunjukkan

bahwa perbedaan antara kelompok sebelum-sesudah adalah signifikan

secara statistik, dengan tingkat kepercayaan yang tinggi. Hal ini sesuai

dengan penelitian Yuni (2022) yeng meneliti efektifitas terapi musik alam

terhadap penurunan kecemasan dan kelelahan pada pasien kanker payudara.

Penelitian juga didukung oleh Safitri (2023) yang meneliti pengaruh terapi

musik islami terhadap kecemasan pada lansia yang mengalami hipertensi di

desa batu belah wilayah kerja puskesmas air tiris kecamatan kampar tahun

2022

Intervensi terapi musik alam secara signifikan mengurangi tingkat

kecemasan pasien odontektomi di Poli Gigi RSGM Maranatha. Hal ini

menunjukkan potensi terapi musik alam sebagai pendekatan yang efektif

dalam meningkatkan kenyamanan dan mengurangi kecemasan pada pasien

selama prosedur odontektomi.


53

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. SIMPULAN

Berdasarkan hasil data dari penelitian yang telah dilakukan di Poli

Gigi RSGM Maranatha mengenai Pengaruh Intervensi Musik Alam

Terhadap Tingkat Kecemasan Pasien Odontektomi diperoleh kesimpulan :

1. Tingkat kecemasan sebelum diberikan terapi musik alam pada pasien

yang akan melakukan odontektomi didapatkan tingkat kecemasan

dalam kategori cemas sedang yaitu sebanyak 15 (50%) orang.

2. Tingkat kecemasan sesudah diberikan terapi musik alam pada pasien

yang akan melakukan odontektomi didapatkan tingkat kecemasan

dengan kategori tidak cemas 6 (20%) dan cemas ringan sebanyak 22

(73,3%).

3. Perubahan tingkat kecemasan sebelum dan sesudah diberikan terapi

musik alam diperoleh nilai signifikasi p-value 0,000 (p< 0,05), artinya

ada perbedaan bermakna terhadap skor tingkat kecemasan pasien

odontektomi sebelum dan sesudah diberikan terapi musik alam.

B. SARAN

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, peneliti dapat memberi

saran sebagai berikut


54

1. Bagi Pasien yang akan menjalani tindakan odontektomi atau perawatan

gigi yang lain yang berpotensi menimbulkan kecemasan, maka

mendengarkan musik alam dapat menjadi metode untuk mengurangi

kecemasan

2. Bagi Rumah Sakit Gigi dan Mulut Maranatha dapat mempertimbangkan

penggunaan musik alam sebagai salah satu alternative jenis musik yang

diputar di ruang tunggu atau poli gigi untuk mengatasi kecemasan

pasien yang akan menjalani prosedur odontektomi maupun perawatan

gigi yang lain

3. Bagi peneliti lainnya, dapat melakukan penelitian lanjutan tentang

penggunaan musik lainnya yang dapat menurunkan tingkat kecemasan

pada pasien yang akan melakukan tindakan perawatan gigi lainnya.


DAFTAR PUSTAKA

Aizid, R. (2012). Sehat Dan Cerdas Dengan Terapi Musik. . Yogyakarta:


Laksana.
Ashwani, A. &. (2012). Harmonizing effect of musik on the patients
suffering from anxiety. International Journal of Research in Ayurveda,
2(2)., 484-490.

Arikunto. (2019). Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka cipta.

Aulia, Nur. Rahma and Imam, Makhrus (2022). Penerapan Terapi Musik
Terhadap Penurunan Kecemasan Pada Pasien Pre Operatif Di Rsud Kota
Bogor Tahun 2022. Diploma thesis, Poltekkes Kemenkes Bandung..

Basri, L. D. (2019). Pasien Pre Operasi Di Instalasi Bedah Pusat Rsup H . Adam
Malik Medan Tahun 2018. . Keperawatan Priority, 2(2), 41–50.

Betty. (2020). Factors Affecting Children's Fear of Milk Tooth Extraction at the
Oesapa Health Center, Kupang City. DENTAL THERAPIST JOURNAL
VOL. 2 NO. 2, -.

Britannica, T. E. (2016). Vyasa | legendary Indian sage. London: LCT.

Carpenito, L. (2001). Diagnosa Keperawatan ; Buku Saku, Edisi 6, Alih Bahasa


Monica, Ester. Jakarta: EGC.

Chang ET, L. H. (2012). The effects of musik on the sleep quality of adults with
chronic insomnia using evid ence from polysomnographic and self-reported
analysis: a randomized control trial. Int J Stud, 49, 921–930.

Cervellin G, L. G. (2012). From musik-beat to heart-beat: a journey in the


complex interactions between musik, brain and heart. Eur J Intern Med 22,
371–374.

Chen C, P. Y. (2014). Sedative musik facilitates deep sleep in young adults. J


Altern Complement Med, 20, 312–317.

Cholifah, N. S. (2019). Pengaruh Pemberian Terapi Musik Suara Alam Terhadap


Penurunan Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Di Desa Pelang
Mayong Jepara Tahun 2016. Jurnal Ilmu Keperawatan Dan Kebidanan
10(1), https://doi.org/10.26751/jikk.v10i1.648, 236.

De Niet G, T. B. (2011). Musikassisted relaxation to improve sleep quality: meta-


analysis. J Adv Med, 65, 1356–1364.

55
56

Djohan. (2009). Psikologi Musik (III). Yogyakarta: Percetakan Galangpress. Fadli,


Rizal. 2022. Bedah Minor. Yogyarta : Deepubishing.

Faradisi, F. (2018). Efektivitas Terapi Murotal dan Terapi Musik Klasik terhadap
Penurunan Tingkat Kecemasan Pasien Pra Operasi di Pekalongan. Jurnal
Ilmiah Kesehatan Vol V No 2 September , -.

Gabela, E. S. (2014). Analisis Fraktal Sinyal Berbagai Jenis Musik. Jurnal Prisma
Fisika. 2(3), 67-73.

Hakim, Lukman. 2021. Panduan Kedaruratan Untuk Dokter Gigi. Malang: UB


Press

Harmat L, T. J. (2008). Musik improves sleep quality in students. J Adv Med, 62,
327–335.

Handayani, Reska. (2023). Studi Kasus : Terapi Musik Klasik Untuk Menurunkan
Kecemasan pada Pasien Gagal Ginjal Kronik. Vol 1 No 2 (2023): Jurnal
Keperawatan

Ilmiyah, Vina Azizatul, 2022. Efektifitas Terapi Musik Suara Alam / Music
Nature Sound Untuk Menurunkan Kecemasan Sedang Pada Pasien Post
Stroke Lebih Dari 6 Bulan. Jurnal Kesehatan D-III Keperawatan Alkautsar
Temanggung Vol III No 1

Irawati, &. F. (2014). Pengaruh Faktor Psikososial terhadap terjadinya postpartum


blues pada ibu nifas(studi di ruang nifas RSUD R. A. Bosoeni Mojokerto.
Jurnal oltekes Majapahit Mojokerto II.3, -.

Jodisaputra. (2017). Pengaruh Pemberian Musik Instrumental Pop Terhadap


Tingkat Kecemasan Pasien Odontektomi. Jurnal Kesehatan Diponegoro
University VIl September, -.

Kemeskes, 2022. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


HK.01.07/Menkes/777/2022 Tentang Pedoman Nasional Pelayanan
Kedokteran Tata Laksana Impaksi Gigi

Kemenkes. (2004). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


1173/MENKES/PER/X/2004 tentang Rumah Sakit Gigi dan Mulut. Jakarta:
Kementrian Kesehatan RI.
57

Kurniadi, Khasanah, & Haniyah (2022) Pengaruh Pemberian Terapi Musik


terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan pada Pasien Intra Operasi dengan
Regional Anestesi di RSUD Kota Tangerang. 2022 Seminar Nasional
Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (SNPPKM) ISSN: 2809-
2767

Lita, Ardianti, M. D. (2019). The Effects of Nature Sound to Blood Pressure. 5(3),
132–138.

Long, B. C. (1996). Perawatan Medical Bedah Jilid III. Bandung: Yayasan Ikatan
Alumni Pendidikan.

Marwan, N. I., Wa Ode Sri Asnaniar, & Al Ihksan Agus. (2022). Aromaterapi
Chamomile Mempengaruhi Tingkat Kecemasan Pasien Kanker . Window of
Nursing Journal, 3(2), 161–170. https://doi.org/10.33096/won.v3i2.667

Yuni Martini., Made. (2022) Efektifitas Terapi Musik Terhadap Penurunan


Kecemasan Dan Kelelahan Pada Pasien Kanker Payudara Dimasa Pandemi
Covid-19. Jurnal Kesehatan “Wiraraja Medika,” 3–9

Merdeka.Com. 2015. Wah, persentase permasalahan gigi dan mulut di Jabar


tinggi. https://www.merdeka.com/sehat/wah-persentase-permasalahan-gigi-
dan-mulut-di-jabar-tinggi.html. Diakses pada 23 Nopember 2022

Morton, P. G. (2012). Keperwatan Kritis Pendekatan Asuhan holistik (8th ed.).


Jakarta: EGC.

Mulyadi, E. (2010). Pengaruh Musik Suara Alam Terhadap Tekanan Darah Ibu
Hamil Di Polindes Pagar Batu Kecamatan Saronggi Kabupaten Sumenep.
Jurnal Kesehatan “Wiraraja Medika,” 3–9

Muttaqin, A. d. (2009). Asuhan Keperawatan Perioperatif, Konsep, Proses, Dan


Aplikasi. Jakarta: Salemba Medika.

Natalina, D. (2013). Terapi Musik Bidang Keperawatan. Jakarta: Mitra Wacana


Media.

Notoatmodjo, S. (2012). Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Rineka Cipta


.
Nursalam. (2017). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pendekatan Praktis.
Jakarta: Salemba Medika.

Okada K, K. A. (2009). Effects of musik therapy on autonomic nervous system


activity, incidence of heart failure events, and plasma cytokine and
58

catecholamine levels in elderly patients with cerebrovascular disease and


dementia. Int Heart J, 50, 95–110.

Pawatte, I. P. (2014). Perbedaan Tingkat Kecemasan pada Ibu Pre Seksio


Caesarea di RSIA Kasih Ibu dan RSUP. Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. In
Jurnal Kedokteran Komunitas dan Tropik (Vol. 1, Issue 3).
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/JKKT/article/view/3326, -.

Potter, A. &. (2010). Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep,Proses dan


Praktek (8th, buku I ed.). Jakarta: Salemba Medika.

Putra, I Putu Very Triana, 2022. Efek Terapi Musik Dalam Menurunkan
Kecemasan Pasien Selama Pemeriksaan Mri, Jurnal Kesehatan Medika
Udayana Vol.08 No.02 Oktober 2022

Rahayu, S. (2014a) ‘E-Journal Widya Kesehatan dan Lingkungan Odontektomi,


Tatalaksana Gigi Bungsu Impaksi’, E-Journal WIDYA Kesehatan dan
Lingkungan, 1(2), pp. 81–89.

Rejeki, Sri. 2014. Prevalensi Impaksi Molar Tiga Mandibula Beserta


Klasifikasinya Secara Radiografis Di Rsgm Unsyiah Banda Aceh Periode
Juni 2012-Januari 2013, Skripsi Unsyiah Banda Aceh

Ryu M, P. J. (2012). Effect of sleep-inducing musik on sleep in persons with


percutaneous transluminal coronary angiography in the cardiac care unit. J
Clin Med, 21, 728–735.
RSGM Maranatha. 2022. Spesialis Bedah Mulut Dan Maksilofasial.
https://rsgm.maranatha.edu/spesialis-bedah-mulut/ Diakses pada 24
Nopember 2022

Safitri, Yenny. 2022. Pengaruh Terapi Musik Islami Terhadap Kecemasan Pada
Lansia Yang Mengalami Hipertensi Di Desa Batu Belah Wilayah Kerja
Puskesmas Air Tiris Kecamatan Kampar Tahun 2022. Jurnal Ners Volume 6
Nomor 2 Tahun 2022 Halaman 138 – 143 Research & Learning in Nursing
Science http://journal.universitaspahlawan.ac.id/index.php/ners

Saleh, E., Prihartiningsih, P. And Rahardjo, R. (2016) ‘Odontektomi Gigi Molar


Ketiga Mandibula Impaksi Ektopik dengan Kista Dentigerous secara
Ekstraoral’, Majalah Kedokteran Gigi Klinik, 1(2), p. 85.
Doi: 10.22146/mkgk.11956

Salsabila, 2022. Bedah Mulut https://salsabiladentalcare.id/bedah/v2. Diakses


pada 23 Nopember 2022
59

Sartika, D., Wibisono, G. And Wardani, N. D. (2017) ‘E-Journal Widya


Kesehatan dan Lingkungan Pengaruh Pemberian Musik Terhadap
Perubahan Tekanan Darah Dan Denyut Nadi Sebelum Dan Sesudah
Odontektomi Pada Pasien Gigi Impaksi’, E-Journal Widya Kesehatan dan
Lingkungan, Vol. 6, No. 2, April 2017 : 451-459

Savitri, W. F. (2016). Terapi Musik Dan Tingkat Kecemasan Pasien Preoperasi.


Media Ilmu Kesehatan, 5(1) https://doi.org/10.30989/mik.v5i1.44, 1-6.

Siregar, G. R. . Meilina B. . Hadi Sugito, and S. . Hadi, “Pengaruh Komunikasi


Terapeutik Terhadap Rasa Cemas Pada Anak Saat Pencabutan Gigi Di
Puskesmas Kahean Pematangsiantar”, Ijohm, vol. 2, no. 3, pp. 223–232,
Jun. 2022.

Siagian, K. V. (Jurnal Biomedik, Volume 3, Nomor 3, November).


Penatalaksanaan Impaksi Gigi Molar Ketiga Bawah Dengan
Komplikasinya Pada Dewasa Muda. 2014: 186-194.

Stuart, G. W. (2011). Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta, EGC. Jakarta: EGC.
Suddarth, B. &. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, alih bahasa:
Waluyo Agung., Yasmin Asih., Juli., Kuncara., I.made karyasa. Jakarta:
EGC.

Susanto. (2015). Metode Penelitian Cross Sectional Kedokteran dan Kesehatan.


Klaten: Bosscript.

Suwanto, A. H. (2018). Efektifitas Klasik Musik Terapi dan Murrotal Terapi


untuk Menurunkan Tingkat Pasien Kecemasan Pre Operasi. Journals of
Ners Community, 07(November), 173–187.

Soeselo, D. A. (2021). Ketrampilan Bedah Sederhana di Fasilitas Layanan


Primer. Jakarta: Penerbit Universitas Atmajaya.

Trappe, H. (2012). Music and medicine: The effect of music on the human being.
Department of Cardiology and Angiology, University of Bochum Germany,
Vol. 16, 133-142.

Tridiyawati, Feva. 2022. Efektifitas Terapi Musik Terhadap Penurunan


Kecemasan Pada Postpartum Blues : Literature Review. Malahayati
60

Nursing Journal, Issn Cetak: 2655-2728 Issn Online: 2655-4712, Volume 4


Nomor 7 Juli 2022. 1736-1748

WHO. (2015). Panduan Kurikulum Keselamatan Pasien Edisi Multi-Profesional.


Jakarta: Lembaga Kesehatan Budi Kemuliaan.

Wijanarko, N. (2019). Evektivitas Pemberian Terapi Musik terhadap Penurunan


Tingkat Kecemasan di ruang ICU-ICCU Rumah Sakit Mardi Rahayu
Kudus. Jurnal Kesehatan Universitas Diponegoro Vol IX Februari, -.

Wijayanti, K., Johan, A., Rochana, N., Anggorowati, & Chasani, S. (2016). Musik
Suara Alam Terhadap Penurunan Kecemasan Pada Pasien Kritis. Jurnal
Keperawatan Dan Pemikiran Ilmiah, 2(3), 1–10

Yarso, Kristanto Yuli. 2018. Keterampilan Diagnostik Dan Terapeutik


Keterampilan Dasar Bedah Minor Buku Pedoman Keterampilan Klinis
Semester 7 Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta
61

LAMPIRAN

LAMPIRAN 1 :

Informed Consent

Lembar Penjelasan Penelitian

Nama Peneliti : Hathur Muntaha


NIM : P17325121472
Alamat : Jl. Margajaya Timur 1 No.7, RT/RW 3/6, Kel.
Margahayu Utara, Kec. Babakan Ciparay, Kota Bandung
Judul Penelitian : Pengaruh Intervensi Musik Alam Terhadap Tingkat
Kecemasan Pasien Odontektomi Di Poli Gigi RSGM
Maranatha
Peneliti adalah mahasiswa Program Pendidikan Diploma IV Pada Jurusan
Kesehatan Gigi Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Bandung. Saudara
telah diminta ikut berpartisipasi dalam penelitian ini. Responden dalam penelitian
ini adalah secara sukarela. Saudara berhak menolak berpartisipasi dalam
penelitian ini. Penelitian ini dilakukan dengan cara responden mengisi kuesioner
kecemasan awal lalu responden diberikan intervensi musik relaksasi alam, setelah
responden mendengarkan musik, responden mengisi kembali kuesioner
kecemasan. Segala informasi yang saudara berikan akan digunakan sepenuhnya
hanya dalam penelitian ini. Peneliti sepenuhnya akan menjaga kerahasiaan
identitas saudara dan tidak dipublikasikan dalam bentuk apapun. Jika ada yang
belum jelas, saudara boleh bertanya pada peneliti. Jika saudara sudah memahami
penjelasan ini dan bersedia berpartisipasi dalam penelitian ini, silahkan saudara
menandatangani lembar persetujuan yang akan dilampirkan.
Bandung, Februari 2023

Hathur Muntaha
62

Lembar Persetujuan Responden (Informed Consent)

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama :

Umur :

Alamat :

Menyatakan bersedia menjadi responden pada penelitian yang di lakukan oleh :

Nama Peneliti : Hathur Muntaha

NIM : P17325121472

Alamat : Jl. Margajaya Timur 1 No.7, RT/RW 3/6, Kel. Margahayu

Utara, Kec. Babakan Ciparay, Kota Bandung

Judul Penelitian : Pengaruh Intervensi Musik Alam Terhadap Tingkat

Kecemasan Pasien odontektomi Di Poli Gigi RSGM

Maranatha

Saya bersedia untuk mengisi kuesioner dan mendengarkan musik untuk

kepentingan penelitian. Denagan ketentuan, hasil penelitian akan dirahasiakan dan

hanya semata-mata untuk kepentingan ilmu pengetahuan. Demikian surat

peryataan ini saya sampaikan, agar dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.

Bandung,…………………….2023

Peneliti Responden

( Hathur Muntaha ) (………..………………..........)


63

KUESIONER TINGKAT KECEMASAN

Modified Dental Anxiety Scale


(MDAS)
(Skala Tingkat Kecemasan)

Pengukuran Modifikasi Skala Kecemasan Gigi Versi Indonesia

PETUNJUK:
Gambarkanlah mengenai kecemasan Anda, jika Anda akan melakukan
pengobatan
gigi Berilah tanda “X” pada kotak di depan pilihan jawaban yang sesuai
I. Jika Anda diberitahu bahwa salah satu gigi Anda harus dicabut, bagaimana
perasaan Anda?
1. Tidak cemas
2. Sedikit cemas
3. Cemas
4. Cemas sekali
5. Sangat cemas sekali
II. Jika besok Anda akan pergi ke dokter gigi untuk mencabut gigi, bagaimana
perasaan Anda?
1. Tidak cemas
2. Sedikit cemas
3. Cemas
4. Cemas sekali
5. Sangat cemas sekali
III. Jika Anda sedang duduk di ruang tunggu menunggu prosedur pencabutan gigi,
bagaimana perasaan Anda?
1. Tidak cemas
2. Sedikit cemas
3. Cemas
4. Cemas sekali
5. Sangat cemas sekali
64

IV. Jika Anda akan disuntik bius lokal pada gusi, bagaimana perasaan Anda?
1. Tidak cemas
2. Sedikit cemas
3. Cemas
4. Cemas sekali
5. Sangat cemas sekali
V. Jika gigi geraham ketiga Anda hendak dicabut melalui prosedur pembedahan,
bagaimana perasaan Anda?
1. Tidak cemas
2. Sedikit cemas
3. Cemas
4. Cemas sekali
5. Sangat cemas sekali

MDAS Versi Indonesia


Tidak cemas =1
Sedikit cemas =2
Cemas =3
Cemas sekali =4
Sangat cemas sekali =5
0-5 = Tidak Cemas
6-10 = Cemas Ringan
11-15 = Cemas Sedang
16-20 = Cemas Tinggi
21-25 = Kecemasan Berat (atau fobia).

Total Skore adalah jumlah dari kelima item, kisaran 5 sampai 25, dengan cut off
di
skore 20 atau di atas menunjukkan pasien yang sangat cemas sekali, kemungkinan
dental phobia yang memerlukan bantuan seorang terapis
65

HASIL OLAH DATA

Statistics

jenis kelamin umur sebelum sesudah

Valid 30 30 30 30
N
Missing 0 0 0 0
Mean 27.17 11.70 7.77
Median 25.00 12.00 8.00
Std. Deviation 8.141 2.973 1.870
Minimum 15 6 5
Maximum 53 19 12

Kategori Jenis Kelamin

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

Laki-laki 9 30.0 30.0 30.0

Valid Perempuan 21 70.0 70.0 100.0

Total 30 100.0 100.0

Kategori Berdasarkan Umur

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

15-21 5 16.7 16.7 16.7

22-25 12 40.0 40.0 56.7

Valid 26-30 7 23.3 23.3 80.0

33-53 6 20.0 20.0 100.0

Total 30 100.0 100.0

Tests Of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

sebelum .131 30 .200* .970 30 .529


sesudah .141 30 .133 .934 30 .064
*. This is a lower bound of the true significance.
a. Lilliefors Significance Correction
66

Descriptives

Statistic Std. Error

Mean 11.70 .543

95% Confidence Interval for Lower Bound 10.59


Mean Upper Bound 12.81

5% Trimmed Mean 11.63

Median 12.00

Variance 8.838

sebelum Std. Deviation 2.973

Minimum 6

Maximum 19

Range 13

Interquartile Range 4

Skewness .423 .427

Kurtosis .189 .833


Mean 7.77 .341

95% Confidence Interval for Lower Bound 7.07


Mean Upper Bound 8.46

5% Trimmed Mean 7.70

Median 8.00

Variance 3.495

sesudah Std. Deviation 1.870

Minimum 5

Maximum 12

Range 7

Interquartile Range 2

Skewness .126 .427

Kurtosis -.314 .833


67

Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean

sebelum 11.70 30 2.973 .543


Pair 1
sesudah 7.77 30 1.870 .341

Paired Samples Test

Paired Differences t df Sig.

Mean Std. Std. Error 95% Confidence Interval of (2-tailed)

Deviation Mean the Difference


Lower Upper

sebelum -
Pair 1 3.933 1.929 .352 3.213 4.653 11.171 29 .000
sesudah

Kategori Sebelum Intervensi Musik Alam

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

Cemas Ringan 11 36.7 36.7 36.7

Cemas Sedang 15 50.0 50.0 86.7


Valid
Cemas TInggi 4 13.3 13.3 100.0

Total 30 100.0 100.0

Kategori Sesudah Intervensi Musik Alam

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

Tidak Cemas 6 20.0 20.0 20.0

Cemas Ringan 22 73.3 73.3 93.3


Valid
Cemas Sedang 2 6.7 6.7 100.0

Total 30 100.0 100.0

Das könnte Ihnen auch gefallen