Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
7)
KEGIATAN SENAM DAN PENYULUHAN OSTEOPOROSIS
BERSAMA KADER POSYANDU
WILAYAH KERJA PUSKESMAS PLUPUH II
KECAMATAN PLUPUH
Oleh :
dr.Aditya Iqbal Maulana
dr.Ahimsa Yoga Anindita
dr.Diah Winarni
dr.Epy Galuh Risana
dr.Frieska Dyanneza
dr.Reny Endyawati
Pendamping :
dr. Wahju Kurniawan, M.Kes.
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN UNIT KESEHATAN MASYARAKAT
Laporan Mini Project (F.7)
KEGIATAN SENAM DAN PENYULUHAN OSTEOPOROSIS
BERSAMA KADER POSYANDU
WILAYAH KERJA PUSKESMAS PLUPUH II
KECAMATAN PLUPUH
Plupuh,
8 November 2013
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN UNIT KESEHATAN MASYARAKAT
Laporan Mini Project (F.7)
KEGIATAN SENAM DAN PENYULUHAN OSTEOPOROSIS
BERSAMA KADER POSYANDU
WILAYAH KERJA PUSKESMAS PLUPUH II
KECAMATAN PLUPUH
Plupuh,
8 November 2013
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN UNIT KESEHATAN MASYARAKAT
Laporan Mini Project (F.7)
KEGIATAN SENAM DAN PENYULUHAN OSTEOPOROSIS
BERSAMA KADER POSYANDU
WILAYAH KERJA PUSKESMAS PLUPUH II
KECAMATAN PLUPUH
Plupuh,
8 November 2013
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN UNIT KESEHATAN MASYARAKAT
Laporan Mini Project (F.7)
KEGIATAN SENAM DAN PENYULUHAN OSTEOPOROSIS
BERSAMA KADER POSYANDU
WILAYAH KERJA PUSKESMAS PLUPUH II
KECAMATAN PLUPUH
Plupuh,
8 November 2013
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN UNIT KESEHATAN MASYARAKAT
Laporan Mini Project (F.7)
KEGIATAN SENAM DAN PENYULUHAN OSTEOPOROSIS
BERSAMA KADER POSYANDU
WILAYAH KERJA PUSKESMAS PLUPUH II
KECAMATAN PLUPUH
Plupuh,
8 November 2013
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN UNIT KESEHATAN MASYARAKAT
Laporan Mini Project (F.7)
KEGIATAN SENAM DAN PENYULUHAN OSTEOPOROSIS
BERSAMA KADER POSYANDU
WILAYAH KERJA PUSKESMAS PLUPUH II
KECAMATAN PLUPUH
Plupuh,
8 November 2013
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.....................................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN..........................................................................................ii
DAFTAR ISI...............................................................................................................vii
BAB I
PENDAHULUAN........................................................................................1
1.1. Latar Belakang .....................................................................................1
1.2. Tujuan ...................................................................................................2
1.3. Manfaat .................................................................................................2
BAB II
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Osteoporosis merupakan masalah yang berkaitan dengan proses penuaan, oleh
karena itu ancaman masalah osteoporosis terjadi tidak hanya di negara berkembang tetapi
juga di negara maju. Osteoporosis merupakan faktor utama keretakan pada paha, tulang
belakang dan pergelangan tangan. Saat kini sekitar 10 juta penduduk di Amerika saat
diperkirakan menderita osteoporosis dan ada 18 juta lainnya memiliki massa tulang yang
rendah. Perubahan demografis dalam 50 tahun mendatang akan mengakibatkan
meningkatnya jumlah perduduk lanjut umur di negara berkembang, dengan demikian jumlah
penderita retak tulang diperkirakan akan meningkat secara signifikan. Osteoporosis juga
dikenal sebagai suatu penyakit yang tidak dirasakan (silent disease) karena kejadian
penurunan massa tulang dapat terjadi bertahun-tahun tanpa disertai tanda-tanda (symptom).
Beberapa symptom hanya dapat dikenali bila sudah mencapai tahap lanjut. Penurunan massa
tulang biasanya disertai dengan rasa sakit pada leher dan tulang. Symptom yang paling umum
pada osteoporosis adalah retak atau patah tulang, tubuh bungkuk, tinggi badan berkurang, dan
sakit punggung. Satu di antara dua wanita dan satu di antara delapan laki-laki umur 50 tahun
atau lebih menderita retak tulang yang disebabkan karena osteoporosis dalam kehidupannya
(Jahari dan Prihatini, 2007).
Perubahan demografis di Indonesia pada dekade yang lalu membawa akibat
meningkatnya umur harapan hidup dan diharapkan akan banyak penduduk lanjut usia di
dekade mendatang. Oleh karena itu, pengetahuan mengenai osteoporosis menjadi penting
dalam rangka mencegah penduduk Indonesia dari risiko osteoporosis. Perbaikan gaya hidup
dalam hal gizi dan pengetahuan pentingya senam osteoporosis sejak usia dini akan sangat
menhindarkan kemungkinan mengalami osteoporosis di kehidupan lanjut usia mendatang.
Sebagian besar pasien lanjut usia yang berkunjung ke balai pengobatan Puskesmas
Plupuh II memiliki keluhan di tulang dan sendi. Hal tersebut yang memotivasi kami untuk
mengetahui sebaran kemungkinan dan risiko osteoporosis pada pasien-pasien lanjut usia yang
berkunjung ke balai pengobatan di Puskesmas Plupuh II. Pada pasien pria yang lanjut usia,
hanya faktor risiko pada gaya hidup yang menentukan kemungkinannya. Sedangkan, pada
pasien wanita yang lanjut usia, selain faktor risiko pada gaya hidup juga ditentukan keadaan
hormonal karena dipengaruhi oleh riwayat menarche, menstruasi, menopause, dan juga
penggunaan kontrasepsi hormonal.
Berdasarkan sebaran kuesioner yang dibagikan secara acak kepada pasien dengan
usia di atas 50 tahun, baik pria maupun wanita di Puskesmas Plupuh II, diperoleh 96,67%
wanita berusia di atas 50 tahun memerlukan pemeriksaan bone mass density (BMD) karena
berisiko tinggi osteoporosis dan 46,67% sudah terlanjur memerlukan terapi khusus
pencegahan osteoporosis, sedangkan sisanya cukup melalui perbaikan gaya hidup. Dan
pasien pria di atas 50 tahun di Puskesmas Plupuh II hanya 20% saja yang memerlukan terapi
khusus pencegahan osteoporosis, sedangkan sisanya cukup dengan perbaikan gaya hidup
untuk mencegah osteoporosis. Melalui hal ini, kami ingin memberikan pengetahuan tentang
pentingnya pencegahan osteoporosis, terutama melalui perbaikian gaya hidup dengan
pemenuhan kebutuhan gizi dan senam osteoporosis.
1.2 TUJUAN
1.2.1 Memberikan pengetahuan kepada masyarakat mengenai osteoporosis
1.2.2 Memberikan contoh gaya hidup yang sehat kepada masyarakat untuk mencegah
osteoporosis
1.2.3 Memberikan contoh senam osteoporosis kepada masyarakat
1.3 MANFAAT
1.3.1 Mengurangi resiko osteoporosis di usia lanjut dengan perubahan gaya hidup
melalui komunikasi, informasi, dan edukasi ke masyarakat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Osteoporosis
2.1.1 Definisi
Osteoporosis adalah suatu kondisi berkurangnya masa tulang secara nyata
yang berakibat pada rendahnya kepadatan tulang. Akibatnya tulang menjadi rapuh dan
mudah patah. Menurut Dr. Robert P. Heaney dalam Reitz (1993) penyakit osteoporosis
paling umum diderita oleh orang yang telah berumur, dan paling banyak menyerang
wanita yang telah menopause (Hortono, 2000).
Osteoporosis merupakan penyakit metabolik tulang atau disebut juga penyakit
tulang rapuh atau tulang keropos. Osteoporosis diistilahkan juga dengan penyakit silent
epidemic karena sering tidak memberikan gejala hingga akhirnya terjadi fraktur (patah)
(Dalimartha, 2002).
2.1.2 Etiologi
Ada 2 penyebab utama osteoporosis, yaitu pembentukan massa puncak tulang
yang selama masa pertumbuhan dan meningkatnya pengurangan massa tulang setelah
menopause. Massa tulang meningkat secara konstan dan mencapai puncak sampai usia
40 tahun, pada wanita lebih muda sekitar 30-35 tahun. Walaupun demikian tulang yang
hidup tidak pernah beristirahat dan akan selalu mengadakan remodelling dan
memperbaharui cadangan mineralnya sepanjang garis beban mekanik. Faktor pengatur
formasi dan resorpsi tulang dilaksanakan melalui 2 proses yang selalu berada dalam
keadaan seimbang dan disebut coupling. Proses coupling ini memungkinkan aktivitas
formasi tulang sebanding dengan aktivitas resorpsi tulang. Proses ini berlangsung 12
minggu pada orang muda dan 16-20 minggu pada usia menengah atau lanjut.
Remodelling rate adalah 2-10% massa skelet per tahun (Sudoyo et al., 2006). Proses
remodelling ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu faktor lokal yang menyebabkan
terjadinya satu rangkaian kejadian pada konsep Activation Resorption Formation
(ARF). Proses ini dipengaruhi oleh protein mitogenik yang berasal dari tulang yang
merangsang preosteoblas supaya membelah membelah menjadi osteoblas akibat adanya
aktivitas resorpsi oleh osteoklas. Faktor lain yang mempengaruhi proses remodelling
3
adalah faktor hormonal. Proses remodelling akan ditingkatkan oleh hormon paratiroid,
hormon pertumbuhan dan 1,25 (OH)2 vitamin D. Sedang yang menghambat proses
remodelling adalah kalsitonin, estrogen dan glukokortikoid. Proses-proses yang
mengganggu remodelling tulang inilah yang menyebabkan osteoporosis.
Selain gangguan pada proses remodelling tulang faktor lainnya adalah
pengaturan metabolisme kalsium dan fosfat. Walaupun terdapat variasi asupan kalsium
yang besar, tubuh tetap memelihara konsentrasi kalsium serum pada kadar yang tetap.
Pengaturan homeostasis kalsium serum dikontrol oleh organ tulang, ginjal dan usus
melalui pengaturan paratiroid hormon (PTH), hormon kalsitonin, kalsitriol (1,25(OH)2
vitamin D) dan penurunan fosfat serum. Faktor lain yang berperan adalah hormon tiroid,
glukokortikoid dan insulin, vitamin C dan inhibitor mineralisasi tulang (pirofosfat dan
pH darah). Pertukaran kalsium sebesar 1.000 mg/harinya antara tulang dan cairan
ekstraseluler dapat bersifat kinetik melalui fase formasi dan resorpsi tulang yang lambat.
Absorpsi kalsium dari gastrointestinal yang efisien tergantung pada asupan kalsium
harian, status vitamin D dan umur. Didalam darah absorpsi tergantung kadar protein
tubuh, yaitu albumin, karena 50% kalsium yang diserap oleh tubuh terikat oleh albumin,
40% dalam bentuk kompleks sitrat dan 10% terikat fosfat (Sinnathamby, 2010).
2.1.3 Faktor Risiko
a. Usia
Tiap peningkatan 1 dekade, resiko meningkat 1,4-1,8
b. Genetik
Riwayat keluarga
Defisiensi kalsium
Merokok, alkohol
Kelainan neuromuscular
Gangguan penglihatan
Gangguan keseimbangan
Hiperparatiroidisme
Malabsorpsi
3). Tipe III adalah osteoporosis idiopatik merupakan osteoporosis yang penyebabnya
tidak diketahui.Osteoporosis ini sering menyerang wanita dan pria yang masih
dalam usia muda yang relative jauh lebih muda (Hortono, 2000).
b. Osteoporosis sekunder
Osteoporosis sekunder terjadi kerana adanya penyakit tertentu yang dapat
mempengaruhi kepadatan massa tulang dan gaya hidup yang tidak sehat. Faktor
pencetus dominan osteoporosis sekunder adalah sepeti di bawa ( Wirakusumah, 2007)
:
1). Penyakit endokrin : tiroid, hiperparatiriod, hipogonadisme
2). Penyakit saluran cerna yang memyebabkan absorsi gizi kalsium.fosfor. vitamin D)
terganggu.
3). Penyakit keganasan ( kanker)
4). Konsumsi obat obatan seprti kortikosteriod
5). Gaya hidup yang tidak sehat seperti merokok, kurang olahraga.
2.1.5 Patogenesis
Pembentukan ulang tulang adalah suatu proses yang terus menerus. Pada
osteoporosis, massa tulang berkurang, yang menunjukkan bahwa laju resorpsi tulang pasti
melebihi laju pembentukan tulang. Pembentukan tulang lebih banyak terjadi pada korteks
1. Proses Remodelling Tulang dan Homeostasis Kalsium
Kerangka tubuh manusia merupakan struktur tulang yang terdiri dari substansi
organik (30%) dan substansi mineral yang paling banyak terdiri dari kristal
hidroksiapatit (95%) serta sejumlah mineral lainnya (5%) seperti Mg, Na, K, F, Cl, Sr
dan Pb. Substansi organik terdiri dari sel tulang (2%) seperti osteoblas, osteosit dan
osteoklas dan matriks tulang (98%) terdiri dari kolagen tipe I (95%) dan protein
nonkolagen (5%) seperti osteokalsin, osteonektin, proteoglikan tulang, protein
morfogenik tulang, proteolipid tulang dan fosfoprotein tulang.
Tanpa matriks tulang yang berfungsi sebagai perancah, proses mineralisasi
tulang tidak mungkin dapat berlangsung. Matriks tulang merupakan makromolekul
yang sangat bersifat anionik dan berperan penting dalam proses kalsifikasi dan fiksasi
kristal hidroksi apatit pada serabut kolagen. Matriks tulang tersusun sepanjang garis
dan beban mekanik sesuai dengan hukum Wolf, yaitu setiap perubahan fungsi tulang
akan diikuti oleh perubahan tertentu yang menetap pada arsitektur internal dan
penyesuaian eksternal sesuai dengan hukum matematika. Dengan kata lain, hukum
Wolf dapat diartikan sebagai bentuk akan selalu mengikuti fungsi.
6
Faktor lain yang juga ikut berperan terhadap kehilangan massa tulang pada
orang tua adalah faktor genetik dan lingkungan (merokok, alkohol, obat-obatan,
imobilisasi lama). Resiko fraktur yang juga harus diperhatikan adalah resiko terjatuh
yang lebih tinggi pada orang tua dibandingkan orang yang lebih muda. Hal ini
berhubungan dengan penurunan kekuatan otot, gangguan keseimbangan dan stabilitas
postural, gangguan penglihatan, lantai yang licin atau tidak rata,
2.1.6 Gambaran Klinis
Osteoporosis dapat berjalan lambat selama beberapa dekade, hal ini
disebabkan karena osteoporosis tidak menyebabkan gejala fraktur tulang. Beberapa
fraktur osteoporosis dapat terdeteksi hingga beberapa tahun kemudian. Tanda klinis utama
dari osteoporosis adalah fraktur pada vertebra, pergelangan tangan, pinggul, humerus, dan
tibia. Gejala yang paling lazim dari fraktur korpus vertebra adalah nyeri pada punggung
dan deformitas pada tulang belakang. Nyeri biasanya terjadi akibat kolaps vertebra
terutama pada daerah dorsal atau lumbal. Secara khas awalnya akut dan sering menyebar
kesekitar pinggang hingga kedalam perut. Nyeri dapat meningkat walaupun dengan
sedikit gerakan misalnya berbalik ditempat tidur. Istirahat ditempat tidaur dapat
meringankan nyeri untuk sementara, tetapi akan berulang dengan jangka waktu yang
bervariasi. Serangan nyeri akut juga dapat disertai oleh distensi perut dan ileus
Seorang dokter harus waspada terhadap kemungkinan osteoporosis bila
didapatkan :
a.
b.
c.
d.
2.1.7 Diagnosis
Diagnosis osteoporosis umumnya secara klinis sulit dinilai, karena tidak ada
rasa nyeri pada tulang saat osteoporosis terjadi walau osteoporosis lanjut. Khususnya
pada wanita-wanita menopause dan pasca menopause, rasa nyeri di daerah tulang dan
sendi dihubungkan dengan adanya nyeri akibat defisiensi estrogen. Masalah rasa nyeri
jaringan lunak (wallaca tahun1981) yang menyatakan rasa nyeri timbul setelah bekerja,
memakai baju, pekerjaan rumah tangga, taman dll. Jadi secara anamnesa mendiagnosis
osteoporosis hanya dari tanda sekunder yang menunjang terjadinya osteoporosis seperti
a. Tinggi badan yang makin menurun.
8
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
2.1.11 Penatalaksanaan
Terapi pada osteoporosis harus mempertimbangkan 2 hal, yaitu terapi
pencegahan yang pada umumnya bertujuan untuk menghambat hilangnya massa tulang.
Dengan cara yaitu memperhatikan faktor makanan, latihan fisik ( senam pencegahan
osteoporosis), pola hidup yang aktif dan paparan sinar ultra violet. Selain itu juga
menghindari obat-obatan dan jenis makanan yang merupakan faktor resiko osteoporosis
seperti alkohol, kafein, diuretika, sedatif, kortikosteroid.
9
11
2. Latihan beban untuk kekuatan otot, yaitu dengan mengangkat dumbble kecil untuk
menguatkan pinggul, paha, punggung, lengan dan bahu.
3.
pergelangan tangan. Kemudian lakukan juga latihan beban. Dapat dibantu dengan bantal
pasir, dumbble, atau apa saja yang dapat digenggam dengan berat 300-1000 gram untuk 1
tangan, mulai dengan beban ringan untuk pemula, dan jangan melebihi 1000 gram. Beban
untuk tulang belakang dan tungkai sudah cukup memdai dengan beban dari tubuh itu
sendiri. Setelah latihan inti harus dilakukan pendinginan dengan memulai gerakan
peregangan seperti awal pemanasan dan lakukan gerakan menarik napas atau ambil napas
dan buang napas secara teratur. Jika masih memungkinkan. Lakukan senam lantai kirakira 10 menit. Latihan ini merupakan gabungan peregangan, penguatan dan koordinasi.
Lakukan dengan lembut dan perlahan dalam posisi nyaman, rileks dan napas yang teratur
1. Pemanasan
a. Salam Pembuka
1. Sikap tubuh : berdiri dalam posisi yang baik, kedua kaki saling mendekat,
lengan ke samping badan, telapak tangan saling melekat.
13
4.
8.
b.
1.
Latihan Peregangan
Jalan di tempat dengan meluruskan lengan hitungan 3x8
14
5.
6.
7.
8.
15
9.
a.
2.
Latihan Inti
Latihan I
1. Gerakan sisipan jalan di tempat dengan kedua lengan digerakkan.
16
b.
6. Pendinginan
Latihan pendinginan mengulangi pemanasan dan diakhiri dengan ambil napas.
17
18
BAB III
PELAKSANAAN KEGIATAN
Pelaksanaan kegiatan senam dan penyuluhan osteoporosis ditujukan kepada ibu-ibu
kader setiap posyandu di wilayah kerja Puskesmas Plupuh II.
Hari / Tanggal
Waktu
Tempat
Pelaksana
Sasaran
19
6. Pengumuman hasil pre test dan post tes, pemilihan kelompok terbagus serta
pembagian doorprize
Dari 42 peserta diperoleh 3 orang dengan nilai tertinggi yaitu juara 1 Ibu Ngatini
dari Desa Pengkol Gedongan dengan total nilai 10, juara 2 Ibu Nanik dari Plupuh dengan
total nilai 9,5, dan juara ke 3 Ibu Sri Martiyem dari Pungsari dengan total nilai 9.
Kelompok terbagus dinilai dari ketepatan saat mengikuti gerakan senam, jatuh pada
kelompok dari desa Sidokerto. Pembagian hadiah masing masing untuk juara 1,2 dan 3
serta doorprize bagi 3 penanya,3 penjawab,kelompok terbagus dan 1 orang yang bersedia
menyampaikan kesan dan pesan untuk kegiatan ini.
20
BAB IV
PERENCANAAN
Dengan memperhatikan bahwa osteporosis adalah suatu penyakit kronik
degeneratif yang memiliki faktor risiko baik yang dapat dimodifikasi maupun yang tidak
dapat dimodifikasi dan faktor-faktor risiko tersebut juga merupakanfaktor risiko bersama
penyakit tidak menular lainnya (jantung, kanker,diabetes, PPOK) maka program
pengendaliannya harus bersifat komperhensif, integratif, sepanjang hayat, dan dilaksanakan
secara bertahap. Program pengendalian osteoporosis meliputi: 1) Penyuluhan; 2)
Perlindungan Khusus; 3) Penemuan dan Tatalaksana Kasus(termasuk deteksi dini
osteoporosis); 4)Peningkatan partisipasi (pemberdayaan) masyarakat dalam pencegahan dan
penanggulangan osteoporosis.
1. Penyuluhan (KIE)
a. Tujuan
Meningkatnya partisipasi masyarakat dalam pencegahan dan penanggulangan osteoporosis
b. Sasaran
Masyarakat umum dan kelompok masyarakat khusus (kelompok masyarakat berisiko
osteoporosis).
1) Melaksanakan penyuluhan atau KIE (komunikasi, informasi dan edukasi) tentang
osteoporosis melalui berbagai media penyuluhan, seperti leaflet, poster, radio (radio spot),
dan televisi (filler TV)
2) Penyuluhan perorangan atau penyuluhan kelompok yang dilaksanakan oleh kader, petugas
puskesmas, dan lain-lain
3) Penyuluhan bagi Pasien osteoporosis dan keluarganya di puskesmas dan rumah sakit.
c. Kegiatan
1) Kegiatan KIE pengendalian osteoporosis di puskesmas agar melibatkan peran serta dan
sumber daya masyarakat secara aktif.
2) Kegiatan pos lanjut usia di puskesmas mengintegrasikan pencegahan dan penanggulangan
osteoporosis yang didukung oleh tenaga kesehatan dan kader yang terlatih.
2. Perlindungan Khusus (specific protection)
a. Tujuan
Memberikan perlindungan dan menurunkan jumlah kelompok masyarakat yang terpajan
faktor risiko osteoporosis.
21
b. Sasaran
Masyarakat umum dan kelompok masyarakat khusus (kelompok masyarakat berisiko
osteoporosis).
c. Kegiatan
1) Penerapan peraturan perundangan, misalnya Perda tentang Pengendalian Masalah
Merokok (perokok aktif dan pasif)
2) Sosialisasi gaya hidup sehat seperti : menkonsumsi nutrisi dengan asupan kalsium dan
vitamin D yang cukup, terkena sinar matahari pagi dan sore hari, aktivitas fisik yang teratur
(olah raga dan kegiatan lainnya), serta tidak merokok dan minum minuman yang beralkohol
tinggi.
3. Penemuan dan Tatalaksana Kasus
a. Tujuan:
1) Terlaksananya deteksi dini pada kelompok masyarakat berisiko osteoporosis
2) Terlaksananya penegakkan diagnosis dan tatalaksana Pasien osteoporosis sesuai standar
3) Menurunnya angka kesakitan dan kematian osteoporosis
b. Sasaran
Kelompok masyarakat berisiko dan Pasien osteoporosis
c. Kegiatan
1) Deteksi Dini
Pemeriksaan densitometri pada kelompok masyarakat atau individu berisiko tinggi secara
berkala
2) Penemuan Kasus dan Tatalaksana Pasien
a) Penemuan kasus osteoporosis secara aktif
b) Penemuan kasus osteoporosis secara pasif di unit pelayanan kesehatan
c) Tatalaksana Pasien osteoporosis sesuai standar
Puskesmas
Penemuan dan tatalaksana Pasien osteoporosis di puskesmas
Sistim rujukan osteoporosis
Rumah sakit
Tindak lanjut penanggulangan dan rehabilitasi Pasien osteoporosis
d) Sistim pelaporan osteoporosis yang diintegrasikan dengan penyakit kronik dan degeneratif
lainnya
22
23
BAB V
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Proses menua merupakan proses alami yang terjadi pada semua orang. Proses
menua bukanlah suatu penyakit tetapi merupakan proses berkurangnya daya tahan
tubuh terhadap rangsangan dari dalam maupun luar tubuh. Walaupun demikian harus
diakui bahwa ada penyakit yang sering menyerang kaum lanjut usia salah satunya
adalah osteoporosis. Osteoporosis dapat dicegah dengan asupan gizi yang baik. Tetapi
yang perlu diingat dalam mencegah osteoporosis asupan gizi saja tanpa dibarengi
latihan fisik ternyata tidak cukup. Untuk itu ada senam osteoporosis untuk mencegah
terjadinya osteoporosis.
4.2 SARAN
Penulis berharap kepada masyarakat agar kegitan ini dapat terus berjalan dan
rutin dilakukan baik secara bersama sama maupun perseorangan.
Kepada petugas kesehatan diharapkan dapat memberikan motivasi kepada
masyarakat agar rutin melakukan senam osteoporosis.
24
DAFTAR PUSTAKA
Broto, R. 2004. Manifestasi Klinis dan Penatalaksanaan Osteoporosis. Dexa Media No. 2 Vol
17: 47 57
Dalimartha, S, 2002. Resep Tumbuhan Obat Untuk Penderita Osteoporosis. Penebar
Swadaya. Jakarta.
Djokomoeljanto R, 2003. Postmenopausal osteoporosis. Patofisiologi dan dasar pengobatan.
Simposium Osteoporosis Postmenopausal. Semarang: p.1-12
Hammett, Stabler CA, 2004. Osteoporosis from pathophysiology to treatment. In:
Washington American Assosiation for Clinical Chemistry Press.p. 1-86
Hortono, M, 2000. Mencegah dan Mengatasi Osteoporosis. Puspa Swara. Jakarta.
Jahari A.B. dan Prihatini S. 2017. Risiko Osteoporosis di Indonesia. Gizi Indon 2007,
30(1):1-11.
Kaniawati, M., Moeliandari, F, 2003, Penanda Biokimia untuk Osteoporosis.Forum
Diagnosticum Prodia Diagnostics Educational Services. No 1: hal. 118
Lane NE. 2003. Osteoporosis. Jakarta. Raja Grafindo Persada.
Marwoto, Jarot, 2008. Pengenalan Macam-Macam Senam Dan Manfaatnya. Unit Pelaksana
Teknis Mata Kuliah Umum Olahraga Universitas Diponegoro.
Sennang AN, Mutmainnah, Pakasi RDN, Hardjoeno, 2006. Analisis KadarOsteokalsin Serum
Osteopenia dan Osteoporosis. Dalam Indonesian Journal of clinical pathology and
medical laboratory, Vol.12, No.2: hal 49-52
Setiyohadi B, 2006. Pemeriksaan Densitometri Tulang. Dalam Buku Ajar Penyakit Dalam.
Edisi IV. Editor: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. Pusat
Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia: Hal. 1172-75
Sinnathamby, Hemanath. 2010. Gambaran Tingkat Pengetahuan Dan Sikap Terhadap
Osteoporosis Dan Asupan Kalsium Pada Wanita Premenopause Di Kecamatan Medan
Selayang Ii. Skripsi. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
Sudoyo, Setiyohardi, Alwi, Simadibrata, Setiati. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam . Jilid
II. Edisi IV. Jakarta: FKUI.
25
Wirakusmah, E.S., 2007. Mnecegah Osteoporosis Lengkar Dengan 39 Jus dan 38 Resep.
Available
at
url
http://books.google.co.id/books?
LAMPIRAN
26
27
28
29
30
32
33
Dokter internship
34