Sie sind auf Seite 1von 43

Laporan Mini Project (F.

7)
KEGIATAN SENAM DAN PENYULUHAN OSTEOPOROSIS
BERSAMA KADER POSYANDU
WILAYAH KERJA PUSKESMAS PLUPUH II
KECAMATAN PLUPUH

Oleh :
dr.Aditya Iqbal Maulana
dr.Ahimsa Yoga Anindita
dr.Diah Winarni
dr.Epy Galuh Risana
dr.Frieska Dyanneza
dr.Reny Endyawati

Pendamping :
dr. Wahju Kurniawan, M.Kes.

PROGRAM DOKTER INTERNSHIP


PUSKESMAS PLUPUH II
KABUPATEN SRAGEN
2013
1

LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN UNIT KESEHATAN MASYARAKAT
Laporan Mini Project (F.7)
KEGIATAN SENAM DAN PENYULUHAN OSTEOPOROSIS
BERSAMA KADER POSYANDU
WILAYAH KERJA PUSKESMAS PLUPUH II
KECAMATAN PLUPUH

Plupuh,

8 November 2013

Peserta Program Internship Dokter Indonesia

Pendamping Program Internship Dokter


Indonesia

dr. Aditya Iqbal Maulana

dr. Wahju Kurniawan, M.Kes.


NIP : 19710407 200212 1 007

LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN UNIT KESEHATAN MASYARAKAT
Laporan Mini Project (F.7)
KEGIATAN SENAM DAN PENYULUHAN OSTEOPOROSIS
BERSAMA KADER POSYANDU
WILAYAH KERJA PUSKESMAS PLUPUH II
KECAMATAN PLUPUH

Plupuh,

8 November 2013

Peserta Program Internship Dokter Indonesia

Pendamping Program Internship Dokter


Indonesia

dr. Ahimsa Yoga Anindita

dr. Wahju Kurniawan, M.Kes.


NIP : 19710407 200212 1 007

LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN UNIT KESEHATAN MASYARAKAT
Laporan Mini Project (F.7)
KEGIATAN SENAM DAN PENYULUHAN OSTEOPOROSIS
BERSAMA KADER POSYANDU
WILAYAH KERJA PUSKESMAS PLUPUH II
KECAMATAN PLUPUH

Plupuh,

8 November 2013

Peserta Program Internship Dokter Indonesia

Pendamping Program Internship Dokter


Indonesia

dr. Diah Winarni

dr. Wahju Kurniawan, M.Kes.


NIP : 19710407 200212 1 007

LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN UNIT KESEHATAN MASYARAKAT
Laporan Mini Project (F.7)
KEGIATAN SENAM DAN PENYULUHAN OSTEOPOROSIS
BERSAMA KADER POSYANDU
WILAYAH KERJA PUSKESMAS PLUPUH II
KECAMATAN PLUPUH

Plupuh,

8 November 2013

Peserta Program Internship Dokter Indonesia

Pendamping Program Internship Dokter


Indonesia

dr. Epy Galuh Risana

dr. Wahju Kurniawan, M.Kes.


NIP : 19710407 200212 1 007

LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN UNIT KESEHATAN MASYARAKAT
Laporan Mini Project (F.7)
KEGIATAN SENAM DAN PENYULUHAN OSTEOPOROSIS
BERSAMA KADER POSYANDU
WILAYAH KERJA PUSKESMAS PLUPUH II
KECAMATAN PLUPUH

Plupuh,

8 November 2013

Peserta Program Internship Dokter Indonesia

Pendamping Program Internship Dokter


Indonesia

dr. Frieska Dyanneza

dr. Wahju Kurniawan, M.Kes.


NIP : 19710407 200212 1 007

LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN UNIT KESEHATAN MASYARAKAT
Laporan Mini Project (F.7)
KEGIATAN SENAM DAN PENYULUHAN OSTEOPOROSIS
BERSAMA KADER POSYANDU
WILAYAH KERJA PUSKESMAS PLUPUH II
KECAMATAN PLUPUH

Plupuh,

8 November 2013

Peserta Program Internship Dokter Indonesia

Pendamping Program Internship Dokter


Indonesia

dr. Reny Endyawati

dr. Wahju Kurniawan, M.Kes.


NIP : 19710407 200212 1 007

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.....................................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN..........................................................................................ii
DAFTAR ISI...............................................................................................................vii
BAB I

PENDAHULUAN........................................................................................1
1.1. Latar Belakang .....................................................................................1
1.2. Tujuan ...................................................................................................2
1.3. Manfaat .................................................................................................2

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA ..............................................................................3


2.1 Osteoporosis...........................................................................................3
2.1.1 Definisi.........................................................................................3
2.1.2 Etiologi.........................................................................................3
2.1.3 Faktor resiko.................................................................................4
2.1.4 Klasifikasi.....................................................................................5
2.1.5 Patogenesis...................................................................................6
2.1.6 Gambaran klinis...........................................................................8
2.1.7 Diagnosis......................................................................................8
2.1.8 Pemeriksaan fisik.........................................................................9
2.1.9 Pemeriksaan radiologi..................................................................9
2.1.10 Pemeriksaan densitas massa tulang............................................9
2.1.11 Penatalaksanaan........................................................................10
2.1.12 Pencegahan...............................................................................10
2.2 Senam osteoporosis.............................................................................11

BAB III PELAKSANAAN KEGIATAN..................................................................19


BAB IV PERENCANAAN......................................................................................21
BAB IV PENUTUP...................................................................................................24
4.1 Kesimpulan...........................................................................................24
4.2 Saran.....................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Osteoporosis merupakan masalah yang berkaitan dengan proses penuaan, oleh
karena itu ancaman masalah osteoporosis terjadi tidak hanya di negara berkembang tetapi
juga di negara maju. Osteoporosis merupakan faktor utama keretakan pada paha, tulang
belakang dan pergelangan tangan. Saat kini sekitar 10 juta penduduk di Amerika saat
diperkirakan menderita osteoporosis dan ada 18 juta lainnya memiliki massa tulang yang
rendah. Perubahan demografis dalam 50 tahun mendatang akan mengakibatkan
meningkatnya jumlah perduduk lanjut umur di negara berkembang, dengan demikian jumlah
penderita retak tulang diperkirakan akan meningkat secara signifikan. Osteoporosis juga
dikenal sebagai suatu penyakit yang tidak dirasakan (silent disease) karena kejadian
penurunan massa tulang dapat terjadi bertahun-tahun tanpa disertai tanda-tanda (symptom).
Beberapa symptom hanya dapat dikenali bila sudah mencapai tahap lanjut. Penurunan massa
tulang biasanya disertai dengan rasa sakit pada leher dan tulang. Symptom yang paling umum
pada osteoporosis adalah retak atau patah tulang, tubuh bungkuk, tinggi badan berkurang, dan
sakit punggung. Satu di antara dua wanita dan satu di antara delapan laki-laki umur 50 tahun
atau lebih menderita retak tulang yang disebabkan karena osteoporosis dalam kehidupannya
(Jahari dan Prihatini, 2007).
Perubahan demografis di Indonesia pada dekade yang lalu membawa akibat
meningkatnya umur harapan hidup dan diharapkan akan banyak penduduk lanjut usia di
dekade mendatang. Oleh karena itu, pengetahuan mengenai osteoporosis menjadi penting
dalam rangka mencegah penduduk Indonesia dari risiko osteoporosis. Perbaikan gaya hidup
dalam hal gizi dan pengetahuan pentingya senam osteoporosis sejak usia dini akan sangat
menhindarkan kemungkinan mengalami osteoporosis di kehidupan lanjut usia mendatang.
Sebagian besar pasien lanjut usia yang berkunjung ke balai pengobatan Puskesmas
Plupuh II memiliki keluhan di tulang dan sendi. Hal tersebut yang memotivasi kami untuk
mengetahui sebaran kemungkinan dan risiko osteoporosis pada pasien-pasien lanjut usia yang
berkunjung ke balai pengobatan di Puskesmas Plupuh II. Pada pasien pria yang lanjut usia,
hanya faktor risiko pada gaya hidup yang menentukan kemungkinannya. Sedangkan, pada
pasien wanita yang lanjut usia, selain faktor risiko pada gaya hidup juga ditentukan keadaan

hormonal karena dipengaruhi oleh riwayat menarche, menstruasi, menopause, dan juga
penggunaan kontrasepsi hormonal.
Berdasarkan sebaran kuesioner yang dibagikan secara acak kepada pasien dengan
usia di atas 50 tahun, baik pria maupun wanita di Puskesmas Plupuh II, diperoleh 96,67%
wanita berusia di atas 50 tahun memerlukan pemeriksaan bone mass density (BMD) karena
berisiko tinggi osteoporosis dan 46,67% sudah terlanjur memerlukan terapi khusus
pencegahan osteoporosis, sedangkan sisanya cukup melalui perbaikan gaya hidup. Dan
pasien pria di atas 50 tahun di Puskesmas Plupuh II hanya 20% saja yang memerlukan terapi
khusus pencegahan osteoporosis, sedangkan sisanya cukup dengan perbaikan gaya hidup
untuk mencegah osteoporosis. Melalui hal ini, kami ingin memberikan pengetahuan tentang
pentingnya pencegahan osteoporosis, terutama melalui perbaikian gaya hidup dengan
pemenuhan kebutuhan gizi dan senam osteoporosis.
1.2 TUJUAN
1.2.1 Memberikan pengetahuan kepada masyarakat mengenai osteoporosis
1.2.2 Memberikan contoh gaya hidup yang sehat kepada masyarakat untuk mencegah
osteoporosis
1.2.3 Memberikan contoh senam osteoporosis kepada masyarakat

1.3 MANFAAT
1.3.1 Mengurangi resiko osteoporosis di usia lanjut dengan perubahan gaya hidup
melalui komunikasi, informasi, dan edukasi ke masyarakat.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Osteoporosis
2.1.1 Definisi
Osteoporosis adalah suatu kondisi berkurangnya masa tulang secara nyata
yang berakibat pada rendahnya kepadatan tulang. Akibatnya tulang menjadi rapuh dan
mudah patah. Menurut Dr. Robert P. Heaney dalam Reitz (1993) penyakit osteoporosis
paling umum diderita oleh orang yang telah berumur, dan paling banyak menyerang
wanita yang telah menopause (Hortono, 2000).
Osteoporosis merupakan penyakit metabolik tulang atau disebut juga penyakit
tulang rapuh atau tulang keropos. Osteoporosis diistilahkan juga dengan penyakit silent
epidemic karena sering tidak memberikan gejala hingga akhirnya terjadi fraktur (patah)
(Dalimartha, 2002).
2.1.2 Etiologi
Ada 2 penyebab utama osteoporosis, yaitu pembentukan massa puncak tulang
yang selama masa pertumbuhan dan meningkatnya pengurangan massa tulang setelah
menopause. Massa tulang meningkat secara konstan dan mencapai puncak sampai usia
40 tahun, pada wanita lebih muda sekitar 30-35 tahun. Walaupun demikian tulang yang
hidup tidak pernah beristirahat dan akan selalu mengadakan remodelling dan
memperbaharui cadangan mineralnya sepanjang garis beban mekanik. Faktor pengatur
formasi dan resorpsi tulang dilaksanakan melalui 2 proses yang selalu berada dalam
keadaan seimbang dan disebut coupling. Proses coupling ini memungkinkan aktivitas
formasi tulang sebanding dengan aktivitas resorpsi tulang. Proses ini berlangsung 12
minggu pada orang muda dan 16-20 minggu pada usia menengah atau lanjut.
Remodelling rate adalah 2-10% massa skelet per tahun (Sudoyo et al., 2006). Proses
remodelling ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu faktor lokal yang menyebabkan
terjadinya satu rangkaian kejadian pada konsep Activation Resorption Formation
(ARF). Proses ini dipengaruhi oleh protein mitogenik yang berasal dari tulang yang
merangsang preosteoblas supaya membelah membelah menjadi osteoblas akibat adanya
aktivitas resorpsi oleh osteoklas. Faktor lain yang mempengaruhi proses remodelling
3

adalah faktor hormonal. Proses remodelling akan ditingkatkan oleh hormon paratiroid,
hormon pertumbuhan dan 1,25 (OH)2 vitamin D. Sedang yang menghambat proses
remodelling adalah kalsitonin, estrogen dan glukokortikoid. Proses-proses yang
mengganggu remodelling tulang inilah yang menyebabkan osteoporosis.
Selain gangguan pada proses remodelling tulang faktor lainnya adalah
pengaturan metabolisme kalsium dan fosfat. Walaupun terdapat variasi asupan kalsium
yang besar, tubuh tetap memelihara konsentrasi kalsium serum pada kadar yang tetap.
Pengaturan homeostasis kalsium serum dikontrol oleh organ tulang, ginjal dan usus
melalui pengaturan paratiroid hormon (PTH), hormon kalsitonin, kalsitriol (1,25(OH)2
vitamin D) dan penurunan fosfat serum. Faktor lain yang berperan adalah hormon tiroid,
glukokortikoid dan insulin, vitamin C dan inhibitor mineralisasi tulang (pirofosfat dan
pH darah). Pertukaran kalsium sebesar 1.000 mg/harinya antara tulang dan cairan
ekstraseluler dapat bersifat kinetik melalui fase formasi dan resorpsi tulang yang lambat.
Absorpsi kalsium dari gastrointestinal yang efisien tergantung pada asupan kalsium
harian, status vitamin D dan umur. Didalam darah absorpsi tergantung kadar protein
tubuh, yaitu albumin, karena 50% kalsium yang diserap oleh tubuh terikat oleh albumin,
40% dalam bentuk kompleks sitrat dan 10% terikat fosfat (Sinnathamby, 2010).
2.1.3 Faktor Risiko
a. Usia
Tiap peningkatan 1 dekade, resiko meningkat 1,4-1,8
b. Genetik

Etnis (kaukasia dan oriental > kulit hitam dan polinesia)

Seks (wanita > pria)

Riwayat keluarga

c. Lingkungan, dan lainnya

Defisiensi kalsium

Aktivitas fisik kurang

Obat-obatan (kortikosteroid, anti konvulsan, heparin, siklosporin)

Merokok, alkohol

Resiko terjatuh yang meningkat (gangguan keseimbangan, licin, gangguan


penglihatan)
4

Hormonal dan penyakit kronik


o Defisiensi estrogen, androgen
o Tirotoksikosis, hiperparatiroidisme primer, hiperkortisolisme
o Penyakit kronik (sirosis hepatis, gangguan ginjal, gastrektomi)

Sifat fisik tulang


o Densitas (massa)
o Ukuran dan geometri
o Mikroarsitektur
o Komposisi
d. Faktor resiko faktur panggul yaitu,:
1). Penurunan respons protektif

Kelainan neuromuscular

Gangguan penglihatan

Gangguan keseimbangan

2). Peningkatan fragilitas tulang

Densitas massa tulang rendah

Hiperparatiroidisme

3). Gangguan penyediaan energi

Malabsorpsi

2.1.4 Klasifikasi Osteoporosis


a. Osteoporosis Primer
1). Osteoporosis primer tipe 1 adalah osteoporosis pasca menopause. Pada masa
menopause, fungsi ovarium menurun sehingga produksi hormon estrogen dan
progesteron juga menurun. Estrogen berperan dalam proses mineralisasi tulang
dan menghambat resorbsi tulang serta pembentukan osteoklas melalui produksi
sitokin. Ketika kadar hormon estrogen darah menurun, proses pengeroposan
tulang dan pembentukan mengalami ketidakseimbangan. Pengeroposan tulang
menjadilebihdominan (Wirakusumah, 2007).
2). Osteoporosis primer tipe II adalah osteoporosis senilis yang biasanya terjadi lebih
dari usia 50 tahun. Osteopososis terjadi akibat dari kekurangan kalsium
berhubungan dengan makin bertambahnya usia (Hortono, 2000).
5

3). Tipe III adalah osteoporosis idiopatik merupakan osteoporosis yang penyebabnya
tidak diketahui.Osteoporosis ini sering menyerang wanita dan pria yang masih
dalam usia muda yang relative jauh lebih muda (Hortono, 2000).
b. Osteoporosis sekunder
Osteoporosis sekunder terjadi kerana adanya penyakit tertentu yang dapat
mempengaruhi kepadatan massa tulang dan gaya hidup yang tidak sehat. Faktor
pencetus dominan osteoporosis sekunder adalah sepeti di bawa ( Wirakusumah, 2007)
:
1). Penyakit endokrin : tiroid, hiperparatiriod, hipogonadisme
2). Penyakit saluran cerna yang memyebabkan absorsi gizi kalsium.fosfor. vitamin D)
terganggu.
3). Penyakit keganasan ( kanker)
4). Konsumsi obat obatan seprti kortikosteriod
5). Gaya hidup yang tidak sehat seperti merokok, kurang olahraga.
2.1.5 Patogenesis
Pembentukan ulang tulang adalah suatu proses yang terus menerus. Pada
osteoporosis, massa tulang berkurang, yang menunjukkan bahwa laju resorpsi tulang pasti
melebihi laju pembentukan tulang. Pembentukan tulang lebih banyak terjadi pada korteks
1. Proses Remodelling Tulang dan Homeostasis Kalsium
Kerangka tubuh manusia merupakan struktur tulang yang terdiri dari substansi
organik (30%) dan substansi mineral yang paling banyak terdiri dari kristal
hidroksiapatit (95%) serta sejumlah mineral lainnya (5%) seperti Mg, Na, K, F, Cl, Sr
dan Pb. Substansi organik terdiri dari sel tulang (2%) seperti osteoblas, osteosit dan
osteoklas dan matriks tulang (98%) terdiri dari kolagen tipe I (95%) dan protein
nonkolagen (5%) seperti osteokalsin, osteonektin, proteoglikan tulang, protein
morfogenik tulang, proteolipid tulang dan fosfoprotein tulang.
Tanpa matriks tulang yang berfungsi sebagai perancah, proses mineralisasi
tulang tidak mungkin dapat berlangsung. Matriks tulang merupakan makromolekul
yang sangat bersifat anionik dan berperan penting dalam proses kalsifikasi dan fiksasi
kristal hidroksi apatit pada serabut kolagen. Matriks tulang tersusun sepanjang garis
dan beban mekanik sesuai dengan hukum Wolf, yaitu setiap perubahan fungsi tulang
akan diikuti oleh perubahan tertentu yang menetap pada arsitektur internal dan
penyesuaian eksternal sesuai dengan hukum matematika. Dengan kata lain, hukum
Wolf dapat diartikan sebagai bentuk akan selalu mengikuti fungsi.
6

2. Patogenesis Osteoporosis primer


Setelah menopause maka resorpsi tulang akan meningkat, terutama pada
dekade awal setelah menopause, sehingga insidens fraktur, terutama fraktur vertebra
dan radius distal meningkat. Estrogen juga berperan menurunkan produksi berbagai
sitokin oleh bone marrow stromal cells dan sel-sel mononuklear, seperti IL-1, IL-6
dan TNF- yang berperan meningkatkan kerja osteoklas, dengan demikian penurunan
kadar estrogen akibat menopause akan meningkatkan produksi berbagai sitokin
tersebut sehingga aktivitas osteoklas meningkat.
Untuk mengatasi keseimbangan negatif kalsium akibat menopause, maka
kadar PTH akan meningkat pada wanita menopause, sehingga osteoporosis akan
semakin berat. Pada menopause, kadangkala didapatkan peningkatan kadar kalsium
serum, dan hal ini disebabkan oleh menurunnya volume plasma, meningkatnya kadar
albumin dan bikarbonat, sehingga meningkatkan kadar kalsium yang terikat albumin
dan juga kadar kalsium dalam bentuk garam kompleks. Peningkatan bikarbonat pada
menopause terjadi akibat penurunan rangsang respirasi, sehingga terjadi relatif
asidosis respiratorik.
c. Patogenesis Osteoporosis Sekunder
Selama hidupnya seorang wanita akan kehilangan tulang spinalnya sebesar
42% dan kehilangan tulang femurnya sebesar 58%. Pada dekade ke-8 dan 9
kehidupannya, terjadi ketidakseimbangan remodeling tulang, dimana resorpsi tulang
meningkat, sedangkan formasi tulang tidak berubah atau menurun. Hal ini akan
menyebabkan kehilangan massa tulang, perubahan mikroarsitektur tulang dan
peningkatan resiko fraktur.
Defisiensi kalsium dan vitamin D juga sering didapatkan pada orang tua. Hal
ini disebabkan oleh asupan kalsium dan vitamin D yang kurang, anoreksia,
malabsorpsi dan paparan sinar matahari yang rendah. Defisiensi vitamin K juga akan
menyebabkan osteoporosis karena akan meningkatkan karboksilasi protein tulang
misalnya osteokalsin. Penurunan kadar estradiol dibawah 40 pMol/L pada laki-laki
akan menyebabkan osteoporosis, karena laki-laki tidak pernah mengalami menopause
(penurunan kadar estrogen yang mendadak), maka kehilangan massa tulang yang
besar seperti pada wanita tidak pernah terjadi. Dengan bertambahnya usia, kadar
testosteron pada laki-laki akan menurun sedangkan kadar Sex Hormone Binding
Globulin (SHBG) akan meningkat. Peningkatan SHBG akan meningkatkan
pengikatan estrogen dan testosteron membentuk kompleks yang inaktif.

Faktor lain yang juga ikut berperan terhadap kehilangan massa tulang pada
orang tua adalah faktor genetik dan lingkungan (merokok, alkohol, obat-obatan,
imobilisasi lama). Resiko fraktur yang juga harus diperhatikan adalah resiko terjatuh
yang lebih tinggi pada orang tua dibandingkan orang yang lebih muda. Hal ini
berhubungan dengan penurunan kekuatan otot, gangguan keseimbangan dan stabilitas
postural, gangguan penglihatan, lantai yang licin atau tidak rata,
2.1.6 Gambaran Klinis
Osteoporosis dapat berjalan lambat selama beberapa dekade, hal ini
disebabkan karena osteoporosis tidak menyebabkan gejala fraktur tulang. Beberapa
fraktur osteoporosis dapat terdeteksi hingga beberapa tahun kemudian. Tanda klinis utama
dari osteoporosis adalah fraktur pada vertebra, pergelangan tangan, pinggul, humerus, dan
tibia. Gejala yang paling lazim dari fraktur korpus vertebra adalah nyeri pada punggung
dan deformitas pada tulang belakang. Nyeri biasanya terjadi akibat kolaps vertebra
terutama pada daerah dorsal atau lumbal. Secara khas awalnya akut dan sering menyebar
kesekitar pinggang hingga kedalam perut. Nyeri dapat meningkat walaupun dengan
sedikit gerakan misalnya berbalik ditempat tidur. Istirahat ditempat tidaur dapat
meringankan nyeri untuk sementara, tetapi akan berulang dengan jangka waktu yang
bervariasi. Serangan nyeri akut juga dapat disertai oleh distensi perut dan ileus
Seorang dokter harus waspada terhadap kemungkinan osteoporosis bila
didapatkan :
a.
b.
c.
d.

Patah tulang akibat trauma yang ringan.


Tubuh makin pendek, kifosis dorsal bertambah, nyeri tulang.
Gangguan otot (kaku dan lemah)
Secara kebetulan ditemukan gambaran radiologik yang khas.

2.1.7 Diagnosis
Diagnosis osteoporosis umumnya secara klinis sulit dinilai, karena tidak ada
rasa nyeri pada tulang saat osteoporosis terjadi walau osteoporosis lanjut. Khususnya
pada wanita-wanita menopause dan pasca menopause, rasa nyeri di daerah tulang dan
sendi dihubungkan dengan adanya nyeri akibat defisiensi estrogen. Masalah rasa nyeri
jaringan lunak (wallaca tahun1981) yang menyatakan rasa nyeri timbul setelah bekerja,
memakai baju, pekerjaan rumah tangga, taman dll. Jadi secara anamnesa mendiagnosis
osteoporosis hanya dari tanda sekunder yang menunjang terjadinya osteoporosis seperti
a. Tinggi badan yang makin menurun.
8

b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.

Obat-obatan yang diminum.


Penyakit-penyakit yang diderita selama masa reproduksi, klimakterium.
Jumlah kehamilan dan menyusui.
Bagaimana keadaan haid selama masa reproduksi.
Apakah sering beraktivitas di luar rumah , sering mendapat paparan matahari cukup.
Apakah sering minum susu, Asupan kalsium lainnya.
Apakah sering merokok, minum alkohol

2.1.8 Pemeriksaan Fisik


Tinggi badan dan berat badan harus diukur pada setiap penderita
osteoporosis. Demikian juga gaya berjalan penderita osteoporosis, deformitas tulang,
nyeri spinal. Penderita dengan osteoporosis sering menunjukkan kifosis dorsal atau
gibbus dan penurunan tinggi badan.
2.1.9 Pemeriksaan Radiologi
Gambaran radiologik yang khas pada osteoporosis adalah penipisan korteks
dan daerah trabekuler yang lebih lusen. Hal ini akan tampak pada tulang-tulang vertebra
yang memberikan gambaran picture-frame vertebra.
2.1.10 Pemeriksaan Densitas Massa tulang (Densitometri)
Densitas massa tulang berhubungan dengan kekuatan tulang dan resiko fraktur
untuk menilai hasil pemeriksaan Densitometri tulang, digunakan kriteria kelompok kerja
WHO, yaitu:
a. Normal bila densitas massa tulang di atas -1 SD rata-rata nilai densitas massa tulang
orang dewasa muda (T-score)
b. Osteopenia bila densitas massa tulang diantara -1 SD dan -2,5 SD dari T-score.
c. Osteoporosis bila densitas massa tulang -2,5 SD T-score atau kurang.
d. Osteoporosis berat yaitu osteoporosis yang disertai adanya fraktur.

2.1.11 Penatalaksanaan
Terapi pada osteoporosis harus mempertimbangkan 2 hal, yaitu terapi
pencegahan yang pada umumnya bertujuan untuk menghambat hilangnya massa tulang.
Dengan cara yaitu memperhatikan faktor makanan, latihan fisik ( senam pencegahan
osteoporosis), pola hidup yang aktif dan paparan sinar ultra violet. Selain itu juga
menghindari obat-obatan dan jenis makanan yang merupakan faktor resiko osteoporosis
seperti alkohol, kafein, diuretika, sedatif, kortikosteroid.
9

Selain pencegahan, tujuan terapi osteoporosis adalah meningkatkan massa


tulang dengan melakukan pemberian obat-obatan antara lain hormon pengganti (estrogen
dan progesterone dosis rendah). Kalsitrol, kalsitonin, bifosfat, raloxifene, dan nutrisi
seperti kalsium serta senam beban. Pembedahan pada pasien osteoporosis dilakukan bila
terjadi fraktur, terutama bila terjadi fraktur panggul.
2.1.12. Pencegahan
Pencegahan osteoporosi meliputi:
a. Mempertahankan atau meningkatkan kepadatan tulang dengan mengonsumsi kalsium
yang cukup
Mengkonsumsi kalsium dalam jumlah yang cukup sangat efektif, terutama
sebelum tercapainya kepadatan tulang maksimal (sekitar umur 30 tahun). Minum 2
gelas susu dan tambahan vitamin D setiap hari, bisa meningkatkan kepadatan tulang
pada wanita setengah baya yang sebelumnya tidak mendapatkan cukup kalsium. Akan
tetapi tablet kalsium dan susu yang dikonsumsi setiap hari akhir - akhir ini menjadi
perdebatan sebagai pemicu terjadi osteoporosis, berhubungan dengan teori osteoblast.
b. Melakukan olah raga dengan beban
Olah raga beban (misalnya berjalan dan menaiki tangga) akan meningkatkan
kepadatan tulang. Berenang tidak meningkatkan kepadatan tulang.
c. Mengkonsumsi obat (untuk beberapa orang tertentu).
Estrogen membantu mempertahankan kepadatan tulang pada wanita dan
sering diminum bersamaan dengan progesteron. Terapi sulih estrogen paling efektif
dimulai dalam 4-6 tahun setelah menopause; tetapi jika baru dimulai lebih dari 6
tahun setelah menopause, masih bisa memperlambat kerapuhan tulang dan
mengurangi risiko patah tulang. Raloksifen merupakan obat menyerupai estrogen
yang baru, yang mungkin kurang efektif daripada estrogen dalam mencegah
kerapuhan tulang, tetapi tidak memiliki efek terhadap payudara atau rahim. Untuk
mencegah osteroporosis, bisfosfonat (contohnya alendronat), bisa digunakan sendiri
atau bersamaan dengan terapi sulih hormon.
2.2 Senam Osteoporosis
Senam adalah latihan tubuh yang dipilih dan diciptakan dengan berencana.
Disusun secara sistematis dengan tujuan membentuk dan mengembangkan pribadi secara
harmonis.
10

Orang melakukan senam secara teratur akan mendapatkan kesegaran jasmani


yang baik (good physical fitness). Unsur-unsurnya terdiri dari kekuatan otot, kelentukan
persendian, kelincahan gerak, keluwesan, cardio vasculair fitness, neuro musculair
fitness. Apabila orang melakukan senam, peredaran darah akan lancar dan meningkat
jumlah atau volume darah. Dan 20% terdapat di otak, makan akan terjadi proses endorfin
sehingga terbentuk hormon norepinefrin yang menimbulkan rasa gembira, rasa sakit
hilang, adiksi (kecanduan gerak), menghilangkan depresi.
Apabila orang dalam melakukan senam secara teratur akan terjadi
keseimbangan antara:
1. Osteoblast yaitu resorbsi tulang. Sel-sel osteoblast membuat lubang-lubang pada
tulang, sehingga tulang menipis.
2. Osteoclast yaitu sel-sel membentuk tulang dengan mengisi lubang-lubang.
Apabila kegiatan senam berhenti, maka osteoclast berkurang, sehingga
pembentukan tulang berhenti dan akan terjadi osteoporosis yaitu keropos tulang. Senam
osteoporosis diperlukan untuk orang-orang yang berusia di atas 30 tahun, di mana saat
kepadatan tulang belum maksimal.
Latihan fisik atau olahraga untuk penderita osteoporosis berbeda dengan
olahraga untuk mencegah osteoporosis. Latihan yang tidak boleh dilakukan oleh
penderita osteoporosis adalah sebagai berikut:
1. Latihan atau aktivitas fisik yang berisiko terjadi benturan dan pembebanan pada
tulang punggung. Hal ini akan menambah risiko patah tulang punggung karena ruas
tulang punggung yang lemah tidak mampu menahan beban tersebut. Hindari latihan
berupa lompatan, senam aerobik dan joging.
2. Latihan atau aktivitas fisik yang mengharuskan membungkuk kedepn dengan
punggung melengkung. Hal ini berbahaya karena dapat mengakibatkan cedera ruas
tulang belakang. Juga tidak boleh melakukan sit up, meraih jari kaki, dan lain-lain.
3. Latihan atau aktivitas fisik yang mengharuskan menggerakkan kaki kesamping atau
menyilangkan dengan badan, juga meningkatkan risiko patah tulang, karena tulang
panggul dalam kondisi lemah.
Berikut ini latihan olahraga yang boleh dilakukan oleh penderita osteoporosis :
1. Jalan kaki secara teratur, karena memungkinkan sekitar 4,5 km/jam selama 50 menit,
lima kali dalam seminggu. Ini diperlukan untuk mempertahankan kekuatan tulang.
Jalan kaki lebih cepat (6 km/jam) akan bermanfaat untuk jantung dan paru-paru.

11

2. Latihan beban untuk kekuatan otot, yaitu dengan mengangkat dumbble kecil untuk
menguatkan pinggul, paha, punggung, lengan dan bahu.
3.

Latihan untuk meningkatkan keseimbangan dan kesigapan.

4. Latihan untuk melengkungkan punggung ke belakang, dapat dilakukan dengan duduk


dikursi, dengan atau tanpa penahan. Hal ini dapat menguatkan otot-otot yang
menahan punggung agar tetap tegak, mengurangi kemungkinan bengkok, sekaligus
memperkuat punggung.
Untuk pencegahan osteoporosis, latihan fisik yang dianjurkan adalah latihan
fisik yang bersifat pembebanan, terutama pada daerah yang mempunyai risiko tinggi
terjadi osteoporosis dan patah tulang. Jangan lakukan senam segera sesudah makan. Beri
waktu kira-kira 1 jam perut kosong sebelum mulai dan sesudah senam. Dianjurkan untuk
berlatih senam tiga kali seminggu, minimal 20 menit dan maksimal 60 menit. Sebaiknya
senam dikombinasikan dengan olahraga jalan secara bergantian, misalnya hari pertama
senam, hari kedua jalan kaki, hari ketiga senam, hari keempat jalan kaki, hari kelima
senam, hari keenam dan hari ketujuh istirahat. Jalan kaki merupakan olahraga yang paling
mudah, murah dan aman, serta sangat bermanfaat. Gerakannya sangat mudah dilakukan,
melangkahkan salah satu kaki kedepan kaki yang lain secara bergantian. Lakukanlah jalan
kaki 20-30 menit, paling sedikit tiga kali seminggu.dianjurkan berjalan lebih cepat dari
biasa, disertai ayunan lengan. Setiap latihan fisik harus diawali dengan pemanasan untuk:
1. Menyiapkan otot dan urat agar meregang secara perlahan dan mantap sehingg
mencegah terjadinya cedera.
2. Meningkatkan denyut nadi, pernapasan, dan suhu tubuh sedikit demi sedikit.
3. Menyelaraskan koordinasi gerakan tubuh dengan keseimbangan gerak dan
4. Menimbulkan rasa santai.
Lakukan selama 10 menit dengan jalan ditempat, gerakan kepala, bahu, siku
dan tangan, kaki, lutut dan pinggul. Kemudian lakukan peregangan selama kira-kira 5
menit. Latihan peregangan akan menghasilkan selama kira-kira 5 menit. Latihan
peregangan akan menghasilkan kelenturan otot dan kemudahan gerakan sendi. Latihan ini
dilakukan secara berhati-hati dan bertahap, jangan sampai menyebabkan cedera. Biasanya
dimulai dengan peregangan otot-otot lengan, dada, punggung, tungkai atas dan bawah,
serta otot-otot kaki Latihan inti, kira-kira 20 menit, merupakan kumpulan gerak yang
bersifat ritmis atau berirama agak cepat sehingga mempunyai nilai latihan yang
bermanfaat. Utamakan gerakan, tarikan dan tekanan pada daerah tulang yang sering
mengalami osteoporosis, yaitu tulang punggung, tulang paha, tulang panggul dan tulang
12

pergelangan tangan. Kemudian lakukan juga latihan beban. Dapat dibantu dengan bantal
pasir, dumbble, atau apa saja yang dapat digenggam dengan berat 300-1000 gram untuk 1
tangan, mulai dengan beban ringan untuk pemula, dan jangan melebihi 1000 gram. Beban
untuk tulang belakang dan tungkai sudah cukup memdai dengan beban dari tubuh itu
sendiri. Setelah latihan inti harus dilakukan pendinginan dengan memulai gerakan
peregangan seperti awal pemanasan dan lakukan gerakan menarik napas atau ambil napas
dan buang napas secara teratur. Jika masih memungkinkan. Lakukan senam lantai kirakira 10 menit. Latihan ini merupakan gabungan peregangan, penguatan dan koordinasi.
Lakukan dengan lembut dan perlahan dalam posisi nyaman, rileks dan napas yang teratur
1. Pemanasan
a. Salam Pembuka
1. Sikap tubuh : berdiri dalam posisi yang baik, kedua kaki saling mendekat,
lengan ke samping badan, telapak tangan saling melekat.

2. Gerakan 1 jalan di tempat hitungan 2x8


3. Gerakan 2 dengan kepala hitungan 4x8

13

4.

Gerakan bahu hitungan 2x8

5. Gerakan siku dan tangan hitungan 2x8

6. Gerakan kaki dan tangan langkah tunggal ke samping bergantian tangan


diayun ke depan dan ke samping.
7. Gerakan pinggul dan pergelangan tangan

8.

Gerakan lutut dan otot biceps serta jari-jari

b.
1.

Latihan Peregangan
Jalan di tempat dengan meluruskan lengan hitungan 3x8

2. Jalan di tempat dengan tangan ke samping dan ditekuk hitungan 2x8

14

3. Jalan di tempat lengan diluruskan dengan badan diliukkan sedikit ke kanan


dan ke kiri.
4. Kaki kanan dibuka ke samping.

5.

Kedua kaki pada posisi terbuka.

6.

Lutut kanan ditekuk lengan ke atas

7.

Lutut kanan ditekuk lengan direntangkan

8.

Peregangan otot betis dengan kaki ke depan salah satu

15

9.

a.

Ambil napas dari hidung lepas dari mulut

2.
Latihan Inti
Latihan I
1. Gerakan sisipan jalan di tempat dengan kedua lengan digerakkan.

2. Langkah tunggal jari tangan mengepal dan langkah danda.

3. Melangkah ke depan 4 langkah dan mundur 4 langkah.

16

4. Gerakan tumit ke depan bergantian dan tumit ke samping.

5. Dua langkah diagonal 4 langkah dan mundur 4 langkah

b.

Latihan II Depan Menggunakan Beban


1. Gerakan sisipan badan tegak bahu diputar ke belakang dan ke depan.
2. Gerakan tangan bergantian ditekuk perkenaan otot biceps hitungan 2x8 A, B,
C, D

Gerakan menguatkan otot biceps A, B, C, D

Gerakan menghadap ke depan dengan kaki terbuka A, B, C, D

6. Pendinginan
Latihan pendinginan mengulangi pemanasan dan diakhiri dengan ambil napas.

17

18

BAB III
PELAKSANAAN KEGIATAN
Pelaksanaan kegiatan senam dan penyuluhan osteoporosis ditujukan kepada ibu-ibu
kader setiap posyandu di wilayah kerja Puskesmas Plupuh II.
Hari / Tanggal

: Jumat , 25 Oktober 2013

Waktu
Tempat
Pelaksana
Sasaran

: 08.00 - 10.00 WIB


: Aula Balai Desa Pungsari,Pungsari, Plupuh
: dr.Iqbal, dr.Ahimsa, dr.Diah, dr.Epy ,dr.Frieska , dr.Reny
: ibu ibu kader dari setiap posyandu desa beserta karyawan
Puskesmas Plupuh II yang berjumlah total 42 orang.

Dalam pelaksanaan kegiatan ini, dilakukan beberapa macam kegiatan yakni:


1. Senam
Senam dilakukan bersama sama sambil melihat video senam yang diputar di
layar dan 6 dokter berada di depan sebagai contoh untuk para peserta senam. Senam
dilengkapi dengan 2 botol air mineral 500 ml yang digunakan sebagai beban saat senam
pada bagian inti senam osteoporosis. Senam meliputi pemanasan, inti dan diakhiri
pendinginan.
2. Pre test
Pre test dilakukan untuk menggali pengetahuan awal peserta mengenai
osteoporosis. Dalam pre test ini peserta harus menjawab 12 pertanyaan pilihan ganda yg
berhubungan dengan osteoporosis.
3. Penyuluhan
Dokter memberikan penyuluhan mengenai osteoporosis. Dengan penyuluhan ini
diharapkan peserta memahami dengan baik dan benar mengenai semua tentang
osteoporosis dan mampu menilai jawaban pada saat pre test agar bisa mengerjakan soal
post test dengan lebih baik lagi.
4. Post test
Post tes dilakukan untuk mengetahui adanya peningkatan pemahaman peserta
mengenai osteoporosis setelah dilakukan senam dan penyuluhan.
5. Tanya Jawab
Kegiatan ini dimaksudkan untuk mengetahui respon dan tingkat pemahaman
peserta terhadap materi penyuluhan yang telah disampaikan.

19

6. Pengumuman hasil pre test dan post tes, pemilihan kelompok terbagus serta
pembagian doorprize
Dari 42 peserta diperoleh 3 orang dengan nilai tertinggi yaitu juara 1 Ibu Ngatini
dari Desa Pengkol Gedongan dengan total nilai 10, juara 2 Ibu Nanik dari Plupuh dengan
total nilai 9,5, dan juara ke 3 Ibu Sri Martiyem dari Pungsari dengan total nilai 9.
Kelompok terbagus dinilai dari ketepatan saat mengikuti gerakan senam, jatuh pada
kelompok dari desa Sidokerto. Pembagian hadiah masing masing untuk juara 1,2 dan 3
serta doorprize bagi 3 penanya,3 penjawab,kelompok terbagus dan 1 orang yang bersedia
menyampaikan kesan dan pesan untuk kegiatan ini.

20

BAB IV
PERENCANAAN
Dengan memperhatikan bahwa osteporosis adalah suatu penyakit kronik
degeneratif yang memiliki faktor risiko baik yang dapat dimodifikasi maupun yang tidak
dapat dimodifikasi dan faktor-faktor risiko tersebut juga merupakanfaktor risiko bersama
penyakit tidak menular lainnya (jantung, kanker,diabetes, PPOK) maka program
pengendaliannya harus bersifat komperhensif, integratif, sepanjang hayat, dan dilaksanakan
secara bertahap. Program pengendalian osteoporosis meliputi: 1) Penyuluhan; 2)
Perlindungan Khusus; 3) Penemuan dan Tatalaksana Kasus(termasuk deteksi dini
osteoporosis); 4)Peningkatan partisipasi (pemberdayaan) masyarakat dalam pencegahan dan
penanggulangan osteoporosis.
1. Penyuluhan (KIE)
a. Tujuan
Meningkatnya partisipasi masyarakat dalam pencegahan dan penanggulangan osteoporosis
b. Sasaran
Masyarakat umum dan kelompok masyarakat khusus (kelompok masyarakat berisiko
osteoporosis).
1) Melaksanakan penyuluhan atau KIE (komunikasi, informasi dan edukasi) tentang
osteoporosis melalui berbagai media penyuluhan, seperti leaflet, poster, radio (radio spot),
dan televisi (filler TV)
2) Penyuluhan perorangan atau penyuluhan kelompok yang dilaksanakan oleh kader, petugas
puskesmas, dan lain-lain
3) Penyuluhan bagi Pasien osteoporosis dan keluarganya di puskesmas dan rumah sakit.
c. Kegiatan
1) Kegiatan KIE pengendalian osteoporosis di puskesmas agar melibatkan peran serta dan
sumber daya masyarakat secara aktif.
2) Kegiatan pos lanjut usia di puskesmas mengintegrasikan pencegahan dan penanggulangan
osteoporosis yang didukung oleh tenaga kesehatan dan kader yang terlatih.
2. Perlindungan Khusus (specific protection)
a. Tujuan
Memberikan perlindungan dan menurunkan jumlah kelompok masyarakat yang terpajan
faktor risiko osteoporosis.
21

b. Sasaran
Masyarakat umum dan kelompok masyarakat khusus (kelompok masyarakat berisiko
osteoporosis).
c. Kegiatan
1) Penerapan peraturan perundangan, misalnya Perda tentang Pengendalian Masalah
Merokok (perokok aktif dan pasif)
2) Sosialisasi gaya hidup sehat seperti : menkonsumsi nutrisi dengan asupan kalsium dan
vitamin D yang cukup, terkena sinar matahari pagi dan sore hari, aktivitas fisik yang teratur
(olah raga dan kegiatan lainnya), serta tidak merokok dan minum minuman yang beralkohol
tinggi.
3. Penemuan dan Tatalaksana Kasus
a. Tujuan:
1) Terlaksananya deteksi dini pada kelompok masyarakat berisiko osteoporosis
2) Terlaksananya penegakkan diagnosis dan tatalaksana Pasien osteoporosis sesuai standar
3) Menurunnya angka kesakitan dan kematian osteoporosis
b. Sasaran
Kelompok masyarakat berisiko dan Pasien osteoporosis
c. Kegiatan
1) Deteksi Dini
Pemeriksaan densitometri pada kelompok masyarakat atau individu berisiko tinggi secara
berkala
2) Penemuan Kasus dan Tatalaksana Pasien
a) Penemuan kasus osteoporosis secara aktif
b) Penemuan kasus osteoporosis secara pasif di unit pelayanan kesehatan
c) Tatalaksana Pasien osteoporosis sesuai standar
Puskesmas
Penemuan dan tatalaksana Pasien osteoporosis di puskesmas
Sistim rujukan osteoporosis
Rumah sakit
Tindak lanjut penanggulangan dan rehabilitasi Pasien osteoporosis
d) Sistim pelaporan osteoporosis yang diintegrasikan dengan penyakit kronik dan degeneratif
lainnya
22

4. Peningkatan Partisipasi (Kemandirian) Masyarakat dalam Pencegahan dan


Penanggulangan Osteoporosis
Masyarakat sudah seharusnya sadar akan pentingnya pencegahan osteoporosis,maka
hendaknya sejak dini harus dilakukan upaya penanggulangan osteoporosis melalui :
1) Memperhatikan diet
Hendaknya mengkonsumsi makanan yang mengandung mineral, kalsium, antara lain: susu
dan hasil produk susu (keju, yougrt), ikan teri (teri kering, rebon, teri segar), sarden dan
makarel kalengan dengan tulangnya, salmon, kacang-kacangan (kacang panjang, kacang
hijau kering), sayur (daun pepaya, daun talas, bayam, pakcoi, sawi, brokoli, kol), buahbuahan (jeruk, siturn). Makanan yang memperlancar penyerapan kalsium antara lain kedelai
dan hasil produknya (tempe, tahu, susu kedelai), sayur hijau (bayam, brokoli, green
klover/semanggi) lalap pecel, kacang-kacangan dan buah-buahan (bengkoang). Perlu
diupayakan penyediaan bentuk-bentuk jajanan di sekolah dengan kandungan kalsium yang
memadai.
2) Olahraga
Olahraga sama pentingnya dengan diet. Lakukan latihan/olahraga dengan urutan: 1)
Pemanasan dengan senam ringan selama 5-10 menit, diikuti peregangan, 2) Latihan melawan
gravitasi seperti lompat tali, lari, senam, bola voli/basket, tenis, kasti dan sepak bola
( Pencegahan Dini Osteoporosis). Yang paling dianjurkan adalah melakukan senam
osteoporosis.

23

BAB V
PENUTUP

4.1 KESIMPULAN
Proses menua merupakan proses alami yang terjadi pada semua orang. Proses
menua bukanlah suatu penyakit tetapi merupakan proses berkurangnya daya tahan
tubuh terhadap rangsangan dari dalam maupun luar tubuh. Walaupun demikian harus
diakui bahwa ada penyakit yang sering menyerang kaum lanjut usia salah satunya
adalah osteoporosis. Osteoporosis dapat dicegah dengan asupan gizi yang baik. Tetapi
yang perlu diingat dalam mencegah osteoporosis asupan gizi saja tanpa dibarengi
latihan fisik ternyata tidak cukup. Untuk itu ada senam osteoporosis untuk mencegah
terjadinya osteoporosis.
4.2 SARAN
Penulis berharap kepada masyarakat agar kegitan ini dapat terus berjalan dan
rutin dilakukan baik secara bersama sama maupun perseorangan.
Kepada petugas kesehatan diharapkan dapat memberikan motivasi kepada
masyarakat agar rutin melakukan senam osteoporosis.

24

DAFTAR PUSTAKA
Broto, R. 2004. Manifestasi Klinis dan Penatalaksanaan Osteoporosis. Dexa Media No. 2 Vol
17: 47 57
Dalimartha, S, 2002. Resep Tumbuhan Obat Untuk Penderita Osteoporosis. Penebar
Swadaya. Jakarta.
Djokomoeljanto R, 2003. Postmenopausal osteoporosis. Patofisiologi dan dasar pengobatan.
Simposium Osteoporosis Postmenopausal. Semarang: p.1-12
Hammett, Stabler CA, 2004. Osteoporosis from pathophysiology to treatment. In:
Washington American Assosiation for Clinical Chemistry Press.p. 1-86
Hortono, M, 2000. Mencegah dan Mengatasi Osteoporosis. Puspa Swara. Jakarta.
Jahari A.B. dan Prihatini S. 2017. Risiko Osteoporosis di Indonesia. Gizi Indon 2007,
30(1):1-11.
Kaniawati, M., Moeliandari, F, 2003, Penanda Biokimia untuk Osteoporosis.Forum
Diagnosticum Prodia Diagnostics Educational Services. No 1: hal. 118
Lane NE. 2003. Osteoporosis. Jakarta. Raja Grafindo Persada.
Marwoto, Jarot, 2008. Pengenalan Macam-Macam Senam Dan Manfaatnya. Unit Pelaksana
Teknis Mata Kuliah Umum Olahraga Universitas Diponegoro.
Sennang AN, Mutmainnah, Pakasi RDN, Hardjoeno, 2006. Analisis KadarOsteokalsin Serum
Osteopenia dan Osteoporosis. Dalam Indonesian Journal of clinical pathology and
medical laboratory, Vol.12, No.2: hal 49-52
Setiyohadi B, 2006. Pemeriksaan Densitometri Tulang. Dalam Buku Ajar Penyakit Dalam.
Edisi IV. Editor: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. Pusat
Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia: Hal. 1172-75
Sinnathamby, Hemanath. 2010. Gambaran Tingkat Pengetahuan Dan Sikap Terhadap
Osteoporosis Dan Asupan Kalsium Pada Wanita Premenopause Di Kecamatan Medan
Selayang Ii. Skripsi. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
Sudoyo, Setiyohardi, Alwi, Simadibrata, Setiati. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam . Jilid
II. Edisi IV. Jakarta: FKUI.

25

Wirakusmah, E.S., 2007. Mnecegah Osteoporosis Lengkar Dengan 39 Jus dan 38 Resep.
Available

at

url

http://books.google.co.id/books?

id=voPEmYEwjXwC&pg=PA1&dq=osteoporosis#PPP1M1.[Diskses 10 Juni 2011]

LAMPIRAN
26

KEGIATAN SENAM OSTEOPOROSIS

Pembagian 2 botol aqua untuk beban saat senam

Pemberian materi osteoporosis

27

Pelaksanaan pre test dan post test

28

Penyerahan doorprize bagi penjawab dan penanya

29

Pengumuman hasil pre test dan post test

30

Penyerahan hadiah kepada juara 1, 2 dan 3


31

Penyerahan doorprize untuk kelompok terbagus

Dokter memberi penjelasan dari pertanyaan peserta

32

Peserta bertanya masalah osteoporosis

Dokter memeberikan pertanyaan kepada peserta

33

Dokter internship

34

Das könnte Ihnen auch gefallen