Sie sind auf Seite 1von 3

Paham ISIS Bertopeng Budaya Islam

Aprilia Dwi Yustika


Mahasiswa Fakultas Bahasa dan Sastra UNM
ISIS kembali menjadi sorotan yang mencengangkan banyak pihak saat ini.
Pemahaman ISIS dapat dianggap sebagai pemahaman kelompok radikal yang
menggunakan agama Islam sebagai topeng atas keberadaaannya. Telah diketahui secara
umum bahwa ISIS merupakan singkatan dari Islamic State of Iraq and Syria. Yang
artinya ISIS adalah organisasi yang berasal dari negara Iraq dan Syria.
Pada awalnya ISIS merupakan organisasi yang muncul dengan tujuan yang
sebenarnya mulia yaitu ingin membangun negara Islam baru atau mendirikan
pemerintahan Islam atau yang lebih dikenal dengan istilah pemerintahan khilafah.
Namun, pemahaman yang digunakan para anggota ISIS tidaklah benar karena anggota
ISIS kurang cermat dalam mencerna semua makna yang terkandung di dalam pedoman
umat Islam yaitu Al-Qur’an dan As-Sunah. ISIS telah beranggapan bahwa jihad adalah
perang dan kekerasan.
ISIS dan Budaya Islam
Seringkali ISIS dikaitkan dengan budaya Islam karena konon katanya semua
anggota ISIS itu adalah umat Islam yang ingin melakukan jihad. Tetapi hal ini
sebenarnya tidak masuk akal dan tidaklah benar karena Islam adalah agama yang sangat
menjunjung tinggi toleransi dan kebahagiaan.
Beberapa hal yang dapat menjadi acuan bahwa ISIS bukanlah Islam yaitu: pertama,
pendiri ISIS adalah Abu Bakr al-Baghdadi yang mengklaim dan mengangkat dirinya
sendiri sebagai khalifah. Padahal seorang khalifah tidak seharusnya mengangkat dirinya
sendiri sebagai khalifah. Kedua, ISIS adalah kelompok yang suka mengkafirkan
golongan lain. Sedangkan umat Islam sangat menjunjung tinggi toleransi. Ketiga, aksi
kekejaman yang dilakukan ISIS didapat dari tentara Amerika bukan dari tentara Islam.
Belakangan ini banyak yang telah mengidentikkan bahwa budaya Islam seperti
cadar bagi perempuan, jenggot dan celana cingkrang bagi laki-laki merupakan ciri-ciri
dari ISIS dan terorisme. Padahal dari pihak kepolisian telah menginformasikan ciri
teroris atau bukan itu tidak dilihat dari penampilannya, tetapi dari pemahamannya. Jika
pemahamannya suka mengkafir-kafirkan orang di Indonesia, membunuh manusia
dianggap halal, maka itulah yang termasuk ISIS atau terorisme.
Menggunakan cadar bagi muslimah di dalam agama Islam itu merupakan budaya
Islam atau syari’at yang berupa sunah yang berpahala jika dilakukan, begitu juga
dengan menggunakan celana cingkrang dan berjenggot bagi setiap muslim itu adalah
sunah yang jika dikerjakan mendapatkan pahala. Budaya Islam tentu saja erat kaitannya
dengan dua sumber atau pedoman yaitu Al-Qur’an dan As-Sunah (Hadist).
ISIS dalam menyebarkan pemahamannya melalui banyak cara dan yang paling
berbahaya saat ini adalah melalui media sosial karena di media sosial ISIS akan sulit
untuk dideteksi. Dalam penyebarannya ISIS selalu menggunakan kata-kata islami
seperti membela Islam dengan jihad, penerapan syari’ah, maupun penegakan khilafah
islamiyah, istilah kata tersebut dibuat untuk berusaha merebut simpati. Bagi umat Islam
yang belum memiliki pemahaman yang mendalam tentang ajaran agama Islam, kata-
kata islami yang telah dilontarkan penyebar ISIS tersebut akan menjadi sangat ampuh
untuk menarik simpati mereka.
Sasaran ISIS sebenarnya adalah merebut simpati umat Islam melalui propaganda
jihad yaitu bertopeng dengan kata jihad. Lebih tragis lagi, saat ini terdapat sejumlah
muslim Indonesia yang secara nyata telah terlibat aktif dalam gerakan ISIS. Artinya,
mereka tidak hanya mendukung dan membenarkan keberadaan ISIS, tetapi juga terlibat
dalam medan perang ISIS untuk mempertaruhkan nyawanya demi ISIS. Kenyataan ini
terlihat dari berita terbaru yaitu aksi bunuh diri Zakiah Aini yang merupakan pelaku
terduga teroris penyerang Mabes Polri. Zakiah adalah pelaku penyerangan tunggal, atau
dikenal dengan istilah lone wolf (Kompas 31/3/21).
Paham ISIS dapat dikatakan bertopeng dengan agama Islam sebab kebanyakan
pelaku aksi terorisme itu berpenampilan sebagai seorang wanita muslimah bercadar,
lelaki berjenggot, lelaki bercelana cingkrang, mengatasnamakan agama Islam,
mengatasnamakan jihad dan juga mengatasnamakan mati syahid. Padahal perbuatan
membunuh orang lain dan bunuh diri itu jauh dari cermin budaya Islam.
Salah satu contoh ISIS bertopeng budaya Islam adalah pada kasus Zakiah Aini.
Meski berpenampilan sebagai seorang muslim atau muslimah yang alim perbuatan
radikal yang dilakukan seperti bom bunuh diri dan membunuh orang lain itu merupakan
hal yang salah dan bukan bersumber dari ajaran agama Islam. Karena Islam adalah
agama yang mulia, yang menjunjung kemanusiaan dan mengharamkan bunuh diri dan
semisalnya.
Pandangan Islam dan ISIS
Islam dapat dilihat sebagai agama yang memiliki cara hidup yang dapat membawa
keselamatan, kedamaian, dan kebahagiaan kepada sesama manusia. Islam sangat
menjunjung toleransi beragama. Dalam keseharian kehidupan pemeluk agama Islam,
telah diwariskan dua pedoman yaitu Al-Qur’an dan As-Sunah (Hadist). Sehingga tindak
tanduk umat Islam akan bersumber dari kedua pedoman tersebut.
Memandang Islam adalah ISIS ataupun teroris sangat merugikan mayoritas umat
Islam. Ini disebabkan anggota ISIS atau teroris itu berpemahaman radikal yang
mempelajari Islam secara sepotong-sepotong. Contohnya di dalam potongan Q.S
Muhammad ayat 4: “Apabila kamu bertemu dengan orang kafir penggal kepalanya,"
jika dibaca secara sepotong maka akan dipahami bahwa Islam di memerintahkan untuk
membunuh orang kafir. Tetapi jika dipelajari secara keseluruhan akan diketahui
bahwasanya perintah tersebut adalah dalam konteks perang sejarah. Dalam hadist
Rasulullah juga telah menjelaskan bahwa tidak akan masuk surga orang yang
membunuh orang kafir yang dalam perjanjian. Kedua hal ini memperkuat bahwa budaya
Islam bukanlah budaya ISIS dan ISIS bukanlah berbudaya Islam.
Untuk dapat terhindar dari bahaya ajaran ISIS ada banyak hal yang perlu kita
perbaiki yaitu: mempelajari agama Islam secara benar, mempelajari Al-Qur’an dan
terjemahaannya dengan benar, mengikuti sunnah ajaran Rasulullah secara benar dan
tidak mudah percaya dengan ajaran yang mengatasnamakan Islam begitu saja. Karena
Islam dan ISIS tidaklah sejiwa, bukan rangkaian yang berkesinambungan. Bersama kita
pasti bisa dan kuat melawan dan mencegah ISIS.
Jika kita bersatu dan bersama mengingatkan bahaya keberadaan ISIS atau teroris,
maka akan semakin kecil adanya peluang ISIS menghancurkan negara kita. Saya harap
semua pihak dapat bekerja sama memahami bahwa tidak semua yang berpakaian atau
berpenampilan sesuai budaya atau syari’at Islam itu dapat dikatakan sebagai kelompok
ISIS atau teroris.
(Mahasiswa Fakultas Bahasa dan Sastra_Universitas Negeri Makassar)

Das könnte Ihnen auch gefallen