Sie sind auf Seite 1von 10

FORMULASI TEH HERBAL BERBASIS SERAI (Cymbopogon citratus), ROSELA (Hibiscus

sabdariffa Linn.), DAN JAHE (Zingiber officinale Rosc.)

HERBAL TEA FORMULATION BASED ON LEMONGRASS (Cymbopogon citratus), ROSELLE


(hibiscus sabdariffa Linn.), AND GINGER (Zingiber officinale Rosc.)

Firda Yanti1, Surhaini2, Rahayu Suseno3


Fakultas Pertanian, Universitas Jambi, Kampus Pondok Meja Jl Tribrata Km 11, Jambi, Indonesia
Email: firdayyn28@gmail.com

ABSTRAK – Serai, rosela dan jahe dapat dimanfaatkan sebagai minuman fungsional karena mengandung antioksidan. Penelitian ini
memformulasikan serai, rosela dan jahe dalam pembuatan teh herbal. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh dan perlakuan
terbaik formulasi simplisia serai, rosela dan jahe terhadap sifat fisik, kimia dan organoleptik teh herbal. Penelitian ini menggunakan
Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 taraf perlakuan yaitu formulasi serai, rosela dan jahe (1:1:1, 2:1:1, 1:2:1, 1:1:2). Hsil penelitian
menunjukan formulasi serai, rosela dan jahe berpengaruh nyata terhadap warna, pH, aktivitas antioksidan, antosianin, fenol, vitamin c dan
sifat organoleptik (warna dan aroma). Formulasi teh herbal serai, rosela dan jahe terbaik adalah perlakuan F2 yaitu dengan penambahan
rosela terbanyak (1:2:1) dengan sifat organoleptik warna disukai, aroma disukai, rasa disukai dan penerimaan keseluruhan disukai, kadar
air 7,39%, warna dengan nilai L 54, nilai a 44, dan nilai b 50, pH 3,24, aktivitas antioksidan 79,72%, antosianin 3,82 mg/2g total fenol
11,16 mg GAE/g dan vitamin C 15 mg/100ml.

Kata kunci : Serai, rosela, jahe, teh, herbal

ABSTRACT – Lemongrass, roselle and ginger can be used as functional drinks because they contain antioxidants. This research formulates
lemongrass, roselle and ginger in the manufacture of herbal teas. The purpose of this study was to determine the effect and the best treatment
for the simplicia formulations of lemongrass, roselle and ginger on the physical, chemical and organoleptic properties of herbal teas. This
study used a completely randomized design (CRD) with 4 levels of treatment, namely the formulation of lemongrass, roselle and ginger
(1:1:1, 2:1:1, 1:2:1, 1:1:2). The results showed that the lemongrass, roselle and ginger formulations had a significant effect on color, pH,
antioxidants activity, anthocyanins, phenols, vitamin C and organoleptic properties (color and aroma). The best formulation of lemongrass,
roselle and ginger herbal teas was the F2 treatment, with the most addition of roselle (1:2:1) with organoleptic properties of preferred color,
preferred aroma, preferred taste and preferred overall acceptance, water content 7.39%, color with a value of L 54, a value 44, and b value
50, pH 3.24, antioxidant activity 79.72%, anthocyanin 3,82 mg/2g, total phenol 11.16 mg GAE/g and vitamins C 15 mg/100ml.

Keywords: Lemongrass, roselle, ginger, tea, herbs


menghasilkan minyak dengan kadar sitronellal 7-15% dan
1. PENDAHULUAN geraniol 55-65% (Wijoyo, 2009). Menurut (Widiastuti et
al., 2018) semakin banyak penambahan serai dalam
Teh merupakan minuman yang banyak dikonsumsi minuman fungsional serai dengan pemanis stevia, maka
oleh semua lapisan masyrakat karena selain ekonomis, teh semakin tinggi pula kandungan antioksidannya, hal ini
juga dianggap dapat memberikan manfaat bagi kesehatan, terbukti dari hasil aktivitas antioksidan perbandingan
karena memiliki kandungan zat bioaktif penangkal radikal stevia dan serai (1:1,25) yaitu 50,55% serta menghasilkan
bebas (Muzaki dan Wahyuni, 2015). Teh herbal skor uji organolpetik warna, rasa dan kesukaan yang lebih
merupakan istilah umum yang digunakan untuk minuman tinggi dibanding perlakuan lainnya.
yang bukan berasal dari daun teh Camellia sinensis. Teh Rosela (Hibiscus sabdariffa L.) memiliki kandungan
herbal banyak terbuat dari bunga, biji, dan akar dari vitamin, mineral, dan komponen bioaktif seperti asam
berbagai tanaman (Lagawa et al., 2020). organik, phytosterol dan polifenol, serta memiliki
Antioksidan dapat melawan radikal bebas yang kandungan penting yang berperan sebagai antioksidan
terdapat dalam tubuh, yang dihasilkan dari hasil pada kelopak bunga rosela yaitu pigmen antosianin
matabolisme tubuh, polusi udara, cemaran makanan, dan (Dwiyanti dan Hati, 2014). Menurut (Mahadevan dalam
sinar matahari. Antioksidan juga berguna untuk mencegah Nurnasari et al., 2017) kelopak rosela mengandung 1,45%
stress oksidatif. Berbagai tanaman yang ada di Indonesia protein, 2,16% lemak, 12% serat, 12% kalsium, 273,2 mg
dan sering dikonsumsi terdapat kandungan antioksidan di fosfor, dan 6,7 mg asam askorbat. Berdasarkan penelitian
dalamnya (Werdhasari., 2014). (Ramadhan et al., 2018) semakin tinggi konsentrasi
Serai (Cymbopogon citratus) mengandung senyawa penambahan ekstrak rosela pada minuman lidah buaya
aktif diantaranya alkaloid, flavonoid, saponin, kuinon, dan maka semakin tinggi nilai pH keasaman, warna dan rasa 2
tanin. Senyawa tersebut memiliki manfaat/khasiat sebagai serta menghasilkan aktivitas antioksidan paling tinggi
antibakteri, antioksidan, pereda nyeri, batuk pilek, dan yaitu 70,11%.
sebagai aromaterapi karena aromanya yang khas dan segar Jahe (Zingiber officinale Rosc.) merupakan jenis
(lemongrass) (Putri et al., 2019). Tanaman serai mampu tanaman rimpang yang memiliki rasa pedas kerena
1
mengandung senyawa keton yang bernama zingeron. Jahe F1: perbandingan simplisia Serai : Rosela : Jahe (2:1:1)
memiliki kandungan aktif yaitu oleoresin yang bersifat F2: perbandingan simplisia Serai : Rosela : Jahe (1:2:1)
sebagai antioksidan dan berfungsi sebagai aroma dan F3: perbandingan simplisia Serai : Rosela : Jahe (1:1:2)
pembawa rasa (Marganingsih et al., 2019). Oleoresin pada Data yang diperoleh dianilisa menggunakan analisis
jahe berupa cairan pekat berwarna coklat tua dan ragam pada taraf 5% dan 1%. Jika hasil menunjukan
mengandung minyak atsiri 15-35% (Prasetyo dan pengaruh berbeda nyata maka dilanjutkan dengan uji
Cantawinata, 2010). Duncan’s New Multiple Range (DNMRT) pada data
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh anlisia organoleptik, fisik dan kimia.
dan perlakuan terbaik yang dihasilkan teh herbal serai,
rosela dan jahe terhadap sifat fisik, kimia dan d. Prosedur Penelitian
organoleptik. Pembuatan Teh Herbal (Indriaty et al., 2021 Modifikasi)
Simplisia serai, rosela dan jahe masing-masing
II. METODE PENELITIAN dihaluskan menggunakan blender lalu diayak dengan
ayakan 16 mesh. Selanjutnya timbang masing-masing
a. Waktu dan Tempat Penelitian simplisia sesuai dengan perlakuan (F0, F1, F2, dan F3)
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret-Juni kemudian homogenkan di dalam wadah tertutup rapat
2021. Pelaksanaan penelitian dilakukan di Laboratorium yang dilapisi aluminiumfoil.
Pengolahan, Laboratorium Analisis Pangan, Laboratorium Formulasi bahan yang digunakan pada teh herbal dapat
Kimia, Fakultas Pertanian, Universitas Jambi Pondok dilihat pada Tabel 1.
Meja. Tabel 1. Formulasi Teh Herbal Serai, Rosela dan
Jahe
b. Alat dan Bahan Bahan Kering (g)
Bahan yang digunakan untuk pembuatan teh herbal Perlakuan
Serai Rosela Jahe
serai, rosela dan jahe terdiri dari serai yang diperoleh dari
F0 = 1:1:1 5 5 5
Pasar Aurduri dengan kriteria batang berwarna kuning
pucat dan masih kencang pada setiap lapisan batangnya, F1 = 2:1:1 10 5 5
kemudian bagian batang dari bawah 3-5 cm yang akan F2 = 1:2:1 5 10 5
diolah (dilayukan pada suhu ruang selama 18 jam dan di F3 = 1:1:2 5 5 10
oven selama 7 jam pada suhu 500C). Rosela yang
digunakan adalah rosela merah yang diperoleh dari Bagan Penyeduhan Teh Herbal (Langi et al., 2018)
Pete, Kec. Alam Berajo, Jambi dengan kriteria kelopak Siapkan teh herbal serai, rosela dan jahe sesuai
bunga rosela berwarna merah, segar tidak busuk, perlakuan, kemudian ambil sebanyak 2 gram, seduh
kemudian bagian kelopak diolah (dicuci dan ditiriskan, dengan air 200 mL pada suhu 100◦C selama 5 menit tanpa
dilayukan pada suhu ruang selama 18 jam kemudian mempertahankan suhu.
dioven pada suhu 500C selama 3 jam), sedangkan jahe
yang digunakan adalah jahe gajah yang diperoleh dari e. Analisa Parameter
Pasar Aurduri dengan kriteria berwarna kuning dan tidak Analisis Warna (Souripet, 2015)
busuk kemudian diolah (dilayukan pada suhu ruang Pengukuran warna menggunakan Color reader.
selama 18 jam dan dioven pada suhu 500C selama 3 jam). Dekatkan (tempelkan) seduhan teh herbal serai, rosela dan
Bahan yang digunakan utuk analisis yaitu aquades, larutan jahe dengan color reader dan kemudian tekan tombol pada
DPPH 0,05 M, asam askorbat, etanol 96%, reagen folin, alat color reader. Metode pengukuran yang digunakan
Na2CO3 7%, asam galat, HCl 12 N, larutan iodin 0,01 N yaitu pengukuran system warna absolut L*, a* dan b*.
dan larutan pati 1%. Nilai L* menunjukan perubahan kecerahan atau lightness
Alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi dengan kisaran nilai 0 (hitam) sampai 100 (putih). Nilai a*
alat untuk pengolahan yaitu timbangan, kompor, pisau, menunjukan warna kromatik campuran merah-hijau
panci, saringan, sendok, baskom, loyang, blender, talenan. dengan nilai +a dari kisaran 0-100 untuk warna merah, dan
Alat untuk analisis yaitu color reader, spektrofotometer, nilai -a* kisarana nilai 0 sampai -80 untuk warna hijau.
tabung reaksi, pipet mikro, vortex, batang pengaduk, gelas Sedangkan untuk b* menyatakan warna kromatik
ukur, beaker glass, Erlenmeyer, oven listrik, saringan, campuran biru-kuning dengan nilai +b* dari 0 sampai +70
ayakan 16 mesh, dan thermometer. warna kuning dan nilai -b* dari 0 sampai -70 warna biru.

c. Rancangan Penelitian Analisis pH (Zahro dan Nisa, 2015)


Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan Seduhan teh herbal serta ekstrak bahan kering dan
Rancangan Acak Lengkap (RAL) tunggal dengan 4 segar (serai, rosela, jahe) diambil ±30 mL dan ditempatkan
perlakuan konsentrasi simplisia serai, jahe dan rosela. pada beaker glass 50 mL. pH meter dikalibrasi
Masing-masing perlakuan diulang sebanyak 4 kali menggunakan buffer pH 4 dan pH 7, kemudian dibilas
sehingga diperoleh 16 satuan percobaan. dengan aquades. pH sampel diukur. 3 Setiap kali akan
F0: perbandingan simplisia Serai : Rosela : Jahe (1:1:1)
2
mengukur pH sampel lain probe dibilas dengan aquades tambahkan 4 mL Na2CO3 7% dan aquades 10 mL..
terlebih dahulu. Kemudian didiamkan selama 2 jam di tempat gelap.
Absorbansi diukur menggunakan spektrofotometer
Uji Aktivitas Antioksidan (Pratiwi et al., 2010) dengan panjang gelombang 730 nm. Nilai absorbansi yang
Pengujian aktivitas antioksidan dilakukan pada diperoleh diplotkan dengan kurva standar asam galat
seduhan teh herbal serta ekstrak bahan kering dan segar untuk mendapatkan konsentrasinya. Total fenol yang
(serai, rosela, jahe). Masing-masing sampel yang akan diperoleh dihitung sebagai mg GAE/g sampel.
diuji dimasukan ke dalam tabung reaksi kemudian
divortex. Larutan tersebut disentrifuse dengan kecepatan Analisis Vitamin C (Asmawati et al., 2018)
4000 rpm selama 10 menit untuk memisahkan ekstrak Penentuan kadar vitamin C dengan menggunakan
dengan endapan. Selanjutnya 0,05 M larutan 1,1- metode titras iodium. Sampel seduhan teh herbal serta
diphenyl-2picrylhydrazil (DPPH) dalam etanol 95% ekstrak bahan kering dan segar (serai, rosela, jahe)
disiapkan. 0,2 mL dari larutan sampel dimasukan dalam ditimbang sebanyak 25 mL sampel dan catat sebagai berat
tabung reaksi yang telah ditutupi aluminium foil dan awal. Kemudian diencerkan dengan aquades di dalam labu
ditambahkan dengan 3,8 mL DPPH. Diamkan 30 menit di ukur 100 mL hingga tanda tera. Selanjutnya di pipet 10 mL
tempat gelap, kemudian diukur absorbansinya pada sampel, kemudian dimasukan ke dalam Erlenmeyer 250
panjang gelombang 517 nm. Masing-masing aktivitas mL. ditambahkan 2 tetes larutan amilum. Lalu sampel
penghambatan sampel yang diuji dihitung menurut dititrasi dengan larutan I2 sampai berubah warna menjadi
persamaaan: biru violet dan catat volume I2 yang digunakan.
𝐴𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛𝑠𝑖 𝑏𝑙𝑎𝑛𝑘𝑜−𝑎𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛𝑠𝑖 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
% inhibisi = x 100%
𝐴𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛𝑠𝑖 𝑏𝑎𝑙𝑛𝑘𝑜 mL iodium x 0.88 x Fp
Vit.C (mg/1g bahan) = x 100%
g bahan
Analisis Kadar Antosianin (Nizori et al., 2020)
Seduhan teh herbal dan ekstrak bahan kering dan Analisis Kadar Air (Hayati et al., 2011)
segar (serai, rosela, jahe) dimasukan ke dalam tabung ulir Simplisia teh herbal serta bahan segar dan kering
sebanyak 1 mL, kemudian ditambahkan 100 mL larutan ditimbang terlebih dahulu sebelum dikeringkan, kemudian
HCl 1,5 N : etanol 96% (15:85), kocok hingga homogen. dilakukan anlisa kadar air. Sampel kemudian dikeringkan
Diamkan selama 30 menit kemudian hitung absorbansi ditimbang kembali dan dihitung kadar airnya. Kadar air
pada panjang gelombang 535 nm. Total antosianin dihitung dengan rumus:
kemudian dihitung menggunakan rumus:
𝑏𝑏−𝑏𝑘
Absorbansi x fp
KA = x 100%
𝑏𝑏
Total Antosianin (mg/50g) =
98,2
Diamana:
Analisis Fenol (Sam et al., 2016) KA :Kadar air (%)
1. Pembuatan Kurva Standar Bb :Berat basah
Pembuatan larutan standar asam galat dilakukan Bk :Berat kering .
dengan melarutkan 10 mg asam galat ke dalam metanol
menggunakan labu ukur 10 mL hingga menghasilkan
konsentrasi 1000 ppm. Dari larutan stock dipipet sebanyak III. HASIL DAN PEMBAHASAN
0,25 mL diencerkan dengan metanol pada labu ukur 25 mL
hingga tanda tera, dihasilkan konsntrasi 10 ppm. Dari a. Warna
larutan tersebut dipipet 1, 2, 3 dan 4 pada tabung reaksi Berdasarkan hasil analisa ragam perlakuan
dan dicukupkan dengan metanol hingga 10 mL masing- formulasi serai, rosela dan jahe berpengaruh nyata
masingnya, sehingga dihasilkan konsentrasi 1, 2, 3 dan 4 terhadap warna air seduhan yang dihasilkan, baik pada
ppm. Selanjutnya masing-masing larutan standar diambil notasi L (kecerahan), a* (derajat kemerahan) dan b*
0,5 mL pada tabung reaksi ditambahkan dengan 0,4 mL (kekuningan). Nilai L menggambarkan kecerahan suatu
reagen Folin-Ciocalteau dan diinkubasi selama 4-8 menit. produk dengan kisaran nilai 0 (hitam) sampai 100 (putih).
Kemudian ditambahkan dengan 4 mL Na2CO3 7%, lalu Nilai L berkisar antara 54 hingga 70. Pada Tabel 2.
ditambahkan dengan aquades sebanyak 10 mL dan menunjukan bahwa penambahan rosela paling banyak
diinkubasi selama 2 jam. Selanjutnya hitung absorbansi menyebabkan penurunan tingkat kecerahan seduhan teh
larutan baku dengan panjang glombang 730 nm. herbal. Perlakuan 1:2:1 dengan penambahan rosela banyak
2. Persiapan Sampel menghasilkan nilai L paling rendah yaitu 54. Hal ini
Seduhan teh herbal serta ekstrak bahan kering dan dikarenakan rosela mengandung pigmen antosianin warna
segar (serai, rosela, jahe) dimasukan dalam tabung ulir merah yang mempengaruhi tingkat kecerahan seduhan teh
kemudian di sentrifuse selama 10 menit dengan kecepatan herbal. Hasil ini sejalan dengan penelitian (Novidahlia et
3000 rpm. Sampel dipipet sebanyak 0,4 mL kemudian al., 2014) dalam minuman rosela berkarbonasi ready to
masukan dalam tabung reaksi ditambahkan 0,4 mL reagen drink semakin tinggi penambahan jumlah ekstrak rosela
Folin. Campuran kemudian dihomogenkan. Selanjutnya dibandingkan CO2 cair maka nilai tingkat kecerahannya
3
semakin menurun. Menurut (Widagdha dan Nisa., 2015) berkarbonasi ready to drink, semakin tinggi penambahan
kecerahan produk mengalami penurunan seiring dengan ekstrak rosela dibandingkan CO2 cair maka nilai derajat
semakin banyak konsentrasi sari anggur yang kekuningan yang dihasilkan akan semakin meningkat.
ditambahkan, karena kandungan pigmen warna merah
antosianin, namun ketika antosianin terdegradasi pigmen b. pH
warna merah akan memudar kemudian warna produk akan Hasil analisa sidik ragam menunjukan bahwa
menjadi lebih cerah. Perlakuan 1:1:2 dengan banyak perlakuan formulasi serai, rosela dan jahe berpengaruh
penambahan jahe menghasilkan nilai L paling tinggi yaitu nyata terhadap pH air seduhan teh herbal yang dihasilkan
70. Menurut (Mawardi et al., 2016) warna yang dihasilkan berikisar 3,24-3,63 disajikan pada Tabel 2. Semakin
dari asli seduhan jahe yaitu bewarna coklat kekuningan rendah nilai pH maka semakin asam seduhan teh herbal
yang akan menghasilkan suatu produk minuman menjadi tersebut. Seduhan teh herbal serai, rosela dan jahe dengan
semakin terang. Warna kuning ini disebabkan oleh berbagai formulasi menghasilkan pH yang asam.
kandungan oleoresin yang memiliki warna kuning hingga Perlakuan formulasi 1:2:1 dengan penambahan rosela
coklat gelap (Setiawan et al., 2018). Menurut (Muzaki dan paling banyak menghasilkan pH paling asam yaitu 3,24.
Wahyuni 2015) menyatakan bahwa semakin banyak jahe Hal ini disebabkan oleh kandungan senyawa asam organik
yang ditambahkan pada air seduhan minuman maka yang dimiliki rosela. Hal ini terbukti dari nilai pH yang
semakin tinggi pula nilai kecerahannya. dihasilkan ekstrak kering rosela kering yaitu 2. Menurut
Nilai a* (derajat kemerahan) seduhan teh herbal (Dewi et al., 2017) penambahan rosela pada serbuk sari
serai, rosela, dan jahe berkisar antara 14 sampai 44. buah jeruk kalamansi sebagai minuman yang menunjukan
Perlakuan dengan penambahan rosela paling banyak 1:2:1 hasil pH terendah pada persentase penambahan rosela
menghasilkan nilai derajat kemerahan paling tinggi atau terbesar.
semakin meningkat warna merah seduhan teh herbal yang Menurut (Rahadian et al., 2017) nilai pH atau
dihasilkan. Menurut (Karismawati et al., 2015) semakin keasaman suatu produk dipengaruhi oleh asam yang
tinggi proposi penambahan rosela semakin meningkat terdapat pada bahan makanan secara alami. Rasa asam
warna kemerahan yang dihasilkan, kemerahan sangat pada bunga rosela dikarenakan adanya kandungan vitamin
dipengaruhi oleh konsentrasi antosianin. Dengan semakin C (asam askorbat), asam sitrat dan asam malat serta asam
tinggi konsentrasi antosianin akan membuat kemerahan glikolik (Maryani dan Kristiana, 2005). Hasil penelitian
warna suatu larutan semakin meningkat. Menurut (Priska (Muzaki et al., 2015) pengaruh penambahan ginger kering
et al., 2018) semakin pekat atau kuat warna yang terhadap mutu dan daya terima teh herbal daun afrika
dihasilkan pada tanaman menunjukkan bahwa semakin selatan diperoleh rata-rata nilai pH antara 4,837 sampai
besar pula konsentrasi antosianin yang terdapat pada 5,730. Dari hasil penelitian tersebut menunjukan teh
tanaman tersebut. herbal serai, rosela dan jahe menghasilkan nilai pH yang
Nilai derajat kekuningan (b*) seduhan teh herbal lebih rendah. Hasil penelitian (Yuliani et al., 2011) variasi
serai, rosela, dan jahe berkisar antara 46 sampai 50. konsentrasi ekstrak rosela dan keragenan terhadap mutu
Perlakuan dengan penambahan rosela paling banyak minuman jeli rosela menghasilkan pH terendah pada
menghasilkan nilai derajat kekuningan yang semakin perlakuan konsentrasi ekstrak rosela 2% dan konsnetrasi
meningkat yaitu 50. Hal ini sejalan dengan penelitian keragenan 0,25% yaitu sebebsar 2,22.
(Novidahlia et al., 2014) dalam minuman rosela

Tabel 2. Hasil Uji Fisik dan Kimia Teh Herbal Serai, Rosela, dan Jahe
Perlakuan Formulasi Serai:Rosela:Jahe)
Parameter
1:1:1 2:1:1 1:2:1 1:1:2
L 55a 67b 54a 70c
a 27c 17b 44d 14a
b 46a 47a 50b 47a
Warna Warna

Deskripsi Warna Moderate Orange Moderate Orange Strong Orange Soft Orange

pH 3,63c 3,56bc 3,24a 3,36ab


c ab
Antioksidan (aktivitas antioksidan) 79,69 75,90 79,72cd 75,19a
b bc
Antosianin (mg/2g) 2,97 3,02 3,82d 2,55a
c bc
Fenol (mg GAE/g) 12,44 11,39 11,16b 10,10a
d b
Vitamin C mg/100 ml 30,75 18,75 15a 22,25bc
Kadar Air (%) 6,50 a 7,33 a 7,39a 5,35a
Keterangan: *nilai yang diikuti huruf yang sama menunjukan perbedaan yang tidak nyata taraf 5% menurut uji DMRT.

4
c. Antioksidan merah, ungu, biru hingga hitam pada tumbuhan seperti
Dari hasil sidik ragam menunjukan adanya bunga, buah-buahan, biji-bijian, sayuran dan umbiumbian
perbedaan nyata pada taraf 5% terhadap aktivitas (Du et al., 2015 dalam Priska et al., 2018).
antioksidan yang dihasilkan seduhan teh herbal. Nilai Total antosianin tertinggi yaitu 3,82 mg/2g pada
akivitas antioksidan yang dihasilkan bekisar 75,19% formulasi 1:2:1 dengan penambahan rosela terbanyak.
sampai 79,72%, dapat dilihat pada Tabel 2. Hasil ini sejalan dengan penelitian (Novidahlia et al.,
Nilai aktivitas antioksidan terbesar yaitu pada 2014) kadar antosianin tertinggi dimiliki oleh minuman
formulasi 1:2:1 dengan banyak penambahan rosela. rosela berkarbonasi dengan penambahan ekstrak rosela
Menurut (Ramadhan et al., 2018) bahwa minuman lidah kering terbanyak. Sumber antosianin pada teh herbal ini
buaya dengan penambahan ekstrak rosela paling tinggi berasal dari ekstrak rosela kering yaitu sebesar 6,1 mg/2g.
memiliki aktivitas antioksidan terbesar yaitu 79,83%, hal Pada penelitian ini menghasilkan nilai antosianin yang
ini dikarenakan rosela mengandung antosianin. Menurut cukup rendah. Hal ini dikarenakan jumlah sampel yang
(Priska et al., 2018) antosianin memiliki susunan ikatan digunakan. Menurut (Nizori et al., 2020) kandungan
rangkap terkonjugasi sehingga tidak saja berfungsi untuk antosianin dalam kelopak buah naga adalah 6,03 mg/50g.
tanaman tersebut, melainkan mampu memfungsikan Menurut (Putri et al., 2015) kadar total antosianin ekstrak
antosianin sebagai senyawa penghancur dan penangkal etanol kulit buah naga rata-rata sebesar 58,0720 mg/L.
radikal bebas alami (antioksidan). Semakin banyak gugus Dari data tersebut menunjukan bahwa perbedaan kadar
hidroksil fenolik dalam struktur antosianin maka dapat antosianin antar keduanya tidak terlalu signifikan, akan
meningkatkan fungsi antioksidan. tetapi perbedaan jumlah sampel yang digunakan sangat
Aktivitas antioksidan dalam teh dipengaruhi oleh signifikan.
senyawa-senyawa fenol yang terkandung dalam bahan
baku pembuatan teh (Arumsari et al., 2019). 5 Senyawa e. Fenol
fenol dalam masing-masing bahan seperti kelopak rosela Berdasarkan analisa ragam menunjukan adanya
diantaranya flavonoid, polifenil, asam sitrat, saponin, perbedaan nyata (taraf 1% dan 5%) terhadap total fenol
tannin dan antosianin. Serai berupa alkaloid, tanin, yang dihasilkan, rata-rata total fenol berkisar 10,10-12,44
saponin, flavonoid, steroid dan minyak atsiri serta jahe mg GAE/g disajikan pada Tabel 2.
berupa oleoresin, flavonoid, terpenoida, dan minyak Perlakuan yang menghasilkan total fenol terbesar
atsiri. Hasil penelitian (Arumsari e al., 2019) aktivitas yakni pada 1:1:1 dengan penambahan serai, rosela dan
antioksidan dan sifat sensoris teh celup campuran bunga jahe yang sama rata sebesar 12,44 mg GAE/g. Sedangkan
kecombrang, daun mint dan daun stevia memiliki yang terendah yaitu 10,10 mg GAE/g pada formulasi
aktivitas antioksidan paling tinggi yaitu 68,84%. Hasil 1:1:2 dengan banyak penambahan jahe. Total fenol pada
penelitian lain (Dewata et al., 2017) pengaruh suhu dan ekstrak baha kering rosela dan serai memiliki total fenol
lama penyeduhan terhadap aktivitas antioksidan dan sifat yang tinggi dibandingkan dengan ekstrak jahe. Sehingga
sensoris teh herbal daun alpukat menghasilkan aktivitas hasil total fenol pada air seduhan dengan penambahan
antioksidan paling tinggi yaitu 18,55%. Hasil ini banyak serai dan rosela tidak berbeda nyata. Hasil
menunjukan bahwa teh herbal serai, rosela dan jahe penelitian (Hastuti, 2012) pembuatan minuman
memiliki aktivitas antioksidan yang lebih tinggi. fungsional dari madu dan ekstrak rosela memiliki total
Kontrol positif yang digunakan pada penelitian ini fenol paling tinggi yaitu 6,491 mg/g. Dari hasil penelitian
adalah asam askorbat 250 ppm. Aktivitas antioksidan pada tersebut menunjukan teh herbal serai, rosela dan jahe
asam askorbat menghasilkan persentasi hambatan radikal memiliki total fenol yang cukup tinggi jika dibandingkan
bebas 85%. Sedangkan pada penelitian ini menghasilkan dengan minuman dari penelitian lainnya.
persentasi hambatan radikal bebas 75,19%-79,72%. Fenolik adalah senyawa yang memiliki cincin
Sehingga persentasi penghambatan radikal bebas teh aromatik dengan satu atau lebih gugus hidroksil yang
herbal mendekati persentasi penghamabatan radikal bebas terikat pada atom karbon dari cincin aromatik tersebut.
asam askorbat. Menurut (Rizkayanti et al., 2017) asam Gugus hidroksil dalam fenolik berkontribusi secara
askorbat (vitamin C) sebagai kontrol positif memiliki langsung terhadap aktivitas antioksidan dan memainkan
aktivitas antoksidan yang kuat, karena vitamin C peranan penting dalam penagkapan radikal bebas karena
merupakan antioksidan yang bekerja sebagai oxygen gugus hidroksil dari senyawa fenolik dapat mendonorkan
scavenger yaitu mengikat oksigen sehingga tidak atom hidrogen sehingga dapat menstabilkan senyawa
mendukung reaksi oksidasi. radikal bebas (Rezaeizadeh, 2011 dalam Adawiah et al.,
2015).
d. Antosianin
Berdasarkan hasil analisa ragam menunjukan adanya f. Vitamin C
perbedaan nyata terhadap perlakuan yang diberikan. Nilai Berdasarkan analisa ragam menunjukan perlakuan
antosianin yang dihasilkan berkisar 2,55 mg/2g sampai formulasi berpengaruh nyata terhadap vitamin C yang
3,82 mg/2g. Antosianin merupakan pigmen warna yang dihasilkan. Range nilai vitamin C berada pada 15
berperan sebagai antioksidan. Antosianin dapat larut mg/100ml hingga 30,75 mg/100ml. Pada Tabel 2.
dalam pelarut polar, serta memberikan warna orange, menunjukan perlakuan yang menghasilkan nilai vitamin
5
C paling tinggi yaitu formulasi 1:1:1 dengan penambahan Berdasarkan Tabel 3. perlakuan yang menghasilkan
serai, rosela dan jahe yang sama rata yaitu 30,75 warna paling disukai panelis yaitu pada formulasi 1:2:1
mg/100mL, sedangkan yang paling rendah perlakuan dengan banyak penambahan rosela yaitu 3,88 (suka) yang
1:2:1 dengan banyak penambahan rosela yaitu 15 menghasilkan warna merah, sedangkan perlakuan yang
mg/100mL. Hasil ini tidak sejalan dengan penelitian menghasilkan warna paling tidak disukai panelis yaitu
(Novidahia et al., 2014) semakin banyak rosela yang pada formulasi 1:1:2 dengan banyak penambahan jahe
ditambahkan pada minuman rosela berkarbonasi maka yaitu 2,2 (tidak suka). Perlakuan penambahan rosela
semakin tinggi vitamin C yang dihasilkan. paling tinggi menghasilkan warna merah yang mayoritas
Dari semua vitamin yang ada, vitamin C merupakan lebih disukai panelis, hal ini dikarenakan rosela
vitamin yang paling mudah rusak. Vitamin C mudah mengandung antosianin yang menimbulkan pigmen
sekali terdegradasi, baik oleh temperatur, cahaya maupun merah. Bagian bunga rosela yang dapat dimanfaatkan
udara sekitar sehingga kadar vitamin C berkurang (Cresna sebagai zat warna adalah kelopaknya. Kandungan penting
et al., 2014). Dalam proses pengolahan teh herbal serai, yang terdapat dalam kelopak bunga rosela adalah pigmen
rosela dan jahe menggunakan proses pemanasan antosianin yang membentuk flavonoid yang berperan
sebanyak dua kali yaitu saat pengovenan dan penyeduhan, sebagai antioksidan. Pigmen antosianin ini membentuk
hal tersebut yang menyebabkan pada perlakuan warna ungu kemerahan di kelopak bunga rosela (Mastuti
penambahan rosela terbanyak menghasilkan kadar et al., 2013). Perlakuan formulasi 1:1:2 menghasilkan
vitamin C paling rendah. Proses kerusakan vitamin C ini warna yang tidak disukai oleh panelis yaitu 2,2. Hal ini
disebut oksidasi. Menurut (Hok et al., 2007) semakin dikarenakan jahe mengandung oleoresin yang
tinggi suhu maka konsentrasi vitamin C pada pembuatan menghasilkan warna kuning hingga coklat kemerahan.
pasta tomat semakin turun. Karena pada suhu tinggi Bentuk oleoresin adalah cairan pekat berwarna coklat
molekul-molekul penyusun vitamin C menjadi terurai kemerahan (Widayanti, 2009).
atau rusak. Hasil penelitian (Arisanti et al., 2018)
karakteristik sifat fisikokimia teh herbal sekami (serai Aroma
kombinasi kayu manis) sebagai minuman fungsional Berdasarkan hasil analisa sidik ragam menunjukan
memiliki kadar vitamin C paling tinggi 15,03%. perlakuan formulasi berpengaruh nyata terhadap aroma
Berdasarkan hasil penelitian tersebut, seduhan teh herbal yang dihasilkan. Perlakuan formulasi 1:1:1 dan 1:2:1
serai, rosela dan jahe memiliki kandungan vitamin c yang menghasilkan aroma yang tidak berbeda nyata, perlakuan
cukup tinggi. 2:1:1 dan 1:1:2 menghasilkan aroma yang tidak berbeda
nyata. Namun antar keduanya menghasilkan aroma yang
g. Kadar Air berpengaruh nyata terhadap seduhan teh herbal. Range
Hasil pengamatan dan sidik ragam menunjukan nilai rata-rata kesukaan panelis terhadap aroma air
bahwa perlakuan formulasi teh herbal serai, rosela dan seduhan teh herbal yaitu 2,76 sampai 3,20 (tidak suka
jahe tidak berpengaruh nyata terhadap kadar air yang hingga suka) disajikan pada Tabel 3.
dihasilkan, baik pada taraf 1% maupun 5%. Rata-rata Perlakuan yang memiliki aroma yang paling disukai
kadar air teh herbal serai, rosela dan jahe berkisar antara panelis yaitu 1:1:1 dengan penambahan serai, rosela dan
5,35% sampai 7,39% disajikan pada Tabel 2. jahe sama banyak. Sedangkan perlakuan yang tidak
Perlakuan yang memiliki kadar air terendah yaitu disukai yaitu 2:1:1 dengan banyak penambahan serai dan
pada perlakuan F3 (1:1:2) 5,35% dengan banyak 1:1:2 dengan banyak penambahan jahe, hal ini
penambahan jahe, sedangkan perlakuan yang dikarenakan aroma yang dihasilkan oleh serai tidak
menghasilkan kadar air paling tinggi yaitu F2 (1:2:1) disukai panelis. Serai memiliki aroma yang cukup tajam
7,39% dengan banyak penambahan rosela. Hasil ini sudah dikarenakan serai mengandung minyak atsiri dengan
memenuhi kadar air Menurut SNI: (01-3836- 2013) yaitu komponen utamanya sitronelol dan graniol (Suprianto,
maksimal 8%. Menurut (Arisanti et al., 2018) kadar air 2008). Aroma jahe dihasilkan dari komponen utama
sangat mempengaruhi daya tahan suatu produk (teh serai), minyak atsiri yaitu zingiberen dan zingiberol yang
kadar air yang tinggi akan mengakibatkan mudahnya menyebabkan timbulnya aroma khas pada jahe (Setiawan
bakteri dan jamur serta mikroba lainnya untuk et al., 2018). Menurut (Frillinda, 2019) kandungan nutrisi
berkembang biak sehingga akan mempengaruhi mutu dari pada tanaman serai mendukung penggunaannya sebagai
produk tersebut. minuman aromatik dan hidangan tradisonal, termasuk
penggunaannya dalam teh. Namun mayoritas panelis yang
h. Organoleptik digunakan tidak menyukai aroma khas yang ditimbulkan
Warna oleh serai.
Berdasarkan hasil analisa sidik ragam menunjukan Pada formulasi 1:1:1 aroma serai dan jahe yang
perlakuan formulasi berpengaruh nyata terhadap tingkat ditimbulkan tidak begitu tajam, serta pada formulasi 1:2:1
kesukaan panelis pada warna air seduhan teh herbal yang aroma yang dihasilkan yaitu asam manis sehingga panelis
dihasilkan. Rata-rata kesukaan panelis terhadap warna lebih menyukai aroma pada kedua formulasi tersebut.
produk berkisar 2,20-3,88 (tidak suka sampai suka) Dalam penelitian (Ramadhan et al., 2018) aroma rosela
disajikan pada Tabel 3. dapat munutupi aroma langu dari lidah buaya dengan
6
penambahan ekstrak kelopak bunga rosela. Glikosida yang
terhidrolisis menjadi gula dapat mempengaruhi hilangnya
aroma minuman lidah buaya.

Tabel 3. Hasil Uji Organoleptik Teh Herbal Serai, Rosela dan Jahe
Perlakuan Formulasi Serai, Rosela, dan Jahe
Parameter
1:1:1 2:1:1 1:2:1 1:1:2
Warna 3,04bc 2,80ab 3,88d 2,20a
Aroma 3,20c 2,76a 3,16bc 2,96ab
Rasa 3,20a 3,24a 3,60a 3,24a
Penerimaan Keseluruhan 3,24a 3,40a 3,68a 3,24a
Keterangan: *skor hedonik warna, 1(sangat tidak suka), 2(tidak suka), 3(agak suka), 4(suka), 5(sangat suka)
*nilai yang diikuti huruf yang sama menunjukan perbedaan yang tidak nyata taraf 5% menurut uji DMRT .

Rasa Berdasarkan Tabel 3. perlakuan yang lebih disukai


Berdasarkan hasil analisa sidik ragam menunjukan oleh panelis secara keseluruhan yaitu 1:2:1 dengan
perlakuan formulasi tidak berpengaruh nyata terhadap rasa konsentrasi kelopak rosela tertinggi. Hal ini berhubungan
produk yang dihasilkan. Range nilai rata-rata kesukaan erat dengan penerimaan panelis terhadap warna, aroma
panelis terhadap rasa air seduah teh herbal yaitu 3,20 dan rasa air seduhan teh herbal yang dihasilkan. Semakin
sampai 3,60 (agak suka hingga suka). tinggi penilaian panelis terhadap warna, aroma dan rasa
Berdasarkan Tabel 3. perlakuan yang menghasilkan maka semakin tinggi pula penilaian panelis terhadap
rasa paling disukai panelis yaitu pada formulasi 1:2:1 penerimaan keseluruhan air seduhan teh herbal serai,
dengan banyak penambahan rosela. Perlakuan dengan rosela dan jahe.
rosela banyak menghasilkan teh herbal dengan rasa asam
manis. Hal ini dikarenakan rosela memiliki pH yang lebih IV. KESIMPULAN DAN SARAN
asam dibandingkan jahe dan serai. Serta rosela
mengandung asam organik seperti asam sitrat, asam malat a. Kesimpulan
dan asam tartrat. Hal ini juga dibuktikan dengan pH yang 1. Formulasi penambahan serai, rosela dan jahe
dihasilkan seduhan teh herbal dengan penambahan rosela berpengaruh nyata terhadap warna, pH, antioksidan,
paling banyak menghasilkan pH paling asam. Menurut antosianin, fenol, vitamin c dan sifat organoleptik
(Rahadian et al., 2017) semakin banyak penambahan (warna dan aroma), serta tidak berpengaruh nyata
ekstrak rosela pada permen jelly rosela dan rumput laut terhadap kadar air, dan sifat organoleptik (rasa dan
maka pH serta rasa asam yang dihasilkan meningkat. penerimaan keseluruhan).
Menurut (Hastuti, 2012) rosela mengandung asam malat 2. Formulasi teh herbal serai, rosela dan jahe terbaik
sehingga mempunyai rasa asam manis yang segar dan adalah perlakuan F2 yaitu dengan penambahan
khas. rosela terbanyak (1:2:1) dengan sifat organoleptik
Perlakuan formulasi 1:1:2 dengan banyak warna disukai, aroma disukai, rasa disukai dan
penambahan jahe dan 2:1:1 dengan banyak penambahan penerimaan keseluruhan disukai, kadar air 7,39%,
serai menghasilkan skor kesukaan rasa 3,24 (aga suka). warna dengan nilai L 54, nilai a 44, dan nilai b 50,
Rasa yang ditimbulkan pada formulasi 1:1:2 yaitu pedas, pH 3,24, memiliki aktivitas antioksidan 79,72%,
manis dengan sedikit asam, rasa pedas ini dikarenakan antosianin 3,8 mg/2g, total fenol 11,159 mg GAE/g
jahe mengandung senyawa oleorsin yang terdiri dari teh herbal dan vitamin C 15 mg/100ml.
komponen zingeron. Menurut (Fitriani et al. 2013) rasa
pedas pada manisan kering jahe berasal dari senyawa b. Saran
kimia jahe yaitu zingeron yang memiliki titik didih 187- Perlu dilakukan perlakuan pasca pengecilan ukuran
1880C sehingga tidak terjadi penguapan selama proses (blanching), agar tidak terjadi proses browning non
pengeringan pada suhu yang lebih rendah. enzimatik yang dapat mempengaruhi hasil produk teh
herbal serai, rosela dan jahe.
Penerimaan Keseluruhan
Penerimaan keseluruhan merupakan penilaian DAFTAR PUSTAKA
panelis terhadap air seduhan teh herbal serai, rosela dan
jahe yang meliputi seluruh parameter yaitu warna, aroma Adawiah., Sukandar, D., Muawanah, A. 2015. Aktivitas
dan rasa. Hasil analisa ragam menunjukan perlakuan Antioksidan dan Kandungan Komponen Bioaktif
formulasi tidak berpengaruh nyata terhadap penerimaan Sari Buah Namnam. Jurnal Kimia VALENSI:
keseluruhan air seduhan teh herbal. nilai rata-rata Jurnal Penelitian dan Pengembangan Ilmu Kimia.
penilaian keseluruhan uji sensori yang berkisar antara 3,24 1(2): 130-136.
hingga 3,68 (agak suka sampai suka).
7
Arisanti, Desi., mutsyahidan, A.M.A. 2018. Karakteristik Hok, K.T., Setyo, W., Irawaty, W., Soetaredjo, F.E.
Sifat Fisikokimia Teh Herbal Sekami (Serai Pengaruh Suhu Dan Waktu Pemanasan Terhadap
Kombinasi Kayu Manis) Sebagai Minuman Kandungan Vitamin A dan C Pada Proses
Fungsional. Jtech. 6(2): 62-66. Pembuatan Pasta Tomat. Jurnal Widya Teknik.
Arumsari, Katrien., Aminah, Siti., Nurrahman. 2019. 6(2): 111-120.
Aktivitas Antioksidan dan Sifat Sensoris Teh Celup Indriaty, S., Firmansyah, D., Rachmany, L.S., Ernawati.
Campuran Bunga Kecombrang, Daun Mint, dan 2021. Pembuatan Teh Herbal Celup Dari
Daun Stevia. Jurnal Pangan dan Gizi. 9(2): 79-93. Kombinasi Buah Jambu Biji dan Buah Kurma
Asmawati., Sunardi, H., Ihromi, S. 2018. Kajian Sebagai Anti Demam Berdarah Dengue. Jurnal
Persentase Penambahan Gula Terhadap Pengabdian Kepada Masyarakat. 1(1): 35-40.
Komponen Mutu Sirup Buah Naga Merah. Jurnal Karismawati, A.S., Nurhasanah, N., Widyaningsih, T. D.
Agrotek. 5(2): 97-105. 2015. Pengaruh Minuman Fungsional Jelly Drink
Barrowclough, R.A. 2015. The Effect of Berry Kulit Buah Naga Merah dan Rosela Terhadap
consumption On Cancer Risk. Journal of Stres Oksidatif. Jurnal Pangan dan Agroindustri.
Nutritional Health & Food Engineering. 2(1): 1-9. 3(2): 407-416.
Buckle, KA, RA Edwards, GH Fleet dan M. Wootton. Lagawa, N.C., Pande K.D.K., Gusti N.A.A. 2020.
2007. Karakteristik Fisiko-Kimia Sirup Mangrove Pengaruh Waktu Pelayuan dan Suhu Pengeringan
Pidada dengan Penambahan CMC dan Lama Terhadap Karakteristik Teh Herbal Daun Bambu
Pemanasan. Jurnal Galung Tropika. 6(3): 213-223. Tabah (gigantochloa nigrociliata BUSE-KURZ).
[BSN] Badan Standar nasional. 2013. SNI 01-3836-2013. Jurnal Beta (Biosistem dan Teknik Pertanian. 8(2):
Syarat Mutu Teh Kering. Badan Standar Nasional. 223-230.
Jakarta. Langi, T., Moh S.H., Jan R.A. 2018. Tingkat Penerimaan
Cresna., Napitupulu, M., Ratman. 2014. Analisis Vitamin Konsumen Terhadap Teh Daun Binahong
C Pada Buah Pepaya, Sirsak, Srikaya Dan Langsit (Anredera cordifiola (Ten.) Stenis) Pada Variasi
Yang Tumbuh Di Kabupaten Donggala. Jurnal Suhu dan Waktu Penyeduhan. Jurnal Teknologi
Akademika Kimia. 3(3): 121-128. Pertanian. 9(2): 68-72.
Dewata, P., Wipradnyadewi, P.A.S., Widarta, W.R. Marganingsih, N.D., Akhmad M., Yannie A.W. 2019.
Pengaruh Suhu dan Lama Penyeduhan Terhadap Akivitas Antioksidan Minuman Fungsional Daun
Aktivitas Antioksidan dan Sifat Sensoris Teh Katuk-Rosela (Sauropus androgynous L. Merr.-
Herbal Daun Alpukat (Persea americana Mill.). Hibiscus sabdariffa Linn) Dengan Penambahan
Jurnal ITEPA. 6(2): 30-39. Ekstrak Jahe (Zingiber officinale Rosc.). Jurnal
Dewi, K.H., Efendi, Z., dan Yanti, I.A. 2017. Hubungan Teknologi dan Industri Pangan. 3(2): 144-151.
Penambahan Rossela (Hibiscus sabdariffa L) Maryani, H dan Kristiana, L. 2005. Khasiat dan Manfaat
Dengan Sifat Fisik dan Kimia Serbuk Sari Buah Rosela. Agromedia Pustaka. Jakarta.
Jeruk Kalamansi Sebagai Minuman. Jurnal Mastuti, E., Sari, N.P., Simangunsong, R.A. 2013.
Agroindustri. 7(2): 63-71. Ekstraksi Zat Warna Alami kelopak Bunga Rosela
Dwiyanti, G dan Hati N. 2014. Aktivitas Antioksidan Teh Dengan Pelarut Aquadest. Ekuilibrium. 12(2): 43-
Rosela (Hibiscus sabdarifa) Selama Penyimpanan 47.
dan Suhu Ruang. Seminar:Prosding Seminar Muzaki, D., dan Wahyuni, R. 2015. Pengaruh
Nasional Sains dan Pendidikan Sains. 51(1). Penambahan Gingger Kering (Zingiber officinale)
Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung. Terhadap Mutu dan Daya Terima Teh Herbal
Fitriani, S., Ali, A., Wiadiastuti. 2013. Pengaruh Suhu dan Daun Afrika Selatan (Vernonia amygdalina).
Lama Pengeringan Terhadap Mutu Manisan Jurnal Teknologi Pangan. 6(2): 67-75.
Kering Jahe (Zingiber officinale Rosc.) dan Nizori, A., Sihombing, N., Surhaini. 2020. Karakteristik
Kandungan Antioksidannya. Jurnal SAGU. 12(2): Ekstrak Kulit Buah Naga Merah (Hylocereus
1-8. polyrhizus) Dengan Penambahan Berbagai
Frillinda, L.P.I. 2019. Optimasi Proposi Teh Herbal Serai Konsentrasi Asam Sitrat Sebagai Pewarna Alami
(Cymbopon citratus) dan Pandan Wangi Makanan. Jurnal Teknologi Industri Pertanian.
(Paandanus amarylifolius Roxb.) Terhadap 30(2): 228-233.
Katakteristik Sensori Teh Herbal. Skripsi. Novidahlia, N., Mardiah., dan Mashudi. 2014. Minuman
Universitas Brawijaya. Malang. Rosela (Hibiscus sabdariffa L.) Berkarbonasi
Hastuti, N.D. 2012. Pembuatan Minuman Fungsional Ready To Drink Sebagai Minuman Fungsional
Dari Madu dan Ekstrak Rosela (Hibiscuss yang Kaya Antioksidan. Jurnal Pertanian. 3(2): 64-
sabdariffa Linn.). Jurnal Teknologi Pangan. 3(1): 77.
29-63.
Hayati, R., Nurhayati., Annisa, N. 2011. Pengaruh Nurnasari, E., Khuluq, D. 2017. Potensi Diversifikasi
Pengeringan Terhadap Mutu Rosela Kering Rosela Herbal (Hibiscis sabdariffa L.) Untuk
(Hibiscus sabdariffa). J. Floratek. 6: 1-7.
8
Pangan dan Kesehatan. Buletin Tanaman (Hibiscus sabdariffa L.) Dengan Metode maserai
Tembakau, Serat, & Minyak Industri. 9(2): 82-92. dan Sokhletasi. Jurnal Sains dan Matematika.
Prasetyo, S dan Cantawinata, A.S. 2010. Pengaruh 18(1): 1-6.
Temperatur , Rasio Bubuk Jahe Kering Dengan Werdhasari, A. 2014. Peran Antioksidan Bagi Kesehatan.
Etanol, dan Ukuran Bubuk Jahe Kering Terhadap Jurnal Biotek Medisiana Indonesia. 3(2): 59-68.
Ekstraksi Oleoresin Jahe. Seminar Rekayasa Widagdha, S dan Nisa, F.C. 2015. Pengaruh Penambahan
Kimia dan Proses. ISSN: 1411-4216. 1-7. Sari Anggur (Vitis vinifera L.) dan Lama
Pratiwi, P., Suzery, M., Cahyono, B. 2010. Total Fenolat Fermentasi Terhadap Karakteristik Fisiko Kimia
dan Flavonoid Dari Ekstrak dan Fraksi Daun Yoghurt. Jurnal Pangan dan Agroindustri. 3(1):
Kumis Kucing (Orthosiphon stamineus B.) Jawa 248-258.
Tengah Serta Aktivitas Antioksidannya. Jurnal Widayanti, R. 2009. Analisis Kandungan Fenol Total Jahe
Sains dan Matematika. 18(4): 140-148. (Zingiber officinale Rosc.) Secara In Vitro.
Priska, M., Peni, N., Carvallo, L., Ngapa, Y.D. 2018. Fakultas Kedokteran. Universitas Indonesia.
Review: Antosianin dan Pemanfaatannya. E- Jakarta.
Journal of Applied Chemistry. 6(2): 79-97. Widiastuti, A., Ray N.A., Kun H. 2018. Minuman
Putri, M.T., Dita, S.A., Debi, D. 2019. Efektivitas Fungsional Dari Serai (Cymbopogon citratus) dan
Aromaterapi Sereh (Cymbopogon citratus) Pemanis Stevia. University Research Colloquium.
Dengan Teknik Relaksasi Gengga Jari Terhadap 628-632.
Penurunan Nyeri Pasca Sectio Caesarea. Wellness Wijoyo, P. M. 2009. Ramuan Penyembuh Maag. Jakarta:
and Healthy Magazine. 1(2): 267-276. Bee Media Indonesia..
Putri, N.K.M., Gunawan, W.G., Suarsa, W. 2015. Zahro, C dan Nisa, F.C. 2015. Pengaruh Penambahan
Aktivitas Antioksidan Antosianin Dalam Ekstrak Sari Anggur (Vitis vinifera L.) dan Penstabil
Etanol Kulit Buah Naga Super Merah (Hylocereus Terhadap Karakteristik Fisik, Kimia dan
costaricensis) dan Anlisis Kadar Totalnya. Jurnal Organoleptik Es Krim. Jurnal Pangan dan
Kimia. 9(2): 243-251. Agroindustri. 3(4): 1481-1491
Rahadian, R., Harun, N., dan Efendi, R. 2017.
Pemanfaatan Ekstrak Rosela (Hibiscus sabdariffa
L.) dan Rumput Laut (Euchema cottoni) Terhadap
Mutu Permen Jelly. JOm Faperta UR. 4(1): 1-14.
Ramadhan, A.F., Maya, S dan Anis, A. 2018. Efektivitas
Penambahan Ekstrak Kelopak Bunga Rosela
(Hibiscus sabdariffa. L) Terhadap Aktivitas
Antioksidan Minuman Lidah Buaya (Aloe vera).
Agroindustrial Technology Journal. 02(02): 116-
129.
Rizkayanti., Wahid, A., Diah, M., Jura, M.R. 2017. Uji
Aktivitas Antioksidan Ekstrak Air dan Ekstrak
Etanol Daun Kelor (Moringa oleifera LAM). Jurnal
Akademika Kimia. 6(2): 125-131.
Sam, S., Abdul, M., Selpida, H. 2016. Penetapan Kadar
Fenolik Total Dari Ekstrak Etanol Bunga Rosela
Berwarna Merah (Hibiscus Sabdariffa L.) Dengan
Menggunakan Spektrofotometri UV-Vis. Jurnal
Fitofarmaka Indonesia. 3(2): 182-187.
Setiawan, A dan Pujimulyani, D. 2018. Pengaruh
Penambahan Ekstrak Jahe Terhadap Aktivitas
Antioksidan dan Tingkat Kesukaan Minuman
Instan Kunir Putih (Curucma mangga Val.). Jurnal
Universitas Mercu Buana Yogyakarta. Hal. 1-7.
Souripet, A. 2015. Komposisi, Sifat dan Tingkat Kesukaan
Nasi Ungu. Jurnal Teknologi Pertanian. 4(1): 25-
32.
Suprianto. 2008. Potensi Ekstrak Serai Wangi
(Cymbopogon nardus L.) Sebagai anti
Streptococcus mutans. Skripsi. Institut Pertanian
Bogor. Bogor.
Suzery, M., Lestari, S., dan Cahyono, B. 2010. Penentuan
Total Antosianin dari Kelopak Bnga Rosela
9
10

Das könnte Ihnen auch gefallen