Sie sind auf Seite 1von 34

99

IV KEADAAN UMUM DAS CILIWUNG HULU

4.1 Pendahuluan

Keadaan umum DAS Ciliwung Hulu menyajikan karakteristik biofisik


wilayah yang mencakup letak dan luas DAS Ciliwung Hulu, topografi lahan,
iklim, geologi, jenis tanah, tutupan lahan (land cover), pemanfaatan lahan,
produksi budidaya pertanian dan perkebunan, pemanfaatan jasa wisata, tata air
sungai Ciliwung Hulu, kualitas air, dan kualitas sumberdaya lahan. Karakteristik
sosial ekonomi menyajikan keadaan sosial penduduk, mata pencaharian dan
tingkat pendidikan dan sumberdaya sosial lainnya. Karakteristik organisasi
masyarakat DAS Ciliwung Hulu menyajikan keadaan organisasi pemerintah dan
organisasi petani lokal yang berperan besar dalam pengelolaan DAS.
Karakteristik biofisik wilayah dan sosial ekonomi berpengaruh terhadap perilaku
masyarakat dalam menentukan perilaku dan pilihan strategi untuk memperoleh
tujuan yang diharapkan dalam melakukan interaksi antar komponen masyarakat
DAS.

4.2 Karakteristik Biofisik Wilayah

4.2.1 Letak dan Luas

DAS Ciliwung seluas 34.700 ha merupakan salah satu DAS yang


mencakup dua wilayah provinsi yaitu Provinsi Jawa Barat dan Provinsi DKI
Jakarta dan melintasi Kabupaten Bogor, Kota Bogor, Kota Depok dan Kota
Jakarta, dan bermuara di teluk Jakarta. Panjang sungai utama Sungai Ciliwung
117 km (Pawitan 2002).

Berdasarkan wilayah pengelolaannya DAS Ciliwung dibagi ke dalam tiga


bagian yaitu bagian hilir, bagian tengah dan bagian hulu. Wilayah bagian hilir
sampai dengan Pintu Air Manggarai termasuk dalam wilayah pemerintahan Kota
Jakarta Selatan dan Jakarta Pusat, dan kemudian mengarah ke hilir lagi hingga
masuk ke saluran buatan Kanal Barat. Di wilayah hilir ini Sungai Ciliwung
melintasi wilayah Jakarta Selatan, Jakarta Pusat, Jakarta Barat dan Jakarta Utara.
100

SubDAS bagian tengah, aliran Sungai Ciliwung melintasi wilayah Kabupaten


Bogor (Kecamatan Sukaraja, Cibinong, Bojonggede, dan Cimanggis), Kota Bogor
(Bogor Timur, Bogor Utara, dan Tanah Sereal) dan Kota Depok (Kecamatan
Pancoran Mas, Sukmajaya, dan Beji). Bagian hulu DAS Ciliwung meliputi
sebagian besar wilayah Kabupaten Bogor (Kecamatan Ciawi, Megamendung,
Cisarua, dan Sukaraja), dan Kota Bogor (sebagian kecil Kecamatan Bogor Timur).

DAS Ciliwung Hulu seluas 14.860 ha secara geografis terletak pada 106º
49º 40” – 107º 00’ 15” BT dan 6o 38’ 15“ LS – 6º 46’ 05” LS. Secara
administratif DAS Ciliwung Hulu mencakup 30 desa di Kabupaten Bogor yaitu 2
desa (Kecamatan Sukaraja), 7 desa (Kecamatan Ciawi), 10 desa (Kecamatan
Cisarua), 11 desa (Kecamatan Megamendung) dan 1 desa di Kecamatan Kota
Bogor Timur. Lokasi penelitian DAS Ciliwung Hulu disajikan pada Gambar 13
dan Peta Administrasi Pemerintahan di DAS Ciliwung Hulu disajikan pada
Lampiran 1.

DAS Ciliwung Hulu seluas 14.860 ha terdiri dari 6 sub-DAS yaitu :


a. Sub DAS Ciesek seluas 2.504,76 ha (16,86%) terletak di Kecamatan
Megamendung dan Cisarua;
b. Sub DAS Ciliwung Hulu seluas 5.885,78 ha (39,61%) terletak di Kecamatan
Ciawi, Megamendung dan Cisarua;
c. Sub DAS Cibogo seluas 1.375,40 ha (9,26%) terletak di Kecamatan Ciawi,
Megamendung dan Cisarua;
d. Sub DAS Cisarua seluas 2.218,92 ha (14,92%) terletak di Kecamatan Cisarua;
e. Sub DAS Cisukabirus seluas 1.696,91 ha (11,42%) terletak di Kecamatan
Ciawi dan Megemendung;
f. Sub DAS Ciseuseupan seluas 1.178,23 ha (7,93%) terletak di Kecamatan
Ciawi dan Megamendung.
Peta SubDAS pada DAS Ciliwung Hulu disajikan pada Lampiran 2.
99 101

Ciawi

Gambar 13 Lokasi penelitian DAS Ciliwung Hulu Kabupaten Bogor


100
101
102

Batas DAS Ciliwung Hulu adalah :


a. Sebelah Utara berbatasan dengan DAS Ciliwung Tengah dan DAS Citarum
Hulu.
b. Sebelah Selatan berbatasan dengan DAS DAS Cisadane Hulu .
c. Sebelah Barat berbatasan dengan DAS Cisadane Hulu.
d. Sebelah Timur berbatasan dengan DAS Citarum

Bagian hulu mencakup areal seluas 14.860 ha yang merupakan daerah


pegunungan dengan elevasi antara 300 m s/d 3.000 m dpl. Di bagian hulu
umumnya dicirikan oleh sungai pegunungan yang berarus deras terutama pada
musim kemarau. variasi kemiringan lereng yang tinggi. dengan kemiringan 2-15%
(70,5 km2), 15-45% (52,9 km2), dan sisanya 24,6 km2 di atas 45% (BPDAS
Citarum Ciliwung 2003).

4.2.2 Topografi

Keadaan topografi wilayah penelitiandapat diklasifikasikan ke dalam 6


kelompok yaitu topografi datar (0-8%) s/d sangat curam (>45%). DAS Ciliwung
Hulu merupakan dataran tinggi dengan kelerengan yang didominasi datar
(32,95%) dan bergelombang (25,19%), dan sisanya berupa dataran dengan
topografi landai (12,60%), curam (13,14%) dan sangat curam (16,12%).
Topografi datar s/d landai dapat dijumpai di Kecamatan Ciawi, dan landai s/d
sangat curam dapat dijumpai di wilayah Kecamatan Megamendung dan
Kecamatan Cisarua. Batas wilayah Utara, Timur dan Selatan banyak dijumpai
lahan dengan topografi curam s/d sangat curam (>26%). Kondisi demikian
diakibatkan oleh posisi DAS Ciliwung Hulu yang keberadaannya dikelilingi oleh
beberapa gunung yaitu Gunung Gede Pangrango, Gn. Mandalawangi, Gn.
Kencong dan lain-lain. Pengelompokan kelerengan DAS Ciliwung Hulu dapat
dilihat pada peta Lampiran 3 dan sebaran kelerengannya disajikan pada Tabel 8.
103

Tabel 8 Sebaran kelerengan DAS Ciliwung Hulu


No. Kelerengan (%) Luas % Keterangan
1 0-8 4.897,00 32,95 datar
2 9-15 1.872,25 12,60 landai
3 16-25 3.742,50 25,19 bergelombang
4 26-45 1.952,40 13,14 curam
5 >45 2.396,03 16,12 sangat curam
Jumlah 14.860,00 100,00

Sumber : Peta Tanah Semidetil Daerah Aliran Sungai Ciliwung Hulu Skala 1:50.000
diterbitkan oleh Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat Tahun 1992.

4.2.3 Iklim

Berdasarkan sistem klasifikasi Smith dan Ferguson yang didasarkan pada


intensitas curah hujan. yaitu bulan basah (>200 mm) dan Bulan Kering (<100
mm) adalah termasuk Tipe Iklim A. Sedangkan berdasarkan klasifikasi Oldeman.
tipe iklim di DAS Ciliwung Hulu termasuk tipe iklim B2 yang mempunyai 7-9
bulan basah berurutan dan 2-4 bulan kering dan tipe iklim C1 yang mempunyai 5-
6 bulan basah berurutan dan kurang dari 2 bulan kering.

Keadaan iklim di DAS Ciliwung Hulu dapat diwakili oleh pengambilan


data pada Stasiun Klimatologi Citeko (920 m dpl). Data pengamatan di stasiun
tersebut diperoleh data rata-rata bahwa suhu udara maksimum 25,9oC, suhu
minimum 17,3oC. Kelembaban udara rata-rata bulanan sebesar 83,7%, bulan
terlembab adalah Pebruari sedangkan bulan Agustus merupakan terkering. Total
evapotranspirasi rata-rata tahunan sebesar 1.298,1 mm. Evapotranspirasi (ETP)
rata-rata bulanan tertinggi terjadi pada bulan Agustus (126,7 mm) dan terendah
terjadi pada bulan Desember (84,8 mm). Data iklim di DAS Ciliwung Hulu
(Stasiun Citeko) tahun 2001-2009 disajikan pada Tabel 9.
104

Tabel 9 Data iklim Stasiun Citeko tahun 2001-2009


Suhu Kelembaban Kecepatan Angin Evapotranspirasi Harian

Bulan Min Max Rata2 Min Max Rata2 Rata2 Max Min Total Rata2 Max Min
°C °C °C % % % m/s m/s m/s mm mm mm mm
tn Tx tm Un Ux Um Va Vx Vm Etp Etr Etx Etm

Jan 17,6 24,9 20,7 83,1 90,2 88,3 1,8 2,4 1,2 98,3 3,2 4,1 1,4

Peb 17,5 24,2 20,5 85,1 91,6 90,3 2,1 3,2 1,2 91,1 3,3 4,6 2,0

Mar 17,9 25,8 21,4 78,5 87,9 85,9 1,9 3,0 1,0 115,1 3,7 5,0 2,4

Apr 17,9 26,3 21,6 78,0 87,8 85,6 1,8 2,4 1,0 122,9 4,1 5,9 2,6

Mei 17,9 26,4 21,9 75,3 85,1 83,0 1,9 3,2 1,2 120,8 3,9 4,8 2,8

Juni 16,9 26,1 21,3 73,1 84,6 81,1 1,9 4,4 1,0 116,9 3,9 5,2 3,0

Juli 16,4 25,9 21,0 71,7 85,1 80,7 2,0 2,8 1,4 112,6 3,6 4,4 2,7

Agt 16,2 26,3 21,0 66,8 84,3 78,3 2,0 2,8 1,4 126,7 4,1 5,7 3,1

Sept 16,8 26,5 21,3 70,0 85,9 81,3 2,1 2,8 1,4 115,8 3,9 6,2 2,5

Okt 17,2 26,8 21,4 71,4 85,5 82,1 1,8 2,2 1,2 103,6 3,3 5,2 2,2

Nop 17,6 26,2 21,4 76,9 89,3 86,7 1,6 2,4 1,0 89,4 3,0 4,0 1,2

Des 17,5 25,5 21,1 74,5 83,2 81,6 1,9 3,2 1,0 84,8 2,7 5,0 1,2

Rata2 17,3 25,9 21,2 75,4 86,7 83,7 1,9 2,9 1,2 1298,1 42,7 6,2 1,2

Berdasarkan data Stasiun Citeko tersebut bahwa suhu di DAS Ciliwung


Hulu antara 16,2oC – 26,8oC dan rata-rata 21,2oC. Suhu udara tertinggi 26,8 oC
terjadi pada bulan Oktober dan terendah 16,2oC pada bulan Agustus. Kelembaban
udara rata-rata 83,7% dan kelembaban maksimum ulan Oktober dan maksimum
44 m/detik. Kecepatan angin rata-rata 1,9 m/detik, dengan kecepatan minimum
1,2 m/detik. Besarnya evapotranspirasi tahunan 1.298,1 mm dengan rata-rata
bulanan sebesar 42,7 mm dengan nilai maksimum 6,2 mm dan minimum 1,2
mm. Bulan basah berlangsung pada bulan Maret s/d Oktober, dan bulan kering
terjadi pada bulan Nopember s/d Pebruari. Wilayah DAS Ciliwung Hulu
tergolong memiliki curah hujan yang tinggi dengan bulan basah lebih besar
daripada bulan kering. Distribusi curah hujan dan evaporasi DAS Ciliwung Hulu
disajikan pada Gambar 14.
105

300

Curah hujan Evapotranspirasi


250

200
CH dan ETP (mm)

150

100

50

0
Jan I Peb I Mar I Apr I Mei I Jun I Jul I Agu I Sept I Okt I Nop I Des I

Gambar 14 Distribusi curah hujan dan evapotranspirasi DAS Ciliwung Hulu


(Sumber : BPSDA Ciliwung (2010). Sawiyo et al. (2009). data diolah)

Distribusi curah hujan dan hari hujan tahun 1995-2009 sebagaimana


disajikan pada Tabel 10, dari data empat stasiun pengamatan diperoleh bahwa
curah hujan DAS Ciliwung Hulu cenderung tidak merata atau mempunyai curah
hujannya bervariasi. Curah hujan tertinggi berlangsung di wilayah Tugu Utara
(Gunung Mas) sebesar 3.748 mm/th, dan terendah di wilayah Katulampa (wilayah
Ciawi dan sekitarnya) 2.797,8 mm/th. Di wilayah tengah (Megamendung dan
sekitarnya) curah hujannya menengah antara 3.085-3.110 mm/th. Rata-rata curah
hujan bulanan tinggi berlangsung antara bulan Oktober s/d April, curah hujan
menurun dan terendah pada bulan Juli dan Agustus.
106

Tabel 10 Distribusi curah hujan di beberapa wilayah DAS Ciliwung Hulu (1995-2009)
Distribusi curah hujan dan hari hujan rata2 bulanan
Nama Jumlah
Stasiun Jan Peb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nop Des
459,4 420,2 328,6 247,3 183,4 153,2 81,3 77,5 97,7 182,2 258,5 308,6 2.797,8
22,8 20,8 20,5 15,5 10,8 8,8 5,8 6,3 6,5 7,7 12,3 22,5 159,9
Katulampa
474,5 481,3 310,3 368,0 253,5 127,0 103,0 96,8 100,8 142,3 194,8 458,8 3.110,8
Pasir
23,4 20,7 23,4 15,1 10,7 9,4 7,4 6,9 6,8 11,4 17,7 21,2 174,2
Muncang
481,6 586,9 347,2 307,8 184,1 104,8 64,6 83,3 117,5 209,5 279,5 352,7 3.085,0
19,7 23,2 21,2 16,4 12,9 7,9 4,7 5,2 7,4 12,8 17,3 19,0 165,1
Citeko
Pos Panjang
Tugu
467,6 448,0 332,7 321,6 256,9 178,7 167,9 124,1 192,1 323,2 305,9 246,3 3.364,9
Selatan
590,4 658,0 412,6 339,1 225,8 168,1 108,9 75,1 126,1 259,1 382,1 403,5 3.748,7
Gunung
17,9 16,4 15,3 13,6 9,3 8,4 6,3 3,6 6,8 11,1 13,9 14,6 137,1
Mas
Sumber : BPSDA Ciliwung (2010), Sawiyo et al. (2009), data diolah.

4.2.4 Geologi dan Fisiografi

Secara geologis bahan induk tanah berasal dari batuan batuan piroklastik
dan batuab induk tuf andesit yang merupakan rangkaian geologi dari Gunung
Gede Pangrango dan Gunung Salak. Batuan induk pada rangkaian gunung api
Gunung Pangrango dan Gunung Salak ini berumur kuarter zaman Holosen –
Pleistosin berupa bahan endapan lahar, lava basalt andesit, oligoklas-andesin,
laboradorit, olivine, piroksin dan horenblenda (Efendi et al. dalam Sawiyo et al.
2009). Batuan gunung api tersebut merupakan bahan induk yang dominan
sebagai pembentuk tanah di daerah penelitian, dan sebagian kecil lainnya berupa
bahan aluvium yang berupa endapan liat, pasir, kerikil dan batu.

Fisiografi DAS Ciliwung Hulu merupakan sistem Volkan berlapis (V1)


yaitu sistem gunung berapi dengan letusan berulang-ulang sehingga terjadi
pelapisan endapan bahan hasil letusan. Sistem volkan berlapis ini dibedakan
kedalam (1) kerucut volkan, (2)lungur volkan dan (3) aluvial (A) (Marsoedi et al.
107

dalam Sawiyo et al. 2009). Sistem volkan berlapis di daerah penelitian tersebut
secara terinci dapat diuraikan sebagai berikut :

(1) Kerucut Volkan ( V1)


Fisiografi kerucut volkan yang diketemukan berupa lereng volkan yang
mempunyai tingkat kemiringan terjal sampai sangat terjal. Berdasarkan
posisinya lereng volkan dipisahkan menjadi dua unit fisiografi yaitu:
V1.1.2. Lereng tengah yaitu bagian lereng tengah kerucut volkan yang tidak
terlalu curam dengan pola drainase radial
V1.1.3. Lereng bawah bagian kerucut volkan dengan lereng agak melandai,

(2) Lungur Volkan (V7)


Fisiografi lungur volkan merupakan bukit-bukit memanjang dari bahan
volkan dengan lereng > 15 % dan perbedaan tinggi 50-300 m. Lebih lanjut
satuan fisiografi ini dapat dibagi menjadi 2 unit fisiografi yaitu:
V7.1.1. Punggung bukit memanjang; merupakan punggung bukit yang
memanjang dengan lereng melandai
V7.1.2. Lereng sisi punggung yaitu bagian sisi lereng lungur volkan yang
umumnya mempunyai tingkat kemiringan curam.

(3) Aluvial (A)

Merupakan satuan fisiografi yang terbentuk karena proses fluviatil


bahannya berasal dari endapan sungai baru biasanya berlapis dan mempunyai
tekstur beragam dicirikan oleh adanya kerikil/batu yang bentuknya membulat.
Fisiografi aluvial pada daerah sub DAS Ciliwung Hulu termasuk dalam unit jalur
aliran sungai atau anak sungai. Karakteristik wilayah fisiografi aluvial ini
memanjang di kanan-kiri jalur aliran sungai, umumnya sempit dibatasi tebing,
bentuk wilayah datar sampai landai.
108

4.2.5 Jenis Tanah


Berdasarkan Peta Tanah Tinjau Kabupaten Bogor skala 1:250.000, jenis
tanah di DAS Ciliwung Hulu didominasi oleh tanah latosol cokelat, asosiasi
latosol cokelat kemerahan dan latosol cokelat, dan asosiasi latosol merah, latosol
cokelat kemerahan dan laterik air tanah. Sisanya sebagian kecil berupa tanah
komplek regosol kelabu dan lisosol, tanah latosol cokelat kemerahan, dan tanah
andosol cokelat kekuningan.
Berdasarkan Peta Tanah Semidetail Tahun 1992 yang dikeluarkan oleh
Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat Bogor, beberapa jenis tanah di DAS
Ciliwung Hulu adalah order Inceptisol (48%), Andosol (38,9%). Ultisol (11%),
dan sisanya Entisol (2,1%).
Tanah Andosol merupakan tanah yang sedang berkembang tetapi belum
matang yang ditandai dengan profil yang lemah dan masih banyak menyerupai
sifat bahan induknya. Andisol berasal dari hasil pelapukan bahan induk volkan
yang menghasilkan bahan amorf. Bahan amorf ini terdiri atas alofan, ferrihidrit,
dan senyawa kompleks humus-aluminium. Tanah ini berwarna hitam kelam,
mempunyai berat jenis (<0,85 g/cm3), dan dikenali seperti terasa berminyak
(smeary)-bila diremas- karena mengandung bahan organik 8-30%. Tanah ini
banyak ditemukan di pegunungan berelevasi tinggi. Tanah andosol umumnya
ditemukan dalam bentuk konsosiasi typic hapludents, dan asosiasi typic tapludents
dan typic tropopsamments.

Ultisol merupakan tanah yang memiliki horison argilik dengan kejenuhan


basa yang kurang dari 35%. Tanah Ultisol terbentuk di daerah dengan bahan
induk yang berumur lebih tua. Dengan adanya proses liksviasi lebih lanjut
sehingga membentuk adanya horison argilik. Tanah Ultisol berada di DAS
Ciliwung Hulu dalam konfigurasi lahan dengan landform sangat terjal dalam
bentuk asosiasi Typic hapludents, dengan bahan induk abu volkan. Tanah ini
rentan terhadap erosi dan dijumpai di daerah bagian Utara DAS Ciliwung Hulu.
Inceptisol merupakan tanah yang mulai berkembang tetapi belum matang.
Tanah ini ditandai dengan perkembangan profil yang lemah dan masih banyak
menyerupai sifat bahan induknya. Tanah inceptisol yang ada dalam bentuk
109

Asosiasi andic humitropepts-Typic Dystropepts, konsosiasi typic dystropepts, dan


konsosiasi typic eutropepts. Jenis tanah ini berada pada landform bergunung, di
wilayah lereng tengah hingga lereng bawah Ciliwung Hulu. Tanah ini bertekstur
halus, dengan drainase baik, dan berbahan induk tuf andesit.
Sedangkan tanah Entisol adalah tanah-tanah dengan tingkat
perkembangannya yang relatif baru. Tanah jenis ini dijumpai di sepanjang
bantaran Sungai Ciliwung Hulu dalam bentuk kompleks Typic troporthents-typic
fluvaquents. Peta Jenis Tanah dapat dilihat pada Lampiran 3.

4.2.6 Tutupan Lahan (land cover)


Kondisi penutupan lahan pada tahun 1981, DAS Ciliwung Hulu masih
didominasi dengan penutupan berupa hutan lebat (29,96%), persawahan
(25,69%), kebun teh (19,62%), kebun campuran (7,22%) dan dengan
permukiman masih 4,69%. Hingga tahun 1985 dan 1990, kondisi tersebut terus
mengalami penurunan hingga komposisi penutupan menjadi hutan (21,07%),
kebun teh (25,73%), persawahan berkurang (18,12%) dan kebun campuran
(7,72%). Di lain pihak, telah terjadi perluasan secara massive yaitu permukiman
dan pekarangannya bertambah pesat menjadi 16,64% (Janudianto, 2004).
Berdasarkan data yang lain pada tahun 1992, kondisi penutupan lahan
berupa hutan 41,62%, perkebunan (14,93%), semak belukar (8,64%) dan lahan
tegalan (20%). Secara dinamis telah terjadi perubahan penutupan lahan hingga
tahun 2009 dengan kondisi penutupan lahan berupa hutan 4.318,17 (29,06%), dan
perkebunan 1.910,15 (12,85%). Di sisi lain, telah terjadi peningkatan permukiman
3.356,73 ha (22,59%) dan tegalan 3.884,99 (26,14%). Pada selang tahun 1992 s/d
2009, telah terjadi pengurangan penutupan hutan dengan laju rata-rata per tahun
sebesar 1,95% dan semak belukar 9,96%; sedangkan laju peningkatan
permukiman (lahan terbangun) 12,34 %. Perubahan penutupan lahan tahun 1992
s/d 2009 dapat dilihat pada Tabel 11.

Penutupan lahan sangat terkait dengan konservasi hulu DAS sebagai


wilayah tangkapan air. Sebagai daerah tangkapan air (catchment area), wilayah
hulu sangat diharapkan perannya untuk melakukan infiltrasi dan perkolasi di
dalam lapisan tanah sehingga mampu menambah persediaan air tanah.
110

Kemampuan yang tinggi dalam infiltrasi dan perkolasi ini juga sangat penting
dalam upaya pengendalian banjir di wilayah hilir yang berasal dari wilayah hulu.
Hal demikian penting artinya mengingat bahwa kondisi curah hujan di wilayah
DAS Ciliwung Hulu lebih dari 3.000 mm/th (curah hujan tahun 1995 s/d 2009
mencapai 2.797-3.748 mm/th). Hal ini memberikan pilihan berupa ancaman
banjir bagi wilayah hilir. sekaligus peluang untuk menambah persediaan air tanah
bagi suplai air yang berupa dari aliran bawah tanah (subsurface run-off). Semakin
tinggi ketersediaan air tanah maka diharapkan mampu memberikan pasokan aliran
bawah tanah sehingga debit air sungai dapat dijaga menjadi lebih stabil dan tidak
besar perbedaan debitnya antara aliran pada musim hujan dengan aliran sungai
pada musim kemarau. Peta Penutupan Lahan tahun 2000, 2003, 2006 dan 2009
disajikan pada Lampiran 4.

Tabel 11 Penutupan lahan DAS Ciliwung Hulu tahun 1992-2009


No. Jenis
penutupan Luas (Ha)
lahan
1992 1995 2000 2001 2003 2006 2009
1 Hutan 6.184,73 5.834.04 5.611,13 4.436,50 4.467,46 4.391,13 4.318,17
% 41,62 39,26 37,76 29,86 30,06 29,55 29,06
2 Semak Belukar 1.284,47 827,49 574,25 404,67 336,63 106,35 118,73
% 8,64 5,57 3,86 2,72 2,27 0,72 0,80
3 Perkebunan 2.218,60 1.954,09 1.992,74 2.841,03 2.786,79 1.902,08 1.910,15
% 14,93 13,15 13,41 19,12 18,75 12,80 12,85
4 Lahan Terbuka 326,98 129,24 85,89 250,09 341,75 220,53 240,31
% 2,20 0,87 0,58 1,68 2,30 1,48 2,20
5 Permukiman 588,46 849,99 1.261,62 1.485,93 1.820,18 2.997,26 3.356,73
% 3,96 5,72 8,49 10,00 12,25 20,17 22,59
6 Sawah 297,20 710,31 499,15 815,06 788,96 546,83 550,26
% 2,00 4,78 3,36 5,48 5,31 3,68 3,70
7 Semak/Rumput 987,31 1.113,11 1.080,76 990,96 288,54 540,18 480,12
% 6,64 7,49 7,27 6,67 1,94 3,64 3,23
8 Tegalan 2.972,25 3.441,73 3.754,46 3.635,77 4.029,67 4.155,64 3.884,99
% 20,00 23,16 25,27 24,47 27,12 27,97 26,14
Jumlah 14.860,00 14.860,00 14.860,00 14.860,00 14.860,00 14.860,00 14.860,00
Sumber :
1. Hutapea. T. 2005.
2. BPDAS Citarum-Ciliwung 2010.
3. Badan Planologi Kehutanan 2011 (diolah)
111

4.2.7 Pemanfaatan Lahan


DAS Ciliwung Bagian Hulu seluas 14.860 ha, pemanfaatan lahannya
berupa kawasan hutan seluas 4.274 ha (konservasi Cagar Alam/CA dan Taman
Wisata/TW Telaga Warna 368 ha, kawasan konservasi Taman Nasional Gn. Gede
Pangrango 1.869 ha, dan kawasan hutan produksi dan hutan lindung yang dikelola
Perum Perhutani seluas 2.037 ha, perkebunan teh 2.979 ha (PTPN VIII Gunung
Mas seluas 2.417 ha dan PT Teh Ciliwung / PT Sumber Sari Bumi Pakuan (PT
SSBP) seluas 562 ha), dan eks perkebunan teh seluas 379 ha (eks HGU-PT
Buana Estate 119 ha dan eks-PT SSBP 260 ha), dan lahan milik seluas + 7.228
ha. Berdasarkan Tabel 11, dari areal perkebunan seluas 2.979 ha tersebut hanya
seluas 1.910 ha (64,11%) berupa tanaman perkebunan sehingga lahan sisa
diantaranya jalan, fasilitas umum dan lahan terbengkalai yang digarap dan
diduduki oleh masyarakat secara illegal. Diantara areal perkebunan yang digarap
masyarakat tersebut juga sudah didirikan bangunan permukiman atau rumah
peristirahatan.
Kawasan konservasi seluas 4.274 ha tersebut dikelola oleh Balai Besar
Taman Nasional Gunung Gede-Pangrango dan Balai Besar Konservasi
Sumberdaya Alam Jawa Barat, sedangkan hutan produksi dan hutan lindung
dikelola oleh Perum Perhutani Unit III Jawa Barat. Rincian pemanfaatan lahan
DAS Ciliwung Hulu disajikan pada Tabel 12 dan secara spasial dapat dilihat
peruntukannya sebagaimana peta Lampiran 5.
Lahan yang dikelola masyarakat seluas + 7.607 ha berasal dari lahan
milik seluas 7.228 ha dan lahan eks perkebunan teh seluas 379 ha. Dari luasan
7.607 ha lahan tersebut, lahan yang dapat dibudidayakan oleh masyarakat seluas
4.637 ha (60,96%) dipergunakan untuk kegiatan budidaya pertanian 3.221 ha
(42,34%), peternakan 56 ha (0,01%), perikanan 48 ha (0,01%), dan lahan
pekarangan 1.312 ha (17,24%). Lahan sisa seluas 2.970 ha (39,04%) berupa
lahan tidur (gontai) dan lahan kiri-kanan sungai / anak sungai yang pada
umumnya dengan topografi curam s/d sangat curam. Lahan dengan topografi
berat ini tersebar di sepanjang alur dan anak sungai Ciliwung Bagian Hulu (BP3K
2010).
112

Tabel 12 Pemanfaatan kawasan DAS Ciliwung Hulu

No. Pemanfaatan Lahan Luas %


1 Kawasan Hutan 4.274 ha 28,76
- CA dan TW Telaga Warna : 368 ha
- TN Gn. Gede Pangrango : 1.869 ha
- Hutan Perum Perhutani : 2.037 ha
2 Kawasan Perkebunan 2.979 ha 20,05
- PT Gunung Mas : 2.417 ha
- PT SSBP (PT Ciliwung) : 562 ha
3 Eks Perkebunan 379 ha 2,55
- PT Buana Estate 119 ha
- Eks-PT SSBP 260 ha
4 Lahan Milik 7.228 ha 48,64
Luas DAS Ciliwung Hulu 14.860 ha 100,00
Sumber : Bogor Dalam Angka 2007-2009. BLH Kabupaten Bogor 2010.
BP3K Wilayah Ciawi 2011 (diolah)

Lahan dengan kemiringan curam s/d sangat curam (kemiringan di atas 100%)
menurut kebiasaan masyarakat setempat dialokasikan untuk zona perlindungan
setempat (perlindungan sumber air dan penahan longsor) dan biasanya ditumbuhi
atau ditanami dengan jenis bambu-bambuan, pepohonan Albizzia, pete, kayu
afrika, mindi, jengkol dan tanaman buah2an lainnya. Tegakan bambu-bambu ini
dapat dipetik hasilnya untuk bahan pembuatan rumah, pembuatan pagar, kandang
hewan, bahan pembuatan perabot rumah tangga, pembuatan ajir tanaman
budidaya, tiang penyangga tanaman menjalar (kacang panjang, labu siam dll.),
dan sebagian dapat diperjualbelikan.

4.2.8 Produksi Budidaya Pertanian dan Perkebunan

Sumberdaya lahan di DAS Ciliwung Hulu tergolong subur dan didukung


oleh kelimpahan sumberdaya air permukaan, tingginya aksesibilitas jalan,
kemudahan akses input saprotan serta luasnya wilayah dan jaringan pemasaran,
telah mendorong masyarakat untuk melakukan aktivitas budidaya pertanian
113

berupa budidaya tanaman pangan, bunga hias, sayur mayur, buah-buahan,


perikanan, peternakan, dan aktivitas budidaya produktif lainnya. Budidaya
pertanian tanaman pangan diantaranya padi, jagung, ketela rambat, ubi kayu, ubi
jalar, dan tanaman pangan lainnya.

Produktivitas tanaman per musim untuk tanaman pangan padi mencapai


5,5 ton/ha, ubi jalar 13 ton/ha, singkong 19 ton/ha, jagung 4 ton/ha, kacang tanah
1,25 ton/ha. Sayur-sayuran yang dibudidayakan oleh masyarakat petani dan
dengan orientasi pasar lokal maupun pasar regional diantaranya bawang daun,
kentang, kubis, petsai/sawi, wortel, kacang panjang, cabe, tomat, buncis,
mentimun, labu siam, kangkung, bayam, dan kacang merah. Produktivitas sayur-
sayuran di DAS Ciliwung Hulu dan Bogor umumnya disajikan pada Tabel 13.

Tabel 13 Rata-rata produktivitas tanaman sayur-sayuran di Kab. Bogor tahun


2008 (dalam ton/ha/musim)

Jenis Tanaman
No. 2006 2007 2008
Sayuran
1 Bawang Daun 7,82 7,28 7,76
2 Kentang 26,38 17,50 15,88
3 Kubis 24,32 25,70 22,94
4 Petsai/sawi 9,15 10,18 8,65
5 Wortel 13,90 12,97 15,10
6 Kacang Panjang 10,47 10,29 10,00
7 Cabe 7,30 8,82 8,62
8 Tomat 16,03 14,36 16,92
9 Buncis 8,81 9,36 8,47
10 Mentimun 17,04 14,30 14,78
11 Labu Siam 12,38 14,54 14,94
12 Kangkung 5,56 5,66 9,28
13 Bayam 6,18 6,44 7,37
14 Kacang Merah 2,26 2,26 2,24
Sumber : Bogor Dalam Angka 2009.
114

4.2.9 Pemanfaatan Jasa Wisata

Wilayah DAS Ciliwung Hulu, dalam aktivitas wisata biasa disebut dengan
wilayah Puncak atau Puncak Pass karena di wilayah tersebut terdapat puncak
perbukitan yang membelah wilayah Kabupaten Bogor dan Kabupaten Cianjur.
Kawasan DAS Ciliwung Hulu atau wilayah Puncak memiliki daya tarik
wisatawan yang tinggi diantaranya udara sejuk pegunungan, view perkebunan teh,
view perbukitan Gunung Salak dan Gunung Gede Pangrango, serta obyek wisata
buatan menarik lainnya. Potensi wisata alami dan wisata buatan ini (man made)
menjadi keunggulan komparatif bagi aktivitas wisata di wilayah Jakarta, Bogor,
Depok, Tangerang, Bekasi, dan Cianjur (Jabodetabekjur). Umumnya aktivitas
wisata ini telah berkembang mulai tahun 1980-an dan hingga saat ini semakin
tidak terkendali pertumbuhannya.

Obyek wisata andalan di wilayah ini sebanyak 12 obyek terdiri dari 10


obyek wisata alam yaitu Telaga Warna, Taman Wisata Riung Gunung, Curug
Cilember, Taman Wilrimba, TW Citamiang, Curug Kembar-Batulayang,
Wanawisata Pulau Cangkir, Curug Cisuren, Wisata Agro Gunung Mas, dan 2
obyek wisata buatan yaitu Taman Wisata Safari dan Taman Wisata Matahari.
Jumlah pengunjung tahun 2008 mencapai 1.257.443 orang (wisatawan nusantara
1.243.314 orang dan wisatawan mancanegara 14.129 orang) atau mencapai
56,39% dari kunjungan wisata di Kabupaten Bogor 2.230.010 orang. Kunjungan
wisatawan di DAS Ciliwung Hulu disajikan pada Tabel 14.
Memperhatikan perkembangan kegiatan wisata tersebut maka membawa
konsekuensi pada kondisi kemacetan lalu lintas terutama pada hari libur nasional.
Menjelang dan setelah hari libur pada hari Jumat sore, Sabtu dan Minggu maka
keadaan lalu lintas dari dan ke wilayah Puncak kondisinya sangat macet. Maka
sistem pengaturan lalu lintas kemudian diatur dengan sistem buka tutup jalur yaitu
satu jalur yang dibuka. Hal ini memperlihatkan bahwa daya dukung transportasi
sudah tidak mampu untuk mendukung aktivitas wisata di wilayah DAS Ciliwung
Hulu tersebut.
115

Tabel 14 Kunjungan wisatawan di DAS Ciliwung Hulu

Jenis Wisatawan Jumlah


Nama Obyek Wisata Keca-matan (orang) wisatawan
No
Nusantara Manca
negara (orang)
1 Taman Safari Indonesia Cisarua 613.791 7.463 621.254
Taman Wisata Matahari Cisarua 110.504 0 110.504
2 TW Telaga Warna Cisarua 14.088 505
3 Wisata Agro Gunung Cisarua 265.139 2.067 267.206
Mas
4 TW Riung Gunung Cisarua 18.290 30 18.320
5 Wanawisata Curug Cisarua 124.362 4.050 128.412
Cilember
6 Taman Welrimba Cisarua 60.000 10 60.010
7 Wanawisata Cimameang Cisarua 5.718 4 5.722
8 Wanawisata Pulo Cisarua 11.731 0 11.731
Cangkir
9 Curug Cisarua 1.662 0 1.662
Kembar/Batulayang
10 Curug Cisuren Cisarua 1.485 0 1.485
12 Curug Panjang Megamendung 16.544 0 16.544
Jumlah 1.243.314 14.129 1.257.443
Sumber : Bogor Dalam Angka 2009.

4.2.10 Tata Air Sungai Ciliwung Hulu

Kondisi hidrologi DAS Ciliwung Hulu ditunjukkan oleh parameter


kuantitas air dan kualitas air pada Sungai Ciliwung bagian hulu. Periode 1996-
2009, debit andalan Sungai Ciliwung Hulu menunjukkan peningkatan dari 4,68
m3/detik pada tahun 1996 menjadi 78,47 m3/detik tahun 2009. Keadaan tahun
1989-2009, debit air maksimum Sungai Ciliwung Bagian Hulu rata-rata sebesar
322,08 m3/detik. Tahun 1994-2001, debit air maksimum mencapai 743,33
m3/detik pada tahun 1996 dan 651,75 m3/detik pada tahun 1998. Pada tahun
1998 tersebut merupakan nilai KRS mencapai 534,22.

Pada selang 2001-2009, debit air maksimum terjadi pada tahun 2002
sebesar 525,53 detik dan tahun 2009 sebesar 451,47 m3/detik. Namun demikian
nilai KRS tertinggi terjadi pada tahun 2007 sebesar 217,69 m3/detik. Hal ini
116

menunjukkan selama 20 tahun terakhir bahwa kondisi biofisik DAS Ciliwung


mengalami perubahan yang tajam sehingga mengakibatkan debit air sungai
Ciliwung Hulu sangat fluktuatif. Memperhatikan nilai KRS selama 20 tahun
maka terlihat bahwa nilai KRS rata-rata sebesar 151,64. Nilai KRS lebih besar
dari nilai 100 maka menunjukkan bahwa DAS Ciliwung Hulu dalam kondisi
buruk. Kondisi DAS pada tahun 2009, dengan nilai KRS sebesar 61,93
menunjukkan bahwa DAS Ciliwung Hulu dalam kondisi sedang. Debit air Sungai
Ciliwung pada 1989-2009 dapat dilihat pada Tabel 15.

Tabel 15 Debit air Sungai Ciliwung tahun 1989 -2009


Besarnya debit (m3/det) Waktu Kejadian
No. Tahun KRS Q andalan debit
Maks. Min. (Q Maks /Q Min ) (m3/detik) maksimum

1 1989 144,38 2,74 52,69 tad*)


2 1990 131,47 4,76 27,62 tad*)
3 1991 211,25 2,26 93,47 tad*)
4 1992 378,68 2,18 173,71 tad*)
5 1993 343,2 5,71 60,11 tad*)
6 1994 378,68 1,86 203,59 tad*)
7 1995 411,67 1,71 240,74 tad*)
8 1996 743,33 3,05 243,71 4,68
9 1997 244,2 1,22 200,16 15,38
10 1998 651,75 1,22 534,22 17,89
11 1999 610,5 1,71 357,02 18,98
12 2000 525,53 1,71 307,33 11,71
13 2001 411,68 3,46 118,98 22,12
14 2002 525,53 6,75 77,86 22,83
15 2004 21,14 1,23 17,19 26,73 19/02/2004
16 2005 26,08 1,42 18,87 29,20 18/01/2005
17 2006 44,74 3,13 14,29 38,68 09/02/2006
18 2007 132,79 0,61 217,69 42,11 03/02/2007
19 2008 52,84 4,56 11,59 75,00 18-19/03/2008
20 2009 451,47 7,29 61,93 78,47 13/01/2009
Rata-rata 322,08 2,93 151,64 35,20
Sumber :
Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Bogor 2002, 2) Balai Pendayagunaan Sumberdaya
Air Wilayah Sungai Ciliwung-Cisadane 2010.
Keterangan *) tad = tidak ada data.

Debit maksimum selama 1989 s/d 2009 mencapai maksimum pada tahun
1996 sebesar 743,33 m3/detik dan terendah terjadi pada tahun 2005 sebesar 26,08
m3/detik. Debit minimum tertinggi berlangsung pada tahun 2009 sebesar 7,29
117

m3/detik dan terendah pada tahun 2007 sebesar 0,61 m3/detik. Hal ini
menunjukkan bahwa selama 20 tahun, debit puncak telah mengalami fluktuasi
yang sangat tajam yaitu pada musim hujan debit maksimum air sungai Ciliwung
Hulu tahun 1996 melebihi dari debit maksimum rata-rata dan pada musim
kemarau debit air hampir mencapai nilai nol pada tahun 2007.

Pada selang tahun 1996-1997 Sungai Ciliwung mengalami penurunan


debit aliran secara tajam dari 743,33 m3/detik menjadi 244,42 m3/detik dan pada
kemudian kembali meningkat pada tahun 1998 menjadi 651,75 m3/detik.
Kemudian selama 5 tahun terakhir 2004-2008, wilayah DAS Ciliwung Hulu
mengalami penurunan debit air yaitu nilai debit air puncak mencapai 21,14
m3/detik dan stabil 52,84 m3/detik hingga pada tahun 2009 meningkat secara
tajam menjadi 451,47 m3. Fluktuasi debit air maksimum sungai dan KRS Sungai
Ciliwung tahun 1989-2009 dapat disajikan pada Gambar 15.

800

700
Besarnya debit (m3/det)

600

500

400

300

200

100

0
1989 1991 1993 1995 1997 1999 2001 2004 2006 2008
Tahun
Besarnya debit (m3/det) Maksimum Q Maks/Min (KRS)

Gambar 15 Debit maksimum dan koefisien regime sungai (KRS)


Ciliwung Hulu tahun 1989-2009
118

4.2.11 Kualitas Air Sungai Ciliwung Hulu

Berdasarkan Laporan Status Lingkungan Hidup Kabupaten Bogor (2010)


bahwa kualitas air Sungai Ciliwung Hulu telah mengalami penurunan. Kualitas
Air Sungai Ciliwung Hulu diperoleh data pengamatan terhadap paremeter fisik,
kimia, dan mirkobiologi. Parameter fisik dan mikrobiologi air umumnya normal,
sedangkan parameter kimia air telah melebihi ambang batas yaitu parameter BOD
13-23 mg/liter (telah melampaui kualitas Baku Mutu I s/d IV) dan COD 132-157
mg/liter (telah melampaui Baku Mutu I dan II). Kandungan colliform telah
mencapai 1.700-8.000 mg/liter (telah melampaui Baku Mutu I dan II). Kondisi
demikian menempatkan kualitas air di Sungai Ciliwung Hulu termasuk kedalam
kualitas air di bawah Kelas I dan II. Standar Air di bawah I dan II artinya air
sungai Ciliwung sudah tercemar berat dan tidak layak kalau langsung digunakan
untuk pasokan air minum sehingga hanya layak untuk kegiatan pertanian dan
perikanan. Air tersebut memerlukan perlakuan (treatment) aerasi jika akan
digunakan untuk air minum.
Keadaan ini tidak terlepas dari tingginya laju permukiman dan aktivitas
masyarakat dan intensitas aktivitas pertanian dan permukiman di wilayah hulu.
Perkembangan permukiman dan berkembangnya kegiatan wisata di wilayah hulu
telah memberikan tambahan volume sampah organik padat dan cair yang dibuang
/ dialirkan ke dalam badan air Sungai Ciliwung. Aktivitas masyarakat Kegiatan
pertanian untuk budidaya pertanian tanaman pangan dan hortikultura telah
berjalan sangat intensif. Penggunaan pupuk kimia yang terlampau tinggi dan
pemakaian pestisida (herbisida, insektisida, dan fungisida/algaesida) untuk
meningkatkan produksi dan kualitas sayuran. Penggunaan pupuk kimia di wilayah
hulu tidak menggunakan sesuai dosis yang disarankan. Kuantitas produksi sesuai
permintaan pasar telah mengakibatkan petani menggunakan pupuk kimia melebihi
yang disarankan, disamping itu penggunaan herbisida dan insektisida dalam
budidaya hortikultura (sayur dan buah-buahan) telah memberikan andil yang
cukup besar terhadap pencemaran air dan tanah. Kualitas air Sungai Ciliwung
disajikan pada Tabel 16.
119

Tabel 16 Kualitas air Sungai Ciliwung Hulu tahun 2002, 2009 dan 2010
(pengamatan di 6 titik yaitu Katulampa, Gadog, Cilember, Ciburial,
Cisampai, Atta’awun)

No. Parameter Kualitas air*) Kondisi (pos pengamatan)


kualitas air I II III IV 2002*1) 2008*2) 2009*2)
Parameter Fisika
1 Residu terlarut 1000 1000 1000 2000 80- 51-59,25 58-132 (82-
(TDS) mg/l. 1.250 Katulampa), 132-
Gadog, 58-Atta’awun)
2 Residu 50 50 400 400 td 8-39,50 8-12 (12-Katulampa),
tersuspensi 8-Gadog, 8-
(TSS) mg/l Atta’awun).
3 Kekeruhan - - 5-9 6-27,50 19-22 (22-Katulampa,
21-Gadog, 19-
Atta’awun)
Parameter Kimia
1 pH 6-9 6-9 6-9 5-9 6,1-7,28 6,4 -7,19 6,7-7,1 (6,8-
Katulampa, 6,7-
Gadog, 7,1-
Atta’awun).
2 BOD (mg/l) 2 3 6 12 1,6- td 13-23
80,7* 3) (23-Katulampa, 16-
Gadog, 13-Atta’awun).
3 DO (mg/l) 6 4 3 0 6-8 6-9,96 6,5-7 (7-Katulampa
dan Gadog, 6,5-
Atta’awun)
4 COD (mg/lt) 10 25 50 100 7,46- 132-157 30-47 (47-Katulampa,
4 42- Gadog), 30-
120,5* )
Atta’awun)
Parameter Biologi
1 Fecal coliform 100 1000 2000 2000
(jumlah/100ml)
2 Total coliform 1.000 5.000 10.000 10.000 110- 200- 1.700-8.100 (8.100-
(jumlah/100 ml) 120,5 34.100 Gadog. 1.700 -
Katulampa. 2.100 -
Atta’awun)
Sumber : BLH Kabupaten Bogor (2010)
Keterangan :
*) PP 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air
*1) Taufik et al. dalam Dewi (2010)
*2) Badan Lingkungan Hidup Kab. Bogor (2010)
* 3 ) Tercemar berat
*4) Tercemar sedang.

Perkembangan permukiman dan aktivitas massal wisata di wilayah hulu


termasuk pembangunan vila dan aktivitas perhotelan di wilayah hulu telah
120

memberikan peningkatan kadar total coliform di dalam air (1.700 – 8.100 mg/liter
<10.000 mg/liter untuk Baku Mutu Kelas III) yang berbahaya bagi kesehatan.
Kualitas air Sungai Ciliwung pada tahun 2009 dengan pengamatan di Bendung
Katulampa tergolong tercemar berat. Unsur terberat yang mengakibatkan
pencemaran ini adalah kandungan BOD yang melebihi ambang batas normal (23
mg/lt) di atas kelas IV. Kandungan BOD yang tinggi ini diakibatkan oleh
meningkatnya limbah buangan rumah tangga yang berasal dari permukiman,
restoran dan limbah rumah tangga lainnya. Aktivitas ekonomi dan sosial yang
menghasilkan limbah, semuanya dibuang ke badan air Sungai Ciliwung tanpa ada
perlakuan terlebih dahulu (treatment limbah). Perkembangan permukiman di
sekitar Sungai Ciliwung semakin padat dan tidak terbendung lagi karena memang
lahan tersebut yang masih tersisa bagi masyarakat lokal, sedang lahan sisanya
sudah berpindah kepemilikan atau terbagi diantara ahli waris. Kondisi yang
mendorong demikian adalah wilayah hulu DAS Ciliwung merupakan wilayah
dengan aktivitas wisata yang tergolong over capacity. Hal ini dapat dilihat dari
kunjungan wisata terutama pada hari-hari libur dengan kondisi lalu-lintas yang
sangat padat. Hari biasa jalur Ciawi-Puncak dapat dicapai dalam 30 menit, maka
pada hari-hari libur dapat dicapai dalam 5-6 jam atau lebih. Kadar COD belum
begitu tinggi, tetapi sudah mulai kelihatan meningkatnya kandungan COD
tersebut, sehingga dari sekarang perlu dilakukan pengendaliannya.

4.2.12 Kualitas Sumberdaya Lahan


Kualitas sumberdaya lahan dapat didekati melalui tingkat degradasi yang
berlangsung. Tingkat degradasi lahan dihitung dengan tingkat erosi lahan,
semakin tinggi erosi yang terjadi maka akan berpengaruh terhadap produktivitas
lahan secara keseluruhan. Penelitian Zubaidah (2004) menunjukkan bahwa DAS
Ciliwung Hulu mempunyai tingkat sedimentasi pada lahan dengan aktivitas
penggunaan lahan hutan sebesar 0,938 ton/ha/th, penggunaan lahan perkebunan
2,21 ton/ha/th dan penggunaan lahan tegalan 63,68 ton/ha/th. Sedangkan tingkat
erosi untuk penggunaan lahan hutan 4,57 ton/ha/th, penggunaan lahan perkebunan
52,739 ton/ha/th, dan penggunaan lahan tegalan 509,714 ton/ha/th. Nilai ini
121

sudah termasuk ke dalam erosi berat yaitu telah melampaui nilai erosi yang
ditoleransi yaitu 20-43 ton /ha/th (Sinukaban 2007).

Qodariah et al. (2004) menunjukkan bahwa DAS Ciliwung Hulu telah


mengalami degradasi lahan yang sangat tinggi yaitu dengan tingkat erosi tahun
2001 mencapai 44 ton/ha/bulan dan tahun 2002 mencapai 74,7 ton/ha/bulan.
Sedangkan data BRLKT Citarum-Ciliwung menunjukkan tingkat erosi antara
160,32 -334 ton/ha/th. Laju sedimentasi berlangsung di Sungai Ciliwung Hulu
tahun 2001 mencapai 19,70 ton/ha/th dan tahun 2002 mencapai 36,96 ton/ha/th.
Penurunan kualitas sumberdaya lahan dapat dilihat dari luasan lahan kritis
yang tersebar di wilayah DAS Ciliwung Hulu. Kondisi ini menggambarkan
bahwa DAS Ciliwung Hulu memerlukan upaya rehabilitasi dan konservasi lahan
guna meningkatkan fungsinya sebagai lahan pertanian produktif dan sebagai
wilayah resapan bagi wilayah hilir. Kondisi tahun 2005, luas lahan kritis meliputi
lahan agak kritis, kritis s/d sangat kritis) seluas 865,17 ha, tahun 2008 mengalami
peningkatan menjadi 908,90 ha dan kemudian pada tahun 2009 berkurang
menjadi 371,26 ha. Perkembangan lahan kritis disajikan pada Tabel 17.

Tabel 17 Lahan kritis di DAS Ciliwung Hulu tahun 2005-2009


No. Tingkat 2005 2008 2009
Kekritisan Ha % ha % ha %
Lahan

1 Tidak kritis 13.766,29 92,64 13.782,29 92,75 14.117,48 95,00


2 Potensial kritis 228,54 1,54 168,81 1,14 371,26 2,50
3 Agak kritis 227,55 1,53 60,90 0,41 213,92 1,44
4 Kritis 382,25 2,57 848,00 5,71 157,34 1,06
5 Sangat Kritis 255,37 1,72 - - - 0,00
Luas DAS 14.860,00 100,00 14.860,00 100,00 14.860,00 100,00
Jumlah 3s/d 5 865,17 5,82 908,90 7,25 371,26 2,50
Sumber : Status Lingkungan Hidup Kabupaten Bogor (2010).
122

4.3 Sosial Ekonomi Masyarakat


4.3.1 Penduduk

Penduduk di DAS Ciliwung Hulu dan kondisi penduduk di 3 kecamatan


Kecamatan Ciawi, Cisarua dan Megamendung disajikan pada Tabel 18.

Tabel 18 Pertumbuhan penduduk DAS Ciliwung Hulu tahun 1997 s/d 2008

No. Tahun DAS Ciliwung Hulu Kab. Bogor Kecamatan Ciawi,


Megamendung, Cisarua
Jumlah Kepadatan Laju Rata-rata Jumlah Laju
penduduk penduduk *) Pertumbuhan penduduk Penduduk Pertumbuhan*)
(jiwa) (jiwa/ha) Penduduk*) per KK*) (jiwa) (%)
(% / tahun)

1 1997 188.670 12,70 - 4,67 220.409 -


2 1998 190.594 12,83 1,02 Td 220.430 0,01
3 1999 196.015 13,19 2,84 Td 222.088 0,75
4 2000 200.955 13,52 2,52 4,79 228.746 3,00
5 2001 202.623 13,64 0,83 Td 230.182 0,63
6 2002 208.849 14,05 3,07 4,76 234.911 2,05
7 2003 210.834 14,19 0,95 4,01 236.116 0,51
8 2004 222.212 14,95 5,40 Td 244.727 3,65
9 2005 236.705 15,93 6,52 Td 268.819 9,84
10 2006 249.199 16,77 5,28 4,17 291.258 8,35
11 2007 254.446 17,12 2,61 4,18 293.379 0,73
12 2008 260.180 17,51 3,68 4,20 293.560 0,62
13 2009 295.315 0,60
Rata- 2,98 4,43 2,74
rata
Sumber : - BPS Kabupaten Bogor 2009-2010; Dewi 2010 Bapeda Kab. Bogor.
2009; dan (*) hasil perhitungan.
Berdasarkan data tahun 2000, jumlah penduduk di DAS Ciliwung Hulu berjumlah
200.955 jiwa atau mengalami peningkatan sebesar 2,54%; sedangkan pada tahun
2008 sebanyak 260.180 jiwa dengan laju pertumbuhan yang tinggi yaitu 3,68%
dan dengan rata-rata 4,20 jiwa per-KK. Selama 10 tahun terakhir (1998 s/d 2008)
laju pertumbuhan penduduk tertinggi di DAS Ciliwung hulu terjadi pada 3 tahun
123

berturut-turut yaitu tahun 2004 s/d 2006 yaitu antara 5,28-6,52% per tahun,
sedangkan pada pada periode tahun tersebut untuk wilayah Kecamatan Ciawi,
Megamendung, dan Cisarua dengan laju pertumbuhan yang lebih besar yaitu
antara 3,65 -9,84% per tahun atau dengan rata-rata pertumbuhan penduduk selama
10 tahun terakhir sebesar 2,74%.

4.3.2 Mata Pencaharian

Mata pencaharian penduduk di DAS Ciliwung Hulu dikelompokkan ke


dalam 7 sektor ekonomi yaitu sektor pertanian, industri, perdagangan, hotel dan
restoran, angkutan, jasa-jasa, konstruksi dan profesi lainnya (PNS, ABRI, POLRI,
dll.). Sektor yang mendominasi di Ciliwung Hulu adalah sektor pertanian,
perdagangan, hotel dan restoran, dan sektor jasa. Perkembangan mata pencaharian
penduduk selama tahun 2000-2006, pada sektor pertanian mengalami penurunan
dari 16.406 (26,69%) menjadi 3.937 jiwa (5,78%), sedangkan di kedua sektor
yang mengalami peningkatan tajam adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran
dari 20,04% (2000) menjadi 41,26% (2006) dan sektor jasa dari 38,35% (2000)
menjadi 47,06% (2006), dan sektor lainnya perkembangannya relatif normal.
Rincian mata pencaharian disajikan pada Tabel 19 berikut.

Tabel 19 Mata pencaharian penduduk di DAS Ciliwung Hulu Tahun 2000 dan 2006

2000 2006
No. Mata Pencaharian KK % KK %
1 Pertanian 16.406 26,69 3.937 5,78
2 Industri 1.580 2,57 434 0,64
Perdagangan. hotel
3 dan restoran 12.317 20,04 28.090 41,26
4 Angkutan 2.527 4,11 tad tad
5 Jasa-jasa 23.570 38,35 32.027 47,06
6 Konstruksi 1.554 5,71 3.582 5,26
7 Lainnya 3.507 5,71 3.582 5,26
Jumlah 61.461 100,00 68.070 100,00
Sumber : Kecamatan Ciawi. Megamendung. dan Cisarua dalam Angka 2001 dan 2007;
Dewi (2010). diolah
Keterangan : tad = tidak ada data.
124

4.3.3 Pendidikan

Tingkat pendidikan penduduk DAS Ciliwung Hulu yang telah memasuki


usia sekolah ( di atas 7 tahun ke atas), terlihat telah mengalami perkembangan
yang relatif lebih baik. Dari dua seri data tahun 2000 dan 2006, jumlah penduduk
dengan tingkat pendidikan SD dan tidak tamat SD telah mengalami penurunan
jumlahnya dari 123.487 jiwa (70,68%) tahun 2000 menjadi 130.997 (5,65%) pada
tahun 2006. Sedangkan pada tingkat pendidikan SLTP, SLTA, dan Tingkat
Akademi / Perguruan Tinggi telah mengalami kenaikan. Tingkat pendidikan
penduduk dengan tingkat pendidikan SLTP dan SLTA yaitu sebesar 66.779 jiwa
(32,07%), sedangkan tingkat akademi / perguruan tinggi masih sangat kecil yaitu
5,07%. Hal ini terlihat bahwa penduduk di wilayah Ciliwung Hulu masih
didominasi masyarakat dengan pendidikan Sekolah Dasar (SD), kemudian disusul
SMP dan SLTA. Perkembangan tingkat pendidikan penduduk disajikan pada Tabel 20.

Tabel 20 Tingkat Pendidikan Penduduk Ciliwung Hulu Tahun 2000 dan 2006

No. Tingkat Pendidikan Tahun 2000 Tahun 2006


Jumlah % Jumlah %

1 Tidak tamat SD / sederajat 56.051 32,08 11.767 5,65

2 Tamat SD 67.436 38,60 119.230 57,21

3 Tamat SLTP 29.847 17,08 34.367 16,49

4 Tamat SLTA 19.609 11,22 32.412 15,58

5 Tamat Akademi / Perguruan 1.757 1,01 10.567 5,07


Tinggi

174.700 100,00 208.393 100,00

Sumber :
- Kecamatan Ciawi. Megamendung dan Cisarua Dalam Angka 2001; Dinas
Kependudukan Kabupaten Bogor (2007). Dewi (2010). data diolah
125

4.4 Organisasi DAS Ciliwung Hulu

4.4.1 Organisasi Pemerintah

Organisasi pemerintah yang erat kaitannya dengan pengelolaan DAS


dirinci berdasarkan besarnya peran dan pengaruh langsung penataan ruang, lahan,
air, tutupan lahan (hutan dan non hutan), serta berpengaruh terhadap kualitas
sumberdaya alam. Organisasi pemerintah pusat, provinsi, kabupaten dan lokal
yang berperan dalam pengelolaan DAS Ciliwung Hulu disajikan pada Tabel 21.

Tabel 21 Organisasi pemerintah yang berperan besar dalam pengelolaan DAS


Ciliwung Hulu
No. Nama organisasi pemerintah Peran di dalam DAS Ciliwung
I Nasional
1 Departemen Pekerajaan Umum Kebijakan dan Perencanaan Tata Ruang
Sumberdaya Air dan konservasi SDAir.
2 Departemen Pertanian Pengelolaan lahan pertanian
3 Departemen Kehutanan Pengelolaan Hutan, rehabilitasi hutan
dan lahan
II Provinsi
1 Pemprov Jawa Barat Kriteria dan standar lokasi teknis
penataan ruang di kawasan Puncak.
2 Balai Besar Pengelolaan Sungai Pembangunan dan Pemeliharaan
Ciliwung-Citarum Bangunan Air.
3 Dinas Pendayagunaan Pendayagunaan sumberdaya air Sungai
Sumberdaya Air Ciliwung
III Kabupaten
1 Bappeda Koordinasi pembangunan di daerah
2 Dinas Tata Ruang dan Pertanahan Penataan Tata Ruang dan pertanahan
3 Dinas Pertanian dan Kehutanan Pengelolaan lahan pertanian, monitoring
dan evaluasi kegiatan perkebunan,
hortikultura dan perikanan.
4 Dinas Cipta Karya Pengelolaan Sampah.
5 Dinas Tata Bangunan dan Pengendalian perijinan pemanfaatan
Permukiman ruang untuk bangunan dan permukiman.
6 BPN Kab. Bogor Pengendalian lahan HGU dan eks-HGU.
7 BPDAS Ciliwung-Citarum Perencanaan dan Evaluasi Rehabilitasi
Hutan dan Lahan
8 Badan Lingkungan Hidup Pengendalian Kualitas Air, Udara, Tanah
dan Lingkungan Lainnya
9 Badan Penyuluhan Pertanian, Penyuluhan pembangunan, dan
Perkebunan, Perikanan dan pembentukan kelompok tani.
Kehutanan (BP4K)
9 Camat dan Kepala Desa Pelayanan umum masyarakat lokal.
126

4.4.2 Organisasi Petani


a. Pusat Penyuluhan Swadaya
Kelompok tani di wilayah DAS Ciliwung Hulu mencakup wilayah
Kecamatan Ciawi, Megamendung dan Cisarua antara lain kelompok pelatihan
pertanian dan perdesaaan swadaya (P4S), Sentra Penyuluhan Kehutanan Swadaya,
Kelompok / Gabungan Kelompok Tani, Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis,
Kelompok Wanita Tani, dan Kelompok Taruna Tani.
Pusat Penyuluhan Pertanian dan Perdesaan Swadaya (P4S) sebanyak 7
unit yang bergerak dalam bidang jamur tiram, sayuran, tanaman hias, budidaya
lele, konservasi tanah dan air, dan padi sawah. Beberapa lembaga ini (kelompok
tani mitra instansi pertanian dan kehutanan daerah maupun pusat) awalnya dirintis
sejak 1999 oleh almarhum Bp. Badri dari desa Tugu Utara Kecamatan Cisarua.
Data organisasi penyuluhan swadaya disajikan pada tabel berikut.

Tabel 22 Pusat pelatihan pertanian swadaya di DAS Ciliwung Hulu


No. Nama Alamat Tahun Nama Ketua Jenis Usaha
P4S/SPKP Berdiri Kelompok
1 Kaliwung Desa Tugu Utara 1999 Badri (Edi) Jamur Tiram
Kalimuncar Kec. Cisarua
2 Bunga Desa Citeko. Kec. 2005 Ukar S. Sayuran
wortel Cisarua dataran tinggi
3 Cijulang Desa Kopo. Kec. 2008 Basir D. Bibit tanaman
Asri Megamendung hutan
4 SPKP Desa Citeko Kec. 2007 Dadang Tanaman Hias
Cisarua
5 SPKP Desa Tugu Utara 2005 Badri (Edi) Konservasi
Kec. Cisarua tanah dan air.
6 Jaya Sentosa Desa Gadog 2008 Nasrudin Budidaya lele
Sangkuriang
7 Bina Desa Cileungsi 2000 Harun Padi sawah
Sejahtera Kec. Ciawi Alrasyid
Sumber : BP3K Wilayah Ciawi 2011
b. Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan)
Gabungan kelompok tani (gapoktan) merupakan gabungan dari beberapa
kelompok tani di wilayah Ciliwung Hulu yang merupakan binaan BP3K Wilayah
Ciawi yang mencakup Kecamatan Ciawi. Megamendung. dan Cisarua. Kondisi
gapoktan pada tahun 2010 terdapat sebanyak 19 gapoktan. Beberapa gapoktan
tersebut disajikan pada Tabel 23.
127

Tabel 23 Gapoktan di DAS Ciliwung Hulu

No. Nama Alamat Jumlah Tahun Nama Jenis usaha


gapoktan anggota berdiri ketua
poktan
1 Kaliwung Desa Tugu Utara 2 2009 Badri Jamur Tiram.
Kalimuncar Kec. Cisarua (Edi) konservasi tanah
dan air.
2 Bunga Desa Citeko Kec. 4 2007 Saeful Pemasaran
Wortel Cisarua Rahman sayuran.
permodalan
3 Sudi Mukti Desa Kopo 3 2007 Tatang S. Pemasaran
jagung. ikan lele
4 Wangsa Desa Cibeureum 2 2008 U. Pemeliharaan
Kencana Kec. Cisarua Syaeful sapi perah.
usaha tani
rumput gajah
5 Leuwimalang Desa Leuwimalang 2 2008 Rahmat Padi sawah.
Kec. Cisarua
6 Amanah Kel. Cisarua Kec. 2 2007 Jujun J. Pemasaran pasi.
Cisarua sarana produksi
pertanian.
7 Bina Karya Desa Sukakarya 4 Iwan S. Padi. palawija.
Kec. Megamendung sayuran. ternak
8 Flamboyan Desa Sukagalih 5 A. Sayuran
Kec. Megamendung Rahmat organik.
9 Tani Desa Sukamanah 3 Asep M. Padi. tanaman
Sejahtera Kec. Megamendung hias.
10 Tunas Tani Desa Sukaresmi. 2 Dede S. Padi. palawija.
Kec. Megamendung sayuran.
11 Harapan Desa Sukamahi 3 Muhtadin Padi. palawija.
Sugih Kec. Megamendung sayuran.
12 Jaya Sentosa Desa Gadog 2 2009 Nasrudin Padi. ikan
13 Tabir Desa Cipayung Kec. 2 Saad Padi sawah
Mandiri Megamendung
14 Berkah Tani Desa Kuta. Kec. 3 Nana Palawija. padi.
Megmendung sayuran. ternak.
15 Paseban Asri Desa Mgmendung. 3 2007 Hoerudin Tanaman hutan.
Kec. Mgmendung sayuran.
16 SKB Flora Desa Sukamaju. 4 2007 Jajang M. Tanaman hias.
Kec. Megamendung
17 Rukun Tani Desa Citapen Kec. 5 2008 Misbah Hortikultura.
Megamendung pasi. ternak.
palawija.
18 Bina Desa Cileungsi 5 Harun Padi. palawija.
Sejahtera Alrasyid ternak. ikan.
19 Sadar Tani Desa Bojong Murni 5 Jaka Hortikultura.
Kec. Ciawi padi. ternak.
palawija.
tanaman hutan.
Sumber : BP3K Wilayah Ciawi 2011.
128

c. Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis (LMKA)


Beberapa LMKA yang mengawali usaha simpan pinjam para petani di 3
kecamatan Ciawi, Megamendung, dan Cisarua sebanyak 5 unit dan baru terbentuk
satu tahun terakhir 2009. Modal usaha sebesar Rp. 50 juta s/d Rp. 115 juta,
dengan anggota sebanyak 60 s/d 100 orang. Data LMKA disajikan pada Tabel 24
berikut.

Tabel 24 Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis di DAS Ciliwung Hulu


No. Maka Alamat Jumlah Modal Tahun Jenis usaha Manajer
LMKA anggota usaha berdiri

Bunga Desa Citeko. 87 Rp. 115 2009 Kredit modal Ali


1 juta usaha.
Wortel Kec. Cisarua
2 SKB Desa 60 Rp. 50 Budidaya dan Jajang
Flora Sukamaju.Kec. juta pemasaran
Megamendung tanaman hias.
3 Rukun Kp. Pondoik 100 Rp.105 2009 Hortikultura. Cecep
Tani Menteng. Desa juta sayuran. padi.
Citapen. Kec. palawija.
Ciawi
4 Bina Kp. Ciherang. 100 Rp. 110 2009 Ternak sapi Usup
Sejahtera Desa Cileungsi. juta palawija.
Kec. Ciawi ikan.
5 Mekar Kp. Ciawi Desa 100 Rp. 100 2009 Tanaman
Jaya Ciawi Kec. juta hias. tanaman
Ciawi pangan
Sumber : BP3K Wilayah Ciawi 2011.

d. Kelompok Wanita Tani

Kelompok tani di DAS Ciliwung Hulu berjumlah 4 unit dengan kegiatan


berupa keterampilan industri rumah tangga berupa kerupuk wortel, kerupuk
jamur, budidaya ikan disajikan pada Tabel 25.
129

Tabel 25 Kelompok wanita tani


No. Nama Alamat Ketua Jumlah Tahun Jenis usaha
anggota dibentuk
1 Bunga Desa Tugu Utara Dahlia 15 2005 Kerupuk wortel,
Mawar kerupuk jamur.
2 KWT Kp. Jawa Desa Patimah 13 2008 Busidaya padi,
Asri Sukamaju, Kec. saprodi.
Megamendung
3 Mawar Kp. Rawadesek, Yati 13 2008 Budidaya ikan
Desa Mgamendung,
Kec. Megamendung
4 Umu Desa Cileungsi, Kec. Nurjim 20 2000 Budidaya ikan.
Khodijah Ciawi
Sumber : BP3K Wilayah Ciawi 2011

e. Kelompok Taruna Tani

Taruna tani yang terbentuk sejak 2005 di DAS Ciliwung Hulu sebanyak 4
unit dengan jumlah anggota 78 orang bergerak dalam kegiatan ternak kelinci,
pembibitan tanaman, ternak domba dan kelinci disajikan pada Tabel 26.

Tabel 26 Kelompok Taruna Tani

No. Nama Alamat Jumlah Ketua Tahun Jenis usaha


Kelompok anggota dibentuk bersama

1 Bongasna Desa Citeko. 15 Farid 2007 Ternak


Kec. Cisarua kelinci

2 Tunas Desa Tugu Utara 13 Ridwan 2007 Pembibitan


Kaliwung Kec. Cisarua Wijaya perkebunan.
ternak
domba.

3 Raksa Desa Sukamaju 25 Falahudin 2008 Pembibitan


Bumi Kec. padi.
Megamendung

4 Bina Desa Cileungsi 25 Harun A. 2005 Domba.


Sejahtera Kec. Ciawi kelinci. padi.
lele
Sumber : BP3K Wilayah Ciawi 2011 .
130

4.5 Simpulan

Kondisi biofisik wilayah dan sosial ekonomi masyarakat DAS Ciliwung


Hulu adalah sebagai berikut :

a. DAS Ciliwung Hulu merupakan dataran tinggi dengan variasi kelerengan


kemiringan kelerengan yang tinggi dan didominasi oleh lahan dengan
kemiringan bergelombang s/d sangat curam (>15%) dicirikan oleh sungai
pegunungan berarus deras pada musim hujan dengan curah hujan tergolong
tinggi > 2.700 mm/tahun.
b. Keadaan tahun 1992-2009, penutupan lahan (land cover) hutan mempunyai
kecenderungan penurunan dengan laju 1,95% per tahun dan di lain pihak
terdapat peningkatan lahan permukiman (lahan terbangun) dengan laju
12,34%.
c. Pemanfaatan kawasan DAS Ciliwung Hulu berupa kawasan hutan (28,76%),
kawasan perkebunan (20,05%), eks-perkebunan 2,55%, dan lahan milik
48,64%. DAS Ciliwung Hulu telah dimanfaatkan untuk kegiatan
pemanfaatan jasa wisata dan budidaya pertanian intensif sehingga mendorong
terjadinya alih penguasaan lahan. Sebagian kawasan perkebunan dan eks-
perkebunan tersebut sudah dirambah dan dikuasai masyarakat dan telah
mengalami alih penguasaan lahan sehingga sebagian besar lahan (70-80%)
telah dikuasai oleh masyarakat di luar DAS Ciliwung Hulu.
d. Sumberdaya alam DAS Ciliwung Hulu telah mengalami degradasi yang
ditunjukkan oleh rendahnya kualitas air Sungai Ciliwung Hulu dan laju erosi
lahan melebihi laju erosi yang diijinkan (tolerable erosion).
e. Kondisi sosial dengan laju pertumbuhan penduduk 2,74% per tahun, mata
pencaharian penduduk didominasi oleh sektor jasa (47,06%) dan perdagangan,
hotel dan restoran (41,25%), sedangkan sektor pertanian sebesar 5,78%,
Tingkat pendidikan masyarakat masih rendah didominasi pendidikan SD dan
tidak tamat SD sebesar 62,86%.
f. Penguasaan lahan oleh masyarakat lokal berupa lahan milik seluas 0,12 ha dan
lahan garapan 0,27 ha. Kepemilikan lahan oleh masyarakat luar DAS
Ciliwung Hulu sebesar 70-80%.

Das könnte Ihnen auch gefallen