Sie sind auf Seite 1von 2

BEM Kita Masih Belum Bermanfaat

Bagian 1
(untuk kalian, Mahasiswa FBS)
oleh: Ananda Al-Fatih*

Sebentar lagi kepengurusan BEM FBS akan berakhir, tepatnya di bulan Desember ditandai dengan
agenda rutin yang berupa Pemilihan Mahasiswa (Pemilwa). Kepengurusan yang lama akan segera
berganti dengan kepengurusan yang baru. Ya. Itu lah siklus yang pasti terjadi dari tahun ke tahun. Namun,
ada baiknya siklus tersebut hanya terjadi pada proses pemilihannya saja, bukan pada kinerja yang ada
dua tahun terakhir ini.
Provokatif?
Kami tidak bermaksud untuk memprovokasi suasana sehingga semakin memanas dan menimbulkan
gesekan yang akan menyebabkan terjadinya pertikaian baik mulut atau pun sampai pada unsur fisik.
Tidak. Akan tetapi, sungguh, apakah selama ini kita tidak menyadari bahwa BEM yang didanai sangat
banyak oleh pihak birokrasi selama satu tahun ini belum pernah sama sekali mengadakan agenda akbar,
seperti: seminar, workshop kesenian dan kebahasan, lomba kebudayaan se-DIY? Pernah? Jawabannya
tercermin dari agenda BEM kita yang malah lebih sering dan asyik berkunjung ke daerah-daerah yang
dikatakan mempunyai potensi kesenian saja, sedangkan potensi kebahasaan yang juga lekat pada FBS,
tidak pernah disinggung atau pun diungkit. Kami ambil contoh: Kunjungan ke Bali beberapa bulan lalu. Di
situs resmi yang telah kami baca, dikatakan di sana bahwa BEM kita berkunjung ke Bali untuk melihat
kesenian tari Barong. Lalu, mana aspek kebahasaannya? Padahal banyak tiitk-titik potensi kebahasaan
yang bisa kita tanyakan dan ambil sebagai referensi di sana, contohnya: Bagaimana pengaruh bahasa
Inggris yang ada di Bali kaitannya dengan UN Bahasa Indoensia? Bahasa apakah yang dominan dikuasai
pelajar di sana? Jika bahasa Inggris yang dominan, maka bagaimana peran dinas pendididkan Bali agar
bahasa Indonesia dapat jadi bahasa utama sebagai salah satu provinsi yang berada dalam Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)? Apakah kita tidak pernah sadar wahai mahasiswa FBS yang
mengaku humanis? Bagaimana kami tidak provokatif!
Lalu, Bagaimana Seharusnya?
Sebenarnya, kami ingin mengembalikan citra dan kinerja yang positif terhadap BEM kita lewat
tulisan ini. Kami mengetahui bahwa dengan penghujatan atas kinerja BEM yang kami sendiri pun tidak
ikut andil dalam lingkungan BEM, juga membawa dampak yang berbeda dengan mereka, mahasiswa
yang ‘mungkin’ benar-benar masuk dalam kepengurusan BEM FBS. Akan tetapi, bukankah BEM dibentuk
untuk mewakili mahasiswa dalam rangka memajukan kesejahteraan mahasiswa dalam lingkup aktivitas
kemahasiswaan? Jika benar begitu, maka berapa banyak agenda BEM yang dapat mengakomodasi dan
mengembangkan potensi mahasiswa sebagai para penerus bangsa yang tangguh dan idealis-realis?
Pertanyaan demi pertanyaan memang terus hinggap di pikiran kami sebagai salah satu bukti bahwa kami
peduli. Dan harapannya, kepedulian kami ini akan menular ke diri teman-teman mahasiswa FBS yang
sempat membaca tulisan kami sebelum disobek atau dihilangkan oleh oknum yang tidak bertanggung
jawab. Oleh karena itu, mari, sama-sama kita membangun kekuatan eksekutif mahasiswa dalam rangka
membangkitkan semangat kemahasiswaan yang berbudaya baik itu lewat kesenian maupun kebahasaan.
Mengapa? karena kita Mahasiswa Fakultas Bahasa dan Seni. Bukan hanya bahasa apalagi sebatas seni
saja.

* Pengamat Amatir Politik Kampus

Das könnte Ihnen auch gefallen