Sie sind auf Seite 1von 330

MODUL PELATIHAN

BAGI PELATIH

PELAYANAN KONTRASEPSI BAGI DOKTER


DAN BIDAN DI FASILITAS PELAYANAN
KESEHATAN

DIREKTORAT KESEHATAN KELUARGA


DIREKTORAT JENDERAL KESEHATAN MASYARAKAT
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
2021
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

Kata Pengantar

Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala Rahmat dan Ridho
Nya, Kurikulum dan Modul Pelatihan bagi Pelatih Pelayanan Kontrasepsi bagi Dokter dan
Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan dapat diselesaikan.
Indonesia masih memiliki angka kematian ibu dan bayi yang tinggi, diperkirakan sebesar 305
per 100.000 kelahiran hidup (SUPAS 2015), dan angka kematian bayi 24 per 1.000 kelahiran
hidup (SDKI 2017). Program Keluarga Berencana (KB) merupakan salah satu program
strategis untuk membantu penurunan kematian ibu dan bayi. Saat ini pencapaian indikator
Program KB belum sepenuhnya menunjukan keberhasilan, berdasarkan hasil SDKI 2017
capaian angka kesertaan KB aktif sebesar 64%, namun penggunaan metode KB justru
meningkat pada penggunaan KB metode tradisional (dari 4% pada SDKI 2012 menjadi 6%
pada SDKI 2017), sedangkan pada metode KB modern mengalami penurunan (dari 58% pada
SDKI 2012 menjadi 57% pada SDKI 2017).
Tenaga kesehatan memiliki peran penting dalam memberikan pelayanan yang berkualitas.
Pelatihan program dan pelayanan kontrasepsi yang ditujukan kepada tenaga kesehatan
terutama yang memberikan layanan KB merupakan cara strategis untuk meningkatkan
kualitas pelayanan KB. Untuk mempercepat proses pelaksanaan pelatihan tersebut maka
perlu dibentuk tim pelatih di tingkat provinsi.
Sehubungan dengan hal tersebut maka telah disusun “Kurikulum dan Modul Pelatihan bagi
Pelatih Pelayanan Kontrasepsi bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan” yang terakreditasi. Dengan adanya kurikulum dan modul ini diharapkan pelatihan
dapat dilaksanakan secara terstruktur, dan dapat membentuk tim pelatih yang kompeten.
Kurikulum dan modul pelatihan ini disusun oleh Kementerian Kesehatan bekerjasama dengan
organisasi profesi (PP POGI dan IBI), lintas program dan lintas sektor terkait (BKKBN), dan
digunakan sebagai acuan dalam penyelenggaraan pelatihan bagi pelatih.
Akhir kata saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang teslah berkontribusi
dengan memberikan masukan, saran, dan koreksi dalam penyusunan kurikulum dan modul
pelatihan ini. Disadari bahwa kurikulum dan modul ini masih jauh dari sempurna, oleh karena
itu semua masukan dan saran yang bermanfaat bagi penyempurnaan masih sangat kami
harapkan. Semoga dengan adanya kurikulum dan modul ini, pelatihan dapat terselenggara
dengan baik dan dapat meningkatkan kapasitas peserta sebagai calon fasilitator dalam
pelaksanaan pelatihan pelayanan kontrasepsi, sehingga akhirnya dapat meningkatkan
kualitas pelayanan kontrasepsi di Indonesia.
Jakarta, April 2021
Direktur Kesehatan Keluarga,
Kementerian Kesehatan RI

dr. Erna Mulati, M.Sc, CMFM

ii
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

Daftar Isi

Kata Pengantar………………………………………………………………………….ii
Daftar Isi………………………………………………………………………………….iii
MPD 1
Kebijakan dan Strategi Pelayanan Keluarga Berencana………………………….1
MPD 2
Etika dan Keselamatan Pasien (Patient Safety) dalam pelayanan KB…………20
MPD 3
Konsep Pelayanan Kontrasepsi…………………………………………………….26
MPI 1
Konseling Keluarga Berencana……………………………………………………..35
MPI 2
Kontrasepsi pada Kondisi Khusus………………………………………………….67
MPI 3
Pelayanan Kontrasepsi………………………………………………………………86
MPI 4
Rujukan Pelayanan KB……………………………………………………………..216
MPI 5 1
Pencegahan Pengendalian Infeksi (PPI)…………………………………………227
MPI 6
Pencatatan dan Pelaporan Pelayanan KB……………………………………….246
MPI 7
Teknik Melatih……………………………………………………………………….280
MPP 1
Building Learning Commitment (BLC)…………………………………………....299
MPP 2
Antikorupsi…………………………………………………………………………...306
MPP 3
Rencana Tindak Lanjut……………………………………………………………..322
Tim Penyusun………………………………………………………………………….327

iii
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

MPD 1
Kebijakan dan Strategi Pelayanan
Keluarga Berencana
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

MATA PELATIHAN DASAR 1


KEBIJAKAN DAN STRATEGI PELAYANAN KELUARGA BERENCANA

I. DESKRIPSI SINGKAT
Program Keluarga Berencana (KB) sebagai salah satu dari 4 pilar program intervensi
penurunan kematian ibu (maternal) pada save motherhood. Penurunan angka
kematian ibu sebagai indikator peningkatan kesehatan ibu, anak, dan keluarga.
Program KB melalui pemakaian kontrasepsi menurunkan kematian maternal melalui
dua mekanisme: (1) penurunan kelahiran, dan (2) penurunan kehamilan risiko tinggi.
Tidak ada kelahiran tidak ada kematian ibu, dan penurunan kehamilan risiko tinggi
berarti penurunan risiko kematian ibu.
Dasar hukum kebijakan KB mengacu kepada Undang-Undang RI Nomor 36 tahun
2009 tentang Kesehatan, pasal 78 yang menyatakan program pelayanan KB
mengatur kehamilan pasangan usia subur guna membangun generasi penerus yang
sehat dan cerdas. Undang-Undang Nomor 52 tahun 2009 tentang Perkembangan
Kependudukan dan Pembangunan Keluarga yang menyatakan bahwa Kebijakan KB
dilaksanakan untuk membantu calon atau pasangan suami istri dalam mengambil
keputusan dan mewujudkan hak reproduksi secara bertanggung jawab. Pemerintah
bertanggung jawab menjamin penyediaan pelayanan KB yang aman dan bermutu
sesuai standar profesi dan etik, yang berkelangsungan, dan dapat menjangkau dan
terjangkau masyarakat.
Program KB tidak melarang tetapi mengatur supaya kehamilan terjadi hanya apabila
ibu telah siap fisik, mental dan sosial. Apabila ibu belum siap hamil, ingin membatasi
atau menunda kehamilan, program KB menganjurkan ibu memakai alat kontrasepsi
sesuai kebutuhan kesehatan ibu. Sebagai prinsip, kehamilan sebaiknya terjadi pada
situasi risiko terendah untuk mengalami gangguan kesehatan.
Dalam mencapai tujuan antara, program KB mempunyai dua jalur strategi saling
terkait: (a) meningkatkan permintaan ber-KB dari masyarakat pasangan usia subur,
dan (b) memenuhi permintaan ber-KB melalui pelayanan kontrasepsi. Strategi
meningkatkan permintaan ber-KB dari masyarakat pasangan usia subur dilakukan
melalui kegiatan terencana dan terkoordinasi dalam advokasi, komunikasi, edukasi
dan informasi dengan penanggung-jawab utama di jajaran Badan Kependudukan dan
Keluarga Berencana Nasional (BKKBN). Sedangkan strategi memenuhi permintaan
ber-KB dilakukan melalui penyediaan layanan kontrasepsi dengan penanggung-
jawab utama di jajaran Kemenkes (Kementerian Kesehatan).
Kelembagaan program KB dipimpin BKKBN dan Kemenkes bekerjasama dan
berkoordinasi dengan banyak pihak: pemerintah daerah, sektor/ mitra terkait, dan
swasta, termasuk masyarakat. Manajemen penyelenggaraan program dan layanan
KB perlu dilakukan secara transparan dan akuntabel.
Program KB di Indonesia telah berjalan cukup lama hampir setengah abad sejak awal
1970-an, dan berhasil meningkatkan angka pemakaian kontrasepsi yang cukup tinggi,
menurunkan angka kelahiran, dan mencegah bermakna kematian maternal. Tetapi
pencapaian program ini masih belum optimal sehingga masih diperlukan strategi dan
upaya yang lebih strategis dan inovatif sehingga dapat meningkatkan akses dan
kualitas pelayanan KB.

2
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

Modul ini akan menguraikan lebih lanjut tentang kebijakan dan strategi program KB,
penyelenggaraan dan pelayanan KB, peran Kementerian Kesehatan dan BKKBN dan
jajarannya dalam program KB.

II. HASIL BELAJAR DAN INDIKATOR HASIL BELAJAR


A. Hasil Belajar
Setelah mengikuti mata pelatihan, peserta mampu memahami kebijakan dan strategi
pelayanan keluarga berencana

B. Indikator Hasil Belajar


Setelah mengikuti mata pelatihan ini peserta mampu:
1. Menjelaskan analisa situasi dan tantangan Program KB
2. Menjelaskan kebijakan Nasional program KB
3. Menjelaskan proses penyelenggaraan program KB
4. Menjelaskan prinsip pelayanan KB
5. Menjelaskan peran Kemenkes dan jajarannya (sektor kesehatan) dalam program
KB
6. Menjelaskan peran BKKBN dan jajarannya dalam program KB
7. Menjelaskan kompetensi dan kewenangan tenaga kesehatan dalam layanan KB

III. MATERI POKOK DAN SUB MATERI POKOK


Dalam modul ini akan dibahas materi pokok dan sub materi pokok sebagai berikut:

Materi Pokok 1. Analisa Situasi dan Tantangan Program KB


Sub Materi Pokok 1
A. Situasi dan hasil Pengembangan Program KB
B. Tantangan dan Hambatan Program dan Pelayanan KB

Materi Pokok 2. Kebijakan Nasional Program KB


Sub Materi Pokok 2
A. Dasar Hukum
B. Tujuan Program KB
C. Indikator dan Target Program KB
D. Kebijakan dan Strategi Program KB

Materi Pokok 3. Penyelenggaraan Program KB


Sub Materi Pokok 3
A. Kelembagaan
B. Pengembangan Kebijakan
C. Manajemen dan Asesmen Program dan Layanan

Materi Pokok 4. Prinsip Pelayanan Keluarga Berencana


Sub Materi Pokok 4
A. Advokasi,
B. Komunikasi, Informasi dan Edukasi
C. Logistik dan Distribusi Alat Kontrasepsi

3
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

D. Pelayanan Kontrasepsi

Materi Pokok 5. Peran Kementerian Kesehatan dan Jajarannya (Sektor Kesehatan)


dalam Program Keluarga Berencana
Sub Materi Pokok 4
A. Fungsi Kemenkes dan Jajarannya (Dinas Kesehatan sampai Fasyankes)
B. Upaya dalam Meningkatkan Akses dan Kualitas Pelayanan Kontrasepsi
C. Pelatihan Tenaga Kesehatan untuk Kompetensi Pelayanan Kontrasepsi

Materi Pokok 6. Peran BKKBN dalam Program Keluarga Berencana


Sub Materi Pokok 6
A. Fungsi BKKBN
B. Upaya dalam meningkatkan Akses Pelayanan KB
C. Logistik Alat Kontrasepsi dan Peralatan KB
D. Advokasi, Komunikasi, Informasi, dan Edukasi KB
E. Pelatihan KB

Materi Pokok 7. Kompetensi dan Kewenangan Tenaga Kesehatan


Sub Materi Pokok 7
A. Kompetensi Tenaga Kesehatan (Dokter dan Bidan) dalam Pelayanan KB
B. Kebutuhan Tenaga Kesehatan Memberikan Layanan yang Aman dan
Bermutu

IV. METODE
Metode pembelajaran melalui:
1. Curah pendapat
2. Ceramah tanya jawab

V. MEDIA DAN ALAT BANTU


Media dan alat bantu pembelajaran menggunakan:
1. Bahan tayang
2. Modul
3. Laptop/komputer
4. LCD projector

VI. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN


Berikut langkah-langkah kegiatan dalam proses pembelajaran materi ini.

Langkah 1.
Pengkondisian
1. Fasilitator menyapa peserta dengan ramah dan hangat. Apabila belum pernah
menyampaikan sesi pelatihan di kelas, mulailah dengan perkenalan. Perkenalkan diri
dengan menyebutkan nama lengkap, instansi tempat bekerja, dan materi yang akan
disampaikan.
2. Sampaikan tujuan pembelajaran materi Kebijakan dan Strategi Pelayanan
Keluarga Berencana, sebaiknya dengan menggunakan bahan tayang.

4
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

Langkah 2.
Diskusi singkat mengenai materi yang akan disampaikan
Fasilitator menjelaskan materi Kebijakan dan Strategi Pelayanan Keluarga berencana
dengan metode ceramah interaktif sehingga peserta dapat berpartisipasi aktif dalam
memberikan pendapatnya selama pemaparan materi.

Langkah 3.
Pembahasan per materi

1. Fasilitator menyampaikan paparan materi sesuai urutan materi pokok dan sub
materi pokok dengan menggunakan bahan tayang. Kaitkan juga dengan
pendapat/pemahaman yang dikemukakan oleh peserta agar mereka merasa dihargai.
2. Fasilitator memandu diskusi Kebijakan dan Strategi Pelayanan Keluarga
Berencana.

Langkah 4.
Rangkuman
1. Fasilitator memberikan rangkuman materi dengan tujuan untuk membantu
peserta memahami pokok-pokok isi pembelajaran dan mengingat materi yang sudah
disampaikan.
2. Fasilitator melakukan evaluasi menggunakan pre-post test untuk menilai
pengetahuan peserta setelah pembelajaran.
3. Fasilitator menutup sesi pembelajaran dengan mengucapkan terima kasih dan
salam perpisahan kepada peserta.

VII. URAIAN MATERI

Materi Pokok 1.
ANALISA SITUASI DAN TANTANGAN PROGRAM KB

A. Situasi dan Hasil Pengembangan Program KB

Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia masih, 305 per 100.000 kelahiran hidup
berdasarkan data Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS) 2015. Indonesia gagal
mencapai target Millenium Development Goals (MDGs) penurunan AKI sampai 102
per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2015, dan perlu upaya besar mencapai target
Sustainable Development Goals (SDGs) penurunan AKI sampai 70 per 100.000
kelahiran hidup pada tahun 2030. Penguatan program KB untuk mencegah kehamilan
tidak diinginkan dan kehamilan berisiko menjadi penting untuk membantu percepatan
penurunan AKI.
Program KB di Indonesia telah berjalan cukup lama hampir setengah abad sejak awal
1970-an, dan berhasil meningkatkan angka pemakaian kontrasepsi yang cukup tinggi,
menurunkan angka kelahiran, dan mencegah bermakna kematian maternal.
Angka kontrasepsi meningkat nyata dari 8% di awal 1970-an menjadi 60% mulai awal
tahun 2000-an; dan dalam kurun waktu yang sama angka kelahiran total menurun dari
rata-rata 5 menjadi 2,6 anak (Statistik Indonesia, 2013).

5
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

Memasuki awal tahun 2000-an, peningkatan angka kontrasepsi melambat hanya naik
3% poin dari 60% menjadi 63%, dan angka kelahiran total menurun dari 2,6 anak
menjadi 2,3 anak pada tahun 2017 (Statistik Indonesia, 2018). Dalam kurun waktu 37
tahun (1970-2017), program KB berhasil mencegah antara 523,885 and 663,146
kematian maternal, atau reduksi kematian maternal sekitar 37,5% - 43,1% (Utomo B,
dkk., 2021).
Untuk lebih berkontribusi menurunkan angka kematian maternal, program KB masih
perlu meningkatkan dan memenuhi permintaan ber-KB terutama pada perempuan
usia subur berisiko, termasuk perempuan usia 15-19 dan 35-49 tahun, perempuan
dengan paritas 4 atau lebih, dan ibu pasca melahirkan.
Data Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2017 menunjukkan permintaan
ber-KB perempuan usia subur masih belum optimal di angka 74%, belum mencapai
harapan angka permintaan ber-KB 85%. Angka permintaan ber-KB pada perempuan
menikah usia muda 15-19 tahun masih rendah hanya 54%, dan hampir separuh dari
mereka ingin segera hamil (SDKI, 2017).
Angka pemenuhan ber-KB (memakai kontrasepsi) bagi perempuan dengan
kebutuhan KB masih pada angka 86%, belum mencapai 100%. Pemakaian alat
kontrasepsi masih didominasi oleh metode kontrasepsi jangka pendek, terutama
suntikan dan pil. Hanya seperempat peserta KB menggunakan metode kontrasepsi
jangka panjang, seperti AKDR dan implan. Dominasi pemakaian metode kontrasepsi
jangka pendek membuat angka putus pakai kontrasepsi dalam satu tahun relatif tinggi
(34%) (SDKI, 2017). Angka putus pakai yang tinggi mengurangi efektivitas
perlindungan kontrasepsi terhadap kehamilan berisiko.
Kualitas pelayanan kontrasepsi masih belum memadai. Sebagian pelayanan
kontrasepsi belum memberikan pelayanan konseling pilihan kontrasepsi. SDKI 2017
melaporkan indeks metoda informasi pilihan kontrasepsi sangat rendah, hanya 17%
yang jauh dari harapan indeks 100%. Sebagian besar pelayanan kontrasepsi
bersumber pada puskesmas dan Praktek Mandiri Bidan (PMB) yang kurang
memberikan pelayanan AKDR dan Implan.
Ketimpangan daerah, terutama antara Jawa-Bali dan Luar Jawa-Bali dalam akses dan
kualitas pelayanan KB sangat mencolok. Daerah di luar Jawa-Bali terutama di
Indonesia bagian Timur masih tertinggal dalam akses dan kualitas pelayanan KB.
Angka kontrasepsi di Papua 40%, sedangkan di Yogyakarta 76%. Angka permintaan
ber-KB dari perempuan menikah usia subur 54% di Papua, sedangkan Yogyakarta
82%. Angka pemenuhan dari permintaan ber-KB 72% di Papua dan Maluku,
sedangkan di Yogyakarta, Jambi, dan Bangka Belitung 92%.

B. Tantangan dan Hambatan Program dan Pelayanan KB


Untuk meningkatkan permintaan pasangan usia subur ber-KB dan pemenuhan
pemasangan kontrasepsi, program dan pelayanan KB menghadapi banyak tantangan
dan hambatan, termasuk:

Mitos dan kepercayaan masyarakat tentang KB, fertilitas, dan risiko kesehatan
Berbagai mitos dan kepercayaan yang salah tentang KB, fertilitas, dan/atau risiko
kesehatan menghambat upaya program KB untuk meningkatkan permintaan ber-KB.
Di Indonesia bagian timur, sebagian masyarakat masih beredar mitos bahwa
kontrasepsi dapat menjadi penyebab kemandulan. Sebagian masyarakat di Jawa

6
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

masih percaya dengan mitos banyak anak banyak rejeki. Pada sebagian masyarakat
percaya bahwa pemakaian kontrasepsi menentang alam dan/atau agama. Di sektor
kesehatan sendiri, sebagian tenaga kesehatan belum yakin mengenai manfaat
program KB bagi kesehatan masyarakat. Sebagian masyarakat dan tenaga
kesehatan kurang memahami bagaimana program KB dapat meningkatkan
Kesehatan perempuan dan anak.

Integrasi pelayanan KB dengan pelayanan Kesehatan reproduksi


Manajemen pelayanan KB sebagai bagian dari pelayanan kesehatan (reproduksi)
dasar perlu integrasi dengan pelayanan kesehatan yang lain. Integrasi ini dalam
praktek karena berbagai kepentingan sukar terlaksana.

Kompetensi tenaga Kesehatan


Salah satu tantangan program KB untuk dapat memberikan layanan aman dan
bermutu yang menjangkau luas masyarakat adalah bagaimana meningkatkan
kompetensi tenaga kesehatan, tidak saja dalam teknis pelayanan kontrasepsi, tetapi
juga konseling pilihan kontrasepsi. Efektivitas pelatihan tenaga kesehatan dalam
pelayanan KB terhambat dengan pemberlakukan protokol Kesehatan dalam era
Pandemi COVID-19.

Dukungan pemangku kepentingan


Pemangku kepentingan terkait terutama tokoh agama, tokoh masyarakat, pamong,
dan pemerintah daerah berperan penting terhadap kelancaran program KB.
Tantangan bagi program KB bagaimana supaya pemangku kepentingan terutama di
daerah mendukung program dan pelayanan KB.

Konseling layanan pilihan kontrasepsi


Pemberian konseling pilihan kontrasepsi sebagai salah satu komponen kualitas
pelayanan kontrasepsi. Klien (perempuan calon akseptor) perlu mempunyai
kemampuan melalui konseling memilih alat kontrasepsi yang sesuai dengan
kebutuhan fertilitas dan kondisi Kesehatan mereka. Indeks metode informasi
pelayanan konseling yang rendah menjadi tantangan program KB untuk
meningkatkan cakupan pelayanan konseling pilihan kontrasepsi.

Jangkauan pelayanan KB
Akses terhadap pelayanan kesehatan dan KB di daerah luar Jawa-Bali terutama
Indonesia bagian timur dan daerah kepulauan menjadi tantangan program KB. Ini
tantangan program KB bagaimana mengatasi masalah keterbatasan akses pelayanan
KB di daerah kepulauan dan Indonesia bagian timur.

Materi Pokok 2.
KEBIJAKAN NASIONAL PROGRAM KB

• Dasar Hukum

Dasar hukum kebijakan KB mengacu kepada Undang-Undang RI Nomor 36 tahun


2009 tentang Kesehatan, pasal 78 yang menyatakan program pelayanan KB
mengatur kehamilan pasangan usia subur untuk membangun generasi penerus yang
sehat dan cerdas. Pemerintah bertanggung jawab menjamin penyediaan pelayanan
KB yang aman dan bermutu sesuai standar profesi dan etik, yang berkelanjutan, dan

7
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

dapat menjangkau serta terjangkau masyarakat. Lebih lanjut, terkait penyelenggaraan


pelayanan KB dijelaskan melalui Permenkes Nomor 97 tahun 2014 tentang
Pelayanan Kesehatan Masa Sebelum Hamil, Masa Hamil, Persalinan, Masa Sesudah
Melahirkan, Peyelenggaraan Pelayanan Kontrasepsi, serta Pelayanan Kesehatan
Seksual. Dan terkait pembiayaan dijelaskan melalui Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor 28 tahun 2014 tentang Pedoman Pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan
Nasional

Lebih lanjut Dasar Hukum kebijakan KB, mengacu juga kepada Undang-Undang RI
Nomor 52 tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan
Keluarga pasal 20 menyebutkan pemerintah menetapkan kebijakan KB melalui
penyelenggaraan program KB untuk mewujudkan keluarga berkualitas. Kebijakan
keluarga berencana dimaksud dilaksanakan untuk membantu calon atau pasangan
suami istri dalam mengambil keputusan dan mewujudkan hak reproduksi secara
bertanggung jawab tentang :
a. usia ideal perkawinan (di atas 19 tahun) ;
b. usia ideal untuk melahirkan (20 sampai 35 tahun);
c. jumlah ideal anak ;
d. jarak ideal kelahiran anak (> 2 tahun) dan
e. Penyuluhan Kesehatan Reproduksi

B. Tujuan Program KB
Penurunan angka kematian ibu sebagai indikator peningkatan kesehatan ibu, anak,
dan keluarga. Program KB merupakan salah satu dari 4 pilar program intervensi
penurunan kematian ibu (maternal) (WHO, 1996):
1. Program KB dengan KR;
2. Program pelayanan kehamilan dan persalinan oleh Tenaga Kesehatan (Nakes)
terampil;
3. Program pelayanan gawat-darurat kebidanan (obstetri) tepat waktu; dan
4. Program pelayanan pasca-kelahiran
Berdasarkan penelitian, dengan angka CPR Global sebesar 64,2% pada tahun 2012,
dapat menurunkan jumlah kematian ibu sebesar 44%. Jika seluruh kebutuhan
kontrasepsi modern terpenuhi 100%, akan menurunkan 70% jumlah kehamilan tak
direncanakan, 74% jumlah aborsi tidak aman, 24% jumlah kematian ibu dan 18%
jumlah kematian bayi baru lahir.
Program KB dikembangkan untuk meningkatkan kesehatan ibu, anak, dan keluarga
melalui dua tujuan antara lain:
1. Menurunkan kelahiran menuju keseimbangan antara penduduk, pembangunan,
dan lingkungan.
2. Menurunkan kehamilan risiko tinggi kesakitan dengan cara mencegah kehamilan
tidak diinginkan dan menghindari kehamilan ‘4 terlalu’ (Terlalu muda, Terlalu tua,
Terlalu dekat, dan Terlalu banyak) serta kehamilan dengan masalah Kesehatan.
Tidak ada kehamilan berarti tidak ada kematian maternal, dan penurunan kehamilan
risiko tinggi berarti penurunan risiko kematian maternal.

8
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

Supaya penduduk hidup sehat dan sejahtera, maka jumlah dan pertumbuhan
penduduk perlu berimbang dengan pertumbuhan pembangunan termasuk sosial-
ekonomi, kesehatan, dan daya tampung serta daya dukung lingkungan.
Kehamilan tidak diinginkan membuat kehamilan bayi lahir tidak sehat dan mengarah
kepada tindakan aborsi tidak aman dengan konsekuensi kesakitan dan kematian
maternal. Kehamilan terlalu muda (usia ibu 15-19 tahun), terlalu tua (usia 35-49
tahun), terlalu dekat (jarak dengan kelahiran sebelumnya kurang dari 2 tahun, dan
terlalu banyak (paritas 3 atau lebih) berisiko tinggi bagi ibu dan anak mengalami
kesakitan dan kematian. Begitu juga dengan kehamilan pada ibu yang mempunyai
permasalahan Kesehatan yang akan sangat berisiko terjadinya komplikasi pada saat
hamil, bersalin dan nifas.
Program KB tidak melarang tetapi mengatur supaya kehamilan terjadi hanya apabila
ibu telah siap fisik, mental, dan sosial. Apabila ibu belum siap hamil, ingin membatasi
atau menunda kehamilan, program KB menganjurkan ibu memakai alat kontrasepsi
sesuai dengan kebutuhan kesehatan ibu. Sebagai prinsip, kehamilan sebaiknya
terjadi pada situasi ibu dalam risiko terendah gangguan kesehatan.

Berdasarkan Undang Undang Nomor 52 tahun 2009, Kebijakan Keluarga Berencana


dibuat bertujuan untuk :
a. mengatur kehamilan yang dinginkan
b. menjaga kesehatan dan menurunkan angka kematian ibu, bayi dan anak
c. meningkatkan akses dan kualitas informasi, pendidikan konseling, pelayanan
keluarga berencana dan kesehatan reproduksi
d. meningkatkan partisipasi dan kesertaan pria dalam praktek keluarga berencana;
dan
e. mempromosikan penyusuan bayi sebagai upaya untuk menjarangkan jarak
kehamilan.

Berdasarkan tujuan program tersebut maka dengan alasan apapun promosi aborsi
sebagai pengaturan kehamilan dilarang.
Sehubungan dengan hal tersebut, tujuan reproduksi yang direkomendasikan antara
lain:
a. Menunda kehamilan pada pasangan muda, ibu yang belum berusia 20 (dua puluh)
tahun, atau klien yang memiliki masalah kesehatan;
b. Mengatur jarak kehamilan pada klien yang berusia antara 20 (dua puluh) sampai
35 (tiga puluh lima) tahun; atau
c. Pada klien yang berusia lebih dari 35 (tiga puluh lima) tahun diharapkan tidak hamil
lagi
d. Mengatur jumlah anak yaitu klien yang telah menikah anak > 2, diharapkan tidak
hamil lagi

C. Indikator dan Target Program KB

Indikator dan target program KB yang terdapat di RPJMN tahun 2020-2024 untuk
mencapai tujuan tersebut diantaranya dapat dilihat pada tabel berikut.

9
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

PROGRAM PRIORITAS
(PP)/ KEGIATAN TARGET
PRIORITAS (KP)/ INDIKATOR
PROYEK PRIORITAS
(PROP)/ PROYEK 2020 2021 2022 2023 2024
PP : Peningkatan Akses Angka prevalensi kontrasepsi
dan Mutu Pelayanan modern/modern
Kesehatan Contraceptive Prevelance 61,8 62,2 62,5 62,9 63,4
Rate (mCPR)
Persentase kebutuhan ber-
KB yang tidak terpenuhi 8,6 8,3 8,0 7,7 7,4
(unmet need)
Angka kelahiran remaja umur
15-19 tahun/Age Specific
Fertility Rate (ASFR 15-19) 25,0 24,0 21,0 20,0 18,0
(kelahiran hidup per 1000
perempuan)
KP : Peningkatan Persentase peserta KB aktif
kesehatan ibu, anak, Metode Kontrasepsi Jangka
keluarga berencana Panjang (MKJP) (persen)
(KB), dan kesehatan 25,11 25,93 26,75 27,57 28,39
reproduksi

ProP : Peningkatan Persentase pelayanan KB


pelayanan KB pasca pasca persalinan 29 32 35 38 40
persalinan
ProP : Peningkatan KB Persentase tingkat putus
danKesehatan pakai pemakaian kontrasepsi 25,79 24,50 23,10 21,59 20,00
Reproduksi (Drop out/DO)
Pelayanan kesehatan Jumlah kabupaten/kota yang
usia reproduksi menyelenggarakan
pelayanan kesehatan usia 120 200 320 470 514
reproduksi
Pembinaan fasilitas Persentase fasilitas
kesehatan dalam kesehatan (faskes) yang siap 38,32 46,12 53,92 61,72 69,52
pelayanan KB melayani KB MKJP
Peningkatan kualitas Indeks Informasi Metode KB
pelayanan KB (method information 77,50 79,50 81,50 83,50 85,50
index/MII)

D. Kebijakan dan Strategi Program KB


Salah satu kebijakan dan strategi pembangunan nasional yang tertuang dalam
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2020 Tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2020-2024, antara lain melalui
Peningkatan Kesehatan Ibu, Anak, Keluarga Berencana (KB) dan Kesehatan
Reproduksi, mencakup: perluasan akses dan kualitas pelayanan KB serta kesehatan
reproduksi (kespro) sesuai karakteristik wilayah yang didukung oleh optimalisasi
peran sektor swasta dan pemerintah melalui :
1. advokasi, komunikasi, informasi, edukasi (KIE) Program Kependudukan, KB dan
Pembangunan Keluarga (KKBPK/Bangga Kencana) dan konseling KB dan
Kespro;

10
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

2. peningkatan kompetensi Penyuluh Keluarga Berencana (PKB) dan Petugas


Lapangan Keluarga Berencana (PLKB), tenaga lini lapangan, dan tenaga
kesehatan dalam pelayanan KB;
3. penguatan fasilitas pelayanan kesehatan, jaringan dan jejaring fasilitas pelayanan
kesehatan serta upaya kesehatan bersumber daya masyarakat; dan
4. peningkatan KB pasca persalinan.
Selanjutnya untuk mencapai tujuan program KB, ada dua jalur strategi program KB
saling terkait yang perlu diperkuat yaitu:
1. Meningkatkan permintaan ber-KB dari masyarakat pasangan usia subur, dan
2. Memenuhi permintaan ber-KB melalui pelayanan kontrasepsi yang aman dan
bermutu
Strategi meningkatkan permintaan ber-KB dari masyarakat pasangan usia subur
dilakukan melalui kegiatan advokasi, komunikasi, informasi dan edukasi. Kegiatan di
program ini menjadi tanggung jawab jajaran Badan Kependudukan dan Keluarga
Berencana Nasional (BKKBN). Sedangkan strategi memenuhi permintaan ber-KB
dilakukan melalui program layanan kontrasepsi yang berkualitas. Kegiatan ini menjadi
tanggung jawab di jajaran Kementerian Kesehatan. BKKBN dan Kemenkes perlu
bekerja sama dan berkoordinasi dalam menyelenggarakan dan menjalankan program
KB.
Prinsip yang perlu diperhatikan dalam strategi peningkatan akses dan kualitas
pelayanan KB adalah sebagai berikut:
1. Pelayanan kontrasepsi dilakukan secara aman dan bermutu sesuai standar profesi
dan etik, berkelanjutan, dan dapat menjangkau atau terjangkau masyarakat;
2. Pasangan usia subur tanpa memandang status sosial-ekonomi dan tempat tinggal
mempunyai hak yang sama untuk mendapatkan akses layanan KB dan KR;
3. Membangun pemahaman pasangan usia subur melalui konseling informasi KB
sehingga pasangan usia subut mampu memilih kontrasepsi sesuai dengan
kebutuhan kesehatan mereka; dan
4. Menjamin bahwa kesertaan pasangan usia subur ber-KB dengan memakai
kontrasepsi bersifat sukarela, tanpa paksaan.
Pelayanan kontrasepsi yang aman dan bermutu perlu memenuhi kriteria berikut:
1. Perlu diberikan oleh tenaga kesehatan terampil yang memiliki standar kompetensi;
2. Memberikan layanan konseling informasi tentang manfaat kontrasepsi,
kemungkinan gejala samping dan cara mengatasi, dan pilihan kontrasepsi sesuai
dengan kebutuhan kesehatan ibu;
3. Menyediakan kafetaria pilihan kontrasepsi, dan mampu melakukan fasilitasi
rujukan efektif ke tingkat layanan yang lebih tinggi sesuai kebutuhan kesehatan
ibu.
Dalam konteks pandemi COVID-19, pemberian layanan KB dan KR wajib mematuhi
protokol kesehatan termasuk tindakan layanan aseptik menghapus atau menekan
risiko penularan COVID-19 dan penyakit infeksi lain.
Pemberlakuan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) sebagai pemenuhan amanat
Undang-Undang RI Nomor 40 tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional
(SJSN) mulai 1 Januari 2014 bertujuan mengurangi ketimpangan sosial-ekonomi
dalam akses dan mutu layanan Kesehatan, termasuk KB dan KR. Melalui Permenkes
No. 59 tahun 2014 Pasal 11 tentang pembiayaan layanan KB, pemerintah melalui

11
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan (BPJS Kesehatan) membayar


kepada penyedia atau fasilitas layanan Kesehatan akan klaim hasil pelayanan. Pasien
mengeluarkan uang pribadi hanya jika memasang KB di fasilitas pelayanan kesehatan
swasta atau di fasilitas layanan bukan anggota BPJS.

Materi Pokok 3.
PENYELENGGARAAN PROGRAM KB
A. Kelembagaan
Kelembagaan, penyelenggaraan dan manajemen program KB dilakukan dalam
konteks desentralisasi program. Program KB sebagai program kesehatan dasar
dalam pelaksanaan perlu terintegrasi dengan program kesehatan. Dalam konteks
desentralisasi program KB dan kesehatan, pemerintah pusat dibantu pemerintah
provinsi membuat kebijakan nasional (makro) dan melakukan fasilitasi membantu
pemerintah daerah (Kabupaten/Kota) membuat kebijakan pelaksanaan program dan
layanan KB (mikro).
Di pusat, BKKBN dan Kemenkes di bawah koordinasi Kementerian Perencanaan
Pembangunan Nasional (PPN)/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
(Bappenas) bekerjasama dan berkoordinasi dengan banyak pihak, sektor dan mitra
terkait, termasuk swasta dan masyarakat, dan pemerintah daerah membangun
kebijakan dan perencanaan nasional program KB. BKKBN dan Kemenkes melalui
pemerintah provinsi melakukan fasilitasi kepada pemerintah daerah (Kabupaten/Kota)
membuat kebijakan pelaksanaan, melaksanakan, dan memantau program dan
layanan KB. Pemerintah provinsi diwakili oleh Satuan Kerja Perangkat Daerah
(SKPD) KB/Perwakilan dan Dinas Kesehatan provinsi, dan di Kabupaten/Kota diwakili
oleh SKPD KB dan Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota. Fasilitas layanan Kesehatan,
terutama puskesmas, bidan dan dokter praktik, dan Petugas Lapangan KB (PLKB)
dan kader kesehatan di desa menyediakan informasi dan/atau pelayanan KB.

Koordinasi dan sinkronisasi yang baik dan berkesinambungan antara BKKBN dan
Kementerian Kesehatan beserta jajaran di tingkat pusat, provinsi dan kabupaten/kota
dalam manajemen pelayanan KB menjadi hal yang sangat penting. Dengan
manajemen pelayanan yang baik, diharapkan dapat meningkatkan ketersediaan
(availability), keterjangkauan (accessibility), penerimaaan (acceptability), dan kualitas
pelayanan (quality).

B. Pengembangan Kebijakan
Pengembangan dan perbaikan kebijakan nasional dan daerah, program serta layanan
KB perlu mencakup 4 sub-program berikut:
1. Advokasi dukungan terhadap program KB dari para pemangku kepentingan
termasuk tokoh agama dan tokoh masyarakat;
2. Kegiatan program KIE untuk membangun permintaan dan kebutuhan ber-KB dari
masyarakat terutama ibu atau pasangan usia subur;
3. Sistem logistik dan distribusi alat kontrasepsi, obat dan peralatan KB;
4. Pelayanan konseling dan kontrasepsi di fasilitas layanan kesehatan, termasuk
dokter dan praktik mandiri bidan.

12
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

Pengembangan dan perbaikan kebijakan mikro pelaksanaan program dan layanan


KB dilakukan di Kabupaten/Kota oleh SKPD KB dan Dinas Kesehatan dengan
mengacu kepada kebijakan nasional.
C. Manajemen dan Asesmen Program dan Layanan
BKKBN dan Kemenkes di pusat melalui SKPD-KB dan Dinas Kesehatan Provinsi dan
Kabupaten/Kota melakukan, merencanakan, mengelola program dan layanan KB,
melakukan asesmen periodik terhadap kemajuan dan hambatan program, dan
melakukan perbaikan program dan layanan. Kegiatan ini termasuk penyusunan
berbagai pedoman pelaksanaan program dan layanan.
Asesmen dilakukan melalui monitoring, evaluasi, dan/atau riset sesuai kebutuhan.
Hasil asesmen digunakan sebagai dasar dalam perbaikan kebijakan program dan
layanan dari waktu ke waktu.

Materi Pokok 4.
PRINSIP PELAYANAN KELUARGA BERENCANA

Pelayanan KB merupakan bagian dari pelayanan kesehatan dasar dan rujukan


sehingga dalam pelaksanaan perlu terintegrasi dengan program kesehatan terutama
kesehatan reproduksi. Pelayanan keluarga berencana mengacu pada standar
pelayanan dan kepuasan klien.

A. Advokasi
Advokasi sebagai kegiatan terencana dan terkoordinasi melalui komunikasi dan
informasi pesan kepada sasaran pemangku kepentingan termasuk mitra, tokoh
agama dan tokoh masyarakat supaya mereka memberikan dukungan terhadap tujuan
dan pelaksanaan program KB. Dukungan pemangku kepentingan penting supaya
masyarakat dan pasangan usia subur menyadari kepentingan ber-KB dan mencari
layanan KB. Advokasi di lakukan di pusat, daerah dan lapangan oleh BKKBN,
Kemenkes, SKPD, dan Dinas Kesehatan. PLKB dapat berperan untuk melakukan
kegiatan advokasi di desa. Advokasi yang efektif membutuhkan materi pesan KB
yang sesuai dan meyakinkan, dan tenaga terampil yang memahami tentang tujuan
dan kebijakan KB.
B. Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE)

Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE) merupakan kegiatan terencana dan


terkoordinasi melalui penyampaian pesan dan informasi pentingnya ber-KB untuk
kesehatan kepada sasaran masyarakat terutama pasangan usia subur. Pelaksanaan
kegiatan KIE dilakukan di daerah dan lapangan oleh SKPD dan dinas kesehatan
bekerjasama dengan mitra terkait, termasuk Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM).
PLKB berperan penting dalam melakukan kegiatan KIE di desa. Kegiatan KIE
membutuhkan materi pesan yang sesuai dan meyakinkan, alat peraga, peralatan
komunikasi dan informasi, dan tenaga terampil yang memahami tujuan, kebijakan,
dan masalah KB.

C. Logistik dan Distribusi Alat Kontrasepsi

13
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

Ketersediaan berbagai alat kontrasepsi di fasilitas layanan kesehatan menjadi penting


dalam konteks pelayanan kontrasepsi yang aman dan bermutu. Dalam hal ini, ibu
dapat memilih alat kontrasepsi yang sesuai dengan kebutuhan kesehatan. BKKBN
melalui sistem logistik dan distribusi alat kontrasepsi mempunyai kewajiban menjamin
ketersediaan ragam alat kontrasepsi di fasilitas kesehatan termasuk Praktik Mandiri
bidan yang telah teregisterasi dalam sistem informasi dan pelaporan BKKBN. Variasi
jenis alokon program saat ini telah diatur di dalam Peraturan Badan Kependudukan
dan Keluarga Berencana nomor 9 tahun 2019 tentang Pemenuhan Alat dan Obat
Kontrasepsi bagi pasangan usia subur dalam pelayanan kontrasepsi.

D. Pelayanan Kontrasepsi
Pelayanan kontrasepsi merupakan komponen utama program KB dengan fungsi
memberikan layanan konseling dan pemakaian kontrasepsi. Pelayanan Kontrasepsi
dilakukan secara berkesinambungan mulai dari Pra pelayanan, Pelayanan
Kontraspesi dan Pasca Pelayanan. Pada saat pra pelayanan dilakukan: pemberian
komunikasi, informasi dan edukasi, pelayanan konseling, penapisan kelayakan medis
dan permintaan persetujuan tindakan tenaga Kesehatan.
Konseling yang diberikan meliputi manfaat, kesesuaian alat kontrasepsi,
kemungkinan gejala samping dan cara-cara mengatasi, dan alternatif pilihan alat
kontrasepsi. Pelayanan kontrasepsi perlu dibarengi dengan pelayanan konseling.
Prinsip konseling membuat ibu mampu memilih alat kontrasepsi yang sesuai dengan
kebutuhan kesehatan mereka. Pilihan alat kontrasepsi termasuk metode kontrasepsi
jangka panjang: Metode Operatif Pria (MOP) atau Metode Operatif Wanita (MOW)
sebagai sterilisasi, Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR), Implan; dan metode
kontrasepsi jangka pendek: Pil, Suntikan, dan alat/cara kontrasepsi lain.
Pelayanan Kontrasepsi adalah Pemberian kondom, pil, suntik, pemasangan atau
pencabutan implant, pemasangan atau pencabutan AKDR, pelayanan tubektomi,
pelayanan vasektomi. Pelayanan kontrasepsi dapat dilakukan pada: Masa Interval,
Pasca Persalinan, Pasca Keguguran dan Pelayanan kontrasepsi darurat.
Pascapelayanan Kontrasepsi meliputi Pemberian konseling dan Pelayanan
medis/rujukan apabila di perlukan setelah dilakukan pelayanan kontrasepsi.

Materi Pokok 5.
PERAN KEMENTERIAN KESEHATAN DAN JAJARANNYA (SEKTOR
KESEHATAN) DALAM PROGRAM KELUARGA BERENCANA

A. Fungsi Kemenkes dan Jajarannya (Dinas Kesehatan sampai Fasyankes)

Fungsi Sektor Kesehatan secara berjenjang mulai dari Kemenkes, Dinas Kesehatan
(Dinkes) Provinsi dan Kabupaten/Kota, Fasilitas Pelayanan Kesehatan (Fasyankes)
dalam program KB adalah memastikan terpenuhinya supply side (memenuhi
permintaan ber-KB) dalam pelayanan KB. Untuk melaksanakan fungsinya maka
sektor Kesehatan perlu melakukan upaya untuk memenuhi :
• Ketersediaan tenaga Kesehatan yang kompeten dalam melakukan pelayanan KB
sesuai standar dengan melakukan kegiatan: penyusunan norma, standar,
pedoman dan kriteria terkait pelayanan KB, peningkatan kapasitas petugas,
melakukan pembinaan, monitoring dan evaluasi kepada petugas

14
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

kesehatansecara berkala untuk melihat kepatuhan petugas dalam melakukan


pelayanan kontrasepsi sesuai standar.
• Ketersediaan fasilitas Kesehatan yang mempunyai alat dan sarana sesuai standar
untuk melakukan pelayanan KB yang berkualitas, mulai dari fasilitas pelayanan
Kesehatan tingkat pertama sampai rujukan.
• Ketersediaan Pembiayaan Jaminan Kesehatan

B. Upaya dalam Meningkatkan Akses dan Kualitas Pelayanan Kontrasepsi


Rencana Strategi (Renstra) Kementerian Kesehatan tahun 2020-2024 telah
menetapkan upaya penurunan angka kematian ibu sebagai kegiatan dan tujuan
prioritas melalui langkah strategis peningkatan akses dan kualitas pelayanan
kesehatan keluarga. Salah satu indikator pencapaian upaya tersebut adalah jumlah
kabupaten/kota dengan minimal 50% puskesmas mampu memberikan pelayanan
kesehatan reproduksi (KR) kepada calon pengantin (Catin); dan seluruh puskesmas
mampu memberikan pelayanan KB pasca persalinan. Target pencapaian sebanyak
514 kabupaten/kota pada tahun 2024.

Untuk meningkatkan kesehatan ibu dan anak maka dilakukan pengembangan


program dengan pendekatan pelaksanaan pelayanan kesehatan yang bermutu,
komprehensif (promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif) dan berkelanjutan
(continuum of care) pada setiap tahapan kehidupan penduduk sejak masa pra hamil,
hamil, bersalin dan nifas, bayi, balita, remaja dan usia reproduksi. Salah satu
intervensi yang dilakukan pada masa pra hamil adalah melalui melalui program
keluarga berencana dengan arahan menggunakan Metode Kontrasepsi Jangka
Panjang (MKJP), yang ditujukan bagi Pasangan Usia Subur (PUS).

Untuk meningkatkan akses dan kualitas pelayanan KB, maka upaya yang
dilaksanakan antara lain melalui:

1. Peningkatan kesadaran masyarakat dan PUS terkait pentingnya perencanaan


kehamilan, melalui peningkatan KIE dan konseling. Kegiatan ini dapat dilakukan
melalui kelas ibu hamil, konseling pada saat pelayanan antenatal, konseling KB
bagi PUS dan pemberian konseling KR bagi Catin. Pelaksanaan konseling
dilakukan dengan mengoptimalkan penggunaan lembar balik ABPK, Roda KLOP
dan Buku KIA
2. Memperkuat regulasi dan melakukan pembaruan pedoman pelayanan KB sebagai
acuan bagi tenaga kesehatan dalam memberikan pelayanan.
3. Memanfaatkan kemajuan teknologi informasi untuk meningkatkan kualitas
pelayanan KB, misal dengan pengembangan Roda Klop versi android dan
menyusun metode pembelajaran jarak jauh (e-learning, aplikasi layak hamil dan
KR) bagi Catin dan PUS
4. Peningkatan kapasitas tenaga kesehatan melalui pelatihan dan orientasi
5. Penguatan pelaksanaan pelayanan KB di era JKN salah satunya pembiayaan
pelayanan Kesehatan melalui JKN
6. Meningkatkan monitoring dan evaluasi terhadap pelaksanaan pelayanan KB yang
diberikan oleh petugas kesehatan

15
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

Optimasi perencanaan kehamilan antara lain dilakukan dengan penguatan konseling


melalui pembaruan lembar balik Alat Bantu Pengambilan Keputusan Ber-KB (ABPK),
membuat aplikasi Roda KLOP sebagai alat bantu penapisan medis memilih alat
kontrasepsi, menyusun lembar balik perencanaan kehamilan bagi pasangan ODHA,
dan menambahkan KIE KB Pasca Persalinan (KBPP) pada buku Kesehatan Ibu dan
Anak (KIA) terbaru.

C. Pelatihan Tenaga Kesehatan untuk Kompetensi Pelayanan Kontrasepsi


Kemenkes mempunyai tanggung jawab menyediakan tenaga kesehatan dengan
kompetensi teknis dalam menyediakan pelayanan konseling dan pemasangan
kontrasepsi kepada PUS dengan permintaan ber-KB. Untuk memenuhi tanggung
jawab ini Kemenkes mengembangkan program pelatihan tenaga Kesehatan supaya
kompeten dalam memberikan layanan konseling dan pemakaian kontrasepsi.
Pengembangan program pelatihan ini mencakup penyiapan kurikulum dan modul
pelatihan yang terakreditasi. Dalam penyiapan dan pelaksanaan pelatihan,
Kemenkes melibatkan tim dari Persatuan Obstetri dan Ginekologi Indonesia (POGI),
Ikatan Bidan Indonesia (IBI) dan BKKBN.

Materi Pokok 6.
PERAN BKKBN DAN JAJARANNYA DALAM PROGRAM KELUARGA
BERENCANA

A. Fungsi BKKBN dan Jajarannya mempunyai fungsi:


1. Merumuskan dan menetapkan kebijakan nasional program KB;
2. Melakukan perencanaan, pengadaan logistik, dan distribusi alat kontrasepsi, obat
dan peralatan KB;
3. Bersama Kemenkes menetapkan kebijakan dan strategi pelayanan konseling dan
pemasangan kontrasepsi;
4. Merancang dan melaksanakan program advokasi dan KIE KB, sehingga dapat
meningkatkan permintaan Ber-KB dari PUS
5. Memperkuat sistem pencatatan, pelaporan, dan pemutakhiran data pelayanan
kontrasepsi, termasuk monitoring dan evaluasi dan pembinaan program dan
layanan KB, yang terintegrasi dengan Kemenkes

B. Upaya dalam Meningkatkan Akses Pelayanan KB


BKKBN bersama dengan Kemenkes dan sektor terkait lain membuat kebijakan
nasional program dan layanan KB. Di samping pelayanan KB melalui fasilitas layanan
kesehatan pemerintah dan swasta dan termasuk bidan/ dokter praktek,

BKKBN melalui peraturan No. 10/2018 juga melaksanakan program pelayanan KB


Bergerak di daerah yang belum tersedia fasilitas kesehatan yang memenuhi syarat
atau tidak tersedia tenaga medis yang kompeten. Tujuan penyelenggaraan pelayanan
KB Bergerak antara lain:
1. Meningkatkan akses dan kualitas pelayanan KB Bergerak
2. Membentuk tim pelayanan KB Bergerak
3. Mendayagunakan fasilitas pelayanan KB Bergerak, dan
4. Meningkatkan dukungan stakeholder dan mitra kerja

16
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

5. Meningkatkan cakupan kesertaan KB terutama untuk Metode Kontrasepsi Jangka


Panjang (MKJP)

Kebijakan dan strategi nasional program KB mencakup: Kebijakan dan kewenangan


dalam pelayanan KB, termasuk pelayanan KB Bergerak; Advokasi dan kerja sama
lintas sektor, pemerintah daerah, swasta, dan/atau pemangku, kepentingan lain;
Advokasi mendorong kecukupan alokasi anggaran di tingkat provinsi/kabupaten/kota;
memastikan ketersediaan alat dan obat kontrasepsi di fasilitas pelayanan kesehatan;
Fasilitasi kegiatan pendidikan dan pelatihan bagi seluruh anggota tim
penyelenggaraan pelayanan KB; dan monitoring dan evaluasi penyelenggaraan
pelayanan KB.

Dalam konteks desentralisasi program kesehatan dan KB, BKKBN bersama dengan
SKPD KB provinsi dan kabupaten/kota melakukan manajemen dan monitoring
pelaksanaan program dan layanan KB.

C. Logistik Alat Kontrasepsi dan Peralatan KB


BKKBN melakukan pengadaan logistik dan distribusi alat kontrasepsi dan peralatan
KB. Dalam sistem logistik dan distribusi melibatkan SKPD KB dan dinas kesehatan
yang mewakili pemerintah provinsi dan kabupaten/kota. Distribusi alat kontrasepsi
terutama ditujukan kepada fasilitas layanan KB pemerintah dan jejaring dan/atau
jaringan dan/atau PMB yang telah teregistrasi dalam sistem pencatatan dan
pelaporan BKKBN. Swasta mempunyai sistem sendiri untuk jenis alat kontrasepsi
tertentu.

D. Advokasi, Komunikasi, Informasi, dan Edukasi KB


BKKBN dan jajarannya mempunyai peranan penting dalam meningkatkan permintaan
ber-KB dari masyarakat pasangan usia subur, BKKBN mengembangkan dan
melaksanakan program advokasi dengan sasaran pemangku kepentingan terkait dan
masyarakat, dan program Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE) KB dengan
sasaran pasangan usia subur mengenai pentingnya mengatur kehamilan melalui KB
untuk menjamin Kesehatan ibu, anak dan keluarga. Kegiatan advokasi dan KIE
melibatkan mitra BKKBN, kader kesehatan, dan PLKB. BKKBN berkewajiban
mengembangkan dan mendistribusikan berbagai materi pesan ber-KB kepada
fasilitas kesehatan dan masyarakat.

E. Pelatihan KB
BKKBN melakukan berbagai pelatihan KB, termasuk manajemen dan monitoring
program dan pelayanan KB; pelatihan advokasi, komunikasi, informasi dan edukasi
KB; dan pelatihan tenaga lapangan KB. BKKBN juga memberikan informasi terbaru
mengenai berbagai alat kontrasepsi yang potensial dapat digunakan di Indonesia.
Pelatihan tenaga kesehatan untuk kompetensi pemasangan kontrasepsi dilakukan
oleh Kemenkes.

Materi Pokok 7.
KOMPETENSI DAN KEWENANGAN TENAGA KESEHATAN

A. Kompetensi Tenaga Kesehatan (Dokter dan Bidan) dalam Pelayanan KB


Tenaga Kesehatan yang berperan dalam pemberian pelayanan KB diantaranya adalah dokter
spesialis kebidanan dan kandungan, dokter spesialis urologi, dokter spesialis bedah umum,

17
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

dokter umum, bidan dan perawat. Dalam praktiknya, kompetensi dan kewenangan masing-
masing tenaga kesehatan tersebut dalam pelayanan Keluarga Berencana diatur oleh
pemerintah melalui beberapa peraturan.

Menurut penjelasan Undang Undang Tenaga Kesehatan Pasal 62 ayat (1) huruf c, yang
dimaksud dengan "kewenangan berdasarkan kompetensi" adalah kewenangan untuk
melakukan pelayanan kesehatan secara mandiri sesuai dengan lingkup dan tingkat
kompetensinya. Kompetensi Tenaga kesehatan dalam pemberian pelayanan kontrasepsi
mengacu pada standar kompetensi yang dikeluarkan oleh masing-masing kolegium profesi.
Sedangkan kewenangan merujuk pada regulasi yang dikeluarkan pemerintah. Sehingga
kompetensi tenaga kesehatan akan dibatasi oleh kewenangan yang melekat padanya. Untuk
meningkatkan kualitas pemberian konseling maka tenaga kesehatan sebaiknya mendapatkan
pelatihan Komunikasi Inter Personal (KIP)/konseling menggunakan (ABPK) ber KB.

Tenaga kesehatan yang diperlukan termasuk kewenangan dan kompetensi untuk pelayanan
kontrasepsi dapat dilihat pada tabel berikut:
Kompetensi dan kewenangan klinis tenaga kesehatan dalam pelayanan KB

Kompetensi Kewenangan
Metode Kontrasepsi Dokter Bidan Dokter Bidan
Umum Umum
AKDR Copper (Cu) √ √* √ √**
AKDR Levonogestrel (LNG) √ √* √ √**
Implan √ √* √ √**
Suntik √ √ √ √
Pil √ √ √ √
Kondom √ √ √ √
Tubektomi Minilaparotomi √*** √**
Tubektomi Laparoskopi
Vasektomi √*** √***
Metode Amenore Laktasi √ √ √ √
Metode Sadar Masa Subur √ √ √ √
Sanggama Terputus √ √ √ √
Pemberian Konseling √ √ √ √
Keterangan:
(*) Bagi Bidan yang lulusan profesi (S1) atau bidan vokasi (D3) yang sudah mendapatkan pelatihan
(**) Kewenangan diberikan berdasarkan pendelegasian sesuai dengan regulasi yang berlaku
(***) Bagi yang sudah mendapatkan pelatihan

Dari tabel terlihat bahwa tenaga Kesehatan khususnya dokter dan bidan, yang
memberikan pelayanan KB di fasilitas Kesehatan tingkat pertama termasuk
puskesmas, klinik, atau praktik mandiri bidan, perlu mempunyai kompetensi
memberikan pelayanan konseling dan pemasangan kontrasepsi, termasuk
penanganan dasar efek samping dan komplikasi, serta melakukan rujukan yang aman
bagi kasus yang memerlukan rujukan ke tingkat layanan yang lebih tinggi. Pelayanan
kontrasepsi di fasilitas kesehatan tingkat pertama termasuk AKDR, implan, pil, dan
suntik. Pelayanan sterilisasi KB (MOP dan MOW) dilakukan di fasilitas kesehatan
tingkat lanjut, yaitu rumah sakit yang memberikan pelayanan sterilisasi KB.

18
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

Peraturan Kepala BKKBN No. 10/2018 menyebut tenaga medis yang berwenang
memberikan pelayanan KB adalah dokter atau bidan yang memiliki kompetensi
melakukan tindakan kegawatdaruratan dan telah mengikuti pelatihan pelayanan KB
yang diselenggarakan oleh lembaga pelatihan yang berwenang.

Undang-Undang No. 4/2019 pasal 46 mengenai penyelenggaraan praktik kebidanan,


bidan dapat memberikan pelayanan termasuk pelayanan kesehatan reproduksi
perempuan dan keluarga berencana.

Dalam menjalankan tugas memberikan pelayanan kesehatan reproduksi perempuan


dan keluarga berencana, bidan berwenang melakukan komunikasi, informasi,
edukasi, konseling, dan memberikan pelayanan kontrasepsi sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan. Dokter dapat memberikan pelimpahan wewenang
secara mandat kepada bidan secara tertulis, tetapi dokter tetap melakukan
pengawasan dan evaluasi berkala.

B. Kebutuhan Tenaga Kesehatan Memberikan Pelayanan yang Aman dan


Bermutu
Kebijakan nasional program KB menjamin pelayanan yang aman dan bermutu.
Mengacu kebijakan tersebut, penting bagi tenaga penyedia layanan KB mempunyai
kompetensi teknis memberikan layanan yang aman dan bermutu. Di samping harus
kompeten dalam teknik konseling dan pemasangan kontrasepsi, tenaga kesehatan
penyedia pelayanan perlu memahami dan melaksanakan tindakan aseptik dan
standar klinik mencegah risiko infeksi atau perlukaan.

Pelayanan yang bermutu dimaksudkan bahwa perempuan sebagai klien dapat


memilih alat kontrasepsi yang sesuai dengan kebutuhan fertilitas dan kondisi
kesehatan mereka. Pelayanan kontrasepsi perlu memberikan informasi tentang
manfaat masing-masing jenis kontrasepsi, kemungkinan efek samping yang dapat
timbul dan cara mengatasi, dan pilihan cara kontrasepsi yang tersedia. Program KB
berupaya fasilitas pelayanan menyediakan kafetaria kontrasepsi.

VIII. REFERENSI
1. RPJMN 2020-2024
2. Revisi Permenkes No 97 tahun 2014
3. Peraturan Kepala BKKBN No. 10 tahun 2018
4. Peraturan Kepala BKKBN No 9 tahun 2019
5. UU No. 4 tahun 2019
6. Pedoman Kontrasepsi dan Pelayanan KB

19
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

MPD 2
Etika dan Keselamatan Pasien
(Patient Safety) dalam Pelayanan
Keluarga Berencana

20
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

MATA PELATIHAN DASAR 2


ETIKA DAN KESELAMATAN PASIEN (PATIENT SAFETY) DALAM PELAYANAN
KELUARGA BERENCANA

I. DESKRIPSI SINGKAT
Dalam melakukan pelayanan medis kepada pasien, seorang tenaga medis
berkewajiban untuk memberikan pelayanan secara kompeten dengan kebebasan teknis
dan moral sepenuhnya, disertai rasa kasih sayang (compassion), dan penghormatan
atas martabat manusia. Setiap tenaga medis wajib memberikan kesempatan kepada
pasiennya untuk menentukan jenis atau metode pelayanan medis, termasuk dalam
pelayanan keluarga berencana.

II. HASIL BELAJAR DAN INDIKATOR HASIL BELAJAR


A. Hasil Belajar
Setelah mengikuti materi pelatihan ini, peserta mampu memahami tentang etika
dan keselamatan pasien (patient safety) dalam pelayanan KB

B. Indikator Hasil Belajar


Setelah mengikuti materi pelatihan ini peserta mampu:
1. Menjelaskan etika dalam pelayanan KB
2. Menjelaskan keselamatan pasien (patient safety)

III. MATERI POKOK DAN SUB MATERI POKOK


Dalam modul ini akan dibahas materi pokok dan sub materi pokok sebagai berikut:

Materi Pokok 1. Etika dalam Pelayanan KB


Sub Materi Pokok 1
a. Prinsip Etika Medis
b. Prinsip Etika Komunikasi Pasien

Materi Pokok 2. Keselamatan Pasien (Patient Safety)


Sub Materi Pokok 2
a. Pengertian
b. Insiden Keselamatan Pasien

IV. METODE
Metode pembelajaran yang digunakan dalam materi ini yaitu:
1. Curah pendapat
2. Ceramah tanya jawab

V. MEDIA DAN ALAT BANTU


Media dan alat bantu pembelajaran yang digunakan dalam materi ini yaitu:
1. Bahan tayang
2. Modul
3. Laptop/komputer

21
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

4. LCD projector

VI. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN

Berikut disampaikan langkah-langkah kegiatan dalam proses pembelajaran materi ini.

Langkah 1.
Pengkondisian

1. Fasilitator menyapa peserta dengan ramah dan hangat. Apabila belum pernah
menyampaikan sesi di kelas, mulailah dengan perkenalan. Perkenalkan diri dengan
menyebutkan nama lengkap, instansi tempat bekerja, materi yang akan
disampaikan.
2. Sampaikan tujuan pembelajaran dan materi pokok yang akan disampaikan,
sebaiknya dengan menggunakan bahan tayang.

Langkah 2.
Diskusi singkat mengenai materi yang akan disampaikan

Fasilitator menggali pendapat peserta tentang Etika dan Keselamatan Pasien (Patient
Safety) dalam pelayanan KB dengan metode ceramah interaktif.

Langkah 3.
Pembahasan per Materi

1. Fasilitator menyampaikan paparan materi sesuai urutan materi pokok dan sub
materi pokok dengan menggunakan bahan tayang. Kaitkan juga dengan
pendapat/pemahaman yang dikemukakan oleh peserta agar mereka merasa
dihargai.
2. Fasilitator memandu diskusi mengenai materi Etika dan Keselamatan Pasien
(Patient Safety) dalam pelayanan KB.

Langkah 4.
Rangkuman

1. Fasilitator memberikan rangkuman materi dengan tujuan untuk membantu peserta


memahami pokok-pokok isi pembelajaran dan mengingat materi yang sudah
disampaikan.
2. Fasilitator melakukan evaluasi menggunakan pre-post test untuk menilai
kemampuan peserta setelah pembelajaran.
3. Fasilitator menutup sesi pembelajaran dengan mengucapkan terima kasih dan
salam perpisahan kepada peserta.

22
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

VII. URAIAN MATERI

Materi Pokok 1.
ETIKA DALAM PELAYANAN KB

A. Prinsip Etika Medis


Prinsip etika medis antara lain:
1. Beneficence
Prinsip Beneficence/Kebaikan memiliki arti mendatangkan kebaikan atau
manfaat bagi orang lain. Prinsip ini tidak hanya berusaha untuk tidak
membahayakan pasien tetapi juga berusaha untuk memberikan pelayanan
yang terbaik. Selain itu, Prinsip Beneficence mendukung aturan moral yang
lebih spesifik antara lain:
a. Melindungi dan mempertahankan hak pasien/klien
b. Mencegah bahaya terjadi pada pasien/klien
c. Menghilangkan kondisi yang akan merugikan pasien/klien
d. Membantu para disabilitas
e. Menyelamatkan pasien/klien dalam bahaya
2. Non-maleficence
Prinsip non-maleficence memiliki arti bahwa dalam melakukan pelayanan,
seorang tenaga medis harus berusaha untuk tidak merugikan atau
membahayakan pasien/klien. Bahaya yang dimaksud adalah efek buruk yang
ditimbulkan dari kepentingan seseorang (dalam hal ini tenaga medis) kepada
pasiennya. Prinsip non-maleficence mendukung aturan moral yang lebih
spesifik antara lain:
a. Tidak membunuh
b. Tidak menyebabkan rasa sakit atau penderitaan
c. Tidak melumpuhkan
d. Tidak menyinggung perasaan
e. Tidak merampas kebahagiaan pasien/klien
3. Autonomy
Prinsip Autonomy memiliki arti menghormati hak dan pendapat orang lain.
Prinsip ini mendukung aturan moral yang lebih spesifik antara lain:
a. Mengatakan kebenaran
b. Menghormati privasi pasien/klien
c. Melindungi informasi yang bersifat rahasia
d. Mendapatkan persetujuan pasien/klien sebelum melakukan intervensi atau
tindakan
e. Membantu pasien/klien membuat keputusan ketika ditanyakan pendapat
4. Justice
Prinsip Justice/Keadilan memiliki arti memberikan perlakuan yang sama dan
adil bagi setiap pasien/klien dengan tidak membeda-bedakan.

Dalam melaksanakan pelayanan, etika medis perlu diperhatikan dan dijunjung oleh
setiap tenaga medis supaya tidak terjadi kelalaian. Menurut Kamus Besar Bahasa

23
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

Indonesia (KBBI), kelalaian berasal dari kata lalai yang berarti lengah, kurang hati-
hati atau tidak mengindahkan kewajiban atau satu pekerjaan. Dalam dunia medis,
kelalaian berarti suatu perbuatan salah oleh seorang tenaga medis dalam
melaksanakan pekerjaan atau kewajibannya sehingga menyebabkan kerugian
kepada orang lain. Pemberian sanksi dalam kelalaian medis bergantung pula
terhadap berat ringannya pelanggaran yang dilakukan di antaranya pemberian
nasihat, peringatan lisan, peringatan tertulis, pembinaan perilaku, pendidikan ulang,
dan pencabutan dari keanggotaan.

B. Prinsip Etika Komunikasi Pasien


Prinsip etika komunikasi pasien antara lain:
1. Veracity
Prinsip Veracity memiliki arti penyampaian informasi yang jujur, akurat, objektif,
dan komprehensif. Veracity/Kejujuran penting diterapkan ketika meminta
persetujuan atau informed consent sebelum melakukan tindakan karena
pasien/klien perlu mengetahui semua potensi risiko dan manfaat yang akan
diperoleh dari tindakan pelayanan.
2. Confidentiality
Prinsip Confidentiality memiliki arti menjaga kerahasiaan informasi
pasien/klien. Kerahasiaan ini bermakna bahwa informasi pasien/klien hanya
dapat dibagikan dengan mereka yang terlibat dalam pelayanan. Pengecualian
dari prinsip ini mungkin terjadi ketika keselamatan orang lain atau pasien
terancam apabila informasi tetap dijaga kerahasiaannya. Dalam situasi
tersebut, tenaga medis perlu menyeimbangkan prinsip etika dan menimbang
risiko dengan manfaat.
3. Fidelity
Prinsip Fidelity memiliki arti setia, menepati janji, dan mendahulukan pasien.
Prinsip ini membentuk hubungan saling percaya dan memelihara suasana
yang positif antara pasien/klien dan tenaga medis.
4. Privacy
Prinsip Privacy memiliki arti menghormati hak pribadi pasien terhadap dirinya
sendiri. Prinsip ini selaras dengan prinsip kerahasiaan informasi pasien seperti
melakukan pemeriksaan atau tindakan di tempat yang tertutup secara
memadai.

Materi Pokok 2.
KESELAMATAN PASIEN (PATIENT SAFETY)

A. Pengertian
Keselamatan pasien adalah proses atau tindakan yang mengurangi dampak buruk
akibat suatu tindakan medis baik untuk tenaga medis maupun untuk pasien.

B. Insiden Keselamatan Pasien


Insiden keselamatan pasien menurut WHO didefinisikan sebagai kejadian atau
keadaan yang dapat mengakibatkan kerugian yang tidak perlu pada pasien. Studi
yang dilakukan oleh Badan Ancaman terhadap Keselamatan Pasien Australia
(Threats to Australian Patient Safety / TAPS) menghasilkan salah satu analisis
insiden keselamatan pasien yang paling komprehensif di dunia internasional. TAPS

24
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

dan penelitian lainnya telah mengidentifikasi dua jenis insiden keselamatan pasien
secara umum, yaitu:

1. Insiden terkait dengan proses perawatan, termasuk proses administrasi,


investigasi, perawatan, komunikasi, dan pembayaran. Hal ini merupakan jenis
kejadian umum yang dilaporkan (berkisar antara 70%-90% tergantung pada
penelitian).

2. Insiden terkait dengan pengetahuan atau keterampilan praktisi, termasuk


diagnosis yang tidak terjawab atau tertunda, perlakuan salah dan kesalahan dalam
pelaksanaan tugas.

Adapun istilah insiden keselamatan pasien yang telah dikenal secara umum, yaitu:

1. Insiden Keselamatan Pasien (IKP)/Patient Safety Incident adalah setiap


kejadian atau situasi yang dapat mengakibatkan atau berpotensi
mengakibatkan harm (penyakit, cedera, cacat, kematian dan lain-lain) yang
tidak seharusnya terjadi.
2. Kejadian Tidak Diharapkan (KTD)/Adverse Event adalah suatu kejadian yang
mengakibatkan cedera yang tidak diharapkan pada pasien karena suatu
tindakan (commission) atau karena tidak bertindak (omission), bukan karena
“underlying disease” atau kondisi pasien.
3. Kejadian Nyaris Cedera (KNC)/Near Miss adalah suatu insiden yang belum
sampai terpapar kepada pasien sehingga tidak menyebabkan cedera pada
pasien.
4. Kejadian Tidak Cedera (KTC) adalah insiden yang sudah terpapar kepada
pasien, tetapi tidak menimbulkan cedera, dapat terjadi karena “keberuntungan”.
Misal: pasien menerima suatu obat kontraindikasi tetapi tidak timbul reaksi obat
atau “peringanan” (suatu obat dengan reaksi alergi diberikan, diketahui secara
dini lalu diberikan antidotumnya).
5. Kondisi Potensial Cedera (KPC)/Reportable Circumstance adalah kondisi yang
sangat berpotensi untuk menimbulkan cedera, tetapi belum terjadi insiden.
6. Kejadian Sentinel/Sentinel Event yaitu suatu KTD yang mengakibatkan
kematian atau cedera yang diharapkan atau tidak dapat diterima, seperti
operasi pada bagian tubuh yang salah. Pemilihan kata “sentinel” terkait dengan
keseriusan cedera yang terjadi (misalnya, perdarahan pada saat operasi
Tubektomi) sehingga pencarian fakta terhadap kejadian ini mengungkapkan
adanya masalah yang serius pada kebijakan dan prosedur yang berlaku.

VIII. REFERENSI
1. Undang-Undang Praktik Kedokteran No. 29 tahun 2004
2. Perkonsil Nomor 4 tahun 2011
3. Kode Etik Kedokteran Indonesia (KODEKI)

25
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

MPD 3
Konsep Pelayanan Kontrasepsi

26
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

MATA PELATIHAN DASAR 3


KONSEP PELAYANAN KONTRASEPSI

I. DESKRIPSI SINGKAT
Penggunaan kontrasepsi bertujuan untuk memenuhi hak reproduksi setiap
orang, membantu merencanakan kapan dan berapa jumlah anak yang
diinginkan, dan mencegah kehamilan yang tidak diinginkan. Penggunaan alat
kontrasepsi secara tepat juga dapat mengurangi risiko kematian ibu dan bayi.
Oleh karena itu, pemenuhan akan akses dan kualitas program Keluarga
Berencana (KB) sudah seharusnya menjadi prioritas dalam pelayanan
kesehatan.
Seperti yang tertuang dalam amanat Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009
tentang kesehatan, yaitu pemerintah bertanggung jawab dan menjamin
ketersediaan tenaga, fasilitas pelayanan, alat dan obat dalam memberikan
pelayanan KB yang aman, bermutu, dan terjangkau oleh masyarakat. Modul
akan digunakan sebagai pengantar mengenai konsep dasar kontrasepsi meliputi
pengertian, tujuan, prinsip, dan tahapan pelayanan kontrasepsi.

II. HASIL BELAJAR DAN INDIKATOR HASIL BELAJAR


A. Hasil Belajar
Setelah mengikuti mata pelatihan ini, peserta mampu memahami tentang
konsep pelayanan kontrasepsi.

B. Indikator Hasil Belajar


Setelah mengikuti mata pelatihan ini peserta mampu:
1. Menjelaskan pentingnya perencanaan kehamilan
2. Menjelaskan tentang pelayanan kontrasepsi
3. Menjelaskan tentang prinsip pelayanan kontrasepsi
4. Menjelaskan tentang tahapan pelayanan kontrasepsi

III. MATERI POKOK DAN SUB MATERI POKOK


Dalam modul ini akan dibahas materi pokok dan sub materi pokok sebagai
berikut:

Materi Pokok 1. Pentingnya Perencanaan Kehamilan

Materi Pokok 2. Pelayanan Kontrasepsi


Sub Materi Pokok 2
a. Pengertian
b. Tujuan

Materi Pokok 3. Prinsip Pelayanan Kontrasepsi


Sub Materi Pokok 3
a. Prinsip Berorientasi pada Klien
b. Prinsip Pelayanan Non-Diskriminatif/Berbasis Hak
c. Prinsip Kesukarelaan, Informed Choice, dan Informed Consent

27
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

Materi Pokok 4. Tahapan Pelayanan Kontrasepsi


Sub Materi Pokok 4
a. Pra Pelayanan
b. Pelayanan
c. Pasca Pelayanan

IV. METODE
1. Curah pendapat
2. Ceramah tanya jawab

V. MEDIA DAN ALAT BANTU


1. Bahan tayang
2. Modul
3. Laptop/komputer
4. Projector
5. ATK

VI. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN

Berikut disampaikan langkah-langkah kegiatan dalam proses pembelajaran


materi ini.

Langkah 1.
Pengkondisian

1. Fasilitator menyapa peserta dengan ramah dan hangat. Apabila belum


pernah menyampaikan sesi di kelas, mulailah dengan perkenalan.
Perkenalkan diri dengan menyebutkan nama lengkap, instansi tempat
bekerja, materi yang akan disampaikan.
2. Sampaikan tujuan pembelajaran materi Konsep Pelayanan Kontrasepsi,
sebaiknya dengan menggunakan bahan tayang.

Langkah 2.
Diskusi singkat mengenai materi yang akan disampaikan

Fasilitator menjelaskan materi Konsep Pelayanan Kontrasepsi dengan metode


Ceramah Interaktif sehingga peserta dapat berpartisipasi aktif dalam
memberikan pendapatnya selama pemaparan materi.

Langkah 3.
Pembahasan per Materi

1. Fasilitator menyampaikan paparan materi sesuai urutan materi pokok dan


sub materi pokok dengan menggunakan bahan tayang. Kaitkan juga dengan
pendapat/pemahaman yang dikemukakan oleh peserta agar mereka merasa
dihargai.

28
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

2. Fasilitator memandu diskusi mengenai materi Konsep Pelayanan


Kontrasepsi.

Langkah 4.
Rangkuman

1. Fasilitator memberikan rangkuman materi dengan tujuan untuk membantu


peserta memahami pokok-pokok isi pembelajaran dan mengingat materi
yang sudah disampaikan.
2. Fasilitator melakukan evaluasi menggunakan pre dan post test untuk menilai
kemampuan peserta setelah pembelajaran.
3. Fasilitator menutup sesi pembelajaran dengan mengucapkan terima kasih
dan salam perpisahan kepada peserta.

VII. URAIAN MATERI

Materi Pokok 1.
PENTINGNYA PERENCANAAN KEHAMILAN

Merencanakan kehamilan penting untuk dilakukan karena kehamilan


bukanlah suatu hal yang mudah untuk dijalani setiap pasangan suami istri.
Banyak yang harus dipersiapkan sebelum kehamilan baik itu secara mental, fisik,
maupun finansial. Kehamilan yang tidak direncanakan dengan baik dapat
memberi dampak buruk bagi ibu dan bayinya. Hal tersebut dapat menyebabkan
rendahnya kesiapan untuk memeriksakan kehamilan yang teratur ke fasilitas
kesehatan. Risiko pada ibu maupun bayi juga tidak dapat terdeteksi sejak awal
sehingga tata laksana tidak dapat dilakukan dengan optimal dan menyeluruh.
Dalam mempersiapkan kehamilan harus mempertimbangkan risiko dan
manfaat kesehatan bersama dengan keadaan lain seperti usia, kesuburan,
akses ke layanan kesehatan, dukungan pengasuhan anak, keadaan sosial dan
ekonomi, dan preferensi pribadi dalam membuat pilihan untuk waktu kehamilan
berikutnya. Hal ini penting agar terhindar dari komplikasi yang mungkin terjadi
selama kehamilan. Tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) berhubungan dengan
kasus kegawatdaruratan kehamilan, persalinan, dan nifas yang terjadi pada
perempuan berisiko. Faktor-faktor yang menyebabkan risiko tersebut antara lain
kehamilan “4 Terlalu”, yaitu terlalu tua (usia hamil lebih dari 35 tahun), terlalu
muda (usia hamil kurang dari 20 tahun), terlalu banyak (jumlah anak 3 orang atau
lebih) dan terlalu dekat (jarak antar kelahiran kurang dari 2 tahun).
Perempuan hamil di atas usia 35 tahun dapat menyebabkan persalinan
macet serta perdarahan yang membahayakan ibu dan janin serta kelainan pada
janin karena kualitas sel telur yang menurun. Sedangkan kehamilan pada
perempuan di bawah usia 20 tahun, secara psikologis belum siap memiliki anak
sehingga cenderung terjadi keguguran atau kelahiran prematur. Kehamilan pada
usia tersebut berisiko terjadi preeklampsia/eclampsia. Rentang usia 20-35 tahun
merupakan usia kehamilan yang paling aman bagi perempuan.
Kehamilan perempuan yang memiliki anak lebih dari 4 dan jarak kelahiran
sebelumnya terlalu dekat berpotensi mengakibatkan persalinan lama, kelainan
letak, dan perdarahan. Hal ini juga dikaitkan dengan kejadian ruptur uteri.

29
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

Jarak antar kelahiran perlu diatur demi kesehatan dan kesejahteraan ibu
maupun bayi. Rekomendasi WHO tahun 2005, jarak yang dianjurkan untuk
kehamilan berikutnya adalah minimal 24 bulan. Dasar dari rekomendasinya
adalah bahwa menunggu selama 24 bulan setelah kelahiran hidup akan
membantu mengurangi risiko yang merugikan bagi ibu dan bayi. Selain itu,
interval yang direkomendasikan ini dianggap konsisten dengan rekomendasi
WHO/UNICEF untuk menyusui setidaknya selama 24 bulan. WHO juga
merekomendasikan untuk kehamilan berikutnya setelah keguguran adalah
minimal enam bulan untuk mengurangi risiko yang merugikan pada ibu dan
perinatal.
Kehamilan berisiko tinggi “4T” juga berkaitan erat dengan Kejadian
Kehamilan Tidak Diinginkan (KTD). KTD merupakan kehamilan yang terjadi
ketika seseorang tidak menginginkan anak atau kehamilan yang tidak tepat
waktu, seperti terjadi lebih awal dari yang diinginkan. Sebagian besar KTD terjadi
akibat tidak menggunakan kontrasepsi, penggunaan kontrasepsi yang tidak
konsisten, dan tidak benar. KTD dapat menimbulkan berbagai masalah seperti
peningkatan populasi, keguguran, atau aborsi. Hasil penelitian menunjukan
bahwa perempuan yang mengalami KTD cenderung memiliki kunjungan
antenatal lebih sedikit sehingga dapat mempengaruhi kondisi ibu dan janin.
Beberapa faktor yang mempengaruhi kejadian KTD, yaitu usia saat hamil,
pendidikan, sosial ekonomi, paritas, jumlah anak hidup, komplikasi kehamilan,
dan kegagalan penggunaan kontrasepsi. Selain itu, KTD juga dapat disebabkan
oleh kurangnya pengetahuan tentang kontrasepsi, memiliki anak yang terlalu
banyak, daerah tempat tinggal, alasan kesehatan, janin yang cacat dan
hubungan yang tidak stabil dengan pasangan.
Melalui program Keluarga Berencana, pemerintah berupaya untuk
menurunkan AKI dan masalah kesehatan reproduksi perempuan. Pelayanan KB
bertujuan untuk mengatur kelahiran anak, jarak, dan usia ideal melahirkan.
Pelayanan kesehatan yang manusiawi dan bermartabat dengan menghormati
hak-hak dasar perempuan dapat meningkatkan kesehatan serta
kesejahteraannya.

Materi Pokok 2.
PELAYANAN KONTRASEPSI

A. Pengertian
Menurut Expert Committee 1970, Keluarga Berencana adalah tindakan yang
membantu pasangan suami istri untuk menghindari kehamilan yang tidak
diinginkan, mendapatkan kelahiran yang memang sangat diinginkan,
mengatur interval di antara kehamilan, membantu pasangan suami istri untuk
melahirkan pada usia yang ideal, serta menentukan jumlah anak dalam
keluarga. Sedangkan pelayanan kontrasepsi adalah pemberian alat atau obat
kontrasepsi (alokon) dalam upaya mencegah kehamilan.

B. Tujuan
Keluarga Berencana dalam Undang-Undang Nomor 52 Tahun 2009 tentang
Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga adalah upaya
mengatur kelahiran anak, jarak dan usia ideal melahirkan, mengatur
kehamilan, melalui promosi, perlindungan, dan bantuan sesuai dengan hak
reproduksi untuk mewujudkan keluarga yang berkualitas. Pengaturan

30
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

kehamilan adalah upaya untuk membantu pasangan suami istri untuk


melahirkan pada usia yang ideal, memiliki jumlah anak, dan mengatur jarak
kelahiran anak yang ideal dengan menggunakan alat atau obat kontrasepsi.

Materi Pokok 3.
PRINSIP PELAYANAN KONTRASEPSI

Beberapa prinsip yang harus diperhatikan ketika melakukan pelayanan


kontrasepsi:
A. Prinsip Berorientasi pada Klien
Untuk memberikan pelayanan kontrasepsi, penyedia atau petugas
kesehatan harus memahami dan menghormati kebutuhan, sikap, dan
perhatian klien. Hal-hal tersebut dapat dipengaruhi oleh faktor pribadi, sosial,
dan budaya. Berdasarkan prinsip ini, petugas kesehatan akan memberikan
informasi yang berkualitas dan efektif untuk membantu klien memilih dan
menggunakan metode kontrasepsi yang paling cocok untuk mereka.
Memberikan pelayanan dengan berorientasi pada klien akan mempengaruhi
kualitas layanan karena mengarah pada kepuasan klien yang lebih baik,
kemungkinan penggunaan layanan yang berkelanjutan lebih besar, dan hasil
kesehatan yang lebih baik.

B. Prinsip Pelayanan Non-Diskriminatif/Berbasis Hak


Pelayanan non-diskriminatif/berbasi hak berarti pelayanan kontrasepsi
yang menjamin hak semua orang dalam mengakses informasi dan pelayanan
kontrasepsi. Sering kali hambatan diskriminatif dalam pemberian pelayanan
kontrasepsi berasal dari diskriminasi yang tertanam secara sosial atau
budaya. Dengan demikian, baik negara maupun pemberi layanan dapat
mengambil langkah untuk menghilangkan hambatan tersebut demi
terjaminnya informasi yang komprehensif dan akses pelayanan kontrasepsi
yang lebih baik.

C. Prinsip Kesukarelaan, Informed Choice, dan Informed Consent


Dalam melakukan pelayanan kontrasepsi, salah satu hal yang harus
dipastikan adalah kesukarelaan pasien dalam menggunakan layanan
tersebut. Artinya perempuan atau pasangan harus berada dalam kondisi
paham dan secara sukarela dalam memilih metode kontrasepsi yang akan
digunakan. Kondisi sukarela tersebut kemudian dituangkan dalam informed
choice dan informed consent.
Informed Choice adalah suatu kondisi peserta/calon peserta KB yang
memilih kontrasepsi didasari oleh pengetahuan yang cukup setelah
mendapat informasi yang lengkap melalui Komunikasi
Interpersonal/Konseling (KIP/K). Dalam hal ini, petugas kesehatan dapat
menggunakan Alat Bantu Pengambilan Keputusan ber-KB (ABPK). ABPK
membantu petugas dalam melakukan konseling sesuai standar dan
mengajak klien bersikap lebih partisipatif serta membantu klien untuk
mengambil keputusan.
Informed Consent adalah persetujuan yang diberikan oleh klien atau
keluarganya atas dasar informasi dan penjelasan mengenai tindakan medis
yang akan dilakukan terhadap klien tersebut. Informasi yang diberikan harus

31
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

disampaikan secara lengkap, jujur, dan benar tentang metode kontrasepsi


yang akan digunakan oleh calon/klien KB. Setiap tindakan medis yang
mengandung risiko harus dengan persetujuan tertulis yang ditandatangani
oleh yang berhak memberikan persetujuan, yaitu klien yang bersangkutan
dalam keadaan sadar dan sehat mental.

Materi Pokok 4.
TAHAPAN PELAYANAN KONTRASEPSI

Berdasarkan revisi Permenkes 97 Tahun 2014 tentang Pelayanan Kesehatan


Masa Sebelum Hamil, Masa Hamil, Persalinan, dan Masa Sesudah Melahirkan,
Penyelenggaraan Pelayanan Kontrasepsi, serta Pelayanan Kesehatan Seksual,
langkah-langkah dalam pelayanan kontrasepsi meliputi:

A. Pra Pelayanan
1. Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE)
a. Pelayanan KIE dilakukan di lapangan oleh Penyuluh Lapangan
Keluarga Berencana (PLKB), kader, dan tenaga kesehatan. Pelayanan
KIE dapat dilakukan secara berkelompok atau perorangan.
b. KIE bertujuan untuk memberikan pengetahuan, mengubah sikap dan
perilaku terhadap perencanaan keluarga baik untuk menunda,
menjarangkan/membatasi kelahiran melalui penggunaan kontrasepsi.
c. KIE dapat dilakukan melalui pertemuan, kunjungan rumah dengan
menggunakan/memanfaatkan media antara lain media cetak, media
sosial, media elektronik, Mobil Unit Penerangan (MUPEN), dan Public
Service Announcement (PSA).
d. Penyampaian materi KIE disesuaikan dengan kearifan dan budaya
lokal.

2. Konseling
Konseling dilakukan untuk memberikan berbagai masukan dalam
metode kontrasepsi dan hal-hal yang dianggap perlu untuk diperhatikan
dalam metode kontrasepsi yang menjadi pilihan klien berdasarkan tujuan
reproduksinya. Tindakan konseling ini disebut sebagai informed choice.
Dalam melakukan konseling digunakan sebuah alat bantu kerja
interaktif, yaitu Alat Bantu Pengambilan Keputusan ber-KB (ABPK) yang
diperuntukkan bagi penyedia layanan untuk membantu klien memilih dan
memakai metode KB yang paling sesuai dengan kebutuhannya. Alat
Bantu Pengambilan Keputusan ber-KB (ABPK) akan memberikan
informasi yang diperlukan dalam pemberian pelayanan KB yang
berkualitas serta memungkinkan konseling berjalan lebih terarah.

3. Penapisan Medis
Penapisan medis merupakan upaya untuk melakukan kajian tentang
kondisi kesehatan klien dengan menggunakan alat bantu berupa diagram
lingkaran Kriteria Kelayakan Medis Kontrasepsi (Roda KLOP).
Kondisi kesehatan akan menentukan pilihan metode kontrasepsi yang
diinginkan dan tepat untuk klien. Tujuan penapisan medis adalah:

32
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

a. Ada atau tidak adanya kehamilan;


b. Menentukan keadaan yang membutuhkan perhatian khusus misalnya
menyusui atau tidak menyusui pada penggunaan KB pasca persalinan;
c. Menentukan masalah kesehatan yang membutuhkan pengamatan dan
pengelolaan lebih lanjut misalnya klien dengan HIV.
Klien tidak selalu memberikan informasi yang benar tentang kondisi
kesehatannya sehingga petugas kesehatan harus mengetahui
bagaimana keadaan klien sebenarnya. Apabila diperlukan, petugas dapat
mengulangi pertanyaan yang berbeda. Perlu juga diperhitungkan masalah
sosial, budaya atau agama yang mungkin berpengaruh terhadap respon
klien tersebut termasuk pasangannya. Pada sebagian besar klien bisa
diselesaikan dengan cara anamnesis terarah, sehingga masalah utama
dikenali atau kemungkinan hamil dapat dicegah.
Beberapa metode kontrasepsi tidak membutuhkan pemeriksaan fisik
maupun pemeriksaan panggul, kecuali AKDR, tubektomi, dan vasektomi.
Sedangkan pemeriksaan laboratorium untuk klien dilakukan apabila
terdapat indikasi medis.

4. Persetujuan Tindakan Tenaga Kesehatan


Persetujuan tindakan tenaga kesehatan merupakan persetujuan
tindakan yang menyatakan kesediaan dan kesiapan klien untuk ber-KB.
Persetujuan tindakan medis secara tertulis diberikan untuk pelayanan
kontrasepsi seperti suntik KB, AKDR, implan, tubektomi dan vasektomi.
Sedangkan untuk metode kontrasepsi pil dan kondom dapat diberikan
persetujuan tindakan medis secara lisan.
Setiap pelayanan kontrasepsi harus memperhatikan hak-hak
reproduksi individu dan pasangannya sehingga harus diawali dengan
pemberian informasi yang lengkap, jujur, dan benar tentang metode
kontrasepsi yang akan digunakan oleh klien tersebut.
Penjelasan persetujuan tindakan tenaga kesehatan sekurang-
kurangnya mencakup beberapa hal berikut:
a. Prosedur pelayanan;
b. Tujuan tindakan pelayanan yang dilakukan;
c. Alternatif tindakan lain;
d. Risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi; dan
e. Prognosis terhadap tindakan yang dilakukan

B. Pelayanan
Menurut waktu pelaksanaannya, pelayanan kontrasepsi dilakukan pada:
1. Masa interval, yaitu pelayanan kontrasepsi yang dilakukan selain pada
masa pasca persalinan dan pasca keguguran
2. Pasca persalinan, yaitu pada 0-42 hari sesudah melahirkan
3. Pasca keguguran, yaitu pada 0-14 hari sesudah keguguran
4. Pelayanan kontrasepsi darurat, yaitu pelayanan dalam 3 hari sampai
dengan 5 hari pasca senggama yang tidak terlindung dengan
kontrasepsi yang tepat dan konsisten.

33
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

Tindakan pemberian pelayanan kontrasepsi meliputi pemasangan atau


pencabutan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR), pemasangan atau
pencabutan implan, pemberian suntik, pil, kondom, pelayanan tubektomi dan
vasektomi serta pemberian konseling Metode Amenore Laktasi (MAL).
Pemilihan metode kontrasepsi tersebut harus mempertimbangkan usia,
paritas, jumlah anak, kondisi kesehatan klien, dan sesuai dengan tujuan
reproduksi klien. Tujuan reproduksi meliputi menunda kehamilan pada
pasangan muda, ibu yang belum berusia 20 tahun, atau klien yang memiliki
masalah kesehatan; mengatur jarak kehamilan pada klien Pasangan Usia
Subur (PUS); atau tidak menginginkan kehamilan pada klien yang berusia
lebih dari 35 tahun.

C. Pasca Pelayanan
Kegiatan pasca pelayanan kontrasepsi dilakukan untuk memantau dan
menangani efek samping penggunaan kontrasepsi, komplikasi penggunaan
kontrasepsi, dan kegagalan kontrasepsi. Kegiatan pasca pelayanan
kontrasepsi meliputi:
1. Pemberian konseling,
2. Pelayanan medis, dan/atau
3. Rujukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
Konseling pasca pelayanan dari tiap metode kontrasepsi sangat
dibutuhkan. Konseling ini bertujuan agar klien dapat mengetahui berbagai
efek samping dan komplikasi yang mungkin terjadi. Klien diharapkan juga
dapat membedakan masalah yang dapat ditangani sendiri di rumah dan efek
samping atau komplikasi yang harus mendapat pelayanan medis. Pemberian
informasi yang baik akan membuat klien lebih memahami tentang metode
kontrasepsi pilihannya dan konsisten dalam penggunaannya.

VIII. REFERENSI
1. Family Planning A Global Handbook for Providers
2. Pedoman Kontrasepsi dan Pelayanan KB
3. Rev Permenkes 97 tahun 2014

34
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

MPI 1
Konseling Keluarga Berencana

35
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
MATA PELATIHAN INTI 1
KONSELING KELUARGA BERENCANA

I. DESKRIPSI SINGKAT
Seringkali efek samping dari penggunaan kontrasepsi menjadi faktor utama penyebab
putus pakai. Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) melaporkan tingkat putus
pakai kontrasepsi dalam satu tahun relatif tinggi, dan meningkat dari 27% tahun 2012
menjadi 29% tahun 2017. Efek samping timbul karena pilihan kontrasepsi yang kurang
sesuai dan klien tidak memahami bagaimana mengatasi efek samping.
Konseling kepada klien mengenai pemilihan kontrasepsi menjadi bagian penting dari
pelayanan Keluarga Berencana (KB) yang berkualitas. Melalui konseling, petugas
kesehatan penyedia layanan membantu klien memilih kontrasepsi yang sesuai dengan
kebutuhan fertilitas dan Kesehatan mereka.
Berdasarkan Laporan Family Planning 2020, kualitas konseling KB di Indonesia masih
rendah, di tingkat indeks informasi metode hanya 30% pada tahun 2015-2017.
Konseling yang baik dapat membantu ibu memilih kontrasepsi yang sesuai dan
mengatasi efek samping yang mungkin timbul. Dengan kata lain, konseling KB yang
baik dapat menurunkan tingkat putus KB. Modul Konseling KB ini menjelaskan cara
memberikan konseling KB yang baik dengan menggunakan Alat Bantu Pengambilan
Keputusan ber-KB (ABPK) dan penapisan kriteria kelayakan medis dalam penggunaan
kontrasepsi (Roda KLOP).

II. HASIL BELAJAR DAN INDIKATOR HASIL BELAJAR


A. Hasil Belajar
Setelah mengikuti mata pelatihan, peserta mampu melakukan konseling Keluarga
Berencana.

B. Indikator Hasil Belajar


Setelah mengikuti mata pelatihan peserta mampu:
1. Melakukan konseling KB dengan Alat Bantu Pengambilan Keputusan ber-KB
(ABPK)
2. Melakukan penapisan kriteria kelayakan medis penggunaan kontrasepsi
dengan Roda KLOP.

III. MATERI POKOK DAN SUB-MATERI POKOK


Dalam modul ini akan dibahas materi pokok dan sub-materi pokok sebagai berikut:

Materi Pokok 1. Konseling KB dengan ABPK


Sub Materi Pokok 1
a. Pengenalan ABPK
b. Pengertian Konseling KB
c. Tujuan dan Manfaat Konseling KB
d. Pelaksanaan Konseling KB dengan ABPK
e. Manajemen Konseling KB dengan ABPK
● Persiapan
● Pelaksanaan
● Evaluasi

36
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

Materi Pokok 2. Penapisan Kriteria Kelayakan Medis Penggunaan Kontrasepsi


dengan Roda KLOP
Sub Materi Pokok 2
a. Pengertian
b. Tujuan
c. Fungsi
d. Pengenalan Bagian Roda KLOP
e. Prosedur Penggunaan Roda KLOP

IV. METODE
1. Curah pendapat
2. Ceramah tanya jawab
3. Bermain peran
4. Studi kasus
5. Praktik lapangan
6. Pemutaran video

V. MEDIA DAN ALAT BANTU


1. Bahan tayang
2. Modul
3. Laptop/komputer
4. LCD projector
5. Spidol
6. Koneksi Internet
7. Flip chart
8. Video konseling KB dengan ABPK
9. Lembar balik ABPK
10. Roda KLOP
11. Aplikasi Roda KLOP
12. Petunjuk Bermain Peran
13. Skenario bermain peran
14. Daftar tilik bermain peran/checklist
15. Lembar Kasus
16. Panduan studi kasus
17. Panduan Praktik Lapangan

VI. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN


Berikut langkah-langkah kegiatan dalam proses pembelajaran materi ini.

Langkah 1.
Pengkondisian
1. Fasilitator menyapa peserta dengan ramah dan hangat. Apabila belum pernah
menyampaikan sesi di kelas, mulailah dengan perkenalan. Perkenalkan diri dengan

37
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
menyebutkan nama lengkap, instansi tempat bekerja, dan materi yang akan
disampaikan.
2. Sampaikan tujuan pembelajaran materi Konseling KB, sebaiknya dengan
menggunakan bahan tayang.

Langkah 2.
Diskusi singkat mengenai materi yang akan disampaikan.
Fasilitator menjelaskan materi Konseling KB dengan metode ceramah interaktif
sehingga peserta dapat berpartisipasi aktif memberikan pendapat terhadap
pemaparan materi.

Langkah 3.
Pembahasan per Materi
1. Fasilitator menyampaikan paparan materi sesuai urutan materi pokok dan sub
materi pokok dengan menggunakan bahan tayang. Kaitkan penjelasan dengan
pendapat/ pemahaman peserta agar mereka merasa dihargai.
2. Fasilitator memutarkan video materi Konseling KB.
3. Fasilitator memandu diskusi mengenai materi Konseling KB.

Langkah 4.
Penugasan
1. Fasilitator membagi peserta menjadi 5 kelompok dan menjelaskan panduan
bermain peran melakukan konseling menggunakan ABPK dan penapisan pilihan
kontrasepsi menggunakan Roda KLOP. Kemudian, peserta melaksanakan
kegiatan bermain peran sesuai dengan panduan dan skenario yang disampaikan.
2. Fasilitator membagi peserta menjadi 5 kelompok dan menjelaskan panduan studi
kasus materi penapisan menggunakan Roda KLOP. Kemudian, peserta melakukan
diskusi kelompok dan mengerjakan lembar kasus sesuai dengan panduan yang
disampaikan.
3. Fasilitator membagi peserta menjadi 5 kelompok dan menjelaskan panduan praktik
lapangan materi konseling KB. Kemudian, peserta melakukan praktik lapangan
dengan pendampingan dari fasilitator.

Langkah 5.
Rangkuman Materi
1. Fasilitator memberikan rangkuman materi dengan tujuan membantu peserta
memahami pokok-pokok isi pembelajaran dan mengingat materi yang sudah
disampaikan.
2. Fasilitator melakukan evaluasi menggunakan pre-post test dan daftar tilik untuk
menilai pengetahuan dan keterampilan peserta setelah pembelajaran.
3. Fasilitator menutup sesi pembelajaran dengan mengucapkan terima kasih dan
salam perpisahan kepada peserta.

VII. URAIAN MATERI

Materi Pokok 1.

38
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
KONSELING KB DENGAN ABPK

Pengambilan keputusan memilih alat kontrasepsi perlu mempertimbangkan kebutuhan


fertilitas dan kondisi kesehatan klien. Konseling membantu klien memahami
karakteristik berbagai metode kontrasepsi dan mampu memilih jenis kontrasepsi yang
sesuai dengan kebutuhan dan kondisi kesehatan mereka. Konseling perlu juga
membantu klien mencegah kehamilan berisiko termasuk Kehamilan Tidak Diinginkan
(KTD) dan kehamilan 4 Terlalu (Terlalu muda, Terlalu tua, Terlalu dekat, dan Terlalu
banyak). Peran dan kemampuan penyedia layanan (dokter atau bidan) dalam
memberikan konseling yang baik sangat penting dalam proses pemilihan dan
keberhasilan program KB.

A. Pengenalan ABPK
Alat Bantu Pengambilan Keputusan ber-KB (ABPK) adalah alat bantu kerja interaktif
bagi penyedia layanan (dokter atau bidan) dalam membantu klien (pasangan suami
dan istri) memilih dan memakai metode KB yang paling sesuai dengan kebutuhan
dan kesehatan klien, memberikan informasi yang diperlukan dalam pelayanan KB
yang berkualitas, serta menawarkan saran atau panduan cara membangun
komunikasi dan konseling efektif.

Terdapat lima prinsip penggunaan ABPK:


1. Klien bertanggung jawab dalam mengambil keputusan.
2. Penyedia layanan membantu klien dalam pengambilan keputusan memilih jenis
kontrasepsi yang sesuai dengan kebutuhan fertilitas dan kondisi Kesehatan
mereka.
3. Penghargaan terhadap keinginan klien.
4. Penyedia pelayanan menanggapi pernyataan, pertanyaan, serta kebutuhan
klien.
5. Penyedia pelayanan harus dapat mendengarkan dengan baik apa yang
disampaikan klien, sehingga dapat melayani dengan baik dan membantu
langkah tindak lanjut yang sesuai.

ABPK memiliki tiga bagian, yaitu:


1. Bagian pertama, ditandai dengan tab di sisi kanan. Tab ini bertujuan
memudahkan penyedia layanan dalam membantu klien memenuhi kebutuhan
mereka. Terdapat lima buah tab dengan warna berbeda yang memudahkan
penyedia layanan dalam menggunakan ABPK.
2. Bagian kedua, ditandai dengan tab di sisi kiri bawah. Tab ini berisi informasi
setiap metode KB yang dapat digunakan oleh penyedia layanan dalam
membantu klien mengambil keputusan memilih kontrasepsi yang sesuai.
Informasi yang tercantum di dalam tab-tab ini mencakup kriteria persyaratan
medis, efek samping, cara pakai, waktu kunjungan ulang, dan hal-hal lain yang
perlu diingat dan dibicarakan dalam konseling KB.
3. Bagian ketiga, yaitu tab tambahan yang berada di sisi kanan bawah. Tab ini
berisi berbagai bantuan konseling yang dapat digunakan bila diperlukan, antara
lain daftar tilik untuk memeriksa kemungkinan hamil bagi klien KB yang
tidak/belum mendapatkan haid, perbandingan efektivitas metode KB, fakta

39
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
tentang IMS dan HIV/AIDS, sistem reproduksi wanita, siklus haid, dan
sebagainya.

Secara umum, terdapat tiga ragam klien yang memperoleh manfaat dari penggunaan
ABPK ini, yaitu:
1. Klien baru yang memerlukan bantuan memilih metode kontrasepsi yang paling
sesuai dengan kebutuhan fertilitas dan kondisi kesehatan mereka.
2. Klien dengan kebutuhan khusus yang membutuhkan KB khusus atau nasehat
khusus, sehingga konseling berjalan dengan cara yang berbeda dengan
kelompok klien lain.
3. Klien kunjungan ulang yang memiliki masalah dengan metode kontrasepsi yang
digunakan atau hanya ingin mendapatkan alat kontrasepsi ulangan.

B. Pengertian Konseling KB
Salah satu bentuk atau tahapan dalam Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE)
adalah konseling. Konseling adalah proses komunikasi yang dibangun oleh penyedia
layanan ditujukan kepada klien atau pasangan suami dan istri dengan kebutuhan
ber-KB. Komunikasi memberikan informasi kepada klien membantu mereka
memahami kebutuhan membatasi fertilitas, berbagai pilihan kontrasepsi, dan kondisi
kesehatan mereka. Tujuan utama konseling membuat klien mampu mengambil
keputusan memilih jenis kontrasepsi yang sesuai dengan kebutuhan fertilitas dan
kondisi kesehatan mereka, dan menyiapkan diri menjalani dengan baik kesertaan
dalam program KB.

Dalam memberikan konseling, penyedia layanan perlu mempunyai keterampilan


membangun relasi, empati, genuineness (kesesuaian tingkah laku seseorang
dengan perasaannya), penerimaan, kemajemukan kognitif, mawas diri, kompetensi,
dan sensitivitas terhadap keragaman budaya. Hal ini dapat meningkatkan
keberhasilan konseling.

Konseling KB bisa dilakukan pada perempuan dan Pasangan Usia Subur (PUS), ibu
hamil, ibu bersalin, dan ibu nifas. Konseling KB juga dilakukan berkelanjutan dengan
pendekatan siklus hidup manusia. Materi dalam konseling dapat berupa pendidikan
kesehatan reproduksi pada remaja, konseling Wanita Usia Subur (WUS), konseling
calon pengantin, konseling KB pada ibu hamil/promosi KB pasca persalinan,
pelayanan KB pasca persalinan, dan pelayanan KB interval.

C. Tujuan dan Manfaat Konseling KB


Tujuan dalam memberikan konseling KB kepada klien antara lain:
1. Meningkatkan penerimaan
2. Penerimaan klien terhadap konseling KB lebih baik ketika informasi
disampaikan dengan benar, terdapat diskusi bebas, dan komunikasi non
verbal
3. Menjamin pilihan yang cocok
4. Konseling yang benar dapat membantu petugas dan klien dalam menentukan
pilihan terbaik metode KB sesuai dengan kebutuhan dan kondisi klien
5. Menjamin efektivitas penggunaan kontrasepsi
40
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
6. Konseling yang efektif dapat membantu klien mengetahui metode KB yang
sesuai dan mengatasi isu-isu yang keliru mengenai penggunaan kontrasepsi
7. Menjamin durasi pemakaian yang lebih lama
8. Durasi pemakaian KB dapat ditingkatkan dengan melibatkan klien dalam
memilih metode KB, memberikan pengetahuan klien tentang cara kerja dan
efek samping penggunaan KB, dan memberitahu klien kapan harus
melakukan kunjungan ulang

Manfaat dalam memberikan konseling KB kepada klien antara lain:


1. Klien dapat memilih metode kontrasepsi yang sesuai dengan kebutuhan
reproduksinya
2. Puas terhadap pilihannya sehingga dapat mengurangi keluhan atau
penyesalan
3. Memberdayakan klien untuk menentukan metode dan lama penggunaan alat
kontrasepsi
4. Membangun rasa saling percaya
5. Menghormati hak klien dan petugas
6. Menambah dukungan terhadap pelayanan KB
7. Menghilangkan rumor, mitos, dan konsep KB yang salah

D. Pelaksanaan Konseling KB dengan ABPK


Alat Bantu Pengambilan Keputusan ber-KB (ABPK) merupakan alat penunjang
dalam pemberian konseling KB. Penggunaan ABPK dalam konseling KB bertujuan
untuk mendorong klien untuk terlibat dalam pengambilan keputusan KB, membantu
penyedia layanan untuk memberikan informasi KB yang berkualitas, dan
mengoptimalkan interaksi yang positif antara penyedia layanan dengan klien. Selain
itu, ABPK memungkinkan konseling berjalan lebih terarah, konselor tidak
mendominasi konseling dan membuat waktu lebih efektif.
ABPK berbentuk lembar balik dua sisi, di mana satu sisi menampilkan gambar dan
informasi dasar untuk klien, sedangkan sisi lainnya menampilkan informasi teknis
yang lebih terperinci untuk penyedia layanan. Dalam membantu klien mengambil
keputusan ber-KB, penyedia layanan perlu memperhatikan hal-hal berikut ini.
1. Klien adalah pengambil keputusan
2. Penyedia layanan membantu klien dalam menimbang berbagai informasi
mengenai KB
3. Penyedia layanan harus menghargai keinginan klien
4. Penyedia layanan harus tahu langkah yang perlu diambil berikutnya untuk
dapat memberikan saran dan informasi yang tepat bagi klien

Konseling dengan menggunakan ABPK mengacu pada prinsip SATU TUJU, yaitu
Sapa dan Salam, Tanyakan, Uraikan, Bantu, Jelaskan, dan Kunjungan Ulang. Teknik
ini harus dilakukan secara berurutan dan sesuai dengan kebutuhan klien. Berikut
adalah uraian dari prinsip SATU TUJU tersebut.
a. SA: Sapa dan Salam
Proses konseling KB harus dimulai dengan menyapa dan mengucapkan
salam terhadap klien secara terbuka dan sopan. Jangan lupa untuk
menyatakan secara eksplisit mengenai kerahasiaan data klien yang terjamin

41
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
dalam proses konseling KB. Sapaan terhadap klien juga disertai dengan
pertanyaan mengenai informasi keadaan klien saat ini, seperti kondisi
kesehatannya, keluhan yang dialami, pemikiran mengenai alat kontrasepsi
yang hendak digunakan, dan berbagai pertimbangan yang dimiliki klien saat
ini.
b. T: Tanyakan
Agar dapat memudahkan klien untuk menemukan metode KB yang sesuai,
maka kenalilah kebutuhan klien dengan bertanya. Ajak klien untuk
mendiskusikan beberapa hal berikut, yaitu kondisi kesehatan saat ini,
pengalaman ber-KB, pengetahuan mengenai program KB, rencana memiliki
anak, kesehatan reproduksi, pemahaman mengenai HIV/AIDS dan Infeksi
Menular Seksual (IMS) lainnya, sikap pasangan mengenai rencana ber-KB,
dan ragam pertimbangan yang dimiliki oleh klien. Dalam hal ini, keterampilan
penyedia layanan dalam melakukan observasi dan bertanya serta
menanggapi cerita dan informasi dari klien juga perlu diasah dengan baik.
Berikut adalah keterampilan-keterampilan yang perlu dimiliki oleh penyedia
layanan agar proses tanya ini bisa berjalan dengan baik:
- Observasi
- Memberikan pertanyaan terbuka dan tertutup
- Memberikan dorongan
- Melakukan parafrase
- Merefleksikan perasaan
- Merefleksikan arti
- Membuat kesimpulan
c. U: Uraikan
Dalam proses ini, penyedia layanan telah memiliki satu atau dua metode KB
yang dapat ditawarkan kepada klien. Penyedia layanan harus menguraikan
metode KB yang hendak ditawarkan tersebut dengan mengaitkannya pada
berbagai pertimbangan klien yang dimilikinya saat ini, termasuk mengenai
kriteria kelayakan medis, efek samping, dan hal-hal lain yang perlu
diperhatikan oleh klien.
d. Tu: Bantu
Dalam proses ini, penyedia layanan membantu klien untuk membuat
keputusan dengan mempertimbangkan kondisi medis, karakteristik klien,
efektivitas, efek samping, dan durasi penggunaan metode KB. Oleh karena
itu, penyedia layanan perlu memastikan bahwa klien telah memiliki
pengetahuan yang cukup mengenai metode KB yang menjadi pilihannya.
e. J: Jelaskan
Setelah klien memutuskan alat kontrasepsi yang akan digunakan, penyedia
layanan harus menjelaskan secara lengkap mengenai cara menggunakan alat
kontrasepsi tersebut. Dalam hal ini, informasi yang tercantum dalam ABPK
dapat membantu klien lebih memahami cara menggunakan alat kontrasepsi
yang akan digunakan tersebut. Klien juga harus mampu menampilkan
perencanaan yang baik mengenai bagaimana ia akan menjalankan program
KB yang diinginkannya.
f. U: Kunjungan Ulang

42
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Penyedia layanan perlu mendorong klien untuk kembali apabila ia memiliki
pertanyaan, pertimbangan, maupun permasalahan saat menjalankan
program KB yang telah ia pilih.

E. Manajemen Konseling KB dengan ABPK


Dalam pelaksanaan, konseling dengan ABPK dilakukan dengan prosedur berikut:
1. Persiapan
a. Sumber Daya Manusia (SDM)
Penyedia layanan (dokter atau bidan) merupakan aspek SDM utama dalam
pemberian konseling KB di fasilitas kesehatan. Dalam hal ini, penyedia
layanan harus memiliki kesiapan informasi tentang KB dan metode
pelaksanaanya serta kesiapan psikologis saat berhadapan dengan klien.
b. Sarana penunjang
Konseling KB yang berkualitas perlu didukung dengan sarana penunjang. Hal
ini dapat membantu proses komunikasi antara penyedia layanan dan klien
berjalan dengan baik. Sarana penunjang tersebut meliputi 1) ruangan atau
tempat konseling yang kondusif dan dapat dijangkau klien; 2) alat bantu
konseling KB berupa lembar balik ABPK.
c. Kriteria klien khusus
Pemberian konseling dengan prosedur ABPK dibedakan berdasarkan empat
kriteria khusus, yaitu laki-laki, perempuan yang mendekati masa menopause,
klien dengan disabilitas mental dan/atau intelektual, dan klien dari pernikahan
usia dini.

2. Pelaksanaan
ABPK merupakan panduan ideal yang berisi bahan pertimbangan dalam memilih
metode KB. ABPK disusun berdasarkan empat kriteria kondisi klien, yaitu klien
baru, klien yang membutuhkan perlindungan terhadap IMS, klien dengan
kebutuhan khusus, dan klien dengan kunjungan ulang. Berikut gambaran
konseling sesuai kondisi klien:

Tabel 1. Gambaran Konseling Berdasarkan Kriteria Kondisi Klien

Kondisi Gambaran Penyedia Layanan dalam Konseling


Klien
Klien yang Melakukan pemeriksaan rutin sebagai bentuk follow-up
kembali tanpa kondisi klien.
masalah · Memeriksa kondisi klien dengan pemakaian metode KB
yang telah dipilih.
· Memeriksa dampak dari pemakaian metode yang dipilih
terhadap diri klien dan hubungannya dengan pasangan.

Klien yang Memeriksa kondisi klien dengan pemakaian metode KB yang


kembali telah dipilih.
dengan · Pemeriksaan terhadap dampak dari pemakaian metode
masalah yang dipilih terhadap diri klien dan hubungannya dengan
pasangan.
· Identifikasi masalah yang dihadapi oleh klien dengan
tujuan membantu mengatasi masalah tersebut.

43
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

Klien baru Pembahasan dalam sesi konseling dapat fokusk pada


yang telah metode yang telah menjadi pilihan dari klien.
memiliki pilihan · Diskusikan metode pilihan klien untuk memastikan
metode pemahamannya terhadap metode tersebut.
· Pastikan bahwa klien memahami dampak dari pilihannya.
· Periksa kembali keputusan klien, apakah keputusan ini
telah didiskusikan dengan pasangan
· Berikan dukungan kepada pilihan klien, sembari
meluruskan beberapa pemahaman informasi yang
kurang tepat.
· Diskusikan tantangan yang mungkin muncul dalam
penggunaan metode tersebut. Bersama dengan klien,
susunlah rencana yang matang agar pilihan klien ini
dapat berjalan dengan baik dan optimal.

Klien baru · Menggali kondisi klien saat ini, rencana-rencananya,


yang belum serta hal-hal yang penting bagi dirinya maupun
memiliki pilihan pasangan.
metode · Mengenalkan berbagai metode KB yang dapat digunakan
kepada klien.
· Diskusikan bersama dengan klien metode KB yang
sesuai dengan kondisi, situasi, dan hal-hal penting yang
diutamakan baginya. Dalam hal ini, ajak klien untuk
masuk ke tahapan memfokuskan masalah (focusing) dan
membangkitkan motivasi (evoking).
· Berikan dukungan dalam bentuk afirmasi mengenai
pemahaman dan pertimbangan klien dalam pengambilan
keputusannya. Usahakan untuk tidak memberikan
instruksi atau mengerucutkan klien pada satu pilihan
metode sebelum klien mempertimbangkan jenis pilihan
lainnya yang sesuai dengan kondisinya saat ini.
· Diskusikan dengan klien hal-hal yang menjadi
kekhawatiran dan hambatannya dalam memilih ataupun
melaksanakan metode KB. Dalam hal ini, ajak klien untuk
memikirkan langkah-langkah yang dapat digunakan untuk
mengatasi hambatan tersebut.
· Jika diperlukan, minta klien untuk membuat catatan
mengenai hal-hal penting yang didiskusikan dalam sesi
konseling tersebut. Catatan ini dapat menjadi pegangan
maupun arahan bagi klien dalam melaksanakan
keputusannya ketika sesi konseling telah selesai.

3. Evaluasi
a. Evaluasi kegiatan konseling KB
Evaluasi penyedia layanan dalam memberikan konseling KB kepada klien di
fasilitas kesehatan dapat dilakukan dengan menanyakan:
- Tingkat kenyamanan klien untuk membicarakan masalahnya dengan
penyedia layanan

44
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
- Tingkat pemahaman klien tentang program KB berdasarkan informasi
penyedia layanan
- Tingkat pemahaman penyedia layanan terhadap kebutuhan klien, dan
- Tingkat efektivitas konseling dalam membantu klien mengambil
keputusan
b. Pemantauan kepatuhan klien dalam menggunakan KB
Kesiapan klien dan pasangan mempengaruhi kepatuhan klien dalam
menggunakan KB. Kesiapan tersebut dapat dinilai dari klien yang mencari
informasi mengenai kondisi dirinya; mencari informasi mengenai metode KB
dan karakteristiknya; memulai proses pemilihan metode KB dengan
pendampingan profesional dari penyedia layanan; mengubah gaya hidup
agar lebih sesuai dengan metode KB yang dipilih.

Materi Pokok 2.
PENAPISAN KRITERIA KELAYAKAN MEDIS PENGGUNAAN KONTRASEPSI DENGAN
RODA KLOP

Kriteria Kelayakan Medis Penggunaan Kontrasepsi (Medical Eligibility Criteria for


Contraceptive Use (MEC)) pertama kali diterbitkan oleh WHO tahun 1996. Kriteria ini dibuat
berdasarkan hasil review WHO dan mitra terhadap kajian klinis dan epidemiologis terkini
pelayanan kontrasepsi. Selanjutnya, hasil review tersebut dibuat sebagai panduan dan
rekomendasi terhadap tingkat keamanan suatu metode kontrasepsi berdasarkan kondisi
medis dan karakteristik khusus. MEC Wheel milik WHO kemudian diadaptasi di Indonesia
ke dalam bentuk Diagram Lingkaran dan Aplikasi Kriteria Kelayakan Medis Dalam
Penggunaan Kontrasepsi atau dikenal dengan Roda KLOP.
A. Pengertian
Kriteria kelayakan medis dalam penggunaan kontrasepsi merupakan bagian dari
proses untuk meningkatkan kualitas pelayanan dalam keluarga berencana.
Keamanan setiap metode kontrasepsi ditentukan oleh beberapa pertimbangan
dalam konteks kondisi medis atau karakteristik medis terkait; terutama apakah
metode kontrasepsi memperburuk kondisi medis atau menciptakan risiko kesehatan
tambahan, dan apakah keadaan medis yang membuat metode kontrasepsi kurang
efektif. Keamanan dari metode ini harus dipertimbangkan bersama dengan manfaat
mencegah kehamilan yang tidak diinginkan.

Kategori kondisi klien yang memerlukan penapisan kriteria kelayakan medis:


- Kategori 1: Kondisi yang tidak ada batasan untuk penggunaan metode
kontrasepsi
- Kategori 2: Suatu kondisi di mana keuntungan menggunakan metode
umumnya lebih besar dari risiko baik secara teoritis maupun terbukti
- Kategori 3: Suatu kondisi di mana risiko teoritis atau terbukti biasanya lebih
besar daripada keuntungan menggunakan metode ini
- Kategori 4: Suatu kondisi yang memiliki risiko kesehatan yang tidak dapat
diterima jika metode kontrasepsi digunakan

B. Tujuan
Penapisan kriteria kelayakan medis dalam penggunaan kontrasepsi dengan Roda
KLOP bertujuan untuk:

45
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
1. Mengidentifikasi kondisi klien yang memerlukan perhatian khusus sebelum
menggunakan suatu metode KB, misal merokok, diabetes melitus, hipertensi,
HIV, dan lain-lain
2. Menawarkan panduan tentang keamanan dan penggunaan metode yang
berbeda untuk perempuan dan laki-laki dengan karakteristik atau kondisi
medis tertentu
3. Meningkatkan pemahaman penyedia layanan dalam memberikan pelayanan
kontrasepsi sesuai kondisi medis dan karakteristik khusus klien
4. Meningkatkan kualitas pelayanan kontrasepsi yang dapat memenuhi
kebutuhan klien sesuai kondisi dan karakteristik khusus yang dimiliki
5. Meningkatkan angka dan durasi penggunaan kontrasepsi
6. Memberikan kontribusi terhadap penurunan risiko kematian ibu dan anak

C. Fungsi
Penapisan kriteria kelayakan medis dalam penggunaan kontrasepsi dengan Roda
KLOP memiliki fungsi:
1. Membantu penyedia layanan dalam menentukan metode KB terbaik bagi klien
2. Melakukan penapisan klien sesuai kriteria kelayakan medis klien
3. Mendeteksi kehamilan sebelum penggunaan metode KB
4. Menjelaskan berbagai jenis kontrasepsi berdasarkan spesifikasi masing-
masing
5. Memberikan gambaran terhadap prosedur medis yang diperlukan

D. Pengenalan bagian Roda KLOP

Gambar 1. Roda KLOP

Gambar 2. Roda KLOP dibuka

46
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

Bagian-Bagian Roda KLOP


1. Bagian Dalam Lipat Roda KLOP

Gambar 3. Bagian Dalam Lipat Roda KLOP


a. Penapisan Kehamilan
Bagian penapisan kehamilan terdiri dari 6 pertanyaan untuk melakukan
penapisan kondisi klien sedang dalam kondisi hamil atau tidak. Pertanyaan
tersebut yaitu:

Tabel 2. Penapisan Kehamilan

TIDAK PENAPISAN KEHAMILAN YA

1. Apakah Anda mempunyai bayi yang berumur


kurang dari 6 bulan DAN apakah Anda
menyusui secara eksklusif atau hampir
eksklusif DAN belum mendapat haid?

2. Apakah Anda pantang senggama sejak haid


terakhir atau bersalin?

3. Apakah Anda baru melahirkan bayi kurang


dari 4 minggu?

4. Apakah haid terakhir dimulai 7 hari terakhir


(atau 12 hari terakhir bila klien ingin
menggunakan AKDR)?

5. Apakah Anda mengalami keguguran dalam 7

47
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

hari terakhir (atau 12 hari terakhir bila klien


ingin menggunakan AKDR)?

6. Apakah Anda menggunakan metode


kontrasepsi secara tepat dan konsisten?

- Bila klien menjawab “TIDAK” pada SEMUA pertanyaan, maka kemungkinan


kehamilan tidak dapat disingkirkan. Klien harus menunggu sampai haid
berikutnya atau menjalani tes kehamilan.
- Bila klien menjawab “YA” pada MINIMAL SALAH SATU pertanyaan dan klien
tidak mempunyai gejala kehamilan, maka penyedia layanan DAPAT
memberikan metode kontrasepsi pilihannya.

b. Prosedur Penapisan Klien


Tabel prosedur pemeriksaan klien sebelum menggunakan suatu metode
kontrasepsi. Terdapat 3 pembagian kelas, yaitu A, B, dan C.

Gambar 4. Prosedur Penapisan Klien

c. Efektivitas Kontrasepsi
Tabel keefektifitasan suatu metode kontrasepsi jika digunakan secara
konsisten dan jika dipakai secara biasa.

48
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

Gambar 5. Efektivitas Kontrasepsi

d. Waktu untuk Memulai Kontrasepsi Pasca Persalinan


Tabel ini merupakan rekomendasi penggunaan suatu metode kontrasepsi
sesuai dengan waktu nifas dan kondisi menyusui atau tidak menyusui.

Gambar 6. Waktu Memulai Kontrasepsi Pasca Persalinan

2. Bagian Luar Lipat Roda KLOP

49
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

Gambar 7. Bagian Luar Lipat Roda KLOP

a. Keterangan Mengenai Diagram Lingkaran


Diagram lingkaran ini berisi kriteria persyaratan medis untuk memulai
penggunaan metode kontrasepsi tertentu, berdasarkan Medical Eligibility
Criteria for Contraceptive Use, 5th edition 2015, salah satu pedoman WHO
berdasarkan bukti ilmiah (evidence based). Pedoman ini memberikan
informasi kepada provider pelayanan Keluarga Berencana dalam memberi
rekomendasi mengenai metode kontrasepsi yang aman untuk calon akseptor
dengan kondisi medis atau karakteristik medis tertentu.
Diagram lingkaran ini mencakup rekomendasi-rekomendasi untuk memulai
penggunaan sebelas tipe metode kontrasepsi yang umum:
1. Pil oral kombinasi atau kontrasepsi oral kombinasi rendah, yang
mengandung ≤35 μg etinil estradiol (KOK)
2. Koyo (patch) kontrasepsi kombinasi (P)
3. Cincin vagina kontrasepsi kombinasi (CVK)
4. Kontrasepsi injeksi kombinasi (KIK)
5. Pil progesteron (PP)
6. Injeksi progesteron, depo medroxyprogesterone acetate intramuskular
atau subkutuan (DMP IM, SC) atau norethisterone enanthate
intramuskular (NET-EN)
7. Implant progesterone, LNG/ETG
8. Alat Kontrasepsi Dalam Rahim-Copper (AKDR Cu)
9. Alat Kontrasepsi Dalam Rahim-LNG (AKDR LNG)
10. Tubektomi
11. Vasektomi

b. Bagaimana Cara Menggunakan Diagram Lingkaran Ini

50
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Diagram lingkaran ini mencocokkan metode-metode kontrasepsi, ditunjukkan
lingkaran yang sebelah dalam, dengan kondisi-kondisi medis spesifik atau
karakteristik yang ditunjukkan lingkaran sebelah luar. Nomor yang ditunjukkan
pada bagian tersebut menunjukkan apakah wanita dengan kondisi medis atau
karakteristik tertentu dapat memulai menggunakan metode kontrasepsi
tersebut.

Tabel 3. Kategori Penilaian Klien


Kate Dengan Penilaian Dengan Keterbatasan
gori Klinik Penilaian Klinik

1 Metode tersebut dapat


digunakan dalam setiap
keadaan
Dapat Digunakan
2 Secara umum metode
tersebut dapat
digunakan

3 Penggunaan metode
tersebut biasanya tidak
direkomendasikan
kecuali tidak ada Tidak Dapat Digunakan
metode lain yang
tersedia atau dapat
diterima pasien

4 Metode tersebut tidak


dapat digunakan

Pada prosedur Tubektomi dan Vasektomi digunakan kategori sebagai berikut:

Tabel 4. Kategori Penilaian Klinik


Kategori Dengan Penilaian Klinik

A Accept (Dapat Diterima) Tidak ada alasan medis untuk


menolak sterilisasi pada kondisi ini

C Caution (Hati-Hati) Prosedur dapat dilakukan pada


keadaan normal namun perlu
persiapan ekstra dan hati-hati

D Delay (Tunda) Prosedur ditunda sampai kondisi


dievaluasi dan/ atau dikoreksi.
Metode kontrasepsi alternatif
sementara harus disediakan

S Special (Khusus) Prosedur harus dilakukan oleh


operator yang berpengalaman
dan peralatan harus lengkap dan
tersedia untuk anestesi umum,

51
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

dan harus dipikirkan regimen


anestesi yang tepat. Metode
kontrasepsi alternatif sementara
harus disediakan jika rujukan
dibutuhkan

Pada prosedur tubektomi dan vasektomi digunakan kategori dengan kategori


A,C,D,S.

c. Kontrasepsi Darurat
Pada bagian kontrasepsi darurat terdapat indikasi untuk penggunaan
kontrasepsi, tabel tipe kontrasepsi hormonal, tabel pil kontrasepsi darurat dan
AKDR Copper untuk kontrasepsi darurat.

d. Bagian Diagram Lingkaran Roda KLOP

Gambar 8. Bagian Diagram Roda KLOP

52
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

Penapisan Klien Berdasarkan Kriteria Kelayakan Medis


Kondisi medis penyerta meliputi penyakit hati,kanker payudara, tromboemboli vena,
penyakit kardiovaskular, hipertensi, obesitas, diabetes, merokok, sakit kepala,
interaksi obat-obatan lain, HIV, Infeksi Menular Seksual (IMS), penyakit radang
panggul, sepsis, post partum dan menyusui, nulipara, usia remaja, pendarahan
vagina, mioma uteri, neoplasia servikal, dan kanker serviks.
Prosedur Sebelum Penggunaan Metode Kontrasepsi
Prosedur pemeriksaan penunjang seperti: pemeriksaan payudara, pemeriksaan
dalam, pemeriksaan penapisan kanker leher rahim, pemeriksaan laboratorium rutin,
pemeriksaan hemoglobin, seleksi IMS melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik,
riwayat tromboemboli vena, dan penapisan tekanan darah.

E. Prosedur Penggunaan Roda KLOP


Setelah klien memperoleh informasi terkait kondisi dan masalah kesehatan klien
pada tahap konseling, maka dilakukan penapisan kelayakan medis menggunakan
Roda KLOP dengan langkah sebagai berikut:
1. Tanyakan kondisi dan masalah kesehatan klien dengan menggali riwayat
penyakit sekarang dan riwayat penyakit dahulu.
2. Cocokkanlah kondisi-kondisi medis atau karakteristik khusus yang dimiliki klien
(ditunjukkan pada diagram lingkar sisi luar) dengan metode-metode kontrasepsi
(ditunjukkan pada diagram lingkar sisi dalam).
3. Lihatlah rekomendasi penggunaan metode-metode kontrasepsi yang ditunjukkan
dengan nomor atau huruf. Nomor atau huruf ini merupakan kategori yang
menunjukkan apakah klien dapat mulai menggunakan suatu metode kontrasepsi.

Gambar 9. Roda KLOP Tampak Depan

4. Selain terdapat pada diagram lingkaran sisi luar, beberapa kondisi medis atau
karakteristik khusus tertentu juga dapat dilihat pada diagram lingkaran sisi
belakang.

53
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

Gambar 10. Roda KLOP Tampak Belakang

Seluruh kondisi medis atau karakteristik khusus yang terdapat pada diagram
lingkaran sisi belakang memiliki Kategori 1 dan 2, artinya setiap metode
kontrasepsi non-sterilisasi dapat digunakan.

5. Lihatlah deskripsi nomor dan huruf untuk rekomendasi penggunaan


kontrasepsi. Kategori ini dibedakan untuk metode kontrasepsi non-sterilisasi
(No. 1-9) dan metode kontrasepsi sterilisasi (No. 10-11).
a. Metode Kontrasepsi Non-Sterilisasi

Tabel 5. Kategori Metode Kontrasepsi Berdasarkan Penilaian Klinik

Kategor Deskripsi Ketika Penilaian Ketika Penilaian


i Klinis Tersedia Klinik Terbatas

1 Dapat Gunakan metode ini


digunakan dalam kondisi apapun
Gunakan metode ini
2 Keuntungan Secara umum gunakan
melebihi risiko metode ini

3 Risiko secara Penggunaan metode


umum ini biasanya tidak
melebihi direkomendasikan, Jangan gunakan
keuntungan kecuali metode lain metode ini
tidak tersedia/ tidak
dapat diterima

4 Risiko Metode tidak boleh


kesehatan digunakan
tidak dapat
diterima

54
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

Kategori 1 dan 4 merupakan rekomendasi-rekomendasi yang jelas. Untuk


kategori 2 dan 3, penilaian klinis dibutuhkan dan tindak lanjut yang hati-hati
mungkin dibutuhkan. Jika penilaian klinik terbatas, maka kategori 1 dan 2
artinya metode dapat digunakan, sementara kategori 3 dan 4 artinya metode
tidak dapat digunakan.

b. Metode Kontrasepsi Sterilisasi

Gambar 11. Panduan Roda KLOP

Tabel 6. Kategori Penilaian Klinik


Kategori Deskripsi

A Accept (Dapat Tidak ada alasan medis untuk menolak


Diterima) sterilisasi pada kondisi ini

C Caution (Hati- Prosedur biasanya dapat dilakukan pada


Hati) keadaan normal namun perlu persiapan ekstra
hati-hati

D Delay (Tunda) Prosedur ditunda sampai kondisi dievaluasi


dan/ atau dikoreksi. Metode kontrasepsi
alternatif sementara harus disediakan

S Special (Khusus) Prosedur harus dilakukan oleh operator yang


berpengalaman dan peralatan harus lengkap
dan tersedia untuk anestesi umum, dan harus
dipikirkan regimen anestesi yang tepat. Metode
kontrasepsi alternatif sementara harus
disediakan jika rujukan dibutuhkan

6. Jika nomor atau huruf diikuti kode tertentu misal (3 A, Cb), lihatlah keterangan
kode tersebut pada diagram lingkaran sisi belakang.

55
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

Gambar 12. Roda KLOP Tampak Belakang

Sebagai contoh, pada klien dengan HIV stadium 3 atau 4, AKDR-Cu memiliki
kategori 3A. Pada diagram lingkaran sisi belakang, keterangan kode “A”
bermakna “Jika kondisi timbul saat menggunakan metode kontrasepsi ini,
kontrasepsi tersebut dapat dilanjutkan selama pengobatan”. Hal ini berarti:
- Klien dengan HIV stadium 3 atau 4 tidak direkomendasikan untuk memulai
penggunaan AKDR-Cu.
- Namun jika HIV stadium 3 atau 4 baru timbul pada saat klien sedang
menggunakan AKDR-Cu, maka AKDR-Cu tetap dapat dilanjutkan sesuai
jangka waktu pemakaian, dengan syarat klien mendapat pengobatan HIV
sesuai standar.

7. Jika diperlukan, buatlah tabel bantu untuk mempermudah penapisan


kelayakan medis. Pada kolom kondisi, isilah dengan kondisi medis atau
karakteristik khusus yang dimiliki klien. Pada kolom “Metode” isilah dengan
nomor atau kode rekomendasi yang tertera pada diagram lingkaran. Contoh
tabel yang telah diisi dapat dilihat pada Tabel 7.
8. Berikanlah informasi kepada klien tentang hasil penapisan kelayakan medis
sesuai kondisi medis dan karakteristik khusus yang dimiliki klien. Informasi
yang diberikan meliputi:

Tabel 7. Contoh tabel Penapisan Kelayakan Medis


Kondisi KOK/K KIK PP DMPA/ Implan, AKDR AKDR Tubektom Vasektomi
oyo/C NET-EN LNG/ -Cu -LNG i
VK ETG

Hipertensi 4 4 2 3 2 1 1 S -
≥160
mmHg

DM 2Q 2Q 2Q 2 2 1 2 Cc C

Post 4D.F 4D.F 2 3 2 3 3 A/Da -

56
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

partum 48
jam s/d <
4 minggu

a. Metode Kontrasepsi yang Direkomendasikan


Metode yang direkomendasikan adalah metode yang berada dalam Kategori
1 atau 2 (untuk metode non-sterilisasi), serta A atau C (untuk metode
sterilisasi).
Pada contoh di atas, untuk klien post-partum 48 jam s/d < 4 minggu dengan
hipertensi ≥160 mmHg dan diabetes melitus, metode kontrasepsi yang
direkomendasikan adalah:
- Pil progestin saja, atau
- Implant progesterone, LNG/ETG, atau
- Vasektomi (untuk suami klien)

b. Metode Kontrasepsi yang Tidak Direkomendasikan


Metode yang tidak direkomendasikan adalah metode yang berada dalam
Kategori 3 atau 4 (untuk metode non-sterilisasi), serta D atau S (untuk metode
sterilisasi).

Pada contoh di atas, untuk klien post-partum 48 jam s/d < 4 minggu dengan
hipertensi ≥160 mmHg dan diabetes melitus, metode kontrasepsi yang tidak
direkomendasikan adalah yang selain metode pada butir (a).

Berikanlah informasi bahwa metode yang tidak direkomendasikan ini mungkin


dapat memperburuk kondisi medis atau membuat risiko kesehatan tambahan
pada klien. Selain itu, kondisi medis atau karakteristik khusus yang dimiliki
klien juga dapat mempengaruhi efektivitas metode kontrasepsi yang tidak
direkomendasikan tersebut.

9. Bila klien setuju dengan hasil penapisan, lanjutkanlah dengan permintaan


informed consent dan pemberian pelayanan kontrasepsi sesuai standar.
10. Bila klien tidak setuju dengan hasil penapisan, lakukanlah konseling ulang
pada kunjungan berikutnya atau berikanlah kesempatan kepada klien untuk
berdiskusi bersama pasangan. Sementara itu, anjurkan klien dan pasangan
untuk menggunakan kontrasepsi metode barier/ kondom.
11. Lakukan pencatatan hasil penapisan dan keputusan klien pada rekam medis
dan buku KIA.

Aplikasi Diagram Kriteria Kelayakan Medis Dalam Penggunaan Kontrasepsi Roda


KLOP

Aplikasi Diagram Lingkaran Kriteria Kelayakan Medis Dalam Penggunaan Kontrasepsi


dapat diakses di seluruh perangkat teknologi, baik berbasis Android maupun IOS.

1. Cara mengunduh Aplikasi di Android/ IOS.


a. Buka aplikasi Play Store (untuk Android) atau Appstore (untuk iOS).
b. Pada kotak search, ketik KLOP KB.
Pilihlah KLOP KB, kemudian pilih install atau unduh.

57
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

Gambar 13. Cara Mengunduh Aplikasi Roda KLOP

2. Cara Penggunaan Aplikasi


a. Setelah aplikasi terunduh, sentuh ikon KLOP KB, kemudian akan muncul layar
Home seperti berikut:

Gambar 14. Home Aplikasi Roda KLOP


b. Sentuh layar perangkat untuk masuk ke Menu Utama seperti berikut:

58
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

Gambar 15. Menu Aplikasi Roda KLOP

c. Menu Utama terdiri dari:


- Langkah-Langkah Konseling, yang berisi tentang panduan konseling
SATU TUJU

Gambar 16. Langkah-Langkah Konseling

- Diagram Lingkaran Kriteria Kelayakan Medis, halaman ini berisi Roda


KLOP KB yang dapat langsung digunakan sesuai dengan kondisi klien.

59
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

Gambar 17. Tampilan Roda KLOP pada Aplikasi

- Penapisan Klien Berdasarkan Kriteria Kelayakan Medis, berisi 21


kondisi-kondisi medis klien dalam bentuk pertanyaan, untuk memudahkan
dalam anamnesa kondisi medis klien.

Gambar 18. Kriteria Kelayakan Medis

- Penapisan Kehamilan, berisi 6 pertanyaan untuk mengidentifikasi klien


dalam kondisi hamil atau tidak.

60
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

Gambar 19. Pertanyaan dalam Penapisan Kehamilan

- Macam-Macam Metode Kontrasepsi, berisi tentang berbagai pilihan


metode kontrasepsi. Apabila calon akseptor KB ingin mengetahui
informasi setiap metode KB, dapat langsung mengklik metode yang
diinginkan, dan selanjutnya akan muncul penjelasan mengenai metode
kontrasepsi tersebut.

Gambar 20. Pilihan Metode Kontrasepsi

- Tingkat Efektivitas Metode Kontrasepsi, berisi tentang tingkat efektifitas


tiap metode kontrasepsi jika dipakai secara tepat dan konsisten serta
dipakai secara biasa. Daftar efektifitas ini dapat digunakan untuk
memudahkan pemilihan metode kontrasepsi bagi calon akseptor KB.

61
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

Gambar 21. Tingkat Efektivitas Metode Kontrasepsi

- Prosedur sebelum Penggunaan Metode Kontrasepsi, halaman ini


memuat tentang prosedur pemeriksaan apa saja yang perlu dilakukan
sebelum penggunaan kontrasepsi, misalnya sebelum pemasangan AKDR
(pada tabel terdapat huruf A, B, dan C), maka prosedur penapisan yang
harus dikerjakan adalah yang diberi kode A yaitu pemeriksaan dalam,
seleksi IRS/IMS.

62
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

Gambar 22. Prosedur Sebelum Penggunaan Metode Kontrasepsi

- Kontrasepsi dalam Keadaan Khusus, terdiri dari kontrasepsi darurat dan


kontrasepsi pasca persalinan.

63
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Gambar 23. Kontrasepsi dalam Kondisi Khusus

VIII. REFERENSI
1. Pedoman Kontrasepsi dan Pelayanan KB
2. Pedoman Konseling dengan menggunakan lembar balik ABPK
3. Rekomendasi Praktik Terpilih pada Penggunaan Kontrasepsi, edisi ketiga 2016
4. Kriteria Kelayakan Medis Untuk Penggunaan Kontrasepsi

64
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

IX. LAMPIRAN

Materi Pelatihan Inti 1


Konseling KB dan Pelayanan Kontrasepsi

DAFTAR TILIK PRAKTIK LAPANGAN


KONSELING KB

Nama Peserta : …………………………………………..


Tanggal : …………………………………………..

NO KRITERIA UNJUK KERJA TD


YA KET
K
A Untuk semua klien, provider:
Menyambut kedatangan klien dengan hangat dan
1
penuh hormat
Mengundang/mendorong klien untuk berbicara
2
bebas dan bertanya selama interaksi
3 Bertanya dan menggali alasan kunjungan klien
Bila diperlukan, merujuk pada halaman “Kebutuhan
4
Khusus”
B Untuk pasien kunjungan ulang, provider:
Bertanya apakah klien puas dengan metode yang
1
dipakai
Bertanya apakah klien mempunyai masalah dengan
metode yang dipakai, misalnya merasa tidak
2 nyaman dengan metode, kecemasan adanya efek
samping ataupun ketakutan karena pemakaian
metode
Memeriksa ada tidaknya perubahan status
3
kesehatan atau kebutuhan klien
4 Mengajak klien untuk memilih suatu tindakan
Untuk klien baru, atau klien yang datang kembali untuk mengganti metode baru,
C
provider:
Bertanya apakah klien mempunyai pemikiran
1
tentang suatu metode
Mendiskusikan metode-metode yang sesuai
2
dengan kebutuhan dan keadaan klien
Menggugah perasaan klien (positif atau negatif)
tentang penggunaan suatu metode, seperti rumor
3
yang pernah didengar, kecemasan dan ketakutan
kemungkinan timbulnya efek samping
4 Mengajak klien untuk memilih suatu metode
5 Membahas tentang pilihan perlindungan ganda
Memeriksa apakah klien dapat tetap pada pilihan
6
perlindungan ganda
7 Mendiskusikan hal-hal penting dari metode terpilih
Memeriksa apakah secara medis klien memenuhi
8
syarat penggunaan suatu metode
9 Membahas kemungkinan efek samping

65
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Menjelaskan bagaimana cara menggunakan
metode, termasuk apa yang dapat mereka
10
harapkan, kapan mereka harus kembali, dan lain-
lain
Memeriksa apakah klien memahami informasi
11
teknis
Menentukan bersama klien kapan akan memulai
12
metode
Menyampaikan ke klien hal-hal yang harus diingat
13 selama memakai metode termasuk penjelasan
tentang tanda-tanda bahaya
Memeriksa apakah klien yakin dengan pemakaian
14
metode
Menawarkan kondom untuk digunakan sebagai
15
perlindungan ganda atau sebagai back-up
Menggunakan halaman tambahan untuk membantu
16
penjelasan suatu metode
D Selama interaksi (untuk semua klien), provider:
1 Menjaga kontak mata dengan klien
Menanggapi semua pernyataan dan pertanyaan
2
klien
Mendorong klien untuk kembali apabila dia
3 mengalami masalah, mempunyai pertanyaan atau
kekhawatiran
Menjelaskan konsep teknis dengan bahasa yang
4
mudah dipahami klien
5 Mendorong klien untuk membuat suatu keputusan
Terlihat nyaman dalam menggunakan alat bantu
6
konseling (ABPK atau Roda KLOP)
7 Menggunakan tab pada saat yang tepat
Bila perlu, meminta klien untuk mengamati dan
8 menunjuk pada hal tertentu dari halaman untuk
klien pada ABPK
9 Menggunakan alat bantu selama konseling
Total Nilai

Komentar:
________________________________________________________________________
________________________________________________________________________
________________________________________________________________________

66
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

MPI 2
Pelayanan Kontrasepsi pada Kondisi
Khusus

67
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

MATA PELATIHAN INTI 2


PELAYANAN KONTRASEPSI PADA KONDISI KHUSUS

I. DESKRIPSI SINGKAT
Pada pelayanan Keluarga Berencana (KB) terkadang dijumpai kondisi khusus
seperti pelayanan KB darurat, KB pasca keguguran, dan KB pasca persalinan.
Kondisi khusus tersebut membutuhkan penanganan khusus, karena jika tidak
segera ditangani bisa berujung pada kehamilan yang tidak diinginkan (KTD).
Selain itu, pelayanan kontrasepsi pada kondisi khusus bertujuan untuk
mencegah dan menangani kekerasan seksual, mencegah penularan IMS/HIV,
dan mencegah peningkatan angka morbiditas dan mortalitas maternal dan
neonatal.

II. HASIL BELAJAR DAN INDIKATOR HASIL BELAJAR


A. Hasil Belajar
Setelah mengikuti mata pelatihan ini, peserta mampu melakukan pelayanan
kontrasepsi pada kondisi khusus.

B. Indikator Hasil Belajar


Setelah mengikuti materi ini peserta mampu:
1. Melakukan pelayanan kontrasepsi darurat
2. Melakukan pelayanan kontrasepsi pasca keguguran
3. Melakukan pelayanan kontrasepsi pasca persalinan

III. MATERI POKOK DAN SUB MATERI POKOK


Dalam modul ini akan dibahas materi pokok dan sub materi pokok sebagai
berikut:

Materi Pokok 1. Pelayanan Kontrasepsi Darurat


Sub Materi Pokok 1
a. Definisi
b. Jenis Kontrasepsi Darurat
c. Indikasi Kontrasepsi Darurat
d. Kriteria Kelayakan Medis
e. Prosedur Pemberian Kontrasepsi Darurat

Materi Pokok 2. Pelayanan Kontrasepsi Pasca Keguguran


Sub Materi Pokok 2
a. Definisi
b. Jenis Kontrasepsi yang dapat digunakan Pasca Keguguran
c. Kriteria Kelayakan Medis
d. Prosedur Pemberian Kontrasepsi Pasca Keguguran

Materi Pokok 3. Pelayanan Kontrasepsi Pasca Persalinan


Sub Materi Pokok 3
a. Definisi
b. Jenis Kontrasepsi yang dapat digunakan Pasca Persalinan
c. Kriteria Kelayakan Medis

68
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

d. Prosedur Pemberian Kontrasepsi Pasca Persalinan

IV. METODE
1. Curah pendapat
2. Ceramah tanya jawab
3. Studi Kasus

V. MEDIA DAN ALAT BANTU


1. Bahan tayang
2. Modul
3. Laptop/komputer
4. LCD projector
5. Spidol
6. Koneksi Internet
7. Flip Chart
8. Panduan studi kasus
9. Lembar kasus

VI. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN


Berikut langkah-langkah kegiatan dalam proses pembelajaran materi ini.

Langkah 1.
Pengkondisian
1. Fasilitator menyapa peserta dengan ramah dan hangat. Apabila belum
pernah menyampaikan sesi di kelas, mulailah dengan perkenalan.
Perkenalkan diri dengan menyebutkan nama lengkap, instansi tempat
bekerja, dan materi yang akan disampaikan.
2. Sampaikan tujuan pembelajaran materi Pelayanan Kontrasepsi pada
Kondisi Khusus yang akan disampaikan, sebaiknya dengan menggunakan
bahan tayang.

Langkah 2.
Diskusi singkat mengenai materi yang akan disampaikan
Fasilitator menjelaskan materi Pelayanan Kontrasepsi pada Kondisi Khusus
dengan metode ceramah interaktif sehingga peserta dapat berpartisipasi aktif
dalam memberikan pendapatnya selama pemaparan materi.

Langkah 3.
Pembahasan per Materi
1. Fasilitator menyampaikan paparan materi sesuai urutan materi pokok dan
sub materi pokok dengan menggunakan bahan tayang. Kaitkan juga
dengan pendapat/pemahaman yang dikemukakan oleh peserta agar
mereka merasa dihargai.
2. Fasilitator memandu diskusi mengenai materi Pelayanan Kontrasepsi pada
Kondisi Khusus.

69
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

Langkah 4.
Penugasan
Fasilitator membagi peserta menjadi 5 kelompok dan menjelaskan panduan studi
kasus materi Pelayanan Kontrasepsi pada Kondisi Khusus. Kemudian, peserta
melakukan diskusi kelompok dan mengerjakan lembar kasus sesuai dengan
panduan yang disampaikan.

Langkah 5.
Rangkuman Materi
1. Fasilitator memberikan rangkuman materi dengan tujuan untuk membantu
peserta memahami pokok-pokok isi pembelajaran dan mengingat materi
yang sudah disampaikan.
2. Fasilitator melakukan evaluasi menggunakan pre-post test untuk menilai
kemampuan peserta setelah pembelajaran.
3. Fasilitator menutup sesi pembelajaran dengan mengucapkan terima kasih
dan salam perpisahan kepada peserta.

VII. URAIAN MATERI

Materi Pokok 1.
PELAYANAN KONTRASEPSI DARURAT

A. Definisi
Suatu metode KB yang digunakan dalam 5 hari pasca senggama yang tidak
terlindung dengan kontrasepsi yang tepat dan konsisten. Tujuannya adalah
menurunkan resiko terjadinya Kehamilan yang Tidak Diinginkan (KTD).

B. Jenis Kontrasepsi Darurat


Terdapat 2 jenis metode kontrasepsi darurat atau kondar yaitu:
1. Pil kontrasepsi darurat
Pil kondar dapat mencegah kehamilan jika diminum dalam jangka waktu
5 hari pasca senggama tanpa perlindungan. Semakin awal meminum pil
kondar maka semakin kecil risiko terjadinya kehamilan.

Tabel 1. Jumlah Tablet Berdasarkan Jenis Pil Kondar

Tipe Kontrasepsi Formulasi Jumlah Tablet yang Diminum


Hormon dan Pil
Pertama kali 12 jam
kemudian

Pil Progestin

Pil khusus untuk 1,5 mg LNG 1 0


kontrasepsi darurat berisi
progestin 0,75 mg LNG 2 0

70
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

Pil kontrasepsi progestin 0,003 mg LNG 50* 0

0,0375 mg LNG 40* 0

0,075 mg norgestrel 40* 0

Pil Estrogen dan Progestin

Pil khusus untuk 0,05 mg EE + 0,25 mg 2 2


kontrasepsi darurat berisi LNG
estrogen dan progestin

Pil kontrasepsi kombinasi 0,02 mg EE + 0,1 mg 5 5


(estrogen dan progestin) LNG

0,03 mg EE + 0,15 mg 4 4
LNG

0,03 mg EE + 0,125 4 4
mg LNG

0,05 mg EE + 0,25 mg 2 2
LNG

0,03 mg EE + 0,3 mg 4 4
norgestrel

0,05 mg EE + 0,5 mg 2 2
norgestrel

Pil Ulipristal Acetate

Pil khusus untuk 30 mg ulipristal acetate 1 0


kontrasepsi darurat berisi
ulipristal acetate
*) Walaupun jumlah pil yang banyak ini aman, tidak lazim untuk mengkonsumsi 40 pil
sekaligus

2. AKDR Copper T
Metode ini sangat efektif untuk mencegah kehamilan dan dapat
digunakan dalam 5 hari pasca senggama yang tidak terlindungi sebagai
kontrasepsi darurat.

C. Indikasi Kontrasepsi Darurat


1. Korban perkosaan
2. Senggama tanpa menggunakan kontrasepsi
3. Penggunaan kontrasepsi yang tidak tepat dan tidak konsisten

71
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

a. Kondom tidak dipasang dengan benar, terlepas atau bocor


b. Diafragma pecah, robek atau diangkat terlalu cepat
c. Salah dalam menghitung masa subur
d. Gagal putus senggama karena terlanjur ejakulasi
e. Ekspulsi AKDR
f. Lupa minum pil KB sebanyak 3 kali atau lebih
g. Terlambat lebih dari 1 minggu untuk suntik KB yang setiap bulan
h. Terlambat lebih dari 4 minggu untuk suntik KB yang tiap tiga
bulan

D. Kriteria Kelayakan Medis


1. Pil Kondar

Tabel 2. Kriteria Kelayakan Medis Pil Kondar

Kondisi Kategori

KPK LNG UPA

Kehamilan NA NA NA

Menyusui 1 1 1

Riwayat Kehamilan Ektopik 1 1 1

Obesitas 1 1 1

Riwayat penyakit kardiovaskular berat 2 2 2


(penyakit jantung iskemik, serangan
cerebrovascular atau kondisi tromboemboli
lainnya)

Migrain 2 2 2

Penyakit hati berat (termasuk Jaundice) 2 2 2

Penginduksi CYP3A4 (seperti rifampicin, 1 1 1


fenitoin, fenobarbital, carbamazepine,
efavirenz, fosphenytoin, nevirapine,
oxcarbazepine, primidone, rifabutin, St.
John’s wort/hypericum perforatum)

Penggunaan pil kontrasepsi berulang 1 1 1

Perkosaan 1 1 1

Keterangan
NA : Not Applicable (tidak dapat diterapkan)
KPK : Kontrasepsi Pil Kombinasi
LNG : Levonorgestrel

72
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

UPA : Ulipristal Asetat

Pil kondar mungkin kurang efektif bagi perempuan dengan Body Mass
Index (BMI) atau Indeks Massa Tubuh ≥ 30 kg/m2 dibandingkan dengan
perempuan yang memiliki BMI < 25 kg/m2. Meskipun begitu, tidak ada
kekhawatiran tentang keamanan.

2. AKDR Copper T
Metode AKDR Copper T sangat efektif untuk mencegah kehamilan.
Metode ini dapat digunakan dalam 5 hari pasca senggama yang tidak
terlindungi sebagai kontrasepsi darurat.

Tabel 3. Kriteria Kelayakan Medis dalam Penggunaan AKDR Copper T

Kondisi Kategori

AKDR Copper T

Kehamilan 4

Perkosaan

a. Risiko tinggi IMS 3

b. Risiko rendah IMS 1

Keterangan:
1: Metode kontrasepsi dapat digunakan setiap saat
2: Metode kontrasepsi dapat digunakan
3: Metode kontrasepsi tidak direkomendasikan
4: Metode kontrasepsi tidak dapat digunakan

Materi Pokok 2.
PELAYANAN KONTRASEPSI PASCA KEGUGURAN

A. Definisi dan Pentingnya Penggunaan Kontrasepsi


Pelayanan KB Pasca Keguguran (PK) adalah pelayanan KB yang diberikan
setelah penanganan keguguran saat di fasilitas kesehatan. Kontrasepsi
pasca keguguran perlu dimulai segera karena ovulasi dapat terjadi dalam 11
hari setelah keguguran.
Klien perlu mendapat konseling dan informasi agar mereka mengerti bahwa:
1. Klien dapat hamil lagi sebelum haid berikutnya
2. Ada kontrasepsi yang aman untuk menunda atau mencegah kehamilan
3. Dimana dan bagaimana klien dapat memperoleh pelayanan

WHO merekomendasikan untuk kehamilan setelah keguguran adalah


minimal enam bulan untuk mengurangi risiko yang dapat merugikan ibu dan
perinatal.

73
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

B. Jenis Kontrasepsi yang dapat Digunakan Pasca Keguguran


1. Kontrasepsi yang dianjurkan sesudah keguguran trimester I sama
dengan yang dianjurkan pada masa interval.
2. Kontrasepsi yang dianjurkan sesudah keguguran trimester II sama
dengan yang dianjurkan pada masa pasca persalinan

Metode Waktu Mulai Ciri-Ciri Khusus Catatan


Kontrasepsi Penggunaan

● Kontrasepsi Segera mulai ● Dapat segera ● Jika konseling


Pil dan Suntik mulai dan informasi
Kombinasi ● Sangat efektif belum cukup,
● Kontrasepsi ● Mengurangi tunda suntikan
Pil dan Suntik kehilangan pertama atau
Progestin darah/anemia pemasangan
● Implan implan
● Untuk
pemasangan
implan perlu
tenaga terlatih

AKDR Trimester I - ● Jika konseling


● AKDR dapat dan informasi
langsung dipasang belum cukup,
jika tidak ada tunda
infeksi pemasangan
● Tunda ● Perlu tenaga
pemasangan terlatih untuk
sampai infeksi pemasangan
sembuh, ● Pada trimester II
pendarahan kemungkinan
diatasi dan anemia risiko perforasi
diperbaiki sewaktu
Trimester II pemasangan
● Tunda lebih besar
pemasangan 4-6
minggu pasca
keguguran kecuali
jika tenaga terlatih
dan peralatan
untuk insersi
pasca keguguran
tersedia
● Yakinkan tidak
ada infeksi. Jika
ada infeksi tunda
pemasangan 3
bulan sampai

74
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

infeksi teratasi

Kondom ● Mulai segera ● Metode -


sewaktu sementara
berhubungan sambil
seksual menunggu
metode lain

Sadar Masa ● Tidak dianjurkan - ● Waktu ovulasi


Subur pertama pasca
keguguran sulit
diperkirakan

Tubektomi ● Secara teknis ● Trimester I: ● Perlu konseling


dapat langsung sama dengan dan informasi
dikerjakan waktu interval yang cukup
sewaktu terapi ● Trimester II:
keguguran kecuali sama dengan
jika ada prosedur pasca
perdarahan persalinan
banyak untuk
infeksi

Panduan metode kontrasepsi pada beberapa kondisi klinis:

Kondisi Klinis Perlu Hati-Hati Rekomendasi

Infeksi: ● AKDR jangan dipasang ● Kontrasepsi Kombinasi


● Tanda-tanda infeksi sampai infeksi teratasi dapat segera diberikan
● Tanda-tanda aborsi (3 bulan) ● Kontrasepsi Progestin
tidak aman ● Tubektomi jangan dapat segera diberikan
● Tidak dapat dilakukan sampai ● Kondom dapat segera
menyingkirkan infeksi infeksi teratasi (3 bulan) digunakan

Perlukaan jalan lahir: ● AKDR jangan dipasang ● Kontrasepsi Kombinasi


● Perforasi uterus sampai perlukaan dapat segera diberikan
● Perlukaan vagina atau sembuh ● Kontrasepsi Progestin
serviks ● Tubektomi jangan dapat segera diberikan
dilakukan sampai ● Kondom dapat segera
perlukaan sembuh digunakan

Pendarahan banyak ● Tunda pemakaian -


(Hb < 7g%) kontrasepsi sampai
penyebab perdarahan
diketahui

75
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

Materi Pokok 3.
PELAYANAN KONTRASEPSI PASCA PERSALINAN

A. Definisi
Pelayanan KB Pasca Persalinan (KBPP) adalah pelayanan KB yang
diberikan sebagai upaya pencegahan kehamilan dengan menggunakan
alat/obat kontrasepsi segera setelah persalinan sampai jangka waktu 42 hari
setelah melahirkan/masa nifas. Target KB pasca persalinan adalah ibu
pasca persalinan (normal maupun sesar). Tujuan pelayanan KB pasca
persalinan yaitu mengatur jarak kelahiran, jarak kehamilan, dan
menghindari kehamilan yang tidak diinginkan, sehingga setiap keluarga
dapat merencanakan kehamilan yang aman dan sehat.

Keuntungan pemasangan AKDR Pasca Persalinan bagi program yaitu:


1. Meningkatkan capaian peserta KB baru MKJP
2. Menurunkan angka unmet need
3. Meningkatkan Contraceptive Prevalence Rate (CPR)
4. Banyak pasangan yang terlindungi dari kemungkinan kehamilan

Periode pasca persalinan langsung (48 jam setelah melahirkan) adalah


waktu yang ideal untuk KB karena:
1. Pasti tidak hamil
2. Sangat termotivasi untuk memulai metode kontrasepsi pada saat
tersebut
3. Setelah pulang disibukkan merawat bayinya sehingga lupa untuk KB

Perluasan pelayanan KB sampai 12 bulan pertama pasca persalinan sesuai


dengan kebutuhan dan preferensi perempuan yang berubah selama periode
tersebut antara lain, perubahan status menyusui dapat memicu kebutuhan
untuk memulai metode KB.

WHO telah mengembangkan kompendium KB pasca persalinan, platform


berbasis web (https://srhr.org/postpartumfp) yang mudah digunakan untuk
penyedia layanan, manajer program dan pembuatan kebijakan.

76
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

Waktu memulai kontrasepsi pasca persalinan tergantung dari status


menyusui

Gambar 1. Waktu Penggunaan Metode KBPP

B. Jenis-Jenis Metode Kontrasepsi Pasca Persalinan

Metode Waktu Pasca Ciri Khusus Catatan


Kontrasepsi Persalinan

Metode ● Mulai segera ● Manfaat ● Harus benar-


Amenorea pasca kesehatan benar ASI
Laktasi (MAL) persalinan bagi ibu dan eksklusif
● Efektivitas bayi ● Efektivitas
tinggi sampai ● Memberikan berkurang
6 bulan pasca waktu untuk jika mulai
persalinan memilih suplementasi
dan belum metode
dapat haid kontrasepsi
lain

77
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

● Kontrasepsi ● Jika ● Selama 6-8 ● Kontrasepsi


Suntik menyusui: minggu pasca kombinasi
Kombinasi - Jangan persalinan merupakan
(KSK) dipakai kontrasepsi pilihan
● Kontrasepsi sebelum kombinasi terakhir pada
Pil Kombinasi 6-8 akan klien
(KPK) minggu mengurangi menyusui
pasca ASI dan ● Dapat
persalinan mempengaruhi diberikan
- Sebaiknya tumbuh pada klien
tidak kembang bayi dengan
dipakai ● Selama 3 riwayat
dalam minggu pasca preeklampsia
waktu 6 persalinan atau
minggu - 6 kontrasepsi hipertensi
bulan kombinasi dalam
pasca meningkatkan kehamilan
persalinan risiko masalah ● Sesudah 3
● Jika pakai pembekuan minggu
MAL tunda darah pasca
sampai 6 ● Jika klien tidak persalinan
bulan mendapat haid tidak
● Jika tidak dan sudah meningkatka
menyusui berhubungan n risiko
dapat dimulai seksual, pembekuan
3 minggu mulailah darah
pasca kontrasepsi
persalinan kombinasi
setelah yakin
klien tidak ada
kehamilan

● Kontrasepsi ● Sebelum 6 ● Selama 6 Perdarahan


Suntik minggu pasca minggu pasca tidak biasa
Progestin persalinan, persalinan, dapat terjadi
(KSP) klien progestin
● Kontrasepsi menyusui mempengaruhi
Pil Progestin jangan tumbuh
● Implan menggunakan kembang bayi
● AKDR LNG kontrasepsi ● Tidak ada
progestin pengaruh
● Jika memakai terhadap ASI
MAL, tunda
dulu hingga 6
bulan
● Jika tidak
menyusui,
dapat segera
dimulai

78
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

● Jika tidak
menyusui,
lebih dari 6
minggu pasca
persalinan
atau sudah
dapat haid,
kontrasepsi
progestin
dapat dimulai
setelah yakin
klien tidak ada
kehamilan

AKDR Copper ● Dapat ● Tidak ada ● Konseling


dipasang pengaruh dilakukan
maksimal terhadap ASI sewaktu
dalam waktu ● Efek samping asuhan
10 menit lebih sedikit antenatal
setelah pada klien ● Teknik
plasenta lahir yang menyusui pemasangan
(AKDR pasca pasca
plasenta) atau plasenta dan
setelah 10 pasca
menit sampai persalinan
48 jam pasca dini berbeda
persalinan dengan
(AKDR pasca pemasangan
persalinan interval
dini) atau saat ● Pemasangan
operasi sesar 4-6 minggu
setelah pasca
plasenta lahir persalinan
(AKDR trans sama
sesaria) dengan
● Jika tidak, interval
pemasangan
harus ditunda
sampai 4
hingga 6
minggu pasca
persalinan
(dianjurkan 6
minggu pasca
persalinan)
● Jika menyusui
atau sudah
dapat haid,
insersi

79
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

dilakukan
setelah yakin
klien tidak
hamil

Kondom Dapat digunakan Tidak ada Sebaiknya pakai


setiap saat pasca pengaruh kondom yang
persalinan terhadap ASI atau diberi pelicin
tumbuh kembang
bayi

Sadar Masa Tidak dianjurkan Tidak ada Suhu basal


Subur sampai siklus pengaruh tubuh kurang
haid kembali terhadap ASI atau akurat jika klien
teratur tumbuh kembang sering
bayi terbangun
malam hari
untuk menyusui

Coitus Interruptus Dapat digunakan Tidak ada Beberapa


setiap saat pasca pengaruh pasangan tidak
persalinan terhadap ASI atau sanggup
tumbuh kembang
bayi

Tubektomi ● Idealnya ● Minilaparotomi ● Perlu


dilakukan pasca anestesi
dalam 48 jam persalinan lokal
pasca paling mudah ● Konseling
persalinan dilakukan dilakukan
● Dapat dalam 48 jam sewaktu
dilakukan pasca asuhan
setelah persalinan antenatal
persalinan ● Tidak ada
atau setelah pengaruh
operasi sesar terhadap ASI
● Jika tidak dan tumbuh
dapat kembang bayi
dikerjakan
dalam 1
minggu
setelah
persalinan,
tunda 4-6
minggu

Vasektomi Dapat dilakukan Tidak segera Metode KB pria


setiap saat efektif karena
perlu paling
sedikit 20 kali

80
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

ejakulasi (± 3
bulan) sampai
benar-benar steril

Perbandingan Tingkat Ekspulsi pada Pemasangan AKDR Menurut Health


Technology Assessment (HTA) Indonesia Tahun 2009

Waktu Insersi Definisi Tingkat Ekspulsi Observasi


AKDR

Insersi dini pasca Insersi dalam 10 9,5 - 12,5 % Ideal: tingkat


plasenta menit setelah ekspulsi
pelepasan rendah
plasenta

Insersi segera Lebih dari 10 25 - 37 % masih aman


pasca persalinan menit s.d 48 jam
pasca persalinan

Insersi tunda Lebih dari 48 jam TIDAK Meningkatkan


pasca persalinan s.d. 4 minggu DIREKOMENDASIKA perforasi dan
pasca persalinan N ekspulsi

Perpanjangan Lebih dari 4 3 - 13 % Aman


interval pasca minggu pasca
persalinan persalinan

Efektivitas insersi dini pasca plasenta:


- Telah dibuktikan tidak menambah risiko infeksi, perforasi dan
perdarahan
- Kemampuan penloong meletakkan di fundus amat memperkecil risiko
ekspulsi
- Kontra indikasi pemasangan AKDR pasca plasenta ialah ketuban pecah
sebelum waktunya, infeksi intrapartum, dan perdarahan post partum.

C. Prosedur Pemberian Kontrasepsi Pasca Persalinan


Prosedur pemberian kontrasepsi pasca persalinan adalah sebagai berikut:
1. Pra Pelayanan
Sebelum memberikan KB pasca persalinan, sebaiknya dokter/bidan
memberikan konseling kepada klien dan pasanganya. Konseling ini
bertujuan untuk memberikan informasi secara lengkap, jelas dan benar
sehingga metode kontrasepsi dapat dipilih secara tepat. Waktu
konseling sebaiknya dilakukan pada saat klien dalam kondisi sehat,
sadar, tidak di bawah tekanan ataupun tidak dalam kondisi kesakitan.
Paling tepat dilakukan pada saat kelas ibu hamil, pemeriksaan
kehamilan dan diulang pada kunjungan atau pemeriksaan berikutnya.

81
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

Manfaat konseling pada pelayanan kontrasepsi pasca persalinan


adalah
a. Membina hubungan baik dan membangun rasa saling percaya
b. Memberi informasi yang lengkap, jelas dan benar
c. Membantu klien dalam memilih dan memutuskan metode
kontrasepsi yang akan digunakan sesuai dengan kebutuhannya
d. Memberikan rasa puas kepada klien terhadap pilihannya

Konseling dapat dilakukan di semua tempat yang memenuhi syarat yaitu


pada ruangan tertutup yang dapat menjamin kerahasiaan dan
keleluasaan dalam menyampaikan pemikiran dan perasaan serta dapat
memberikan rasa yang aman dan nyaman bagi klien.

Konseling pelayanan KB pasca persalinan dapat dilakukan dengan


menggunakan media. ABPK atau Alat Bantu Pengambilan Keputusan
ber-KB dan Roda KLOP dapat digunakan oleh dokter/bidan untuk
membantu klien menentukan kontrasepsi yang tepat.

Beberapa hal yang perlu dijadikan perhatian pada konseling pelayanan


KB pasca persalinan yaitu
a. Efektivitas dari metode kontrasepsi
b. Keuntungan dan keterbatasan dari metode kontrasepsi
c. Waktu kembalinya kesuburan setelah melahirkan
d. Efek samping jangka pendek dan jangka panjang setelah
penggunaan
e. Gejala dan tanda yang membahayakan
f. Kebutuhan terhadap pencegahan Infeksi Menular Seksual (IMS)
seperti: chlamydia, HBV, HIV/AIDS
g. Waktu memulai metode kontrasepsi pasca persalinan yang
berdasarkan pada:
- Status menyusui
- Metode kontrasepsi yang dipilih
- Tujuan reproduksi, untuk membatasi atau hanya mengatur jarak
kelahiran

82
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

Selain konseling, penapisan medis sebelum memberikan pelayanan KB


pasca persalinan perlu dilakukan. Hal ini bertujuan untuk memastikan
apakah klien dalam kondisi hamil atau tidak, keadaan yang memerlukan
perhatian khusus dan masalah penyakit lain yang memerlukan
pengamatan dan pengelolaan lebih lanjut. Sebagian besar metode KB,
kecuali AKDR dan tubektomi tidak memerlukan pemeriksaan fisik
ataupun pemeriksaan panggul.

Apabila klien telah mendapatkan konseling, penapisan medis dan


menentukan metode KB yang dipilih, selanjutnya klien menandatangani
lembar persetujuan tindakan medis (informed consent) sebelum
mendapatkan pelayanan KB AKDR, implan, dan kontrasepsi mantap
(tubektomi dan vasektomi).

Informed consent adalah persetujuan yang diberikan oleh klien atau


keluarganya atas dasar informasi dan penjelasan mengenai tindakan
medis yang akan dilakukan terhadap klien tersebut. Informasi yang
diberikan harus disampaikan secara lengkap, jujur, dan benar tentang
metode kontrasepsi yang akan digunakan calon/ klien. Setiap tindakan
medis yang menimbulkan risiko harus dilakukan setelah persetujuan
medis tertulis ditandatangani oleh klien bersangkutan dalam keadaan
sadar dan sehat mental.

2. Pelayanan

83
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

Pelaksanaan pelayanan KB pasca persalinan dilakukan di fasilitas


kesehatan dengan bidan, dokter umum, dan dokter spesialis sebagai
penyedia layanan. Klasifikasi fasilitas kesehatan pemberi pelayanan KB
dapat dibedakan menjadi 4 yaitu:
a. Fasilitas pelayanan KB sederhana
Fasilitas yang mampu dan berwenang memberikan pelayanan
kontrasepsi metode sederhana seperti kondom, pil KB, suntik KB,
AKDR, dan implan (jika ada bidan/dokter terlatih), penanggulangan
efek samping, komplikasi ringan dan upaya rujukan. Fasilitas ini
terdiri dari Puskesmas Pembantu atau Pustu, balai pengobatan
swasta, Balai Kesehatan Ibu dan Anak (BKIA) swasta, pos
kesehatan TNI/POLRI, fasilitas KB khusus (pemerintah/swasta),
Dokter/Bidan Praktek Mandiri, dan Polindes.
b. Fasilitas pelayanan KB lengkap
Fasilitas yang mampu dan berwenang memberikan pelayanan
kontrasepsi metode sederhana seperti kondom, pil KB, suntik KB,
AKDR, pemasangan/pencabutan implan, dan vasektomi bagi yang
memenuhi syarat. Fasilitas ini terdiri dari puskesmas/puskesmas
dengan rawat inap, balai pengobatan swasta, Balai Kesehatan Ibu
dan Anak (BKIA) swasta, poliklinik TNI/POLRI, dan RS bersalin.
c. Fasilitas pelayanan KB sempurna
Fasilitas yang mampu dan berwenang memberikan pelayanan
kontrasepsi metode sederhana seperti kondom, pil KB, suntik KB,
AKDR, pemasangan/pencabutan implan, tubektomi, dan vasektomi
bagi yang memenuhi syarat. Fasilitas ini terdiri dari RSU Tipe C, RSU
swasta, RSU TNI/POLRI yang mempunyai dokter SpOG dan dokter
spesialis bedah, serta dokter umum yang telah mengikuti pelatihan,
dan RS bersalin.
d. Fasilitas pelayanan KB paripurna
Fasilitas yang mampu dan berwenang memberikan semua jenis
pelayanan kontrasepsi ditambah dengan pelayanan rekanalisasi dan
penanggulangan infertilitas. Fasilitas ini terdiri dari RSU Tipe A, RSU
TNI/POLRI kelas 1, RSU swasta setara, dan RSU Tipe B yang sudah
ditetapkan sebagai tempat rekanalisasi.

3. Pasca Pelayanan
Setelah pemberian kontrasepsi pasca persalinan, ada beberapa hal
yang perlu diperhatikan antara lain adalah:
a. Melakukan pencatatan dan pelaporan pada kartu, buku register,
dan laporan bulanan KB
b. Mengevaluasi reaksi klien dan tanyakan apa yang dirasakan
pasca tindakan
c. Memberikan konseling pasca pelayanan kepada klien meliputi
efek samping dan komplikasi pasca pemasangan KB
d. Pastikan klien mendapatkan perawatan pasca persalinan
e. Klien disarankan untuk kontrol pada 1 minggu dan 42 hari setelah
persalinan atau ada efek samping yang dirasakan setelah
pemasangan KB
f. Klien dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan kesehatan
reproduksinya secara rutin

84
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

g. Klien disarankan untuk terus memberikan ASI Eksklusif kepada


bayi
h. Mengingatkan kembali batas waktu efektif pemakaian metode KB
i. Menjelaskan hal-hal yang membutuhkan perhatian khusus dan
klien perlu segera menemui dokter/bidan,antara lain:
- Siklus menstruasi terganggu
- Terasa nyeri dan demam
- Terjadi pengeluaran cairan vagina yang mencurigakan
- Terasa ketidaknyamanan pada bekas lokasi pemasangan
- Klien ingin melepas atau menghentikan metode KB
- Klien memiliki pertanyaan
- Klien ingin berganti metode KB lain

VIII. REFERENSI
1. Pedoman kontrasepsi dan pelayanan KB
2. Panduan Global Keluarga Berencana
3. Rev Permenkes 97 tahun 2014
4. Panduan pelayanan KB pada kondisi krisis kesehatan

85
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

MPI 3
Pelayanan Kontrasepsi

86
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
MATA PELATIHAN INTI 3
PELAYANAN KONTRASEPSI

I. DESKRIPSI SINGKAT
Program Keluarga Berencana (KB) bertujuan untuk mempercepat penurunan Angka
Kematian Ibu (AKI) yang disebabkan karena Kehamilan Tidak Diinginkan (KTD) dan
kehamilan 4 (empat) terlalu yakni terlalu muda, terlalu tua, terlalu banyak, dan terlalu
dekat. Program ini diselenggarakan melalui pelayanan kontrasepsi yang bertujuan
untuk memenuhi hak reproduksi setiap orang, membantu merencanakan kapan dan
berapa jumlah anak yang diinginkan, serta mencegah kehamilan yang tidak
diinginkan. Penggunaan alat kontrasepsi secara tepat juga dapat mengurangi risiko
kematian ibu dan bayi, sehingga pemenuhan akan akses dan kualitas pelayanan KB
sudah seharusnya menjadi prioritas dalam pelayanan kesehatan. Materi ini akan
memberikan panduan tentang berbagai jenis metode kontrasepsi, mulai dari cara
kerja, efektivitas sampai prosedur klinis pelayanan suatu metode KB.

II. HASIL BELAJAR DAN INDIKATOR HASIL BELAJAR


A. Hasil Belajar
Setelah mengikuti mata pelatihan ini, peserta mampu melakukan pelayanan
kontrasepsi.

B. Indikator Hasil Belajar


Setelah mengikuti mata pelatihan ini peserta mampu:
1. Menjelaskan metode-metode kontrasepsi
2. Melakukan pelayanan kontrasepsi dengan metode suntik
3. Melakukan pelayanan kontrasepsi dengan metode pil
4. Melakukan pelayanan kontrasepsi dengan metode kondom.
5. Melakukan pelayanan kontrasepsi dengan metode kontrasepsi AKDR
6. Melakukan pelayanan kontrasepsi dengan metode implan

III. MATERI POKOK DAN SUB MATERI POKOK


Dalam modul ini akan dibahas materi pokok dan sub materi pokok sebagai berikut:

Materi Pokok 1. Metode-Metode Kontrasepsi


Sub Materi Pokok 1
a. Klasifikasi
b. Metode-Metode Kontrasepsi
- Tubektomi
- Vasektomi
- Metode Amenore Laktasi (MAL)
- Sadar Masa Subur
- Sanggama Terputus

87
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

Materi Pokok 2. Pelayanan Kontrasepsi dengan Metode Suntik


Sub Materi Pokok 2
a. Definisi
b. Cara Kerja dan Efektivitas
c. Jangka Waktu Pemakaian
d. Keuntungan dan Keterbatasan
e. Kriteria Kelayakan Medis
f. Waktu Pemberian
g. Efek Samping dan Komplikasi
h. Prosedur Klinis Pelayanan Kontrasepsi dengan Metode Suntik

Materi Pokok 3. Pelayanan Kontrasepsi dengan Metode Pil


Sub Materi Pokok 3
a. Definisi
b. Cara Kerja dan Efektivitas
c. Jangka Waktu Pemakaian
d. Keuntungan dan Keterbatasan
e. Kriteria Kelayakan Medis
f. Waktu Pemberian
g. Efek Samping dan Komplikasi
h. Prosedur Klinis Pelayanan Kontrasepsi dengan Metode Pil

Materi Pokok 4. Pelayanan Kontrasepsi dengan Metode Kondom


Sub Materi Pokok 4
a. Definisi
b. Cara Kerja dan Efektivitas
c. Keuntungan dan Keterbatasan
d. Kriteria Kelayakan Medis
e. Waktu Pemakaian
f. Efek Samping dan Komplikasi
g. Prosedur Klinis Pelayanan Kontrasepsi dengan Metode Kondom

Materi Pokok 5. Pelayanan Kontrasepsi dengan Metode AKDR


Sub Materi Pokok 5
a. AKDR Copper
- Definisi
- Cara Kerja dan Efektivitas
- Jangka Waktu Pemakaian
- Keuntungan dan Keterbatasan

88
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
- Kriteria Kelayakan Medis
- Waktu Pemasangan
- Efek Samping dan Komplikasi
b. AKDR LNG
- Definisi
- Cara Kerja dan Efektifitas
- Jangka Waktu Pemakaian
- Keuntungan dan Keterbatasan
- Kriteria Kelayakan Medis
- Waktu Pemasangan
- Efek Samping dan Komplikasi
c. Prosedur Klinis Pelayanan Kontrasepsi dengan Metode AKDR
- Pemasangan AKDR interval
- Pencabutan
- Pemasangan AKDR Pasca Plasenta

Materi Pokok 6. Pelayanan Kontrasepsi dengan Metode Implan


Sub Materi Pokok 6
a. Definisi
b. Cara Kerja dan Efektivitas
c. Jangka Waktu Pemakaian
d. Keuntungan dan Keterbatasan
e. Kriteria Kelayakan Medis
f. Waktu Pemasangan
g. Efek Samping dan Komplikasi
h. Prosedur Klinis Pelayanan Kontrasepsi dengan Metode Implan
- Pemasangan
- Pencabutan

IV. METODE
1. Ceramah interaktif
2. Studi kasus
3. Simulasi
4. Praktik lapangan
5. Pemutaran video

V. MEDIA DAN ALAT BANTU


1. Bahan tayang
2. Video tentang alat-alat kontrasepsi
3. Modul

89
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
4. Laptop/komputer
5. LCD projector
6. Spidol
7. Koneksi Internet
8. Flip Chart
9. Alat kontrasepsi (AKDR, implan, dan kondom)
10. Kalender
11. Set AKDR termasuk APD
12. Set Implan termasuk APD
13. Phantom IUD interval
14. Phantom IUD mama-U
15. Phantom lengan
16. Phantom penis
17. Panduan studi kasus
18. Lembar kasus
19. Panduan simulasi
20. Daftar tilik

VI. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN


Berikut langkah-langkah kegiatan dalam proses pembelajaran materi ini.

Langkah 1.
Pengkondisian
1. Fasilitator menyapa peserta dengan ramah dan hangat. Apabila belum pernah
menyampaikan sesi di kelas, mulailah dengan perkenalan. Perkenalkan diri
dengan menyebutkan nama lengkap, instansi tempat bekerja, dan materi yang
akan disampaikan.
2. Sampaikan tujuan pembelajaran materi Pelayanan Kontrasepsi yang akan
disampaikan, sebaiknya dengan menggunakan bahan tayang.

Langkah 2.
Diskusi singkat mengenai materi yang akan disampaikan
Fasilitator menjelaskan materi Pelayanan Kontrasepsi dengan metode ceramah
interaktif sehingga peserta dapat berpartisipasi aktif dalam memberikan pendapatnya
selama pemaparan materi.

Langkah 3.-Ketua: mengkoordinasikan seluruh kegiatan, mencari ide pengembangan


proses pembuatan buku

Pembahasan per Materi


1. Fasilitator menyampaikan paparan materi sesuai urutan materi pokok dan sub
materi pokok dengan menggunakan bahan tayang. Kaitkan juga dengan
pendapat/pemahaman yang dikemukakan oleh peserta agar mereka merasa
dihargai.
90
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
2. Fasilitator memutarkan video materi Pelayanan Kontrasepsi.
3. Fasilitator memandu diskusi mengenai materi Pelayanan Kontrasepsi.

Langkah 4.
Penugasan
1. Fasilitator membagi peserta menjadi 5 kelompok dan menjelaskan panduan studi
kasus materi pelayanan kontrasepsi. Kemudian, peserta melakukan diskusi
kelompok dan mengerjakan lembar kasus sesuai dengan panduan yang
disampaikan.
2. Fasilitator membagi peserta menjadi 5 kelompok dan memberikan penjelasan
tentang panduan simulasi mengenai pelayanan kontrasepsi dengan metode
AKDR, implan, suntik, pil, dan kondom.
3. Fasilitator melakukan simulasi pelayanan kontrasepsi kemudian peserta
memperagakan prosedur secara bergantian.
4. Fasilitator membagi peserta menjadi 5 kelompok dan menjelaskan panduan
praktik lapangan tentang materi pelayanan kontrasepsi. Kemudian, peserta
melakukan praktik lapangan dengan pendampingan dari fasilitator.

Langkah 5.
Rangkuman Materi
1. Fasilitator memberikan rangkuman materi dengan tujuan untuk membantu
peserta memahami pokok-pokok isi pembelajaran dan mengingat materi yang
sudah disampaikan.
2. Fasilitator melakukan evaluasi menggunakan pre-post test dan daftar tilik untuk
menilai pengetahuan dan keterampilan peserta setelah pembelajaran.
3. Fasilitator menutup sesi pembelajaran dengan mengucapkan terima kasih dan
salam perpisahan kepada peserta.

VII. URAIAN MATERI

Materi Pokok 1.
METODE-METODE KONTRASEPSI
Penggunaan metode kontrasepsi ditujukan untuk mencegah dan membatasi
kehamilan. Penegakkan diagnosis kehamilan sebelum memulai metode sangat
penting dilakukan untuk mencegah komplikasi yang tidak diharapkan. Tenaga
kesehatan perlu melakukan identifikasi kondisi klien sebelum memberikan pelayanan
KB dengan memastikan hal-hal berikut:
1. Tidak melakukan hubungan seksual sejak haid terakhir
2. Menggunakan kontrasepsi dengan tepat dan konsisten
3. Berada pada siklus haid hari ke-7 setelah haid normal
4. Dalam masa 4 minggu pasca persalinan
5. Dalam masa 7 hari pasca keguguran
6. Menyusui sepenuhnya atau hampir sepenuhnya, amenorea, dan kurang dari 6
bulan pasca persalinan

91
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

A. Klasifikasi
Metode KB diklasifikasikan berdasarkan 3 kategori yaitu kandungan, masa
perlindungan, dan modern/tradisional seperti yang terlihat pada tabel berikut ini:

Tabel 1. Klasifikasi Metode Kontrasepsi

Metode Kandungan Masa Perlindungan Modern/Tradisional

Hormonal Non MKJP Non MKJP Modern Tradisional


Hormonal

AKDR Cu ∨ ∨ ∨

AKDR LNG ∨ ∨ ∨

Implan ∨ ∨ ∨

Suntik ∨ ∨ ∨

Pil ∨ ∨ ∨

Kondom ∨ ∨ ∨

Tubektomi ∨ ∨ ∨

Vasektomi ∨ ∨ ∨

Metode
Amenore ∨ ∨ ∨
Laktasi
(MAL)

Sadar Masa ∨ ∨ ∨
Subur

Sanggama ∨ ∨ ∨
Terputus

Metode kontrasepsi yang digunakan dalam program pemerintah adalah berdasarkan


masa perlindungan yaitu Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) dan non
Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (non-MKJP).

Efektivitas Metode Kontrasepsi

Angka Kehamilan Tahun Angka Kehamilan


Pertama 12 bulan
Metode Keluarga Berencana
Penggunaan
Penggunaan
Konsisten dan Penggunaan Biasa
Biasa
Benar

92
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

Implan 0,1 0,1 0,6

Vasektomi 0,1 0,15

Tubektomi 0,5 0,5

AKDR Levonorgestrel 0,5 0,7

AKDR Copper 0,6 0,8 1,4

MAL(6 bulan) 0,9e 2e

Kontrasepsi Suntik Kombinasi 0,05e 3e

Kontrasepsi Suntik Progestin 0,2 4 1,7

Kontrasepsi Pil Kombinasi 0,3 7 5,5

Kontrasepsi Pil Progestin 0,3 7

Kondom Pria 2 13 5,4

Kondom Perempuan 5 21

Sadar Masa Subur

Metode Hari Standar 2 12

Metode 2 Hari 4 14

Metode Ovulasi 3 23

Sanggama Terputus 4 20 13,4

Tanpa Metode 85 85

Keterangan
0 - 0,9 Sangat Efektif

1-9 Efektif

10 - 19 Efektif Sedang

20 + Kurang Efektif

B. Metode-Metode Kontrasepsi
a. Tubektomi
1) Definisi
Prosedur bedah sukarela untuk menghentikan kesuburan secara permanen
pada perempuan yang tidak ingin anak lagi.
Terdapat 2 jenis tubektomi yaitu:
93
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
a) Mini laparotomi dengan membuat insisi kecil pada perut. Tuba fallopi
ditarik ke irisan untuk dipotong dan diikat. Terdapat dua jenis Mini
laparotomi, yaitu:
- Mini laparotomi suprapubik: pada masa interval
- Mini laparotomi sub umbilikus: pada pasca persalinan
b) Laparoskopi dengan memasukkan pipa kecil panjang dengan lensa di
dalamnya ke dalam perut melalui insisi kecil. Laparoskopi
memungkinkan dokter untuk mencapai dan memblok atau memotong
tuba falopi di dalam perut.
2) Cara Kerja
Mengoklusi tuba falopi (mengikat dan memotong atau memasang cincin),
sehingga sperma tidak dapat bertemu dengan ovum.
3) Keuntungan dan Keterbatasan
Keuntungan:
- Sangat efektif, klien tidak perlu khawatir menjadi hamil atau khawatir
mengenai kontrasepsi lagi (0,5 kehamilan per 100 perempuan dalam
tahun pertama pemakaian)
- Segera efektif dan bersifat permanen
- Tidak mempengaruhi produksi ASI
- Tidak mengganggu sanggama
- Tidak memiliki efek samping dalam jangka panjang
- Klien tidak perlu melakukan atau mengingat apapun setelah prosedur
dilakukan
- Tidak ada perubahan dalam fungsi seksual
Keterbatasan:
- Kesuburan tidak dapat dipulihkan kembali, kecuali dengan operasi
rekanalisasi
- Rasa sakit dalam jangka pendek setelah tindakan
- Harus dilakukan oleh dokter yang terlatih (untuk laparoskopi
dilakukan oleh Dokter Spesialis Obstetri Ginekologi)
- Risiko pembedahan bertambah jika menggunakan anestesi umum
- Meningkatkan risiko kehamilan ektopik
- Tidak melindungi klien dari IMS dan HIV/AIDS
4) Kriteria Kelayakan Medis
Yang boleh menjalani tubektomi, antara lain:
- Perempuan berusia > 22 tahun hingga < 45 tahun
- Perempuan yang sudah memiliki minimal 2 anak, usia anak terkecil
minimal diatas 2 tahun
- Perempuan yang pada kehamilannya akan menimbulkan risiko
kesehatan serius

94
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
- Perempuan yang paham dan secara sukarela setuju dengan
prosedur ini
- Pasca Persalinan/ pasca keguguran
Yang sebaiknya tidak menjalani tubektomi, antara lain:
- Perempuan dengan perdarahan pervaginam yang belum terjelaskan
- Perempuan dengan infeksi sistemik atau pelvik yang akut
- Perempuan yang kurang pasti mengenai keinginan untuk fertilitas di
masa depan
- Perempuan yang belum memberikan persetujuan medis
5) Waktu Pengerjaan
Seorang perempuan dapat memulai prosedur tubektomi kapanpun ia
menghendaki selama yakin ia tidak akan hamil dan tidak ada kondisi medis
yang menghambat.
Kondisi Memulai Prosedur Tubektomi

Tanpa pendarahan Kapanpun jika yakin klien tidak hamil

Pasca abortus atau keguguran Dalam 48 jam setelah keguguran atau


aborsi tanpa komplikasi, jika sebelumnya
klien telah memberikan informed choice
secara sukarela

Pasca persalinan - Segera atau dalam 48 jam pasca


persalinan, jika sebelumnya klien
telah memberikan informed choice
secara sukarela
- Kapanpun 6 minggu atau lebih pasca
persalinan jika yakin klien tidak hamil

Haid teratur atau berganti dari metode lain - Kapan saja pada bulan tersebut
- Kapanpun dalam 7 hari setelah
permulaan haid. Tidak perlu
menggunakan metode
kontrasepsi tambahan sebelum
prosedur
- Jika lebih dari 7 hari setelah
permulaan haid, klien dapat
menjalani prosedur kapanpun
selama yakin ia tidak hamil
- Jika klien berganti dari pil, ia dapat
melanjutkan penggunaan pil
hingga menyelesaikan paket pil
untuk menjaga siklus regulernya
- Jika klien berganti dari AKDR, ia
dapat segera menjalani prosedur

6) Efek Samping dan Komplikasi


Tidak ada efek samping
Komplikasi

95
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Komplikasi dan penanganan dari metode tubektomi dapat dilihat pada tabel
berikut.
KOMPLIKASI PENANGANAN
Infeksi Dapat diberikan antibiotik dan bila terdapat abses dapat
-
dilakukan drainase.
Demam pasca operasi - Obati infeksi berdasarkan apa yang ditemukan.
Luka pada kandung - Dilakukan konsultasi dan penanganan luka.
kemih atau intestinal
Hematoma - Gunakan packs yang hangat dan lembab
Emboli gas - Resusitasi dan tatalaksana emboli
Nyeri pada lokasi - Tatalaksana sesuai dengan derajat nyeri dan pastikan
pembedahan apakah ada infeksI
Perdarahan superfisial - Mengontrol perdarahan dan obati berdasarkan temuan.

Saat dilakukan anestesi


● Reaksi - Pemberian anestesi lokal secara perlahan-lahan dengan
hipersensitivitas. dosis sesuai berat badan.
- Bila terjadi penyulit seperti diatas, lakukan langkah
tindakan:
● Hentikan pemberian anestesi
● Baringkan klien dalam posisi Trendelenburg dengan
sudut miring tidak melebihi 15°.
● Evaluasi tanda-tanda vital. Jaga agar saluran nafas
tetap terbuka, jika ada sumbatan harus dibersihkan
dan pasang spatel lidah, beri oksigen dengan
tekanan gas serendah mungkin dan harus dimonitor
dengan gas meter.
- Reaksi alergi biasanya responsif terhadap pemberian
antihistamin. Reaksi yang lebih hebat mungkin
memerlukan glukokortikoid sistemik seperti
metilprednisolon atau deksametason.

b. Vasektomi
1) Definisi
Prosedur bedah sukarela yang memiliki risiko rendah untuk menghentikan
kesuburan secara permanen pada pria yang tidak ingin anak lagi.
Vasektomi dilakukan dengan memotong dan mengikat vas (ductus)
deferens tanpa menggunakan pisau bedah, dengan tujuan memutuskan
aliran sperma dari testis sehingga terjadi azoospermia.
2) Cara Kerja
Mengikat dan memotong setiap saluran vas deferens sehingga sperma tidak
bercampur dengan semen. Semen dikeluarkan, tetapi tidak dapat
menyebabkan kehamilan
3) Keuntungan dan Keterbatasan
Keuntungan:
- Aman, dan nyaman
- Sangat efektif dengan sekali Tindakan
- Permanen
96
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
- Pria mengambil tanggung jawab untuk kontrasepsi, mengambil alih
beban pada perempuan
- Tidak ada perubahan dalam fungsi seksual
Keterbatasan:
- Tidak segera efektif (WHO menyarankan kontrasepsi tambahan selama
3 bulan setelah tindakan, kurang lebih 20 kali ejakulasi)
- Komplikasi minor seperti infeksi, perdarahan, nyeri pasca operasi.
Teknik tanpa pisau merupakan pilihan mengurangi perdarahan dan nyeri
dibandingkan teknik inisiasi
- Harus dilakukan oleh dokter umum terlatih atau Dokter Spesialis Bedah
dan Dokter Spesialis Urologi
4) Kriteria Kelayakan Medis
Dengan konseling dan informed consent yang tepat, semua pria dapat
menjalani vasektomi secara aman, termasuk pria dengan kriteria berikut:
- Sudah memiliki jumlah anak > 2
- Sudah memiliki jumlah anak ≤2, usia anak terkecil minimal diatas 2
tahun
- Mempunyai istri usia reproduksi
- Menderita penyakit anemia sel sabit (sickle cell anemia)
- Berisiko tinggi terinfeksi HIV atau IMS lainnya
- Terinfeksi HIV, sedang dalam pengobatan antiretroviral atau tidak
5) Waktu Tindakan
Jika tidak ada alasan medis untuk menunda, seorang pria dapat menjalani
prosedur vasektomi kapanpun ia menghendaki. Klien disarankan untuk
menunggu selama 3 bulan sebelum mengandalkan vasektomi. Selama
periode ini, pengguna boleh melakukan hubungan seksual dengan catatan:
- Istri menggunakan kontrasepsi: teruskan metode KB istri selama 3
bulan ke depan, selanjutnya KB istri dapat dihentikan.
- Jika istri tidak menggunakan kontrasepsi: klien harus menggunakan
kontrasepsi pelindung selama 3 bulan setelah tindakan.
Setelah 3 bulan tindakan, klien perlu melakukan pemeriksaan cairan sperma
untuk memastikan tercapainya azoospermia atau cairan kosong sperma
saat ejakulasi.
6) Efek Samping dan Komplikasi
Tidak ada efek samping
Komplikasi
Komplikasi dan penanganan dari metode vasektomi dapat dilihat pada tabel
berikut.

KOMPLIKASI PENANGANAN
Pasca Tindakan
● Penyumbatan - Biasanya akan sembuh sendiri dalam beberapa
pembuluh darah minggu.
(blood clot)

97
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
- Jika penyumbatan besar akan membutuhkan
penanganan bedah, segera rujuk.

● Abses - Lakukan prosedur antiseptik.


- Drainase abses.
- Berikan antibiotik selama 7-10 hari.
- Jika terjadi sepsis, segera dirujuk.
● Nyeri yang - Disarankan untuk menggunakan pakaian dalam
berlangsung lebih yang dapat menyangga skrotum.
dari 1 bulan - Dikompres dengan air hangat.
- Boleh diberikan anti nyeri.
- Jika tidak ada perbaikan, segera Rujuk.
Jangka Panjang
● Antibodi sperma - Terbentuk jika spermatozoa masuk ke dalam
jaringan. Sampai saat ini tidak ditemui penyulit
yang disebabkan antibodi sperma.
● Rekanalisasi spontan - Melakukan kembali VTP, lakukan interposisi yakni
dibuat barier vasia antara puntung testikuler dan
puntung abdominal.

c. Metode Amenore Laktasi (MAL)


1) Definisi
Metode keluarga berencana sementara yang mengendalikan pemberian
ASI secara eksklusif, artinya hanya diberikan ASI tanpa tambahan makanan
ataupun minuman apapun lainnya. MAL dapat dipakai sebagai kontrasepsi
apabila:
- Ibu belum menstruasi bulanan
- Bayi disusui secara eksklusif dan sering disusui lebih dari 8 kali
sehari, siang dan malam.
- Bayi berusia kurang dari 6 bulan
2) Cara Kerja
Mekanisme kerja utama dengan cara mencegah pelepasan telur dari
ovarium (ovulasi). Sering menyusui secara sementara mencegah pelepasan
hormon alami yang dapat menyebabkan ovulasi
3) Efektivitas
Efektif hingga 6 bulan, jika klien belum ingin hamil dapat dikombinasikan
dengan metode kontrasepsi tambahan lain.
4) Keuntungan dan Keterbatasan
Keuntungan:
- Tidak membutuhkan biaya apapun
- Efektivitas tinggi
- Segera efektif
- Tidak mengganggu hubungan seksual
- Tidak ada efek samping secara sistematik
- Tidak perlu obat atau alat
- Bayi mendapat kekebalan pasif

98
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
- Sumber asupan gizi yang terbaik dan sempurna untuk tumbuh kembang
bayi yang optimal
- Mengurangi perdarahan pasca persalinan
- Meningkatkan hubungan psikologi ibu dan bayi
- Bagi bayi, MAL dapat menjadi imunisasi pasif dan perlindungan terhadap
berbagai penyakit infeksi lainnya.
Keterbatasan:
- Sangat tergantung pada motivasi klien dalam memberikan ASI eksklusif
kepada bayi
- Perlu persiapan sejak perawatan kehamilan agar segera menyusui
dalam 30 menit pasca persalinan
- Mungkin sulit dilaksanakan karena kondisi sosial
- Efektif hanya sampai dengan 6 bulan
5) Kriteria Kelayakan Medis
Semua perempuan menyusui dapat secara aman menggunakan MAL,
tetapi wanita dengan kondisi berikut perlu direkomendasikan metode lain:
- Terinfeksi HIV
- Menggunakan obat-obat tertentu selama menyusui (termasuk obat yang
mengubah suasana hati, reserpin, ergotamin, anti-metabolit, siklosporin,
kortikosteroid dosis tinggi, bromokriptin, obat-obat radioaktif, lithium, dan
antikoagulan tertentu)
- Bayi baru lahir memiliki kondisi yang membuatnya sulit untuk menyusui
(termasuk masa kehamilan yang pendek atau prematur dan
membutuhkan perawatan neonatus insentif, tidak mampu mencerna
makanan secara normal, atau memiliki deformitas pada mulut, rahang,
atas palatum)
6) Waktu Penggunaan
Klien dapat memulai menggunakan MAL kapan saja jika memenuhi kriteria:
- Belum haid
- Tidak memberikan bayi makanan lain selain ASI
- Tidak memberikan periode panjang tanpa menyusui, baik siang atau
malam
- Bayi berusia kurang dari 6 bulan

d. Sadar Masa Subur


1) Definisi
Seorang perempuan mengetahui kapan periode masa suburnya dari waktu
mulai dan berakhirnya siklus haid. Pasangan secara sukarela menghindari
sanggama pada masa subur perempuan.
Jenis metode sadar subur yaitu:

99
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
a. Metode berbasis kalender: meliputi mencatat hari dari siklus haid untuk
mengidentifikasi kapan mulai dan berakhirnya masa subur.
Pantau jumlah hari dari 6 siklus haid sambil menahan sanggama atau
menggunakan kontrasepsi tambahan, lalu hitunglah periode subur
dengan melihat data atau hasil perhitungan di bawah ini.
- Dari rata-rata hari siklus terpanjang dan dikurangi 18, maka inilah hari
subur terakhir dalam satu siklus haid.
- Dari rata-rata siklus terpendek, kemudian dikurangi 11, maka inilah
hari subur pertama (awal) dari siklus haid.
- Periode subur dihitung dari subur awal hingga subur akhir (misalnya
hari ke-8 sampai 19 siklus haid) sehingga diperlukan abstinensia atau
hari pantang sanggama atau menggunakan kontrasepsi tambahan
selama 12 hari dalam 1 siklus menstruasi yang sedang berlangsung.
b. Metode berbasis gejala: bergantung dari pengamatan tanda kesuburan
- Sekresi serviks: ketika seorang perempuan mengamati atau
merasakan ada sekresi serviks berupa lendir, kemungkinan klien
subur. Klien mungkin hanya merasa vaginanya sedikit basah.
- Suhu tubuh basal: suhu tubuh istirahat seorang perempuan sedikit
meningkat setelah melepaskan sel telur (ovulasi). Dia cenderung
tidak akan hamil dari 3 hari sejak peningkatan suhu tubuh ini sampai
mulainya haid bulan berikutnya. Suhu klien tetap dalam kondisi tinggi
hingga permulaan haid bulan berikutnya. Aturan perubahan
suhu/temperatur:
● Ukurlah suhu pada jam yang sama setiap pagi hari, kemudian
catat pada grafik.
● Gunakan grafik nilai suhu dalam 10 hari pertama siklus haid (suhu
puncak harian “normal dan rendah”) dalam pola tertentu.
● Abaikan suhu yang tingginya abnormal (demam atau gangguan
lain).
● Tariklah sebuah garis 0,05 hingga 0,1 celcius melalui yang
tertinggi dari semua nilai suhu dalam 10 pertama ini (garis
pelindung/ garis suhu).
● Masa pantang sanggama dimulai dari kenaikan suhu berturut-
turut.
● Bila periode tidak subur telah terlewati, klien boleh untuk tidak
meneruskan pengukuran suhu tubuh dan melakukan sanggama
hingga akhir siklus haid dan kemudian kembali mencatat grafik
suhu basal siklus berikutnya.
2) Cara Kerja
Menghindari hubungan seksual pada masa subur
3) Keuntungan dan Keterbatasan
Keuntungan:
- Tanpa biaya
100
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
- Tidak ada risiko kesehatan yang berhubungan dengan kontrasepsi
- Tidak ada efek samping sistemik
- Meningkatkan keterlibatan suami dalam KB
Keterbatasan:
- Keefektifan tergantung dari kemauan dan disiplin pasangan
- Membutuhkan pelatihan (butuh pelatih, bukan tenaga medis)
- Perlu pencatatan setiap hari
- Perlu pantang selama masa subur
- Infeksi vagina membuat lendir serviks sulit dinilai
- Perlu termometer khusus (skala sensitif)
- Tidak melindungi dari IMS dan HIV/AIDS
4) Kriteria Kelayakan Medis
Kriteria Kelayakan Medis untuk Metode Berbasis Kalender:
Semua perempuan dapat menggunakan metode berbasis kalender. Tidak
ada kondisi medis yang menghalangi penggunaan metode ini, namun
beberapa kondisi dapat membuat metode ini lebih sulit untuk digunakan
secara efektif.
Pada situasi berikut Tunda dalam memulai penggunaan metode
berbasis kalender:
- Baru saja melahirkan atau sedang menyusui (Tunda hingga klien
mendapat minimal 3 siklus menstruasi dan siklusnya teratur lagi. Untuk
beberapa bulan setelah siklus yang teratur kembali, gunakan dengan
perhatian.)
- Baru saja mengalami keguguran (Tunda hingga permulaan menstruasi
bulan berikutnya)
- Perdarahan vagina yang tidak teratur (Tunda hingga siklusnya menjadi
lebih teratur)
Pada situasi berikut Tunda atau gunakan dengan Hati-hati metode
berbasis kalender:
- Menggunakan obat yang membuat siklus menstruasi menjadi tidak
teratur (contohnya, antidepresan tertentu, medikasi tiroid, penggunaan
antibiotik tertentu dalam jangka panjang, atau penggunaan obat anti
inflamasi non steroid (NSAIDs) dalam jangka panjang seperti aspirin
atau ibuprofen).
Kriteria Kelayakan Medis untuk Metode Berbasis Gejala:
Semua perempuan dapat menggunakan metode berbasis gejala. Tidak ada
kondisi medis yang menghalangi penggunaan metode ini, namun beberapa
kondisi dapat membuat metode ini lebih sulit untuk digunakan secara efektif
Pada situasi berikut ini, klien perlu berhati-hati dalam penggunaan
metode berbasis gejala:
- Setelah mengalami aborsi atau keguguran
- Siklus haid baru dimulai atau menjadi kurang teratur atau berhenti
karena usia yang lebih tua. Ketidaktahuan siklus haid umum terjadi pada

101
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
perempuan muda di beberapa tahun pertama setelah haid pertamanya
dan pada perempuan yang lebih tua yang mendekati menopause.
Mengidentifikasi masa subur mungkin sulit
- Kondisi kronis yang meningkatkan suhu tubuh klien (untuk metode suhu
tubuh basal dan simptotermal)
Pada situasi berikut, klien perlu menunda penggunaan metode
berbasis gejala:
- Baru saja melahirkan atau sedang menyusui (tunda hingga sekresi
normal kembali biasanya minimal 6 bulan pasca melahirkan untuk
perempuan menyusui dan minimal 4 minggu pasca persalinan untuk
perempuan yang tidak menyusui. Untuk beberapa bulan setelah siklus
kembali teratur, gunakan dengan hati-hati)
- Kondisi akut yang meningkatkan suhu tubuh (untuk metode basal dan
simptotermal)
- Menstruasi yang tidak teratur
Pada situasi berikut, klien perlu menunda atau berhati-hati dalam
penggunaan metode berbasis gejala:
- Menggunakan obat apapun yang dapat mengubah sekresi serviks,
misalkan antihistamin dan obat yang meningkatkan suhu tubuh,
misalkan antibiotik.

5) Waktu Penggunaan
Setelah dilatih, pasangan dapat menggunakan metode kalender kapan saja.
Bagi klien yang tidak dapat memulai dengan segera, berikan metode
kontrasepsi lain untuk digunakan hingga mereka dapat memulai.
Kondisi Memulai Metode Berbasis Kalender

Memiliki siklus haid teratur Kapan pun pada bulan tersebut dan tidak
perlu menunda hingga permulaan siklus
haid berikutnya.

Tidak haid Tunda metode berbasis kalender sampai


haid kembali.

Setelah melahirkan (menyusui atau tidak Tunda metode kalender sampai klien
menyusui) melewati 4 siklus haid dan panjang siklus
terakhir yaitu 26 - 32 hari. Kembalinya
siklus teratur pada perempuan yang
menyusui membutuhkan waktu lebih lama
dibandingkan wanita tidak menyusui.

Setelah keguguran atau aborsi Tunda metode berbasis kalender sampai


haid kembali. Klien bisa memulai metode
kalender lagi jika tidak terdapat
pendarahan karena luka di saluran
genitalia.

Berganti metode hormonal Tunda metode berbasis kalender sampai


haid kembali. Jika klien beralih dari
metode suntik, tunda hingga jadwal
suntikan selanjutnya dan memulai metode

102
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

berbasis kalender pada permulaan


menstruasi berikutnya.

Setelah menggunakan pil kontrasepsi Tunda metode berbasis kalender sampai


darurat haid kembali.

e. Sanggama Terputus
1) Definisi
Metode KB tradisional, dimana pria mengeluarkan alat kelamin (penis) nya
dari vagina sebelum mencapai ejakulasi. Disebut juga dengan koitus
interuptus dan “menarik keluar”.
2) Cara Kerja
Alat kelamin (penis) dikeluarkan sebelum ejakulasi sehingga sperma tidak
masuk ke dalam vagina akibatnya tidak ada pertemuan antara sperma dan
ovum sehingga kehamilan dapat dicegah.
3) Keuntungan dan Keterbatasan
Keuntungan:
- Efektif bila dilaksanakan dengan benar
- Dapat digunakan setiap waktu
- Tidak memerlukan biaya
- Tidak ada efek samping
- Dapat digunakan sebagai pendukung metode KB lainnya
- Meningkatkan keterlibatan suami dalam KB
Keterbatasan
- Efektivias sangat bergantung pada kesediaan pasangan untuk
melakukan sanggama terputus
- Mengurangi kenikmatan dalam berhubungan seksual
4) Kriteria Kelayakan Medis
Semua pria boleh melakukan metode sanggama terputus. Tidak ada kondisi
medis yang menghalangi penggunaan metode ini.
Sanggama terputus boleh untuk:
- Tidak mempunyai metode lain
- Jarang berhubungan seksual
- Keberatan menggunakan metode lain
- Pasangan yang memerlukan kontrasepsi dengan segera
- Pasangan yang memerlukan metode sementara sampai menunggu
metode yang lain
Sanggama terputus tidak boleh untuk:
- Pria dengan pengalaman ejakulasi dini
- Pria yang sulit melakukan sanggama terputus

103
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Materi Pokok 2.
PELAYANAN KONTRASEPSI DENGAN METODE SUNTIK

Metode kontrasepsi suntik terdiri dari 2 jenis, yaitu Kontrasepsi Suntik Kombinasi
(KSK) dan Kontrasepsi Suntik Progestin (KSP).

Kontrasepsi Suntik Kombinasi (KSK)


1. Definisi
Kontrasepsi Suntik Kombinasi (KSK) yang mengandung 2 hormon yaitu progestin
dan estrogen seperti hormon progesterone dan estrogen alami pada tubuh
perempuan.
2. Cara Kerja dan Efektivitas
- Mencegah pelepasan sel telur dari ovarium (menekan ovulasi)
- Membuat lendir serviks menjadi kental sehingga penetrasi sperma terganggu
- Perubahan pada endometrium (atrofi) sehingga implementasi terganggu
- Menghambat transportasi gamet oleh tuba
3. Jangka Waktu Pemakaian
- Medroxyprogesterone Acetate (MPA)/Estradiol Cypionate, suntikan 1 bulan
sekali, suntikan 2 bulan sekali dan suntikan 3 bulan sekali
- Norethisterone Enanthate (NET-EN)/ Estradiol Valerate, suntikan 1 bulan
sekali.
4. Keuntungan dan Keterbatasan
Keuntungan
- Tidak perlu pemakaian setiap hari
- Dapat dihentikan kapan saja
- Tidak berpengaruh pada hubungan seksual
- Baik untuk menjarangkan kehamilan
Keterbatasan
- Harus kembali ke tenaga kesehatan untuk disuntik tepat waktu
- Efektivitas sangat tergantung pada ketepatan waktu klien kembali. Risiko
kehamilan meningkat saat klien terlambat suntik ulang atau melewatkan suatu
suntikan
- Kemungkinan keterlambatan pemulihan kesuburan setelah penghentian
pemakaian
5. Kriteria Kelayakan Medis
Yang boleh menggunakan KSK
Hampir semua perempuan dapat menggunakan KSK secara aman dan efktif,
termasuk perempuan yang:
- Telah atau belum memiliki anak
- Perempuan usia reproduksi, termasuk perempuan yang berusia lebih dari
40 tahun
- Baru saja mengalami abortus atau keguguran
- Merokok berapapun jumlah batang rokok yang dihisap per hari dan berumur
kurang dari 35 tahun
- Merokok kurang dari 15 batang per hari dan berumur lebih dari 35 tahun
- Menderita anemia atau riwayat anemia
- Menderita varises vena

104
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
- Terkena HIV, sedang atau tidak sedang dalam terapi antiretroviral
Yang tidak boleh menggunakan KSK
perempuan dengan kondisi berikut sebaiknya tidak menggunakan KSK:
- Tidak menyusui dan melahirkan kurang dari 3 minggu, tanpa risiko
tambahan terbentuknya penggumapalan darah di vena dalam (TVD -
Trombosis Vena Dalam)
- Tidak menyusui dan melahirkan antara 3 dan 6 minggu pasca persalinan
dengan risiko tambahan yang memungkinkan terbentuknya TVD
- Sedang menyusui antara 6 minggu hingga 6 bulan setelah melahirkan
- Usia 35 tahun atau lebih dan merokok lebih dari 15 batang per hari
- Hipertensi (tekanan sistolik antara 140 sampai 159 mmHg atau tekanan
distolik antara 90 dan 99 mmHg)
- Hipertensi terkontrol, yang memungkinkan untuk evaluasi lanjutan
- Riwayat hipertensi, dimana tekanan darah tidak dapat diukur (termasuk
hipertensi terkait kehamilan)
- Penyakit infeksi atau tumor berat
- Usia 35 tahun atau lebih dengan sakit kepala migrain tanpa aura
- Usia kurang dari 35 tahun dengan sakit kepala migrain yang telah muncul
atau memberat saat memakai KSK
- Menderita kanker payudara lebih dari 5 tahun yang lalu, dan tidak muncul
kembali
- Diabetes selama lebih dari 20 tahun atau mengalami kerusakan pembuluh
darah arteri, penglihatan, ginjal, atau sistem saraf karena diabetes
- Faktor risiko multiple untuk penyakit kardiovaskular arteri seperti usia tua,
merokok, diabetes, dan hipertensi
- Sedang dalam terapi lamotrigine. KSK dapat mengurangi efektivitas
lamotrigin

Pada kondisi dimana tidak terdapat metode yang lebih sesuai maupun klien
tidak bisa menerima, penyedia layanan berkualifikasi yang bisa menilai kondisi
dan situasi klien secara hati-hati dapat memutuskan bahwa klien bisa
menggunakan KSK pada kondisi di atas. Penyedia layanan perlu
mempertimbangkan seberapa berat kondisi klien dan kemampuan klien dalam
mengakses tindak lanjut.

6. Waktu Pemberian
Seorang perempuan dapat memulai KSK kapanpun ia menghendaki selama ia
yakin ia tidak hamil dan tidak ada kondisi medis yang menghambat.
Kondisi Waktu Pemberian

Menstruasi teratur atau Kapan pun di bulan tersebut


berganti dari metode non - Jika mulai dalam 7 hari setelah permulaan
hormonal menstruasinya, tidak perlu kontrasepsi
tambahan*.
- Jika mulai lebih dari 7 hari setelah
permulaan menstruasinya, klien dapat
mulai menggunakan KSK kapan saja jika

105
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

yakin tidak hamil. Perlu kontrasepsi


tambahan* untuk 7 hari pertama setelah
suntikan.
- Jika berganti dari AKDR, ia dapat segera
mulai menggunakan KSK

Berganti dari metode - Segera, jika telah memakai kontrasepsi


hormonal hormonal secara konsisten dan benar atau
yakin tidak hamil. Tidak perlu menunggu
menstruasi bulan berikutnya. Tidak perlu
metode kontrasepsi tambahan*.
- Jika berganti dari suntik yang lain,
penyuntikan suntik yang baru dapat
dilakukan saat suntik ulangan seharusnya
diberikan. Tidak perlu kontrasepsi
tambahan

ASI eksklusif atau hampir Tunda suntik pertama sampai dengan 6 bulan
eksklusif setelah melahirkan atau ketika ASI tidak lagi
Kurang dari 6 bulan setelah menjadi sumber nutrisi utama bayi – mana saja
melahirkan yang lebih dulu

ASI eksklusif atau hampir - Jika belum menstruasi, klien dapat memulai
eksklusif KSK kapan saja jika yakin tidak hamil. Perlu
Lebih dari 6 bulan setelah kontrasepsi tambahan untuk 7 hari pertama
melahirkan
setelah suntikan.
- Jika telah menstruasi, klien dapat memulai
KSk seperti dianjurkan pada klien yang
memiliki siklus menstruasi normal

ASI tidak Eksklusif Tunda suntik pertama sampai dengan


Kurang dari 6 minggu setidaknya 6 minggu setelah melahirkan
setelah melahirkan

ASI tidak Eksklusif - Jika belum menstruasi, klien dapat memulai


KSK kapan saja jika yakin tidak hamil. Perlu
Lebih dari 6 minggu setelah
kontrasepsi tambahan untuk 7 hari pertama
melahirkan
setelah suntikan.
- Jika telah menstruasi, klien dapat memulai
KSB seperti dianjurkan pada klien yang
memiliki siklus menstruasi normal

Tidak Menyusui Klien dapat mulai menggunakan KSK


kapanpun antara hari ke 21-28 setelah
Kurang dari 4 minggu melahirkan. Tidak perlu kontrasepsi tambahan.
setelah melahirkan (Jika ada risiko tambahan untuk trombosis
vena dalam, tunggu hingga 6 minggu.

106
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

Tidak Menyusui - Jika belum menstruasi, klien dapat memulai


KSK kapan saja jika yakin tidak hamil. Perlu
Lebih dari 4 minggu setelah kontrasepsi tambahan untuk 7 hari pertama
melahirkan
setelah suntikan.
- Jika telah menstruasi, klien dapat memulai
KSK seperti dianjurkan pada klien yang
memiliki siklus menstruasi normal

Tidak menstruasi (tidak - Segera. Jika klien mulai menggunakan


berhubungan dengan dalam 7 hari setelah keguguran trimester 1
melahirkan/menyusui) atau trimester 2 atau aborsi, tidak perlu
metode kontrasepsi tambahan.
- Jika klien memulainya lebih dari 7 hari
setelah keguguran trimester 1 atau
trimester 2 atau aborsi, ia dapat memulai
KSK kapan pun jika yakin tidak hamil. Perlu
kontrasepsi tambahan untuk 7 hari pertama
setelah suntikan

Setelah pemakaian Pil Setelah pemakaian Kontrasepsi Pil Progestin


Kontrasepsi Darurat (PKD) (KPP) atau Pil Kontrasepsi Darurat Kombinasi
(PKDK)

- Klien dapat mulai menggunakan suntik


pada hari klien
selesai menggunakan PKD. Tidak perlu
menunggu menstruasi untuk mulai
menggunakan suntik. Perlu kontrasepsi
tambahan untuk 7 hari pertama setelah
suntikan.
- Jika klien tidak segera memulainya, namun
kembali untuk suntikan, maka ia dapat
segera mulai kapan saja jika yakin tidak
hamil.

Setelah pemakaian Pil Kontrasepsi Darurat


(PKD) ulipristal asetat (UPA):
- Klien dapat mulai suntikan pada hari ke-6
setelah
minum PKD UPA. Tidak perlu menunggu
menstruasi bulan berikutnya. Ada interaksi
antara KSK dan UPA jika suntikan dimulai
lebih awal dan karena keduanya ada dalam
tubuh, akibatnya satu atau keduanya akan
menjadi kurang efektif.

107
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

- Buat janji kunjungan kembali untuk suntik


pada hari ke-6 setelah penggunaan UPA,
atau sesegera mungkin setelahnya.
- Perlu kontrasepsi tambahan dari saat ia
minum PKD UPA sampai 7 hari sesudah
suntikan.
- Jika klien tidak mulai suntik pada hari ke-6
namun kembalinya nanti, ia dapat memulai
suntikan kapan saja jika yakin tidak hamil.

7. Efek Samping dan Komplikasi


Efek Samping
EFEK SAMPING PENANGANAN
Menstruasi irregular (tidak teratur) - Yakinkan klien jika kondisi tersebut tidak berbahaya
dan biasanya akan berkurang atau berhenti setelah
beberapa bulan pasca pemasangan.
- Pengobatan jangka pendek, boleh diberikan asam
mefenamat 2x500mg selama 5 hari atau valdecoxib
diberikan 1x 40 mg selama 5 hari, dimulai sejak
kondisi tersebut terjadi.
- Jika kondisi ini terus berlangsung, pertimbangkan
penyebab lain yang tidak berhubungan dengan
kontrasepsi.
Tidak ada menstruasi - Yakinkan klien jika kondisi ini tidak berbahaya.
Menstruasi yang banyak dan lama - Yakinkan klien jika kondisi tersebut tidak berbahaya
dan biasanya akan berkurang atau berhenti setelah
beberapa bulan.
- Pengobatan jangka pendek, boleh diberikan asam
mefenamat diberikan 3x500mg selama 5 hari, atau
valdecoxib diberikan 1x40 mg selama 5 hari atau
ethinyl estradiol diberikan 1x50µg selama 21 hari
dimulai sejak kondisi tersebut terjadi.
- Jika perdarahan mengancam kesehatan, sarankan
untuk mengganti metode kontrasepsi.
- Sarankan untuk meminum obat penambah zat besi
untuk mencegah anemia.
- Jika kondisi ini terus berlangsung, pertimbangkan
penyebab lain yang tidak berhubungan dengan
kontrasepsi.
Kembung atau rasa tidak nyaman - Pertimbangkan solusi yang tersedia secara local.
di perut
Perubahan berat badan - Diet dan konsul gizi.
Perubahan mood dan hasrat - Berikan dukungan yang sepantasnya jika perubahan
seksual tersebut mempengaruhi hubungan dengan
pasangan.
- Jika terjadi perubahan mood yang berat seperti
depresi mayor, maka harus mendapatkan perawatan
segera.
Nyeri kepala biasa - Aspirin 500 mg atau ibuprofen 400 mg atau
parasetamol 500-1000 mg atau penghilang nyeri
lainnya.

108
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

Komplikasi
EFEK SAMPING PENANGANAN
Perdarahan pervaginam yang tidak - Rujuk ke fasyankes tingkat lanjut atau evaluasi
dapat dijelaskan penyebabnya riwayat sebelumnya dan lakukan pemeriksaan pelvis,
diagnosis dan obati dengan tepat.
- Jika penyebab perdarahan tidak dapat ditemukan,
ganti metode kontrasepsi (selain implan dan AKDR)
- Jika perdarahan disebabkan infeksi menular seksual
atau penyakit radang panggul, klien tetap dapat
melanjutkan metode ini.
Kondisi kesehatan yang serius - Stop suntikan kontrasepsi.
seperti penyempitan pembuluh - Ganti metode kontrasepsi.
darah, penyakit hati yang berat, - Rujuk ke Fasyankes tingkat lanjut.
hipertensi yang berat,
penyumbatan vena di tungkai atau
paru, stroke, kanker payudara atau
kerusakan arteri penglihatan, ginjal
atau sistem saraf pusat karena
diabetes
Curiga kehamilan - Evaluasi kehamilan.
- Stop suntikan jika kehamilan terkonfirmasi.

Kontrasepsi Suntik Progestin (KSP)


1. Definisi
Kontrasepsi suntik yang mengandung progestin saja seperti hormon progesteron
alami dalam tubuh perempuan.
Terdapat 2 jenis KSP yaitu:
- Depot Medroxyprogesterone Acetate (DMPA) disebut juga Depo-Provera, KSP
paling banyak digunakan merupakan suntikan intramuskular. Versi subkutan
pada sistem suntik uniject dalam prefilled dosis tunggal syringe hipodermik
sebagai depo subQ provera 104 suntikan.
- Norethisterone Enanthate (NET-EN) suntikan intramuskular.
2. Cara Kerja dan Efektivitas
- Mencegah pelepasan telur dari ovarium (menekan ovulasi)
- Mengentalkan lendir serviks sehingga menurunkan kemampuan penetrasi
sperma
- Menjadikan selaput lendir rahim tipis dan atrofi
3. Jangka Waktu Pemakaian
Suntik DMPA 3 bulan dan NET-EN 2 bulan.
4. Keuntungan dan Keterbatasan
Keuntungan
- Suntikan setiap 2-3 bulan
- Tidak perlu penggunaan setiap hari
- Tidak mengganggu hubungan seksual
- Dapat digunakan oleh perempuan menyusui dimulai 6 bulan setelah
melahirkan karena tidak mengganggu produksi ASI
- Dapat digunakan oleh perempuan usia > 35 tahun sampai premenopause
- Membantu mencegah: kanker endometrium, mioma uteri

109
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
- Mengurangi krisis sel sabit pada perempuan dengan anemia sel sabit dan
gejala endometriosis (nyeri panggul, haid yang tidak teratur)
- Mungkin membantu mencegah Penyakit Radang Panggul (PRP)
simptomatis, anemia defisiensi besi
- Mengurangi nyeri haid
- Mengurangi jumlah darah haid
- Mengurangi kejadian karsinoma payudara
- Tidak mengandung estrogen yang dapat berdampak pada klien dengan
penyakit jantung dan pembekuan darah
Keterbatasan
- Klien sangat bergantung pada tempat sarana pelayanan kesehatan untuk
suntikan ulang
- Tidak dapat dihentikan sewaktu-waktu sebelum suntikan berikutnya
- Terlambatnya kembali kesuburan setelah penghentian pemakaian, rata-rata
4 bulan
- Pada pemakaian jangka panjang dapat sedikit menurunkan densitas
(kepadatan) tulang
- Terjadi perubahan pola haid, umumnya metroragia atau spotting
- Terjadi penambahan berat badan
- Tidak mencegah IMS dan HIV/AIDS
5. Kriteria Kelayakan Medis
Yang boleh menggunakan KSP
Hampir semua perempuan dapat menggunakan KSP secara aman dan efktif,
termasuk perempuan yang:
- Telah atau belum memiliki anak
- Menikah atau tidak menikah
- Semua usia, termasuk perempuan yang berusia lebih dari 40 tahun
- Baru saja mengalami keguguran
- Merokok tanpa melihat usia perempuan maupun jumlah rokok yang dihisap
- Sedang menyusui, mulai segera pada 6 minggu pasca melahirkan
- Terkena HIV, sedang atau tidak sedang dalam terapi antiretroviral
Yang tidak boleh menggunakan KSP
perempuan dengan kondisi berikut sebaiknya tidak menggunakan KSP:
- Hamil atau diduga hamil, karena berisiko menimbulkan kecacatan pada janin 7
per 100.000 kelahiran
- Klien yang tidak dapat menerima gangguan haid terutama amenorrhea
- Menyusui dan melahirkan kurang dari 6 minggu sejak melahirkan
(pertimabngkan risiko kehamilan selanjutnya dan kemungkinan terbatasnya
akses lanjutan untuk mendapatkan suntik)
- Hipertensi (tekanan sistolik 160 mmHg atau tekanan diastolik 100 mmHg atau
lebih)
- Mengalami penggumpalan darah akut pada vena dalam di kaki atau paru
- Riwayat penyakit jantung atau sedang menderita penyakit jantung terkait
obstruksi atau penyempitan pembuluh darah (penyakit jantung iskemik)
- Riwayat stroke

110
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
- Memiliki faktor risiko multiple untuk penyakit kardiovaskular dari seperti
diabetes dan hipertensi
- Mengalami perdarahan vaginal yang tidak diketahui sebelum evaluasi
kemungkinan kondisi medis serius yang mendasari
- Menderita kanker payudara lebih dari 5 tahun yang lalu, dan tidak kambuh
- Diabetes selama lebih dari 20 tahun atau mengalami kerusakan pembuluh
darah arteri, penglihatan, ginjal, atau sistem saraf karena diabetes
- Menderita sirosis hati atau tumor hati
- Menderita systemic lupus erythematosus (SLE) dengan antibodi antifosfolipid
positif (atau tidak diketahui) dan tidak dalam terapi imunosupersif, atau
trombositpenia berat.

Pada kondisi dimana tidak terdapat metode yang lebih sesuai maupun klien tidak
bisa menerima, penyedia layanan berkualifikasi yang bisa menilai kondisi dan
situasi klien secara hati-hati dapat memutuskan bahwa klien bisa menggunakan
KSP pada kondisi di atas. Penyedia layanan perlu mempertimbangkan seberapa
berat kondisi klien dan kemampuan klien dalam mengakses tindak lanjut.

6. Waktu Pemberian
Klien dapat memulai KSP kapanpun dia menghendaki selama yakin tidak hamil
dan tidak ada kondisi yang menghambat.

Kondisi Waktu Pemberian

Menstruasi atau berganti dari Kapanpun pada bulan tersebut


metode non hormonal - Jika klien mulai dalam 7 hari setelah
menstruasi, tidak perlu metode kontrasepsi
tambahan.
- Jika klien mulai lebih dari 7 hari setelah
menstruasi, dia dapat mulai menggunakan
KSP kapan saja jika yakin tidak hamil. Perlu
metode kontrasepsi tambahan untuk 2 hari
pertama minum pil.
- Jika berganti dari AKDR, dapat segera mulai
menggunakan KSP.

Berganti dari metode hormonal - Jika telah menggunakan metode hormonal


secara konsisten dan benar atau jika yakin
tidak hamil, KSP dapat segera digunakan.
Tidak perlu menunggu haid selanjutnya.
Tidak diperlukan metode kontrasepsi
tambahan.
- Jika berganti dari kontrasepsi suntik lainnya,
klien dapat mulai menggunakan suntik baru
saat suntik ulangan seharusnya diberikan.
Tidak perlu kontrasepsi tambahan.

ASI eksklusif atau hamil eksklusif - Jika melahirkan kurang dari 6 minggu yang
Kurang dari 6 bulan setelah lalu, tunda suntikan pertama sampai dengan
melahirkan setidaknya 6 minggu setelah melahirkan.

111
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

- Jika belum haid, klien dapat mulai


menggunakan KSP kapan saja antara 6
minggu dan 6 bulan. Tidak perlu metode
kontrasepsi tambahan.
- Jika sudah haid, klien dapat mulai
menggunakan KSP seperti yang dianjurkan
pada klien yang memiliki siklus haid.

ASI eksklusif atau hamil eksklusif - Jika belum haid, klien dapat mulai
Lebih dari 6 bulan setelah menggunakan KSP kapan saja jika yakin
melahirkan tidak hamil. Perlu metode kontrasepsi
tambahan untuk 7 hari pertama setelah
suntik.
- Jika sudah haid, klien dapat mulai
menggunakan KSP seperti yang dianjurkan
pada klien yang memiliki siklus haid.

ASI tidak eksklusif Tunda suntikan pertama sampai dengan


Kurang dari 6 minggu setelah setidaknya 6 minggu setelah melahirkan
melahirkan

ASI tidak eksklusif - Jika belum haid, klien dapat mulai


Lebih dari 6 minggu setelah menggunakan KSP kapan saja jika dia yakin
melahirkan tidak hamil. Perlu metode kontrasepsi
tambahan untuk 7 hari pertama setelah
suntik.
- Jika telah haid, klien dapat mulai
menggunakan KSP seperti yang dianjurkan
pada klien dengan siklus menstruasi normal.

Tidak menyusui Klien dapat mulai menggunakan KSP kapan saja.


Kurang dari 4 minggu setelah Tidak perlu metode kontrasepsi tambahan.
melahirkan

Tidak menyusui - Jika belum haid, klien dapat memulai KSP


Lebih dari 4 minggu setelah kapan saya dia yakin tidak hamil. Perlu
melahirkan metode kontrasepsi tambahan untuk 7 hari
pertama setelah suntik.
- Jika haid telah haid, klien dapat memulai
KSP seperti yang dianjurkan pada klien
dengan siklus menstruasi normal.

Tidak menstruasi (tidak Klien dapat mulai menggunakan KSP kapan saja
berhubungan dengan melahirkan
atau menyusui)

Pasca keguguran atau abortus - Segera. Jika klien mulai menggunakan


dalam 7 hari setelah keguguran atau aborsi
trimester 1 atau 2, tidak perlu metode
kontrasepsi tambahan.
- Jika klien mulai menggunakan KSP lebih
dari 7 hari setelah keguguran atau aborsi,
dia dapat mulai menggunakan KSP kapan
saja jika yakin tidak hamil. Perlu metode
kontrasepsi tambahan untuk 7 hari pertama
setelah suntik.

112
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

Setelah pemakaian Pil Kontrasepsi - Dapat mulai menggunakan KSP pada hari
Darurat (PKD) jenis progestin atau yang sama dengan minum PKD. Tidak perlu
kombinasi menunggu haid untuk mendapatkan
suntikan. Perlu metode kontrasepsi
tambahan untuk 7 hari pertama setelah
suntikan.
- Bila klien tidak segera mulai menggunakan
KSP, tetapi kembali untuk suntik, dia dapat
memulai kapan saja jika yakin tidak hamil.

Setelah pemakaian Pil Kontrasepsi - Menunggu haid untuk mendapatkan


Darurat (PKD) jenis ulipristal asetat suntikan. Suntikan dan UPA berinteraksi:
(UPA) jika suntik dimulai lebih dulu, maka
keduanya berada di dalam tubuh, akibatnya
salah satu atau keduanya dapat menjadi
kurang efektif.
- Buat jadwal klien kembali untuk
mendapatkan suntik pada hari ke-6 setelah
menggunakan PKD UPA atau sesegera
mungkin setelah itu.
- Klien perlu kontrasepsi tambahan dari saat
ia menggunakan PKD UPA selama 7 hari
setelah suntik.
- Jika klien tidak mulai suntikan pada hari ke-
6 tetapi kembalinya agak terlambat untuk
suntikan, dia mungkin perlu mulai kapan
saja dia yakin tidak hamil.

7. Efek Samping dan Komplikasi


Efek Samping
EFEK SAMPING PENANGANAN
Menstruasi irregular (tidak teratur) - Yakinkan klien jika kondisi tersebut tidak berbahaya dan
biasanya akan berkurang atau berhenti setelah beberapa
bulan pasca pemasangan.
- Pengobatan jangka pendek, boleh diberikan asam
mefenamat 2x500 mg selama 5 hari atau valdecoxib
diberikan 1x40 mg selama 5 hari, dimulai sejak kondisi
tersebut terjadi.
- Jika kondisi ini terus berlangsung, pertimbangkan
penyebab lain yang tidak berhubungan dengan kontrasepsi.
Tidak ada menstruasi - Yakinkan klien jika kondisi ini tidak berbahaya.
Menstruasi yang banyak dan - Yakinkan klien jika kondisi tersebut tidak berbahaya dan
lama biasanya akan berkurang atau berhenti setelah beberapa
bulan.
- Pengobatan jangka pendek, boleh diberikan asam
mefenamat diberikan 3x500 mg selama 5 hari, atau
valdecoxib diberikan 1x40 mg selama 5 hari atau ethynyl
estradiol diberikan 1x50µg selama 21 hari dimulai sejak
kondisi tersebut terjadi.
- Jika perdarahan mengancam kesehatan, sarankan untuk
mengganti metode kontrasepsi.

113
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
- Sarankan untuk meminum obat penambah zat besi untuk
mencegah anemia.
- Jika kondisi ini terus berlangsung, pertimbangkan
penyebab lain yang tidak berhubungan dengan kontrasepsi.
Kembung atau rasa tidak nyaman - Pertimbangkan solusi yang tersedia secara lokal.
di perut
Perubahan berat badan - Diet dan konsul gizi.
Perubahan mood (suasana hati) - Berikan dukungan yang sepantasnya jika perubahan
dan hasrat seksual tersebut mempengaruhi hubungan dengan pasangan.
- Jika terjadi perubahan mood (suasana hati) yang berat
seperti depresi mayor, maka harus mendapatkan
perawatan segera.
Nyeri kepala biasa - Aspirin 500 mg atau ibuprofen 400 mg atau parasetamol
500-1000 mg atau penghilang nyeri lainnya.

Komplikasi
KOMPLIKASI PENANGANAN
Perdarahan pervaginam yang - Rujuk atau evaluasi riwayat sebelumnya dan lakukan
tidak dapat dijelaskan pemeriksaan pelvis, diagnosis dan obati dengan tepat
penyebabnya - Jika penyebab perdarahan tidak dapat ditemukan, ganti
metode kontrasepsi (selain implan dan AKDR).
- Jika perdarahan disebabkan infeksi menular seksual atau
penyakit radang panggul, klien tetap dapat melanjutkan
metode ini.
Kondisi kesehatan yang serius - Stop suntikan kontrasepsi.
seperti penyempitan pembuluh - Ganti metode kontrasepsi.
darah, penyakit hati yang berat, - Rujuk ke Fasyankes tingkat lanjut.
hipertensi yang berat,
penyumbatan vena di tungkai
atau paru, stroke, kanker
payudara atau kerusakan arteri
penglihatan, ginjal atau sistem
saraf pusat karena diabetes

Curiga kehamilan - Evaluasi kehamilan.


- Stop suntikan jika kehamilan terkonfirmasi.

8. Prosedur Klinis Pelayanan Kontrasepsi dengan Metode Suntik


a. Kontrasepsi Suntik Kombinasi (KSK)
Langkah 1.
Menyiapkan satu dosis suntikan, jarum, dan syringe (alat suntik/spuit)
- 25 mg MPA/estradiol cypionate atau 50 mg NET-EN/estradiol valerate,
suntikan jarum intra muskular, dan syringe 2 ml atau 5 ml. NET-
EN/estradiol valerate kadang tersedia dalam bentuk syringe yang sudah
terisi (prefilled syringe).
- Untuk setiap suntikan gunakan disposable auto-disable syringe dan
jarum dari kemasan baru bersegel (tidak melampaui tanggal
kadaluarsa dan tidak rusak), jika tersedia.

Langkah 2.
Cuci tangan menggunakan sabun dan air, jika memungkinkan.

114
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Jika lokasi suntikan kotor, cuci dengan sabun dan air. Tidak perlu
menyeka lokasi suntikan dengan antiseptik.
Jika menggunakan “prefilled syringe”, lanjut ke langkah 5.

Langkah 3.
Menyiapkan vial
- MPA/estradiol cypionate: kocok vial.
- NET-EN/estradiol valerate: tidak perlu mengocok vial.
- Tidak perlu menyeka bagian atas vial dengan antiseptik.
- Jika vial dingin, hangatkan dengan suhu kulit sebelum disuntikkan.

Langkah 4.
Mengisi syringe
Tusuk bagian atas vial dengan jarum steril dan isi syringe dengan dosis yang
sesuai.

Langkah 5.
Menyuntikkan formula
Tusukkan jarum steril dalam-dalam ke pinggul (otot ventrogluteal), atau
lengan atas (otot deltoid), atau pantat (otot gluteal, bagian atas luar), atau
paha luar (depan), salah satu bagian yang dikehendaki oleh klien.
Suntikan isi syringe.

Langkah 6.
Membuang syringe sekali pakai dan jarum secara aman.
- Jangan menutup kembali, membengkokkan, atau mematahkan jarum
sebelum dibuang.
- Letakkan pada tempat benda tajam
- Jangan menggunakan kembali syringe dan jarum sekali pakai.

Syringe dan jarum dihancurkan setelah sekali pakai karena bentuknya,


alat-alat tersebut sulit untuk didesinfeksi. Oleh karena itu, penggunaan
kembali syringe atau jarum yang sudah pernah dipakai dapat
menyebarkan penyakit seperti HIV dan hepatitis..
- Jika memakai syringe dan jarum yang dapat digunakan kembali,
alat-alat tersebut harus disterilkan kembali setelah digunakan dulu
setelah pemakaian.
- Memberitahu nama suntikan dan membuat kesepakatan jadwal
kunjungan selanjutnya dalam 4 minggu.

115
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

b. Kontrasepsi Suntik Progestin (KSP)


Langkah 1.
Menyiapkan satu dosis suntikan, jarum, dan syringe
- DMPA 150 mg: syringe 3 ml
- NET-EN 200 mg: syringe 1 ml atau 3 ml

Langkah 2.
Cuci tangan menggunakan sabun dan air, jika memungkinkan.
- Jika lokasi suntikan kotor, cuci dengan sabun dan air. Tidak perlu
menyeka lokasi suntikan dengan antiseptik.
- Jika menggunakan “prefilled syringe”, lanjut ke langkah 5.

Langkah 3.
Menyiapkan vial
- DMPA: Kocok vial pelan-pelan.
- NET-ET: Tidak perlu mengocok vial.
Tidak perlu menyeka bagian atas vial dengan antiseptik.
Jika vial dingin, hangatkan dengan suhu kulit sebelum disuntikkan.

Langkah 4.
Mengisi syringe
Tusuk bagian atas vial dengan jarum steril dan isi syringe dengan dosis yang
sesuai.

Langkah 5.
Menyuntikkan formula
Tusukkan jarum steril dalam-dalam ke pinggul (otot ventrogluteal), atau
lengan atas (otot deltoid), atau pantat (otot gluteal, bagian atas luar), salah
satu bagian yang dikehendaki oleh klien. Suntikan isi syringe dan jangan
memijat lokasi bekas suntikan.

Langkah 6.
Membuang syringe sekali pakai dan jarum dengan aman
- Jangan menutup kembali, membengkokkan, atau mematahkan jarum
sebelum dibuang.
- Letakkan pada tempat benda tajam.

Materi Pokok 3.

116
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
PELAYANAN KONTRASEPSI DENGAN METODE PIL
Kontrasepsi Pil Kombinasi (KPK)
1. Definisi
Pil yang mengandung 2 macam hormon berdosis rendah, yaitu progestin dan
estrogen. Seperti hormon progesteron dan estrogen alami pada tubuh perempuan
yang harus diminum setiap hari. Jenis KPK terdiri dari:
a. Monofasik
Pil mengandung hormon aktif estrogen/ progestin dalam dosis yang sama.
Jenis monofasik yang beredar di pasaran yaitu:
21 pil mengandung 20 ug Ethinyl Estradiol (EE)/ 150 ug Levonorgestrel (LNG)
dan 7 pil tanpa hormon
21 pil mengandung 30 ug EE/ 3000 ug Drospirenone dan 7 pil tanpa hormon
24 pil mengandung 30 ug EE/2000 ug Drospirenone dan 4 pil tanpa hormon

b. Bifasik
Pil mengandung hormon aktif estrogen. progestin dalam dua dosis yang
berbeda. Jenis pil bifasik yang beredar dipasaran yaitu: 21 pil mengandung 0,02
mm EE/ 0,15 mg Desogestrel, 5 pil mengandung: 0,01 mg EE dan 2 pil tanpa
hormon.

c. Trifasik
Pil mengandung hormon aktif estrogen/ progestin dalam tiga dosisi yang
berbeda. Jenis pil trifasik yang beredar dipasaran yaitu: 7 pil mengandung 0,035
mg EE/0,5 mg Norethindrone, 7 pil mengandung 0,035 mg EE/0,75 mg
Norethindrone, 7 pil mengandung 0,035 mg EE/ 1 mg Norethindrone dan 7 pil
tanpa hormon; dan 7 pil mengandung 0,025 mg EE/0,100 mg Desogestrel, 7 pil
mengandung 0,025 mg EE/ 0,125 mg Desogestrel, 7 pil mengandung 0,025 mg
EE/ 0,150 mg Desogestrel dan 7 pil tanpa hormon.

d. Kuadrafasik
Pil mengandung hormon aktif estrogen/ progestin dalam empat dosis yang
berbeda. Jenis pil kuadrifasik yang beredar di pasaran yaitu: 2 pil mengandung
3 mg estradiol valerate, 5 pil mengandung 2 mg estradiol valerate/ 2 mg
dienogest, 17 pil mengandung 2 mg Estradiol valerate. 3 mg dienogest, 2 pil
mengandung 1 mg estradiol valerate dan 2 pil tanpa homron.

117
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

2. Cara Kerja dan Efektivitas


- Mencegah pelepasan sel telur dari ovarium (menekan ovulasi)
- Mengentalkan lendir serviks sehingga sulit dilalui oleh sperma
- Pergerakan tuba terganggu sehingga transportasi telur dengan sendirinya akan
terganggu
3. Jangka Waktu Pemakaian
- 21 hari baik dari jenis monofasik atau bifasik
- 28 hari yang mungkin tergolong dalam jenis monofasik, bifasik, atau trifasik
4. Keuntungan dan Keterbatasan
Keuntungan
- Dapat mengontrol pemakaian
- Mudah digunakan
- Mudah didapat, misalnya di apotek atau toko obat
- Penghentian dapat dilakukan kapanpun tanpa perlu bantuan tenaga
kesehatan • Tidak mengganggu hubungan seksual
- Siklus haid menjadi teratur
- Banyaknya darah haid berkurang (mencegah anemia)
- Tidak terjadi nyeri haid,
- Kesuburan segera kembali setelah penggunaan pil dihentikan
- Membantu mencegah Kanker Endometrium, Kanker Ovarium, Kista ovarium
Penyakit Radang Panggul, Anemia Defisiensi Besi
- Mengurangi nyeri haid, nyeri ovulasi, masalah perdarahan menstruasi dan
jerawat
Keterbatasan
- Mahal
- Harus diminum setiap hari secara teratur
- Mengurangi ASI pada perempuan menyusui

5. Kriteria Kelayakan Medis


Yang boleh menggunakan
Hampir semua perempuan dapat menggunakan KPK secara aman dan efektif,
termasuk perempuan yang:
- Telah atau belum memiliki anak
- Perempuan usia reproduksi, termasuk perempuan yang berusia lebih dari 40
tahun
- Setelah melahirkan dan selama menyusui, setelah periode waktu tertentu.
- Baru saja mengalami keguguran, atau kehamilan ektopik
- Merokok – jika usia di bawah 35 tahun • Menderita anemia atau riwayat
anemia
- Menderita varises vena
- Terkena HIV, sedang atau tidak dalam terapi antiretroviral
Yang tidak boleh menggunakan

118
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Perempuan tidak dianjurkan untuk memakai KPK apabila dalam kondisi sebagai
berikut:
- Tidak menyusui dan kurang dari 3 minggu setelah melahirkan, tanpa resiko
tambahan kemungkinan terjadinya penggumpalan darah pada vena dalam
(TVD)
- Tidak menyusui dan antara 3 hingga 6 minggu pasca persalinan dengan
resiko tambahan kemungkinan terjadinya TVD
- Terutama menyusui antara 6 minggu hingga 6 bulan setelah melahirkan
- Usia 35 tahun atau lebih yang merokok
- Tekanan darah tinggi (tekanan sistolik antara 140 dan 159 mmHg atau
tekanan diastolik antara 90 dan 99 mmHg)
- Tekanan darah tinggi terkontrol, dan memungkinkan untuk dilakukan evaluasi
lanjutan
- Riwayat tekanan darah tinggi, dan tekanan darah tidak dapat diukur (termasuk
tekanan darah tinggi terkait kehamilan)
- Riwayat jaundis saat menggunakan KPK sebelumnya
- Penyakit kandung empedu (sedang atau diobati secara medis)
- Usia 35 tahun atau lebih dengan sakit kepala migrain tanpa aura 36
- Usia kurang dari 35 tahun dengan sakit kepala migrain tanpa aura yang
muncul atau memberat ketika menggunakan KPK
- Menderita kanker payudara lebih dari 5 tahun yang lalu, dan tidak kambuh
- Diabetes selama lebih dari 20 tahun atau mengalami kerusakan pembuluh
darah, penglihatan, ginjal, atau sistem saraf karena diabetes
- Faktor risiko multipel untuk penyakit kardiovaskular arteri seperti usia tua,
merokok, diabetes, dan tekanan darah tinggi
- Sedang dalam terapi barbiturat, carbamazepine, oxcarbazepine, fenitoin,
primidone, topiramate, rifampisin, atau rifabutin. Sebaiknya memakai metode
kontrasepsi tambahan karena obat-obatan tersebut mengurangi efektivitas
KPK.
- Sedang dalam terapi lamotrigin. KPK dapat mengurangi efektivitas lamotrigin.

Pada kondisi dimana tidak terdapat metode yang lebih sesuai maupun klien tidak
bisa menerima, penyedia layanan berkualifikasi yang bisa menilai kondisi dan
situasi klien secara hati-hati dapat memutuskan bahwa klien bisa menggunakan
KPK pada kondisi di atas. Penyedia layanan perlu mempertimbangkan seberapa
berat kondisi klien dan kemampuan klien dalam mengakses tindak lanjut.

6. Waktu Pemberian
Kondisi Waktu Pemberian

Menstruasi atau berganti dari Kapan saja pada bulan tersebut


metode non hormonal - Jika mulai dari 5 hari setelah permulaan haid,
tidak perlu metode kontrasepsi tambahan
- Jika mulai lebih dari 5 hari setelah permulaan
haid, klien dapat mulai menggunakan KPK
kapan saja jika yakin tidak hamil. Perlu metode
kontrasepsi tambahan untuk 7 hari pertama
minum pil.

119
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

- jika berganti dari AKDR, klien dapat segera


mulai menggunakan KPK

Berganti dari metode hormonal - Jika telah menggunakan kontrasepsi


hormonal secara konsisten dan benar atau jika
yakin tidak hamil, KPK dapat segera
digunakan. Tidak perlu metode kontrasepsi
tambahan untuk 7 hari pertama minum pil
- Jika berganti dari kontrasepsi suntik, klien
dapat mulai menggunakan KPK saat suntik
ulangan seharusnya diberikan. Tidak
diperlukan metode kontrasepsi tambahan.

ASI eksklusif atau hamil eksklusif Berikan KPK dan beritahu klien untuk memulai
Kurang dari 6 bulan setelah menggunakannya 6 bulan setelah melahirkan atau
melahirkan ketika ASI tidak lagi menjadi sumber nutrisi bayi.
Mana saja yang lebih dahulu

ASI eksklusif atau hamil eksklusif - Jika belum haid, klien dapat mulai
Lebih dari 6 bulan setelah menggunakan KPK kapan saja dia yakin tidak
melahirkan hamil. Perlu metode kontrasepsi tambahan
untuk 7 hari pertama minum pil

ASI tidak eksklusif - Jika telah haid, klien dapat mulai


Kurang dari 6 minggu setelah menggunakan KPK seperti yang dianjurkan
melahirkan pada klien yang memiliki siklus haid

ASI tidak eksklusif - Jika belum haid, klien dapat mulai


Lebih dari 6 minggu setelah menggunakan KPK kapan saja dia yakin tidak
melahirkan hamil. Perlu metode kontrasepsi tambahan
untuk 7 hari pertama minum pil.
- Jika telah haid, klien dapat mulai
menggunakan KPK seperti saran yang
dianjurkan pada klien yang memiliki siklus
haid.

Tidak menyusui Klien dapat mulai menggunakan KPK kapan saja


Kurang dari 4 minggu setelah antara hari ke 21-28 setelah melahirkan. Berikan
melahirkan KPK kapan saja untuk mulai digunakan dalam 7 hari
ini. Tidak perlu metode kontrasepsi tambahan. Jika
ada risiko tambahan untuk TVD, tunggu hingga 6
minggu.

Tidak menyusui - Jika klien belum haid, klien dapat mulai


Lebih dari 4 minggu setelah menggunakan KPK kapan saja jika yakin tidak
melahirkan hamil. Perlu metode kontrasepsi tambahan
untuk 7 hari pertama minum pil.
- Jika telah haid, klien dapat mulai
menggunakan KPK seperti yang dianjurkan
pada klien yang memiliki siklus haid.

Tidak menstruasi (tidak Klien dapat mulai menggunakan KPK kapan saja
berhubungan dengan melahirkan jika yakin tidak hamil. Perlu metode kontrasepsi
atau menyusui) tambahan untuk 7 hari pertama minum pil.

Pasca keguguran atau abortus - Segera. Jika klien mulai menggunakan KPK
dalam 7 hari pasca keguguran atau aborsi

120
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

trimester 1 atau 2, tidak perlu metode


kontrasepsi tambahan.
- Jika klien mulai menggunakan KPK lebih dari
7 hari pasca keguguran atau aborsi, dia dapat
mulai menggunakan KPK kapan saja jika yakin
tidak hamil. Perlu metode kontrasepsi
tambahan untuk 7 hari pertama minum pil.

Setelah pemakaian Pil - Setelah menggunakan PKD, klien dapat


Kontrasepsi Darurat (PKD) jenis segera mulai atau memulai kembali
progestin atau kombinasi penggunaan KPK. Tidak perlu menunggu
siklus haid selanjutnya. Pengguna rutin KPK
yang membutuhkan PKD karena keliru
memakai KPK, dapat melakukan pil yang
tersisa dari kemasan yang sekarang.
- Bila tidak segera mulai menggunakan KPK,
tetapi tetap ingin menggunakannya, klien
dapat mulai menggunakan kapan saja jika
yakin tidak hamil.
- Semua klien perlu metode kontrasepsi
tambahan untuk 7 hari pertama minum pil.

Setelah pemakaian Pil - Klien dapat memulai atau memulai kembali


Kontrasepsi Darurat (PKD) jenis KPK pada hari ke-6 setelah selesai minum
ulipristal asetat (UPA) PKD UPA. Tidak perlu menunggu haid
selanjutnya. Kontrasepsi Pil Kombinasi (KPK)
dan UPA dapat berinteraksi jika KPK dimulai
lebih dulu, maka keduanya akan berada di
dalam tubuh, akibatnya salah satu atau
keduanya bisa menjadi kurang efektif.
- Berikan pasokan pil yang cukup dan
informasikan untuk mulai pil tersebut di hari
ke-6 setelah pemakaian KPD UPA.
- Perlu metode kontrasepsi tambahan dari mulai
saat klien menggunakan PKD UPA sampai
pemakaian KPK selama 7 hari.
- Jika klien tidak mulai KPK pada hari ke-6 tetapi
kembali menggunakan KPK sesudahnya, dia
dapat mulai menggunakan kapan saja jika
yakin tidak hamil.

7. Efek Samping dan Komplikasi


Efek Samping
EFEK SAMPING PENANGANAN
Menstruasi tidak teratur atau - Minum pil setiap hari pada jam yang sama.
perdarahan pervaginam - Ibuprofen 3 x 800 mg selama 5 hari.
- NSAID.
- Bila perdarahan tidak berhenti sarankan
menggunakan metode kontrasepsi lain.
Tidak menstruasi - Lakukan konseling bahwa terkadang setelah
pemakaian kontrasepsi pil menstruasi menjadi tidak
teratur dan bahkan tidak menstruasi.
- Pastikan pil diminum setiap hari.

121
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
- Pastikan klien tidak hamil.
Sakit kepala biasa (bukan - Aspirin 500 mg atau ibuprofen 400 mg atau
migraine) parasetamol 500-1000 mg atau penghilang nyeri
lainnya.
- Bila sakit kepala berlanjut maka konseling untuk
memilih kontrasepsi jenis lain.
Mual atau pusing - Untuk mengatasi mual minum pil menjelang tidur
atau saat makan.
Payudara nyeri - Sarankan menggunakan bra yang sesuai baik saat
aktivitas ataupun
- Kompres hangat atau dingin.
- Aspirin 500 mg atau ibuprofen 400 mg atau
parasetamol 500-1000 mg atau penghilang nyeri
lainnya.
Perubahan berat badan - Evaluasi pola makan dan konsul gizi bila perlu.
Perubahan mood dan aktivitas - Lakukan konseling bila keluhan berlanjut sarankan
seksual memilih kontrasepsi lain.
Jerawat - Jerawat umumnya timbul bersamaan dengan
penggunaan pil.
- Bila klien telah menggunakan pil kombinasi selama
beberapa bulan dan jerawat tetap ada maka
berikan pil dengan kombinasi lain jika ada atau
sarankan memilih kontrasepsi jenis lain.
Gastritis - Pil diminum setelah makan
- Jika diperlukan dapat diberikan antasida.

Komplikasi
Jarang ditemukan komplikasi

Kontrasepsi Pil Progestin (KPP)


1. Definisi
Pil yang mengandung progestin saja (tidak ada estrogen) dengan dosis yang
sangat rendah seperti hormon progesteron alami pada tubuh perempuan. Terdapat
2 jenis yaitu:
- Kemasan 28 pil berisi 75 ug norgestrel
- Kemasan 35 pil berisi 300 ug levonorgestrel atau 350 ug norethindrone.
2. Cara Kerja dan Efektivitas
- Mencegah ovulasi
- Mengentalkan lendir serviks sehingga menurunkan kemampuan penetrasi
sperma
- Menjadikan endometrium tipis dan atrofi
3. Jangka Waktu Pemakaian
Efektif jika diminum setiap hari pada waktu yang sama. Kesuburan akan segera
kembali jika klien menghentikan konsumsi pil.
4. Keuntungan dan Keterbatasan
Keuntungan
- Dapat diminum selama menyusui
- Dapat mengontrol pemakaian
- Penghentian dapat dilakukan kapan pun tanpa perlu bantuan tenaga
kesehatan

122
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
- Tidak mengganggu hubungan seksual
- Kesuburan cepat Kembali
- Mengurangi nyeri haid
- Mengurangi jumlah perdarahan haid
Keterbatasan
- Harus diminum setiap hari dan pada waktu yang sama, bila lupa satu pil saja,
kegagalan menjadi lebih besar
- Peningkatan/penurunan berat badan
5. Kriteria Kelayakan Medis
Yang boleh menggunakan
Perempuan dengan kondisi berikut bisa dianjurkan untuk menggunakan KPP:
- Sedang menyusui (dapat mulai segera setelah 6 minggu melahirkan)
- Telah atau belum memiliki anak
- Menikah atau tidak menikah
- Semua usia, termasuk perempuan yang berusia lebih dari 40 tahun
- Baru saja mengalami keguguran, atau kehamilan ektopik
- Merokok, tanpa melihat usia perempuan maupun jumlah rokok yang dihisap
- Menderita anemia atau riwayat semian
- Menderita varises vena
- Terkena HIV, sedang atau tidak sedang dalam terapi antiretroviral
Yang tidak boleh menggunakan
Perempuan dengan kondisi berikut tidak dianjurkan untuk menggunakan KPP:
- Mengalami penggumpalan darah akut pada vena dalam (trombosis vena
dalam) di kaki atau perut
- Menderita kanker payudara lebih dari 5 tahun yang lalu, dan tidak kambuh
- Menderita sirosis hati atau tumor hati berat
- Mencerita systemic lupus erythematosus (SLE) dengan antibodi antifosfolipid
positif (atau tidak diketahui)
- Sedang dalam terapi barbiturat, carbamazepine, oxcarbazepine, fenitoin,
primidone, topiramate rifampisin, atau rifabutin. Sebaiknya memakai metode
kontrasepsi tambahan karena obat-obat tersebut mengurangi efektivitas KPP.

Pada kondisi dimana tidak terdapat metode yang lebih sesuai maupun klien tidak
bisa menerima, penyedia layanan berkualifikasi yang bisa menilai kondisi dan
situasi klien secara hati-hati dapat memutuskan bahwa klien bisa menggunakan
KPP pada kondisi di atas. Penyedia layanan perlu mempertimbangkan seberapa
berat kondisi klien dan kemampuan klien dalam mengakses tindak lanjut.

6. Waktu Pemberian
Seorang perempuan dapat memulai KPP kapanpun ia menghendaki selama yakin
ia tidak hamil dan tidak ada kondisi medis yang menghambat.

Kondisi Waktu Pemberian

ASI eksklusif atau hamil eksklusif - Jika belum haid, klien dapat mulai
Kurang dari 6 bulan setelah menggunakan KPP kapan saja antara
melahirkan sesudah melahirkan dan 6 bulan. Tidak perlu

123
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

metode kontrasepsi tambahan untuk 7 hari


pertama minum pil
- Jika telah haid, klien dapat mulai
menggunakan KPP seperti yang dianjurkan
pada klien yang memiliki siklus haid

ASI eksklusif atau hamil eksklusif - Jika belum haid, klien dapat mulai
Lebih dari 6 bulan setelah menggunakan KPP kapan saja antara jika
melahirkan yakin tidak haid. Perlu metode kontrasepsi
tambahan untuk 2 hari pertama minum pil
- Jika telah haid, klien dapat mulai
menggunakan KPP seperti yang dianjurkan
pada klien yang memiliki siklus haid

ASI tidak eksklusif Klien dapat mulai menggunakan KPP kapan saja
Bila belum haid jika yakin tidak hamil. Perlu metode kontrasepsi
tambahan untuk 2 hari pertama minum pil

ASI tidak eksklusif Klien dapat mulai menggunakan KPP seperti yang
Bila telah haid dianjurkan pada klien yang memiliki siklus haid

Tidak menyusui Klien dapat mulai menggunakan KPP kapan saja.


Kurang dari 4 minggu setelah Tidak perlu metode kontrasepsi tambahan.
melahirkan

Tidak menyusui - Jika klien belum haid, klien dapat mulai


Lebih dari 4 minggu setelah menggunakan KPP kapan saja jika yakin tidak
melahirkan hamil. Perlu metode kontrasepsi tambahan
untuk 2 hari pertama minum pil.
- Jika telah haid, klien dapat mulai
menggunakan KPP seperti yang dianjurkan
pada klien yang memiliki siklus haid.

Berganti dari metode hormonal - Jika telah menggunakan metode hormonal


secara konsisten dan benar atau jika yakin
tidak hamil, KPP dapat segera digunakan.
Tidak perlu menunggu menstruasi bulan
berikutnya. Tidak perlu metode kontrasepsi
tambahan.
- Jika berganti dari kontrasepsi suntik, ia dapat
mulai menggunakan KPP saat suntik ulangan
seharusnya diberikan. Tidak perlu metode
kontrasepsi tambahan.

Menstruasi teratur atau berganti Kapan saja pada bulan tersebut


dari metode non hormonal - Jika klien mulai dalam 5 hari setelah
permulaan menstruasi, tidak perlu metode
kontrasepsi tambahan.
- Jika mulai lebih 5 hari setelah permulaan
menstruasi, ia dapat mulai menggunakan KPP
kapan saja jika yakin tidak hamil. perlu metode
kontrasepsi tambahan untuk 2 hari pertama
minum pil.
- Jika klien berganti dari AKDR, ia dapat segera
mulai menggunakan KPP

124
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

Tidak menstruasi (tidak KLien dapat mulai menggunakan KPP kapan saja
berhubungan dengan melahirkan jika yakin tidak hamil. perlu metode kontrasepsi
atau menyusui) tambahan untuk 2 hari pertama minum pil.

Pasca keguguran atau abortus - Segera. Jika klien mulai menggunakan dalam
7 hari setelah keguguran atau aborsi trimester
1 atau 2, tidak perlu metode kontrasepsi
tambahan.
- Jika klien mulai menggunakan KPP lebih dari
7 hari setelah keguguran/aborsi trimester 1
atau trimester 2, ia dapat mulai menggunakan
KPP kapan saja jika yakin tidak hamil. perlu
metode kontrasepsi tambahan untuk 2 hari
pertama minum pil.

Setelah pemakaian Pil Setelah memakai PKD jenis progestin atau


Kontrasepsi Darurat (PKD) jenis kombinasi:
progestin atau kombinasi - Setelah selesai menggunakan PKD, wanita
dapat segera memulai atau memulai kembali
penggunaan KPP. Tidak perlu menunggu
menstruasi berikutnya. Pengguna rutin KPP
yang membutuhkan PKD karena keliru
memakai KPP, dapat melanjutkan pil yang
tersisa dari kemasan saat ini.
- Bila tidak segera memulai KPP, tetapi tetap
ingin menggunakannya, klien dapat mulai
menggunakan kapan saja jika yakin tidak
hamil.
- Semua klien perlu metode kontrasepsi
tambahan untuk 2 hari pertama minum pil.

Setelah pemakaian Pil - Klien dapat memulai atau memulai kembali


Kontrasepsi Darurat (PKD) jenis KPP pada hari ke-6 setelah selesai minum
ulipristal asetat (UPA) PKD UPA. Tidak perlu menunggu menstruasi
berikutnya. Kontrasepsi Pil Progestin (KPP)
dan UPA dapat berinteraksi: jika KPP dimulai
lebih dulu, maka keduanya akan berada di
dalam tubuh, akibatnya salah satu atau
keduanya dapat menjadi kurang efektif.
- Berikan pasokan pil yang cukup dan
informasikan untuk memulai pil tersebut di hari
ke-6 setelah pemakaian PKD UPA.
- Perlu metode kontrasepsi tambahan dari mulai
saat klien memakai PKD UPA sampai
pemakaian KPP selama 2 hari.
- Jika klien tidak mulai KPP hari ke-6 tetapi
kembali menggunakan KPP sesudahnya, klien
dapat mulai menggunakan kapan saja jika
yakin tidak hamil.

7. Efek Samping dan Komplikasi


Efek Samping
EFEK SAMPING PENANGAN

125
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Menstruasi tidak teratur atau - Minum pil setiap hari pada jam yang sama.
perdarahan pervaginam - Ibuprofen 3 x 800 mg selama 5 hari.
- NSAID.
- Bila perdarahan tidak berhenti sarankan menggunakan
metode kontrasepsi lain.
Tidak menstruasi - Lakukan konseling bahwa terkadang setelah pemakaian
kontrasepsi pil menstruasi menjadi tidak teratur dan bahkan
tidak menstruasi.
- Pastikan pil diminum setiap hari.
- Pastikan klien tidak hamil.
Sakit kepala biasa (bukan - Aspirin 500 mg atau ibuprofen 400 mg atau parasetamol
migraine) 500-1000 mg atau penghilang nyeri lainnya.
- Bila sakit kepala berlanjut maka konseling untuk memilih
kontrasepsi jenis lain.
Mual atau pusing - Untuk mengatasi mual minum pil menjelang tidur atau saat
makan.
Payudara nyeri - Sarankan menggunakan bra yang sesuai baik saat aktivitas
ataupun tidur.
- Kompres hangat atau dingin.
- Aspirin 500 mg atau ibuprofen 400 mg atau parasetamol
500-1000 mg atau penghilang nyeri lainnya.
Perubahan berat badan - Evaluasi pola makan dan konsul.
- gizi bila perlu.
Perubahan suasana hati (mood) - Lakukan konseling bila keluhan berlanjut sarankan memilih
dan aktivitas seksual kontrasepsi lain.
Jerawat - Jerawat umumnya timbul bersamaan dengan penggunaan
pil.
- Bila klien telah menggunakan pil progestin selama beberapa
bulan dan jerawat tetap ada maka berikan pil dengan
kombinasi lain jika ada atau sarankan memilih kontrasepsi
jenis lain.
Gastritis - Pil diminum setelah makan.
- Jika diperlukan dapat diberikan antasida.

Komplikasi
KOMPLIKASI PENANGANAN
Amenorea Lakukan anamnesis dan pe riksaan untuk menentukan
kehamilan. Apabila klien hamil maka pil segera dihentikan.
Amenorea dapat terjadi karena efek hormonal.
Mual, muntah dan pusing Apabila klien tidak hamil maka sarankan untuk minum pil saat
makan atau sebelum tidur.

Perdarahan pervaginam Dilakukan konseling untuk meminum pil pada waktu yang
sama dan jelaskan bahwa perdarahan umum terjadi pada 3
bulan pertama dan akan segera berhenti. Bila perdarahan
tetap terjadi maka sarankan untuk mengganti metode
kontrasepsi.

8. Prosedur Klinis Pelayanan Kontrasepsi dengan Metode Pil


Langkah 1.
Memberikan konseling kepada klien tentang kontrasepsi metode pil
- Bertanya pada klien apa yang dia ketahui tentang Pil Kombinasi. Memperbaiki
mitos, rumor, atau informasi yang salah yang mungkin dia ungkapkan

126
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
- Menanyakan apakah klien pernah menggunakan Pil Kombinasi di masa lalu. Apa
pengalamannya?
- Memberi klien paket Pil Kombinasi untuk dilihat dan ditangani
- Menjelaskan keuntungan Pil Kombinasi, termasuk manfaat non-kontrasepsi
- Menjelaskan secara singkat bagaimana pil bekerja dan pentingnya meminumnya
setiap hari
- Menjelaskan potensi efek samping umum Pil Kombinasi. Tekankan bahwa dia
mungkin mengalami beberapa (atau mungkin tidak sama sekali) dari ini dan bahwa
semuanya dapat dikelola:
● Perubahan pola perdarahan (lebih ringan, tidak teratur, jarang atau tidak ada
periode bulanan)
● Mual (sakit perut)
● Sakit kepala
● Perubahan mood
● Payudara nyeri/kencang
● Pusing
● Kenaikan berat badan atau penurunan berat badan
- Meyakinkan klien bahwa sebagian besar efek samping tidak serius dan akan
berkurang atau berhenti setelah beberapa bulan penggunaan
- Menanggapi setiap pertanyaan atau masalah yang mungkin dimiliki klien
- Menjelaskan bahwa ia akan mengajukan beberapa pertanyaan kepada klien dan
melakukan pemeriksaan fisik minimal untuk memastikan bahwa Pil Kombinasi
secara medis sesuai

Langkah 2.
Melakukan skrining terhadap kondisi klien untuk penggunaan KB pil

Langkah 3.
Menjelaskan cara mengkonsumsi KB pil
- Memberi klien paket pilnya untuk dipegang dan dilihat
- Menunjukkan padanya bagaimana mengikuti anak panah pada kemasan.
- Jika klien menggunakan paket 28 pil, perintahkan dia untuk memulai paket baru
sehari setelah dia menghabiskan semua pil dalam paket
- Jika klien menggunakan paket 21 hari, perintahkan dia untuk menunggu 7 hari
sebelum memulai paket baru.
- Anjurkan klien untuk memulai pil pada hari pertama dari periode menstruasi
berikutnya (atau pada hari kelima dari periode menstruasi, atau gunakan pedoman
lokal untuk instruksi ini). Jika klien memulai pil setelah hari kelima dari siklusnya,
dia harus menggunakan metode cadangan selama 7 hari pertama.

Langkah 4.
Menjelaskan prosedur penggunaan jika pil terlewat
- Jika dia melewatkan satu pil, klien harus meminumnya segera setelah dia ingat.
Ambil yang berikutnya pada waktu yang biasa.
- Jika dia melewatkan dua pil, klien harus minum dua pil segera setelah dia ingat.
Dia harus minum dua pil keesokan harinya, dan menggunakan metode cadangan
untuk minggu depan. Klien harus menyelesaikan paket secara normal.
127
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
- Jika dia melewatkan lebih dari dua pil, atau mulai terlambat 3 hari atau lebih, klien
minum pil sesegera mungkin, lanjutkan minum 1 pil setiap hari, menggunakan
kondom atau hindari seks selama 7 hari berikutnya. Jika pil ini terlewat di minggu
ke-3, klien JUGA harus melewatkan pil tidak aktif dalam kemasan 28 pil dan segera
memulai kemasan baru. Jika pil tidak aktif terlewat, klien harus membuang pil yang
terlewat dan terus minum pil, 1 setiap hari.

Materi Pokok 4.
PELAYANAN KONTRASEPSI DENGAN METODE KONDOM

Kondom Pria
1. Definisi
Selubung atau sarung karet yang berbentuk silinder dengan muaranya berpinggir
tebal, yang bila digulung berbentuk rata atau mempunyai bentuk seperti puting
susu yang dipasang pada penis saat berhubungan seksual. Terbuat dari berbagai
bahan, seperti lateks (karet), polyurethane, polyisoprene, kulit domba, dan nitrile.
Jenis kondom pria ada 4 yaitu kondom biasa, kondom berkontur (bergerigi),
kondom beraroma, dan kondom tidak beraroma.
2. Cara Kerja dan Efektivitas
a. Menghalangi terjadinya pertemuan sperma dan sel telur dengan cara
mengemas sperma di ujung selubung karet yang dipasang pada penis
sehingga sperma tersebut tidak tercurah ke dalam saluran reproduksi
perempuan
b. Khusus untuk kondom yang terbuat dari lateks dan vinil dapat mencegah
penularan mikoorogasniame (IMS termasuk HBV dan HIV/AIDS) dari satu
pasangan kepada pasangan yang lain.
Efektivitas metode kondom tergantung pada penggunanya. Jika digunakan dengan
benar ketika berhubungan seksual, kemungkinan hamil hanya 2 per 100 kehamilan
pada tahun pertama pemakaian. Kondom juga 80%-90% efektif mencegah infeksi
HIV pada klien.
3. Keuntungan dan Keterbatasan
Keuntungan
- Murah dan dapat dibeli bebas
- Tidak memerlukan pemeriksaan kesehatan khusus
- Proteksi ganda (selain mencegah kehamilan tetapi juga mencegah IMS
termasuk HIV-AIDS)
- Membantu mencegah terjadinya kanker serviks (mengurangi iritasi bahan
karsinogenik eksogen pada serviks)
Keterbatasan
- Cara penggunaan sangat mempengaruhi keberhasilan kontrasepsi
- Agak mengganggu hubungan seksual (mengurangi sentuhan langsung)
- Bisa menyebabkan kesulitan untuk mempertahankan ereksi
- Malu membelinya di tempat umum
4. Kriteria Kelayakan Medis
Semua pria dapat secara aman menggunakan kondom pria kecuali mereka
dengan reaksi alergi berat terhadap karet lateks.
5. Waktu Pemakaian

128
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Kapan saja perempuan atau pasangan menginginkan perlindungan terhadap
kehamilan atau IMS
6. Efek Samping dan Komplikasi
Efek Samping
EFEK SAMPING PENANGANAN
Kondom rusak atau - Buang dan pakai kondom baru atau gunakan kondom dan
diperkirakan bocor (sebelum spermisida.
berhubungan)

Kondom bocor atau dicurigai - Pertimbangkan penggunaan kontrasepsi darurat.


ada curahan di vagina saat
berhubungan

Reaksi alergi - Ganti metode kontrasepsi atau jika tersedia gunakan


kondom yang terbuat dari lambskin atau gut.
- Terapi alerginya jika mengganggu.
Mengurangi kenikmatan - Gunakan kondom yang lebih tipis atau anjurkan metode
hubungan seksual kontrasepsi lain.

Komplikasi
Tidak ada komplikasi

Kondom Perempuan
1. Definisi
Sarung atau penutup yang lembut, transparan, dan tipis sesuai dengan vagina.
Mempunyai cincin lentur pada kedua ujung, satu cincin pada ujung tertutup
membantu untuk memasukkan kondom, cincin pada ujung terbuka untuk
mempertahankan bagian kondom tetap di luar vagina. Terbuat dari berbagai
bahan, seperti lateks, polyurethane, dan nitrile, di bagian dalam dan luar kondom
dilapisi dengan lubrikan berbasis silikon.
2. Cara Kerja dan Efektivitas
Membuat penghalang yang mempertahankan sperma tetap berada di luar vagina,
sehingga mencegah kehamilan. Juga dapat mencegah penularan infeksi semen,
penis, atau vagina ke pasangan lain.
3. Keuntungan dan Keterbatasan
Keuntungan
- Dapat memprakarsai penggunaannya
- Memiliki tekstur yang lembut dan lembab, yang terasa lebih alami
dibandingkan kondom lateks pria saat berhubungan seksual
- Membantu melindungi dari kehamilan dan IMS, termasuk HIV
- Pada sebagian perempuan, cincin di bagian luar meningkatkan stimulasi
seksual
- Dapat digunakan tanpa berkonsultasi dengan penyedia layanan kesehatan
- Dapat dimasukkan lebih dahulu sehingga tidak mengganggu hubungan
seksual
- Tidak mengurangi sensasi seksual
- Tidak harus segera dilepas setelah ejakulasi
Keterbatasan
Memerlukan latihan untuk cara pemakaian yang benar.
4. Kriteria Kelayakan Medis

129
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Yang boleh menggunakan kondom perempuan yaitu semua perempuan dapat
menggunakan kondom perempuan kecuali mereka dengan reaksi alergi berat
terhadap lateks semestinya tidak menggunakan kondom perempuan berbahan
lateks.
5. Waktu Pemakaian
Kapan saja perempuan atau pasangan menginginkan perlindungan terhadap
kehamilan atau IMS.
6. Efek Samping dan Komplikasi
Efek Samping
EFEK SAMPING PENANGANAN
Kondom rusak atau - Buang dan pakai kondom baru atau gunakan kondom dan
diperkirakan bocor (sebelum spermisida.
berhubungan)

Kondom bocor atau dicurigai - Pertimbangkan penggunaan kontrasepsi darurat.


ada curahan di vagina saat
berhubungan

Reaksi alergi - Ganti metode kontrasepsi atau jika tersedia gunakan


kondom yang terbuat dari lambskin atau gut.
- Terapi alerginya jika mengganggu.
Mengurangi kenikmatan - Gunakan kondom yang lebih tipis atau anjurkan metode
hubungan seksual kontrasepsi lain.

Komplikasi
Tidak ada komplikasi

Prosedur klinis pelayanan kontrasepsi dengan metode kondom


Kondom Pria
Langkah 1.
Menggunakan kondom baru setiap kali berhubungan seksual
- Cek kemasan kondom. Jangan digunakan jika robek atau rusak. Hindari
menggunakan kondom yang sudah melewati batas kadaluarsa. Hanya
gunakan jika tidak ada kondom yang lebih baru.
- Buka kemasan dengan hati-hati. Jangan gunakan kuku, gigi, atau apapun
yang dapat merusak kondom.

Langkah 2.
Memasang kondom di ujung penis yang ereksi dengan bagian yang tergulung di
sisi luar sebelum kontak fisik
- Untuk perlindungan terbaik, pasang kondom sebelum kontak alat kelamin

Langkah 3.
Membuka gulungan kondom sampai dasar penis yang ereksi
- Gulungan kondom seharusnya dapat dibuka dengan mudah. Membuka paksa
akan membuatnya robek ketika digunakan.
- Jika gulungan kondom tidak dapat dibuka dengan mudah, mungkin kondom
tersebut terbalik, rusak, atau sudah terlalu lama. Buanglah dan gunakan
kondom baru.
- Jika kondom terbalik dan tidak ada kondom lain yang tersedia, balik kondom
dan pasang pada penis.
130
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

Langkah 4.
Memegang pinggiran kondom dan tarik penis ketika masih ereksi segera setelah
ejakulasi
- Tarik keluar penis.
- Lepaskan kondom, hindari semen tertumpah.
- Jika berhubungan seksual lagi atau berganti ke aktivitas seksual yang lain,
gunakan kondom baru.

Langkah 5.
Membuang kondom bekas secara aman
Bungkus kondom dalam kemasannya dan buang ke tempat sampah. Jangan
buang ke toilet karena akan menyumbat pipa.

Kondom Perempuan
Langkah 1.
Menggunakan kondom perempuan yang baru setiap kali berhubungan seksual
- Cek kemasan kondom. Jangan digunakan jika kemasan robek atau rusak. Hindari
menggunakan kondom yang sudah melewati batas kadaluarsa. Hanya gunakan
jika tidak ada kondom yang lebih baru.
- Jika memungkinkan, cuci tangan dengan sabun lembut dan air bersih sebelum
memasang kondom.

Langkah 2.
Memasang kondom ke dalam vagina sebelum kontak fisik
- Untuk perlindungan terbaik, pasang kondom sebelum penis kontak dengan
vagina. Dapat dipasang sampai dengan 8 jam sebelum hubungan seksual.
- Pilih satu posisi yang nyaman untuk memasang – jongkok, mengangkat satu kaki,
duduk, atau berbaring
- Gesekkan tepi kondom satu dengan lainnya agar lubrikan tersebar merata.
- Pegang cincin di ujung yang tertutup, dan tekan sehingga menjadi panjang dan
sempit.
- Dengan tangan lainnya, buka bibir luar (labia) dan tempatkan kondom pada
bukaan vagina.
- Dengan hati-hati, tekan cincin bagian dalam ke dalam vagina sedalam mungkin.
Masukkan satu jari ke dalam kondom untuk mendorong kondom ke tempatnya.
Sekitar 2 hingga 3 cm kondom dan cincin bagian luar akan tetap berada di luar
vagina.

Langkah 3.
Memastikan penis masuk dalam kondom dan tetap berada di dalam kondom
- Pria atau perempuan semestinya secara hati-hati memasukkan ujung penis ke
dalam kondom – bukan di antara kondom dan dinding vagina. Jika penis masuk di
kondom, segera tarik dan coba lagi.
- Jika saat berhubungan seksual, secara tidak sengaja kondom tertarik keluar dari
vagina atau cincin bagian luar terdorong saat berhubungan seksual, pasang
kondom kembali ke tempatnya.

131
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Langkah 4.
Memegang cincin luar kondom, memutarnya untuk menutup rapat cairan di dalamnya,
dan menarik keluar vagina dengan hati-hati setelah penis dikeluarkan. Kondom
perempuan tidak harus segera dilepas setelah berhubungan seksual
- Lepas kondom sebelum berdiri, untuk menghindari tumpahnya semen.
- Jika berhubungan seksual lagi, gunakan kondom baru.
- Penggunaan kembali kondom perempuan tidak dianjurkan

Langkah 5.
Membuang kondom bekas dengan aman
- Bungkus kondom dalam kemasannya dan buang ke tempat sampah. Jangan
buang ke toilet karena akan menyumbat pipa

Materi Pokok 5.
PELAYANAN KONTRASEPSI DENGAN METODE AKDR
Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) merupakan suatu metode kontrasepsi yang
dipasang dalam rahim untuk mencegah terjadinya pertemuan antara sel telur dengan
sel sperma. Jenis AKDR ada 2 yaitu AKDR Cu (non hormonal) dan AKDR LNG
(hormonal).
1. AKDR Copper
a. Definisi
AKDR Copper (AKDR Cu) adalah suatu rangka plastik yang lentur dan kecil
dengan lengan atau kawat Copper (tembaga) di sekitarnya.
Terdapat 2 jenis AKDR Cu yaitu AKDR Cu T-380A dan AKDR Nova T-380.
AKDR-Cu ini paling banyak beredar di Indonesia karena termasuk dalam
program KB pemerintah.
b. Cara Kerja dan Efektivitas
Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke saluran telur karena
tembaga pada AKDR menyebabkan reaksi inflamasi steril yang toksik
terhadap sperma.
Memiliki efektivitas tinggi berkisar 0,6-0,8 kehamilan/100 perempuan dalam 1
tahun pertama (1 kegagalan dalam 125-170 kehamilan). AKDR Cu juga
sangat efektif dan bersifat reversibel. AKDR Cu dapat dipakai oleh perempuan
selama usia reproduksi, termasuk remaja.
c. Jangka Waktu Pemakaian
Hasil studi menunjukkan bahwa AKDR CuT-380A efektif hingga 12 tahun,
namun ijin edar berlaku untuk 5-10 tahun penggunaan
d. Keuntungan dan Keterbatasan
Keuntungan:
- Efektif segera setelah pemasangan
- Metode KB berjangka panjang
- Tidak mempengaruhi hubungan seksual
- Tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI
- Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau sesudah abortus
(apabila tidak terjadi infeksi)

132
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
- Dapat digunakan sampai menopause (1 tahun atau lebih setelah haid
terakhir)
- Kesuburan segera kembali setelah AKDR dilepas
Keterbatasan:
- Pemasangannya dilakukan oleh tenaga kesehatan yang terlatih karena
membutuhkan prosedur medis termasuk pemeriksaan dalam
- Tidak ada perlindungan terhadap Infeksi Menular Seksual (IMS)/HIV
- Tidak baik digunakan pada perempuan dengan IMS atau perempuan
yang sering berganti pasangan
- Pasangan mungkin merasakan benang ketika bersanggama
- Klien tidak bisa melepas AKDR sendiri
- AKDR mungkin keluar dari uterus tanpa diketahui
- Klien perlu memeriksa posisi benang AKDR dari waktu ke waktu. Pada
saat melakukannya, klien harus memasukkan jarinya ke vagina yang
seringkali membuat rasa tidak nyaman
e. Kriteria Kelayakan Medis
Yang boleh menggunakan AKDR Cu
AKDR-Cu aman dan efektif bagi hampir semua perempuan dengan kriteria
berikut:
- Telah atau belum memiliki anak
- Perempuan usia reproduksi, termasuk perempuan yang berusia lebih
dari 40 tahun
- Baru saja mengalami keguguran (jika tidak ada infeksi)
- Sedang menyusui
- Melakukan pekerjaan fisik yang berat
- Pernah mengalami kehamilan ektopik
- Pernah mengalami Penyakit Radang Panggul (PRP)
- Menderita infeksi vagina
- Menderita anemia
- Menderita penyakit klinis HIV ringan atau tanpa gejala baik sedang atau
tidak dalam terapi antiretroviral
Yang tidak boleh menggunakan AKDR Cu
AKDR-Cu sebaiknya tidak digunakan oleh perempuan dengan kriteria
sebagai berikut:
- Antara 48 jam hingga 4 minggu setelah melahirkan
- Antara 48 jam dan 4 minggu pasca persalinan
- Penyakit trofoblas gestasional nonkanker (jinak)
- Menderita kanker ovarium
- Memiliki risiko individual sangat tinggi untuk IMS pada saat
pemasangan
- Mengidap penyakit klinis HIV berat atau lanjut
133
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
- Menderita systemic lupus erythematosus dengan trombositopenia
berat

Pada kondisi dimana tidak terdapat metode yang lebih sesuai maupun klien
tidak bisa menerima, penyedia layanan berkualifikasi yang bisa menilai
kondisi dan situasi klien secara hati-hati dapat memutuskan bahwa klien bisa
menggunakan AKDR-Cu pada kondisi di atas. Penyedia layanan perlu
mempertimbangkan seberapa berat kondisi klien dan kemampuan klien dalam
mengakses tindak lanjut.

f. Waktu Pemasangan
Seorang perempuan dapat menjalani pemasangan AKDR Copper kapanpun
menghendaki selama ia yakin tidak hamil dan tidak ada kondisi medis yang
menghambat.

Kondisi Waktu Pemasangan AKDR Copper

Menstruasi teratur Kapan saja pada bulan tersebut


- Jika mulai dalam 12 hari setelah permulaan
menstruasi. tidak perlu metode kontrasepsi
tambahan
- Jika mulai dari 12 hari setelah permulaan
menstruasi, AKDR dapat dipasang kapan saja jika
yakin klien tidak hamil. Tidak perlu metode
kontrasepsi tambahan.

Berganti dari metode kontrasepsi - Jika telah memakai metode lain dengan
lain benar/tidak berhubungan sejak haid terakhir atau
bisa juga segera dipasang setelah memastikan
klien tidak hamil, tanpa menunggu periode haid
selanjutnya.
- Jika berganti dari suntik, AKDR dapat dipasang
saat jadwal suntikan selanjutnya. Tidak perlu
metode kontrasepsi tambahan.

Segera setelah melahirkan (tanpa - Kapanpun dalam 48 jam setelah melahirkan,


memandang status menyusui) termasuk persalinan sesar (penyedia layanan
memerlukan pelatihan khusus untuk pemasangan
pasca persalinan dengan tangan atau forsep).
- Jika lebih dari 48 jam, tunda hingga setidaknya 4
minggu pasca persalinan.

ASI eksklusif atau hampir eksklusif - Jika AKDR tidak dipasang dalam 48 jam pertama
Kurang dari 6 bulan setelah pasca persalinan dan periode haid klien belum
melahirkan kembali, AKDR dapat dipasang kapan saja antara
4 minggu dan 6 bulan. Tidak perlu metode
kontrasepsi tambahan.
- Jika telah menstruasi, AKDR dapat dipasang
seperti saran yang diberikan kepada wanita yang
memiliki siklus haid.

ASI eksklusif atau hampir esklusif - Jika belum haid, AKDR dapat dipasang kapan
Lebih dari 6 bulan setelah saja jika yakin klien tidak hamil. Tidak perlu

134
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

melahirkan metode kontrasepsi tambahan.


- Jika telah haid, AKDR dapat dipasang seperti
yang dianjurkan pada perempuan yang memiliki
siklus haid.

ASI tidak eksklusif atau tidak - Jika belum haid, AKDR dapat dipasang kapan
menyusui saja jika yakin klien tidak hamil. Tidak perlu
Lebih dari 4 minggu setelah metode kontrasepsi tambahan.
melahirkan
- Jika telah haid, AKDR dapat dipasang seperti
yang dianjurkan pada perempuan yang memiliki
siklus haid normal.

Tidak menstruasi (tidak Kapan saja jika dapat dipastikan bahwa klien tidak
berhubungan dengan melahirkan hamil. Tidak diperlukan kontrasepsi tambahan.
atau menyusui)

Tidak menstruasi setelah - Segera, jika AKDR dipasang dalam 12 hari


keguguran atau aborsi setelah keguguran atau aborsi trimester 1 atau
trimester 2 dan jika tidak terjadi infeksi. Tidak
perlu metode kontrasepsi tambahan.
- Jika lebih dari 12 hari setelah keguguran atau
aborsi trimester 1 atau trimester 2 dan tidak terjadi
infeksi, AKDR dapat dipasang kapan saja jika
yakin klien tidak hamil. Tidak diperlukan
kontrasepsi tambahan.
- Jika terjadi infeksi, obati atau rujuk dan bantu klien
memilih metode lain. Jika klien tetap ingin
menggunakan AKDR, AKDR dipasang setelah
infeksi sembuh sempurna.
- Pemasangan AKDR setelah keguguran atau
aborsi trimester 2 membutuhkan pelatihan
khusus. Jika tidak terlatih secara khusus, tunda
pemasangan hingga setidaknya 4 minggu pasca
keguguran atau aborsi.

Setelah menggunakan Pil - AKDR dapat dipasang pada hari yang sama
Kontrasepsi Darurat (PKD) dengan hari minum PKD (PKD progestin,
kombinasi, atau ulipristal acetate). Tidak perlu
metode kontrasepsi tambahan.
- Jika tidak dipasang segera, namun klien kembali
untuk pemasangan AKDR, AKDR dapat dipasang
kapan saja sepanjang dapat ditegaskan bahwa
klien tidak hamil

Sebagai kontrasepsi darurat - AKDR Cu bisa dipasang dalam 5 hari pasca


berhubungan seksual tanpa proteksi.
- Jika masa ovulasi bisa diperkirakan, AKDR Cu
bisa dipasang lebih dari 5 hari pasca
berhubungan seksual, selama pemasangan tidak
lebih dari 5 hari pasca ovulasi.

*Metode kontrasepsi tambahan mencakup abstinensia, kondom pria dan


perempuan, spermisida, dan sanggama terputus. Spermisida dan sanggama

135
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
terputus merupakan metode kontrasepsi yang paling tidak efektif. Beri
kondom jika memungkinkan

g. Efek Samping dan Komplikasi


Efek Samping
EFEK SAMPING PENANGANAN
Menstruasi irregular/tidak - Yakinkan klien jika kondisi tersebut tidak berbahaya dan
teratur biasanya akan berkurang atau berhenti setelah beberapa
bulan pertama penggunaan.
- Pengobatan jangka pendek, boleh diberikan NSAID seperti
Ibuprofen diberikan 2 x 400 mg selama 5 hari atau indometasin
diberikan 2x25 mg selama 5 hari, dimulai sejak kondisi
tersebut terjadi.
- Jika kondisi ini terus berlangsung, pertimbangkan penyebab
lain yang tidak berhubungan dengan kontrasepsi.
Menstruasi yang banyak dan - Yakinkan klien jika kondisi tersebut tidak berbahaya dan
lama biasanya akan berkurang atau berhenti setelah penggunaan
beberapa bulan.
- Pengobatan jangka pendek, boleh diberikan:
• Asam traneksamat 3x500 mg selama 5 hari, dimulai sejak
perdarahan berlangsung.
• Asam mefenamat 3X500 mg selama 5 hari
• Anti inflamasi non steroid (NSAID) seperti ibuprofen
diberikan 2 x 400 mg selama 5 hari atau indometasin
diberikan 2x25 mg selama 5 hari. Anti inflamasi lainnya –
kecuali aspirin- boleh digunakan.
- Sarankan untuk meminum obat penambah zat besi atau
makanan yang mengandung zat besi untuk mencegah
anemia.
- Jika kondisi ini terus berlangsung, pertimbangkan penyebab
lain yang tidak berhubungan dengan kontrasepsi.
Kram dan nyeri perut - Kram dan nyeri perut dapat dirasakan beberapa hari setelah
insersi AKDR copper T.
- Kram perut biasa terjadi dalam 3 sampai 6 bulan setelah
penggunaan AKDR, khususnya saat menstruasi. Kondisi ini
tidak berbahaya.
- Aspirin 500 mg, ibuprofen 400 mg, paracetamol 500-1000 mg
atau penghilang nyeri lainnya. Aspirin tidak dapat digunakan
jika ada perdarahan hebat.
Anemia - Awasi klien dengan gejala anemia atau dengan Hb kurang dari
9 g/dl atau hematokrit kurang dari 30.
- Berikan preparat zat besi jika dibutuhkan.
- Jelaskan pentingnya mengkonsumsi makanan yang kaya zat
besi.
Pasangan dapat merasakan - Jelaskan jika hal itu kadang terjadi jika benang dipotong
benang AKDR copper T saat kurang pendek.
sanggama - Jika pasangan tetap merasa terganggu, maka:
• Benang dapat dipotong lebih pendek sehingga benang
tidak keluar ke kanalis servikalis. Pasangan tidak akan
dapat merasakan benang tetapi klien tidak akan bisa
mengecek benang AKDR.
• Jika klien tetap ingin dapat mengecek benang AKDR,
disarankan untuk memasang AKDR yang baru.

136
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

Komplikasi
KOMPLIKASI PENANGANAN
Nyeri hebat di perut bawah - Waspadai gejala kehamilan ektopik karena dapat
(curiga kehamilan ektopik) mengancam jiwa.
- Rujuk fasyankes tingkat lanjut.
Perforasi uteri - Jika perforasi dicurigai terjadi saat insersi, hentikan
prosedur secepatnya (keluarkan AKDR jika telah
dilakukan insersi). Observasi klien sebaik-baiknya:
● Satu jam pertama, klien harus bed rest dan cek
tanda vital tiap 5 sampai 10 menit.
● Jika klien tetap stabil setelah 1 jam, cek tanda
perdarahan intra-abdomen seperti hematokrit
rendah atau hemoglobin jika memungkinkan dan
cek tanda vital.
● Observasi beberapa jam lagi, jika tidak ada tanda
dan gejala, klien dapat pulang ke rumah tetapi
hindari seks selama 2 minggu. Bantu klien untuk
memilih metode lainnya.
● Jika didapatkan nadi cepat dan penurunan tekanan
darah, nyeri baru atau peningkatan intensitas nyeri
sekitar uterus, segera rujuk.
- Jika perforasi uterus dicurigai terjadi 6 minggu atau
lebih setelah insersi, segera rujuk ke fasyankes tingkat
lanjut
AKDR copper T keluar - Keluarkan AKDR dan diskusikan dengan klien apakah
sebagian (ekspulsi sebagian) tetap ingin menggunakan AKDR atau metode lainnya.
(AKDR yang baru dapat langsung dipasang saat itu)
AKDR copper T keluar - Diskusikan dengan klien apakah tetap ingin
sempurna (ekspulsi lengkap) menggunakan AKDR atau metode lainnya. (AKDR yang
baru dapat langsung dipasang saat itu)
- Jika klien curiga terjadi ekspulsi lengkap tapi tidak tau
kapan tepatnya terjadi, sarankan untuk melakukan x-ray
atau USG untuk menilainya. Sarankan metode lain
selama proses penilaian.
AKDR patah - Rujuk ke fasyankes tingkat lanjut
Benang hilang - Cek benang dengan prosedur medis yang aman.
Sekitar setengah dari kasus hilang benang dapat
ditemukan di kanalis servikalis.
- Jika benang tidak dapat ditemukan, pastikan tidak ada
kehamilan sebelum melakukan tindakan invasif. Segera
rujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan yang memiliki
USG.
Perdarahan pervaginam yang - Evaluasi riwayat sebelumnya dan lakukan pemeriksaan
tidak dapat dijelaskan pelvis. Diagnosis dan obati dengan tepat. Bila tidak ada
perbaikan Rujuk ke Fasyankes Tingkat Lanjut.
- AKDR tetap dapat digunakan selama proses evaluasi.
- Jika penyebabnya adalah penyakit radang panggul atau
infeksi menular seksual, AKDR tetap dapat digunakan
selama pengobatan.
Kehamilan - Jelaskan bahwa AKDR dapat mengancam kehamilan
dan keluarkan AKDR segera selama benang AKDR
masih terlihat.

137
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Pada wanita yang hamil saat - Rujuk ke Fasyankes Tingkat Lanjut.
AKDR copper T masih
terpasang dapat mengalami
keguguran, kelahiran
prematur atau infeksi

2. AKDR LNG
a. Definisi
AKDR Levonorgestrel (LNG) adalah suatu alat berbahan plastik berbentuk T
yang secara terus-menerus melepaskan sejumlah kecil hormon progestin
(levonorgestrel) setiap hari.
b. Cara Kerja dan Efektivitas
Menghambat sperma membuahi sel telur telur.
c. Jangka Waktu Pemakaian
Jangka waktu pemakaian berjangka panjang, efektif untuk pemakaian 5 tahun
dan bersifat reversibel. AKDR LNG dapat dipakai oleh perempuan selama
usia reproduksi.
d. Keuntungan dan Keterbatasan
Keuntungan:
- Mencegah Kehamilan dengan sangat efektif
Kurang dari 1 kehamilan per 100 perempuan yang menggunakan AKDR-
LNG selama tahun pertama (2 per 1.000 perempuan)
- Berjangka Panjang
- Studi menunjukkan bahwa AKDR Mirena efektif hingga 7 tahun, namun ijin
edar berlaku untuk 5 tahun penggunaan.
- Tidak mempengaruhi hubungan seksual
- Tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI
- Kesuburan segera kembali setelah AKDR dilepas
- Mengurangi nyeri haid
- Mengurangi jumlah darah haid sehingga dapat mencegah anemia
defisiensi besi
- Sebagai pengobatan alternatif pengganti operasi pada perdarahan uterus
disfungsional dan adenomiosis
Keterbatasan:
- Pemasangan dan pencabutan dilakukan oleh tenaga kesehatan yang
terlatih secara khusus memasangnya pada uterus.
- Harganya relatif mahal
e. Kriteria Kelayakan Medis
Yang boleh menggunakan AKDR-LNG
AKDR-LNG aman dan efektif bagi hampir semua perempuan dengan kriteria
berikut:
- Telah atau belum memiliki anak
- Perempuan usia reproduksi, termasuk perempuan yang berusia lebih dari
40 tahun
- Baru saja mengalami keguguran (jika tidak ada infeksi)
- Sedang menyusui
- Melakukan pekerjaan fisik yang berat
- Pernah mengalami kehamilan ektopik

138
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
- Pernah mengalami Penyakit Radang Panggul (PRP)
- Menderita infeksi vagina
- Menderita anemia
- Menderita penyakit klinis HIV ringan atau tanpa gejala baik sedang atau
tidak dalam terapi antiretroviral
Yang tidak boleh menggunakan AKDR-LNG
AKDR-LNG sebaiknya tidak digunakan oleh perempuan dengan kriteria
sebagai berikut:
- Antara 48 jam hingga 4 minggu setelah melahirkan
- Penggumpalan daerah vena dalam di kaki atau paru akut
- Menderita kanker payudara lebih dari 5 tahun yang lalu, dan tidak muncul
kembali
- Sirosis berat atau tumor hepar berat
- Penyakit trofoblas gestasional nonkanker (jinak)
- Menderita kanker ovarium
- Memiliki risiko individual sangat tinggi untuk IMS pada saat pemasangan
- Menderita dan HIV berat atau lanjut
- Penderita systemic lupus erythematosus dengan antibodi antifosfolipid
positif (atau tidak diketahui), dan tidak dalam terapi imunosupresif.

Pada kondisi dimana tidak terdapat metode yang lebih sesuai maupun klien
tidak bisa menerima, penyedia layanan berkualifikasi yang bisa menilai
kondisi dan situasi klien secara hati-hati dapat memutuskan bahwa klien bisa
menggunakan AKDR-LNG pada kondisi di atas. Penyedia layanan perlu
mempertimbangkan seberapa berat kondisi klien dan kemampuan klien dalam
mengakses tindak lanjut.

f. Waktu Pemasangan
Seorang perempuan dapat menjalani pemasangan AKDR LNG kapanpun ia
menghendaki selama yakin ia tidak hamil dan tidak ada kondisi medis yang
menghambat.

Kondisi Waktu Pemasangan

Segera setelah melahirkan (tanpa - Kapanpun dalam 48 jam pasca persalinan


memandang status menyusui) - Jika lebih dari 48 jam, tunda hingga
setidaknya 4 minggu pasca persalinan

Menstruasi teratur atau berganti Kapanpun pada bulan tersebut


dari metode non hormonal
- Jika ia memulai dalam 7 hari setelah
permulaan
menstruasi, tidak perlu metode kontrasepsi
tambahan.
- Jika lebih dari 7 hari setelah permulaan
menstruasi, AKDR-LNG dapat dipasang
kapanpun selama yakin ia tidak hamil. Klien
akan memerlukan metode kontrasepsi
tambahan* untuk 7 hari pertama setelah
pemasangan.

139
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

Berganti dari metode hormonal - Segera, jika klien menggunakan metode


secara konsisten dan benar atau jika yakin
klien tidak hamil. Tidak perlu menunggu
menstruasi berikutnya.
- Jika klien memulai dalam 7 hari setelah
permulaan menstruasi, tidak perlu metode
kontrasepsi tambahan.

Berganti dari metode hormonal - Jika lebih dari 7 hari setelah permulaan
menstruasi, klien akan memerlukan metode
(lanjutan) kontrasepsi tambahan* untuk 7 hari pertama
setelah pemasangan.
- Jika klien berganti dari suntik, AKDR-LNG
dapat dipasang ketika suntik ulangan
seharusnya diberikan. Tidak perlu metode
kontrasepsi tambahan

ASI eksklusif atau hampir eksklusif - Jika AKDR-LNG tidak dipasang dalam 48 jam
Kurang dari 6 bulan setelah pertama pasca persalinan dan menstruasi
melahirkan klien belum muncul kembali, AKDR-LNG
dapat dipasang kapanpun antara 4 minggu
dan 6 bulan. Tidak perlu metode kontrasepsi
tambahan.
- Jika menstruasi klien telah muncul kembali,
AKDR-LNG dapat dipasang seperti saran
yang diberikan kepada klien dengan siklus
menstruasi.

ASI eksklusif atau hampir eksklusif - Jika menstruasi klien belum muncul kembali,
Lebih dari 6 bulan setelah AKDR-LNG dapat dipasang kapanpun
melahirkan sepanjang yakin klien tidak hamil. Klien akan
memerlukan metode kontrasepsi tambahan
untuk 7 hari pertama setelah pemasangan.
- Jika menstruasi klien telah muncul kembali,
AKDR-LNG dapat dipasang seperti saran
yang diberikan kepada klien dengan siklus
menstruasi (lihat halaman sebelumnya)

ASI tidak eksklusif atau tidak Jika AKDR-LNG tidak dipasang dalam 48 jam
menyusui Kurang dari 4 minggu pertama pasca persalinan, tunda hingga
setelah melahirkan setidaknya 4 minggu pasca persalinan

ASI tidak eksklusif atau tidak - Jika menstruasi belum muncul kembali,
menyusui Lebih dari 4 minggu AKDR- LNG dapat dipasang kapanpun
setelah melahirkan sepanjang dapat dipastikan bahwa klien tidak
hamil. Klien akan memerlukan metode
kontrasepsi tambahan untuk 7 hari pertama
setelah pemasangan.
- Jika menstruasi telah muncul kembali, AKDR-
LNG dapat dipasang seperti saran yang
diberikan kepada klien dengan siklus
menstruasi

140
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

Tidak menstruasi (tidak Kapanpun jika dapat ditegaskan bahwa klien


berhubungan dengan melahirkan tidak hamil. Klien akan memerlukan metode
atau menyusui) kontrasepsi tambahan untuk 7 hari pertama
setelah pemasangan

Setelah keguguran atau aborsi Pemasangan AKDR-LNG setelah keguguran


(Lanjutan) atau aborsi trimester 2 membutuhkan pelatihan
khusus. Jika tidak terlatih secara khusus, tunda
pemasangan hingga setidaknya 4 minggu pasca
keguguran atau abortus

Setelah menggunakan Pil - AKDR-LNG dapat dipasang sepanjang dapat


Kontrasepsi Darurat progestin, dipastikan bahwa klien tidak hamil, misal
kombinasi, atau ulipristal acetate setelah menstruasi berikutnya mulai. Berikan
(UPA) metode kontrasepsi tambahan atau pil untuk
digunakan sampai dengan AKDR dipasang.
- AKDR-LNG seharusnya tidak dipasang dalam
6 hari pertama setelah minum PKD UPA.
Obat- obat ini berinteraksi: jika AKDR-LNG
dipasang lebih awal, dan keduanya ada di
dalam tubuh, akibatnya satu atau keduanya
mungkin menjadi kurang efektif

g. Efek Samping dan Komplikasi


Efek Samping
EFEK SAMPING PENANGANAN
Perubahan pola menstruasi Dilakukan edukasi dengan menjelaskan bahwa
- Menstruasi lebih sedikit atau perubahan menstruasi umumnya bukan tanda
lebih pendek penyakit dan efek samping akan berkurang beberapa
- Menstruasi jarang bulan pertama setelah pemasangan. Klien dapat
kembali jika efek samping dirasakan sangat
- Menstruasi tidak teratur
mengganggu.
- Tidak menstruasi
- Menstruasi memanjang
- Jerawat Dilakukan edukasi dengan menjelaskan bahwa
- Nyeri Kepala beberapa efek samping dapat terjadi dan umumnya
- Nyeri atau nyeri tekan berkurang beberapa bulan pertama setelah
pemasangan. Klien dapat kembali jika efek samping
payudara
dirasakan sangat mengganggu. Untuk mengatasi
- Mual nyeri dapat diberikan aspirin 500 mg, ibuprofen 400
- Peningkatan berat badan mg, paracetamol (500 – 1000 mg)
- Pusing
- Perubahan suasana hati

Komplikasi
KOMPLIKASI PENANGANAN

141
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
● Tusukan (perforasi) pada - Jika perforasi dicurigai terjadi saat insersi,
dinding rahim oleh AKDR hentikan prosedur secepatnya (keluarkan AKDR
LNG yang digunakan pada jika telah dilakukan insersi). Observasi klien
pemasangan sebaik-baiknya:
● Satu jam pertama, klien harus bed rest dan
cek tanda vital tiap 5 sampai 10 menit.
● Jika klien tetap stabil setelah 1 jam, cek
tanda perdarahan intra-abdomen seperti
hematokrit rendah atau hemoglobin jika
memungkinkan dan tanda vital. Observasi
beberapa jam lagi, jika tidak ada tanda dan
gejala, klien dapat pulang ke rumah tetapi
hindari seks selama 2 minggu. Bantu klien
untuk memilih metode lainnya.
● Jika didapatkan nadi cepat dan penurunan
tekanan darah, nyeri baru atau peningkatan
intensitas nyeri sekitar uterus, segera rujuk.
- Jika perforasi uterus dicurigai terjadi 6 minggu
atau lebih setelah insersi, segera rujuk ke
fasyankes tingkat lanjut
Nyeri hebat pada perut bagian - Bila dicurigai penyakit radang panggul, lakukan
bawah pengobatan sesegera mungkin, tidak perlu
melepas AKDR jika klien tetap ingin
menggunakannya. Jika infeksi tidak membaik,
pertimbangkan untuk melepas AKDR dan sambil
diberikan antibiotik. Lakukan pengawasan.
- Bila curiga kista ovarium, klien dapat melanjutkan
menggunakan AKDR LNG selama evaluasi dan
pengobatan, dilakukan pengobatan atau rujuk bila
kista membesar dengan tidak normal, terpuntir
atau pecah.
- Bila dicurigai kehamilan ektopik rujuk ke
fasyankes tingkat lanjut.
AKDR keluar sebagian atau - Bila keluar sebagian, lepas AKDR, dapat dipasang
seluruhnya kembali bila klien tidak hamil. Jika klien tidak ingin
melanjutkan penggunaan AKDR, bantu memilih
metode lain.
- Bila keluar seluruhnya atau benang tidak
ditemukan sedangkan klien tidak tahu apakah
AKDR keluar atau tidak, rujuk untuk USG atau x-
ray, sementara berikan metode kontrasepsi
tambahan untuk klien.
Sangat jarang Rujuk apabila fasilitas kesehatan tidak
● Keguguran memungkinkan melakukan penanganan sesuai
● Kelahiran prematur atau prosedur.
infeksi pada wanita hamil
dengan AKDR LNG

3. Prosedur Klinis Pelayanan Kontrasepsi dengan Metode AKDR


a. Pemasangan

142
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

Persiapan Alat
Alat-alat yang dipasang terdiri dari:
- Spekulum cocor bebek (ukuran kecil, sedang dan besar)
- Tenakulum
- Sonde uterus
- Forsep tampon (korentang) atau forsep cincin (ring forcep)
- Gunting
- Mangkok tempat larutan antiseptik
- Meja ginekologi (obsgyn bed)
Perlengkapan lain yang diperlukan:
- Sarung tangan (steril atau DTT atau baru)
- Larutan antiseptik untuk membersihkan serviks (sebaiknya pakai iodoform,
seperti povidone iodine)
- Kasa
Persiapan tenaga Kesehatan:
- Cuci tangan
- Pakai sarung tangan steril atau DTT
- Pakai masker

AKDR COPPER T 380A


Prosedur Pemasangan AKDR Copper T 380A
Langkah 1.
- Jelaskan kepada klien apa yang akan dilakukan dan mempersilahkan
klien untuk mengajukan pertanyaan
- Sampaikan kepada klien kemungkinan akan merasa sedikit sakit pada
beberapa langkah waktu pemasangan dan nanti akan diberitahu bila
sampai pada langkah-langkah tersebut
- Pastikan klien telah mengosongkan kandung kemihnya
- Bantu klien berbaring diatas meja ginekologi

Langkah 2.
- Lakukan pemeriksaan genitalia eksterna
Untuk memeriksa adanya ulkus, pembengkakan kelenjar getah bening (bubo),
pembengkakan kelenjar bartholin dan kelenjar skene
- Lakukan pemeriksaan genitalia interna dengan spekulum (inspekulo)
Untuk memeriksa adanya cairan vagina, servisitis dan pemeriksaan
mikroskopik bila diperlukan
- Lakukan pemeriksaan bimanual dan pemeriksaan panggul
Untuk menentukan besar, posisi, konsistensi dan mobilitas uterus
Untuk memeriksa adanya nyeri goyang serviks dan tumor pada adneksa atau
cavum douglasi

143
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

Langkah 3.
Lakukan pemeriksaan mikroskopik bila tersedia dan ada indikasi

Langkah 4.
Masukkan sonde uterus
Untuk menentukan posisi uterus dan kedalaman kavum uteri
- Pakai sarung tangan steril atau DTT.
- Pasang spekulum.
- Bersihkan serviks dengan larutan antiseptik dua kali atau lebih.
- Jepit serviks dengan tenakulum yang steril/DTT pada posisi vertikal (pada jam
10 atau jam 2) dengan pelan-pelan dan hati-hati untuk mengurangi rasa sakit.
- Masukkan ujung sonde yang steril/DTT ke dalam kanalis servikalis dengan
hati-hati tidak menyentuh spekulum maupun dinding vagina, sementara
tangan yang satu tetap mempertahankan tarikan pada tenakulum.
- Masukkan sonde secara hati-hati ke dalam kavum uteri sambil
mempertahankan tarikan tenakulum ke arah luar dan ke bawah. Bila terasa
ada tahanan pada ostium servikalis interna, gunakan sonde uterus yang kecil
(bila tersedia). Jangan mencoba untuk melakukan dilatasi serviks, kecuali oleh
dokter spesialis.
- Memasukkan sonde uterus akan lebih mudah bila menggunakan tarikan
secara hati-hati pada tenakulum. Bila klien mulai menunjukkan tanda-tanda
akan pingsan atau pucat dengan denyut jantung menjadi lambat, maka
tindakan harus segera dihentikan.
- Bila terasa tahanan yang ringan menandakan ujung sonde sudah mencapai
fundus, perhatikan arah kavum uteri dan cabut sonde.
- Tentukan kedalaman uterus dengan melihat batas lendir atau darah pada
sonde. Kedalaman uterus rata-rata antara 6 sampai 8 cm.
- Jangan mencoba untuk memasang AKDR bila kedalaman uterus kurang dari
6,5 cm.
- Apabila pada pemasangan masa interval kedalaman uterus > 8 cm, maka
tindakan harus dihentikan karena kemungkinan telah terjadi perforasi uterus

Langkah 5.
Masukkan lengan AKDR Copper

Pastikan batang AKDR seluruhnya berada di dalam tabung inserter (sebagian


batang AKDR sering keluar dari tabung inserter meskipun kemasannya belum
dibuka) dan ujung tabung inserter yang berlawanan dengan ujung yang berisi
AKDR berada di dekat tempat membuka kemasan.
- Letakkan kemasan di atas permukaan datar, keras dan bersih, dengan
kertas penutup yang transparan berada di atas. Buka kertas penutup di

144
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
bagian ujung yang berlawanan dari tempat AKDR sampai kira-kira
sepanjang setengah jarak dengan leher biru.
- Angkat kemasan dengan memegang bagian yang sudah dibuka (hati-hati
jangan sampai AKDR keluar dari tabung inserter). Kedua bagian kertas
penutup yang sudah terbuka dilipat ke masing-masing sisinya dan dipegang
saat mengangkat sehingga pendorong tetap steril waktu dimasukkan ke
dalam tabung inserter. Dengan tangan yang lain, masukkan pendorong ke
dalam tabung inserter dan dorong hati-hati sampai menyentuh ujung batang
AKDR.

Sumber: IUD Guideline JHPIEGO


- Letakkan kembali kemasan pada tempat datar dengan bagian transparan
menghadap ke atas.
- Pegang dan tahan ke 2 ujung lengan AKDR dari atas penutup transparan
dengan jari telunjuk dan ibu jari tangan kiri. Tangan kanan mendorong kertas
pengukur dari ujung kemasan yang sudah dibuka sampai ke ujung kemasan
yang masih tertutup sehingga lengan AKDR berada di atas kertas pengukur.
- Sambil tetap memegang ujung ke 2 lengan, dorong inserter dengan tangan
kanan sampai ke pangkal lengan sehingga ke 2 lengan akan terlipat
mendekati tabung inserter.

Sumber: IUD Guideline JHPIEGO


- Tahan ke 2 lengan yang sudah terlipat tersebut dengan menggunakan ibu
jari dan jari telunjuk tangan kiri. Tarik tabung inserter melewati ke 2 ujung
lengan, kemudian dorong kembali dan putar sampai ke 2 ujung lengan
masuk ke dalam tabung inserter dan terasa ada tahanan yaitu pada batas
lempengan tembaga.

145
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Bagian lengan yang mempunyai lempengan tembaga tidak bisa dimasukkan
kedalam tabung inserter, oleh karena itu tabung inserter jangan didorong terus
kalau sudah terasa ada tahanan.

Leher biru pada tabung inserter digunakan sebagai tanda kedalaman kavum
uteri dan penunjuk ke arah mana lengan akan membuka saat dikeluarkan dari
tabung inserter. Pegang leher biru dari atas penutup transparan dan dorong
tabung inserter sampai jarak antara ujung lengan yang terlipat dengan ujung
leher biru bagian depan (dekat batang AKDR) sama panjangnya dengan
kedalaman kavum uteri yang telah diukur dengan sonde.

Putar tabung inserter sampai sumbu panjang leher biru berada pada posisi
horizontal sebidang dengan lengan AKDR.
- AKDR sekarang siap untuk dipasang pada uterus. Buka seluruh penutup
transparan secara hati-hati. Pegang tabung inserter yang sudah berisi AKDR
dalam posisi horizontal agar AKDR maupun pendorong tidak jatuh. Jangan
melepas AKDR sebelum tabung inserter mencapai fundus.

Sebelum memasang, tabung inserter jangan sampai tersentuh permukaan yang


tidak steril agar tidak terkontaminasi

Masukkan lengan AKDR Copper T 380A SAFE LOAD di dalam kemasan


sterilnya

Masukkan pendorong kedalam tabung inserter dan dorong perlahan hingga


ujung pendorong hampir menyentuh bagian bawah T

146
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

Sumber: IUD Guideline JHPIEGO


- Pegang alat safe load dengan ibu jari dan jari telunjuk

- Dorong Lengan T ke alat safe load

- Dorong sampai lengan T berada di dalam alat Safe Load

- Tarik perlahan tabung inserter dari lengan AKDR yang terlipat sampai keluar
dari alat Safe Load

- Dorong perlahan dan putar tabung inserter kembali ke ujung lengan T yang
terlipat sehingga kedua ujung berada di dalam tabung inserter

- Lepaskan AKDR dari alat safe load dengan memutar tabung inserter 90
derajat

147
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

Langkah 6.
Pasang AKDR Copper T 380A
Tarik tenakulum (yang masih menjepit serviks sesudah melakukan sondase uterus)
sehingga kavum uteri, kanalis servikalis dan vagina berada dalam satu garis lurus.
Masukkan dengan pelan dan hati-hati tabung inserter yang sudah berisi AKDR ke
dalam kanalis servikalis dengan mempertahankan posisi leher biru ke arah
horizontal. Sesuai dengan arah dan posisi kavum uteri, dorong tabung inserter
sampai leher biru menyentuh serviks atau sampai terasa ada tahanan dari fundus
uteri. Pastikan leher biru tetap dalam posisi horizontal.
- Pegang serta tahan tenakulum dan pendorong dengan satu tangan, sedang
tangan lain menarik tabung inserter sampai pangkal pendorong. Dengan cara ini
lengan AKDR akan berada tepat di fundus (puncak kavum uteri).

- Keluarkan pendorong dengan tetap memegang dan menahan tabung inserter.

Menarik keluar tabung inserter untuk melepaskan lengan AKDR

- Setelah pendorong keluar dari tabung inserter, dorong kembali tabung inserter
dengan pelan dan hati-hati sampai terasa ada tahanan dari fundus.

148
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Langkah ini menjamin bahwa lengan AKDR akan berada pada tempat yang
setinggi mungkin dalam kavum uteri.

- Keluarkan sebagian tabung inserter dari kanalis servikalis.


Pada waktu benang tampak keluar dari lubang serviks sepanjang 3 - 4 cm,
potong benang tersebut dengan menggunakan gunting mayo yang tajam. Dapat
juga dilakukan dengan cara lain yaitu keluarkan seluruh tabung inserter dari
kanalis servikalis. Gunakan forceps untuk menjepit benang AKDR kurang lebih
3 - 4 cm dari lubang serviks. Forsep didorong ke arah uterus dan potong benang
di depan jepitan forsep sehingga benang yang tersembul hanya 3 - 4 cm.
Memotong benang dengan menggunakan cara ini dapat mengurangi risiko
tercabutnya AKDR (bila gunting tumpul dan benang tidak terpotong benar
sehingga hanya terjepit).

- Lepas tenakulum
Bila ada perdarahan banyak dari tempat bekas jepitan tenakulum, tekan dengan
kasa sampai pendarahan berhenti.

Sumber : Training Resources Package

Langkah 7.
Bantu klien bangun dan turun dari meja ginekologi (hati-hati mungkin klien merasa
pusing). Beritahu klien kapan dan bagaimana cara memeriksa benang AKDR. Bila
tidak melanggar budaya dan pribadi klien, persilahkan klien untuk mencoba

149
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
memeriksa sendiri benang AKDR tersebut. Beri kesempatan klien untuk bertanya
dan beritahu kapan untuk periksa kembali. Setelah pemasangan, klien diminta
menunggu di klinik selama 15 - 30 menit sebelum diperbolehkan pulang.

Langkah 8.
Buang bahan-bahan habis pakai yang terkontaminasi sebelum melepas sarung
tangan. Bersihkan permukaan yang terkontaminasi.

Langkah 9.
Lakukan dekontaminasi alat-alat dan sarung tangan dengan segera setelah selesai
dipakai.

Langkah 10.
Ajarkan pada klien bagaimana memeriksa benang AKDR (dengan menggunakan
model bila tersedia).
Minta klien menunggu di klinik selama 15-30 menit setelah pemasangan AKDR.

AKDR NOVA T
Prosedur Pemasangan AKDR Nova T
Langkah 1.
Masukkan spekulum untuk memvisualisasikan ostium uteri eksternal dan
desinfeksi vagina dan serviks.

Langkah 2.
Gunakan tenakulum untuk menjepit serviks dan biarkan pada posisinya sampai
Nova-T telah dimasukkan.

Langkah 3.
Gunakan sonde untuk menentukan posisi dan panjangnya cavum uteri.

Langkah 4.
Buka sebagian tutup plastik untuk memaparkan ujung bawah tabung inserter,
sambil memegang tabung dengan satu tangan, tarik benang sampai lengan Nova-
T masuk ke dalam tabung inserter. Lakukan tidak lebih dari lima menit sebelum
pemasangan.

Langkah 5.
Tahan cincin kuning dengan satu tangan, pindahkan tabung inserter sampai tepi
bawah cincin kuning sesuai dengan ukuran sonde sebelumnya. Sambil memegang
benang sedikit direnggangkan dengan satu tangan, masukkan pendorong ke dalam
tabung inserter dengan tangan yang bebas. Ini akan memastikan bahwa benang
terbentang lurus dalam tabung.

Langkah 6.
Keluarkan Nova-T dari penutup plastik. Masukkan Nova-T dengan lembut ke dalam
kanalis servikalis dan lanjutkan sampai cincin kuning menyentuh serviks. Sisi lebar

150
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
cincin kuning harus horizontal untuk memastikan pembukaan lengan yang benar
berikutnya.

Sumber: Bayern Health Care (2011)


Langkah 7.
Pegang pendorong dengan satu tangan dan tarik tabung inserter ke belakang
sampai mencapai bagian bergaris pada tabung inserter sehingga cincin kuning
tertarik dari serviks sekitar 1,5 cm dan lengan Nova-T terbuka.

Langkah 8.
Dorong tabung inserter sampai cincin kuning menyentuh serviks lagi. Lengan
Nova-T menyentuh fundus uteri.

Langkah 9.
Untuk melepaskan Nova-T seluruhnya dari tabung inserter, pegang pendorong
dengan kuat dan tarik tabung inserter ke belakang sampai penghalang (backstop).
Untuk menghindari terjeratnya benang antara tabung inserter dan pendorong,
lepaskan pendorong dengan hati-hati terlebih dahulu dan kemudian tabung
inserter. Potong benang sekitar 3 cm dari serviks.

AKDR LEVONORGESTREL (LNG)


Prosedur Pemasangan AKDR LNG

151
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

Sumber : Donald Angstetra (2017)

Langkah 1..
Buka kemasan steril

- Pakai sarung tangan steril, buka kemasan steril sepenuhnya.


- Angkat gagang inserter yang berisi AKDR LNG dan lepaskan benang dengan
hati-hati agar menggantung dengan bebas.
- Tempatkan ibu jari atau jari telunjuk di penggeser (slider). Pastikan penggeser
berada pada posisi terjauh misalnya di bagian atas gagang ke arah tabung
inserter.
- Dengan skala sentimeter tabung inserter menghadap ke atas, periksa apakah
lengan AKDR LNG dalam posisi horizontal. Jika tidak, sejajarkan pada
permukaan yang datar dan steril.

Langkah 2.
Masukan AKDR LNG ke dalam tabung inserter.
Sambil memegang penggeser di posisi terjauh, tarik kedua benang untuk
memasukkan AKDR LNG ke dalam tabung inserter.

152
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

Langkah 3.
Kencangkan benang

Kencangkan benang pada celah di ujung bawah pegangan untuk menjaga lengan
AKDR LNG tetap berada dalam tabung.

Langkah 4.
Mengatur tabung inserter
Atur tabung inserter sesuai kedalaman uterus yang telah diukur dengan sonde.

Langkah 5.
Pemasangan
- Pegang penggeser dengan ibu jari atau telunjuk dengan kuat di posisi paling
jauh. Pegang forcep tenakulum dengan tangan yang lain dan lakukan traksi
dengan hati-hati untuk menyelaraskan arah kanalis servikalis dengan rongga
uterus.
- Sambil mempertahankan traksi pada leher rahim, perlahan-lahan
memasukkan tabung inserter melalui saluran serviks ke dalam rongga uterus
sampai cincin pada tabung inserter 1,5 hingga 2 cm dari ostium eksternal
serviks.

153
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

Langkah 6.
Lepaskan lengan
- Sambil tetap memegang tabung inserter, lepaskan lengan AKDR LNG dengan
menarik penggeser ke belakang sampai bagian atas penggeser mencapai
tanda.
- Tunggu sekitar 10 detik untuk memungkinkan lengan horizontal AKDR LNG
untuk membuka dan mendapatkan kembali bentuk T-nya.

Langkah 7.
Menempatkan pada fundus uteri
Perlahan memasukkan inserter ke dalam rongga uterus sampai cincin bertemu
serviks dan merasakan resistensi fundus.

Langkah 8.
Lepaskan AKDR LNG dan tarik inserter
- Sambil tetap memegang tabung inserter, tarik penggeser sepenuhnya ke
bawah untuk melepaskan AKDR LNG dari tabung inserter.

154
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
- Periksa apakah benang tergantung dengan bebas dan tarik perlahan
inserter dari uterus. Jangan menarik benang karena ini akan merubah
posisi AKDR LNG

Langkah 9.
Potong benangnya
- Potong benang secara tegak lurus terhadap panjang benang, misalnya,
dengan gunting lengkung steril, menyisakan sekitar 3 cm terlihat di luar
serviks.
Catatan: Memotong benang pada sudut tertentu dapat meninggalkan
ujung yang tajam.
- Pemasangan selesai

b. Pencabutan
Langkah 1.
Menjelaskan kepada klien apa yang akan dilakukan dan persilahkan klien
untuk bertanya.

Langkah 2.
Melakukan persiapan alat dan bahan serta bantu klien untuk berbaring di meja
ginekologi.

Langkah 3.
Memasukkan spekulum untuk melihat serviks dan benang AKDR.

Langkah 4.
Mengusap serviks dan vagina dengan larutan antiseptik 2-3 kali.

Langkah 5.
Menyampaikan pada klien bahwa sekarang akan dilakukan pencabutan.
Meminta klien untuk tenang dan menarik nafas panjang. Jika ada rasa sakit
jelaskan pada klien bahwa hal tersebut normal.

Pencabutan normal
Jepit benang di dekat serviks menggunakan klem lurus atau lengkung yang
sudah didisinfeksi tingkat tinggi atau steril, tarik benang pelan-pelan, tidak
boleh menarik dengan kuat. AKDR biasanya dapat dicabut dengan mudah.

155
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

Untuk mencegah benangnya putus, tarik dengan kekuatan tetap dan


cabut AKDR dengan pelan-pelan. Bila benang putus saat ditarik tetapi
ujung AKDR masih dapat dilihat maka jepit ujung AKDR tersebut dan tarik
keluar.

Pencabutan sulit
Bila benang AKDR tidak tampak, periksa pada kanalis servikalis dengan
menggunakan klem lurus atau lengkung.
Bila tidak ditemukan pada kanalis servikalis, masukkan klem aligator ke
dalam kavum uteri untuk menjepit benang atau AKDR itu sendiri.

Bila tidak dapat dikeluarkan dengan klem aligator maka segera dirujuk untuk
mendapatkan penanganan lebih lanjut.
Bila sebagian AKDR sudah tertarik keluar tetapi kemudian mengalami
kesulitan menarik seluruhnya dari kanalis servikalis, putar klem 360 ° pelan-
pelan sambil tetap menarik selama klien tidak mengeluh sakit.

Klien dirujuk bila:


- Pada saat prosedur pencabutan AKDR klien merasa kesakitan
- Bila sebagian atau seluruh batang AKDR tidak dapat dikeluarkan dari
rongga rahim

Bila dari pemeriksaan bimanual didapatkan sudut antara uterus dengan


kanalis servikalis sangat tajam, gunakan tenakulum untuk menjepit serviks
dan lakukan tarikan ke bawah dan ke atas dengan pelan-pelan dan hati-hati,
sambil memutar klem. Jangan menggunakan tenaga yang besar.

156
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

Langkah 6.
Setelah seluruh proses pencabutan selesai, maka tenaga kesehatan
menunjukan hasil pencabutan AKDR kepada klien.

AKDR PASCA PERSALINAN (AKDR PP)


Pemasangan AKDR pasca persalinan harus dilaksanakan oleh tenaga kesehatan
terlatih. Berdasarkan waktu pemberian, pemasangan AKDR pasca persalinan dapat
dibedakan menjadi 3 jenis, yaitu:
1. AKDR Pasca Plasenta
Dilakukan maksimal dalam 10 menit plasenta lahir.
2. AKDR Pasca Persalinan Dini
Dilakukan pemasangan setelah 10 menit sampai 48 jam pasca persalinan.
3. AKDR transersia/saat operasi sesar
Dipasang saat operasi sesar setelah plasenta lahir.

Prosedur Klinis Pemasangan AKDR PP


1. Penapisan Pra-Insersi dan Penilaian Medis (dilakukan sebelum persalinan)
Langkah 1.
Petugas melakukan pengkajian rekam medis untuk memastikan apakah klien
tersebut tepat untuk menggunakan metode AKDR.

Langkah 2.
Petugas sudah memastikan bahwa klien telah menerima konseling untuk
menggunakan AKDR PP.

Langkah 3.
Petugas memastikan bahwa klien telah melakukan persetujuan medis melalui
tanda tangan pada lembar informed consent.

Langkah 4.
Petugas mengkonfirmasi bahwa tidak ada penyulit persalinan yang dapat
menghalangi insersi AKDR, seperti:
- Pecahnya ketuban lebih dari 18 jam
- Korioamnionitis
- Perdarahan pasca persalinan yang belum teratasi

Langkah 5.
Petugas menyiapkan perlengkapan dan tempat untuk insersi AKDR pasca
plasenta.
Pemasangan menggunakan klem ovum atau forcep kelly, siapkan semua alat ini
di atas meja instrumen yang dialasi duk steril:
- AKDR dalam kemasan
- Forsep kelly

157
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
- Speculum sim
- Klem ovarium (2 buah untuk pemasangan dengan klem ovum & 1 buah untuk
pemasangan dengan forcep kelly)
- Mangkuk berisi larutan antiseptik
- Sarung tangan steril panjang
- Kassa
- Gunting
Pemasangan dengan cara manual, siapkan semua alat ini di atas meja instrumen
yang dialasi duk steril:
- AKDR dalam kemasan
- Klem ovum
- Speculum sim
- Mangkuk berisi larutan antiseptik
- Sarung tangan steril panjang
- Kassa
- Gunting

Langkah 6.
Petugas menyusun instrumen insersi AKDR dan perlengkapannya pada baki steril.

Langkah 7.
Petugas menjaga AKDR tetap dalam kemasan steril dan ditempatkan pada tempat
yang sesuai.

Langkah 8.
Petugas melakukan komunikasi kepada klien
- Beri salam kepada ibu dengan ramah dan dengan rasa hormat
- Jelaskan bahwa Anda akan memasang AKDR segera setelah kelahiran bayi
dan plasenta (jika perlu, ingatkan kembali kepada ibu bahwa waktu tersebut
merupakan waktu yang paling baik untuk pemasangan AKDR). Konfirmasi
ulang apakah ibu masih ingin melakukan pemasangan AKDR-PP.
- Menjawab semua pertanyaan yang mungkin diajukan oleh ibu, sesuai dengan
kebutuhan lakukan konseling sesuai kebutuhan).

2. Persiapan Pra-Insersi
Langkah 1.
Petugas mencuci tangan secara standar, keringkan dengan handuk bersih dan
gunakan sepasang sarung tangan steril atau DTT.

Langkah 2.
Petugas menggunakan Alat Pelindung Diri (APD): Masker, goggle dan apron.

158
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Langkah 3.
Petugas menerapkan manajemen aktif kala 3, meliputi:
- Pemberian suntikan oksitosin 10 unit secara intramuskular dalam waktu 1
menit setelah bayi lahir
- Melahirkan plasenta dengan penegangan tali pusat terkendali
- Masase fundus uterus setelah plasenta lahir
- Memastikan bahwa plasenta telah lahir secara lengkap dan kala IV
berlangsung dengan baik

Langkah 4.
Petugas memeriksa laserasi perineum, labia, dan dinding vagina (jika laserasi tidak
menimbulkan perdarahan aktif, penjahitan laserasi dapat dilakukan setelah insersi
AKDR).
3. Insersi AKDR Pasca Plasenta
Pemasangan AKDR Pasca Plasenta dengan Forsep Kelly
Langkah 1.
Lakukan palpasi uterus untuk mengevaluasi ketinggian fundus dan kontraksi, dan
jika perlu, pijat uterus untuk mendorong kontraksi yang stabil.

Langkah 2.
Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir, keringkan dengan handuk tangan.

Langkah 3.
Pakai sarung tangan steril atau DTT.

Langkah 4.
Tempatkan duk steril di atas perut bagian bawah klien dan di bawah pantat.

Langkah 5.
Pastikan vulva klien berada di paling ujung meja (dengan atau tanpa penyangga
kaki).

Langkah 6.
Memasukkan spekulum ke dalam vagina dan visualisasikan serviks, periksa
laserasi atau robekan jalan lahir.

Langkah 7.
Petugas membersihkan serviks dan vagina sebanyak dua kali dengan
menggunakan kassa yang sudah dicelupkan dalam larutan antiseptik dan

159
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
menunggu selama 2 menit. Bisa dengan menggunakan betadine atau klorheksidin,
bersihkan serviks dan tepi vagina secara perlahan untuk mencegah infeksi.

Langkah 8.
Jepit porsio anterior menggunakan ringed forcep.

Langkah 9.
Pegang AKDR di dalam kemasan dengan Forsep Kelly atau dengan ringed forcep
kedua.

Langkah 10.
AKDR harus dipegang pada lengan vertikal. Sedangkan lengan horizontal AKDR
harus sedikit keluar dari ring.

Langkah 11.
Tempatkan AKDR ke arah lekukan dalam forsep dengan benang AKDR jauh dari
forsep.

Langkah 12.

160
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Tarik perlahan ringed forcep penjepit porsio.

Langkah 13.
Masukkan forsep kelly melalui vagina dan serviks.

Langkah 14.
Lakukan pemasangan sambil duduk. Bila berdiri akan membuat ringed forcep
terlalu banyak mengarah ke belakang.

Langkah 15.
Lepaskan forsep penjepit serviks.

Langkah 16.
Gerakkan forsep Kelly ke atas menuju fundus sambil tetap duduk. Petugas
memasang spekulum bagian bawah dan atas untuk menampilkan porsio.

161
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

Langkah 17.
Berdiri dengan tangan di perut untuk memastikan ujung forsep telah mencapai
fundus.

Langkah 18.
Setelah forsep mencapai fundus, putar 45° ke kanan untuk menempatkan lengan
horizontal di fundus.

Langkah 19.
Buka forsep untuk melepaskan AKDR. Lepaskan forsep secara perlahan dari
rongga rahim, biarkan sedikit terbuka dan arah ke samping, mengikuti dinding
lateral rahim saat menarik forsep keluar ke arah yang berlawanan.

Langkah 20.
Tarik perlahan introitus dengan dua jari dan visualisasikan bagian dalam vagina.
Benang terlihat melalui serviks
162
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
- Jika uterus-nya kecil dan berkontraksi dg baik, jangan lakukan apa pun.
- Jika uterus-nya besar, berarti AKDR tidak mencapai fundus, lepas AKDR dan
pasang kembali, menggunakan forsep steril baru dan AKDR steril baru.

Pemasangan AKDR Pasca Plasenta Menggunakan Tangan

Langkah 1.
Pasang spekulum vagina dan jepit porsio dengan ringed forcep.

Langkah 2.
Lepas spekulum.

Langkah 3.
Pegang AKDR dengan memegang batang vertikal di antara jari telunjuk dan jari
tengah tangan dominan.

Langkah 4.
Masukkan tangan yang memegang AKDR ke dalam vagina sampai ke fundus.

163
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

Langkah 5.
Lepaskan ringed forcep dan letakkan tangan nondominan di perut untuk
memastikan tangan yang memegang AKDR telah mencapai fundus.

Langkah 6.
Setelah mencapai fundus, putar 45° tangan pemegang AKDR ke kanan untuk
memposisikan AKDR secara horizontal di fundus.

Langkah 7.
Lepas AKDR dan gerakkan tangan mendekati dinding lateral rahim.

Pemasangan AKDR Pasca Plasenta Menggunakan Inserter

Terdapat dua macam inserter, yaitu inserter untuk pemasangan AKDR yang
standar dan long inserter khusus untuk AKDR PP. Namun keduanya tetap bisa
digunakan untuk pemasangan AKDR PP.

Langkah 1.
Pasang spekulum vagina dan jepit porsio dengan ringed forcep.

164
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

Langkah 2.
Petugas memegang kemasan AKDR untuk memastikan AKDR dalam kemasan
dan mengeluarkan pendorong tabung inserter dari kemasan.

Langkah 3.
Pasang AKDR

Langkah 4.
Lepas Ringed Forcep.

Langkah 5.
Tekan fundus uteri dan dorong inserter ke arah fundus seperti terasa tahanan.

Langkah 6.
Tarik inserter.

Langkah 7.

165
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Petugas mengeluarkan klem dengan perlahan sambil menjaga uterus tetap stabil
dan meletakkan klem ovum atau klem kelly pada meja instrumen.

Langkah 8.
Petugas memasang ulang spekulum kemudian memeriksa serviks untuk melihat
ada bagian dari AKDR atau benang keluar dari serviks.
- Jika AKDR atau benang nampak keluar dari serviks, keluarkan AKDR dan
ambil kemasan baru kemudian insersikan kembali
- Pastikan tidak ada perdarahan dari serviks

4. Prosedur Pasca-Insersi
Langkah 1.
Petugas memberikan waktu istirahat untuk klien selama 10 menit dan mendukung
inisiasi asuhan persalinan rutin, termasuk Inisiasi Menyusu Dini (IMD).

Langkah 2.
Petugas membuang limbah dengan benar
- Membuang air ketuban, darah ke lubang WC
- Membuang kain kasa ke dalam tempat sampah infeksius atau sampah medis
- Membuang pendorong dan tabung inserter serta pembungkus AKDR ke
sampah non medis

Langkah 3.
Petugas mencelup kedua tangan yang masih menggunakan sarung tangan ke
dalam larutan klorin 0,5% dan melepas sarung tangan secara terbalik dan
membuang ke dalam tempat sampah medis.

Langkah 4.
Petugas mencuci tangan secara standar dan mengeringkan tangan menggunakan
handuk pribadi atau tisu.

Langkah 5.
Petugas menyampaikan kepada klien bahwa AKDR sudah terpasang dengan baik
dan petugas melakukan tanya jawab dengan klien mengenai hal-hal berikut:
- Tinjau efek samping AKDR dan gejala pasca persalinan normal
- Tanggal kunjungan ulang untuk cek up AKDR/asuhan pasca natal/asuhan
neonatal
- Tekankan bahwa klien harus kembali kapan saja dia mempunyai
kekhawatiran atau mengalami keluhan-keluhan
- Informasikan keluhan pasca pemasangan
- Jelaskan bagaimana cara mengetahui terjadinya ekspulsi dan apa yang harus
dilakukan jika hal tersebut terjadi

166
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
- Yakinkan klien bahwa AKDR tidak mempengaruhi produksi ASI
- Memastikan klien telah memahami instruksi pasca insersi
- Memberikan instruksi pasca insersi, jika memungkinkan
- Memberikan kartu yang menunjukkan tipe AKDR dan tanggal insersi

Langkah 6.
Petugas mencatat informasi pada catatan atau rekam medis klien dan
menambahkan kartu peserta KB dan rekam medis klien.

Materi Pokok 6.
PELAYANAN KONTRASEPSI DENGAN METODE IMPLAN

1. Definisi
Implan adalah batang plastik berukuran kecil yang lentur, seukuran batang korek
api, yang melepaskan hormon progestin yang menyerupai hormon progesterone
alami di tubuh perempuan. Implan dipasang di bawah kulit lengan kiri sebelah atas
bagian dalam. Jenis implan ada 2 yaitu:
a. Implan Dua Batang : terdiri dari 2 batang implan mengandung hormon
levonorgestrel. Efektif hingga 4 tahun penggunaan (studi terkini menunjukkan
bahwa jenis ini memiliki efektivitas tinggi hingga 5 tahun)
b. Implan Satu Batang : terdiri dari 1 batang implan mengandung hormon
etonogestrel, efektif hingga 3 tahun penggunaan (studi terkini menunjukkan
bahwa jenis ini memiliki efektivitas tinggi hingga 5 tahun)
2. Cara Kerja dan Efektivitas
Cara kerjanya yaitu dengan mencegah pelepasan telur dari ovarium (menekan
ovulasi) dan mengentalkan lendir serviks (menghambat bertemunya sperma dan
telur). Efektivitasnya yaitu kurang dari 1 kehamilan per 100 perempuan yang
menggunakan implan pada tahun pertama (1 per 1.000 perempuan). Risiko Kecil
kehamilan masih berlanjut setelah tahun pertama pemakaian.
3. Jangka Waktu Pemakaian
- Implan Dua Batang efektif hingga 4 tahun penggunaan (studi terkini
menunjukkan bahwa jenis ini memiliki efektivitas tinggi hingga 5 tahun).
- Implan Satu Batang efektif hingga 3 tahun penggunaan (studi terkini
menunjukkan bahan jenis ini memiliki efektivitas tinggi hingga 5 tahun).
4. Keuntungan dan Keterbatasan
Keuntungan:
- Klien tidak perlu melakukan apapun setelah implan terpasang
- Mencegah kehamilan dengan sangat efektif
- Merupakan metode kontrasepsi jangka panjang untuk 3-5 tahun, tergantung
jenis implan
- Tidak mengganggu hubungan seksual
- Tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI
- Kesuburan dapat kembali dengan segera setelah implan dilepas
- Mengurangi nyeri haid
- Mengurangi jumlah darah haid sehingga dapat mencegah anemia defisiensi
besi
Keterbatasan:
167
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
- Tidak ada perlindungan terhadap Infeksi Menular Seksual (IMS)
- Membutuhkan tenaga kesehatan terlatih secara khusus untuk memasang dan
melepas.
- Klien tidak dapat memulai maupun melepas implan secara mandiri
5. Kriteria Kelayakan Medis
Yang boleh menggunakan
Implan aman dan efektif bagi hampir semua perempuan dengan kriteria berikut:
- Telah atau belum memiliki anak
- Perempuan usia reproduksi, termasuk perempuan yang berusia lebih dari 40
tahun
- Baru saja mengalami keguguran atau kehamilan ektopik
- Merokok, tanpa bergantung pada usia perempuan maupun jumlah rokok yang
dihisap
- Sedang menyusui
- Menderita anemia atau riwayat anemia
- Menderita varises vena
- Terkena HIV, sedang atau tidak dalam terapi antiretroviral
Yang tidak boleh menggunakan
Implan sebaiknya tidak digunakan oleh perempuan dengan kriteria sebagai berikut:
- Penggumpalan darah akut pada vena dalam di kaki atau paru
- Perdarahan vaginal yang tidak dapat dijelaskan sebelum evaluasi terhadap
kemungkinan kondisi serius yang mendasari
- Menderita kanker payudara lebih dari 5 tahun yang lalu dan tidak sembuh
- Sirosis hati atau tumor hati berat
- Systemic lupus erythematosus dengan antibodi antifosfolipid positif (atau tidak
diketahui), dan tidak dalam terapi imunosupresif

Namun, pada kondisi khusus, saat metode yang lebih sesuai tidak tersedia atau
tidak dapat diterima oleh klien, penyedia layanan berkualifikasi akan memutuskan
bila klien dapat menggunakan implan pada kondisi tersebut diatas. Penyedia
layanan perlu mempertimbangkan seberapa berat kondisi klien, dan pada
kebanyakan kondisi apakah klien mempunyai akses untuk tindak lanjut.

6. Waktu Pemasangan

Seorang perempuan dapat menjalani pemasangan implan kapanpun ia


menghendaki selama ia yakin ia tidak hamil dan tidak ada kondisi medis yang
menghambat.

Kondisi Waktu Pemasangan

Menstruasi teratur atau berganti dari Kapan pun pada bulan tersebut
metode non hormonal - Jika mulai dalam 7 hari setelah permulaan
menstruasinya,, tidak perlu metode kontrasepsi
tambahan.
- Jika mulai dari 7 hari setelah permulaan
menstruasinya, implan dapat dipasang kapan saja

168
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

jika yakin tidak hamil. Perlu metode kontrasepsi


tambahan* untuk 7 hari pertama setelah
pemasangan.

Berganti dari metode hormonal - Segera, jika klien menggunakan metode hormonal
lainnya secara konsisten dan benar atau jika klien yakin
tidak hamil. Tidak perlu menunggu menstruasi
bulan berikutnya. Tidak perlu metode kontrasepsi
tambahan.
- Jika klien berganti dari KSK atau KSP, implan dapat
dipasang ketika suntik ulangan seharusnya
diberikan. Tidak perlu metode kontrasepsi
tambahan.

ASI eksklusif atau hampir eksklusif - Jika belum menstruasi, implan dapat dipasang
Kurang dari 6 bulan setelah pada klien kapan saja di antara waktu melahirkan
melahirkan sampai dengan 6 bulan. Tidak perlu metode
kontrasepsi tambahan.
- Jika telah menstruasi, implan dapat dipasang
seperti yang dianjurkan pada perempuan yang
memiliki siklus menstruasi

ASI eksklusif atau hampir eksklusif - Jika belum menstruasi, implan dapat dipasang
Lebih dari 6 bulan setelah pada klien kapan saja jika yakin tidak hamil. Perlu
melahirkan metode kontrasepsi tambahan untuk 7 hari pertama
setelah pemasangan.
- Jika telah menstruasi, implan dapat dipasang
seperti yang dianjurkan pada perempuan yang
memiliki siklus menstruasi

ASI Tidak Eksklusif Jika belum Implan dapat dipasang kapan saja jika yakin tidak
menstruasi hamil. Perlu metode kontrasepsi tambahan untuk 7 hari
pertama setelah pemasangan

ASI Tidak Eksklusif Jika telah Jika menstruasi klien telah kembali, implan dapat
menstruasi dipasang seperti yang dianjurkan pada perempuan
yang memiliki siklus menstruasi normal

Tidak Menyusui Implan dapat dipasang kapan saja. Tidak perlu metode
Kurang dari 4 minggu setelah kontrasepsi tambahan
melahirkan

Tidak Menyusui - Jika belum menstruasi, implan dapat dipasang


Lebih dari 4 minggu setelah kapan saja jika yakin tidak hamil. Perlu metode
melahirkan kontrasepsi tambahan untuk 7 hari pertama setelah
pemasangan.
- Jika menstruasi telah kembali, implan dapat
dipasang seperti yang dianjurkan pada perempuan
dengan siklus menstruasi normal

Tidak menstruasi (tidak berhubungan Implan dapat dipasang kapan saja jika yakin tidak
dengan melahirkan atau menyusui) hamil. Perlu metode kontrasepsi tambahan untuk 7 hari
pertama setelah pemasangan.

169
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

Setelah keguguran atau aborsi - Segera. Jika implan dipasang dalam 7 hari setelah
keguguran atau aborsi trimester 1 atau trimester 2,
tidak perlu metode kontrasepsi tambahan.
- Jika lebih dari 7 hari setelah keguguran atau aborsi
trimester 1 atau 2, implan dapat dipasang kapan
saja jika yakin tidak hamil. Perlu metode
kontrasepsi tambahan untuk 7 hari pertama setelah
pemasangan

Setelah pemakaian Pil Kontrasepsi - Implan dapat dipasang pada hari yang sama
Darurat (PKD) dengan penggunaan PKD.
- Perlu metode kontrasepsi tambahan untuk 7 hari
pertama.
- Bila tidak segera memulai menggunakan implan,
tetapi klien
masih ingin tetap menggunakannya, ia dapat
memulai
kapan saja asalkan yakin tidak hamil. Setelah
menggunakan PKD ulipristal asetat:
- Implan dapat dipasang pada hari ke-6 setelah
menggunakan
PKD UPA. Tidak perlu menunggu menstruasi bulan
berikutnya. Implan dan UPA berinteraksi. Jika
implan dipasang lebih dulu; sehingga keduanya
berada di dalam tubuh, salah satu atau keduanya
bisa menjadi kurang efektif
- Buat janji agar klien kembali pada hari ke-6 untuk
pemasangan implan, atau sesegera mungkin
setelahnya.
- Perlu metode kontrasepsi tambahan sejak dari
minum PKD UPA sampai dengan 7 hari setelah
pemasangan implan.
- Jika klien tidak memulai pada hari ke-6 namun
kembali sesudahnya untuk penggunaan implan,
implan dapat dipasang kapan saja jika yakin tidak
hamil.

7. Efek Samping dan Komplikasi


Efek Samping

EFEK SAMPING PENANGANAN


Menstruasi irregular (tidak - Yakinkan klien jika kondisi tersebut tidak berbahaya dan
teratur) biasanya akan berkurang atau berhenti setelah setahun
pemasangan.
- Pengobatan jangka pendek, Ibuprofen diberikan 3x800 mg
selama 5 hari, atau asam mefenamat diberikan 3x500 mg,
selama 5 hari, dimulai sejak kondisi tersebut terjadi.
- Jika obat diatas tidak membantu, dapat diberikan:
● Kontrasepsi pil kombinasi yang mengandung progestin
levonorgestrel, diminum 1 pil sehari selama 21 hari.
● Ethinyl estradiol, diberikan 1 x50µg selama 21 hari.

170
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
- Jika kondisi ini terus berlangsung, pertimbangkan penyebab
lain yang tidak berhubungan dengan kontrasepsi.
Tidak ada menstruasi - Yakinkan klien jika kondisi ini tidak berbahaya
Menstruasi yang banyak dan - Yakinkan klien jika kondisi tersebut tidak berbahaya dan
lama biasanya akan berkurang atau berhenti setelah beberapa
bulan.
- Pengobatan jangka pendek, Ibuprofen diberikan 3x800 mg
selama 5 hari, atau asam mefenamat diberikan 3x500mg
selama 5 hari, dimulai sejak kondisi tersebut terjadi.
Kombinasi dengan kontrasepsi oral 50µg ethinyl estradiol
dapat memberikan hasil lebih baik.
- Sarankan untuk meminum obat penambah zat besi untuk
mencegah anemia.
- Jika kondisi ini terus berlangsung, pertimbangkan penyebab
lain yang tidak berhubungan dengan kontrasepsi.
Nyeri perut - Aspirin 500 mg atau ibuprofen 400 mg atau parasetamol
500-1000 mg atau penghilang nyeri lainnya.
Jerawat - Jika klien ingin menghentikan implan karena jerawat, dapat
dipertimbangkan penggantian metode kontrasepsi dengan
kontrasepsi oral kombinasi.
Perubahan berat badan - Diet dan konsul gizi.
Nyeri payudara - Rekomendasikan menggunakan supportive bra (saat
aktivitas dan tidur)
- Kompres panas atau dingin.
- Aspirin 500 mg atau ibuprofen 400 mg atau parasetamol
500-1000 mg atau penghilang nyeri lainnya.
Perubahan mood dan hasrat - Berikan dukungan yang sepantasnya jika perubahan
seksual tersebut mempengaruhi hubungan dengan pasangan.
- Jika terjadi perubahan mood (suasana hati) yang berat
seperti depresi mayor, maka harus mendapatkan perawatan
segera.
Nyeri setelah pemasangan - Cek balutan pada lengan apakah terlalu ketat.
atau pencabutan - Aspirin 500 mg atau ibuprofen 400 mg atau parasetamol
500-1000 mg atau penghilang nyeri lainnya.

Komplikasi
Komplikasi Penaganan
Infeksi pada tempat insersi - Jangan mencabut implan.
- Bersihkan area yang terinfeksi dengan sabun dan air atau antiseptik.
- Berikan antibiotik oral selama 7-10 hari
minta klien kembali jika antibiotik telah habis, dan jika tetap terjadi
infeksi, cabut implan.

Ekspulsi - Tidak ada


Jika tidak ada infeksi, ganti batang implan melalui insisi baru dekat
dengan batang implan lainnya atau sarankan untuk mengganti
implan.

171
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Nyeri hebat di perut bawah - Biasanya diakibatkan berbagai hal seperti pembesaran folikel
ovarium atau kista.
- Klien dapat terus menggunakan implan selama penilaian.
- Tidak ada pengobatan khusus, dan biasanya menghilang dengan
sendirinya.
- Jika dicurigai sebagai salah satu gejala kehamilan ektopik, dengan
gejala lain berupa:
● Perdarahan pervaginam yang tidak normal, atau tidak
menstruasi.
● Pusing.
● Lemas, pingsan.
- Segera dirujuk ke Fasyankes tingkat lanjut.
Sakit kepala hebat - Implan segera dicabut.

8. Prosedur Klinis Pelayanan Kontrasepsi dengan Metode Implan


Peralatan yang diperlukan untuk setiap pemasangan adalah sebagai berikut:
- Meja periksa untuk tempat tidur klien
- Penyangga lengan atau meja samping
- Sabun untuk mencuci lengan
- Spidol untuk menggambar pola
- Pola terbuat dari plastik (template) untuk menandai posisi kapsul dalam
bentuk seperti kipas
- Dua batang implan dalam satu kemasan steril
- Larutan antiseptik
- Anestesi lokal (konsentrasi 1% tanpa epinefrin)

Alat dan bahan yang diperlukan untuk pemasangan batang implan meliputi:
- Kain penutup operasi steril (bersih) yang kering
- Dua mangkok steril atau DTT (satu untuk larutan antiseptik, satu tempat air
mendidih atau steril yang berisi kapas bulat untuk membersihkan bedak pada
sarung tangan)
- Sepasang sarung tangan steril/DTT
- Tabung suntik (3 cc) dan jarum suntik dengan panjang 2,5 - 4 cm (nomor 22):
1 buah
- Trokar yang mempunyai tanda untuk pemasangan implan 2 batang dengan
pendorongnya
- Skalpel (pisau bedah) nomor 11
- Forsep jaringan (tambahan)
- Band aid (Tensoplast) atau kasa steril dengan plester
- Kasa dan kasa pembalut (verban)
- Epinefrin untuk syok anafilaktik (harus selalu tersedia untuk keadaan darurat)

a. Pemasangan
Prosedur Pemasangan Implan 2 Batang
Persiapan

172
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Langkah 1.
Periksa untuk memastikan klien sudah mencuci seluruh lengan dengan sabun
dan air serta membilasnya. Pastikan tidak terdapat sisa sabun (sisa sabun
menurunkan efektifitas antiseptik tertentu). Langkah ini sangat penting bila klien
kurang menjaga kebersihan dirinya.

Langkah 2.
Bantu klien berbaring di meja periksa. Lengan harus disangga dengan baik dan
dapat digerakkan lurus atau sedikit bengkok dengan posisi yang memudahkan
untuk pemasangan dan nyaman untuk klien.

Langkah 3.
Letakkan kain bersih yang kering di bawah lengan klien.

Langkah 4.
Tentukan tempat pemasangan yang optimal, 8 cm di atas lipatan siku, gunakan
pola (template) dan spidol untuk menandai tempat insisi yang akan dibuat dan
pada setiap ujung atas batang implan (bila akan menggunakan antiseptik yang
mengandung alkohol, gunakan spidol dengan tinta permanen).

Langkah 5.
Siapkan alat-alat dan buka bungkus steril atau DTT tanpa menyentuh alat-alat
di dalamnya.

Tindakan Sebelum Pemasangan


Langkah 1.
Cuci tangan dengan sabun dan air, keringkan dengan kain bersih. Untuk pemasangan
atau pencabutan batang implan cukup dengan mencuci tangan memakai air dan sabun
biasa kurang lebih 10 - 15 detik dan kemudian dibilas dengan air mengalir.

Langkah 2.
Pakai sarung tangan steril atau DTT (ganti sarung tangan untuk setiap klien
guna mencegah kontaminasi silang).
Catatan: Jangan menggunakan bedak untuk memakai sarung tangan. Butir-
butir bedak yang halus dapat jatuh ke tempat insisi dan menyebabkan terjadinya
jaringan parut (reaksi jaringan ikat). Bila sarung tangan diberi bedak, bersihkan
dengan kasa steril yang direndam dengan air steril atau air mendidih.

Langkah 3.
Atur alat dan bahan-bahan sehingga mudah dicapai.

173
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Langkah 4.
Usap tempat insisi dengan larutan antiseptik sebanyak dua kali. Gunakan klem
steril atau DTT untuk memegang kasa berantiseptik. Bila memegang kasa
berantiseptik hanya dengan tangan, hati-hati jangan sampai mengkontaminasi
sarung tangan dengan menyentuh kulit yang tidak steril. Mulai mengusap dari
tempat yang akan dilakukan insisi ke arah luar dengan gerakan melingkar
sekitar 8 - 13 cm. Bila memakai iodofor (misalnya Betadine) biarkan kering
kurang lebih 2 menit sebelum memulai tindakan. Iodofor memerlukan waktu 2
menit untuk melepaskan Iodin bebas. Hapus antiseptik yang berlebihan hanya
bila tanda yang sudah dibuat tidak terlihat.

Langkah 5.
Bila ada, gunakan kain penutup (doek) yang mempunyai lubang untuk menutupi
lengan. Lubang tersebut harus cukup lebar untuk memaparkan tempat yang
akan dipasang batang implan. Dapat juga dengan menutupi lengan di bawah
tempat pemasangan dengan kain steril (Pilihan lain adalah menggunakan kain
yang telah didekontaminasi, dicuci dan dikeringkan di udara atau dengan mesin
pengering).

Pemberian Anestesi Lokal


Langkah 1.
Setelah memastikan kembali bahwa klien tidak alergi terhadap obat anestesi,
isi alat suntik dengan 2 ml obat anestesi (1% tanpa epinefrin). Dosis ini sudah
cukup untuk menghilangkan rasa sakit selama memasang kedua batang
implan. Jelaskan pada klien bahwa pada waktu penyuntikan obat anestesi akan
terasa sedikit sakit tetapi pada waktu pemasangan kedua batang implan tidak
akan terasa sakit.

Langkah 2.
Masukkan jarum tepat di bawah kulit pada tempat insisi (yang terdekat dengan
siku). Suntikkan sedikit obat anestesi untuk membuat gelembung kecil (Skin
Wheal) di bawah kulit.

Tanpa memindahkan jarum, masukkan ke bawah kulit (subdermis) sekitar 5 cm


di antara kedua batang implan yang akan dipasang. Hal ini akan membuat kulit
(dermis) terangkat dari jaringan lunak di bawahnya.
Bila panjang jarum kurang dari 5 cm, dorong kembali pangkal jarum sehingga
Ujung jarum mencapai setinggi kedua tanda (telah dibuat sebelumnya) pada
kulit yang mengarah ke bahu.

174
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

Lakukan aspirasi untuk memastikan jarum tidak masuk ke dalam pembuluh


darah.
Tarik jarum pelan-pelan sehingga membentuk jalur sambil menyuntikkan obat
anestesi sebanyak 1 ml di antara kedua batang implan yang akan dipasang.

Letakkan alat suntik pada tempat yang aman untuk menghindari kecelakaan
tertusuk jarum.

Lakukan pemijatan pada tempat penyuntikan agar penyebaran obat anestesi


merata, hal ini akan meningkatkan efektivitas anestesi.

Catatan:
Untuk mencegah toksisitas, dosis total tidak boleh melebihi 10 ml (10 g/l) dari
1% anestesi lokal tanpa epinefrin.

Pemasangan Batang Implan


Langkah 1.
Sebelum membuat insisi, sentuh tempat insisi dengan ujung klem untuk
memastikan obat anestesi telah bekerja. Bila klien masih bisa merasakan
sentuhan klem tersebut, tunggu 2 menit dan ulangi lagi cara tersebut.

Langkah 2.
Pegang skalpel dengan sudut 45°, buat insisi kecil (2 mm), hanya untuk sekedar
menembus kulit. Jangan membuat insisi yang panjang atau dalam. Cara lain,
dapat langsung dimasukkan ke dalam kulit tanpa membuat insisi lebih dulu.

Langkah 3.
Masukkan trokar dengan atau tanpa pendorong di dalamnya (tergantung jenis
trokar) ke dalam luka insisi dengan sudut yang kecil dengan ujung trokar yang
tajam (bevel) menghadap ke atas. Tusukkan trokar sampai ujung tajam
seluruhnya berada di bawah kulit (2-3 mm dari ujung bevel). Jangan
memasukkan trokar dengan paksaan. Jika terdapat tahanan, coba dari sudut
lainnya. Ada 2 tanda pada trokar, tanda (1) dekat ujung menunjukkan batas
trokar yang harus tetap di bawah kulit setelah memasang setiap batang implan.
Tanda (2) dekat pangkal menunjukkan batas trokar dimasukkan ke bawah kulit
sebelum memasukkan setiap batang implan.

175
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

Langkah 4.
Untuk meletakkan batang implan tepat di bawah kulit, angkat trokar ke atas,
sehingga kulit terangkat. Masukkan trokar beserta pendorong di dalamnya
secara perlahan-lahan dan hati-hati ke arah tanda (2) dekat pangkal.

Trokar harus cukup dangkal sehingga dapat diraba dari luar dengan jari.
Trokar harus selalu terlihat mengangkat kulit selama pemasangan.
Masuknya trokar akan lancar bila berada di bidang yang tepat di bawah kulit.

Catatan: Jangan menyentuh trokar pada waktu memasukkan dan menarik


keluar terutama bagian tabung yang masuk ke bawah kulit untuk mencegah
trokar terkontaminasi.

Pemasangan 2 Batang Implan dengan Memutar Trokar

Masukkan pendorong trokar sampai batas A dengan posisi tanda panah pada
trokar dan tanda panah pada pendorong trokar menghadap ke atas.

Masukkan trokar sampai tanda II


Pendorong trokar diputar 180⁰ sampai tanda panah menghadap ke bawah saat
akan mengeluarkan implan pertama.

Trokar ditarik keluar dari kulit sampai batas I sambil menahan pendorong trokar

176
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

Trokar digerakkan ke samping 15⁰

Trokar kembali dimasukkan ke kulit sampai batas II

Pendorong trokar diputar 180⁰ sampai tanda panah menghadap ke atas

Sambil menahan pendorong, trokar ditarik sampai batas I, Implan II masuk ke


dalam kulit.
Trokar langsung dikeluarkan dari kulit.

Pemasangan 2 Batang Implan dengan Mematahkan Batas Penahan


Pendorong

Masukkan trokar sampai batas bawah.

Tangan kanan menahan pendorong hingga batas penahan sekaligus menarik


trokar hingga batas atas. Tangan kiri menahan implan agar tertinggal di bawah
kulit.

177
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

Pastikan implan sudah keluar dari trokar.


Arahkan implan ke sisi yg lain (pola V), masukkan tokar sampai batas bawah.

Patahkan batasan penahan pendorong.

Tarik trokar hingga berbunyi “klik”.


Tangan kanan menarik trokar hingga keluar, tangan kiri menahan implan.

Raba ujung batang implan di daerah dekat bahu untuk memastikan batang
implan telah terpasang dengan benar.
Raba daerah insisi untuk memastikan ke 2 ujung batang implan berada 5 mm
dari luka insisi.

Pemasangan 2 Batang Implan dengan Mematahkan dan Memutar


Pendorong

Kedua batang implan berada di dalam trokar

178
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Belahan di pangkal trokar untuk tempat mematahkan sayap yang ada di tengah
pendorong.

Sayap yang berada di tengah pendorong berfungsi sebagai penahan implan.

Langkah-langkah pemasangan:

Pemasangan Implan Pertama


1. Tusukkan trokar pada titik pertama yang dengan siku.
2. Posisikan trokar menghadap ke atas ke arah jam 12 dan perhatikan tanda
batasnya yang berwarna hitam.
3. Tusukan trokar, jungkitkan, kemudian dorong secara perlahan.

4. Sesudah inserter masuk, arahkan ke satu titik menelusuri bawah kulit untuk
menjaga agar pemasangan implan benar-benar tepat di bawah kulit, datar,
dan dangkal.

5. Masukkan pendorong yang ada sayap di tengahnya, posisikan sayap


berada di bawah (arah jam 6).
6. Tarik trokar secara perlahan. Sementara itu tahan pendorong sampai sayap
pada pendorong masuk tepat pada belahan di pangkal trokar.

7. Tarik trokar sambil menahan implan yang sudah di bawah kulit, tahan
dengan jari tengah atau salah satu jari.
8. Tarik trokar sampai tanda batas (lingkaran warna hitam) dekat ujung trokar,
sampai implan pertama keluar dan berada pada posisi yang benar di bawah
kulit.

179
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Pemasangan Implan Kedua

9. Pada titik yang sama saat pemasangan implan pertama, arahkan trokar sesuai
dengan titik gambar pola yang sudah dibuat seperti huruf V, di mana kedua
ujungnya berjarak lebih kurang 1,5 cm.

10. Dorong trokar sampai batas (lingkaran warna hitam) pada pangkal trokar.
11. Tahan dan putar pendorong ke kanan sampai sayap pada pendorong patah dan
terlepas.
12. Patahkan pegangan pendorong.

Implan kedua seluruhnya sudah terlepas dari trokar dan berada tepat di bawah
kulit.

Prosedur Pemasangan Implan 1 Batang


1) Implanon

Langkah 1.
- Regangkan kulit tempat insersi dengan ibu jari dan jari telunjuk
- Tusukkan ujung jarum dengan membuat sudut 30º
- Lepaskan kulit

Langkah 2.
- Arahkan aplikator mendatar
- Angkat kulit dengan ujung jarum, tetapi tetap jaga jarum berada di subdermal
- Sewaktu mengangkat kulit masukkan jarum keseluruhan tanpa dipaksa
(menjaga tetap di subdermal)
- Pertahankan aplikator sejajar kulit.

180
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

Langkah 3.
- Lepas pengaman obturator
- Putar obturator 90º

Langkah 4.
- Sejajarkan obturator dengan lengan atas menggunakan 1 tangan, tangan
lainnya menarik perlahan jarum keluar dari lengan
- Jangan mendorong obturator

Langkah 5.
- Periksa jarum dan pastikan implan tidak ada lagi. Setelah jarum dicabut,
ujung obturator yang berlekuk akan terlihat
- Selalu pastikan untuk meraba implanon dan mintalah pasien untuk
merabanya juga

2) Implanon NXT
Langkah 1.
- Tusuk kulit dengan aplikator pada sudut 30°. Masukkan hanya bagian
miring dari jarum.

- Turunkan aplikator ke posisi horizontal.

181
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
- Angkat kulit dengan ujung jarum, tusuk jarum hingga seluruh panjang
jarum, aplikator dalam posisi yang sama dengan jarum yang sudah
masuk seluruhnya.

Sumber : Implanon NXT Global Training Package

Langkah 2.
- Buka penggeser ungu dengan mendorongnya sedikit ke bawah

- Geser penggeser ungu sepenuhnya ke belakang sampai berhenti,


biarkan implan pada posisi terakhirnya dan kunci jarum di dalam badan
aplikator
- Lepaskan aplikator dengan hati-hati dan biarkan implan tetap di
tempatnya

Menutup Luka Insisi


- Dekatkan kedua tepi luka insisi kemudian tutup dengan band aid
(plester untuk luka ringan) atau kasa steril dan plester. Luka insisi tidak
perlu dijahit karena dapat menimbulkan jaringan parut.
- Periksa adanya perdarahan. Tutup daerah pemasangan dengan
pembalut untuk hemostasis dan mengurangi memar (perdarahan
subkutan).

Membuang sampah dan dekontaminasi

- Sebelum melepas sarung tangan, masukkan alat-alat ke tempat berisi larutan


enzimatik atau deterjen untuk dekontaminasi. Rendam selama 10 menit,
kemudian segera bilas dengan air bersih sebelum di sterilisasi/DTT.

182
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

- Buang alat suntik (jangan lepaskan jarum dari tabungnya) dan skalpel ke
dalam kontainer yang tahan/anti tusukan.
- Kain penutup (bila digunakan) harus dicuci sebelum dipakai lagi. Taruh di
dalam kontainer yang kering dan tertutup kemudian bawa ke tempat cucian.
- Dengan masih memakai sarung tangan, buang bahan-bahan yang
terkontaminasi (kasa, kapas dan lain-lain) dalam kontainer yang anti bocor
dan diberi tanda, atau dalam kantong plastik.
- Celupkan sebentar tangan yang masih memakai sarung tangan ke dalam
larutan enzimatik untuk dekontaminasi bagian luar sarung tangan kemudian
hati-hati lepas dengan cara membalik sehingga bagian dalam menjadi bagian
luar.
- Bila menggunakan sarung tangan sekali pakai, buang sarung tangan tersebut
ke dalam kontainer untuk sampah.
- Semua sampah harus dibakar atau ditanam.

Merawat klien

- Buat catatan pada rekam medik tempat pemasangan batang implan dan
kejadian tidak umum yang mungkin terjadi selama pemasangan (akan lebih
baik bila di gambar secara sederhana kira-kira tempat pemasangan kedua
batang implan pada lengan klien).
- Beri petunjuk untuk perawatan luka insisi setelah pemasangan dan buat
jadwal kunjungan ulang kalau diperlukan.
- Amati klien sekitar 15 sampai 20 menit. Sebelum memulangkan klien, periksa
apakah ada perdarahan dari luka insisi dan tanyakan apa yang dirasakan.
Kalau ada berikan kartu yang berisi cara-cara merawat luka insisi.

Petunjuk perawatan luka insisi di rumah

- Jaga luka insisi tetap kering dan bersih selama paling sedikit 48 jam. Luka insisi dapat
mengalami infeksi bila basah saat mandi atau mencuci pakaian.
- Jangan membuka pembalut tekan selama 48 jam dan biarkan band aid di tempatnya
sampai luka insisi sembuh (umumnya 3-5 hari).
- Mungkin akan terdapat memar, bengkak atau sakit di daerah insisi selama beberapa
hari. Hal ini normal.
- Klien dapat segera bekerja secara rutin. Hindari benturan atau luka di daerah tersebut
atau menambahkan tekanan.
- Setelah luka insisi sembuh, daerah tersebut dapat disentuh dan dibersihkan dengan
tekanan normal.
- Bila terdapat tanda-tanda infeksi seperti demam, daerah insisi kemerahan dan panas
atau sakit yang menetap selama beberapa hari, segera kembali ke klinik.

183
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

Bila terjadi infeksi


- Obati dengan pengobatan yang sesuai untuk infeksi lokal
- Bila terjadi abses (dengan atau tanpa ekspulsi kapsul) cabut kedua batang
implan

Kunci keberhasilan pemasangan


- Untuk tempat pemasangan batang implan, pilihlah lengan klien yang jarang
digunakan.
- Gunakan cara pencegahan infeksi yang dianjurkan.
- Insisi untuk pemasangan harus kecil, hanya sekedar menembus kulit.
Gunakan skalpel atau trokar tajam untuk membuat insisi.
- Pastikan batang implan tersebut dipasang paling sedikit 8 cm (3 inci) di atas
lipat siku, di daerah medial lengan.
- Memasukkan trokar dengan pendorong di dalamnya melalui luka insisi
dengan sudut yang kecil, tepat di bawah kulit. Jangan memasukkan trokar
dengan paksa.
- Trokar harus terlihat mengangkat kulit selama memasukkannya untuk
memastikan pemasangan tepat di bawah kulit.
- Pastikan batang implan pertama benar-benar keluar dari trokar sebelum
batang implan yang kedua dipasang (untuk mencegah kerusakan batang
implan pertama, pegang batang implan tersebut dengan jari tengah dan
masukkan trokar pelan-pelan di sepanjang tepi jari tersebut).
- Setelah selesai memasang, bila sebuah ujung batang implan menonjol keluar
atau terlalu dekat dengan luka insisi, harus dicabut dengan hati-hati dan
dipasang kembali dalam posisi yang tepat (sekitar 5 mm dari luka insisi).
- Jangan mencabut ujung trokar dari tempat insisi sebelum kedua batang
implan dipasang dan diperiksa posisinya. Hal ini untuk memastikan bahwa
kedua batang implan dipasang dengan posisi yang benar dan pada bidang
yang sama di bawah kulit.
- Kedua batang implan harus membentuk sudut sekitar 15 °.
- Gambar tempat batang implan tersebut pada rekam medik dan buat catatan
bila ada kejadian tidak umum yang mungkin terjadi selama pemasangan

b. Pencabutan
Teknik Pencabutan
1. Teknik standar untuk pencabutan implan Norplant® (generasi pertama implan
yang tidak diproduksi lagi) telah dipublikasikan pada tahun 1990 oleh The
Population Council juga oleh WHO.
2. Teknik "pop out" diperkenalkan oleh Darney dan kawan-kawan pada tahun
1992 untuk mencabut kapsul implan Norplant® yang lebih keras, kurang
praktis untuk mencabut batang implan Jadena™ yang lebih lunak dan lebih
lentur
3. Teknik U diperkenalkan oleh Untung Praptohardjo dan Wibowo pada tahun
1993, melaporkan metode baru untuk pencabutan implan Norplant®

184
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

Peralatan yang diperlukan untuk setiap pencabutan implan:


- Meja periksa untuk tempat tidur klien
- Penyangga lengan atau meja samping
- Sabun untuk mencuci lengan
- Spidol
- Kain penutup operasi steril, bersih, dan kering
- Tiga mangkok steril atau DTT (satu untuk larutan antiseptik, satu tempat air
mendidih atau steril yang berisi kapas bulat untuk membersihkan bedak pada
sarung tangan dan satu lagi berisi larutan klorin 0,5% untuk dekontaminasi
batang implan yang telah dicabut)
- Sepasang sarung tangan steril/DTT
- Larutan antiseptik
- Anestesi lokal (konsentrasi 1% tanpa epinefrin)
- Tabung suntik (3 cc) dan jarum suntik dengan panjang 2,5 - 4 cm (nomor 22):
1 buah
- Skalpel (pisau bedah) nomor 11
- Klem pemegang batang implan (gambar 2)
- Klem lengkung dan lurus (mosquito dan Crile)
- Band aid atau plester
- Kasa steril
- Kasa pembalut epinefrin untuk syok anafilaktik (harus selalu tersedia untuk
keadaan darurat)

Catatan:
Untuk teknik standar diperlukan 2 klem (mosquito atau crile) baik yang lengkung
ataupun lurus.

Menyuntikkan Obat Anestesi


Isi alat suntik dengan 3 ml obat anestesi (1% tanpa epinefrin). Masukkan jarum tepat
di bawah kulit pada tempat insisi akan dibuat. Suntikkan sedikit obat anestesi untuk
membuat gelembung kecil di bawah kulit.

Masukkan jarum secara hati-hati di bawah ujung batang implan pertama sampai
lebih kurang sepertiga panjang batang (1 cm). Lakukan aspirasi untuk memastikan
jarum tidak masuk ke dalam pembuluh darah. Tarik jarum pelan-pelan sambil
menyuntikkan obat anestesi (kira-kira 0,5 ml) untuk mengangkat ujung batang
implan.

Ingat: Menyuntikkan obat anestesi lokal di bawah ujung dari batang implan sangat
menentukan kemudahan dan kecepatan proses pencabutan.

185
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

Tanpa mencabut jarum, geser ujung jarum dan masukkan ke bawah batang implan
berikutnya. Ulangi proses ini sampai seluruh ujung kedua batang implan terangkat.
Jangan menyuntikkan obat anestesi di atas batang implan karena akan membuat
jaringan menjadi edema sehingga batang implan sulit diraba. Bila perlu dapat
ditambahkan lagi anestesi, selama berlangsungnya proses pencabutan. Sebelum
memulai, sentuh tempat insisi dengan ujung jarum atau skalpel untuk memastikan
obat anestesi telah bekerja.

Langkah Pencabutan

1. Teknik Standar
Langkah 1.
Tentukan lokasi insisi yang mempunyai jarak sama dari ujung bawah semua batang
implan (dekat siku), kira-kira 5 mm dari ujung bawah batang implan bila jarak
tersebut sama maka insisi dibuat pada tempat insisi waktu pemasangan. Sebelum
menentukan lokasi, pastikan tidak ada ujung batang implan yang berada di bawah
insisi lama (hal ini untuk mencegah terpotongnya batang implan saat melakukan
insisi).

Langkah 2.
Pada lokasi yang sudah dipilih, buat insisi melintang (transversal) yang kecil kurang
lebih 4 mm dengan menggunakan skalpel. Jangan membuat insisi yang besar.

Langkah 3.
Mulai dengan mencabut batang implan yang mudah diraba dari luar atau yang
terdekat tempat insisi.

Langkah 4.
Dorong ujung batang implan ke arah insisi dengan jari tangan sampai ujung batang
implan tampak pada luka insisi. Saat ujung batang implan tampak pada luka insisi,
masukkan klem lengkung (mosquito atau Crile) dengan lengkungan jepitan
mengarah ke atas, kemudian jepit ujung batang implan dengan klem tersebut.

186
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Catatan: Bila batang implan sulit digerakkan ke arah insisi, hal ini mungkin karena
jaringan fibrosa yang mengelilingi batang implan (Lihat: langkah 4A dan 4B
mengenai cara memotong jaringan parut tersebut).

Langkah 4a.
Masukkan klem lengkung melalui luka insisi dengan lengkungan jepitan mengarah
ke kulit, teruskan sampai berada di bawah ujung batang implan dekat siku. Buka
dan tutup jepitan klem untuk memotong secara tumpul jaringan parut yang
mengelilingi ujung batang implan. Ulangi sampai ujung kedua batang implan
seluruhnya bebas dari jaringan parut yang mengelilinginya (mudah digerakkan).

Langkah 4b.
Dorong ujung batang implan pertama sedekat mungkin pada luka insisi. Sambil
menekan (fiksasi) batang implan dengan jari telunjuk dan jari tengah, masukkan lagi
klem lengkung (lengkungan jepitan mengarah ke kulit), sampai berada di bawah
ujung batang implan, jepit batang di dekat ujungnya (5 sampai 10 mm) dan secara
hati-hati tarik keluar melalui luka insisi.

Langkah 5.
Bersihkan dan buka jaringan ikat yang mengelilingi batang implan dengan cara
menggosok-gosok pakai kasa steril untuk memaparkan ujung bawah batang implan.

Cara lain, bila jaringan ikat tidak bisa dibuka dengan cara menggosok-gosok pakai
kasa steril, dapat dengan menggunakan skalpel secara hati-hati. Untuk mencegah
terpotongnya batang implan, gunakan sisi yang tidak tajam dari skalpel waktu
membersihkan jaringan ikat yang mengelilingi batang implan.

Langkah 6.
Jepit batang implan yang sudah terpapar dengan menggunakan klem kedua.
Lepaskan klem pertama dan cabut batang implan secara pelan dan hati-hati dengan

187
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
klem kedua. Batang implan akan mudah dicabut karena jaringan ikat yang
mengelilinginya tidak melekat pada karet silikon. Bila batang implan sulit dicabut,
pisahkan secara hati-hati sisa jaringan ikat yang melekat pada batang implan
menggunakan kassa atau skalpel.

Langkah 7.
Pilih batang implan berikutnya. Gunakan teknik yang sama (Langkah 4 sampai 6)
untuk mencabut batang implan berikutnya.

Batang yang sulit dicabut


Langkah 1.
Raba kedua ujung batang implan dengan jari telunjuk dan jari tengah. Letakkan jari
tengah pada ujung batang implan yang dekat bahu dan jari telunjuk pada ujung
batang implan yang dekat siku, kemudian dorong batang implan sedekat mungkin
ke arah insisi.

Langkah 2.
Masukkan klem lengkung ke dalam luka insisi sampai ujung jepitan klem berada di
bawah batang implan dengan kedua jari tetap menekan ujung-ujung batang implan
untuk memfiksasi.

Langkah 3.
Jepit batang implan dari bawah dengan klem lengkung.

Langkah 4.
Jangan mencoba untuk menarik batang implan keluar karena ujung klem yang
sekarang masuk kedalam luka insisi kurang lebih 1 sampai 2 cm. Dorong ujung
batang implan ke arah insisi, balikkan (flip) pegangan klem 180° ke arah bahu klien
dan kemudian pegang klem dengan tangan yang berlawanan.

Catatan: Bila setelah klem dibalikkan, batang implan belum terlihat (Langkah 4)
putar (twist) klem 180° ke arah sumbu utamanya. Tarik klem hati-hati sehingga ujung
batang implan terlihat pada luka insisi dari sisi yang berlawanan dengan klem.

188
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

Langkah 5.
Bersihkan dan buka jaringan ikat yang mengelilingi batang implan dengan
menggosok-gosok pakai kasa steril untuk memaparkan ujung batang implan. Cara
lain bila jaringan ikat tidak bisa dibuka dengan menggosok-gosok pakai kasa steril,
dapat menggunakan skalpel.

Langkah 6.
Setelah jaringan ikat yang mengelilingi batang implan terbuka, gunakan klem kedua
untuk menjepit batang implan yang sudah terpapar. Lepaskan klem pertama dan
cabut batang implan dengan klem kedua.

Langkah 7.
Tutup luka insisi dengan hansaplast/band aid atau plester. Biasanya diperlukan
pemakaian bebat tekan karena metoda ini menyebabkan trauma pada jaringan ikat
bila menggunakan skalpel.

2. Teknik Pop Out


Langkah 1.
Raba ujung batang implan di daerah dekat siku, dorong ujung bagian atas batang
implan (dekat bahu klien) dengan menggunakan jari. Pada saat ujung bagian bawah
batang implan (dekat siku) tampak jelas di bawah kulit, buat insisi kecil (2 - 3 mm)
di atas ujung batang implan dengan menggunakan skalpel.

Langkah 2.
Melakukan penekanan dengan menggunakan ibu jari dan jari tangan lainnya pada
ujung bagian bawah batang implan untuk membuat ujung batang implan tersebut
tepat berada di bawah tempat insisi.

Langkah 3.

189
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Masukkan ujung tajam skalpel ke dalam luka insisi sampai terasa menyentuh ujung
batang implan. Bila perlu, potong jaringan ikat yang mengelilingi ujung batang
implan sambil tetap memegang batang implan dengan ibu jari dan jari telunjuk.

Langkah 4.
Tekan jaringan ikat yang sudah dipotong tadi dengan ke dua ibu jari sehingga ujung
bawah batang implan terpapar keluar.

Langkah 5.
Tekan sedikit ujung atas batang implan (dekat bahu) sehingga batang implan
muncul (pop out) pada luka insisi dan dengan mudah dapat dipegang dan dicabut.
Setelah batang implan pertama berhasil dicabut, batang implan berikutnya akan
muncul dengan menggunakan teknik yang sama

Langkah 6.
Luka insisi ditutup dengan band aid/plaster dan kasa steril. Pembalut tekan
biasanya tidak diperlukan karena teknik pop out ini tidak menyebabkan atau hanya
sedikit merusak jaringan (subkutan) ditempat pencabutan.

3. Teknik U

Langkah 1.
Raba kedua batang implan untuk menentukan lokasinya. Untuk menentukan tempat
insisi, raba (tanpa sarung tangan) ujung batang implan dekat lipatan siku. Untuk
190
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
memudahkan meraba batang implan, basahkan sedikit ujung jari dengan air sabun
atau larutan antiseptik. Dengan cara ini dapat menghilangkan gesekan antara ujung
jari klinisi dengan kulit klien sehingga batang implan lebih mudah diraba.

Langkah 2.
Buat tanda pada kedua ujung setiap batang implan dengan menggunakan spidol
untuk memastikan posisi dari setiap batang implan. Bila akan memakai antiseptik
yang mengandung alkohol untuk mempersiapkan tempat insisi harus menggunakan
spidol permanen.

Langkah 3.
Usap tempat pencabutan dengan kasa berantiseptik sebanyak 2 kali. Gunakan
klem steril atau DTT untuk memegang kasa tersebut. Bila memegang kasa
berantiseptik hanya dengan tangan, hati-hati jangan sampai mengkontaminasi
sarung tangan dengan menyentuh kulit yang tidak steril. Mulai mengusap dari
tempat yang akan dilakukan insisi ke arah luar dengan gerakan melingkar sekitar 8
- 13 cm. Bila memakai Iodoform biarkan kering selama 2 menit sebelum memulai
tindakan. Hapus antiseptik yang berlebihan hanya bila tanda yang sudah dibuat
tidak terlihat.

Langkah 4.
Bila ada, gunakan kain (doek) lubang steril untuk menutupi lengan. Lubang tersebut
harus cukup lebar untuk memaparkan lokasi batang implan. Dapat juga dengan
menutupi lengan di bawah tempat batang implan dipasang dengan menggunakan
kain steril (Pilihan lain adalah menggunakan kain yang telah didekontaminasi, dicuci
dan dikeringkan di udara atau dengan mesin pengering).

Langkah 5.
Raba sekali lagi kedua batang implan untuk menentukan lokasinya

Langkah 6.
Isi alat suntik dengan 1 ml obat anestesi (1% tanpa epinefrin). Masukkan jarum tepat
di bawah kulit pada tempat insisi akan dibuat di antara kedua batang implan kurang
lebih 5 mm dari ujung yang dekat lipatan siku. Suntikkan sedikit obat anestesi untuk
membuat gelembung kecil di bawah kulit. Masukkan jarum lebih dalam secara hati-
hati kurang lebih 1 cm di bawah ujung batang implan. Lakukan aspirasi untuk
memastikan jarum tidak masuk ke dalam pembuluh darah. Suntikan 1 ml obat
anestesi di bawah batang implan sambil menarik jarum pelan-pelan. Letakkan alat

191
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
suntik di tempat yang aman untuk mencegah kecelakaan tertusuk jarum. Tekan
daerah tempat penyuntikan untuk menyebarkan anestesi ke sekitarnya sehingga
aktivitasnya meningkat.

Langkah 7.
Tentukan lokasi insisi pada kulit di antara batang implan kurang lebih 5 mm dari
ujung batang implan dekat siku. Klinisi yang sudah berpengalaman membuat insisi
pada bekas luka insisi waktu pemasangan.

Langkah 8.
Buat insisi kecil (4 mm) memanjang (vertikal) sejajar di antara sumbu panjang
batang implan dengan menggunakan skalpel.

Langkah 9.
Masukkan ujung klem U secara hati-hati melalui luka insisi dengan sudut yang tepat
ke sumbu panjang batang implan yang terdekat.

Langkah 10.
Fiksasi batang implan yang letaknya paling dekat luka insisi dengan jari telunjuk
sejajar panjang batang implan.

Langkah 11.
Masukkan klem lebih dalam sampai ujungnya menyentuh batang implan. Buka klem
dan pegang batang implan dengan sudut yang tepat pada sumbu panjangnya
kurang lebih 5 mm di atas ujung bawah batang implan.

192
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

Pastikan klem telah mengelilingi seluruh batang implan. Bila klem menjepit, batang
implan akan mudah patah. Setelah batang implan terpegang, tarik ke arah insisi.
Bila tidak bisa ditarik, balikkan pegangan klem 180° ke arah bahu klien untuk
memaparkan batang implan.

Langkah 12.
Bersihkan batang implan dari jaringan ikat yang mengelilinginya dengan
menggosok-gosok menggunakan kasa steril untuk memaparkan batang implan
sehingga mudah dicabut.

Langkah 13.
Gunakan klem lengkung (mosquito atau Crile) untuk menjepit kapsul yang sudah
terpapar. Lepaskan klem U dan cabut batang implan dengan pelan-pelan dan hati-
hati. Taruh batang implan yang telah dicabut dalam mangkuk kecil yang berisi klorin
0,5% untuk dekontaminasi sebelum dibuang. Batang implan akan keluar dengan
mudah karena jaringan ikat tidak melekat pada batang implan. Bila batang implan
tidak bisa keluar dengan mudah, bersihkan kembali jaringan ikat yang
mengelilinginya dengan menggosok-gosok pakai kasa atau sisi yang tidak tajam
dari skalpel.

Langkah 14.
Cabut batang implan berikutnya dengan menggunakan teknik yang sama.
Tunjukkan kedua batang implan tersebut kepada klien. Hal ini sangat penting untuk
meyakinkan klien karena bekas tempat batang implan (berbentuk lorong dari
jaringan ikat) masih akan terasa sampai beberapa bulan sehingga klien merasa
batang implan masih berada didalam lengannya.

193
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

VIII. REFERENSI
1. Rekomendasi Praktik Terpilih pada Penggunaan Kontrasepsi, edisi ketiga 2016
2. Panduan Global Keluarga Berencana
3. Pedoman pelayanan KB
4. Rev Permenkes 97 tahun 2014
5. Kriteria Kelayakan Medis Untuk Penggunaan Panduan pelayanan KB pada kondisi
krisis Kesehatan
6. Pelayanan Keluarga Berencana Pasca Persalinan di Fasilitas Kesehatan.
Kementerian Kesehatan RI. 2014

IX. LAMPIRAN
1. Daftar tilik pemasanga AKDR
2. Daftar tilik pemasanga AKDR Pasca Plasenta
3. Daftar tilik pencabutan AKDR
4. Daftar tilik pemasangan implant 1 batang
5. Daftar tilik pemasangan implant 2 batang
6. Daftar tilik pencabutan implan
7. Daftar tilik pelayanan kontrasepsi kondom

194
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Materi Pelatihan Inti 1 dan 3
Konseling KB dan Pelayanan Kontrasepsi

DAFTAR TILIK
PELAYANAN KONTRASEPSI PEMASANGAN AKDR

Nama Peserta : …………………………………………..


Tanggal : …………………………………………..

KEGIATAN YA TDK KET


KONSELING PRA PEMASANGAN AKDR Cu T 380A

1. Sapa klien dengan ramah dan hangat

2. Tanyakan tujuan pemakaian alat kontrasepsi


3. Bila belum dilakukan konseling AKDR, berikan
konseling sebelum dilakukan pemasangan
4. Pastikan bahwa klien memang memilih AKDR dengan
meminta klien menandatangani informed consent
5. Periksa kembali rekam medik untuk menentukan
bahwa klien memang cocok untuk memakai AKDR
6. Nilai pengetahuan klien tentang efek samping yang
umum pada AKDR
7. Dengarkan kebutuhan dan kekhawatiran klien
terhadap AKDR
8. Jelaskan proses pemasangan AKDR dan apa yang
akan klien rasakan pada saat proses pemasangan
dan setelah pemasangan
PEMASANGAN AKDR Cu T 380A
9. Baca kembali catatan riwayat kesehatan
reproduksinya
10. Tanyakan pada klien apakah sudah mengosongkan
kandung kencingnya
11. Jelaskan apa yang akan dilakukan dan persilahkan
klien untuk mengajukan pertanyaan
12. Cuci tangan dengan air dan sabun, keringkan dengan
kain bersih
13. Palpasi daerah perut dan periksa apakah ada nyeri,
tumor atau kelainan lainnya di daerah suprapubik
14. Pakai sarung tangan baru (sekali pakai) atau sarung
tangan (pakai ulang) yang steril atau DTT
15. Atur peralatan dan bahan-bahan yang akan dipakai
dalam tempat (kontainer) steril atau DTT
16. Lakukan pemeriksaan spekulum
17. Ambil cairan dari vagina dan serviks bila ada indikasi

195
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
18. Keluarkan spekulum dan letakkan kembali pada
tempat semula
19. Lakukan pemeriksaan bimanual
20. Lakukan pemeriksaan rektovaginal bila ada indikasi
21. Buka sarung tangan sekali pakai dan buang atau
rendam dalam larutan enzimatik/deterjen untuk
sarung tangan pakai ulang
22. Lakukan pemeriksaan mikroskopik bila ada indikasi
23. Cuci tangan dengan sabun dan air, keringkan dengan
kain bersih
24. Masukkan lengan AKDR dalam kemasan sterilnya
25. Pakai kembali sarung tangan yang baru
26. Pasang spekulum vagina untuk melihat serviks
27. Usap vagina dan serviks dengan larutan antiseptik 2
sampai 3 kali
28. Jepit serviks dengan tenakulum secara hati-hati
29. Masukkan sonde uterus dengan teknik tanpa sentuh
(no touch) untuk mengukur kedalaman serviks
30. Geser leher biru pada tabung inserter sesuai dengan
hasil pengukuran kedalaman uterus
31. Pasang AKDR dengan menggunakan teknik menarik
(withdrawal)
32. Gunting benang AKDR, keluarkan tenakulum dan
spekulum dengan hati- hati
33. Rendam seluruh alat-alat yang sudah dipakai dalam
larutan enzimatik/deterjen selama 10 menit untuk
dekontaminasi
34. Buang bahan-bahan yang sudah tidak dipakai lagi ke
tempat yang sudah disediakan
35. Buka sarung tangan sekali pakai dan buang atau
rendam dalam larutan enzimatik/deterjen untuk
sarung tangan pakai ulang
36. Cuci tangan dengan air dan sabun

KONSELING PASCA PEMASANGAN


37. Ajarkan klien cara memeriksa benang AKDR sendiri
38. Diskusikan apa yang harus dilakukan bila klien
mengalami efek samping
39. Yakinkan bahwa klien dapat mencabut kembali AKDR
setiap saat
40. Lakukan pengamatan selama 15 menit sebelum
memperbolehkan klien pulang
41. Lengkapi rekam medik

196
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
TOTAL

Komentar:
________________________________________________________________________
________________________________________________________________________
____________

197
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Materi Pelatihan Inti 1 dan 3
Konseling KB dan Pelayanan Kontrasepsi

DAFTAR TILIK PRAKTIK LAPANGAN


PEMASANGAN AKDR PASCA PLASENTA
(DENGAN FORSEP KELLY)

Nama Peserta : …………………………………………..


Tanggal : …………………………………………..

TD
KEGIATAN YA KET
K
Insersi (Alat) AKDR Pasca Plasenta
1. Jelaskan kepada klien apa yang akan dilakukan

2. Gunakan sarung tangan steril

3. Pasang doek

4. Usap vulva dengan kapas DTT

5. Gunakan spekulum sims untuk menampakkan serviks.

6. Usap vagina dan serviks dengan larutan antiseptik 2


sampai 3 kali.

7. Jepit bibir depan serviks dengan klem ovum.

8. Buka pembungkus AKDR hingga 1/3

9. AKDR dilepas dari inserternya, dengan tetap berada di


dalam pembungkusnya

10. Jepit AKDR dengan klem Kelly panjang, letakkan AKDR


di ujung klem Kelly

11. Dengan satu tangan memegang klem ovum di serviks


angkat dan tarik dengan halus klem tersebut ke depan
dengan sudut 45°.

12. Masukkan AKDR yang sudah dipegang klem Kelly


panjang melalui introitus, usahakan tidak menyentuh
dinding vagina dan ikuti alur lengan klem sampai
melewati ostium uteri eksternum.

13. Setelah memasuki kavum uteri, lepaskan klem ovum


penjepit porsio dan spekulum, arahkan AKDR ke fundus
uteri.

14. Letakkan tangan operator kontralateral di daerah fundus


dan lakukan dorongan pada korpus uteri ke arah dorsal.

15. Dorong terus klem Kelly panjang hingga mencapai


fundus

198
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

16. Tangan kontralateral memastikan bahwa ujung klem


Kelly panjang telah berada di fundus

17. Miringkan klem Kelly panjang sekitar 45°. Buka dan


geser ujung klem ke arah lateral korpus untuk
melepaskan AKDR di fundus uteri.

18. Keluarkan klem Kelly panjang dari rongga uterus secara


perlahan dengan keadaan tetap terbuka menyelusuri
dinding samping uterus, sambil tangan kontralateral
menahan korpus ke arah dorso kranial.

19. Stabilisasi uterus dengan menekan fundus selama


10-20 detik pada saat klem Kelly panjang
dikeluarkan perlahan

20. Pasang kembali spekulum sims, pastikan benang AKDR


tidak terlihat sama sekali

21. Pastikan tidak terjadi perdarahan baru dan apabila


tampak AKDR pada ostium uteri eksternum maka
keluarkan AKDR tersebut dan lakukan pemasangan
ulang.

22. Kumpulkan peralatan dan bahan bekas pakai ke dalam


larutan enzimatik/deterjen.
TOTAL

Komentar:
________________________________________________________________________
________________________________________________________________________
____________

199
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Materi Pelatihan Inti 1 dan 3
Konseling KB dan Pelayanan Kontrasepsi

DAFTAR TILIK
PEMASANGAN AKDR PASCA PLASENTA
(DENGAN ALAT INSERTER)
Nama Peserta : …………………………………………..
Tanggal : …………………………………………..

TD
KEGIATAN YA KET
K
Insersi (Alat) AKDR Pasca Plasenta
1. Jelaskan kepada klien apa yang akan dilakukan

2. Gunakan sarung tangan steril

3. Pasang doek steril

4. Usap vulva dengan kapas DTT

5. Gunakan spekulum sims untuk menampakkan serviks

6. Usap vagina dan serviks dengan larutan antiseptik 2


sampai 3 kali

7. Jepit bibir depan serviks dengan klem ovum

8. Buka pembungkus AKDR hingga 1/3

9. AKDR dilepas dari inserternya, dengan tetap berada di


dalam pembungkusnya

10. Pasang spekulum vagina dan jepit porsio dengan ringed


forcep.

11. Pasang AKDR

12. Lepas ringed forcep

13. Tekan fundus uteri dan dorong inserter ke arah fundus


seperti terasa tahanan

14. Tarik inserter

15. Petugas mengeluarkan klem dengan perlahan sambil


menjaga uterus tetap stabil dan meletakkan klem ovum
atau klem kelly pada meja instrumen

16. Petugas memasang ulang speculum kemudian


memeriksa serviks untuk melihat ada bagian dari AKDR
atau benang keluar dari serviks

17. Pastikan tidak terjadi perdarahan baru dan apabila


tampak atau teraba AKDR pada ostium uteri eksternum

200
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

maka keluarkan AKDR tersebut dan lakukan


pemasangan ulang

18. Kumpulkan peralatan dan bahan bekas


pakai kemudian masukkan ke dalam larutan
enzimatik/deterjen
TOTAL
Komentar:
________________________________________________________________________
______
________________________________________________________________________
______

201
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Materi Pelatihan Inti 1 dan 3
Konseling KB dan Pelayanan Kontrasepsi

DAFTAR TILIK PRAKTIK LAPANGAN


PENCABUTAN AKDR

Nama Peserta : …………………………………………..


Tanggal : …………………………………………..

YA TD KET
KEGIATAN
K
PENCABUTAN AKDR COPPER T 380A
KONSELING PRA PENCABUTAN
1. Sapa klien dengan ramah dan hangat
2. Tanyakan alasannya ingin mencabut dan jawab semua
pertanyaannya
3. Tanyakan apakah klien akan menggunakan kontrasepsi lain
4. Jelaskan proses pencabutan AKDR dan apa yang akan klien
rasakan pada saat dan setelah pencabutan
5. Pastikan bahwa klien memang ingin mencabut AKDR dengan
meminta klien menandatangani informed consent
PENCABUTAN AKDR COPPER T 380A
6. Pastikan klien sudah mengosongkan kandung kencing dan
membersihkan area genitalia dengan air bersih dan sabun
7. Cuci tangan dengan air dan sabun, keringkan dengan kain bersih
8. Pakai sarung tangan baru atau sarung tangan pakai ulang yang
steril/DTT
9. Lakukan pemeriksaan bimanual
10. Pasang spekulum vagina untuk melihat serviks
11. Usap vagina dan serviks dengan larutan antiseptik 2 sampai 3 kali
12. Jepit benang yang dekat serviks dengan klem dan tarik keluar
benang dengan hati-hati untuk mengeluarkan AKDR
13. Tunjukkan AKDR yang sudah diambil kepada klien
14. Rendam seluruh alat-alat yang sudah dipakai dalam larutan
enzimatik/deterjen
15. Buang bahan-bahan yang sudah tidak dipakai lagi
16. Rendam sarung tangan dalam larutan enzimatik/deterjen
17. Cuci tangan dengan air dan sabun
KONSELING PASCA PENCABUTAN
18. Diskusikan apa yang harus dilakukan bila klien mengalami efek
samping
19. Lakukan konseling untuk metode kontrasepsi yang lain bila klien
ingin mengganti dengan yang baru
20. Bantu klien untuk menentukan alat kontrasepsi yang baru atau beri
alat kontrasepsi sementara sampai klien dapat memutuskan alat
kontrasepsi baru yang akan dipakai (jika diperlukan)
21. Lengkapi rekam medik
TOTAL

202
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Komentar:
________________________________________________________________________
________________________________________________________________________
____________

203
KERANGKA ACUAN PELATIHAN METODE BLENDED
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Materi Pelatihan Inti 1 dan 3
Konseling KB dan Pelayanan Kontrasepsi

DAFTAR TILIK PRAKTIK LAPANGAN


PEMASANGAN IMPLAN 1 BATANG

Nama Peserta : …………………………………………..


Tanggal : …………………………………………..

KEGIATAN YA TD KET
K
KONSELING PRA PEMASANGAN
1. Sapa klien dengan penuh hormat dan ramah
2. Tanyakan tujuan pemakaian alat kontrasepsi dan
kebutuhannya untuk mencegah infeksi traktus genitalis dan
penyakit menular seksual lainnya
3. Bila belum dilakukan konseling implan, berikan konseling
sebelum dilakukan pemasangan
4. Pastikan bahwa klien memang memilih implan
5. Periksa kembali rekam medis untuk menentukan bahwa
klien memang cocok untuk memakai implan
6. Lakukan pemeriksaan fisik lanjutan atau rujuk bila ada
indikasi
7. Nilai pengetahuan klien tentang efek samping yang umum
pada implan
8. Dengarkan kebutuhan dan kekhawatiran klien terhadap
implan
9. Jelaskan proses pemasangan implan dan apa yang akan
klien rasakan pada saat proses pemasangan dan setelah
pemasangan
PEMASANGAN IMPLAN
Persiapan
10. Jelaskan apa yang akan dilakukan dan minta klien
mengajukan pertanyaan
11. Periksa kembali untuk memastikan bahwa klien telah
mencuci dan membilas lengannya
12. Tanyakan apakah klien alergi terhadap cairan antiseptik
atau obat anestesi lokal
13. Letakkan kain yang bersih dan kering di bawah lengan
klien dan atur posisi lengan klien dengan benar
14. Gunakan kartu pola (template) untuk membuat tanda pada
tempat pemasangan kedua batang implan (harus
membentuk sudut 150)
15. Pastikan bahwa peralatan yang steril atau DTT sudah
tersedia

204
KERANGKA ACUAN PELATIHAN METODE BLENDED
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
TINDAKAN PRA PEMASANGAN
16. Cuci tangan dengan air dan sabun, keringkan dengan kain
bersih
17. Pakai sarung tangan steril atau DTT (bila sarung tangan
diberi bedak, hapus bedak dengan menggunakan kasa
yang telah dicelupkan ke dalam air steril atau DTT)
18. Usap tempat pemasangan dengan larutan antiseptik
19. Pasang kain penutup (doek) steril atau DTT di sekeliling
lengan klien
20. Suntikan sedikit anestesi lokal (1% tanpa epinephrine)
tepat di bawah kulit sampai kulit sedikit menggelembung
21. Teruskan penusukan jarum ke lapisan di bawah kulit
kurang lebih 5 cm, dan suntikan 1 cc sambil menarik jarum
pelan-pelan di antara kedua batang implan yang akan
dipasang
22. Periksa efek obat anestesinya sebelum melakukan insisi
PEMASANGAN
LANGKAH BERIKUTNYA MEMILIH SALAH SATU METODE A ATAU B TERGANTUNG
JENIS ALAT YANG DIPAKAI
23A. IMPLANON
1) Regangkan kulit tempat insersi dengan ibu jari dan jari
telunjuk. Tusukkan ujung jarum dengan membuat sudut
30º. Kemudian lepaskan kulit.
2) Arahkan aplikator mendatar. Angkat kulit dengan ujung
jarum, tetapi tetap jaga jarum berada di subdermal.
Sewaktu mengangkat kulit masukkan jarum keseluruhan
tanpa dipaksa (menjaga tetap di subdermal). Pertahankan
aplikator sejajar kulit.
3) Lepas pengaman obturator. Kemudian putar obturator 90º.
4) Sejajarkan obturator dengan lengan atas menggunakan 1
tangan, tangan lainnya menarik perlahan jarum keluar dari
lengan. Jangan mendorong obturator.
5) Periksa jarum dan pastikan implan tidak ada lagi. Setelah
jarum dicabut, ujung obturator yang berlekuk akan terlihat.
Selalu pastikan untuk meraba implanon dan mintalah
pasien untuk merabanya juga.
23B. IMPLANON NXT
1) Tusuk kulit dengan aplikator pada sudut 30 °. Masukkan
hanya bagian miring dari jarum. Turunkan aplikator ke
posisi horizontal. Angkat kulit dengan ujung jarum, tusuk
jarum hingga seluruh panjang jarum, aplikator dalam
posisi yang sama dengan jarum yang sudah masuk
seluruhnya.

205
KERANGKA ACUAN PELATIHAN METODE BLENDED
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
2) Buka penggeser ungu dengan mendorongnya sedikit ke
bawah. Geser penggeser ungu sepenuhnya ke belakang
sampai berhenti, biarkan implan pada posisi terakhirnya
dan kunci jarum di dalam badan aplikator.
3) Lepaskan aplikator dengan hati-hati dan biarkan implan
tetap di tempatnya.

TINDAKAN PASCA PEMASANGAN


24. Ambil kain yang berada di bawah lengan klien dan
bersihkan lengan klien dengan alkohol
25. Dekatkan ujung-ujung luka insisi dan tutup dengan band-
aid atau kasa steril dan plester
26. Pasang pembalut tekan pada tempat pemasangan
27. Buang peralatan yang sudah tidak dipakai lagi ke kotak
sampah yang tahan bocor
28. Cuci tangan dan keringkan
29. Lengkapi rekam medik dan gambar posisi batang implan
KONSELING PASCA PEMASANGAN
30. Beri petunjuk pada klien cara merawat luka dan kapan
kembali ke klinik
31. Jelaskan pada klien apa yang harus dilakukan bila
mengalami efek samping atau masalah setelah
pemasangan implan
32. Minta klien untuk mengulangi kembali penjelasan yang
telah diberikan dan jawab semua pertanyaan klien
33. Yakinkan pada klien bahwa ia dapat datang ke klinik setiap
saat bila menginginkan mencabut kembali implan tersebut
34. Lakukan observasi selama 15 menit sebelum
memperbolehkan klien pulang
TOTAL

Komentar:
________________________________________________________________________
________________________________________________________________________
____________

206
KERANGKA ACUAN PELATIHAN METODE BLENDED
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Materi Pelatihan Inti 1 dan 3
Konseling KB dan Pelayanan Kontrasepsi

DAFTAR TILIK PRAKTIK LAPANGAN


PEMASANGAN IMPLAN 2 BATANG

Nama Peserta : …………………………………………..


Tanggal : …………………………………………..

KEGIATAN YA TDK KET


KONSELING PRA PEMASANGAN
1. Sapa klien dengan penuh hormat dan ramah
2. Tanyakan tujuan pemakaian alat kontrasepsi dan
kebutuhannya untuk mencegah infeksi traktus genitalis
dan penyakit menular seksual lainnya
3. Bila belum dilakukan konseling implan, berikan konseling
sebelum dilakukan pemasangan
4. Pastikan bahwa klien memang memilih implan
5. Periksa kembali rekam medis untuk menentukan bahwa
klien memang cocok untuk memakai implan
6. Lakukan pemeriksaan fisik lanjutan atau rujuk bila ada
indikasi
7. Nilai pengetahuan klien tentang efek samping yang umum
pada implan
8. Dengarkan kebutuhan dan kekhawatiran klien terhadap
implan
9. Jelaskan proses pemasangan implan dan apa yang akan
klien rasakan pada saat proses pemasangan dan setelah
pemasangan
PEMASANGAN IMPLAN
Persiapan
10. Jelaskan apa yang akan dilakukan dan minta klien
mengajukan pertanyaan
11. Periksa kembali untuk memastikan bahwa klien telah
mencuci dan membilas lengannya
12. Tanyakan apakah klien alergi terhadap cairan antiseptik
atau obat anestesi lokal
13. Letakkan kain yang bersih dan kering di bawah lengan
klien dan atur posisi lengan klien dengan benar
14. Gunakan kartu pola (template) untuk membuat tanda
pada tempat pemasangan kedua batang implan (harus
membentuk sudut 150)
15. Pastikan bahwa peralatan yang steril atau DTT sudah
tersedia
TINDAKAN PRA PEMASANGAN
16. Cuci tangan dengan air dan sabun, keringkan dengan
kain bersih
17. Pakai sarung tangan steril atau DTT (bila sarung
tangan diberi bedak, hapus bedak dengan
207
KERANGKA ACUAN PELATIHAN METODE BLENDED
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
menggunakan kasa yang telah dicelupkan ke dalam air
steril atau DTT)
18. Usap tempat pemasangan dengan larutan antiseptik
19. Pasang kain penutup (doek) steril atau DTT di sekeliling
lengan klien
20. Suntikan sedikit anestesi lokal (1% tanpa epinephrine)
tepat di bawah kulit sampai kulit sedikit menggelembung
21. Teruskan penusukan jarum ke lapisan di bawah kulit
kurang lebih 5 cm, dan suntikan 1 cc sambil menarik
jarum pelan-pelan di antara kedua batang implan yang
akan dipasang
22. Periksa efek obat anestesinya sebelum melakukan insisi
PEMASANGAN
23. Buat insisi dangkal selebar 2 mm dengan skalpel
(sebagai alternatif lain dapat dengan menusukkan trokar
langsung ke lapisan di bawah kulit/subdermal, tanpa
membuat insisi)
24. Masukkan trokar dan pendorongnya sampai batas tanda
I (pada pangkal trokar)
25. Masukkan trokar beserta pendorong di dalamnya secara
perlahan-lahan dan hati-hati ke arah tanda II dekat
pangkal
LANGKAH BERIKUTNYA MEMILIH SALAH SATU METODE A, B, C TERGANTUNG
JENIS TROKAR YANG DIPAKAI
26A. Menggunakan trokar yang diputar
1) Pendorong trokar diputar 180⁰ sampai tanda panah
menghadap ke bawah saat akan mengeluarkan implan
pertama
2) Trokar ditarik keluar dari kulit sampai batas I sambil
menahan pendorong trokar
3) Trokar digerakkan ke samping 15⁰
4) Trokar kembali dimasukkan ke kulit sampai batas II
5) Pendorong trokar diputar 180⁰ sampai tanda panah
menghadap ke atas
6) Sambil menahan pendorong, trokar ditarik sampai batas
I, Implan II masuk ke dalam kulit. Trokar langsung
dikeluarkan dari kulit.
26B. Menggunakan trokar yang dipatahkan
1) Masukkan trokar sampai batas bawah.
2) Tangan kanan menahan pendorong hingga batas
penahan sekaligus menarik trokar hingga batas atas.
Tangan kiri menahan implan agar tertinggal di bawah
kulit.
3) Pastikan implan sudah keluar dari trokar. Arahkan implan
ke sisi yg lain (pola V), masukkan tokar sampai batas
bawah
4) Patahkan batasan penahan pendorong.

208
KERANGKA ACUAN PELATIHAN METODE BLENDED
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
5) Tarik trokar hingga berbunyi “klik”. Tangan kanan
menarik trokar hingga keluar, tangan kiri menahan
implan.
26C. Menggunakan trokar yang diputar dan dipatahkan
1) Tusukkan trokar pada titik pertama yang dengan siku.
2) Posisikan trokar menghadap ke atas ke arah jam 12 dan
perhatikan tanda batasnya yang berwarna hitam.
3) Tusukan trokar, jungkitkan, kemudian dorong secara
perlahan.
4) Sesudah inserter masuk, arahkan ke satu titik menelusuri
bawah kulit untuk menjaga agar pemasangan implan
benar-benar tepat di bawah kulit, datar, dan dangkal
5) Masukkan pendorong yang ada sayap di tengahnya,
posisikan sayap berada di bawah (arah jam 6).
6) Tarik trokar secara perlahan. Sementara itu tahan
pendorong sampai sayap pada pendorong masuk tepat
pada belahan di pangkal trokar.
7) Tarik trokar sambil menahan implan yang sudah di
bawah kulit, tahan dengan jari tengah atau salah satu jari.
8) Tarik trokar sampai tanda batas (lingkaran warna hitam)
dekat ujung trokar, sampai implan pertama keluar dan
berada pada posisi yang benar di bawah kulit.
9) Pada titik yang sama saat pemasangan implan pertama,
arahkan trokar sesuai dengan titik gambar pola yang
sudah dibuat seperti huruf V, di mana kedua ujungnya
berjarak lebih kurang 1,5 cm.
10) Dorong trokar sampai batas (lingkaran warna hitam)
pada pangkal trokar.
11) Tahan dan putar pendorong ke kanan sampai sayap
pada pendorong patah dan terlepas.
12) Patahkan pegangan pendorong. Implan kedua
seluruhnya sudah terlepas dari trokar dan berada tepat
di bawah kulit.
TINDAKAN PASCA PEMASANGAN
27. Ambil kain yang berada di bawah lengan klien dan
bersihkan lengan klien dengan alkohol
28. Dekatkan ujung-ujung luka insisi dan tutup dengan band-
aid atau kasa steril dan plester
29. Pasang pembalut tekan pada tempat pemasangan
30. Buang peralatan yang sudah tidak dipakai lagi ke kotak
sampah yang tahan bocor
31. Cuci tangan dan keringkan
32. Lengkapi rekam medik dan gambar posisi batang implan
KONSELING PASCA PEMASANGAN
33. Beri petunjuk pada klien cara merawat luka dan kapan
kembali ke klinik
34. Jelaskan pada klien apa yang harus dilakukan bila
mengalami efek samping atau masalah setelah
pemasangan implan
209
KERANGKA ACUAN PELATIHAN METODE BLENDED
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
35. Minta klien untuk mengulangi kembali penjelasan yang
telah diberikan dan jawab semua pertanyaan klien
36. Yakinkan pada klien bahwa ia dapat datang ke klinik
setiap saat bila menginginkan mencabut kembali implan
tersebut
37. Lakukan observasi selama 15 menit sebelum
memperbolehkan klien pulang
TOTAL

Komentar:
________________________________________________________________________
________________________________________________________________________
____________

210
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

Materi Pelatihan Inti 1 dan 3


Konseling KB dan Pelayanan Kontrasepsi

DAFTAR TILIK PRAKTIK LAPANGAN


PENCABUTAN IMPLAN

Nama Peserta : …………………………………………..


Tanggal : …………………………………………..

KEGIATAN YA TD KET
K
KONSELING PRA PENCABUTAN
1. Sapa klien dengan penuh hormat dan ramah
2. Tanyakan apa alasannya ingin mencabut implan tersebut
dan jawab semua pertanyaannya
3. Tinjau kembali tujuan dari Keluarga Berencana selanjutnya
dan tanyakan apakah klien ingin memakai implan lagi
4. Jelaskan proses pencabutan implan dan apa yang akan
klien rasakan pada saat proses pencabutan dan setelah
pencabutan
PENCABUTAN BATANG IMPLAN
Persiapan
5. Jelaskan apa yang akan dilakukan dan minta klien
mengajukan pertanyaan
6. Tanyakan apakah klien alergi terhadap cairan antiseptik
atau obat anestesi lokal
7. Periksa kembali untuk memastikan bahwa klien telah
mencuci dan membilas lengannya
8. Atur posisi lengan klien dengan benar dan raba batang
implan untuk menentukan lokasi insisi
9. Pastikan bahwa peralatan yang steril atau DTT sudah
tersedia
TINDAKAN PRA PENCABUTAN
10. Cuci tangan dengan air dan sabun, keringkan dengan kain
bersih
11. Pakai sarung tangan steril atau DTT; bila sarung tangan
diberi bedak, hapus bedak dengan menggunakan kasa
yang telah dicelupkan ke dalam air steril atau DTT
12. Usap tempat pencabutan dengan larutan antiseptik
13. Pasang kain penutup (doek) steril atau DTT di sekeliling
lengan klien
14. Suntikkan sedikit obat anestesi lokal (1% tanpa epinefrin)
pada tempat insisi di bawah ujung dari batang implan
15. Periksa efek obat anestesinya sebelum melakukan insisi

LANGKAH BERIKUTNYA MEMILIH SALAH SATU METODE A ATAU B


TERGANTUNG JENIS TEKNIK YANG DIGUNAKAN
16A. PENCABUTAN: TEKNIK STANDAR

211
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

1) Buat insisi kecil (4 mm) di bawah ujung batang implan


2) Dorong ujung batang implan kearah luka insisi dan jepit
ujung batang implan dengan klem lengkung (mosquito atau
Crile)
3) Bersihkan batang implan dari jaringan ikat yang
mengelilinginya dengan menggunakan kasa steril (bila
perlu dengan skalpel)
4) Jepit batang implan yang sudah tampak tersebut dengan
klem kedua dan tarik keluar batang implan dengan pelan-
pelan, kemudian letakkan pada mangkuk yang sudah berisi
larutan enzimatik/deterjen.
5) Cabut batang implan lainnya (suntikkan obat anestesi lagi
bila klien merasa sakit).
16B. PENCABUTAN: TEKNIK “U”
1) Buat insisi kecil (4mm) dengan arah vertikal di antara kedua
batang implan sekitar 5 mm di atas ujung batang implan
yang dekat dengan siku
2) Jepit batang implan dengan sudut yang sesuai dan tarik
keluar sampai mencapai tempat insisi. (Bila perlu jatuhkan
pegangan klem 180°)
3) Bersihkan batang implan dari jaringan ikat yang
mengelilinginya dengan menggunakan kasa steril (bila
perlu dengan skalpel)
4) Jepit ujung batang implan yang sudah terlihat tersebut
dengan klem lengkung (Mosquito) dan tarik keluar
kemudian letakkan pada mangkuk yang sudah berisi
larutan enzimatik/deterjen
5) Cabut batang implan lainnya dengan teknik yang sama
6) Periksa apakah kedua batang implan sudah dicabut dan
tunjukkan pada klien

TINDAKAN PASCA PENCABUTAN


17. Tekan tempat insisi dengan kasa untuk menghentikan
perdarahan
18. Dekatkan ujung-ujung insisi dan tutup dengan band-aid

19. Pasang pembalut tekan pada tempat pencabutan


20. Buang peralatan yang sudah tidak dipakai lagi ke kotak
sampah yang tahan bocor
21. Cuci tangan dan keringkan
22. Lengkapi rekam medik dan gambar posisi batang implan

212
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

KONSELING PASCA PEMASANGAN


23. Beri petunjuk pada klien cara merawat luka dan kapan
kembali ke klinik

24. Jelaskan pada klien apa yang harus dilakukan bila


mengalami efek samping atau masalah setelah pencabutan
implan
25. Lakukan konseling alat kontrasepsi yang baru, bila klien
menginginkan

26. Bantu klien untuk menentukan alat kontrasepsi yang baru


atau berikan alat kontrasepsi sementara sampai klien dapat
memutuskan alat kontrasepsi baru yang akan dipakai
27. Lakukan observasi selama 15 menit sebelum
memperbolehkan klien pulang
TOTAL

Komentar:
___________________________________________________________________
___________________________________________________________________
______________________

213
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

Materi Pelatihan Inti 3


Pelayanan Kontrasepsi

DAFTAR TILIK
PELAYANAN KONTRASEPSI KONDOM PRIA

Nama Peserta : …………………………………………..


Tanggal : …………………………………………..

KEGIATAN NILAI KET


KONDOM PRIA 1 2 3
1. Memberikan fakta dasar tentang kondom:
• Bagaimana cara kerja dan efektivitasnya
• Penggunaan secara konsisten dan tepat dalam setiap
sanggama adalah kunci efektivitas
• Menjelaskan cara kerja kondom dalam mencegah
kehamilan dan IMS
• Bertanya apakah klien mengetahui tentang kemungkinan
memiliki alergi terhadap lateks
• Memberi tahu di mana mendapatkannya dan biayanya
2. Bertanya apakah klien memiliki pertanyaan dan
menanggapinya
3. Memberikan instruksi yang spesifik tentang cara
menggunakan dengan benar dan kapan menggunakan
kondom:
• Kemasan harus dirobek dengan hati-hati
• Gunakan kondom setiap berhubungan intim
• Gunakan spermisida bila memungkinkan
• Jangan "menguji" kondom dengan menggelembungkan
atau membuka gulungan
• Pakai saat penis ereksi
• Pakai sebelum penis dimasukkan ke dalam vagina
4. Memperagakan cara memakai kondom yang benar dengan
model:
• Beritahu klien untuk tidak membuka gulungan kondom
sebelum memakainya
• Menunjukkan cara memasang tepi kondom pada penis
dan cara membuka gulungan ke pangkal penis
• Menginstruksikan cara menyisakan ruang 1/2 inci di
ujung kondom untuk air mani, yang tidak boleh diisi udara
atau kondom bisa pecah
• Menunjukkan cara mengeluarkan udara dengan
mencubit ujung kondom saat dipakai
• Memberitahu klien bahwa kondom bisa robek karena
kuku/cincin
5. Menasehati klien apa yang harus dilakukan jika kondom
rusak atau terlepas saat berhubungan:

214
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

• Kunjungi dokter/bidan untuk mendapatkan kontrasepsi


darurat
6. Minta pil kontrasepsi darurat dalam waktu 72 jam pasca
sanggama tanpa pelindung atau kerusakan kondom
7. Minta klien mendemonstrasikan dan berlatih memakai
kondom dengan model.
8. Memperbaiki jika ada kesalahan teknik pemasangan.
9. Menasehati klien tentang cara mengeluarkan penis dari
vagina dengan kondom utuh dan tanpa tumpahan air mani:
• Pegang tepi kondom saat menarik
• Hati-hati jangan sampai air mani tumpah ke dalam vagina
saat penis sudah lembek
10. Anjurkan klien untuk membuang kondom dengan cara
membakar atau mengubur
11. Jelaskan hal-hal yang harus dijadikan perhatian kepada
klien:
• Pastikan untuk memiliki kondom lebih dari satu
• Gunakan kondom setiap tindakan sanggama
• Jangan gunakan kondom lebih dari sekali
• Jangan gunakan kondom jika kemasannya rusak, robek,
expired, kering, rapuh, atau lengket
12. Memberi pasokan kondom kepada klien sebanyak 1 lusin
untuk dua bulan
13. Meyakinkan klien bahwa dia harus kembali kapan saja
untuk nasihat, kondom habis atau ketika dia ingin
menggunakan metode lain.
TOTAL

Komentar:
_________________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
_________________________________________________________________________
_______________________________________________________________________

Keterangan:
Nilai
1 : Jika peserta tidak melakukan
2 : Jika peserta melakukan dan belum lengkap/tidak berurutan
3 : Jika peserta melakukan dengan lengkap dan berurutan

215
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

MPI 4
Rujukan Pelayanan KB

216
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

MATA PELATIHAN INTI 4


RUJUKAN PELAYANAN KB

I. DESKRIPSI SINGKAT
Salah satu strategi dalam Rencana Aksi Nasional Pelayanan KB tahun 2014-
2015 yaitu peningkatan ketersediaan, keterjangkauan, dan kualitas pelayanan
KB. Salah satu program utamanya adalah memastikan seluruh penduduk
mampu menjangkau dan mendapatkan pelayanan KB yang berkualitas yang
dilaksanakan melalui pelayanan Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE), dan
konseling. Pelaksanaan sistem rujukan memungkinkan fasilitas kesehatan
saling bekerjasama dalam memberikan pelayanan KB sesuai kompetensi dan
kewenangannya. Materi ini akan memberikan panduan tentang sistem rujukan
pelayanan KB, mulai dari jenis-jenis rujukan, mekanisme rujukan sampai
pemantauan dan evaluasi.

II. HASIL BELAJAR DAN INDIKATOR HASIL BELAJAR


A. Hasil Belajar
Setelah mengikuti mata pelatihan ini, peserta mampu melakukan rujukan
pelayanan KB.

B. Indikator Hasil Belajar


Setelah mengikuti mata pelatihan ini peserta mampu:
1. Menjelaskan sistem rujukan pelayanan KB
2. Melakukan mekanisme rujukan pelayanan KB
3. Melakukan pemantauan dan evaluasi rujukan pelayanan KB

III. MATERI POKOK DAN SUB MATERI POKOK


Dalam modul ini akan dibahas materi pokok dan sub materi pokok sebagai
berikut:

Materi Pokok 1. Sistem Rujukan Pelayanan KB


Sub Materi Pokok 1
a. Definisi
b. Tujuan
c. Jenis Rujukan

Materi Pokok 2. Mekanisme Rujukan Pelayanan KB


Sub Materi Pokok 2
a. Persiapan Rujukan Pelayanan KB
● Prosedur Klinis
● Prosedur Administratif
b. Pelaksanaan Rujukan Pelayanan KB
● FKTP
● FKRTL
c. Kriteria Rujukan Pelayanan KB

217
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

Materi Pokok 3. Pemantauan dan Evaluasi Rujukan Pelayanan KB

IV. METODE
1. Curah pendapat
2. Ceramah tanya jawab
3. Studi Kasus

V. MEDIA DAN ALAT BANTU


1. Bahan tayang
2. Modul
3. Laptop/komputer
4. LCD projector
5. Spidol
6. Koneksi Internet
7. Flip chart
8. Panduan studi kasus
9. Lembar kasus

VI. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN


Berikut langkah-langkah kegiatan dalam proses pembelajaran materi ini.
Langkah 1.
Pengkondisian
1. Fasilitator menyapa peserta dengan ramah dan hangat. Apabila belum
pernah menyampaikan sesi di kelas, mulailah dengan perkenalan.
Perkenalkan diri dengan menyebutkan nama lengkap, instansi tempat
bekerja, dan materi yang akan disampaikan.
2. Sampaikan tujuan pembelajaran materi Rujukan Pelayanan KB yang akan
disampaikan, sebaiknya dengan menggunakan bahan tayang.

Langkah 2.
Diskusi singkat mengenai materi yang akan disampaikan
Fasilitator menjelaskan materi Rujukan Pelayanan KB dengan metode ceramah
interaktif sehingga peserta dapat berpartisipasi aktif dalam memberikan
pendapatnya selama pemaparan materi.

Langkah 3.
Pembahasan per Materi
1. Fasilitator menyampaikan paparan materi sesuai urutan materi pokok dan
sub materi pokok dengan menggunakan bahan tayang. Kaitkan juga
dengan pendapat/pemahaman yang dikemukakan oleh peserta agar
mereka merasa dihargai.
2. Fasilitator memandu diskusi mengenai materi Rujukan Pelayanan KB.

Langkah 4.

218
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

Penugasan
Fasilitator membagi peserta menjadi 5 kelompok dan menjelaskan panduan
studi kasus materi Rujukan Pelayanan KB. Kemudian, peserta melakukan
diskusi kelompok dan mengerjakan lembar kasus sesuai dengan panduan yang
disampaikan.

Langkah 5.
Rangkuman Materi
1. Fasilitator memberikan rangkuman materi dengan tujuan untuk membantu
peserta memahami pokok-pokok isi pembelajaran dan mengingat materi
yang sudah disampaikan.
2. Fasilitator melakukan evaluasi menggunakan pre-post test untuk menilai
pemahaman peserta setelah pembelajaran.
3. Fasilitator menutup sesi pembelajaran dengan mengucapkan terima kasih
dan salam perpisahan kepada peserta.

VII. URAIAN MATERI

Materi Pokok 1.
SISTEM RUJUKAN PELAYANAN KB

Pelaksanaan sistem rujukan pelayanan KB di setiap fasilitas kesehatan


bertujuan untuk memberikan pelayanan yang berhasil dan berdaya guna
maksimal, sesuai dengan tingkat kemampuannya masing-masing. Sistem ini
juga diharapkan dapat meningkatkan dukungan terhadap arah dan pendekatan
gerakan KB Nasional dalam hal perluasan jangkauan dan pembinaan peserta
KB dengan pelayanan yang makin bermutu tinggi serta pengayoman penuh
kepada masyarakat.

A. Definisi
Sistem rujukan pelayanan KB merupakan suatu sistem jaringan fasilitas
pelayanan kesehatan yang memungkinkan terjadinya pelimpahan tanggung
jawab secara timbal balik atas kasus yang berkaitan dengan pelayanan KB.
Rujukan dapat dilakukan baik secara vertikal maupun horizontal ke fasilitas
kesehatan yang lebih kompeten, terjangkau, rasional, dan tidak dibatasi oleh
wilayah administrasi.

B. Tujuan
Tujuan dari sistem rujukan pelayanan KB adalah untuk meningkatkan mutu,
cakupan, dan efisiensi pelayanan kontrasepsi secara terpadu. Utamanya
yaitu menunjang upaya penurunan angka kejadian efek samping, komplikasi,
dan kegagalan penggunaan kontrasepsi.

C. Jenis Rujukan
Jenis rujukan pelayanan KB dapat dibedakan menjadi 2 yaitu:
1. Rujukan vertikal

219
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

Rujukan vertikal adalah rujukan yang dilakukan antar fasilitas pelayanan


kesehatan yang tingkatan lebih rendah ke tingkatan yang lebih tinggi
atau sebaliknya, misalnya dari FKTP ke FKRTL.
Kriteria rujukan vertikal dari faskes yang lebih rendah ke faskes yang
lebih tinggi dilakukan apabila:
- Klien membutuhkan pelayanan KB spesialistik atau subspesialistik;
- Faskes perujuk tidak mampu memberikan pelayanan kesehatan
sesuai kebutuhan klien karena keterbatasan fasilitas, alat atau
tenaga.
Kriteria rujukan vertikal dari faskes yang lebih tinggi ke faskes yang
lebih rendah dilakukan apabila:
- Pelayanan pada klien dapat ditangani oleh faskes dengan
tingkatan pelayanan lebih rendah sesuai dengan kompetensi dan
kewenangannya;
- Klien membutuhkan pelayanan lanjutan yang dapat ditangani oleh
faskes yang lebih rendah dan untuk alasan kemudahan, efisiensi,
dan pelayanan jangka panjang.
2. Rujukan horizontal
Rujukan horizontal adalah rujukan yang dilakukan antar fasilitas
pelayanan kesehatan dalam satu tingkat, baik antara FKTP maupun
antara FKRTL. Rujukan horizontal dilakukan ketika faskes perujuk tidak
mampu memberikan pelayanan kesehatan sesuai kebutuhan klien
karena keterbatasan fasilitas, alat atau tenaga yang bersifat menetap
atau sementara. Pelaksanaan rujukan horizontal dilakukan apabila:
- Pelayanan KB belum/tidak tersedia pada faskes perujuk
- Komplikasi yang tidak bisa ditangani oleh faskes perujuk
- Kasus-kasus yang membutuhkan penanganan dengan
sarana/teknologi yang lebih canggih/memadai yang ada di faskes
tempat rujukan.

Materi Pokok 2.
MEKANISME RUJUKAN PELAYANAN KB

Dalam melakukan rujukan bukan berarti melepaskan tanggung jawab dengan


menyerahkan klien ke fasilitas pelayanan kesehatan lainnya. Namun, karena
kondisi klien yang mengharuskan pemberian pelayanan kesehatan yang lebih
kompeten dan bermutu melalui upaya rujukan.

220
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

Penjelasan:
1. Calon klien atau klien KB datang ke jaringan Puskesmas dan jaringan
pelayanan kesehatan melakukan pendaftaran ke petugas dengan
menunjukkan kartu kepesertaan BPJS (jika sudah menjadi peserta JKN) dan
mendapat K/I/KB.
2. Dokter atau Bidan memberikan konseling kepada klien untuk memilih metode
KB yang dikehendaki menggunakan media penunjang seperti, ABPK.
3. Apabila Dokter atau Bidan menemukan kontraindikasi pelayan KB yang
dihendaki klien pada saat penapisan maka perlu konseling pemilihan metode
lain yang sesuai atau dirujuk ke FKRTL dengan membuat surat rujukan.
4. Setelah klien menyetujui untuk menggunakan salah satu metode kontrasepsi
khusus untuk pelayanan suntik, IUD, implan perlu persetujuan secara tertulis
dengan menandatangani formulir informed consent, namun apabila klien
tidak setuju maka Dokter atau Bidan perlu memberikan konseling ulang.

221
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

5. Setelah pelayanan KB, Dokter atau Bidan melakukan pemantauan dari hasil
pelayanan KB dan memberikan nasehat pasca tindakan kepada klien KB
sebelum mengirim klien pulang. Klien perlu untuk kontrol kembali dengan
membawa KI/KB atau kartu kunjungan.

222
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

Penjelasan:
1. Calon klien atau klien KB datang ke IGD atau Poli Kebidanan/KB mendaftar
ke petugas dengan menunjukkan surat pengantar rujukan, kartu kepesertaan
BPJS Kesehatan (jika sudah menjadi peserta JKN) dan mendapat K/IV/KB.
2. Dokter atau Bidan Poli Kebidanan/KB atau Rawat Inap memberikan
konseling kepada klien untuk memilih pelayanan KB sesuai kelayakan medis
atau kondisi klien.
3. Selanjutnya dilakukan pemeriksaan fisik dan penunjang (jika diperlukan)
kepada klien sebelum menandatangani informed consent untuk menghindari
kontraindikasi tindakan.
4. Setelah klien menyetujui untuk menggunakan salah satu metode kontrasepsi
khusus untuk pelayanan suntik, IUD, implan, vasektomi dan tubektomi, perlu
persetujuan secara tertulis dengan menandatangani formulir informed
consent, apabila klien tidak setuju perlu diberikan konseling ulang.
5. Setelah pelayanan KB, dokter atau bidan memantau hasil pelayanan KB dan
memberikan nasihat pasca pelayanan kepada klien KB sebelum klien pulang
dan kontrol kembali.
6. FKRTL memberikan rujuk balik pelayanan KB yang telah ditindaklanjuti untuk
dipantau oleh Faskes KB perujuk.

A. Persiapan Rujukan Pelayanan KB


Dalam sistem rujukan pelayanan KB, terdapat prosedur yang perlu dilakukan
sebelum menyerahkan klien ke fasilitas kesehatan lainnya.
1. Prosedur klinis
a. Melakukan anamnesa, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan
penunjang medik untuk menentukan diagnosa utama dan
diagnosa pembanding.
b. Memberikan tindakan pra rujukan sesuai kasus berdasarkan
Standar Operasional Prosedur (SOP).
c. Memutuskan unit pelayanan rujukan.
d. Untuk klien gawat darurat harus didampingi petugas
medis/paramedis yang kompeten di bidangnya dan mengetahui
kondisi klien.
e. Apabila klien diantar dengan puskesmas keliling atau ambulans,
petugas dan kendaraan perlu menunggu di IGD tujuan sampai
klien mendapatkan kepastian untuk pelayanan dan kesimpulan
dirawat atau rawat jalan.

2. Prosedur administratif
a. Dilakukan setelah klien mendapatkan tindakan pra-rujukan
b. Membuat catatan rekam medis klien
c. Memberikan informed consent (persetujuan/penolakan rujukan)

223
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

d. Membuat surat rujukan klien sebanyak 2 rangkap. Lembar


pertama dikirim ke tempat rujukan bersama klien yang
bersangkutan, sedangkan lembar kedua disimpan sebagai arsip
e. Mencatat identitas klien pada buku register rujukan klien
f. Menyiapkan sarana transportasi dan sebisa mungkin menjalin
komunikasi dengan tempat rujukan
g. Pengiriman klien ini sebaiknya dilaksanakan setelah diselesaikan
administrasi yang bersangkutan

Fasilitas pelayanan kesehatan yang menerima rujukan, setelah


memberikan upaya penanggulangan dan posisi klien telah membaik, harus
segera mengembalikan klien ke fasilitas pelayanan asalnya dengan terlebih
dahulu memberikan:
1. Konseling tentang kondisi sebelum dan sesudah upaya
penanggulangan kontrasepsi.
2. Pengantar tertulis kepada fasilitas pelayanan yang merujuk mengenai
kondisi klien dan upaya penanggulangan yang telah diberikan serta
saran-saran upaya pelayanan lanjutan yang harus dilaksanakan,
terutama tentang kelanjutan penanggulangan kontrasepsi.

B. Pelaksanaan Rujukan Pelayanan KB


Ruang lingkup rujukan pelayanan kesehatan meliputi rujukan kesehatan
(rujukan tenaga ahli atau sarana/logistik) dan rujukan medis/kasus (rujukan
ilmu pengetahuan dan teknologi). Sedangkan, pelaksanaan rujukan
pelayanan KB dibedakan menjadi 2 yaitu:
1. Pelaksanaan di tingkat puskesmas (FKTP) meliputi:
a. Pelayanan konseling
b. Kontrasepsi dasar (pil, suntik, IUD, implan, dan kondom)
c. Pelayanan Metode Operasi Pria (MOP) atau vasektomi
d. Penanganan efek samping dan komplikasi ringan hingga sedang
akibat penggunaan metode kontrasepsi
e. Merujuk pelayanan yang tidak dapat ditangani FKTP
2. Pelaksanaan di tingkat rumah sakit meliputi:
a. Pelayanan konseling
b. Pelayanan kontrasepsi AKDR dan implan
c. Metode Operasi Wanita (MOW) atau tubektomi
d. Pelayanan Metode Operasi Pria (MOP) atau vasektomi
e. Penanganan efek samping dan komplikasi sedang hingga berat
akibat penggunaan metode kontrasepsi

FKTP dan FKRTL wajib melakukan sistem rujukan sesuai dengan peraturan
yang berlaku dalam menjalankan pelayanan KB.

Ketentuan pelayanan rujukan berjenjang dapat dikecualikan dalam kondisi


sebagai berikut:

224
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

a. Keadaan gawat darurat. Kondisi kegawatdaruratan mengikuti


ketentuan yang berlaku
b. Bencana, kriteria bencana ditetapkan oleh Pemerintah Pusat dan/atau
Pemerintah Daerah
c. Pertimbangan geografis
d. Pertimbangan ketersediaan fasilitas
e. Faskes dalam wilayah cakupan rujukan tidak mempunyai
sarana/tenaga yang sesuai dengan kebutuhan

C. Kriteria Rujukan Pelayanan KB


Pelaksanaan pelayanan rujukan dilakukan dengan kriteria berikut:
1. Pelayanan KB belum/tidak tersedia pada faskes tersebut
2. Efek samping/komplikasi dari klien tidak mampu ditangani penyedia
layanan pada faskes tersebut
3. Terdapat kasus-kasus yang memerlukan penanganan dengan
alat/teknologi yang lebih canggih dan memadai

Pada pelaksanaannya, penyedia layanan memiliki kewajiban untuk


memberikan:
1. Konseling mengenai kondisi klien yang menyebabkan alasan rujukan
2. Konseling mengenai kondisi yang diharapkan/didapatkan klien di tempat
rujukan
3. Informasi mengenai faskes rujukan yang dituju
4. Pengantar tertulis atau surat kepada faskes yang dituju berisikan kondisi
klien saat ini, riwayat sebelumnya serta tindakan yang telah diberikan
5. Stabilisasi klien dalam perjalanan jika diperlukan
6. Pendampingan oleh bidan/perawat/PLKB/kader dalam proses rujukan
sesuai kebutuhan klien (bagi rujukan dengan penanganan khusus, untuk
pencatatan)

Materi Pokok 3.
PEMANTAUAN DAN EVALUASI RUJUKAN PELAYANAN KB

Pemantauan dan evaluasi rujukan pelayanan KB bertujuan untuk mengetahui


sejauh mana keseluruhan upaya yang telah dilakukan berdampak pada
kemajuan program KB. Hal ini mencakup ketersediaan pelayanan,
keterjangkauan pelayanan, dan kualitas pelayanan KB berdasarkan kebijakan
yang berlaku. Pemantauan dapat dilaksanakan baik secara individu maupun
kelompok terpadu yang dibentuk berdasarkan kebutuhan. Pemantauan ini
dilaksanakan dengan kegiatan kunjungan ke faskes secara langsung, baik
faskes yang merujuk ataupun faskes yang dituju. Sedangkan proses evaluasi
rujukan pelayanan KB diharapkan dapat menilai keberhasilan program berupa
proses dan klaim rujukan pelayanan KB.

225
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

Pemantauan dan evaluasi ini dilakukan secara berjenjang oleh Tim Jaga Mutu
dengan menggunakan indikator-indikator pelayanan yang sudah ditetapkan
pada setiap metode kontrasepsi. Terdapat 3 indikator dalam pemantauan dan
evaluasi rujukan pelayanan KB yaitu input, proses, dan output.
1. Input
Indikator input pada proses rujukan pelayanan KB meliputi:
a. Data sasaran: data sasaran klien (rekam medis)
b. Data alat dan obat kontrasepsi: ketersediaan jumlah dan jenis alat
kontrasepsi di fasilitas kesehatan rujukan
c. Data ketenagaan: ketersediaan penyedia layanan yang dapat menangani
kasus rujukan meliputi jumlah, distribusi dan kompetensi
d. Data sarana dan prasarana: ketersediaan jumlah dan jenis sarana dan
prasarana pelayanan KB
e. Data sumber pembiayaan: ketersediaan asuransi
2. Proses
Melaksanakan sistem rujukan dilakukan secara berjenjang.
3. Output
Indikator output dari rujukan pelayanan KB yaitu klien mendapatkan
penanganan atas kejadian efek samping, komplikasi, dan kegagalan
penggunaan kontrasepsi.

Hasil monitoring dan evaluasi yang dilaporkan secara berjenjang dan


ditembuskan kepada pihak-pihak terkait agar dapat menjadi masukan
pengembangan kebijakan dan strategi selanjutnya. Kegiatan tersebut akan
memberikan gambaran berupa hasil serta hambatan dalam proses rujukan
pelayanan KB. Selanjutnya, dapat disusun langkah-langkah pemecahan
masalah yang ditemukan.

VIII. REFERENSI
1. Pedoman Kontrasepsi dan Pelayanan KB
2. Pedoman Manajemen Pelayanan Kontrasepsi dan KB, 2014
3. Panduan Rujukan Pelayanan KB dalam Sistem Jaminan Nasional Bidang
Kesehatan. BKKBN, 2017

226
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

MPI 5
Pencegahan Pengendalian Infeksi
(PPI)

227
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

MATA PELATIHAN INTI 5


PENCEGAHAN PENGENDALIAN INFEKSI (PPI)

I. DESKRIPSI SINGKAT
Beberapa prosedur metode Keluarga Berencana (KB) berisiko menimbulkan
infeksi pada semua orang yang terlibat di dalamnya, misalnya penyedia layanan,
klien, staf pendukung (seperti staf rumah tangga, petugas pembuang sampah,
dan staf laboratorium), terutama pada pelayanan metode KB AKDR, implan,
suntik, tubektomi dan vasektomi. Pencegahan Pengendalian Infeksi (PPI) di
setiap fasilitas kesehatan penting dilakukan untuk mengurangi risiko penularan
penyakit seperti Hepatitis B dan HIV/AIDS. Materi ini akan memberikan uraian
tentang upaya PPI, kewaspadaan dalam PPI, pemrosesan alat, dan
pembuangan limbah.

II. HASIL BELAJAR DAN INDIKATOR HASIL BELAJAR


A. Hasil Belajar
Setelah mengikuti mata pelatihan ini, peserta mampu melakukan
pencegahan pengendalian infeksi dalam pelayanan kontrasepsi.

B. Indikator Hasil Belajar


Setelah mengikuti mata pelatihan ini peserta mampu:
1. Menjelaskan upaya Pencegahan Pengendalian Infeksi (PPI)
2. Melakukan kewaspadaan dalam Pencegahan Pengendalian Infeksi
(PPI)
3. Melakukan pemrosesan alat
4. Melakukan pembuangan limbah

III. MATERI POKOK DAN SUB MATERI POKOK


Dalam modul ini akan dibahas materi pokok dan sub materi pokok sebagai
berikut:

Materi Pokok 1. Upaya Pencegahan Pengendalian Infeksi


Sub Materi Pokok 1
a. Definisi
b. Tujuan

Materi Pokok 2. Kewaspadaan dalam Pencegahan Pengendalian Infeksi


Sub Materi Pokok 2
a. Kewaspadaan Standar
b. Perlindungan Diri bagi Petugas

Materi Pokok 3. Pemrosesan Alat


Sub Materi Pokok 3
a. Dekontaminasi
b. Cuci Bilas

228
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

c. Sterilisasi
d. Desinfeksi Tingkat Tinggi (DTT)

Materi Pokok 4. Pembuangan Limbah


Sub Materi Pokok 4
a. Tujuan
b. Jenis Limbah
c. Cara Penanganan Limbah

IV. METODE
1. Curah pendapat
2. Ceramah tanya jawab
3. Studi Kasus
4. Pemutar video

V. MEDIA DAN ALAT BANTU


1. Bahan tayang
2. Modul
3. Laptop/komputer
4. LCD projector
5. Spidol
6. Koneksi internet
7. Panduan kasus
8. Lembar kasus

VI. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN


Berikut langkah-langkah kegiatan dalam proses pembelajaran materi ini.
Langkah 1.
Pengkondisian
1. Fasilitator menyapa peserta dengan ramah dan hangat. Apabila belum
pernah menyampaikan sesi di kelas, mulailah dengan perkenalan.
Perkenalkan diri dengan menyebutkan nama lengkap, instansi tempat
bekerja, dan materi yang akan disampaikan.
2. Sampaikan tujuan pembelajaran materi Pencegahan Pengendalian Infeksi
(PPI) yang akan disampaikan, sebaiknya dengan menggunakan bahan
tayang.

Langkah 2.
Diskusi singkat mengenai materi yang akan disampaikan
Fasilitator menjelaskan materi Pencegahan Pengendalian Infeksi (PPI) dengan
metode ceramah interaktif sehingga peserta dapat berpartisipasi aktif dalam
memberikan pendapatnya selama pemaparan materi.

Langkah 3.
Pembahasan per materi

229
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

1. Fasilitator menyampaikan paparan materi sesuai urutan materi pokok dan


sub materi pokok dengan menggunakan bahan tayang. Kaitkan juga
dengan pendapat/pemahaman yang dikemukakan oleh peserta agar
mereka merasa dihargai.
2. Fasilitator memutarkan video materi Pencegahan Pengendalian Infeksi
(PPI).
3. Fasilitator memandu diskusi mengenai materi Pencegahan Pengendalian
Infeksi (PPI).

Langkah 4.
Penugasan
Fasilitator memberikan penjelasan tentang panduan studi kasus dan membagi
peserta menjadi 5 kelompok untuk membahas lembar studi kasus materi
Pencegahan Pengendalian Infeksi (PPI).

Langkah 5.
Rangkuman materi
1. Fasilitator memberikan rangkuman materi dengan tujuan untuk membantu
peserta memahami pokok-pokok isi pembelajaran dan mengingat materi
yang sudah disampaikan.
2. Fasilitator melakukan evaluasi menggunakan pre-post test dan daftar tilik
untuk menilai pengetahuan dan keterampilan peserta setelah
pembelajaran.
3. Fasilitator menutup sesi pembelajaran dengan mengucapkan terima kasih
dan salam perpisahan kepada peserta.

VII. URAIAN MATERI


Materi Pokok 1.
UPAYA PENCEGAHAN PENGENDALIAN INFEKSI
Infeksi dalam pelayanan kesehatan merupakan infeksi yang terjadi pada pasien
selama perawatan di rumah sakit dan fasilitas kesehatan lainnya, dimana
sebelum masuk tidak ada infeksi dan tidak dalam masa inkubasi, tetapi muncul
setelah pasien pulang. Selain itu, infeksi tersebut juga terjadi pada petugas
rumah sakit dan tenaga kesehatan terkait proses pelayanan di fasilitas
kesehatan.

A. Definisi
Pencegahan Pengendalian Infeksi (PPI) merupakan upaya untuk mencegah
transmisi silang dan diimplementasikan dengan mengacu pada
kewaspadaan standar. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan nomor 27
tahun 2017, PPI adalah upaya untuk mencegah dan meminimalkan terjadinya
infeksi pada pasien, petugas, pengunjung dan masyarakat sekitar fasilitas
pelayanan kesehatan.

B. Tujuan

230
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

Pencegahan Pengendalian Infeksi (PPI) dalam pelayanan KB bertujuan


untuk:
1. Mencegah infeksi pada waktu memberikan pelayanan metode
kontrasepsi yang menggunakan alat-alat seperti suntik, implan, AKDR,
tubektomi dan vasektomi
2. Mengurangi risiko penularan penyakit Hepatitis B dan HIV/AIDS tidak
hanya pada klien tetapi juga pada petugas kesehatan dan staf di fasilitas
kesehatan, termasuk petugas kebersihan
3. Memenuhi persyaratan pelayanan KB sesuai standar

Materi Pokok 2.
KEWASPADAAN DALAM PENCEGAHAN PENGENDALIAN INFEKSI

A. Kewaspadaan Standar
Kewaspadaan standar diterapkan untuk mencegah transmisi silang sebelum
maupun sesudah pasien didiagnosis dan sebelum adanya hasil pemeriksaan
laboratorium. Tenaga kesehatan yang melakukan pelayanan termasuk bidan
dan dokter berisiko besar terinfeksi. Oleh sebab itu, penting sekali pemahaman
dan kepatuhan petugas untuk menerapkan kewaspadaan standar agar tidak
terinfeksi.

Berikut ini beberapa istilah dalam PPI:


1. Asepsis adalah segala upaya dalam mencegah masuknya mikroorganisme
ke dalam tubuh baik lewat benda hidup maupun benda mati.
2. Antisepsis adalah segala upaya untuk membunuh atau menghambat
mikroorganisme pada benda hidup.
3. Desinfeksi adalah segala upaya dalam membunuh ataupun menghambat
mikroorganisme pada benda mati.
4. Pre cleaning atau dekontaminasi adalah merendam alat di dalam larutan
enzimatik atau detergen selama 10-15 menit untuk menghilangkan noda
darah atau cairan tubuh serta menginaktivasi Hepatitis B dan HIV/AIDs.
5. Cuci bilas adalah upaya menghilangkan 80% mikroorganisme dengan cara
mencuci instrumen menggunakan detergen dan membilas dengan air
mengalir.
6. Desinfeksi Tingkat Tinggi (DTT) adalah upaya menghilangkan semua
mikroorganisme kecuali endospora dengan teknik merebus, mengukus,
dan kimia.
7. Sterilisasi adalah upaya menghilangkan semua mikroorganisme (bakteri,
jamur, virus, endospora/penyebab gangren, dekubitus, dan tetanus).

Aplikasi kewaspadaan standar dilakukan dengan prinsip-prinsip berikut:


1. Setiap orang dianggap dapat menjadi sumber penularan infeksi
2. Melakukan prosedur cuci tangan dengan baik dan benar
Kebersihan tangan adalah cara membersihkan tangan dengan
menggunakan sabun dan air mengalir bila tangan terlihat kotor (terkena
cairan tubuh), atau menggunakan cairan berbahan dasar alkohol (Alcohol

231
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

Based Hand Rub = ABHR) bila tangan tidak tampak kotor. Kebersihan
tangan dianggap sebagai salah satu elemen terpenting dari PPI.
Sebagian besar infeksi dapat dicegah melalui kebersihan tangan dengan
cara yang benar dan dengan waktu yang tepat. Sebagaimana diketahui
bahwa tidak ada pekerjaan tanpa melibatkan tangan, sehingga tangan
petugas kesehatan yang terkontaminasi merupakan media penularan
utama mikroorganisme di fasilitas pelayanan kesehatan. Bakteri patogen
berpindah dari tangan petugas ke pasien atau sebaliknya atau dari
lingkungan yang terkontaminasi.

Prinsip-prinsip kebersihan tangan:


a. Pastikan petugas kesehatan sudah memahami 5 momen (waktu),
yaitu 2 sebelum (sebelum kontak dengan klien; sebelum melakukan
tindakan aseptik) dan 3 sesudah (sesudah kontak dengan darah dan
cairan tubuh klien; sesudah kontak dengan klien; sesudah kontak
dengan lingkungan sekitar klien).
b. Melakukan cuci tangan dengan air mengalir dan sabun jika tangan
kotor serta menggunakan cairan berbahan dasar alkohol jika tangan
tampak bersih.
c. Mematuhi langkah-langkah cuci tangan secara berurutan dengan baik
dan benar.
d. Tersedia sarana kebersihan tangan dengan air mengalir dan sabun
dalam dispenser tertutup dan/atau cairan berbahan dasar alkohol.
e. Sebelum melakukan kebersihan tangan, jaga kebersihan tangan
individu dengan memastikan kuku tetap pendek, bersih dan bebas dari
pewarnaan kuku dan tidak menggunakan kuku palsu, hindari
pemakaian aksesoris tangan (jam tangan, perhiasan), tutupi luka atau
lecet dengan pembalut anti air.
f. Bebaskan area tangan sampai pergelangan tangan jika menggunakan
baju lengan panjang (digulung ke atas).
g. Gunakan bahan yang mengandung alkohol untuk mendekontaminasi
tangan secara rutin, bila tangan tidak jelas terlihat kotor.
h. Sabun cair dianjurkan di dalam botol yang memiliki dispenser, jika
menggunakan sabun batangan maka sabun dipotong kecil untuk
sekali pakai.
i. Kertas tisu sekali pakai sebagai pengering tangan, jika tidak
memungkinkan dapat menggunakan handuk sekali pakai lalu dicuci
kembali.

Cuci tangan dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu cuci tangan dengan
sabun dan air mengalir (handwash) serta cuci tangan dengan hand
sanitizer (handrub). Keduanya dilakukan dengan 6 langkah, namun
setelah 5 kali melakukan handrub sebaiknya diselingi 1 kali handwash.
Handrub dilakukan selama 20-30 detik sedangkan handwash selama 40-
60 detik.

232
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

1. Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir


a. Indikasi: cuci tangan dengan sabun dan air mengalir harus
dilakukan ketika tangan terlihat kotor atau ketika akan
menggunakan sarung tangan yang dipakai dalam perawatan
pasien.
b. Prosedur:
- Basahi kedua tangan dengan air bersih dan mengalir,
kemudian ambil sabun secukupnya pada kedua telapak
tangan. Gosokkan kedua telapak tangan bersama-sama
- Gosok punggung tangan menggunakan telapak tangan
sebelahnya dan juga sela-sela jari
- Bersihkan jari dan buku-buku jari dengan menyatukan kedua
tangan
- Bersihkan ujung-ujung jari dengan menggosokkan ke telapak
tangan sebelahnya
- Bersihkan sela jempol dan telunjuk dengan cara
menggenggam jempol menggunakan tangan sebelahnya
- Bersihkan sabun dengan air mengalir, lalu dikeringkan. Bila
perlu, matikan air kran dengan tisu atau handuk agar tidak
menyentuhnya kembali secara langsung

Gambar: Cara Mencuci Tangan dengan Sabun dan Air

233
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

Sumber PMK Nomor 27 Tahun 2017 tentang Pedoman Pencegahan


dan Pengendalian Infeksi di Fasilitas Pelayanan kesehatan

2. Mencuci tangan dengan handrub


a. Indikasi: handrub berbahan dasar alkohol digunakan untuk
membersihkan tangan bila terlihat tidak kotor atau terkontaminasi
atau bila cuci tangan dengan air mengalir sulit untuk diakses
(misalnya: di ambulans, homecare, imunisasi di luar gedung,
pasokan air yang terputus, dan lain-lain).
b. Prosedur
- Tuangkan cairan handrub pada kedua telapak tangan
kemudian usap dan gosok keduanya secara lembut dengan
arah memutar
- Usap dan gosok juga kedua punggung tangan secara
bergantian
- Gosok sela-sela jari tangan hingga bersih
- Bersihkan ujung jari secara bergantian dengan posisi saling
mengunci
- Gosok dan putar kedua ibu jari secara bergantian
- Letakkan ujung jari ke telapak tangan kemudian gosok
perlahan

Gambar: Cara Mencuci Tangan dengan Antiseptik Berbasis Alkohol

234
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

Sumber PMK Nomor 27 Tahun 2017 tentang Pedoman Pencegahan


dan Pengendalian Infeksi di Fasilitas Pelayanan kesehatan

3. Menggunakan barier protektif atau Alat Pelindung Diri (APD). APD terdiri
dari sarung tangan, masker, pelindung mata, pelindung wajah, kap
penutup kepala, gaun pelindung/apron, sandal/sepatu tertutup (boot).

Gambar: Alat Pelindung Diri


Sumber: PMK Nomor 27 Tahun 2017 tentang PPI

Tujuannya adalah:
- Mengurangi risiko penyedia layanan terinfeksi melalui kontak
darah atau cairan tubuh klien
- Mencegah penularan flora kulit penyedia layanan dengan klien
- Mengurangi kontaminasi tangan penyedia layanan dengan
mikroorganisme yang dapat berpindah dari klien satu ke yang
lainnya atau sebaliknya.
Gunakan sarung tangan:
- Saat melakukan prosedur bedah
- Ketika melakukan periksa dalam
- Saat mengambil sampel darah
- Jika menangani peralatan/linen yang terkontaminasi
bahan/sekret
- Saat mengelola dan membuang limbah
- Membersihkan percikan darah/sekret tubuh di peralatan,
permukaan meja bedah, dan lantai

235
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

Catatan: hindari menggantung masker di leher, memakai sarung tangan


sambil menulis dan menyentuh permukaan lingkungan untuk mencegah
infeksi.
4. Penggunaan aseptik dan antiseptik
Prosedur ini bisa dilakukan dengan membersihkan bagian kulit maupun
membran mukosa sebelum operasi, membersihkan luka, atau menggosok
tangan sebelum operasi menggunakan alkohol.
5. Budaya aman dalam setiap prosedur
Budaya bekerja secara aman dapat dilakukan dengan cara dekontaminasi
dan menutup jarum suntik sebelum dibuang ke wadah tahan tusuk (untuk
alat suntik disposable).
6. Pemrosesan alat bekas pakai
Melakukan pemrosesan terhadap instrumen, sarung tangan dan bahan
lain setelah dipakai dengan cara merendam dalam larutan enzimatik atau
detergen selama 10 menit dan dicuci bersih, kemudian sterilisasi atau
Desinfeksi Tingkat Tinggi (DTT).
7. Pengelolaan limbah bahan berbahaya
Berfungsi untuk melindungi petugas yang terlibat dari cidera maupun
penularan infeksi kepada masyarakat.

B. Perlindungan Diri Bagi Petugas


Dalam melakukan prosedur pelayanan kesehatan, penyedia layanan dan klien
memiliki risiko terinfeksi akibat kontak dengan darah maupun cairan tubuh. Hal
ini termasuk pelayanan KB khususnya metode AKDR, implan, suntik, dan
vasektomi/tubektomi. Oleh sebab itu, implementasi PPI di setiap fasilitas
kesehatan penting dilakukan untuk mengurangi risiko penularan
mikroorganisme.

Sebagian besar infeksi bisa dicegah dengan cara yang mudah dan murah
seperti:
1. Melakukan pemeriksaan kesehatan berkala terhadap semua petugas
baik tenaga kesehatan maupun non kesehatan
2. Menaati prosedur PPI yang direkomendasikan, terutama cuci tangan
dan pemakaian sarung tangan
3. Mencegah terjadinya luka tusuk/sayat dan melakukan prosedur
antisepsis
4. Memperhatikan prosedur dekontaminasi dan pembersihan alat-alat
kotor yang dilanjutkan dengan sterilisasi atau Desinfeksi Tingkat Tinggi
(DTT)
5. Meningkatkan keamanan pada ruang pelayanan dan area-area lain
yang berisiko tinggi dan paparan terhadap infeksi sering terjadi

Mencegah luka tusuk antara lain:


1. Gunakan teknik zona aman saat membawa atau memindahkan
benda/instrumen yang tajam
2. Pilih media/penghantar instrumen tajam yang sesuai (misalnya: wadah
logam)

236
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

3. Gunakan pinset atau klem ketika mengambil jarum atau memasang


skalpel/pisau bedah
4. Beritahukan pada operator bahwa anda akan memberikan instrumen
tajam

Tatalaksana bila tertusuk jarum atau benda tajam di fasilitas kesehatan maka
segera bilas luka dengan air mengalir dan sabun/cairan antiseptik sampai bersih.
Kemudian, laporkan kejadian pada petugas PPI atau petugas kesehatan lain
untuk mendapatkan tindak lanjut.

Materi Pokok 3.
PEMROSESAN ALAT

A. Kategori Peralatan Kesehatan


Jenis peralatan kesehatan berdasarkan penggunaan dan risiko infeksinya,
yaitu:
1. Peralatan kritikal adalah alat-alat yang masuk ke dalam pembuluh darah
atau jaringan lunak. Semua peralatan kritikal wajib dilakukan sterilisasi
yang menggunakan panas. Contoh: semua instrumen bedah termasuk
tubektomi, atau laparoskopi, dan lain lain.
2. Peralatan semi-kritikal adalah alat-alat yang kontak dengan membran
mukosa saat dipergunakan. Semua peralatan semi-kritikal wajib
dilakukan minimal Desinfeksi Tingkat Tinggi (DTT) atau apabila terdapat
alat yang tahan terhadap panas, maka dapat dilakukan sterilisasi
menggunakan panas. Contoh: alat instrumen pemasangan dan
pencabutan AKDR, dan lain lain.
3. Peralatan non kritikal adalah peralatan yang saat digunakan hanya
menyentuh permukaan kulit saja (kulit utuh). Contoh: tensimeter,
stetoskop, dan lain lain.

Langkah-langkah pemrosesan sebagai berikut:


1. Menggunakan APD: petugas memakai APD sesuai indikasi dan jenis
paparan terdiri dari topi, gaun atau apron, masker, sarung tangan rumah
tangga dan sepatu tertutup.
2. Pre-Cleaning: semua peralatan atau alat medis yang telah
dipergunakan, pertama kali dilakukan pembersihan awal (pre-cleaning)
dengan merendam seluruh permukaan peralatan kesehatan
menggunakan enzimatik 0,8% atau detergen atau glutaraldehyde 2%,
atau sesuai instruksi pabrikan selama 10 – 15 menit untuk
menghilangkan noda darah atau cairan tubuh.

237
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

Gambar: Tahap Pre-Cleaning


Sumber: Materi CTU IBI

3. Pembersihan atau pencucian: melalui proses secara fisik untuk


membuang semua kotoran, darah, atau cairan tubuh lainnya dari
permukaan benda mati untuk membuang sejumlah mikroorganisme
dengan mencuci dengan sabun atau detergen dan air atau
menggunakan enzimatik kemudian membilas dengan air bersih, dan
dikeringkan.

Gambar: Pembersihan atau Pencucian Alat


Sumber: Decontamination and Reprocessing of Medical Devices for
Health-Care Facilities. WHO. 2016

4. Proses Pengemasan : Pastikan semua peralatan yang akan disterilkan


dilakukan pengemasan dengan membungkus semua alat-alat untuk
menjaga keamanan dan efektivitas sterilisasi dengan menggunakan
pembungkus kertas khusus atau kain (linen), dengan prinsip sebagai
berikut:
a. Prosedur pengemasan harus mencakup: label nama alat, tanggal
pengemasan, metode sterilisasi, tipe dan ukuran alat yang dikemas,
penempatan alat dalam kemasan, dan penempatan indikator kimia
eksternal dan internal (untuk memastikan bahwa alat tersebut sudah
dilakukan sterilisasi).
b. Pengemasan sterilisasi harus dapat menyerap dengan baik dan
menjangkau seluruh permukaan kemasan dan isinya.
c. Kemasan harus mudah dibuka dan isinya mudah diambil saat akan
digunakan tanpa menyebabkan kontaminasi.
d. Harus dapat menjaga isinya tetap steril hingga kemasan dibuka
dilengkapi masa kadaluarsa.

238
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

Gambar: Contoh teknik membungkus dengan model lipatan parcel


Sumber: Decontamination and Reprocessing of Medical Devices for
Health-Care Facilities. WHO. 2016

Gambar: Contoh teknik membungkus dengan model amplop


Sumber: Decontamination and Reprocessing of Medical Devices for
Health-Care Facilities. WHO. 2016

B. Prosedur Sterilisasi pada Peralatan Kritikal


Sterilisasi peralatan kritikal dapat menggunakan autoklaf atau panas kering
adalah proses menghilangkan semua mikroorganisme (bakteri, virus, fungi

239
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

dan parasit) termasuk endospora dengan menggunakan uap tekanan tinggi,


panas kering (oven).
Proses sterilisasi dilakukan dengan catatan sebagai berikut:
1. Jika menggunakan sterilisasi dengan pemanasan uap (steam
sterilization or autoklaf):
a. Proses sterilisasi dengan autoklaf membutuhkan waktu 30 menit
dihitung sejak suhu mencapai 121 ᴼC.
b. Semua instrumen dengan engsel dan kunci harus tetap terbuka
dan tidak terkunci selama proses sterilisasi dengan autoklaf.
c. Tulis tanggal sterilisasi dan kadaluarsa pada kemasan setelah
dilakukan sterilisasi.

Gambar: Sterilisasi dengan autoklaf


Sumber: Materi CTU IBI

2. Jika menggunakan proses sterilisasi panas kering (oven), maka


a. Pastikan semua instrumen kritikal sudah dibersihkan awal (pre-
cleaning) dan pencucian serta pengeringan sebelum dilakukan
proses sterilisasi.
b. Penggunaan sterilisasi pemanasan kering pada temperatur
340ᴼF (170ᴼC) dalam waktu 1 jam atau temperatur 320 ᴼF
(160ᴼC) dalam waktu 2 jam.

Gambar: Sterilisasi dengan Panas Kering


Sumber: Decontamination and Reprocessing of Medical Devices for Health-
Care Facilities. WHO. 2016

C. Proses Desinfeksi Peralatan Semi Kritikal


Desinfeksi peralatan semi kritikal dilakukan melalui proses DTT adalah proses
menghilangkan semua mikroorganisme, kecuali beberapa endospora bakteri
dengan merebus, mengukus atau memakai desinfektan kimiawi. Desinfeksi

240
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

dilakukan setelah proses pre-cleaning dan pembersihan dengan cara sebagai


berikut:
1. Proses DTT dengan perendaman kimiawi dilakukan menggunakan
cairan desinfektan (natrium hypochlorite 5,25% yang ada di pasaran
dengan cara diencerkan menjadi 0.1 % menggunakan air DTT ) atau
Glutaraldehid 2 % atau peroxide hydrogen 6 % selama 15 – 20 menit.
Pastikan seluruh permukaan peralatan terendam dalam cairan tersebut.
Lihat instruksi dari pabrikan sesuai desinfektan yang dipilih untuk
menjaga risiko terhadap peralatan.

Gambar: DTT dengan Kimiawi


Sumber: Materi CTU IBI

2. Proses DTT dengan cara perebusan atau pengukusan dilakukan dalam


waktu 20 menit dihitung setelah air mendidih atau sampai terbentuknya
uap yang diakibatkan oleh air yang mendidih. Tidak diperkenankan
menambah air atau apapun apabila proses perebusan atau pengukusan
belum selesai. Catatan: uap air panas pada 100 ᴼC, akan membunuh
semua bakteri, virus, parasit, dan jamur dalam 20 menit kecuali
endospora.

241
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

Gambar: DTT dengan Pengukusan


Sumber: Materi CTU IBI

Gambar: DTT dengan Perebusan


Sumber: Materi CTU IBI

D. Penyimpanan Instrumen atau Peralatan Steril


Penyimpanan instrumen atau peralatan yang sudah diproses dengan benar
sangat penting untuk menjaga tetap steril. Oleh karena itu perlu ditulis
tanggal proses pada bungkus alat steril sebelum penyimpanan. Instrumen
atau peralatan steril dikemas dan disimpan di lingkungan yang bersih, bebas
dari debu dengan suhu 22-24 0C dan kelembaban < 70 Sedangkan peralatan
yang tidak dibungkus dan akan digunakan segera, tidak perlu disimpan.

242
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

Jangka waktu penyimpanan alat steril sebagai berikut:

Jenis Pembungkus Disimpan dalam tempat Diletakkan dalam rak


tertutup terbuka

Dibungkus tunggal 1 minggu 2 hari


(1 lapis)

Dibungkus double (2 3 minggu 2 minggu


lapis)

Materi Pokok 4.
PEMBUANGAN LIMBAH

A. Tujuan
Sebelum dibuang, limbah berupa benda terkontaminasi sekali pakai
perlu dikelola terlebih dahulu dengan tujuan untuk mencegah infeksi
atau cedera berbahaya akibat benda tajam pada petugas pengelola
limbah serta menghindarkan penularan penyakit ke masyarakat sekitar.
B. Jenis Limbah
Secara umum limbah medis dibedakan menjadi padat, cair, dan gas.
Sedangkan limbah medis padat terdiri dari benda tajam, limbah
infeksius, limbah patologi, limbah sitotoksik, limbah tabung bertekanan,
limbah genotoksik, limbah farmasi, limbah dengan kandungan logam
berat, limbah kimia, dan limbah radioaktif. Berikut ini merupakan jenis
wadah dan label limbah medis padat sesuai kategorinya:

Gambar Jenis Wadah dan Label Limbah Medis Padat


Sumber: PMK Nomor 27 Tahun 2017 tentang PPI

Jenis limbah medis juga dapat dipisahkan menjadi, yaitu:


1. Limbah medis/terkontaminasi: darah, cairan tubuh
2. Limbah non medis/tidak terkontaminasi: sampah rumah tangga, sisa
makanan, sampah kantor

243
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

3. Limbah benda tajam: jarum, spuit, ujung infus, dan benda dengan
permukaan tajam
4. Limbah benda cair: air ketuban, bekas air rendaman detergen

C. Pengolahan limbah
1. Menggunakan sarung tangan rumah tangga
2. Tempatkan limbah berbahaya dalam wadah tertutup dan aman
3. Masukkan instrumen/benda tajam ke dalam tempat khusus yang
tahan tusuk
4. Buang limbah cair pada saluran pembuangan khusus secara hati-
hati
5. Cuci tangan, sarung tangan dan wadah yang telah digunakan untuk
mengelola limbah

Pemusnahan alat dapat menyesuaikan dengan situasi dan kondisi


fasilitas kesehatan dan sesuai dengan peraturan menteri kesehatan.
1. Limbah infeksius dimusnahkan dengan incinerator
2. Limbah non-infeksius dibawa ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA)
3. Limbah benda tajam dimusnahkan dengan incinerator
4. Limbah cair dibuang ke spoel hoek
5. Limbah faces, urin, darah dibuang ke tempat pembuangan/ pojok
limbah (spoel hoek)

Penanganan Limbah Benda Tajam/Pecahan Kaca


1. Jangan menekuk atau mematahkan benda tajam.
2. Jangan meletakkan limbah benda tajam sembarang tempat.
3. Segera buang limbah benda tajam ke wadah yang tersedia tahan
tusuk dan tahan air dan tidak bisa dibuka lagi.
4. Selalu dibuang sendiri oleh si pemakai.
5. Tidak menyarungkan kembali jarum suntik habis pakai (recapping).
6. Wadah benda tajam diletakkan dekat lokasi tindakan.
7. Bila menangani limbah pecahan kaca gunakan sarung tangan rumah
tangga.
8. Wadah Penampung Limbah Benda Tajam, syarat:
a. Tahan bocor dan tahan tusukan.
b. Harus mempunyai pegangan yang dapat dijinjing dengan satu
tangan.
c. Mempunyai penutup yang tidak dapat dibuka lagi.
d. Bentuknya dirancang agar dapat digunakan dengan satu tangan.
e. Ditutup dan diganti setelah 2/3 bagian terisi dengan limbah.
f. Ditangani bersama limbah medis.

244
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

VIII. REFERENSI
1. Family Planning: A Global Handbook for Providers. WHO. 2018
2. Decontamination and Reprocessing of Medical Devices for Health-Care
Facilities. WHO. 2016
3. Pedoman Kontrasepsi dan Pelayanan KB
4. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 27 Tahun 2017 tentang Pedoman
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Fasilitas Pelayanan kesehatan

245
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

MPI 6
Pencatatan dan Pelaporan KB

246
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

MATA PELATIHAN INTI 6


PENCATATAN DAN PELAPORAN PELAYANAN KB

I. DESKRIPSI SINGKAT
Monitoring dan evaluasi sangat penting untuk memantau pencapaian program.
Tersedianya data dan informasi yang akurat merupakan hal yang sangat penting
dalam proses perencanaan suatu program, termasuk program pelayanan KB. Oleh
sebab itu, mengingat program KB merupakan salah satu program pokok fasilitas
pelayanan kesehatan yang wajib dilaksanakan, maka sistem pencatatan dan
pelaporan pelayanan KB sangat diperlukan. Pencatatan dan pelaporan merupakan
salah satu upaya dalam penguatan manajemen pelayanan KB, khususnya pada
penyediaan data dan informasi yang akurat.

Melalui pencatatan dan pelaporan, data yang didapatkan diharapkan mampu


membantu pengelola program untuk dapat memantau pencapaian program
pelayanan KB secara berkesinambungan di suatu wilayah sehingga dapat
mengidentifikasi secara dini permasalahan yang ada di wilayah kerja masing-masing
dan selanjutnya menetapkan intervensi yang diperlukan.

II. HASIL BELAJAR DAN INDIKATOR HASIL BELAJAR


A. Hasil Belajar
Setelah mengikuti mata pelatihan ini, peserta mampu melakukan pencatatan dan
pelaporan pelayanan KB

B. Indikator Hasil Belajar


Setelah mengikuti mata pelatihan ini peserta mampu:
1. Menjelaskan monitoring dan evaluasi pelayanan KB
2. Melakukan kegiatan pencatatan dan pelaporan dalam pelayanan KB

III. MATERI POKOK DAN SUB MATERI POKOK


Dalam modul ini akan dibahas materi pokok dan sub materi pokok sebagai berikut:

Materi Pokok 1. Monitoring dan Evaluasi Pelayanan KB

Materi Pokok 2. Pencatatan dan Pelaporan dalam Pelayanan KB


Sub Materi Pokok 2
a. Pengertian
b. Tujuan
c. Manfaat
d. Formulir Pencatatan dan Pelaporan
e. Sistem Pencatatan dan Pelaporan

IV. METODE
Metode pembelajaran yang digunakan dalam materi ini yaitu:
1. Curah pendapat
2. Ceramah tanya jawab
3. Latihan pengisian formulir pencatatan dan pelaporan

247
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

V. MEDIA DAN ALAT BANTU


Media dan alat bantu pembelajaran yang digunakan dalam materi ini yaitu:
1. Bahan tayang
2. Modul
3. Laptop/komputer
4. LCD projector
5. Spidol
6. Koneksi Internet
7. Panduan latihan pengisian form pencatatan dan pelaporan
8. Lembar kasus
9. Form Kohort Kesehatan Usia Reproduksi

VI. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN


Berikut disampaikan langkah-langkah kegiatan dalam proses pembelajaran materi ini.

Langkah 1.
Pengkondisian
1. Fasilitator menyapa peserta dengan ramah dan hangat. Apabila belum pernah
menyampaikan sesi di kelas, mulailah dengan perkenalan. Perkenalkan diri
dengan menyebutkan nama lengkap, instansi tempat bekerja, materi yang akan
disampaikan.
2. Sampaikan tujuan pembelajaran materi pokok dan sub materi pokok yang akan
disampaikan, sebaiknya dengan menggunakan bahan tayang.

Langkah 2.
Diskusi singkat mengenai materi yang akan disampaikan
Fasilitator menggali pendapat peserta tentang Pencatatan dan Pelaporan dalam
Pelayanan KB dengan metode ceramah interaktif.

Langkah 3.
Pembahasan per Materi
1. Fasilitator menyampaikan paparan materi sesuai urutan materi pokok dan sub
materi pokok dengan menggunakan bahan tayang. Kaitkan juga dengan
pendapat/pemahaman yang dikemukakan oleh peserta agar mereka merasa
dihargai.
2. Fasilitator memandu diskusi mengenai materi Pencatatan dan Pelaporan dalam
Pelayanan KB.

Langkah 4.
Penugasan
Fasilitator membagi peserta menjadi 5 kelompok dan menjelaskan panduan pengisian
form pencatatan dan pelaporan. Kemudian, peserta melakukan diskusi kelompok dan
mengerjakan lembar kasus sesuai dengan panduan yang disampaikan.

Langkah 5
Rangkuman

248
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

1. Fasilitator memberikan rangkuman materi dengan tujuan untuk membantu peserta


memahami pokok-pokok isi pembelajaran dan mengingat materi yang sudah
disampaikan.
2. Fasilitator melakukan evaluasi menggunakan pre-post test untuk menilai
pemahaman peserta setelah pembelajaran.
3. Fasilitator menutup sesi pembelajaran dengan mengucapkan terima kasih dan
salam perpisahan kepada peserta.

VII. URAIAN MATERI

Materi Pokok 1.
MONITORING DAN EVALUASI PELAYANAN KB

Pemantauan (monitoring) dapat diartikan sebagai upaya pengumpulan, pencatatan,


dan analisis data secara periodik dalam rangka mengetahui kemajuan program dan
memastikan kegiatan terlaksana sesuai rencana. Penilaian (evaluasi) adalah proses
pengumpulan dan analisis informasi mengenai efektivitas dan pencapaian suatu
program.

Tujuan sistem monitoring dan evaluasi adalah untuk mengetahui sejauh mana
keseluruhan upaya yang dilaksanakan berdampak terhadap kemajuan program KB,
termasuk pelayanan kontrasepsi yang mencakup ketersediaan pelayanan,
keterjangkauan pelayanan, dan kualitas pelayanan KB tersebut berdasarkan
kebijakan yang berlaku. Kegiatan pemantauan dan evaluasi pelayanan ini di
lapangan pada hakikatnya dapat terselenggara melalui peran yang dilaksanakan
oleh Tim Jaga Mutu dengan menggunakan indikator-indikator pelayanan yang sudah
ditetapkan pada setiap metode kontrasepsi dalam program KB.

Pada pelaksanaannya sering terjadi kerancuan pengertian kegiatan monitoring


dengan evaluasi walaupun sebenarnya pengertian keduanya sangat berbeda.
Berikut adalah gambaran perbedaan antara pemantauan dan evaluasi:

Tabel 1. Perbedaan Pemantauan dan Evaluasi

Pemantau Penilaian (Evaluasi)


an
(Monitorin
g)
Kapan dilakukan Secara terus menerus Pada proses dan di
Selama program akhir program
berjalan
Tujuan Memantau Menilai
setiap kemajuan keberhasilan
program program
Fokus Input, proses, output, Efektivitas,
dan rencana kerja relevansi, dampak,
program dan cost-
effectiveness
program

249
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

Pelaksana Penanggung Penanggung jawab


jawab program program dan pihak
lainnya
Sumber Informasi Data rutin, laporan Sama, tetapi ditambah
rutin, observasi dengan hasil survei,
lapangan, laporan studi, dan penelitian
pelaksanaan program

Dengan adanya pemantauan, maka penanggung jawab program mendapat informasi


yang dapat digunakan dalam pengambilan keputusan supaya pelaksanaan program
dapat berjalan lebih baik.
Dalam melakukan pemantauan dan evaluasi perlu ditentukan indikator keberhasilan
program. Indikator dapat dikelompokkan berdasarkan kategori meliputi indikator
input, proses serta outcome. Indikator yang dipilih adalah indikator yang paling
berkaitan langsung dengan kinerja program KB dan utamakan indikator yang ada
dalam pedoman sistem pencatatan dan pelaporan pelayanan KB.

1. Indikator Input
Indikator input mengacu pada Sistem Kesehatan Nasional meliputi:
a. Data sasaran: sasaran PUS, PUS dengan 4T dan sasaran ibu bersalin
b. Data alat dan obat kontrasepsi: memenuhi kecukupan jumlah dan jenis
alokon di fasilitas
c. Data ketenagaaan: kecukupan dari segi jumlah, distribusi, pelatihan yang
telah dilaksanakan serta kompetensi petugas
d. Data sarana-prasarana: memenuhi kecukupan jumlah dan jenis sarana
prasarana pelayanan KB
e. Data sumber pembiayaan: APBN, APBD atau sumber daya lainnya yang
tidak mengikat
2. Indikator proses
Mengacu atau membandingkan kesesuaian pelaksanaan dengan standar
(dapat menggunakan instrumen kajian mandiri, penyeliaan fasilitatif dan
audit medik pelayanan KB), seperti:
a. Pengendalian pencegahan infeksi
b. Pelayanan konseling
c. Pemberian pelayanan KB
Indikator Cakupan Pelayanan KB:
a. Persentase peserta KB baru per metode kontrasepsi
b. Persentase peserta KB aktif per metode kontrasepsi
c. Persentase peserta KB cara modern
d. Persentase kesertaan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP)
e. Persentase KB Pasca Persalinan per metode kontrasepsi
f. Persentase kasus efek samping per metode
g. Persentase kasus komplikasi per metode
h. Persentase kasus kegagalan per metode
i. Persentase kasus Drop-Out per metode
j. Persentase PUS “4T” ber-KB
3. Indikator outcome

250
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

Merupakan indikator hasil atau dampak terkait pelayanan KB, antara lain:
a. Pasangan Usia Subur (PUS) yang tidak ingin punya anak lagi atau yang
ingin menjarangkan kelahiran, tetapi tidak menggunakan kontrasepsi
(Unmet Need)
b. Angka Kelahiran Total/Total Fertility Rate (Rata-rata banyaknya anak
yang dilahirkan hidup oleh seorang wanita selama masa reproduksinya)
c. Angka Kematian Ibu
Diharapkan dengan pelayanan KB yang optimal, maka dapat mendukung
penurunan kejadian kehamilan yang tidak diinginkan dan aborsi yang
tidak aman sehingga berdampak dalam menurunkan Angka Kematian
Ibu.

Pemantauan dan evaluasi dilakukan secara berjenjang sesuai dengan tugas dan
fungsi unit kerja di tingkat pusat sampai ke tingkat kabupaten/kota:

1. Tingkat Pusat
Kementerian Kesehatan dan BKKBN melakukan pemantauan secara berkala
terhadap seluruh pelaksanaan program pelayanan KB di tingkat Provinsi,
diantaranya melalui pelaporan data rutin daerah secara berkala, uji petik dan
fasilitasi di lapangan, maupun dalam implementasi kebijakan yang ada
bersama-sama dengan tim provinsi. Sedangkan dalam melakukan evaluasi,
Kementerian Kesehatan dan BKKBN melihat pelaporan data rutin di awal dan
akhir program, hasil survei, studi literatur dan penelitian maupun implementasi
kebijakan yang ada di akhir program. Hasil pemantauan dan evaluasi
pelaksanaan program KB sebagai umpan balik diteruskan kepada provinsi dan
kabupaten/kota untuk perbaikan dan peningkatan kualitas pelayanan KB.
2. Tingkat Provinsi
Dinas Kesehatan Provinsi dan Perwakilan BKKBN Provinsi melakukan
pemantauan secara berkala terhadap seluruh pelaksanaan program pelayanan
KB di tingkat provinsi, di antaranya melalui pelaporan data rutin kabupaten/kota
secara berkala, bimbingan dan fasilitasi di lapangan, maupun dalam
implementasi kebijakan yang ada bersama-sama dengan tim kabupaten/kota.
Sedangkan dalam melakukan evaluasi, Dinas Kesehatan Provinsi dan
Perwakilan BKKBN Provinsi melihat pelaporan data rutin di awal dan akhir
program, hasil survei, studi literatur dan penelitian maupun implementasi
kebijakan yang ada di akhir program. Hasil pemantauan dan evaluasi
pelaksanaan program KB sebagai umpan balik diteruskan kepada
kabupaten/kota dan faskes untuk perbaikan dan peningkatan kualitas
pelayanan KB.
3. Tingkat Kabupaten/Kota
Dinas Kesehatan Kab/kota dan SKPD KB kabupaten/kota melakukan
pemantauan secara berkala terhadap seluruh pelaksanaan program pelayanan
KB di tingkat Kab/kota, di antaranya melalui pelaporan data rutin puskesmas
secara berkala, bimbingan dan fasilitasi di lapangan, Audit Medik Pelayanan KB
maupun dalam implementasi kebijakan yang ada.
Sedangkan dalam melakukan evaluasi, Dinas Kesehatan kabupaten/kota dan
SKPD KB kabupaten/kota melihat pelaporan data rutin di awal dan akhir
program maupun implementasi kebijakan yang ada di akhir program.
Hasil pemantauan dan evaluasi pelaksanaan program KB sebagai umpan balik
diteruskan kepada Faskes untuk perbaikan dan peningkatan kualitas pelayanan
KB. Pemantauan pelayanan KB dapat dilaksanakan tersendiri maupun
terintegrasi dengan program lainnya seperti program KIA.

251
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

Demikian juga dengan pemantauan di tingkat pelayanan dilaksanakan baik di tingkat


Puskesmas maupun RS.
1. Tingkat Puskesmas
Puskesmas melakukan pemantauan dan evaluasi terhadap pelaksanaan
program pelayanan KB di wilayah kerjanya secara berkala dan terpadu
menggunakan Kohort Kesehatan Usia Reproduksi, kajian mandiri, penyeliaan
fasilitatif dan Audit Medik Pelayanan KB. Pemantauan juga dilaksanakan sampai
ke jejaring FKTP yang memberikan pelayanan KB.
Contoh:
Kohort Kesehatan usia reproduksi dapat digunakan untuk memantau kunjungan
ulang klien KB non-MKJP sehingga bisa mencegah terjadinya drop out karena
dapat dipantau kapan waktu seharusnya klien datang untuk kunjungan ulang.
Jika diketahui klien tidak melakukan kunjungan ulang maka tenaga kesehatan
wajib mencari tahu dan bisa bekerjasama dengan PKB/PLKB atau kader
setempat untuk melacak klien tersebut.
2. Tingkat Rumah Sakit
Rumah Sakit melakukan pemantauan dan evaluasi terhadap pelaksanaan
program pelayanan KB di rumah sakit secara berkala dengan menggunakan
kajian mandiri, penyeliaan fasilitatif dan Audit Medik Pelayanan KB.

Dalam pemantauan diberikan umpan balik kepada pemberi laporan. Tindak lanjut
diberikan berdasarkan kondisi yang ditemukan pada saat pemantauan. Dalam upaya
peningkatan kualitas pelayanan KB, sampai dengan saat ini Kementerian Kesehatan
telah mengembangkan:

1. Kajian mandiri untuk melakukan pemantauan dan penilaian diri sendiri


Kajian mandiri berarti penilaian sendiri mengenai kinerja pelayanan KB yang
dilakukan oleh tim jaminan/menjaga mutu fasilitas yang ditunjuk oleh fasilitas
kesehatan. Kajian mandiri dilakukan secara berkala untuk memantau kualitas
pelayanan yang diberikan. Hasil kajian dibahas dan divalidasi oleh tim secara
bersama yang selanjutnya merupakan dasar untuk melakukan intervensi.

Instrumen ini terdiri dari 12 modul, yaitu: 1) Sumber Daya Manusia dan Fasilitas
Fisik, 2) Manajemen Fasilitas, 3) Fokus pada Klien, 4) Pencegahan Infeksi, 5)
Peserta KB Baru, 6) Peserta Baru Pil KB, 7) Peserta Baru Suntik KB, 8) Peserta
Baru AKDR, 9) Peserta Baru Implan, 10) Kunjungan Ulang: Kontrasepsi Hormonal
Kombinasi, 11) Kunjungan Ulang: Kontrasepsi Hormonal Progestin Saja, 12)
Kunjungan Ulang: AKDR.

Apabila pada hasil kajian mandiri ditemukan ketidaksesuaian antara standar dengan
pelaksanaan pelayanan KB, maka tim akan mengkaji atau mengidentifikasi
penyebabnya dan merumuskan masalah serta alternatif pemecahan masalah.

2. Penyeliaan fasilitatif untuk memantau dan menilai jenjang di bawahnya


Penyeliaan adalah proses atau kegiatan untuk melihat kinerja suatu unit atau
individu untuk mencapai suatu standar/target yang telah ditetapkan sebelumnya.
Penyeliaan fasilitatif lebih mengutamakan kajian terhadap sistem, masalah ataupun
penyebab rendahnya kinerja. Dalam menyusun rencana perbaikan kinerja harus
mengacu pada perbaikan sistem dengan melibatkan dan mendapatkan persetujuan
pihak terkait.

Penyeliaan fasilitatif dilakukan sebagai proses kendali mutu dan berlangsung


secara berkesinambungan meliputi aspek pelayanan dan manajemen. Kegiatan ini
menggunakan suatu instrumen/daftar tilik dalam periode waktu tertentu secara

252
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

berjenjang. Misalnya, dari puskesmas melakukan penyeliaan fasilitatif ke desa


minimal sekali setahun, penanggung jawab program KB di Dinas Kesehatan
kabupaten/kota melakukan penyeliaan ke puskesmas (minimal sekali setahun).

3. Audit Medik Pelayanan KB, yang juga harus dimanfaatkan dalam pemantauan dan
evaluasi pelayanan KB, sehingga menghasilkan perencanaan yang berbasis data.
Audit Medik Pelayanan KB (AMP-KB) merupakan suatu proses kajian kasus medik
KB yang sistematis dan kritis dari komplikasi, kegagalan penggunaan alat/obat
kontrasepsi serta penatalaksanaannya.
Prinsip AMP-KB berorientasi pada peningkatan kualitas pelayanan dengan
pendekatan siklus pemecahan masalah, tidak saling menyalahkan, mencari solusi
untuk perbaikan, serta dilakukan per-klien. Dengan dilakukannya audit medik
pelayanan KB diharapkan dapat menurunkan angka komplikasi KB, angka
kegagalan KB maupun angka drop out KB.

4. Jaga mutu pelayanan KB merupakan proses pemantauan dan evaluasi untuk


menjamin kualitas pelayanan KB yang dilaksanakan melalui kajian mandiri dan
penyeliaan fasilitatif.

Gambar 1. Skema Pemantauan dan Evaluasi Pelayanan KB

5. Hasil pemantauan dan evaluasi sesuai alur di atas digunakan untuk menganalisis
situasi dan kualitas pelayanan saat ini. Selanjutnya, dapat dimanfaatkan sebagai
bahan perencanaan peningkatan kualitas pelayanan KB.

Materi Pokok 2.
PENCATATAN DAN PELAPORAN DALAM PELAYANAN KB

A. Pengertian
Kegiatan pencatatan dan pelaporan merupakan suatu proses untuk
mendapatkan data dan informasi yang merupakan substansi pokok dalam sistem
informasi program KB Nasional dan dibutuhkan untuk kepentingan operasional
program. Data dan informasi tersebut juga merupakan bahan pengambilan
keputusan, perencanaan, pemantauan, dan penilaian serta pengendalian

253
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

program. Oleh karena itu, data dan informasi yang dihasilkan harus akurat, tepat
waktu, dan dapat dipercaya.

B. Tujuan
Tujuan pencatatan dan pelaporan pelayanan KB adalah untuk mendapatkan
data-data hasil kegiatan pelayanan KB yang dilakukan oleh tenaga kesehatan
mulai dari kegiatan masyarakat, fasyankes, tingkat desa/kelurahan,
kabupaten/kota, provinsi sampai dengan tingkat pusat.

Dalam upaya memenuhi harapan dan informasi yang berkualitas, maka selalu
dilakukan langkah-langkah penyempurnaan sesuai dengan perkembangan
program, visi dan misi serta perkembangan kemajuan teknologi dan informasi.
Pencatatan dan pelaporan pelayanan KB ditujukan kepada kegiatan dan hasil
kegiatan operasional yang meliputi:
1. Kegiatan pelayanan kontrasepsi
2. Hasil kegiatan pelayanan kontrasepsi baik di klinik KB maupun di
dokter/praktik mandiri bidan
3. Pencatatan ketersediaan dan kondisi alat-alat kontrasepsi di klinik KB
Khusus untuk pencatatan dan pelaporan hasil kegiatan pelayanan kontrasepsi
terkait dengan kebutuhan yang berbeda, dilakukan dalam dua versi yakni:
1. Sesuai dengan format dari Kementerian Kesehatan
2. Sesuai dengan format dari BKKBN

C. Manfaat
Pencatatan dan pelaporan yang rapi akan menghasilkan data yang dapat
digunakan sebagai bahan advokasi, komunikasi dan sosialisasi suatu program.
Upaya-upaya advokasi akan lebih efektif dan berhasil apabila disertai dukungan
fakta dalam bentuk data atau informasi yang akurat.

D. Formulir Pencatatan dan Pelaporan


Hasil pelayanan KB di puskesmas dan jaringannya dicatat dengan menggunakan
format pencatatan dan pelaporan pelayanan KB, yaitu:
1. Register Kohort Kesehatan Reproduksi
Register ini digunakan untuk mencatat PUS yang menjadi klien KB pada
wilayah puskesmas tersebut dan hasil pelayanan kontrasepsi pada peserta
baru dan lama setiap hari pelayanan. Dalam register ini berisi data tentang
hasil pelayanan, keluhan komplikasi, efek samping, kegagalan KB, dan ganti
cara
2. Register pelayanan KB (R/I/KB/20)
Register ini digunakan untuk mencatat setiap hari pelayanan KB yang
diberikan kepada Pasangan Usia Subur (PUS, yang datang untuk
menjadi peserta KB baru atau peserta KB lama yang datang berkunjung
ulang (ulangan) di faskes KB/jaringan/jejaring tersebut.
3. Lampiran Register Pelayanan KB (Lampiran R/II/KB/20)
mencatat hasil rekapitulasi pelayanan KB selama 1 (satu) bulan yang
bersumber dari Register Pelayanan KB (Lamp.R/I/KB/20) pada bulan
yang sama.
4. Register alokon (R/II/KB/20)
Register ini digunakan untuk mencatat setiap hari mutasi alokon, baik saldo
awal bulan, penerimaan, pengeluaran, serta saldo akhir bulan dari
semua jenis alat dan obat kontrasepsi untuk masing-masing sumber

254
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

alokon di faskes KB/jaringan/jejaring tersebut.


5. Buku KIA, digunakan untuk mencatat pelayanan KB Pasca persalinan dalam
amanat persalinan.

Terdapat pula formulir yang digunakan untuk mendata PUS dan berguna dalam
menentukan sasaran KB seperti PUS 4T dan PUS peserta BPJS. Formulir-
formulir tersebut antara lain:
1. Kartu Peserta KB (K/I/KB)
Kartu ini digunakan sebagai tanda pengenal dan bukti diri sebagai peserta KB.
serta digunakan pula untuk memperoleh pelayanan ulang di semua faskes
KB/jaringan/jejaring lain.
2. Kartu Status Peserta KB (K/IV/KB)
Kertu ini digunakan untuk mencatat identitas diri, catatan medik hasil skrining
dalam pelayanan, dan pemilihan penggunaan alat/obat/cara kontrasepsi yang
tepat bagi peserta KB.
3. Kartu pendataan tenaga dan sarana (K/0/KB)
Kartu ini digunakan untuk melakukan pendaftaran pertama bagi faskes
KB/jaringan/jejaring baru pada saat didirikan, dan untuk updating data pada
saat ada perubahan data pada faskes KB/jaringan/jejaring.

Sedangkan untuk pelaporan pelayanan KB menggunakan formulir berikut ini:


1. Laporan pelayanan KB yang merupakan rekapitulasi kohort
2. Laporan PWS KIA
3. Rekapitulasi laporan bulanan F/II/KB
4. Rekapitulasi pendataan tenaga dan sarana fasilitas kesehatan pelayanan KB
5. Rekapitulasi laporan bulanan alokon dan BHP

E. Sistem Pencatatan dan Pelaporan


Pencatatan dan pelaporan pelayanan KB memiliki mekanisme sebagai berikut:
1. Setiap peserta KB baru dan peserta KB pindahan dibuatkan Kartu Peserta KB
(K/I/KB), disimpan oleh peserta KB dan dibawa ke fasyankes setiap peserta
KB melakukan kunjungan ulang
2. Setiap peserta KB baru dan peserta KB pindahan dibuatkan Kartu Status
Peserta KB (K/IV/KB), disimpan di fasyankes yang bersangkutan dan
digunakan kembali ketika peserta KB melakukan kunjungan ulang di faskes
tersebut
3. Setiap pelayanan KB yang dilakukan oleh puskesmas harus dicatat dalam
Kohort Kesehatan Usia Reproduksi atau Register Klinik KB (R/I/KB), dilakukan
rekapitulasi pada setiap akhir bulan
4. Setiap penerimaan dan pengeluaran jenis alat/obat kontrasepsi oleh fasyankes
dicatat dalam Register Alat Kontrasepsi Klinik KB (R/II/KB), dilakukan
rekapitulasi pada setiap akhir bulan dan merupakan sumber data untuk
pengisian Laporan Bulanan Klinik KB (F/II/KB)
5. Pelayanan kontrasepsi yang dilakukan di pustu, poskesdes/polindes, dan
dokter/praktik mandiri bidan setiap hari dicatat dalam Kohort Kesehatan Usia
Reproduksi, dilakukan rekapitulasi setiap akhir bulan, dikirim ke puskesmas
penanggung jawab wilayah kerja yang bersangkutan dan merupakan sumber
data untuk pengisian Laporan Bulanan Puskesmas
6. Setiap bulan petugas puskesmas membuat Laporan Hasil Pelayanan
Kontrasepsi yang ada di seluruh wilayah kerjanya dengan merekapitulasi hasil
pelayanan kontrasepsi yang dilakukan oleh puskesmas dan hasil pelayanan
kontrasepsi yang dikirim dari pustu, poskesdes/polindes dan dokter/praktik
mandiri bidan yang ada dalam wilayah kerjanya
7. Pelaporan puskesmas dilaporkan ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan

255
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

ditembuskan juga ke PD KB
8. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota melaporkan ke Dinas Kesehatan Provinsi

Gambar 2. Alur Pencatatan dan Pelaporan Pelayanan KB

VIII. REFERENSI
1. Petunjuk Teknis Kohort Kesehatan Reproduksi
2. Pedoman Kontrasepsi dan Pelayanan KB
3. Pedoman Manajemen Keluarga Berencana, Kemenkes RI 2014

IX. LAMPIRAN
Lembar Pengisian Formulir
1. Kartu KB
2. Buku KIA
3. Kartu Status Peserta KB
4. Kartu Ibu atau Rekam Medis Lainnya
5. Register Kohort Ibu
6. Register Kohort Kesehatan Usia Reproduksi
7. Register Pelayanan KB (R/I/KB/20)
8. Register Alat Dan Obat Kontrasepsi (R/II/KB/20)

256
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

KARTU KB

257
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

BUKU KIA

258
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

KARTU STATUS PESERTA KB

259
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

KARTU IBU ATAU REKAM MEDIS LAINNYA

260
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

REGISTER KOHORT IBU

261
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

FORMULIR KOHORT KESEHATAN USIA REPRODUKSI

262
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

263
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

264
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

PETUNJUK PENGISIAN KOHORT KESEHATAN USIA REPRODUKSI

1. Kolom 1
Kolom Referensi diisi dengan: jenis kohort, tahun kohort dan nomor urut
klien pada kohort tahun sebelumnya di mana klien terdata. Contoh:
● Ibu 2017/15 artinya klien pada tahun 2017 terdapat di dalam kohort
kesehatan ibu dengan nomor urut 15
● Rem 2017/30 artinya klien pada tahun 2017 terdata di dalam kohort
kesehatan usia sekolah dan remaja dengan nomor urut 30
● Rep 2017/23 artinya klien pada tahun 2017 terdata di dalam kohort
kesehatan usia reproduksi dengan nomor urut 23
2. Kolom 2
Diisi dengan nomor urut. Contoh:
● 1 artinya klien merupakan urutan pertama tercatat di kohort
● 2 artinya untuk klien urutan kedua pada kohort
● Dan seterusnya
3. Kolom 3
Diisi dengan nama klien sesuai yang tertera pada identitas (KTP/SIM/dll).
Khusus PUS, ditambah nama pasangan klien. Contoh:
● Rini Puspita Sari: nama klien yang tertera pada identitas
● Cantika Purwadana/Gunawan Purdadi: Nama yang tertera adalah klien
dan pasangannya sesuai dengan yang tertera pada identitas
4. Kolom 4
Diisi dengan status klien: Catin atau PUS (tulis salah satu). Contoh:
● Catin artinya klien berstatus calon pengantin (akan melangsungkan
pernikahan)
● PUS artinya klien berstatus pasangan usia subur (pasangan yang
istrinya berumur antara 15-49 tahun, dalam hal ini termasuk pasangan
yang istrinya lebih dari 49 tahun tetapi masih mendapat menstruasi)
5. Kolom 5
Diisi dengan NIK klien sesuai KTP/KK. Contoh:
● 1527029004300009 artinya klien memberikan BIK sesuai KTP
● 3291072807270008 artinya klien memberikan NIK sesuai KK
6. Kolom 6
Diisi dengan jenis kelamin klien: Laki-laki (L) atau perempuan (P). Contoh:
● L artinya klien berjenis kelamin laki-laki
● P artinya klien berjenis kelamin perempuan

265
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

7. Kolom 7
Diisi dengan alamat klien sesuai identitas (KTP/SIM/dll). Contoh: Jln,
Tirtayasa Agung No. 3 Rt 004 Rw 005, Kel. Baktijaya, Kec. Sukmajaya Depok
Jawa Barat
8. Kolom 8
Diisi dengan umur klien sesuai tanggal, bulan, tahun lahir berdasarkan yang
tertera pada identitas (KTP/SIM/dll). Contoh: 25 tahun
9. Kolom 9 D
Diisi dengan golongan darah klien sesuai hasil pemeriksaan. Contoh:
● A+ artinya klien memiliki golongan darah A dengan rhesus positif
● O- artinya klien memiliki golongan darah O dengan rhesus negative
10. Kolom 10
Diisi dengan jumlah anak hidup, jika tidak ada diisi 0. Contoh:
● 2 artinya klien memiliki 2 orang anak yang hidup
● 0 artinya klien tidak memiliki anak yang hidup
11. Kolom 11
Diisi dengan Y jika klien memiliki minimal satu risiko 4T (Terlalu musa <20
tahun, Terlalu tua >35 tahun, Terlalu dekat jarak kehamilan <2 tahun,
Terlalu banyak >3 ANAK), isi T jika tidak ada risiko
12. Kolom 12
Pascapersalinan : diisi dengan PP jika klien perempuan masih dalam masa
nifas (0-42 hari pasca melahirkan). T jika tidak
Pascakeguguran : diisi dengan PK jika klien perempuan pascakeguguran (0-
14 hari pasca keguguran). T jika tidak
13. Kolom 13
● Tanggal diisi dengan tanggal kunjungan
● Kolom A dan B hanya diisi sesuai komponen pemeriksaan yang telah
dilakukan. Jika ada komponen pemeriksaan yang tidak dilakukan maka
tidak ditulis.
● Kolom A diisi dengan hasil pemeriksaan terkait gizi dan status imunisasi
T:
o Kode A+ untuk Anemia, atau A- untuk tidak anemia
o Kode L< untuk LiLA <23,5 cm, atau L> untuk LiLA >23,5 cm
o Kode O untuk Obesitas, G untuk Gemuk, N untuk Normal, K untuk
Kurus, KS untuk Kurus sekali
o Kode T (T1-T5) untuk imunisasi tetanus
● Kolom B diisi dengan hasil pemeriksaan penyakit menular, penyakit
tidak menular, dan penyakit genetik yang dilakukan:
o Kode IMS+ jika hasil pemeriksaan IMS positif, IMS- jika hasil negative

266
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

o Kode HIV R jika hasil pemeriksaan HIV reaktif, HIV NR jika hasil non
reaktif
o Kode Hep R jika hasil pemeriksaan Hepatitis B reaktif, Hep NR jika
hasil non reaktif
o Kode TB+ jika hasil pemeriksaan TB positif, TB- jika hasil negatif
o Kode M+ jika hasil pemeriksaan Malaria positif, M- jika hasil negatif
o Kode DM+ jika hasil pemeriksaan DM positif, DM- jika hasil negatif
o Kode HT+ jika hasil pemeriksaan tekanan darah menunjukkan
hipertensi, HT- jika hasil negative
o Kode J+ jika hasil pemeriksaan SRQ-20 menunjukkan masalah
psikologis, dan J- jika tidak ditemukan masalah psikologis
o Kode Th ✓ jika terdapat Riwayat Thalassemia pada klien/keluarga
o Kode Hf ✓ jika terdapat Riwayat Hemofilia pada klien/keluarga
o Kode IVA+ jika hasil pemeriksaan IVA positif, IVA- jika hasil negatif
o Kode SD+ jika hasil pemeriksaan SADANIS ditemukan kelainan, SD-
jika tidak ditemukan kelainan
● Kolom C diisi dengan pelayanan KB:
o Kode B untuk peserta baru, L untuk peserta lama, KBPP untuk
pelayanan KB selama dalam masa nifas (0-42 hari pasca
melahirkan), KBPK untuk pelayanan perempuan pascakeguguran
(0-14 hari pasca keguguran). DO untuk drop out, GC untuk ganti
cara, G untuk gagal, KL untuk komplikasi, ES untuk efek samping
o Kode P untuk Pil, S1 untuk Suntik 1 bulan, S3 untuk Suntik 3
bulan, AKDR CuT 380A untuk Alat Kontrasepsi Dalam Rahim
Copper-T 380A, AKDR Lain-lain untuk Alat Kontrasepsi
Dalam Rahim selain Copper-T 380A, I1 untuk Implan
satu batang, I2 untuk Implan dua batang, K untuk Kondom,
MOW untuk Metode Operasi Wanita, MOP untuk Metode
Operasi Pria, MAL untuk Metode Amenore Laktasi, KKB untuk
konseling dalam pelayanan KB
o Kode C untuk pencabutan: C-AKDR CuT 380A untuk Alat
Kontrasepsi Dalam Rahim Copper-T 380A, C-AKDR Lain-lain
untuk Alat Kontrasepsi Dalam Rahim selain Copper-T 380A,
C-I1 untuk Implan satu batang, C-I2 untuk Implan dua batang
o Kode CP untuk pencabutan dan pemasangan: CP-AKDR CuT
380A untuk Alat Kontrasepsi Dalam Rahim Copper-T 380A,
CP-AKDR Lain-lain untuk Alat Kontrasepsi Dalam Rahim
selain Copper-T 380A, CP-I1 untuk Implan satu batang, CP-I2
untuk Implan dua batang
o Sumber alokon: APBN untuk pengadaan alokon dengan
sumber pembiayaan APBN, APBD untuk pengadaan alokon

267
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

dengan sumber pembiayaan APBD, M untuk alokon dengan


pembiayaan mandiri
o Kolom Yankes diisi dengan pelayanan yang diberikan (dapat lebih
dari satu): KIE/konseling (K), tata laksana medis (Med), rujuk (Ru),
imunisasi (I).
● Contoh kolom 13:
o Kolom tanggal: 12 (pada kolom Januari) artinya klien melakukan
kunjungan pada tanggal 12 Januari
o Kolom A: A+, L<, K, T4 artinya klien anemia, ukuran LiLA <23,5 cm,
kurus dan mendapatkan 4 kali imunisasi T
o Kolom B: IMS-, J- Hf- artinya klien tidak memiliki penyakit IMS,
tidak memiliki masalah psikologis dan tidak memiliki Riwayat
hemofilia pada klien/keluarga
o Kolom C: L, S3 artinya klien peserta lama pelayanan KB dengan
jenis KB suntik 3 bulan
14. Kolom 14
Diisi dengan status klien apda saat keluar dari kohort kesehatan usia
reproduksi, missal:
● Rep artinya pencatatan klien pindah ke kohort kesehatan usia
reproduksi tahun berikutnya
● Hamil artinya pencatatan klien pindah ke kohort kesehatan ibu karena
klien hamil
● Lansia artinya pencatatan klien pindah ke kohort kesehatan lansia
karena sudah masuk usia lansia
● Meninggal artinya pencatatan klien berhenti karena klien meninggal
dunia
● Pindah artinya pencatatan klien berhenti karena klien pindah keluar
wilayah, dan lain- lain
● Pada kolom bulan sisanya diberi garis panjang atau diarsir hingga bulan
Desember
● Penggunaan asuransi:
- BPJS → peserta BPJS
- L → menggunakan asuransi lainnya
- T -> tidak menggunakan asuransi

268
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

269
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

270
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

PETUNJUK PENGISIAN REGISTER PELAYANAN KB (R/I/KB/20)

A. PETUNJUK UMUM
1. R/I/KB/20 dibuat dalam rangkap 2 (dua), masing-masing lembar diperuntukkan :
a. Lembar ke-1 dikirim ke petugas entri data (jika petugas entri data bukan petugas
RR dari faskes KB/jaringan/jejaring bersangkutan).
b. Lembar ke-2 sebagai arsip bagi faskes KB/jaringan/jejaring bersangkutan.
2. Setiap akhir bulan, pimpinan faskes KB/jaringan/jejaring menandatangani R/I/KB/20
setelah terisi lengkap dan benar.
3. Setiap lembar R/I/KB/20 yang sudah terisi penuh, maka ditutup dengan penjumlahan
hasil kegiatan pelayanan KB. Setiap akhir bulan, R/I/KB/20 ditutup dan dijumlahkan
dari semua hasil kegiatan pelayanan KB pada bulan bersangkutan. Jadi, data akhir
bulan merupakan hasil penjumlahan dari hasil kegiatan pelayanan KB selama satu
bulan yang dicatat pada halaman-halaman sebelumnya.
4. Pencatatan R/I/KB/20 bulan berikutnya dimulai dengan halaman baru.

B. IDENTITAS TEMPAT PELAYANAN KB


1. NAMA FASKES KB/JARINGAN/JEJARING, diisi dengan nama faskes
KB/jaringan/jejaring yang melakukan pelayanan KB, sesuai dengan nama yang ada
pada K/0/KB/20.
2. KODE FASKES KB/JARINGAN/JEJARING, diisi dengan kode register faskes
KB/jaringan/jejaring yang melakukan pelayanan KB, sesuai dengan kode register
yang ada pada K/0/KB/20.
3. LEMBAR, diisi dengan jumlah lembaran Register Pelayanan KB.
4. BULAN, diisi dengan tanda centang ( ) sesuai dengan bulan dilakukan pelayanan
KB.
5. TAHUN, diisi dengan 2 (dua) angka belakang tahun sesuai dengan tahun dilakukan
pelayanan KB.

C. DATA PELAYANAN KB
1. NO, diisi dengan nomor urut.
2. TANGGAL, diisi dengan angka yang menunjukkan tanggal pelayanan dilakukan
(tanpa diikuti bulan dan tahun). Pencatatan dimulai dari mencatat hari pertama
pelayanan dilakukan, selanjutnya secara berurut tanggal berikutnya dalam bulan
bersangkutan.
Catatan : Setiap hari pelayanan, tanggal cukup diisi satu kali.
3. PESERTA KB, diisi dengan nama lengkap peserta KB bersangkutan, baik peserta
KB baru maupun lama.

271
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

- Nama Suami, diisi dengan nama lengkap suami yang istrinya merupakan peserta
KB
- Istri
• NIK (Nomor Induk Kependudukan), diisi NIK istri sebagai peserta KB.
• Nama, diiisi nama lengkap istri sebagai peserta KB.
• Tanggal Lahir, diisi tanggal lahir istri sebagai peserta KB
4. ALAMAT, diisi dengan alamat lengkap peserta KB bersangkutan.
5. NO. HANDPHONE, diisi dengan nomor handphone peserta KB bersangkutan.
6. STATUS PESERTA KB, diisi sesuai dengan kode status kepersetaan KB peserta KB
bersangkutan, dapat dilihat pada kotak keterangan kode di bawah.
1 : Peserta KB Baru
2 : Peserta KB Ganti Cara
3 : Peserta KB Ulangan
4 : Komplikasi Berat/Kegagalan/Pencabutan
7. INFORMED CONSENT, diisi dengan tanda centang ( ) jika peserta KB
bersangkutan diberikan konseling dan menandatangani informed consent.
8. PASCA PERSALINAN, diisi dengan tanda centang ( ) jika peserta KB baru
bersangkutan merupakan peserta KB pasca persalinan.
9. PASCA KEGUGURAN, diisi dengan tanda centang ( ) jika peserta KB baru
bersangkutan merupakan peserta KB pasca keguguran.
10. JENIS TINDAKAN, diisi dengan kode pada salah satu kolom sesuai dengan jenis
tindakan yang dilakukan (Operatif/Pemberian/Pemasangan, Pencabutan dan
Pemasangan, Pencabutan) dan alat/obat/cara kontrasepsi yang digunakan pada
peserta KB bersangkutan. Kode dapat dilihat pada kotak keterangan KODE JENIS
ALOKON.
Catatan :
• Setiap jenis tindakan ditulis pada 1 (satu) baris. Jika 1 (satu) peserta KB diberikan
2 (dua) atau lebih jenis tindakan, maka 1 (satu) peserta KB tersebut (NIK dan
nama cukup ditulis 1 (satu) kali saja) ditulis pada 2 (dua) atau lebih baris sesuai
dengan jenis tindakan yang diberikan.
11. KASUS, diisi dengan kode jika peserta KB lama bersangkutan yang berkunjung
ulang karena mengalami kasus komplikasi berat atau kegagalan sesuai dengan
keterangan KODE JENIS ALOKON pada kotak keterangan kode di bawah.
12. PENGGUNAAN ASURANSI, diisi dengan tanda centang ( ) pada salah satu kolom
sesuai dengan asuransi yang digunakan oleh peserta KB bersangkutan untuk
pembiayaan tindakannya.
13. SUMBER ALOKON, diisi dengan tanda centang ( ) pada salah satu kolom sesuai
dengan sumber alokon yang digunakan oleh peserta KB bersangkutan.
14. PELAYANAN BERGERAK, diisi dengan tanda centang ( ) apabila dilakukan
pelayanan KB melalui pelayanan bergerak seperti mupen atau bakti sosial.
15. TOTAL, diisi dengan angka-angka yang menunjukkan total hasil pelayanan.

272
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

Setelah R/I/KB/20 terisi dengan benar dan lengkap, maka pada bagian bawah di tempat yang
tersedia diisi nama tempat, tanggal, bulan dan tahun pengisian register. Selanjutnya,
ditandatangani serta diisi nama jelas dan NIP pimpinan faskes KB/jaringan/jejaring
bersangkutan. Jika pimpinan faskes KB/jaringan/jejaring bukan PNS, maka NIP dapat
dikosongkan.

273
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

274
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

275
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

PETUNJUK PENGISIAN REGISTER ALAT DAN OBAT KONTRASEPSI


(R/II/KB/20)

A. PETUNJUK UMUM
1. R/II/KB/20 dibuat dalam rangkap 2 (dua), masing-masing lembar diperuntukkan :
c. Lembar ke-1 dikirim ke petugas entri data (jika petugas entri data bukan petugas RR
dari faskes KB/jaringan/jejaring bersangkutan).
d. Lembar ke-2 sebagai arsip bagi faskes KB/jaringan/jejaring bersangkutan.
2. Setiap akhir bulan, pimpinan faskes KB/jaringan/jejaring menandatangani R/II/KB/20
setelah terisi lengkap dan benar.
3. Setiap lembar R/II/KB/20 yang sudah terisi penuh, maka ditutup dengan penjumlahan
mutasi alokon. Setiap akhir bulan, R/II/KB/20 ditutup dan dijumlahkan dari semua mutasi
alokon pada bulan bersangkutan. Jadi, data akhir bulan merupakan hasil penjumlahan dari
mutasi alokon selama satu bulan yang dicatat pada halaman-halaman sebelumnya.
4. Pencatatan R/II/KB/20 bulan berikutnya dimulai dengan halaman baru.

B. IDENTITAS TEMPAT PELAYANAN KB


1. NAMA FASKES KB/JARINGAN/JEJARING, diisi dengan nama faskes
KB/jaringan/jejaring yang melaporkan alokon, sesuai dengan nama yang ada pada
K/0/KB/20.
2. KODE FASKES KB/JARINGAN/JEJARING, diisi dengan kode register faskes
KB/jaringan/jejaring yang melaporkan alokon, sesuai dengan kode register yang ada
pada K/0/KB/20.
3. LEMBAR, diisi dengan jumlah lembaran mutasi alokon yang dilaporkan.
4. BULAN, diisi dengan tanda centang ( ) sesuai dengan bulan mutasi alokon yang
dilaporkan.
5. TAHUN, diisi dengan 2 (dua) angka belakang tahun sesuai dengan tahun mutasi
alokon yang dilaporkan.

C. DATA MUTASI ALOKON


1. SALDO AWAL, diisi dengan ANGKA menunjukkan total semua jenis alokon yang
masih tersisa pada akhir bulan lalu sesuai dengan sumber alokonnya baik yang
bersumber dari APBN, APBD maupun Mandiri.

2. TANGGAL, diisi dengan ANGKA yang menunjukkan tanggal mutasi alokon.


Pencatatan dimulai dari mencatat SALDO AWAL (saldo pada bulan sebelumnya),
selanjutnya secara berurut tanggal berikutnya dalam bulan bersangkutan.
Catatan : Setiap hari mutasi alokon, tanggal cukup diisi satu kali.

276
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

3. SUMBER ALOKON, diisi dengan kode sesuai dengan keterangan KODE SUMBER
ALOKON pada pilihan di bawah table R/II/KB/20.
1 : APBN
2 : APBD
3 : Mandiri

4. KODE TRANSAKSI, diisi dengan SATU ANGKA yang menunjukkan kode mutasi
alokon sesuai dengan keterangan yang ada di bawah tabel R/II/KB/20, terdiri dari :

a. 1, menunjukkan PENERIMAAN alokon sesuai dengan sumber alokonnya.

b. 2, menunjukkan pengeluaran alokon untuk PELAYANAN KB pada faskes


KB/jaringan/jejaring bersangkutan sesuai dengan sumber alokonnya.

c. 3, menunjukkan pengeluaran alokon oleh FKTP untuk DIDISTRIBUSIKAN ke


jaringan/jejaring di bawahnya disesuaikan dengan sumber alokonnya.

d. 4, menunjukkan pengeluaran alokon ke FASKES LAIN pada kondisi tertentu


sesuai dengan sumber alokonnya

e. 5, menunjukkan pengeluaran alokon dengan alasan RUSAK sesuai dengan


sumber alokonnya.

f. 6, menunjukkan pengeluaran alokon dengan alasan KADALUARSA sesuai


dengan sumber alokonnya.

5. MUTASI ALOKON, diisi dengan keterangan mutasi alokon.

6. ALOKON, diisi dengan ANGKA-ANGKA yang menunjukkan jumlah mutasi semua


jenis alokon sesuai dengan sumber alokonnya.

7. TOTAL PENERIMAAN, diisi dengan ANGKA-ANGKA yang menunjukkan total semua


penerimaan alokon (KODE 1) sesuai dengan sumber alokonnya pada bulan
bersangkutan.

8. TOTAL PENGELUARAN, diisi dengan ANGKA-ANGKA yang menunjukkan total


semua pengeluaran alokon sesuai dengan sumber alokonnya pada bulan
bersangkutan, terdiri dari :

a. Pengeluaran untuk pelayanan KB setiap hari pelayanan yang dicatat pada


R/I/KB/20 HARUS dicatat juga pada R/II/KB/20 (KODE 2)

b. Pengeluaran FKTP untuk distribusi alokon ke jaringan/jejaring di bawahnya


(KODE 3)

c. Pengeluaran kef askes lainnya pada kondisi tertentu (KODE 4)

d. Pengeluaran karena alokon rusak (KODE 5)

e. Pengeluaran karena alokon kadaluarsa (KODE 6)

Sehingga, rumus menghitung TOTAL PENGELUARAN adalah :


TOTAL PENGELUARAN = KODE 2 + KODE 3 + KODE 4 + KODE 5

277
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

9. SALDO AKHIR, diisi dengan ANGKA-ANGKA yang menunjukkan saldo akhir semua
jenis alokon sesuai dengan sumber alokonnya pada bulan bersangkutan.

Sehingga, rumus menghitung SALDO AKHIR adalah :


SALDO AKHIR = (SALDO AWAL + TOTAL PENERIMAAN) – TOTAL
PENGELUARAN

Setelah R/II/KB/20 terisi dengan lengkap dan benar, maka pada bagian kanan bawah diisi
nama tempat, tanggal, bulan dan tahun pengisian register. Selanjutnya, ditandatangani serta
diisi nama jelas dan NIP pimpinan faskes KB/jaringan/jejaring bersangkutan. Jika pimpinan
faskes KB/jaringan/jejaring bukan PNS, maka NIP dapat dikosongkan.

278
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

279
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

MPI 7
Teknik Melatih

280
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

MATA PELATIHAN INTI 7


TEKNIK MELATIH

I. DESKRIPSI SINGKAT
Melatih merupakan kegiatan kompleks yang memerlukan keterampilan dan
kemampuan melaksanakannya. Agar dapat melatih dengan baik seorang
fasilitator harus mempunyai keterampilan dasar melatih yang akan digunakan
dalam melaksanakan tugasnya. Keterampilan ini memerlukan latihan baik
berupa pelatihan yang tertentu saja atau pelatihan yang terintegrasi.
Pembahasan materi ini meliputi konsep pembelajaran orang dewasa, menyusun
rencana pembelajaran, memilih metode, media, dan alat bantu pembelajaran,
menerapkan presentasi interaktif, dan evaluasi hasil belajar.

II. HASIL BELAJAR DAN INDIKATOR HASIL BELAJAR


A. Hasil Belajar
Setelah mengikuti mata pelatihan ini, peserta mampu melatih pada pelatihan
pelayanan kontrasepsi bagi dokter dan bidan di fasilitas kesehatan tingkat
pertama.

B. Indikator Hasil Belajar


Setelah mengikuti mata pelatihan ini peserta mampu:
1. Menjelaskan konsep pembelajaran orang dewasa
2. Menyusun Rencana Pembelajaran (RP)
3. Memilih metode, media, dan alat bantu pembelajaran
4. Menerapkan teknik presentasi interaktif
5. Melakukan evaluasi hasil belajar

III. MATERI POKOK DAN SUB MATERI POKOK


Dalam modul ini akan dibahas materi pokok dan sub materi pokok sebagai
berikut:

Materi Pokok 1. Konsep Pembelajaran Orang Dewasa

Materi Pokok 2. Rencana Pembelajaran (RP)

Materi Pokok 3. Metode, Media, dan Alat Bantu Pembelajaran


Sub Materi Pokok 3
a. Metode Pembelajaran
b. Media Pembelajaran
c. Alat Bantu Pembelajaran

Materi Pokok 4. Teknik Presentasi Interaktif


Sub Materi Pokok 4
a. Pengertian dan Tujuan Presentasi Interaktif

281
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

b. Pengantar Sesi Pembelajaran


c. Pelaksanaan Sesi Pembelajaran
d. Pengakhiran Sesi Pembelajaran

Materi Pokok 5. Evaluasi Hasil Belajar


Sub Materi Pokok 5
a. Pengertian Evaluasi Hasil Belajar
b. Tujuan Evaluasi Hasil Belajar
c. Prinsip Evaluasi Hasil Belajar
d. Jenis-jenis Evaluasi Hasil Belajar

IV. METODE
Metode pembelajaran yang digunakan dalam materi ini:
- Curah pendapat
- Ceramah tanya jawab
- Latihan
- Microteaching

V. MEDIA DAN ALAT BANTU


Media dan alat bantu pembelajaran yang digunakan dalam materi ini:
- Bahan tayang
- Modul
- Video pembelajaran
- Petunjuk Microteaching
- Format RP
- Daftar Tilik Microteaching
- Daftar Tilik Keterampilan Presentasi
- Laptop/komputer
- LCD
- ATK

VI. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN

Berikut disampaikan langkah-langkah kegiatan dalam proses pembelajaran


materi ini.

Langkah 1.
Pengkondisian

1. Fasilitator menyapa peserta dengan ramah dan hangat. Apabila belum


pernah menyampaikan sesi di kelas, mulailah dengan perkenalan.
Perkenalkan diri dengan menyebutkan nama lengkap, instansi tempat
bekerja, materi yang akan disampaikan.
2. Sampaikan tujuan pembelajaran materi Teknik Melatih dan sub materi pokok
yang akan disampaikan, sebaiknya dengan menggunakan bahan tayang.

282
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

Langkah 2.
Diskusi singkat mengenai materi yang akan disampaikan.

Fasilitator menjelaskan materi Teknik Melatih dengan metode ceramah Interaktif.

Langkah 3.
Pembahasan per Materi

1. Fasilitator menyampaikan paparan materi sesuai urutan materi pokok dan


sub materi pokok dengan menggunakan bahan tayang. Kaitkan juga
dengan pendapat/pemahaman yang dikemukakan oleh peserta agar
mereka merasa dihargai.
2. Fasilitator memandu diskusi mengenai materi Teknik Melatih.

Langkah 4.
Penugasan
1. Fasilitator membagi peserta menjadi 5 kelompok. Kemudian, meminta setiap
kelompok untuk melakukan diskusi kelompok dan menyusun Rencana
Pembelajaran (RP).
2. Fasilitator memberikan penjelasan tentang panduan pelaksanaan
microteaching. Kemudian, meminta setiap peserta untuk melakukan
microteaching.

Langkah 5.
Rangkuman
1. Fasilitator memberikan rangkuman materi dengan tujuan untuk membantu
peserta memahami pokok-pokok isi pembelajaran dan mengingat materi
yang sudah disampaikan.
2. Fasilitator melakukan evaluasi menggunakan pre-post test dan daftar tilik
untuk menilai pengetahuan dan keterampilan peserta setelah pembelajaran.
3. Pelatih menutup sesi pembelajaran dengan mengucapkan terima kasih dan
salam perpisahan kepada peserta.

VII. URAIAN MATERI

Materi Pokok 1.
KONSEP PEMBELAJARAN ORANG DEWASA (POD)

A. Pengertian POD
Pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu interaksi antara pembelajar
dengan pengajar dan/atau sumber belajar pada suatu lingkungan belajar
untuk pencapaian tujuan belajar tertentu. Pembelajaran orang dewasa
(POD) dalam Bahasa Inggris dikenal dengan istilah Adult Learning atau
dalam dunia pendidikan lebih dikenal dengan Andragogi, yaitu ilmu

283
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

bagaimana memimpin atau membimbing orang dewasa atau ilmu


mengajar orang dewasa.

POD lebih menekankan pada bagaimana menstimulasi orang dewasa


agar mampu melakukan proses pencarian dan penemuan ilmu
pengetahuan yang mereka butuhkan dalam kehidupan. Oleh karena itu,
di sini peran pengajar adalah memberikan fasilitas yang dibutuhkan oleh
pembelajar dalam belajar.

B. Prinsip POD
Beberapa prinsip dalam pembelajaran orang dewasa (POD):
● Orang dewasa memiliki konsep diri, nilai, keyakinan, dan pendapat.
● Orang dewasa mempunyai banyak pengalaman dan kaya akan informasi.
Pengalaman peserta tidak bisa diabaikan atau bahkan dilecehkan.
Sebagai peserta mereka merupakan sumber belajar bagi yang lain
termasuk bagi fasilitator. Mereka setara dengan fasilitator dengan asumsi
bahwa mereka datang ‘bukan tanpa isi’.
● Orang dewasa mempunyai gaya dan kesiapan belajar yang tidak sama
pada setiap orang. Gunakan beberapa strategi dan metode pembelajaran
yang tepat.
● Orang dewasa mempunyai kebutuhan sangat besar untuk mengarahkan
dirinya sendiri. Mereka memiliki orientasi waktu dan arah belajar yang
jelas. Atur beberapa saat tertentu untuk energizer. Meskipun hanya
peregangan badan selama 2 menit, akan sangat bermanfaat.
● Orang dewasa mempunyai kebanggaan masing-masing. Beri dukungan
kepada peserta sebagai perorangan. Kepercayaan diri dan kepribadian
seseorang akan menjadi resiko di dalam lingkungan kelas yang tidak
aman dan tidak mendukung. Peserta tidak akan berani bertanya atau
berpartisipasi dalam pembelajaran jika ada kekhawatiran diremehkan
atau tidak dihargai. Oleh sebab itu, perlu diberi kesempatan yang merata
dan adil pada semua peserta.
● Orang dewasa belajar cenderung berorientasi kepada masalah.
Upayakan belajar dalam format yang praktis dengan menggunakan
metode audio-visual, sentuh dan partisipatori. Melalui metoda dan teknik
pembelajaran yang sangat bervariasi seperti: studi kasus, kelompok
pemecahan masalah dan kegiatan partisipatori lainnya seperti
demonstrasi, tugas praktek, dan lainnya akan sangat meningkatkan
kemampuan pembelajaran. Orang dewasa umumnya ingin segera
menerapkan informasi atau keterampilan baru kepada masalah atau
situasi terkini.

C. Peran sebagai Pelatih/Fasilitator


Agar dapat berperan sebagai pelatih/fasilitator, hendaknya dipahami hal-hal
sebagai berikut:

284
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

● Hindari menggurui dan memaksakan kehendak


● Hindari menyalahkan pelatih lain di depan peserta
● Jangan langsung menjawab pertanyaan, beri kesempatan pada peserta
yang lain
● Hindari menguraikan sesuatu secara berbelit
● Hindari memberi contoh dengan menguraikan pengalaman pribadi
berlebihan

Selain itu ada beberapa persiapan yang harus dilaksanakan dan dikuasai,
antara lain sebagai berikut:
● Mempersiapkan topik dan bahan yang akan disampaikan
● Mempersiapkan metode pembelajaran yang efektif bagi orang dewasa
● Memiliki sifat sabar dan mau mendengar
● Mampu berkomunikasi dengan baik
● Memiliki kemampuan mengelola waktu
● Memiliki sifat fleksibel dan terbuka
● Menunjukan penampilan yang rapi

Materi Pokok 2.
RENCANA PEMBELAJARAN (RP)

Pelatihan adalah proses pembelajaran dalam rangka meningkatkan kinerja,


profesionalisme dan/atau menunjang pengembangan karir tenaga/SDM dalam
melaksanakan tugas dan fungsinya. Agar tujuan pelatihan dapat tercapai, maka
sebelum pelatihan berlangsung harus terlebih dahulu disusun kurikulum
pelatihan tersebut, sama seperti halnya pada proses pendidikan. Pada
penyusunan kurikulum, harus sudah dilengkapi dengan Rancang Bangun
Pembelajaran Mata Pelatihan (RBPMP). Selanjutnya RBPMP menjadi acuan
bagi fasilitator untuk menyusun RP.

A. Pengertian Rencana Pembelajaran (RP)


Berkaitan dengan pengertian rencana pembelajaran, para ahli memiliki
pendapat berlainan meskipun memiliki tujuan yang sama, di antaranya
Branch yang mengartikan rencana pembelajaran sebagai suatu sistem yang
berisi prosedur untuk mengembangkan pembelajaran dengan cara yang
konsisten dan reliabel. Sementara Smith & Ragan menyebut rencana
pembelajaran sebagai proses sistematis dalam mengartikan prinsip belajar
dan pembelajaran ke dalam rancangan untuk bahan dan aktivitas
pembelajaran, sumber informasi dan evaluasi.

Pengertian secara praktisnya yaitu rumusan materi pokok dan sub materi
pokok menjadi lebih rinci, disusun untuk kegiatan pembelajaran untuk
mencapai tujuan pembelajaran dengan merujuk kepada Rancang Bangun
Pembelajaran Mata Pelatihan (RBPMP). RP disusun untuk digunakan
sebagai pedoman atau acuan bagi fasilitator dalam pelaksanaan proses
pembelajaran pada setiap tahap pembelajaran, mulai dari tahap

285
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

pendahuluan, penyajian dan tahap penutupan, agar tidak keluar dari ruang
lingkup materi pokok yang sudah ditetapkan pada RBPMP.

B. Langkah-Langkah Penyusunan RP
Sebagai seorang fasilitator, sebelum melaksanakan proses pembelajaran di
kelas (tatap muka secara langsung atau tatap maya dalam jaringan), HARUS
melakukan persiapan pembelajaran. Berikut ini langkah-langkah dalam
persiapan proses pembelajaran:
1. Membuat persiapan diri berdasarkan karakteristik pembelajaran yang
akan dihadapi
2. Mengkaji tujuan pembelajaran yang akan dicapai
3. Menyiapkan bahan yang akan dipelajari
4. Merencanakan metode yang tepat dan sesuai tujuan pembelajaran
5. Menyiapkan media dan alat bantu sesuai metode
6. Menyusun desain evaluasi hasil pembelajaran
7. Memformulasikan langkah-langkah di atas dalam bentuk Rencana
Pembelajaran (dahulu Satuan Acara Pembelajaran atau SAP)

C. Muatan Isi dari RP


Berikut ini sistematika atau muatan isi dari RP:
1. Nama Pelatihan
2. Nama Mata Pelatihan
3. Jumlah Jam Pembelajaran (JP)
4. Hasil Belajar
5. Indikator Hasil Belajar
6. Materi Pokok dan Sub Materi Pokok
7. Kegiatan Pembelajaran
a. Penentuan langkah-langkah kegiatan (sekuens)
b. Penentuan metode pembelajaran
c. Penentuan media dan alat bantu pembelajaran
d. Penentuan alokasi waktu (durasi) yang direncanakan
8. Penentuan evaluasi hasil belajar
9. Referensi yang digunakan

Berikut ini format RP

Format Rencana Pembelajaran


1. Nama Pelatihan :
2. Nama Materi :
3. Jumlah Jam Pembelajaran :
4. Hasil Belajar :
5. Indikator Hasil Belajar :
6. Materi Pokok :
7. Kegiatan Pembelajaran :

286
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

Tahap Kegiatan Metode Media dan alat Alokasi


yang pembelajaran bantu waktu
dilakukan yang pembelajaran
fasilitator digunakan yang digunakan

1. Pendahuluan

2. Penyajian

3. Penutupan
8. Evaluasi Hasil Belajar :
9. Referensi :

D. Cara Penyusunan RP
RP disusun bersumber pada RBPMP. RBPMP memuat komponen yang sama
dengan RP, dengan tahapan:
1. Tahap Pendahuluan (Introduction)
a. Tahap pendahuluan merupakan tahap persiapan/awal sebelum
memasuki penyajian materi.
b. Menjelaskan hasil belajar dan indikator hasil belajar yang akan
dicapai pada akhir pembelajaran.
c. Mempersiapkan mental peserta untuk menerima materi.
d. Waktu yg diperlukan sekitar 5% - 10% dari waktu pembelajaran.
2. Tahap Penyajian (Presentation and Test)
Merupakan proses pembelajaran yang utama dalam suatu mata
pelatihan, terdiri dari:
a. Uraian (explanation), dalam bentuk verbal maupun nonverbal seperti
matriks, grafik, gambar, model, dsb
b. Contoh (example) dan non contoh (non-example) yang praktis dan
konkret dari uraian konsep yang bersifat abstrak.
c. Latihan (exercise) yang merupakan praktik bagi peserta pelatihan
untuk menerapkan konsep yang abstrak dan merupakan evaluasi
hasil belajar
d. Waktu yang diperlukan sekitar 80% - 90% dari waktu pembelajaran.
3. Tahap Penutup (Summary and call to action or follow up)
Merupakan tahap akhir dari suatu proses pembelajaran meliputi 2
kegiatan:
a. Umpan balik dari peserta pelatihan berupa informasi atas hasil
pembelajaran, guna mengukur sampai sejauh mana pencapaian
pokok bahasan terhadap RBPMP.
b. Membuat rangkuman (summary) dari mata pelatihan yang disajikan
untuk mengukur pemahaman peserta terhadap materi yang disajikan.
c. Waktu yang dibutuhkan sekitar 5% - 10% dari waktu pembelajaran.

287
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

4. Metode pembelajaran, mengacu pada metode yang sudah ditentukan


pada RBPMP.
5. Media, alat bantu pembelajaran, bisa berupa bahan ajar, bahan tayang,
bahan penugasan, video pembelajaran, serta bahan belajar lainnya yang
digunakan dalam proses pembelajaran serta audio-visual.
6. Alokasi Waktu, yaitu rincian pembagian waktu yang digunakan untuk tiap
tahapan (Pendahuluan; Penyampaian Materi; Pengakhiran).

Materi Pokok 3.
METODE, MEDIA, DAN ALAT BANTU PEMBELAJARAN

A. Metode Pembelajaran
1. Pengertian
Metode pembelajaran adalah cara/teknik yang dipergunakan oleh
seorang pelatih/fasilitator dalam proses pembelajaran agar pembelajar
mendapat pengalaman belajar yang melibatkan mentalnya secara efisien
dan efektif sesuai dengan hasil belajar/indikator hasil belajar yang telah
diamanatkan pada kurikulum.

2. Manfaat
- Membantu fasilitator dalam proses pembelajaran untuk mencapai
tujuan pembelajaran
- Menghilangkan dinding pemisah antara fasilitator dan peserta latih
- Menggali dan memanfaatkan potensi peserta latih
- Terjadi kemitraan antara fasilitator dan peserta
- Mempermudah peserta dalam menyerap informasi

3. Prinsip Belajar, yang terkait dengan pemilihan metoda pembelajaran


- Tingkat motivasi: motivasi peserta akan tinggi bila materi yang
disampaikan menarik dan sesuai dengan kebutuhannya.
- Keterlibatan aktif peserta: belajar merupakan upaya dan tanggung
jawab peserta, bukan fasilitator.
- Pendekatan perorangan: pembelajaran akan berjalan efektif bila
fasilitator memperhatikan karakteristik dari peserta latih.
- Pengaturan urutan dan struktur: Penggunaan metode perlu diatur
sesuai dengan urutan proses pembelajaran, misalnya metode ceramah
diberikan pada awal proses pembelajaran, dilanjutkan dengan metode
diskusi atau metode lain sesuai dengan materi yang akan disampaikan
dan tujuan yang diharapkan.
- Umpan balik: Umpan balik perlu diberikan dalam setiap proses
pembelajaran, namun demikian pemberian umpan balik harus
memenuhi persyaratan umpan balik yang efektif.
- Pengalihan/transfer: Pengalihan/transfer pengetahuan ke dalam
praktik kerja merupakan tujuan dari pembelajaran, oleh karena itu di

288
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

dalam merencanakan pelatihan sebaiknya dirancang metode


pembelajaran yang dapat mendukung tercapainya tujuan tersebut.

4. Ragam Metode Pembelajaran


Beberapa pilihan metode pembelajaran yang dapat dimanfaatkan untuk
pembelajaran di dalam kelas meliputi:
a. Ceramah/kuliah/presentasi
Metode ceramah seringkali disebut metode kuliah (The Lecture
Method). Dapat pula disebut dengan metode deskripsi. Metode
ceramah merupakan metode yang memberikan penjelasan atau
memberi deskripsi lisan secara sepihak (oleh seorang fasilitator)
tentang materi pembelajaran tertentu.
b. Brainstorming/curah pendapat (gagasan)
Curah pendapat adalah metode penggalian sebanyak mungkin ide,
gagasan, dan pendapat dari peserta. Fasilitator melontarkan suatu
topik, isu, atau permasalahan dan mendorong peserta untuk
mengembangkan pendapatnya dan orang lain bisa melengkapi.
Curah pendapat pada prinsipnya meniadakan kritik terhadap setiap
pendapat, membiarkan peserta bebas berimajinasi, dan
memberikan kontribusi masing-masing. Setiap kontribusi dicatat dan
ditayangkan sehingga terlihat oleh seluruh peserta. Hal ini sangat
membantu fasilitator untuk mengetahui tingkat pengetahuan peserta
sebelum penyampaian materi oleh pelatih.
c. Latihan/Penugasan Praktik
Kegiatan yang dilakukan secara perorangan atau berkelompok
untuk melaksanakan suatu tugas tertentu untuk mencapai suatu
hasil berupa keterampilan yang telah ditentukan dengan mengikuti
pedoman yang ada. Latihan memberikan suatu pengalaman belajar
yang terstruktur. Kegiatan dapat berupa olah pikir, olah rasa (emosi),
olah verbal atau olah motorik. Fasilitator perlu memiliki kemampuan
untuk mempersiapkan bahan dan instrumen secara matang dan
memilih jenis latihan yang tepat, antara lain: tugas praktik,
penugasan untuk membahas/menjawab pertanyaan/soal esai,
latihan verbal seperti latihan debat, diskusi dan dialog.
d. Bermain peran/Role Play
Bermain peran/Role Play adalah suatu proses belajar di mana
peserta memerankan dirinya sebagai orang lain atau tokoh tertentu
pada situasi yang dirancang secara spesifik atau seperti situasi
nyata dan melakukan dialog seperti permintaan skenario. Melalui
penokohan tersebut, peserta melibatkan dirinya dalam situasi
tertentu dan mengekspresikan sikapnya ketika berada dalam situasi
tersebut. Penekanan permainan terletak pada karakter, sifat atau
sikap yang perlu dianalisa dan peserta mampu menggunakan
pengalaman tersebut dalam menghadapi permasalahan di tempat
kerjanya.
Tunjuk beberapa pengamat yang bertugas mengamati dan
mencatat kejadian selama role play dan lengkapi dengan instrumen
pengamatan. Setelah selesai, para pengamat diminta
menyampaikan hasil pengamatannya dan para pemeran diminta

289
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

mengemukakan pengalamannya dalam memainkan perannya dan


menganalisis peranan itu sendiri.

e. Simulasi
Simulasi adalah suatu situasi yang merupakan tiruan dan kegiatan
yang dilakukan bersifat pura-pura atau tidak dalam kondisi
sesungguhnya. Menanamkan pemahaman melalui pengalaman
berbuat dalam situasi yang mirip sesungguhnya. Lebih tepat bila
dikatakan bahwa simulasi meningkatkan keterampilan tertentu
dengan jalan “melakukan sesuatu“ dalam kondisi tidak nyata.
Misalkan “melakukan pemadaman kebakaran“ atau “mengemudikan
pesawat terbang”. Simulasi digunakan dalam kegiatan
pembelajaran untuk memberi kesempatan kepada peserta meniru
satu kegiatan yang dituntut dalam pekerjaan sehari-hari, yang
berkaitan dengan tugas dan tanggung jawabnya atau kegiatan yang
akan dan harus dilakukannya. Fasilitator harus mempersiapkan
skenario simulasi berikut prosedur tetap (protap) penggunaan alat-
alat, urutan, dan waktu untuk setiap langkah-langkah secara rinci
dan jelas. Berikan umpan balik dari para pengamat atau fasilitator
setelah simulasi dilakukan, setelah itu refleksi peserta dan ditutup
dengan rangkuman dari fasilitator.
f. Demonstrasi
Demonstrasi adalah suatu pembelajaran dengan cara
mempertunjukan objek dan/atau memperagakan proses suatu
kegiatan. Metode demonstrasi digunakan untuk memperjelas suatu
objek dan proses suatu kegiatan bagi peserta, juga untuk memberi
contoh. Contoh: demonstrasi teknik pemasangan implan.
g. Coaching (Pendampingan/Pembimbingan)
Coaching adalah metode belajar membimbing intensif peserta di
kelasnya secara perorangan. Di dalamnya digunakan metode
demonstrasi, simulasi dan/atau praktik yang diikuti dengan
pemberian umpan balik segera untuk perbaikan. Tujuannya adalah
meningkatkan, mengembangkan, dan memantapkan kualitas
kemampuan khususnya keterampilan, sikap atau penampilan dalam
melaksanakan kegiatan/prosedur tetap. Fasilitator menjelaskan
langkah demi langkah kegiatan dengan menggunakan berbagai
media (misal slides–videotape dan model alat tertentu). Peserta
melakukan simulasi ulang interaksi dan keterampilan yang diperoleh
dari fasilitator pada alat kerja dalam ruang yang telah ditata seperti
tempat kerja sebenarnya (misalnya: klinik).
Contoh: bimbingan/coaching dilakukan untuk mempelajari dan
menguasai pengisian form pencatatan dan pelaporan pelayanan
KB.
Fasilitator mempersiapkan sarana dan prasarana semirip mungkin
dengan situasi nyata di tempat kerja dan memperagakan setiap
langkah tindakan yang harus dilakukan, kemudian peserta
mempraktikkan dengan bimbingan. Setelah dinilai mampu
melaksanakan keterampilan secara benar dan mandiri, peserta
diberi kesempatan menerapkan kemampuannya di tempat
kerja/lapangan dengan pengawasan pembimbing.

290
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

h. Studi Kasus
Studi kasus merupakan salah satu metode penelitian ilmu sosial,
tapi bisa juga digunakan untuk masalah lain yang berkaitan dengan
manajemen. Studi kasus dapat menggambarkan isu administratif
yang tipikal atau masalah yang berkaitan dengan organisasi. Secara
ideal kasus diambil dari kehidupan nyata. Pernyataan masalah
biasanya dinyatakan sekalipun tidak secara eksplisit. Penulis kasus
akan menyediakan informasi tambahan tentang kegiatan pelayanan
dan segala hal yang berkaitan dengan masalah itu. Kasus
mengandung data cukup rinci, tidak terlalu umum (harus spesifik dan
jelas). Tujuannya juga untuk melakukan pembelajaran kepada
peserta untuk menggunakan pendekatan penyelesaian masalah.
Hendaknya dipilih kasus yang yang tepat, realistis, praktis, dan tidak
mempunyai sifat berlebihan. Lebih baik jika berkaitan dengan ruang
lingkup pekerjaan atau tugas sehari-hari.

B. Media Pembelajaran
Media pembelajaran adalah seperangkat sarana yang digunakan dalam
proses pembelajaran terstruktur berisi pesan/ide. Oleh fasilitator media dan
alat bantu ini digunakan untuk menyampaikan materi, sedangkan oleh
pembelajar media dan alat bantu digunakan untuk mempelajari materi
pembelajaran.

1. Pengertian Media Pembelajaran


Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk
merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemampuan atau
keterampilan pembelajar sehingga dapat mendorong terjadinya proses
pembelajaran.

2. Peran Media dalam Proses Pembelajaran


Media pembelajaran berperan sebagai wahana/sarana yang bermuatan
pesan/isi/materi yang memungkinkan terjadinya interaksi antara karya
pengembang pesan/ide/materi dengan pembelajar. Pada proses pembelajaran
terjadi interaksi antara fasilitator dengan pembelajar, sehingga peran media
dipandang dari fasilitator adalah sebagai media untuk menyampaikan atau
menyalurkan ide agar dapat diterima dengan mudah oleh pembelajar. Bagi
pembelajar media sebagai wahana untuk menangkap pengetahuan,
keterampilan dan sikap agar dapat menangkap isi/ide dan pesan yang sedang
dibahas secara efektif dan efisien.

3. Kriteria dan Pemilihan Media dan Alat Bantu


- Sesuaikan media dengan hasil belajar/indikator hasil belajar yang hendak
dicapai
- Sesuaikan dengan karakteristik peserta
- Mempertimbangkan sumber daya yang tersedia

C. Alat Bantu Pembelajaran

291
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

1. Pengertian Alat Bantu Pembelajaran


Seperangkat hardware dan software yang digunakan sebagai “pembantu”
seorang pelatih dalam kegiatan pembelajaran dengan tujuan mempermudah
dan mempercepat proses pembelajaran kepada para pembelajar dalam
mencapai tujuan pembelajaran umum/tujuan pembelajaran khusus.

2. Fungsi Alat Bantu


- Alat bantu pembelajaran untuk merangsang indera yang dikehendaki sesuai
dengan hasil belajar/ indikator hasil belajar dalam kurikulum.
- Mengurangi distorsi persepsi/ pemahaman dan komunikasi.
- Menghasilkan daya lekat yang lebih lama pada memori para pembelajar.
- Meningkatkan gairah/ minat pembelajar dalam mengikuti proses
pembelajaran terutama pada durasi pembelajaran yang lama.

3. Kriteria Pemilihan Alat Bantu Pembelajaran


- Sesuaikan dengan hasil belajar/indikator hasil belajar yang hendak dicapai.
Fasilitator harus melihat domain dan kompetensi yang ingin dicapai pada
akhir pembelajaran.
- Sesuaikan dengan metoda pembelajaran yang akan digunakan.
- Menghasilkan efek pembelajaran yang lebih baik
- Prinsip efektifitas dan efisiensi
- Sesuaikan dengan kemampuan fasilitator
Alat bantu pembelajaran terbaik adalah yang dapat merangsang semua indera
secara optimal terutama pada fokus yang paling dikehendaki.

Materi Pokok 4.
TEKNIK PRESENTASI INTERAKTIF

A. Pengertian Presentasi Interaktif


Presentasi merupakan penyajian/pemaparan, sedangkan interaktif mengandung
makna interaksi (stimulus–respon), saling mempengaruhi timbal balik (mutually).
Jadi Presentasi Interaktif merupakan penyajian timbal balik/bergantian antara
penyaji dan pembelajar saling merespon. Pembelajar dapat merespon di tengah
paparan penyaji, dan penyaji dapat mengembangkan respon pembelajar sepanjang
masih dalam koridor pokok bahasan.

B. Tujuan Presentasi Interaktif


- Memunculkan perhatian dan minat pembelajar terhadap materi yang
disajikan.
- Mengurangi kejenuhan/kebosanan.
- Merangsang peserta latih berperan serta secara aktif untuk menemukan
sendiri bagian-bagian topik bahasan yang sesuai dengan kebutuhan
belajarnya.
- Menggali lebih banyak pendapat, sehingga pokok bahasan menjadi lebih
komprehensif.
- Mengendalikan fasilitator yang biasa mendominasi komunikasi.

C. Pengantar Sesi Pembelajaran


1. Langkah Awal (Prakondisi sukses menghantar sesi)
a) Mereview tujuan bahasan
b) Mengajukan pertanyaan yang terkait dengan pokok bahasan
c) Menghubungkan pokok bahasan dengan:

292
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

- Materi/topik kajian sebelumnya


- Pengalaman nyata penyaji
- Pengalaman kerja pembelajar
- Berbagi pengalaman
d) Menggunakan Alat bantu yang sesuai/tepat

2. Membuka Presentasi
a) Jembatanilah apa yang baru berlalu dan yang akan terjadi
b) Paparkan tujuan dan sasaran presentasi ini
c) Libatkan pembelajar dalam topik sesegera mungkin
d) Bangun kepercayaan pembelajar dengan “menjelaskan manfaat materi”
e) Pastikan pembelajar menyadari bahwa Anda memegang kendali.
f) Terbukalah mengenai diri Anda (jika diperlukan)
g) Pastikan pembelajar mengetahui bahwa Anda sebagai presentan
senang berada di sini.

3. Merebut atensi pada awal presentasi


a) Berikan pujian tulus kepada pembelajar secara kreatif
b) Mengajukan pertanyaan “retorikal”
c) Menceritakan pengalaman pribadi yang “traumatis” atau “dramatis” yang
berkaitan dengan bahasan
d) Memberikan definisi yang tidak “ghalib”
e) Mengutip pendapat orang bijak
f) Memberikan pertanyaan misterius
g) Menceritakan lelucon yang ada kaitannya dengan bahasan.

4. Hindari hal-hal berikut di awal presentasi


a) Jangan memulainya dengan permintaan maaf
b) Jangan memberikan hormat yang berlebihan pada orang penting yang ada
diantara pembelajar
c) Jangan katakan betapa sulitnya Anda menyusun materi/bahan presentasi
ini.
d) Jangan mengulangi judul presentasi Anda berulang-ulang.

5. Mendukung ide dalam presentasi


a) Fakta dan data statistik (jika ada)
b) Kesaksian dan komentar pakar
c) Pengalaman, insiden, peristiwa sejarah
d) Contoh - contoh konkrit
e) Latar belakang historis analogi ilmiah
f) Demonstrasi/peragaan langsung dihadapan pembelajar

6. Hal-hal yang perlu dipahami presentan


a) Menangkap minat seluruh pembelajar
b) Menyiapkan informasi agar pembelajar dapat mengikutinya
c) Membuat pembelajar menyadari harapan pelatih tentang
pentingnya pencapaian tujuan pembelajaran
c) Membantu pembelajar untuk mewujudkan suasana pembelajaran yang
positif dan kondusif.

7. Merangkum sesi pembelajaran


Prinsip ringkasan:

293
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

a) Singkat
b) Menggambarkan kesatuan butir–butir inti
c) Melibat–aktifkan pembelajar

Beberapa teknik meringkas:


a) Meminta pembelajar bertanya
b) Bertanya kepada pembelajar
c) Melakukan latihan lewat test
d) Tanya jawab saling silang antar kelompok pembelajar

8. Menutup Presentasi
a) Membuat ringkasan
b) Himbauan dan pernyataan memotivasi
c) Lelucon yang relevan
d) Mengulangi manfaat
e) Meminta pembelajar meneriakkan slogan tertentu yang terkait
erat/relevan dengan pokok bahasan.

Materi Pokok 5.
EVALUASI HASIL BELAJAR

A. Pengertian Evaluasi Hasil Pembelajaran


Evaluasi merupakan suatu proses yang direncanakan dengan menggunakan
informasi yang diperoleh melalui pengukuran hasil belajar dengan menggunakan
tes atau non tes yang hasilnya digunakan untuk pengambilan keputusan.

B. Tujuan Evaluasi Hasil Belajar


- Untuk mengetahui pencapaian hasil belajar mencakup pengetahuan, sikap
atau keterampilan yang sudah ditransfer atau disampaikan oleh fasilitator.
Apakah pembelajar telah mengalami peningkatan pengetahuan, sikap dan
keterampilannya.
- Untuk mengetahui tingkat keberhasilan proses pembelajaran melalui
komponen-komponen pencapaian belajar antara lain: metode, media, bahan
ajar, materi, sumber, sarana dan prasarana.
- Memberikan umpan balik untuk perbaikan kurikulum pembelajaran.
- Untuk keperluan bimbingan dan konseling. Bimbingan pada pembelajar yang
pemahaman terhadap materi belum dikuasai sehingga konselor hanya akan
mengajarkan materi-materi yang belum dikuasainya.
- Sebagai Dasar untuk menyusun laporan kemajuan pembelajaran.

C. Prinsip Evaluasi Hasil Belajar


- Aspek-aspek yang dinilai harus jelas dan sesuai dengan tujuan, misalnya bila
tujuan pembelajarannya (Bloom) adalah kognitif, afektif dan psikomotor, maka
aspek yang dinilai sesuai dengan sasaran pembelajaran.
- Metode evaluasi yang digunakan sesuai dengan jenis aspek yang dinilai,
misalnya aspek yang dinilai adalah keterampilan, maka gunakan metode
observasi.
- Alat evaluasi yang digunakan harus sesuai dengan metoda dan aspek yang
dinilai. Contoh: misalnya aspek yang dinilai adalah keterampilan, metoda
yang digunakan observasi dan alat yang digunakan adalah pedoman
observasi. Untuk menilai aspek pengetahuan digunakan metoda tes, alat
evaluasi yang digunakan adalah soal-soal tes.

294
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

- Penilaian harus ada tindak lanjutnya. Misalnya bila tujuan evaluasi untuk
mengetahui efisiensi metode pembelajaran yang diberikan periode
sebelumnya, maka tindak lanjutnya adalah apakah metode tersebut diganti,
disempurnakan atau dipertahankan.

D. Jenis-Jenis Evaluasi Hasil Pembelajaran


- Pre dan Post Tes
- Formative Tes
- Sumative Tes

E. Pengukuran Evaluasi Hasil Pembelajaran


Pengukuran merupakan proses menentukan angka untuk individu atau
menentukan karakteristik individu menurut aturan tertentu. Dengan demikian
pengukuran merupakan prosedur yang digunakan untuk memperoleh informasi
mengenai penampilan pembelajar termasuk tes dan penampilan tugas-tugas.
Evaluasi merupakan proses sistematis untuk mengumpulkan, menganalisis,
menginterpretasi informasi dan menentukan tingkat keberhasilan pembelajar
terhadap tujuan pembelajar.
1. Pengukuran Domain Kognitif
Metoda dan alat ukur domain kognitif:
a) Mengukur “apa yang diketahui”, bukan apa yang dirasakan/dikerjakan.
b) Jenjang domain kognitif terdiri dari
- Pengetahuan
- Pemahaman
- Penerapan
- Analisis
- Sintesis
- Penilaian
c) Metoda Pengukuran: Tes lisan & Tertulis
d) Alat Ukur: Soal, Kuesioner, Checklist, Angket dan Lembar Panduan

2. Pengukuran Domain Afektif


Metoda dan alat ukur domain afektif:
a) Mengukur “apa yang dirasakan“, bukan apa yang diketahui
b) Jenjang Domain Afektif (Taksonomi Bloom) adalah mulai dari Receiving,
Responding, Valuing, Organization, sampai dengan Character.
c) Metoda pengukuran: Observasi langsung/partisipatif, Wawancara,
Angket.
d) Alat Ukur: Checklist, Lembar Isian, Lembar Panduan, Studi Kasus.

3. Pengukuran Domain Psikomotor


Jenjang domain psikomotor:
a) Gerakan-gerakan refleks
b) Gerakan fundamental dasar
c) Kemampuan perseptual/mengamati
d) Kemampuan fisik/jasmani
e) Gerakan-gerakan terampil
f) Komunikasi Non Diskursif atau tingkat meniru sampai dengan tingkat
naturalis.

295
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

VIII. REFERENSI
1. Uno, Hamzah M., Iffah Budiningsih dan Keysar Panjaitan; Model Pembelajaran;
Nurul Jannah; Gorontalo; 2004
2. H. R. Soedijanto Padmowihardjo; Pengertian dan Konsep Pendidikan Orang
Dewasa
3. Kementerian Kesehatan, Badan PPSDMK, Puslat SDM Kesehatan. Modul
Pelatihan Tenaga pelatih Kesehatan (TPK) Tahun 2020.

IX. LAMPIRAN

Materi Pelatihan Inti 7


Teknik Melatih

DAFTAR TILIK MICROTEACHING


PELATIHAN BAGI PELATIH PELAYANAN PELAYANAN KONTRASEPSI BAGI
DOKTER DAN BIDAN DI FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA
Nama peserta :
Materi :
Hari/Tanggal :

Berikan tanda (√) pada kolom hasil pengamatan yang sesuai


HASIL PENGAMATAN
NO KEGIATAN KET
45 50 55 60 65 70 75 80 85 90 95 100
1 Menyampaikan salam
dan
pengantar/pembukaan
2 Menyampaikan tujuan
pembelajaran
3 Menggunakan bahasa
yang mudah dipahami
4 Suara jelas, dapat
didengar semua
peserta
5 Menggunakan alat
bantu pelatihan secara
efektif
6. Menggunakan metode
secara efektif
7 Memberi kesempatan
peserta untuk
bertanya
8 Menjawab pertanyaan
dengan jelas
9 Menguasai materi
10 Menggunakan waktu
secara efektif
11 Menyampaikan
rangkuman di akhir
sesi

296
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

Komentar/saran untuk perbaikan:


1. Terhadap penguasaan materi, penggunaan metode, dan alat bantu:
2. Terhadap penampilan selama penyampaian materi:
a. Sikap/gaya

b. Teknik bicara/komunikasi

c. Teknik bertanya dan menjawab pertanyaan

Materi Pelatihan Inti 7


Teknik Melatih
DAFTAR TILIK
KETERAMPILAN PRESENTASI

NAMA PESERTA:
TANGGAL :

Berikan tanda (√) pada kolom hasil pengematan yang sesuai


KETERAMPILAN PRESENTASI HASIL KET
PENGAMATAN
1 2 3
1. Menyampaikan pengantar yang efektif
2. Menyampaikan tujuan sebagai bagian dari pengantar
3. Melemparkan pertanyaan kepada kelompok
4. Melemparkan pertanyaan kepada individu
5. Menggunakan nama peserta
6. Memberikan umpan-balik positif
7. Memberi tanggapan atas pertanyaan peserta
8. Mengikuti rencana pembelajaran dan/atau catatan pribadi
9. Melakukan kontak mata
10. Suara dapat didengar oleh semua peserta
11. Bergerak bebas dalam ruangan
12. Menggunakan alat bantu dengan sesuai
13. Menggunakan humor yang positif
14. Isi materi sesuai dengan tujuan sesi
15. Isi sesi merupakan hal-hal praktis dan tidak teoritis
16. Mempermudah pemahaman konsep/teori dengan contoh-contoh
nyata/mengaitkan dengan pengalaman peserta

297
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

17. Menggunakan waktu yang tersedia secara efisien


18. Menyampaikan ringkasan yang efektif
19. Memberikan kesempatan kepada peserta untuk menyampaikan
materi yang didapat secara singkat

Keterangan:
I: Tidak dilakukan
II: Dilakukan tetapi kurang tepat
III: Dilakukan dengan benar

298
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

MPP 1
Building Learning Commitment (BLC)

299
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

MATA PELATIHAN PENUNJANG 1


BUILDING LEARNING COMMITMENT (BLC)

I. DESKRIPSI SINGKAT
Dalam suatu pelatihan terutama pelatihan dalam kelas (in class training), akan
bertemu sekelompok orang yang belum saling mengenal, berasal dari tempat
yang berbeda, dengan latar belakang sosial budaya, pendidikan/pengetahuan,
pengalaman, serta sikap dan perilaku yang berbeda pula. Apabila hal ini tidak
diantisipasi sejak awal pelatihan, kemungkinan besar akan dapat mengganggu
kesiapan peserta dalam memasuki proses pelatihan yang bisa berakibat pada
terganggunya kelancaran proses pembelajaran selanjutnya. Hal ini dapat terlihat
pada para peserta yang sering menunjukkan suasana kebekuan (freezing).

Agar pelatihan sukses, partisipatif, dan berbasis aktivitas peserta, harus


diperkenalkan rasa percaya antar peserta melalui perkenalan antara peserta,
fasilitator, dan panitia. Dalam lingkungan peserta yang saling percaya, peserta
akan lebih siap untuk berani berkontribusi dan lebih menyenangi proses belajar
dan membantu kelancaran proses pembelajaran. Untuk menciptakan rasa saling
percaya ini, kebekuan harus dipecahkan dengan proses pencairan (unfreezing)
pada awal pelatihan dengan cara saling mengenal antar peserta dan
menciptakan perasaan positif satu sama lain. Building Learning Commitment
(BLC) juga mengajak peserta mampu mengemukakan harapan-harapan dan
kekhawatiran mereka dalam pelatihan, serta merumuskan nilai-nilai dan norma
serta kontrol kolektifnya yang kemudian disepakati bersama untuk selama
proses pembelajaran.

II. HASIL BELAJAR DAN INDIKATOR HASIL BELAJAR


A. Hasil Belajar
Setelah mengikuti sesi ini peserta mampu melaksanakan BLC dengan
menciptakan suasana belajar yang kondusif dengan membangun komitmen
belajar yang akan diterapkan selama proses pelatihan berlangsung.

B. Indikator Hasil Belajar


Setelah mengikuti mata pelatihan ini peserta mampu:
1. Melakukan perkenalan antara peserta, fasilitator, dan panitia
2. Menyiapkan diri untuk belajar bersama secara aktif dalam suasana yang
kondusif
3. Merumuskan harapan-harapan yang ingin dicapai bersama, baik dalam
proses pembelajaran maupun hasil yang ingin dicapai di akhir pelatihan
4. Menentukan organisasi kelas
5. Merumuskan kesepakatan norma kelas yang harus disepakati oleh
seluruh peserta, fasilitator, dan panitia
6. Merumuskan kontrol kolektif terhadap pelaksanaan norma kelas yang
telah disepakati

300
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

III. MATERI POKOK DAN SUB MATERI POKOK


Dalam modul ini akan dibahas materi pokok dan sub materi pokok sebagai
berikut:
Materi Pokok 1. Perkenalan
Materi Pokok 2. Pencairan (Ice Breaking)
Materi Pokok 3. Harapan-Harapan dalam Proses Pembelajaran dan Hasil yang
Ingin Dicapai
Materi Pokok 4. Pemilihan Pengurus Kelas
Materi Pokok 5. Norma Kelas dalam Pembelajaran
Materi Pokok 6. Kontrol Kolektif Terhadap Pelaksanaan Norma Kelas

IV. METODE
- Games
- Diskusi kelompok

V. MEDIA DAN ALAT BANTU


- Flipchart
- Spidol
- Kertas HVS
- Bolpoin
- Post-it
- Bahan permainan
- Panduan diskusi kelompok

VI. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN


Berikut disampaikan langkah-langkah kegiatan dalam proses pembelajaran
materi ini.

Langkah 1.
Pengkondisian

1. Fasilitator menyapa peserta dengan ramah dan hangat. Apabila belum


pernah menyampaikan sesi di kelas, mulailah dengan perkenalan.
Perkenalkan diri dengan menyebutkan nama lengkap, instansi tempat
bekerja, dan materi yang akan disampaikan.
2. Sampaikan tujuan pembelajaran materi Building Learning Commitment (BLC)
dan materi pokok yang akan disampaikan.

Langkah 2.
Diskusi singkat mengenai materi yang akan disampaikan.

Fasilitator menjelaskan materi Building Learning Commitment (BLC) dengan


metode games dan diskusi kelompok.

Langkah 3.
Pembahasan per Materi

1. Fasilitator menyampaikan penjelasan singkat pentingnya komitmen selama


mengikuti pelatihan.

301
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

2. Fasilitator membagi peserta ke dalam beberapa kelompok berisi 5 orang


untuk saling berkenalan, membahas identitas dan simbol kelompok, serta
mendiskusikan norma kelas.
3. Fasilitator memberi kesempatan peserta berbagi pengalaman dalam
mengembangkan kerja sama tim yang dinamis atau dalam proses pencairan
di kegiatan pelatihan.
4. Fasilitator memberi kesempatan peserta mengajukan pertanyaan untuk hal-
hal yang belum jelas.
5. Fasilitator menjawab pertanyaan peserta atau memberikan klarifikasi atas
pertanyaan peserta.

Langkah 4.
Penugasan
1. Fasilitator membagi peserta menjadi 5 kelompok dan memberikan penjelasan
tentang panduan diskusi kelompok untuk menentukan identitas, simbol
kelompok, serta mendiskusikan norma kelas. Kemudian, peserta
melaksanakan diskusi kelompok sesuai dengan panduan.

Langkah 5.
Rangkuman

1. Fasilitator memberikan rangkuman materi dengan tujuan untuk membantu


peserta memahami pokok-pokok isi pembelajaran dan mengingat materi
yang sudah disampaikan.
2. Fasilitator melakukan evaluasi menggunakan pre-post test untuk menilai
kemampuan peserta setelah pembelajaran.
3. Pelatih menutup sesi pembelajaran dengan mengucapkan terima kasih dan
salam perpisahan kepada peserta.

VII. URAIAN MATERI


Aktivitas pelatihan adalah proses pengembangan pengetahuan, keterampilan
dan sikap atau tingkah laku sebagai interaksi individu dengan lingkungan belajar,
yaitu orang lain, fasilitas fisik, psikologis, metode, media, dan teknologi
pembelajaran.

Pelatihan seringkali dikonstruksikan sebagai sesuatu yang formal, terstruktur,


dan terkait sistem. Peserta latih yang berasal dari lingkungan dan latar belakang
berbeda adakalanya menjadi canggung untuk berperilaku maupun
mengemukakan ide-idenya karena tidak setiap orang dapat dengan mudah
beradaptasi dengan lingkungan yang baru. Oleh karena itu, proses pelatihan
harus dimulai dengan membangun kesepakatan belajar (building learning
commitment).

Untuk membangun kesepakatan, perlu dimulai dengan perkenalan antar


peserta, menyepakati aturan dan tindakan sebagai bentuk kebersamaan,
keterbukaan, saling menghormati, saling menghargai dan secara bersama-sama
berusaha mencapai keberhasilan (sukses) dalam pelatihan yang diikuti.

302
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

Materi Pokok 1.
PERKENALAN

Pada awal memasuki suatu pelatihan, sering para peserta menunjukkan


suasana kebekuan (freezing), karena belum tentu pelatihan yang diikuti
merupakan pilihan prioritas dalam kehidupannya. Mungkin saja kehadirannya di
pelatihan karena terpaksa, tidak ada pilihan lain, harus menuruti
ketentuan/persyaratan. Mungkin juga terjadi, pada saat pertama hadir sudah
memiliki anggapan merasa sudah tahu semua yang akan dipelajari atau
membayangkan kejenuhan yang akan dihadapi. Untuk mengantisipasi semua
itu, perlu dilakukan suatu proses pencairan (unfreezing).

Proses BLC adalah proses melalui tahapan dari mulai saling mengenal antar
pribadi, mengidentifikasi dan merumuskan harapan dari pelatihan ini, sampai
terbentuknya norma kelas yang disepakati bersama serta kontrol kolektifnya.
Pada proses BLC setiap peserta harus berpartisipasi aktif dan dinamis.
Keberhasilan atau ketidakberhasilan proses BLC akan berpengaruh pada
proses pembelajaran selanjutnya.

Pada tahap perkenalan fasilitator memperkenalkan diri dan asal usul institusinya
dilanjutkan dengan menyampaikan tujuan pembelajaran. Kemudian mengajak
peserta untuk ikut berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran. Dalam
memandu peserta untuk proses perkenalan dengan menggunakan metode,
yaitu dalam 5 menit pertama setiap peserta diminta berkenalan dengan peserta
lain sebanyak-banyaknya. Meminta peserta yang berkenalan dengan jumlah
peserta terbanyak dan dengan jumlah peserta paling sedikit untuk
memperkenalkan teman-temannya. Kemudian meminta peserta yang belum
disebut namanya untuk memperkenalkan diri sehingga seluruh peserta saling
berkenalan, diikuti juga oleh panitia untuk memperkenalkan dirinya.

Materi Pokok 2.
PENCAIRAN (ICE BREAKING)

Fasilitator menyiapkan kursi sejumlah peserta dan disusun melingkar. Fasilitator


meminta semua peserta duduk di kursi dan satu diantaranya duduk di tengah
lingkaran. Peserta yang duduk di tengah lingkaran diminta memberi aba-aba,
agar peserta yang disebut identitasnya pindah duduk, misalnya dengan
menyeru: ”peserta yang menggunakan kaca mata pindah kursi”. Pada keadaan
tersebut akan terjadi pertukaran tempat duduk dan saling berebut antar peserta.
Hal tersebut menggambarkan suasana “storming” atau seperti “badai” yang
merupakan tahap awal dari suatu pembentukan kelompok.

Ulangi lagi, setiap peserta yang duduk di tengah lingkaran untuk menyerukan
identitas yang berbeda, misalnya peserta yang berkacamata, yang berbaju batik,
dan lainnya. Lakukan permainan tersebut selama 10 – 15 menit, tergantung
situasi dan kondisi.

303
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

Fasilitator memandu peserta untuk merefleksikan perasaannya dalam


permainan tersebut serta pengalaman belajar apa yang diperolehnya. Fasilitator
membuat rangkuman bersama-sama peserta, agar terjadi proses yang dinamis.

Materi Pokok 3.
HARAPAN-HARAPAN DALAM PROSES PEMBELAJARAN DAN HASIL
YANG INGIN DICAPAI

Harapan adalah kehendak/keinginan untuk memperoleh atau mencapai


sesuatu. Dalam pelatihan berarti keinginan untuk memperoleh atau mencapai
tujuan yang diinginkan sebagai hasil proses pembelajaran. Dalam menentukan
harapan harus realistis dan rasional sehingga kemungkinan untuk mencapainya
besar. Harapan jangan terlalu tinggi dan jangan terlalu rendah. Harapan juga
harus menimbulkan tantangan atau dorongan untuk mencapainya dan bukan
sesuatu yang diucapkan secara asal-asalan. Dengan demikian dinamika
pembelajaran akan terus terpelihara sampai akhir proses.

Materi Pokok 4.
PEMILIHAN PENGURUS KELAS

Agar kelas berjalan dengan lancar dan mengakomodasi semua kebutuhan


peserta, dibentuk pengurus kelas yang akan mengkoordinasi kegiatan dengan
panitia dan fasilitator. Dengan terbangunnya BLC, juga akan mendukung
terwujudnya rasa saling percaya, saling kerja sama, saling membantu, saling
memberi dan menerima sehingga tercipta suasana/lingkungan pembelajaran
yang kondusif.

Materi Pokok 5.
NORMA KELAS DALAM PEMBELAJARAN

Kesepakatan (commitment) adalah sebuah kata yang memiliki makna yang


sangat penting dalam sebuah kelompok/komunitas. Kesepakatan dibangun
berdasarkan nilai-nilai yang diyakini secara pribadi. Komitmen
belajar/pembelajaran merupakan keterikatan, keterpanggilan
seseorang/kelompok/kelas (peserta pelatihan) terhadap apa yang dijanjikan
atau yang menjadi tujuan dirinya atau kelompoknya yang telah disepakati dan
terdorong berupaya sekuat tenaga untuk mengaktualisasinya dengan berbagai
macam cara yang baik, efektif, dan efisien. Keadaan ini sangat menguntungkan
dalam mencapai keberhasilan individu/ kelompok/kelas, karena dalam diri setiap
orang yang memiliki komitmen tersebut akan terjadi niat baik dan tulus untuk
memberikan yang terbaik kepada individu lain, kelompok, dan kelas secara
keseluruhan. Dengan membangun komitmen belajar maka para peserta akan
berupaya untuk mencapai harapan yang diinginkannya dalam setiap proses
pembelajaran.

Nilai-nilai pribadi peserta latih, mungkin berbeda mungkin pula sama. Melalui
proses diskusi dan interaksi dalam kelompok, peserta didorong untuk
memberikan pendapat/argumentasi atas pilihannya dan belajar saling
menghargai serta saling memahami akan nilai-nilai yang diyakini peserta
lainnya. Perbedaan haruslah dipahami sebagai kekayaan cara setiap individu

304
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

memandang sesuatu. Semakin banyak perbedaan, maka semakin kaya dan luas
kita memandang sesuatu. Meskipun demikian semakin banyak perbedaan,
maka juga semakin rentan terjadi konflik dan friksi sehingga peserta latih belajar
untuk memiliki tenggang rasa. Melalui proses interaksi dalam diskusi, peserta
belajar dilatih untuk mencari solusi serta mensinergikan perbedaan di antara
kelompok.

Agar nilai-nilai yang telah disepakati tetap terjaga, maka diperlukan norma
belajar yang mengatur tata pergaulan selama proses belajar sehingga semua
memperoleh kesempatan untuk sukses. Nilai-nilai yang sudah ditetapkan
bersama dijabarkan dalam norma yang terukur dan jelas operasionalisasinya.

Norma kelas merupakan nilai yang diyakini oleh suatu kelompok atau
masyarakat, kemudian menjadi kebiasaan serta dipatuhi sebagai patokan dalam
perilaku kehidupan sehari-hari kelompok/masyarakat tersebut. Norma adalah
gagasan, kepercayaan tentang kegiatan, instruksi, perilaku yang seharusnya
dipatuhi oleh suatu kelompok. Norma dalam suatu pelatihan adalah gagasan,
kepercayaan tentang kegiatan, instruksi, perilaku yang diterima oleh kelompok
pelatihan, untuk dipatuhi oleh semua anggota kelompok (peserta,
pelatih/fasilitator, dan panitia).

Materi Pokok 6.
KONTROL KOLEKTIF TERHADAP PELAKSANAAN NORMA KELAS

Ketua kelas dan sekretaris beserta fasilitator memandu brainstorming tentang


sanksi apa yang harus diberlakukan bagi orang yang tidak mematuhi atau
melanggar norma yang telah disepakati agar komitmen yang dibangun menjadi
lebih kuat. Tuliskan hasil brainstorming di papan flipchart agar bisa dibaca oleh
semua peserta. Peserta difasilitasi sedemikian rupa sehingga aktif dalam
melakukan brainstorming, sehingga dapat dirumuskan sanksi yang disepakati
kelas. Kontrol kolektif merupakan kesepakatan bersama tentang memelihara
agar kesepakatan terhadap norma kelas ditaati. Biasanya ditentukan dalam
bentuk sanksi apa yang harus diberlakukan apabila norma tidak ditaati atau
dilanggar.

VIII. REFERENSI
1. Munir, Baderal, Dinamika Kelompok, Penerapannya Dalam Laboratorium
Ilmu Perilaku, Jakarta: 2001.
2. LAN dan Pusdiklat Aparatur Kemenkes RI, Buku Panduan Dinamika
Kelompok, Jakarta: 2010.
3. Pusdiklat Aparatur BPPSDM Kesehatan, Modul Pelatihan Tenaga Pelatih
Program Kesehatan, Jakarta, 2011.

305
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

MPP 2
ANTIKORUPSI

306
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

MATA PELATIHAN PENUNJANG 2


ANTIKORUPSI

I. DESKRIPSI SINGKAT
Korupsi yang kerap dilakukan oleh oknum-oknum pejabat eksekutif, legislatif,
maupun yudikatif di negeri ini seakan tak pernah surut walaupun berbagai
langkah konkret sudah dilakukan oleh berbagai pihak untuk menangkalnya.
Masyarakat ingin Indonesia bebas korupsi. NKRI bebas dari korupsi bukan
hanya mimpi tapi harus diwujudkan bersama seluruh masyarakat. Transparansi
Internasional Indonesia (TII) menyebutkan bahwa uang rakyat dalam praktik
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan Anggaran Pendapatan
dan Belanja Daerah (APBD) menguap sekitar 30-40 persen karena dikorupsi dan
70 persen di antaranya terjadi pada pengadaan barang dan jasa oleh
pemerintah. Aparatur Sipil Negara (ASN) yang seharusnya memberikan
pelayanan prima kepada masyarakat seringkali harus mengalahkan
integritasnya dengan menerima suap, iming-iming, gratifikasi, atau apapun untuk
memberikan kemenangan. Modul ini mengajak peserta, para dokter dan bidan,
untuk mampu menginternalisasi sadar antikorupsi sehingga dapat semakin jauh
dari perilaku korupsi.

II. HASIL BELAJAR DAN INDIKATOR HASIL BELAJAR


A. Hasil Belajar
Setelah mengikuti mata pelatihan ini, peserta mampu menginternalisasi
sadar antikorupsi dan semakin jauh dari perilaku korupsi.

B. Indikator Hasil Belajar


Setelah mengikuti mata pelatihan ini, peserta mampu:
1. Menginternalisasikan sadar antikorupsi
2. Menginternalisasikan semakin jauh dari korupsi

III. MATERI POKOK DAN SUB MATERI POKOK


Dalam modul ini akan dibahas materi pokok dan sub materi pokok sebagai
berikut:

Materi Pokok 1. Sadar Antikorupsi


Sub Materi Pokok 1
a. Dampak Korupsi
b. Pengertian dan Penyebab Korupsi
c. Delik Tindak Pidana Korupsi di Indonesia

Materi Pokok 2. Semakin Jauh dari Perilaku Korupsi


Sub Materi Pokok 2
a. Niat, Semangat, dan Komitmen Melakukan Pemberantasan Korupsi
b. Penguatan Nilai-Nilai Antikorupsi
c. Prinsip-Prinsip Antikorupsi
d. Impian Indonesia Bebas dari Korupsi

307
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

IV. METODE
- Curah pendapat
- Ceramah tanya jawab
- Pemutaran video

V. MEDIA DAN ALAT BANTU


- Bahan tayang
- Modul
- Laptop/komputer
- LCD Projector
- Video tentang anti korupsi

VI. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN

Berikut disampaikan langkah-langkah kegiatan dalam proses pembelajaran


materi ini.

Langkah 1.
Pengkondisian

1. Fasilitator menyapa peserta dengan ramah dan hangat. Apabila belum


pernah menyampaikan sesi di kelas, mulailah dengan perkenalan.
Perkenalkan diri dengan menyebutkan nama lengkap, instansi tempat
bekerja, materi yang akan disampaikan.
2. Sampaikan tujuan pembelajaran materi antikorupsi dan sub materi pokok
yang akan disampaikan, sebaiknya dengan menggunakan bahan tayang.

Langkah 2.
Diskusi singkat mengenai materi yang akan disampaikan.

Fasilitator menjelaskan materi antikorupsi sesuai urutan materi pokok dan sub
materi pokok dengan menggunakan bahan tayang. Selanjutnya sebagai
pembuka akan menyampaikan tayangan video terkait antikorupsi.

Langkah 3.
Pembahasan per Materi

1. Fasilitator menyampaikan paparan materi sesuai urutan materi pokok dan


sub materi pokok dengan menggunakan bahan tayang. Kaitkan juga dengan
pendapat/pemahaman yang dikemukakan oleh peserta agar mereka merasa
dihargai.
2. Fasilitator memutarkan video materi antikorupsi.
3. Fasilitator memandu diskusi mengenai materi antikorupsi.

Langkah 4.
Rangkuman

308
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

1. Fasilitator memberikan rangkuman materi dengan tujuan untuk membantu


peserta memahami pokok-pokok isi pembelajaran dan mengingat materi
yang sudah disampaikan.
2. Fasilitator melakukan evaluasi menggunakan pre-post test untuk menilai
kemampuan peserta setelah pembelajaran.
3. Pelatih menutup sesi pembelajaran dengan mengucapkan terima kasih dan
salam perpisahan kepada peserta.

VII. URAIAN MATERI

Materi Pokok 1.
SADAR ANTIKORUPSI

A. Dampak Korupsi
Pelayanan publik tak kunjung membaik. Pelayanan kesehatan mahal dan
banyak lagi contoh buruk akibat kejahatan koruptor. Dampak korupsi
merupakan misalokasi sumber daya sehingga perekonomian tidak dapat
berkembang optimum. Dampak korupsi terhadap berbagai bidang kehidupan
masyarakat menimbulkan biaya yang disebut sebagai biaya sosial korupsi.
Banyak dampak korupsi yang mengenai negara, masyarakat,
organisasi/institusi, keluarga, diri sendiri dan lingkungan.

Dampak bagi negara, berimplikasi terhadap kesejahteraan umum. Dampak


korupsi dalam bidang ekonomi menyebabkan rendahnya kesejahteraan
umum masyarakat. Peserta pasti sering memperhatikan tayangan televisi
tentang pembuatan peraturan-peraturan baru oleh pemerintah pusat maupun
pemerintah daerah. Tidak jarang pula, ketika dicermati, peraturan-peraturan
tersebut ternyata justru lebih memihak pada perusahaan-perusahaan besar
yang mampu memberikan keuntungan untuk para pejabat. Akibatnya,
perusahaan-perusahaan kecil dan juga industri menengah tidak mampu
bertahan dan membuat kesejahteraan masyarakat umum terganggu. Tingkat
pengangguran semakin tinggi, diikuti dengan tingkat kemiskinan yang juga
semakin tinggi. Dampak lainnya bagi negara yang paling penting adalah tidak
adanya kepercayaan terhadap lembaga pemerintah. Sebagai pengamat,
masyarakat Indonesia saat ini sudah semakin cerdas untuk menilai sebuah
kasus. Berdasarkan pengamatan, saat ini masyarakat Indonesia tidak pernah
merasa puas dengan tindakan hukum kepada para koruptor. Banyak koruptor
yang menyelewengkan materi dalam jumlah yang tidak sedikit, namun hanya
memperoleh hukuman tidak seberapa. Akibatnya, rakyat tidak lagi percaya
pada proses hukum yang berlaku. Tidak jarang pula masyarakat lebih senang
main hakim sendiri untuk menyelesaikan sebuah kasus. Hal tersebut
sebenarnya merupakan salah satu tanda bahwa masyarakat Indonesia sudah
tidak percaya dengan jalannya hukum, terutama dengan berbagai tindakan
yang diambil oleh pemerintah dalam menangani kasus korupsi.

Dampak bagi masyarakat, peserta pastinya masih mengingat robohnya


jembatan Kutai Kertanegara. Masih ada kasus-kasus lain mengenai
kerusakan fasilitas publik yang juga menimbulkan korban jiwa. Selain itu, ada

309
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

pula pekerja-pekerja fasilitas publik yang mengalami kecelakaan kerja.


Ironisnya, kejadian tersebut diakibatkan oleh korupsi. Bukan rahasia jika dana
untuk membangun infrastruktur publik merupakan dana yang sangat besar
jika dilihat dalam catatan. Nyatanya, saat dana tersebut melewati para
pejabat-pejabat pemerintahan, dana tersebut mengalami pangkas sana-sini
sehingga dalam pengerjaan infrastruktur tersebut menjadi minim
keselamatan. Hal tersebut terjadi karena tingginya risiko yang timbul ketika
korupsi tersebut memangkas dana menjadi sangat minim pada akhirnya.
Keselamatan para pekerja dipertaruhkan ketika berbagai bahan infrastruktur
tidak memenuhi standar keselamatan karena minimnya dana.

Dampak bagi individu dan keluarganya, tindakan korupsi itu mempunyai


dampak yang kronis (dampak yang akan berpengaruh ke seluruh lapisan).
Dampak yang akan dirasakan diri sendiri sebagai pelaku korupsi, dirasakan
juga oleh orang lain keluarga. Contoh dampak yang akan dirasakan oleh diri
sendiri ialah perasaan bersalah yang akan menghantui dalam kehidupan
kelak. Sedangkan dampak yang akan dirasakan oleh orang lain adalah
timbulnya kerugian baik secara materi atau non materi bagi korban tindakan
korupsi.

Itulah sebagian dari dampak korupsi dan masih banyak dampak lainnya dapat
dielaborasi oleh peserta. Mempelajari dampak korupsi akan membawa kita
memiliki kesadaran diri, peserta akan lebih mantap untuk memastikan bahwa
seluruh unsur dalam diri peserta baik pikiran, emosi, ucapan, dan
tindakan/perilaku akan antikorupsi dapat terbangun dengan kebiasaan
integritas.

B. Pengertian dan Penyebab Korupsi


Setelah mengetahui dampak dari korupsi, perlu kita samakan pemahaman
terhadap korupsi. Korupsi merupakan tindakan seseorang yang
menyalahgunakan kepercayaan dalam suatu masalah atau organisasi untuk
mendapatkan keuntungan. Tindakan korupsi ini terjadi karena beberapa
faktor yang terjadi di dalam kalangan masyarakat.

Pengertian korupsi menurut Undang-Undang No. 31 Tahun 1999 tentang


pemberantasan Tindak Pidana Korupsi adalah setiap orang yang
dikategorikan melawan hukum, melakukan perbuatan memperkaya diri
sendiri, menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi,
menyalahgunakan kewenangan maupun kesempatan atau sarana yang ada
padanya karena jabatan atau kedudukan yang dapat merugikan keuangan
negara atau perekonomian negara. Korupsi diibaratkan sama dengan kanker
ganas yang kronis dan akut menggerogoti perekonomian negara secara
perlahan, namun pasti.

Penyebab korupsi pun cukup banyak, secara umum ada 2 (dua), yaitu
penyebab internal dan penyebab eksternal. Penyebab internal “NIAT” dan
penyebab eksternal “KESEMPATAN”. Niat dapat muncul dipicu karena
beberapa hal di antaranya sifat tamak/rakus (greeds), gaya hidup yang
konsumtif, hedonis (keinginan versus kebutuhan). Sedangkan kesempatan

310
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

(opportunity) dipicu karena kelemahan sistem, politik, hukum, ekonomi, dan


organisasi.

C. Delik Tindak Pidana Korupsi


Menurut UU No. 31 Tahun 1999 jo. UU No. 20 Tahun 2001 korupsi
dirumuskan ke dalam tiga puluh bentuk/jenis tindak pidana korupsi.
Ketigapuluh bentuk/jenis tindak pidana korupsi tersebut pada dasarnya dapat
dikelompokkan sebagai berikut:
1) Kerugian keuangan negara
Menurut Prof. Komariah sebagaimana dikutip Hukumonline.com, UU No.
31/1999 menganut konsep kerugian negara dalam arti delik formil. Unsur
"dapat merugikan keuangan negara" seharusnya diartikan merugikan
negara dalam arti langsung maupun tidak langsung. Artinya, suatu
tindakan otomatis dapat dianggap merugikan keuangan negara apabila
tindakan tersebut berpotensi menimbulkan kerugian negara.
2) Suap-menyuap
Untuk mengetahui pengertian suap-menyuap dapat kita lihat dalam
rumusan pasal 2 dan pasal 3 UU No. 11 tahun 1980 tentang Tindak
Pidana Suap:
- Pasal 2
"memberi atau menjanjikan sesuatu kepada seseorang dengan
maksud untuk membujuk supaya orang itu berbuat sesuatu atau
tidak berbuat sesuatu dalam tugasnya, yang berlawanan dengan
kewenangan atau kewajibannya yang menyangkut kepentingan
umum"
- Pasal 3
"menerima sesuatu atau janji, sedangkan ia mengetahui atau patut
dapat menduga bahwa pemberian sesuatu atau janji itu
dimaksudkan supaya ia berbuat sesuatu atau tidak berbuat sesuatu
dalam tugasnya, yang berlawanan dengan kewenangan atau
kewajibannya yang menyangkut kepentingan umum"
3) Penggelapan dalam jabatan
Penggelapan adalah kejahatan yang hampir sama dengan pencurian
dalam pasal 362. Bedanya ialah pada pencurian barang yang dimiliki
itu belum berada di tangan pencuri dan masih harus “diambilnya”,
sedangkan pada penggelapan waktu dimilikinya barang itu sudah ada
di tangan si pembuat tidak dengan jalan kejahatan.
4) Pemerasan
Berdasarkan pasal 12 huruf e UU No. 31 Tahun 1999 jo. UU No. 20
Tahun 2001 pemerasan adalah tindakan/perbuatan yang dilakukan
oleh pegawai negeri atau penyelenggara negara dengan maksud
menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara melawan hukum,
atau dengan menyalahgunakan kekuasaannya memaksa seseorang
memberikan sesuatu, membayar, atau menerima pembayaran dengan
potongan, atau untuk mengerjakan sesuatu bagi dirinya sendiri
5) Perbuatan curang
Untuk memahami unsur perbuatan curang dalam tindak pidana
korupsi, mari kita lihat rumusan pasal 7 dan pasal 12 huruf h UU No.
31 Tahun 1999 jo. UU No. 20 Tahun 2001, yaitu

311
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

● pemborong, ahli bangunan yang pada waktu membuat bangunan,


atau penjual bahan bangunan yang pada waktu menyerahkan
bahan bangunan, melakukan perbuatan curang yang dapat
membahayakan keamanan orang atau barang, atau keselamatan
negara dalam keadaan perang;
● setiap orang yang bertugas mengawasi pembangunan atau
penyerahan bahan bangunan, sengaja membiarkan perbuatan
curang di atas;
● setiap orang yang pada waktu menyerahkan barang keperluan
Tentara Nasional Indonesia dan atau Kepolisian Negara Republik
Indonesia melakukan perbuatan curang yang dapat membahayakan
keselamatan negara dalam keadaan perang; atau
● setiap orang yang bertugas mengawasi penyerahan barang
keperluan Tentara Nasional Indonesia dan atau Kepolisian Negara
Republik Indonesia dengan sengaja membiarkan perbuatan curang
di atas.
6) Benturan kepentingan dalam pengadaan
Benturan kepentingan dalam pengadaan barang/jasa pemerintah
adalah situasi di mana seorang pegawai negeri yang mendapatkan
kekuasaan dan kewenangan berdasarkan peraturan perundang-
undangan memiliki atau diduga memiliki kepentingan pribadi atas
setiap penggunaan wewenang yang dimilikinya sehingga dapat
mempengaruhi kualitas dan kinerja yang seharusnya.
Faktor Penyebab Konflik Kepentingan:
● Kekuasaan dan kewenangan Pegawai Negeri;
● Perangkapan jabatan;
● Hubungan afiliasi;
● Gratifikasi;
● Kelemahan sistem organisasi;
● Kepentingan pribadi
7) Gratifikasi
Tindak pidana korupsi menerima gratifikasi sebagaimana dimuat dalam
Pasal 12B UU No. 31 Tahun 1999 jo. UU No. 20 Tahun 2001
dirumuskan sebagai berikut:
Setiap gratifikasi kepada pegawai negeri atau penyelenggara negara
dianggap pemberian suap, apabila berhubungan dengan jabatannya
dan yang berlawanan dengan kewajiban atau tugasnya dengan
ketentuan
- yang nilainya Rp 10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah) atau lebih
pembuktiannya bahwa gratifikasi tersebut bukan merupakan suap
dilakukan oleh penerima gratifikasi;
- yang nilainya kurang dari Rp 10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah),
pembuktian bahwa gratifikasi tersebut suap dibuktikan oleh
penuntut umum.

312
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

Materi Pokok 2.
SEMAKIN JAUH DARI PERILAKU KORUPSI

A. Niat, Semangat, dan Komitmen Melakukan Pemberantasan Korupsi


Jika pada Materi Pokok 1 sudah diuraikan tentang dampak negatif dari
korupsi, ternyata ada juga dampak positif korupsi. Poin ini diulas pada modul
ini untuk memberikan dorongan niat yang semakin kuat bahwa untuk jauh dari
korupsi kita harus selalu pasang niat, semangat, dan komitmen melakukan
pemberantasan korupsi. Dampak positif korupsi terimplementasi dengan
adanya Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) yang selalu berkomitmen
untuk memantau aliran uang dalam pembelanjaan pemerintah. Korupsi
sangat menghambat negara kita dalam merealisasikan potensi ekonomi dan
menyebabkan ketidakadilan yang signifikan di masyarakat indonesia karena
sebagian kecil orang mendapatkan manfaat yang amat besar dari lembaga
yang korup. Hal tersebut bisa disebut sebagai keberhasilan pengaruh KPK.
Selanjutnya sisi positif dari adanya korupsi di negara indonesia seperti korupsi
menuntut pemerintah untuk memperketat hukum dalam negaranya dengan
cara seksama memeriksa akses keluar masuknya uang negara, hal ini
bermanfaat untuk memperketat keamanan negara, korupsi juga memberikan
keuntungan besar bagi satu pihak yang mengambil uang tanpa modal
sedikitpun.

Niat sebagai modalitas untuk membangun komitmen dengan cara


menginternalisasikan nilai-nilai antikorupsi (nilai integritas) dalam kehidupan
sehari hari. Untuk menjaga niat maka perlu dilakukan pembangunan sistem
integritas diri dan organisasi. Upaya pemberantasan korupsi akan efektif,
efisien, dan berintegritas jika pelaksanaan pembangunan dilakukan atau
dipimpin oleh orang-orang yang berintegritas tinggi. Mereka menjalankan
program dengan penuh keikhlasan sebagai basis bekerja berdasarkan moral
idealisme (bukan sekedar idealisme) sehingga dalam mencapai keberhasilan
tidak melakukan pelanggaran norma/nilai. Namun upaya untuk selalu berada
dalam tataran norma tersebut, dilakukan dengan tetap berinteraksi dengan
realitas, sehingga dalam kondisi demikian diperlukan manusia-manusia yang
bijak.

Bagaimana agar niat untuk tidak korupsi selalu terjaga?


Setiap individu dan organisasi perlu mencapai kebutuhan pribadi, organisasi,
pilar dan bangsa, yang tercermin dalam implementasi nilai-nilai luhur bangsa
dalam kehidupan sehari-hari termasuk pada saat melaksanakan tugas dan
fungsinya dalam organisasi sehingga tujuan organisasi maupun pribadi
tercapai dengan cara-cara yang bermoral/berakhlak. Untuk itu harus
dilakukan pelembagaan sistem integritas dalam ruang lingkup organisasi
dengan menciptakan iklim etika yang kuat, yaitu kondisi organisasi dengan
kode etiknya telah terinternalisasi dengan kuat pada individu sehingga
penyelarasan dan pengendalian organisasi dapat dijalankan dengan baik.

B. Penguatan Nilai-Nilai Antikorupsi


KPK bersama dengan para pakar telah melakukan identifikasi nilai-nilai
dasar antikorupsi yang juga merupakan nilai integritas dan dihasilkan
sebanyak 9 nilai antikorupsi sebagai berikut: 1) jujur, 2) peduli, 3) mandiri, 4)

313
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

disiplin, 5) tanggung jawab, 6) kerja keras, 7) sederhana, 8) berani, 9) adil.


Untuk mengingatnya, maka dibuatlah 9 nilai tersebut kedalam satu singkatan
”Jupe mandi tangker sebedil”.

Dari 9 nilai di atas, dikelompokkan menjadi 3 nilai utama yaitu:


1. Nilai inti terdiri dari kejujuran, disiplin, tanggung jawab;
2. Nilai etos kerja terdiri dari kerja keras, sederhana, dan mandiri;
3. Nilai sikap terdiri dari adil, berani, dan peduli.

Nilai-nilai antikorupsi yang akan dibahas meliputi kejujuran, kepedulian,


kemandirian, kedisiplinan, pertanggung-jawaban, kerja keras,
kesederhanaan, keberanian, dan keadilan. Nilai-nilai inilah yang akan
mendukung prinsip-prinsip antikorupsi untuk dapat dijalankan dengan baik.
Ada sembilan nilai antikorupsi yang cara gampangnya untuk mengingatnya
dengan jembatan keledai “Jupe mandi tangker sebedil” sebagaimana
digambarkan pada bagan di bawah ini.

Berikut ini adalah uraian secara rinci untuk tiap nilai antikorupsi:

1. Kejujuran
Kata jujur dapat didefinisikan sebagai lurus hati, tidak berbohong, dan
tidak curang. Jujur adalah salah satu sifat yang sangat penting bagi
kehidupan pegawai, tanpa sifat jujur pegawai tidak akan dipercaya dalam
kehidupan sosialnya. Nilai kejujuran dalam kehidupan dunia kerja yang
diwarnai dengan budaya kerja sangatlah diperlukan. Nilai kejujuran
ibaratnya seperti mata uang yang berlaku dimana-mana termasuk dalam
kehidupan di dunia kerja. Jika pegawai terbukti melakukan tindakan yang
tidak jujur, baik pada lingkup kerja maupun sosial, maka selamanya orang
lain akan selalu merasa ragu untuk mempercayai pegawai tersebut.

Sebagai akibatnya pegawai akan selalu mengalami kesulitan dalam


menjalin hubungan dengan orang lain. Hal ini juga akan menyebabkan
ketidaknyamanan bagi orang lain karena selalu merasa curiga terhadap
pegawai tersebut yang terlihat selalu berbuat curang atau tidak jujur.
Selain itu jika seorang pegawai pernah melakukan kecurangan ataupun
kebohongan akan sulit untuk dapat memperoleh kembali kepercayaan
dari pegawai lainnya. Sebaliknya jika terbukti bahwa pegawai tersebut
tidak pernah melakukan tindakan kecurangan maupun kebohongan maka
pegawai tersebut tidak akan mengalami kesulitan yang disebabkan
tindakan tercela tersebut. Prinsip kejujuran harus dapat dipegang teguh
oleh setiap pegawai sejak masa-masa ini untuk memupuk dan
membentuk karakter mulia di dalam setiap pribadi pegawai.

2. Kepedulian
Kata peduli adalah mengindahkan, memperhatikan, dan menghiraukan.
Nilai kepedulian sangat penting bagi seorang pegawai dalam kehidupan
di dunia kerja dan di masyarakat. Sebagai calon pemimpin masa depan,
seorang pegawai perlu memiliki rasa kepedulian terhadap lingkungannya,
baik lingkungan di dalam dunia kerja maupun lingkungan di luar dunia

314
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

kerja. Rasa kepedulian seorang pegawai harus mulai ditumbuhkan sejak


berada di dunia kerja. Oleh karena itu, upaya untuk mengembangkan
sikap peduli di kalangan pegawai sebagai subjek kerja sangat penting.

Seorang pegawai dituntut untuk peduli terhadap proses belajar mengajar


di dunia kerja, terhadap pengelolaan sumber daya di dunia kerja secara
efektif dan efisien, serta terhadap berbagai hal yang berkembang di dalam
dunia kerja pegawai juga dituntut untuk peduli terhadap lingkungan di luar
dunia kerja. Beberapa upaya yang bisa dilakukan sebagai wujud
kepedulian di antaranya adalah dengan menciptakan sikap tidak berbuat
curang atau tidak jujur. Selain itu jika seorang pegawai pernah melakukan
kecurangan ataupun kebohongan akan sulit untuk dapat memperoleh
kembali kepercayaan dari pegawai lainnya. Sebaliknya jika terbukti
bahwa pegawai tersebut tidak pernah melakukan tindakan kecurangan
maupun kebohongan maka pegawai tersebut tidak akan mengalami
kesulitan yang disebabkan tindakan tercela tersebut.

3. Kemandirian
Kondisi mandiri bagi pegawai dapat diartikan sebagai proses
mendewasakan diri, yaitu dengan tidak bergantung pada orang lain untuk
mengerjakan tugas dan tanggung jawabnya. Hal ini penting untuk masa
depannya di mana pegawai tersebut harus mengatur kehidupannya dan
orang-orang yang berada di bawah tanggung jawabnya sebab tidak
mungkin orang yang tidak dapat mandiri (mengatur dirinya sendiri) akan
mampu mengatur hidup orang lain. Dengan karakter kemandirian tersebut
pegawai dituntut untuk mengerjakan semua tanggung jawab dengan
usahanya sendiri dan bukan orang lain.

4. Kedisiplinan
Kata disiplin adalah ketaatan (kepatuhan) kepada peraturan. Dalam
mengatur kehidupan dunia kerja, baik kerja maupun sosial, pegawai perlu
hidup disiplin. Hidup disiplin tidak berarti harus hidup seperti pola militer
di barak militier, tetapi hidup disiplin bagi pegawai adalah dapat mengatur
dan mengelola waktu yang ada untuk dipergunakan dengan sebaik-
baiknya untuk menyelesaikan tugas, baik dalam lingkup kerja maupun
sosial dunia kerja. Manfaat dari hidup yang disiplin adalah pegawai dapat
mencapai tujuan hidupnya dengan waktu yang lebih efisien. Disiplin juga
membuat orang lain percaya dalam mengelola suatu kepercayaan. Nilai
kedisiplinan dapat diwujudkan antara lain dalam bentuk kemampuan
mengatur waktu dengan baik, kepatuhan pada seluruh peraturan dan
ketentuan yang berlaku di dunia kerja, mengerjakan segala sesuatunya
tepat waktu, dan fokus pada pekerjaan.

5. Tanggung Jawab
Tanggung jawab merupakan keadaan wajib menanggung segala
sesuatunya (jika terjadi apa-apa boleh dituntut, dipersalahkan, dan
diperkarakan). Pegawai adalah sebuah status yang ada pada diri
seseorang yang telah lulus dari pekerjaan terakhirnya yang melanjutkan
pekerjaan dalam sebuah lembaga yang bernama organisasi. Pegawai
yang memiliki rasa tanggung jawab akan memiliki kecenderungan

315
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

menyelesaikan tugas lebih baik dibanding pegawai yang tidak memiliki


rasa tanggung jawab. Pegawai yang memiliki rasa tanggung jawab akan
mengerjakan tugas dengan sepenuh hati karena berpikir bahwa jika suatu
tugas tidak dapat diselesaikan dengan baik dapat merusak citra namanya
di depan orang lain. Pegawai yang dapat diberikan tanggung jawab yang
kecil dan berhasil melaksanakannya dengan baik berhak untuk
mendapatkan tanggung jawab yang lebih besar lagi sebagai hasil dari
kepercayaan orang lain terhadap pegawai tersebut.

Pegawai yang memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi mudah untuk
dipercaya orang lain dalam masyarakat misalkan dalam memimpin suatu
kepanitiaan yang diadakan di dunia kerja. Tanggung jawab adalah
menerima segala sesuatu dari sebuah perbuatan yang salah, baik itu
disengaja maupun tidak disengaja. Tanggung jawab tersebut berupa
perwujudan kesadaran akan kewajiban menerima dan menyelesaikan
semua masalah yang telah dilakukan. Tanggung jawab juga merupakan
suatu pengabdian dan pengorbanan.

6. Kerja keras
Bekerja keras didasari dengan adanya kemauan. Kata ”kemauan”
menimbulkan asosiasi dengan ketekadan, ketekunan, daya tahan, tujuan
jelas, daya kerja, pendirian, pengendalian diri, keberanian, ketabahan,
keteguhan, tenaga, kekuatan, kelaki-lakian dan pantang mundur. Sangat
penting memiliki kemauan untuk berkembang ke taraf yang lebih tinggi
karena harus menguasai diri sepenuhnya lebih dulu untuk bisa
menguasai orang lain. Setiap kali seseorang penuh dengan harapan dan
percaya, maka akan menjadi lebih kuat dalam melaksanakan
pekerjaannya. Jika interaksi antara individu pegawai dapat dicapai
bersama dengan usaha kerja keras maka hasil yang akan dicapai akan
semakin optimum. Bekerja keras merupakan hal yang penting guna
tercapainya hasil yang sesuai dengan target. Akan tetapi bekerja keras
akan menjadi tidak berguna jika tanpa adanya pengetahuan. Di dalam
dunia kerja, para pegawai diperlengkapi dengan berbagai ilmu
pengetahuan.

7. Sederhana
Gaya hidup pegawai merupakan hal yang penting dalam interaksi dengan
masyarakat di sekitarnya. Gaya hidup sederhana sebaiknya perlu
dikembangkan sejak pegawai mengenyam masa pekerjaannya. Dengan
gaya hidup sederhana, setiap pegawai dibiasakan untuk tidak hidup
boros, hidup sesuai dengan kemampuannya dan dapat memenuhi semua
kebutuhannya. Kerap kali kebutuhan diidentikkan dengan keinginan
semata, padahal tidak selalu kebutuhan sesuai dengan keinginan dan
sebaliknya. Dengan menerapkan prinsip hidup sederhana, pegawai
dibina untuk memprioritaskan kebutuhan di atas keinginannya. Prinsip
hidup sederhana ini merupakan parameter penting dalam menjalin
hubungan antara sesama pegawai karena prinsip ini akan mengatasi
permasalahan kesenjangan sosial, iri, dengki, tamak, egois, dan yang
sikap-sikap negatif lainnya lainnya. Prinsip hidup sederhana juga
menghindari seseorang dari keinginan yang berlebihan.

316
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

8. Keberanian
Jika kita temui di dalam dunia kerja, ada banyak pegawai yang sedang
mengalami kesulitan dan kekecewaan. Meskipun demikian, untuk
menumbuhkan sikap keberanian demi mempertahankan pendirian dan
keyakinan pegawai, terutama sekali pegawai harus mempertimbangkan
berbagai masalah dengan sebaik-baiknya. Nilai keberanian dapat
dikembangkan oleh pegawai dalam kehidupan di dunia kerja dan di luar
dunia kerja. Antara lain dapat diwujudkan dalam bentuk berani
mengatakan dan membela kebenaran, berani mengakui kesalahan,
berani bertanggung jawab, dan lain sebagainya.

9. Keadilan
Berdasarkan arti katanya, adil adalah sama berat, tidak berat sebelah,
tidak memihak. Bagi pegawai karakter adil ini perlu sekali dibina agar
pegawai dapat belajar mempertimbangkan dan mengambil keputusan
secara adil dan benar.

C. Prinsip-Prinsip Antikorupsi
Setelah memahami nilai-nilai antikorupsi yang penting untuk mencegah
faktor internal terjadinya korupsi, berikut akan dibahas prinsip-prinsip Anti-
korupsi yang meliputi akuntabilitas, transparansi, kewajaran, kebijakan, dan
kontrol kebijakan, untuk mencegah faktor eksternal penyebab korupsi. Ada 5
(lima) prinsip antikorupsi:

1. Akuntabilitas
Akuntabilitas adalah kesesuaian antara aturan dan pelaksanaan kerja.
Semua lembaga mempertanggungjawabkan kinerjanya sesuai aturan
main baik dalam bentuk konvensi (de facto) maupun konstitusi (de jure),
baik pada level budaya (individu dengan individu) maupun pada level
lembaga. Lembaga-lembaga tersebut berperan dalam sektor bisnis,
masyarakat, publik, maupun interaksi antara ketiga sektor.

Akuntabilitas publik secara tradisional dipahami sebagai alat yang


digunakan untuk mengawasi dan mengarahkan perilaku administrasi
dengan cara memberikan kewajiban untuk dapat memberikan jawaban
(answerability) kepada sejumlah otoritas eksternal. Selain itu akuntabilitas
publik dalam arti yang paling fundamental merujuk kepada kemampuan
menjawab kepada seseorang terkait dengan kinerja yang diharapkan.
Seseorang yang diberikan jawaban ini haruslah seseorang yang memiliki
legitimasi untuk melakukan pengawasan dan mengharapkan kinerja.
Akuntabilitas publik memiliki pola-pola tertentu dalam mekanismenya,
antara lain adalah akuntabilitas program, akuntabilitas proses,
akuntabilitas keuangan, akuntabilitas outcome, akuntabilitas hukum, dan
akuntabilitas politik. Dalam pelaksanaannya, akuntabilitas harus dapat
diukur dan dipertanggungjawabkan melalui mekanisme pelaporan dan
pertanggungjawaban atas semua kegiatan yang dilakukan. Evaluasi atas
kinerja administrasi, proses pelaksanaan, dampak dan manfaat yang

317
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

diperoleh masyarakat baik secara langsung maupun manfaat jangka


panjang dari sebuah kegiatan.

2. Transparansi
Salah satu prinsip penting antikorupsi lainnya adalah transparansi. Prinsip
transparansi ini penting karena pemberantasan korupsi dimulai dari
transparansi dan mengharuskan semua proses kebijakan dilakukan
secara terbuka sehingga segala bentuk penyimpangan dapat diketahui
oleh publik.

Selain itu transparansi menjadi pintu masuk sekaligus kontrol bagi seluruh
proses dinamika struktural kelembagaan. Dalam bentuk yang paling
sederhana, transparansi mengacu pada keterbukaan dan kejujuran untuk
saling menjunjung tinggi kepercayaan (trust) karena kepercayaan,
keterbukaan, dan kejujuran ini merupakan modal awal yang sangat
berharga bagi para pegawai untuk dapat melanjutkan tugas dan tanggung
jawabnya pada masa kini dan masa mendatang. Dalam prosesnya,
transparansi dibagi menjadi lima yaitu 1) proses penganggaran, 2) proses
penyusunan kegiatan, 3) proses pembahasan, 4) proses pengawasan,
dan 5) proses evaluasi.

Proses evaluasi ini berlaku terhadap penyelenggaraan proyek dijalankan


secara terbuka dan bukan hanya pertanggungjawaban secara
administratif, tapi juga secara teknis dan fisik dari setiap output kerja-kerja
pembangunan. Hal-hal tersebut merupakan panduan bagi pegawai untuk
dapat melaksanakan kegiatannya agar lebih baik. Setelah pembahasan
prinsip ini, pegawai sebagai individu dan juga bagian dari
masyarakat/organisasi/institusi diharapkan dapat mengimplementasikan
prinsip transparansi di dalam kehidupan keseharian pegawai.

3. Kewajaran
Prinsip antikorupsi lainnya adalah prinsip kewajaran. Prinsip fairness atau
kewajaran ini ditujukan untuk mencegah terjadinya manipulasi
(ketidakwajaran) dalam penganggaran, baik dalam bentuk mark up
maupun ketidakwajaran lainnya. Sifat-sifat prinsip kewajaran ini terdiri dari
lima hal penting, yaitu komprehensif dan disiplin, fleksibilitas, terprediksi,
kejujuran, dan informatif.

Komprehensif dan disiplin berarti mempertimbangkan keseluruhan aspek,


berkesinambungan, taat asas, prinsip pembebanan, pengeluaran dan
tidak melampaui batas (off budget), sedangkan fleksibilitas artinya adalah
adanya kebijakan tertentu untuk mencapai efisiensi dan efektifitas.
Terprediksi berarti adanya ketetapan dalam perencanaan atas dasar asas
value for money untuk menghindari defisit dalam tahun anggaran
berjalan. Anggaran yang terprediksi merupakan cerminan dari adanya
prinsip fairness. Prinsip kewajaran dapat mulai diterapkan oleh pegawai
dalam kehidupan di dunia kerja. Misalnya, dalam penyusunan anggaran
program kegiatan kepegawaian harus dilakukan secara wajar. Demikian
pula dalam menyusun laporan pertanggungjawaban, harus disusun
dengan penuh tanggung jawab.

318
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

4. Kebijakan
Prinsip antikorupsi yang keempat adalah prinsip kebijakan. Pembahasan
mengenai prinsip ini ditujukan agar pegawai dapat mengetahui dan
memahami kebijakan antikorupsi. Kebijakan ini berperan untuk mengatur
tata interaksi agar tidak terjadi penyimpangan yang dapat merugikan
negara dan masyarakat. Kebijakan antikorupsi ini tidak selalu identik
dengan undang-undang antikorupsi, tetapi juga bisa berupa undang-
undang kebebasan mengakses informasi, undang-undang desentralisasi,
undang-undang antimonopoli, dan lainnya yang dapat memudahkan
masyarakat mengetahui sekaligus mengontrol terhadap kinerja dan
penggunaan anggaran negara oleh para pejabat negara.

Aspek-aspek kebijakan terdiri dari isi kebijakan, pembuat kebijakan,


pelaksana kebijakan, kultur kebijakan. Kebijakan anti-korupsi akan efektif
apabila di dalamnya terkandung unsur-unsur yang terkait dengan
persoalan korupsi dan kualitas dari isi kebijakan tergantung pada kualitas
dan integritas pembuatnya. Kebijakan yang telah dibuat dapat berfungsi
apabila didukung oleh aktor-aktor penegak kebijakan, yaitu
keKemenkesan, kejaksaan, pengadilan, pengacara, dan lembaga
pemasyarakatan.

Eksistensi sebuah kebijakan tersebut terkait dengan nilai-nilai,


pemahaman, sikap, persepsi, dan kesadaran masyarakat terhadap
hukum atau undang-undang antikorupsi. Lebih jauh lagi, kultur kebijakan
ini akan menentukan tingkat partisipasi masyarakat dalam
pemberantasan korupsi.

5. Kontrol Kebijakan
Prinsip terakhir antikorupsi adalah kontrol kebijakan. Kontrol kebijakan
merupakan upaya agar kebijakan yang dibuat efektif dan mengeliminasi
semua bentuk korupsi. Pada prinsip ini akan dibahas mengenai lembaga-
lembaga pengawasan di Indonesia, self-evaluating organization,
reformasi sistem pengawasan di Indonesia, dan problematika
pengawasan di Indonesia. Bentuk kontrol kebijakan berupa partisipasi,
evolusi, dan reformasi. Kontrol kebijakan berupa partisipasi, yaitu
melakukan kontrol terhadap kebijakan dengan ikut serta dalam
penyusunan dan pelaksanaannya dan kontrol kebijakan berupa oposisi.

D. Impian Indonesia Bebas dari Korupsi


Semangat perlawanan terhadap korupsi merupakan langkah awal yang harus
dimiliki masyarakat dalam pemberantasan korupsi dengan mempelajari
beberapa negara yang relatif bersih dari korupsi dan potensi yang dimiliki
Indonesia untuk mewujudkan impian tanpa korupsi.

Ada 3 (tiga) potensi penting dalam konteks ini: 1) Potensi penduduk, 2)


Potensi Wilayah, dan 3) Sejarah Besar.

1. Potensi Penduduk

319
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

Sebagai negara dengan jumlah penduduk terbesar keempat di dunia,


Indonesia memiliki potensi yang luar biasa. Jumlah penduduk yang
demikian besar itu, bisa menjadi sumber penyediaan tenaga kerja dalam
memanfaatkan sumber daya alam yang tersedia. Selain itu, sangat
potensial untuk mempertahankan keutuhan negara dari ancaman negara
lain.

2. Potensi Wilayah
Berbicara tentang besarnya potensi wilayah yang dimiliki Indonesia, tentu
tak ada yang menyangkal. Indonesia merupakan negeri yang memiliki
kekayaan alam berlimpah, posisi yang strategis, dan bahkan kesuburan
yang luar biasa. Dari berbagai potensi wilayah yang ada, semua
memperlihatkan bahwa negeri ini menyimpan potensi yang luar biasa,
antara lain: 1) Posisi strategis, 2) Potensi luas wilayah, 3) Potensi
kekayaan alam dan budaya.

Indonesia merupakan negara kepulauan yang terletak antara dua benua,


yaitu Asia dan Australia serta antara dua samudera, yaitu Samudera
Pasifik dan Samudera HIndia. Beberapa keuntungan yang dimiliki
Indonesia dengan letak geografisnya, yaitu menjadi persimpangan lalu
lintas dunia, baik lalu lintas darat maupun laut. Selain itu, Indonesia juga
menjadi titik persilangan kegiatan perekonomian dunia.

Potensi luas wilayah: Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di


dunia, yang memiliki 13.466 pulau. Luas daratan Indonesia 1.922.570 km²
dan luas perairan 3.257.483 km². Apa yang dapat dimanfaatkan dengan
wilayah seluas itu? Setiap pulau dan laut Indonesia memiliki kekayaan
alam yang tak ternilai. Mulai yang tampak, seperti flora dan fauna, hingga
yang tidak terlihat, seperti bahan tambang. Jika semua kekayaan tersebut
dimanfaatkan secara optimal, tentu bisa mewujudkan Indonesia menjadi
negara yang makmur dan sejahtera, sebagaimana negeri impian. Potensi
kekayaan alam dan budaya: Indonesia memiliki sumber keanekaragaman
hayati (biodiversity) terlengkap di dunia. Diperkirakan, sekitar 100-150
genus dari tumbuhan monoecious dan diecious, dengan 25.000-30.000
spesies terdapat di Indonesia. Itu sebabnya, Indonesia disebut pula
sebagai negara “mega biodiversity” atau “megadiversity”. Sementara,
jenis hewan yang ada juga lengkap, sekitar 220 ribu jenis. Terdiri atas
sekitar 200 ribu serangga, 4 ribu jenis ikan, 2 ribu jenis burung, serta
seribu jenis reptil dan amfibi. Bahkan, 17% jenis serangga di dunia, bisa
ditemukan di Indonesia. Sementara total potensi maritim Indonesia
diperkirakan mencapai enam kali APBN, yang besarnya sekitar Rp7.200
triliun per tahun. Belum lagi potensi kehutanan yang pernah menjadi
penyumbang devisa terbesar kedua di negeri ini setelah minyak dan gas
bumi. Demikian juga dengan tambang, minyak, perkebunan, dan lain-lain.
Jika potensi laut yang diperkirakan mencapai Rp7.200 triliun per tahun
dimanfaatkan sebaik mungkin, misalnya tak hanya untuk memenuhi
konsumsi dalam negeri, juga untuk ekspor, betapa banyak devisa yang
masuk. Negeri impian pun bukan lagi mimpi bagi negeri ini.

320
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

3. Sejarah Besar
Kemerdekaan RI, 17 Agustus 1945, diakui sebagai salah satu titik penting
sejarah bangsa Indonesia. Dengan kemerdekaan, bangsa ini bisa leluasa
mengurus diri sendiri, mengelola kekayaan yang dimiliki, dan
memanfaatkan sebesar-besarnya demi kemakmuran bangsa. Begitupun
sejarah panjang Indonesia sebenarnya sudah dimulai jauh sebelum
kemerdekaan. Bahkan, bukan hanya ketika Indonesia berada dalam
penjajahan Belanda selama 3,5 abad dan Jepang 3,5 tahun.

Lebih dari itu, ketika garis historis ditarik ke belakang, tetap merupakan
bagian tak terpisahkan dari negeri ini. Walhasil, kemampuan Majapahit di
bawah komando Mahapatih Gajah Mada yang berhasil mempersatukan
Nusantara, Sriwijaya yang begitu digdaya, Samudera Pasai yang
menguasai perdagangan, bahkan mozaik-mozaik berupa penelitian jejak
peradaban seperti benua Atlantis dan situs Gunung Padang, kian
mengokohkan dan menjadi bagian tak terpisahkan dari sejarah besar
Indonesia. Bisa dibayangkan, betapa besar sesungguhnya bangsa ini!

VIII. REFERENSI
1. Bahan pembelajaran ACLC KPK, 2020.
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2001 Tentang
Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 Tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
3. UU No. 11 tahun 1980 tentang Tindak Pidana Suap.

321
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

MPP 3
RENCANA TINDAK LANJUT (RTL)

322
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

MATA PELATIHAN PENUNJANG 3


RENCANA TINDAK LANJUT (RTL)

I. DESKRIPSI SINGKAT
Setelah mengikuti serangkaian proses pembelajaran pada pelatihan ini, hasil
belajar yang diperoleh ditujukan untuk meningkatkan kinerja peserta selaku
penanggung jawab pelayanan kontrasepsi di fasyankes. Agar hasil pelatihan ini
dapat memberikan dampak yang bermakna (adanya perubahan) terhadap
peningkatan kinerja petugas yang dilatih maka perlu dilakukan upaya nyata
pasca pelatihan yang di dalam Rencana Tindak Lanjut (RTL). Dengan kata lain,
RTL merupakan bentuk komitmen dari peserta untuk melakukan kegiatan yang
dijabarkan dalam RTL tersebut. Membuat rencana kegiatan di institusi asal
peserta dengan mengidentifikasi kegiatan yang harus dilakukan agar dapat
merubah kondisi saat peserta belum mengikuti pelatihan menjadi kondisi yang
seharusnya.

II. HASIL BELAJAR DAN INDIKATOR HASIL BELAJAR


A. Hasil Belajar
Setelah mengikuti mata pelatihan ini peserta mampu menyusun Rencana
Tindak Lanjut (RTL) dari hasil pembelajaran pada pelatihan pelayanan
kontrasepsi bagi dokter dan bidan di fasilitas kesehatan tingkat pertama
masing-masing.

B. Indikator Hasil Belajar


Setelah mengikuti mata pelatihan ini peserta mampu:
1. Mengidentifikasi kondisi saat ini sesuai tujuan pelatihan
2. Menetapkan kondisi yang diinginkan sesuai tujuan pelatihan
3. Menyusun gagasan berupa kegiatan mewujudkan kondisi yang diinginkan
sesuai tujuan pelatihan

III. MATERI POKOK DAN SUB MATERI POKOK


Dalam modul ini akan dibahas materi pokok dan sub materi pokok sebagai
berikut:

Materi Pokok 1. Kondisi Saat Ini Sesuai Tujuan Pelatihan

Materi Pokok 2. Kondisi yang Diinginkan Sesuai Tujuan Pelatihan

Materi Pokok 3. Gagasan Kegiatan untuk Mewujudkan Keinginan Sesuai


Tujuan Pelatihan

IV. METODE
Metode pembelajaran yang digunakan dalam materi ini:
- Curah pendapat
- Ceramah tanya jawab
- Diskusi Kelompok
- Latihan

323
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

V. MEDIA DAN ALAT BANTU


Media dan alat bantu pembelajaran yang digunakan dalam materi ini:
- Bahan tayang
- Modul
- Laptop/komputer
- LCD projector
- ATK
- Panduan Latihan

VI. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN

Berikut disampaikan langkah-langkah kegiatan dalam proses pembelajaran


materi ini.

Langkah 1.
Pengkondisian

1. Fasilitator menyapa peserta dengan ramah dan hangat. Apabila belum


pernah menyampaikan sesi di kelas, mulailah dengan perkenalan.
Perkenalkan diri dengan menyebutkan nama lengkap, instansi tempat
bekerja, materi yang akan disampaikan.
2. Sampaikan tujuan pembelajaran materi pokok Rencana Tindak Lanjut (RTL),
sebaiknya dengan menggunakan bahan tayang.

Langkah 2.
Diskusi singkat mengenai materi yang akan disampaikan.

Fasilitator menjelaskan materi Rencana Tindak Lanjut (RTL) dengan metode


ceramah interaktif.

Langkah 3.
Pembahasan per Materi

1. Fasilitator menyampaikan paparan materi sesuai urutan materi pokok dengan


menggunakan bahan tayang. Kaitkan juga dengan pendapat/pemahaman
yang dikemukakan oleh peserta agar mereka merasa dihargai.
2. Fasilitator membuka kesempatan tanya jawab kepada peserta untuk
menanyakan hal-hal yang kurang jelas.
3. Fasilitator memberikan arahan bagi peserta untuk melakukan latihan
penyusunan RTL.

Langkah 4.
Penugasan
1. Fasilitator membagi peserta menjadi 5 kelompok dan memberikan penjelasan
tentang pengisian format RTL. Kemudian, peserta melakukan pengisian
format RTL sesuai dengan arahan fasilitator.

Langkah 5.

324
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

Rangkuman

1. Fasilitator memberikan rangkuman materi dengan tujuan untuk membantu


peserta memahami pokok-pokok isi pembelajaran dan mengingat materi
yang sudah disampaikan.
2. Fasilitator melakukan evaluasi menggunakan pre-post test untuk menilai
kemampuan peserta setelah pembelajaran.
3. Fasilitator menutup sesi pembelajaran dengan mengucapkan terima kasih
dan salam perpisahan kepada peserta.

VII. URAIAN MATERI

Materi Pokok 1.
KONDISI SAAT INI SESUAI TUJUAN PELATIHAN

Sesuai dengan tugas dan tanggung jawab tenaga kesehatan yang ditugaskan
untuk melaksanakan pelayanan kontrasepsi, agar melakukan identifikasi
terhadap pelayanan kontrasepsi yang selama ini sudah dilakukan di fasyankes
masing-masing untuk menemukan kekurangan dalam pelaksanaan pelayanan
jika dinilai dengan menggunakan pengetahuan dan keterampilan yang sudah
didapatkan pada pelatihan ini.

Menelusuri kekurangan dalam pelayanan kontrasepsi tersebut dengan bantuan


pertanyaan berikut ini:
1. Apakah ada hambatan dalam pelaksanaannya?
2. Jika ada, temukan hambatannya.
3. Selanjutnya cari penyebab dari hambatan tersebut.

● Berikut ini contoh hasil identifikasi misalnya mengapa target KB di fasyankes belum
sesuai harapan? Mengapa masih banyak pasangan usia subur yang enggan
menggunakan alat kontrasepsi?
● Kembangkan pertanyaan-pertanyaan mengacu pada pengetahuan yang diperoleh
pada mata pelatihan inti di pelatihan ini.
● Selain itu lakukan juga identifikasi fokusnya pada kelemahan dari sisi petugas dan
sisi klien. Untuk melakukan identifikasi bisa menggunakan template di bawah ini.
● Selanjutnya galilah penyebab dari hasil identifikasi masalah agar mudah untuk
menetapkan kondisi yang akan diinginkan.

Tabel 1. Tabel Bantu Analisis Kondisi Saat ini


No Masalah yang ditemukan dari hasil identifikasi dengan menggunakan
perspektif mata pelatihan inti pada pelatihan ini

Catatan: Format tersebut tidak mengikat dan dapat dieksplor

325
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

Materi Pokok 2.
KONDISI YANG DIINGINKAN SESUAI TUJUAN PELATIHAN

Setelah mengikuti pembelajaran materi inti pada pelatihan ini, pastinya Saudara
banyak mendapatkan pengetahuan dan keterampilan yang dapat menginspirasi.
Mengacu pada KONDISI SAAT INI yang menjadi kerisauan dan berpedoman
pada penyebab dari masalah yang diidentifikasi maka tetapkan KONDISI yang
DIINGINKAN agar terjadi perubahan (masalah terselesaikan). Dapat
menggunakan bantuan tabel bantu di bawah ini.

Tabel 2. Tabel Bantu Kondisi yang Diinginkan


No Kondisi Saat Ini Kondisi yang Diinginkan

Materi Pokok 3.
GAGASAN KEGIATAN UNTUK MEWUJUDKAN KEINGINAN SESUAI
TUJUAN PELATIHAN

Setelah menetapkan kondisi yang ingin dicapai sesuai dengan penyebab


permasalahan maka munculkan suatu GAGASAN atau IDE perubahan yang
ingin dilakukan. Selanjutnya gagasan tersebut dikongkritkan dengan
mengidentifikasi kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan setelah pelatihan ini.

Tabel 3. Tabel Bantu Gagasan dan Kegiatan


No Kondisi Kondisi yang Gagasan Kegiatan untuk
Saat Ini Diinginkan Perubahan yang Mewujudkan Gagasan
Akan Dilakukan Perubahan

VIII. REFERENSI
Pedoman Pelatihan Kepemimpinan (DIKLATPIM) Lembaga Administrasi
Negara

326
MODUL PELATIHAN BAGI PELATIH
Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

TIM PENYUSUN

Penasehat
Dr. Erna Mulati, M.Sc, CMFM

Penanggung Jawab:
dr. Lovely Daisy, MKM

Kontributor:
Pokja KB dan Kesehatan Reproduksi, PP POGI: dr. Ilyas Angsar, SpOG(K); Prof. dr. Ova
Emilia, M. med, SpOG (K), Ph.D; Dr.dr.Julianto Witjaksono, SpOG (K) MGO; dr. Detty
Nurdiati, MPH, PhD, SpOG(K); Dr. dr. Yudianto Budi Saroyo, SpOG(K); dr. Herbert
Situmorang, SpOG(K); dr. Nurhadi Rahman, SpOG(K); dr. Suryono S.I, Santoso, SpOG; dr.
Cepi Teguh Pramayadi, SpOG; dr. M. Adya Firmansha SpOG (K); dr. Riyan Hari Kurniawan,
SpOG; dr. M. Dwi Priangga SpOG; dr. Marie Caesarini, SpOG; dr. Diannisa Ikarumi, SpOG;

IBI: Sri Poerwaningsih SST.SKM.M.Kes; Dr. Heru Herdiawati, SSH, SH, MH; Ratna Chaerani,
SST, MKes; Bintang Petralina, SST, M.Keb;

PKMI: DR.Dr. Hermanus Suhartono S, SpOG(K)

KEMENKES: dr. Wira Hartiti, M.Epid; dr. Yenni Yuliana; dr. Ratna Sari Junita; dr. Erni
Risvayanti, M.Kes; Indah Nugraheni Mardhika, SKM, MSc.PH; Ika Permatasari, SKM, MKM;
Nabila Salsabila, SKM; Evasari Ginting, SKM; Masnapita, SKM, MKM; Nia Fitriasari; Dr. Ina
Yuniati, M.Sc; Deviana, SKM, M.Kes

BKKBN: dr. Yuliana Slamet, S.H; Dr. Ari Widiastuti; Titik Puspa Dewi; Alifia Nugrahani Sidhi

FKM UI: Prof. dr. Budi Utomo MPH, Ph.D; Dewi Nuryana, SKM; Restu Adya Cahyani, SKM;
Khelian Ni Syevira, S.Tr.Keb., MKM

Fakultas Psikolog UI: Lathifah Hanum, M.Psi, Psikolog

WHO Indonesia: dr. Alfrida Camelia Silitonga

327

Das könnte Ihnen auch gefallen