Sie sind auf Seite 1von 6

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR

UPT BLUD PUSKESMAS KERONGKONG


KECAMATAN SURALAGA
Jalan TGH. Lalu Abdussomad Desa Kerongkong Kecamatan Suralaga Kab. LOTIM KP : 83651

KERANGKA ACUAN/TERM OF REFERENCE


PELAKSANAAN BANTUAN OPERASIONAL KESEHATAN
PUSKESMAS DANA ALOKASI KHUSUS (DAK) NON FISIK BIDANG
KESEHATAN TAHUN ANGGARAN 2024

MENU KEGIATAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN (PMT)


BERBAHAN PANGAN LOKAL

A. LATAR BELAKANG

1. Dasar Hukum

a. Undang-undang Nomor 36 tentang Kesehatan


b. Peraturan Presiden Nomor 42 tahun 2013 tentang Gerakan Nasional
Percepatan Perbaikan Gizi
c. Peraturan Presiden Nomor 83 Tahun 2017 tentang Kebijakan Strategi
Pangan dan Gizi
d. Peraturan Presiden Nomor 18 Tahun 2020 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Menengah Nasional (RPJMN) tahun
2020-2024
e. Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2021 tentang Percepatan
Penurunan Stunting
f. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014
tentang Upaya Perbaikan Gizi
g. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 41 tahun 2014
tentang Pedoman Gizi Seimbang
h. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2019
tentang Pusat Kesehatan Masyarakat
i. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2020
tentang Standar Antopometri Anak
j. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2021
tentang Pelayanan Kesehatan Masa Sebelum Hamil, Masa Hamil,
Persalinan, dan Masa Sesuadah Melahirkan, Penyelenggaraan
Kontrasepsi, serta Pelayanan Kesehatan Seksual
k. Peraturan Lembaga Pengadaan Barang / Jasa Pemerintah RI Nomor 3
Tahun 2021 tentang Pedoman Swakelola.
2. Gambaran Umum
Pembangunan sumber daya manusia yang berkualitas merupakan
salah satu sasaran prioritas dalam Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024. Status gizi yang baik merupakan
salah satu faktor penentu untuk keberhasilan pembangunan sumber daya
manusia. Dalam rangka percepatan perbaikan gizi, pemerintah telah
mengeluarkan Peraturan Presiden (PP) nomor 42 tahun 2013 tentang
Gerakan Nasional Percepatan Perbaikan Gizi yang fokus pada 1000 Hari
Pertama Kehidupan (HPK). Masa 1000 hari pertama kehidupan (HPK) yang
dimulai sejak janin dalam kandungan hingga anak berusia dua tahun,
merupakan masa paling kritis untuk memperbaiki status gizi individu serta
merupakan saat yang sangat efektif untuk memberikan intervensi dalam
rangka menurunkan angka malnutrisi. Permasalahan gizi yang terjadi pada
masa kini akan berpengaruh terhadap kualitas sumber daya manusia (SDM)
di masa depan. Masalah gizi
yang terjadi seperti; kegagalan pertumbuhan, berat badan lahir rendah
(BBLR), tunting, wasting dan underweight memerlukan penanganan yang
cepat dan tepat berupa pengaturan kebutuhan gizi yang seimbang dan
berkualitas untuk menjamin peningkatan status gizi dan status kesehatan;
kemampuan motorik, sosial, dan kognitif; kemampuan belajar dan
produktivitas generasi manusia pada masa yang akan datang.
Prevalensi risiko Kekurangan Energi Kronik (KEK) pada wanita usia
subur sebesar 14,1% dan ibu hamil sebesar 17,3% dengan target RPJMN
2024 sebesar 10% (Riskesdas, 2018). Berdasarkan Survei Status Gizi
Indonesia (SSGI) Tahun 2022prevalensi wasting secara nasional sebesar
7,7%, sementara di Provinsi Nusa enggara Barat prevalensi wasting sebesar
8,7% dan di Kabupaten Lombok Timur revalensi wasting sebesar 6,6%.
Malnutrisi ini dapat disebakan oleh berbagai faktor, ekurangan asupan
makanan bergizi dan atau seringnya terinfeksi penyakit menjadi salah satu
penyebab langsung terjadinya malnutrisi. Pola asuh yang kurang tepat,
kurangnya pengetahuan, sulitnya akses ke pelayanan kesehatan, kondisi
sosial ekonomi juga berpengaruh secara tidak langsung terhadap akses
makanan bergizi dan layanan kesehatan.
Hasil Riskesdas 2013 tentang kondisi konsumsi makan balita di
Indonesia pada tahun 2016-2017 melaporkan bahwa 7 dari 10 Balita
mengalami kurang Kalori, serta 5 dari 10 Balita kurang protein. Hal ini
menunjukkan masih ada bayi dan balita di Indonesia yang tidak
mendapatkan asupan Kalori dan protein yang memenuhi kebutuhan gizi
untuk pertumbuhan dan perkembangannya terutama setelah mencapai usia
6 bulan pada periode dimana Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) mulai
diberikan (masa baduta) (Balitbangkes RI, 2013). Berdasarkan data Survei
Diet Total (SDT) tahun 2014, masih terdapat 48,9% balita memiliki asupan
energi kurang dibanding Angka Kecukupan Energi yang dianjurkan (70%-
<100% AKE) dan 6,8% balita memiliki asupan energi sangat kurang (<70%
AKE). Selain itu, 23,6% balita memiliki asupan protein yang kurang
dibandingkan Angka Kecukupan Protein yang dianjurkan (<80% AKP). Selain
kurangnya asupan energi dan protein, jenis makanan yang diberikan pada
balita juga kurang beragam. Sementara itu, lebih dari separuh ibu hamil
memiliki asupan energi sangat kurang (<70% angka kecukupan energi) dan
sekitar separuh ibu hamil juga mengalami kekurangan asupan protein (<80%
angka kecukupan yang dianjurkan).
Pemberian Makanan Tambahan (PMT) berbahan pangan lokal
merupakan salah satu strategi penanganan masalah gizi pada balita dan ibu
hamil. Kegiatan PMT tersebut perlu disertai dengan edukasi gizi untuk
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam mempersiapkan
makanan dengan gizi seimbang melalui penerapan perilaku Sadar Gizi.

B. TUJUAN

1. Tujuan Umum :

Meningkatnya status gizi ibu hamil KEK dan balita gizi kurang menuju
normal melalui pemberian makanan tambahan berbahan pangan lokal
sesuai standar yang telah ditetapkan.

2. Tujuan Khusus :

a. Terlaksannya kegiatan Pemberian Makanan Tambahan (PMT) berbahan


pangan lokal bagi ibu hamil KEK dan balita gizi kurang.

b. Terlaksananya monitoring dan evaluasi kegiatan Pemberian Makanan


Tambahan (PMT) berbahan pangan lokal bagi ibu hamil KEK dan balita
gizi kurang.

c. Meningkatkan asupan gizi ibu hamil KEK dan balita gizi kurang melalui
penyediaan konsumsi pangan sesuai prinsip gizi seimbang melalui
pemanfaatan bahan pangan lokal.

d. Meningkatkan pengetahuan dan kemampuan dalam mempersiapakan dan


menyediakan menu gizi seimbang melalui pemanfaatan bahan pangan
lokal untuk ibu hamil KEK dan balita gizi kurang.

C. URAIAN KEGIATAN MENU PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN (PMT)


BERBAHAN PANGAN LOKAL

NO MENU KEGIATAN URAIAN

Pemberian Makanan Tambahan (PMT) Berbahan Pangan Lokal

1. Pesiapan pemberian makanan Merupakan pertemuan/ orientasi tim


tambahan berbasis pangan pelaksana atau pelatihan kader
lokal bagi ibu hamil KEK dan kesehatan untuk memberikan
balita gizi kurang tingkat pembekalan terkait pelaksanan
Puskesmas (Pelatihan Tim penyedian Makanan Tambahan (MT)
Pelaksana dalam penyiapan bagi ibu hamil dan balita gizi kurang
Pemberian Makanan dengan jumlah peserta 30 orang
Tambahan (PMT) berbahan
pangan lokal bagi ibu hamil
KEK dan balita gizi kurang
tingkat Puskesmas)
2. Penyediaan bahan makanan Merupakan kegiatan pembelian bahan
tambahan berbahan lokal bagi makanan; pemberian makanan
ibu hamil KEK dan balita gizi tambahan; pendampingan;
kurang pengendalian, pemantauan dan
evaluasi; serta menyusun hasil kegiatan
dan melaporkan hasil pelaksanaan
kegiatan.

D. SASARAN

Sasaran penerima makanan tambahan berbahan pangan lokal :

1. Ibu Hamil Kurang Energi Kronik

2. Balita Gizi Kurang usia 6-59 bulan

E. PENERIMA MANFAAT

Kegiatan ini apabila telah selesai dilaksanakan maka akan memberikan


manfaat dan dampak tehadap peningkatan kesadaran masyarakat untuk hidup
sehat dan diharapkan dapat menurunkan angka kesakitan di masyarakat.
Adapun penerima manfaat dari kegiatan-kegiatan ini dapat dilihat pada tabel di
bawah ini:

No. Menu Kegiatan Jumlah Penerima


Manfaat

Pemberian Makanan Tambahan (PMT) Berbahan Pangan Lokal

1. Pesiapan pemberian makanan


30 Kader
tambahan berbasis pangan lokal
bagi ibu hamil
2. KEK dan balita gizi kurang tingkat
Puskesmas (Pelatihan Tim
Ibu hamil KEK
Pelaksana dalam penyiapan
dan balita gizi
Pemberian 15
kurang 0-59
Makanan Tambahan (PMT)
bulan
berbahan pangan lokal bagi ibu
hamil KEK dan balita gizi kurang
tingkat Puskesmas)

F. DEFINISI OPERASIONAL

1. Balita gizi kurang adalah balita dengan status gizi yang berdasarkan
indikator BB/PB atau BB/TB dengan nilai z-score < -2 SD sampai dengan -3
SD atau lila berada di antara 11,5 cm sampai kurang dari 12,5 cm.

2. Ibu hamil berisiko KEK adalah ibu hamil yang mempunyai ukuran Lingkar
Lengan Atas (LiLA) < 23,5 cm.

3. Ibu hamil Kurang Energi Kronik (KEK) adalah ibu hamil yang mempunyai
Indeks Massa Tubuh (IMT) pra hamil atau pada trimester 1 (< 12 minggu)
sebesar < 18,5 kg/m2.

4. Makanan tambahan berbahan pangan lokal adalah makanan bergizi


sebagai tambahan selainmakanan utama bagi kelompok sasaran untuk
memenuhi kebutuhan gizi dan diberikan dalam bentuk kudapan atau
makanan lengkap siap santap yang berbasis pangan lokal dan tidak
diberikan dalam bentuk uang atau bahan pangan.

5. Pangan lokal adalah makanan yang dikonsumsi oleh masyarakat setempat


sesuai dengan potensi sumberdaya dan kearifan lokal dan menjadi alternatif
sumber karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral.

6. Makanan lengkap adalah menu makanan lengkap bergizi seimbang sekali


makan yang terdiri dari makannan pokok, lauk pauk hewani dan nabati,
sayuran dan buah, disertai dengan konsumsi air yang cukup.

7. Makanan kudapan adalah makanan yang bukan merupakan menu utama


(makan pagi, makan siang, makan malam) dikonsumsi diantara waktu
makan utama yang dapat membantu memenuhikecukupan kebutuhan
harian.

8. Hari Makan Anak (HMA) adalah jumlah hari makan balita gizi kurang usia 6-
59 bulan yang mendapat makanan tambahan (MT) berbahan pangan lokal
yang diberikan selama sekuarang-kurangnya 90 hari dengan frekuensi
pemberian sekali sehari.

9. Hari Makan Bumil (HMB) adalah jumlah hari makan ibu hamil Kurang Energi
Kronik (KEK) yang mendapat makanan tambahan (MT) berbahan pangan
lokal yang diberikan sekurang-kurangnya 60 hari dengan frekuensi
pemberian sekali sehari.

G. STRATEGI PENCAPAIAN KELUARAN

Kegiatan ini akan dilaksanakan oleh petugas Gizi dan Kader Kesehatan.
Keluaran yang akan dicapai dalam waktu 1 (satu) tahun dapat dilihat pada tabel strategi
pencapain keluaran berikut :

No. Rincian Menu Output Metode Tahap Pelaksanaan


Komponen Pelaksanaan
Satuan Volume

Pemberian Makanan Tambahan (PMT) Berbahan Pangan Lokal

1. Pesiapan pemberian Dokumen 1 Pertemuan 1. Persiapan


makanan tambahan Laporan ceramah, DG, administrasi
berbasis pangan lokal Demo Masak 2. Pelaksanaan
bagi ibu hamil KEK dan (Praktek pelatihan/ orientasi
balita gizi kurang pengolahan/ terkait rencana
tingkat Puskesmas pembuatan kegiatan
(Pelatihan Tim Makanan pelaksanaan PMT
Pelaksana dalam Tambahan berbahan pangan
penyiapan pemberian (MT) Lokal lokal, tugas dan
Makanan Tambahan fungsi sumber
(PMT) berbahan daya yang terlibat
pangan lokal bagi ibu (pembagian tugas),
hamil KEK dan balita mekanisme
gizi kurang tingkat pelaksanaan PMT
Puskesmas) berbahan pangan
lokal, prinsip dan
cara pengolahan
Makanan Tambahan
(MT), siklus menu,
pencatan dan
pelaporan
2. Penyediaan bahan Dokumen 1 Pembelian 1. Persiapan Dana
makanan tambahan Laporan Bahan
berbahan lokal bagi Makanan 2. Pembelian Bahan
ibu hamil KEK dan (Swakelola) Penyediaan
balita gizi kurang Makanan
Tambahan (MT)

3. Pemberian
Makanan
Tambahan (MT)

H. KURUN WAKTU PENCAPAIAN KELUARAN

Kegiatan ini akan dilaksanakan efektif mulai Tahun 2024.


I. BIAYA YANG DIPERLUKAN

Biaya yang diperlukan untuk pencapain keluaran Pemberian Makanan


Tambahan (PMT) Lokal Bantuan Operasional Kesehatan UPT BLUD Puskesmas
Kerongkong sebesar Rp. 31.125.000,- (Tiga Puluh Satu Juta Seratus Dua Puluh Lima
Ribu Rupiah) dengan kebutuhan perincian menu kegaitan sebagai berikut:

No. Rincian Menu Kegiatan Kebutuhan Biaya

1. Pesiapan pemberian makanan tambahan Rp.6.600.000,00-


berbasis pangan lokal bagi ibu hamil KEK
dan balita gizi kurang tingkat Puskesmas
(Pelatihan Tim Pelaksana dalam penyiapan
Pemberian Makanan Tambahan (PMT)
berbahan pangan lokal bagi ibu hamil KEK
dan balita gizi kurang tingkat Puskesmas)
2. Penyediaan bahan makanan tambahan Rp. 24.525.000,00-
berbahan lokal bagi ibu hamil KEK dan Balita
Gizi Kurang
Total Rp. 31.125.000,00-

Das könnte Ihnen auch gefallen