Sie sind auf Seite 1von 44

MODUL

"MODUL PEMBELAJARAN

APLIKASI ATRAUMATIC CARE


MANAJEMEN KEPERAWATAN DI

RUANG MELATI
RS TINGKAT II DUSTIRA"

STIKEP PPNI JAWA BARAT


Bismillahirahmannirahim

As’salamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh


Alhamdulillahirabbil’alamin, segala puji dan syukur
marilah kita panjatkan kehadirat Allah Swt, karena berkat

Kata rahmat dan karunianya penulis dapat menyelesaikan


Modul ini, yang berjudul “Aplikasi Atraumatic Care”.
Pengantar Shalawat beserta salam semoga tercurah limpahkan
kepada Nabi kita yakni Nabi Muhammad Saw.

Berawal dari dorongan dan kesempatan yang diberikan


oleh dosen Ibu Suci Noor Hayati, M.Kep kepada penulis
untuk membuat modul yang bertema Optimalisasi Peran
Perawat Anak dalam Penerapan Atraumatic Care di Ruang
Perawatan Anak yang diselenggarakan di Rumah Sakit
Tingkat II Dustira pada tanggal 24 Maret 2022. Penulis
termotivasi dan terinspirasi untuk menyusun terlebih
dahulu sebuah draft buku dengan mencari berbagi sumber
yang dapat membahaas konsep dan penerapan Atraumatic
Care secara aplikatif dan terkini dalam rangka
optimalisasi peran perawat. Penulis juga sudah berdiskusi
dengan perawat di bagian keperawatan anak yaitu Ns.
Daniati, S.Kep., Ners terkait konten dari modul Aplikasi
Atraumatic Care ini, sehingga diharapkan mendapatkan
masukan dan saran untuk memperbaiki dan
mengembangkan substansi modul ini.

Dalam proses penyusunan modul ini, penulis menyadari


bawah modul ini masih jauh dari kata sempurna, oleh
karena itu penulis membuka diri untuk menerima
berbagai masukan dan kritik dari praktisi perawat anak
atau pakar keperawatan anak lainnya sehingga modul ini
dapat semakin lengkap dan bermanfaat untuk
pengembangan ilmu kepeawatan anak di asa yang akan
datang.

Bandung, 24 Oktober 2022


DAFTAR ISI
BAB 1
Pendahuluan
A. Latar Belakang
B. Tujuan
C. Manfaat

BAB II
ATRAUMATIC CARE 6
A. DEFINISI ATRAUMATIC CARE 6
B. MANFAAT ATRAUMATIC CARE 6
C. TUJUAN ATRAUMATIC CARE 7
D. PRINSIP ATRAUMATIC CARE 7
E. METODE-METODE UNTUK PENANGANAN

ATRAUMATIC CARE 8
1. METODE TERAPI DEKAPAN 8
2. METODE FAMILY CENTERED CARE 12
3. METODE TERAPI KEGIATAN PENGALIHAN

STORYTELLING 15
F. ANALISA JURNAL LITERATURE REVIEW 21

BAB III
DAFTAR

A. KESIMPULAN
B. SARAN PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hospitalisasi merupakan suatu proses yang memiliki
alasan yang berencana atau darurat sehingga
mengharuskan anak untuk tinggal di rumah sakit,
menjalani terapi dan perawatan sampai
pemulangannya kembali ke rumah. Selama proses
tersebut anak dan orangtua dapat mengalami
kejadian yang menurut beberapa penelitian
ditunjukan dengan pengalaman traumatic dan penuh
dengan stress. Perasaan yang sering muncul yaitu
cemas, marah, sedih, takut, dan rasa bersalah
(Wulandari & Erawati, 2016).

Perasaan cemas merupakan dampak dari


hospitalisasi, cemas dan stress yang dialami anak
disebabkan oleh karena adanya perubahan status
kesehatan dan kebiasaan kegiatan pada saat
sehat maupun saat sakit, atau adanya perpisahan
dengan keluarga saat masa perawatan, kondisi
kecemasan yang dialami pada anak yang
hospitalisasi tersebut harus ditangani sedini
mungkin, karena keterlambatan dalam penanganan
kecemasan ini, akan berdampak tidak baik pada
proses kesembuhan anak. (Wong et al, 2008).
Perawat sebagai salah satu pemberi pelayanan
kesehatan yang senantiasa berhubungan dengan
pasien, dalam memberikan asuhan pada anak yang
mengalami hospitalisasi harus berfokus pada
atraumatic care, yaitu dengan intervensi
meminimalkan stresor, memaksimalkan manfaat
hospitalisasi, memberi dukungan psikologis dan
fisiologis pada anggota keluarga, dan
mempersiapkan anak sebelum dirawat di rumah
sakit (Wong et al, 2009).

Atraumatic care difokuskan upaya pencegahan


trauma yang dialami oleh anak yang dirawat di
rumah sakit, dengan cara seperti itu biasanya
pasien akan merasa lebih nyaman selama
perawatan di rumah sakit dengan adanya dukungan
social keluarga, lingkungan perawatan yang
terapeutik, dan sikap perawat yang penuh dengan
perhatian sehingga akan mempercepat proses
penyembuhan pada pasien anak (Rini dkk, 2013).

Lory Huft et al., (2009) menyatakan bahwa tindakan


atraumatic care pada anak yang dirawat di rumah
sakit dapat menurunkan trauma pada anak dan
orang tua akibat prosedur invasive. Atas alasan
tersebut perawat dituntut untuk memberikan
pelayanan perawatan yang berkualitas kepada
anak maupun orangtua dengan pelaksanaan
atraumatic care sehingga dapat meminimalkan
kecemasan pada anak saat hospitalisasi (Gunarsa
gkk, 2012).
B. TUJUAN
Tujuan Umum
1. Modul ini merupakan pengantar dalam mempelajari Ilmu
Keperawatan anak agar lebih mudah dan termotivasi untuk
memahami dasar-dasar asuhan keperawatan anak yag
berkaitan dengan berbagai macam penyakit pada anak.
Materi yang dipelajari yaitu tentang Atraumatic Care di
tempat pelayanan kesehatan anak.
2. Pembuatan modul ini diharapkan dapat memperjelas dan
mempermudah penyajian pesan dan menjadi pilihan dalam
mempelajari ilmu Keperawatan anak atau yang berkaitan
dengan asuhan keperawatan anak khususnya Atraumatic
Care.

Tujuan Khusus
1. Setelah mempelajari materi ini, diharapkan mampu
memahami sehingga dapat memiliki kemampuan khusus
sesuai dengan tujuan yang nantinya dapat diaplikasikan
untuk mengembangkan kompetensi di bidang keperawatan
melalui penerapan asuhan keperawatan pada anak.
C. MANFAAT

Adapun manfaat dari pembuatan modul


ini untuk melatih dan menambah
pengetahuan tentang Hospitalisasi pada
anak yang mengalami Atraumatic Care.
Diharapkan dengan adanya modul ini
dapat menambah pengetahuan atau
dapat dijadikan sebagai referensi
intervensi khususnya pada asuhan
keperawatan anak mengenai Atraumatic
care.
ATRAUMATIC

A. DEFINISI ATRAUMATIC CARE CARE


Pemberian asuhan keperawatan kepada klien anak, seorang perawat
harus memahami bahwa semua asuhan keperawatan anak harus
berpusat pada keluarga (family center care) untuk mencegah terjadinya
trauma (atraumatik care). Atraumatic care adalah penyediaan asuhan
terapeutik melalui penggunaan intervensi yang memperkecil stres
psikologis dan fisik yang diderita oleh anak dan keluarganya dalam
sistem pelayanan kesehatan. (Usman, 2020).

Atraumatic care merupakan filosofi dari penyediaan perawatan


terapeutik melalui penggunaan intervensi yang menghilangkan atau
mengurangi distres psikologi maupun fisik yang dialami oleh anak dan
keluarga (Wong & Hockenberry, 2003).

Atraumatic care adalah suatu tindakan perawatan terapeutik yang


dilkukan oleh perawat dengan menggunakan intervensi melalui cara
mengeliminasi stress psikologi dan fisik yang di alami oleh anak dan
keluarganya dalam sistem pelayanan kesehatan (Supriatin, 2009)
B. MANFAAT ATRAUMATIC CARE
Anak merupakan individu yang masih berada dalam usia tumbuh
kembang yang sangat membutuhkan perhatian lebih, karena
masa ini merupakan proses menuju kematangan. Berbagai
peristiwa yang dialami anak, seperti sakit atau hospitalisasi
dapat menimbulkan trauma pada anak seperti kecemasan,
marah, nyeri, dan lain-lain. Kondisi tersebut jika tidak ditangani
dengan baik, akan menimbulkan masalah psikologis pada anak
yang akan mengganggu perkembangan anak.

Dengan menerapkan konsep atraumatic care dapat mencegah


masalah psikologis (kecemasan) pada anak, serta
mengoptimalkan pertumbuhan dan perkembangan anak.
Dengan menerapkan konsep atraumatic care dapat mencegah
masalah psikologis (kecemasan) pada anak, serta
mengoptimalkan pertumbuhan dan perkembangan anak
(Hidayat, 2005)
C. TUJUAN ATRAUMATIC CARE
Menurut Hockenberry & Wilson dalam (Rahmat Fauzan,
R. F., 2019) tujuan utama dalam memberikan atraumatic
care adalah: tidak membahayakan. Tiga prinsip dalam
memberikan kerangka untuk mencapai tujuan ini:
1. mencegah atau meminimalisir perpisahan anak
dari keluarganya
2. mendorong rasa pengendalian diri
3. mencegah atau meminimalisir cedera fisik dan
nyeri.
Adapun menurut Supartini (2004) dalam (Nursondang,
S., Setiawan, S., & Elliya, R, 2015) tujuan dari atraumatic
care yaitu :
1. Jangan melukai
2. Mencegah dan mengurangi stres fisik
3. Mencegah dan mengurangi stres psikologis
4. Untuk mencapai tujuan tersebut, terdapat
beberapa prinsip atraumatic care sebagai
kerangka kerjanya).
D. Prinsip Atraumatic Care

1. Mencegah atau menurunkan dampak perpisahan antara orang tua dan

anak dengan menggunakan pendekatan FCC (Family Center Care). (Dapat


mengurangi gangguan psikologis anak seperti kecemasan, ketakutan, dan

kurangnya kasih sayang. Gangguan ini akan menghambat proses

penyembuhan anak dan dapat mengganggu masa pertumbuhan dan

perkembangan terhadap anak).


2. Meningkatkan kemampuan orang tua dalam mengontrol perawatan

anaknya (Perawat berperan penting dalam meningkatkan kemampuan orang

tua dalam merawat anaknya, Orang tua dipandang sebagai subjek yang

mempunyai potensi untuk melaksanakan perawatan pada anaknya).


3. Mencegah atau meminimalkan cedera fisik maupun psikologis (nyeri),

termasuk rasa sakit, ketidaknyamanan, imobilitas, kurang tidur,

ketidakmampuan untuk makan atau minum, dan perubahan eliminasi. (Nyeri

sering dihubungkan dengan rasa takut, cemas, dan stres, mengurangi nyeri

merupakan tindakan yang harus dilakukan dalam keperawatan anak. Proses

pengurangan nyeri sering tidak dapat dihilangkan tetapi dapat dikurangi

melalui teknik farmakologi dan teknik nonfarmakologi).


4. Memodifikasi lingkungan fisik ruang perawatan anak. (Modifikasi

lingkungan fisik yang bernuansa anak dapat meningkatkan keceriaan,

perasaan aman, dan nyaman bagi lingkungan anak sehingga anak selalu

berkembang dan merasa nyaman di lingkungannya).


E. METODE-METODE

ATRAUMATIC CARE

Penyebab cemas pada anak saat hospitaliasi adalah


prosedur keperawatan yang mengakibatkan nyeri.
Perasaan cemas dan akut merupakan suatu perasaan
yang normal atau wajar dialami anak ketika dirawat
dirumah sakit maka anak akan mengalami regresi
(Nursalam, 2008). Bentuk regresi yang muncul akibat
rawat inap atau hospitalisasi yang mengalami
kecemasan terjadi seperti anak gelisah, anak rewel,
menangis, berontak, tegang, menghindar hingga
menarik diri dan bersikap waspada terhadap
lingkungan, kecemasan dan ketakutan yang tidak
segera ditangani akan membuat anak melakukan
penolakan saat dilakukan tindakan keperawatan dan
pengobatan anak yang diberikan sehingga dapat
berpengaruh terhadap lamanya perawatan dan
memperberat kondisi anak (Saputro & Fazrin, 2017).

Penyebab kecemasan anak selama di rumah sakit


antara lain karena lingkungan yang asing, prosedur
yang menyebabkan nyeri dan perpisahan. Prosedur
medis umum yang sering dilakukan pada anak dapat
menyebabkan rasa sakit dan menjadi stressor bagi
anak antara lain terapi intravena, ambil darah vena,
lumbal pungs, kateter urin, dan perawatan luka. Efek
hospitalisasi bagi anak berpengaruh terhadap kondisi
fisik dan psikologis anak. Perubahan psikologis yang
biasanya terjadi yaitu munculnya stressor dan
kecemasan apalagi yang harus menjalani terapi
berkepanjangan dan lingkungan rumah sakit yang
dianggap asing (Nurlaila., et.,al, 2022). Berikut terdapat
beberapa metode atau terapi yang dapat digunakan
untuk atraumatic care :
1. METODE TERAPI DEKAPAN

a. Definisi
Terapi dekapan atau disebut juga dengan terapi memegang
(comfort holding), clinical holding atau imobilisasi merupakan
tindakan untuk membatasi gerakan anak (Brenner, Parahoo, &
Taggarat, 2007). Terapi dekapan merupakan salah satu bentuk
restrain yang digunakan untuk membantu pelaksanaan
prosedur pada anak yang kurang kooperatif, untuk melarang
campur tangan anak dalam prosedur dan peralatan (Bray L,
Snodin J, Carter B. 2015).

b. Tujuan
Untuk memberikan posisi yang nyaman , immobilisasi ekstremitas
anak saat dilakukan prosedur, memberikan rasa aman dan senang
bagi anak melalui kontak langsung dengan orang tua (The
Children’s Mercy Hospital, 2012). Pemberian posisi dekapan lebih
menciptakan rasa kontrol, sehingga lebih sedikit orang yang
diperlukan untuk menyelesaikan prosedur. Posisi dekapan
dikembangkan untuk mempromosikan kenyamanan bagi anak,
imobilisasi yang cukup, anak dapat diajak kerjasama dan kontrol
diri anak dapat dipertahankan, sehingga anak menjadi tenang saat
dilakukan tindakan prosedur.

1. Untuk imobilisasi ekstremitas anak saat dilakukan prosedur


2. untuk memberikan rasa aman dan senang bagi anak
3. Untuk memberikan kenyamanan melalui kontak langsung
dengan orang tua. Orang tua berpartisiasi memberikan
bantuan posisi bukan dalam bentuk menahan secara
negatif.
C. POSISI TERAPI HUGGING
Beberapa posisi yang nyaman saat dilakukan terapi dekapan,
diantaranya adalah (American Family Children's Hospital, &
Saint Joseph's Children's Hospital) :
1) Posisi duduk dalam dekapan keluarga (Bear Hug Position)
Anak duduk dipangku ibu, ayah atau keluarga lain dengan
chest to chest straddle position, yaitu posisi anak
berhadapan.
Dada anak bersandaran pada dada orang yang memangku.
Posisi kaki anak mengangkang pada pangkuan.
Lengan orang tua atau keluarga yang memangku
mendekap tubuh anak.
Pada posisi ini anak tidak melihat prosedur tindakan,
sebagian daerah lengan dan kepala dilakukan dekapan.
Pada posisi ini biasanya 2 orang sebagai restrain (Two hold
person).

+123-456-7890
2) Posisi duduk ke samping (Side

sitting position)

Posisi ini diberikan pada anak yang

lebih besar bila anak tidak dapat

duduk mengangkang pada perawat

atau orang tua, gerakan tubuh dapat

diminimalkan tetapi kaki dapat

berayun sehingga dapat bergerak

bebas.
3) POSISI TIDUR

MEMBEDONG/MERINGKUK (SWADDLE/

SNUGGLE POSITION)

Posisi ini diberikan pada bayi dengan

menempatkan orang tua atau pengasuh

berbaring menyamping di tempat tidur.

Orang tua tetap menjaga kontak mata

dengan bayinya dan mendekap mulai dari

kaki hingga lengan. Orang tua dapat

menggunakan lengannya atau selimut

sebagai penahan. Bahu dan ekstremitas

daerah penusukan jarum bayi dalam posisi

stabil.
4) Posisi Memeluk dari

Belakang (Kangaroo Hug)

Posisi ini dilakukan dengan cara


memeluk dari belakang tubuh pada
bagian atas dan di bawah pinggang
anak. Kaki orang tua disilangkan di atas
kaki anak atau membungkus sekitar kaki
anak dengan selimut. Posisi ini dapat
digunakan pada anak usia prasekolah
dan sekolah.
5) POSISI
YANG SENTUHAN

NYAMAN

(COMFORT TOUCH)
Posisi ini dapat digunakan pada anak usia sekolah
dan remaja. Sentuhan dapat dilakukan di tangan dan
lengan. Keluarga dapat memijat dengan lembut
tubuh anak (kepala, wajah, lengan, kaki). Perawat
yang akan melakukan penusukan memegang tangan
anak di tempat tidur. Sebisa mungkin memberikan
posisi rileks bagi anak. Perawat juga dapat
menganjurkan anak melalui ibunya agar tetap
melakukan relaksasi nafas dalam.
2. METODE FAMILY

CENTERED CARE
A. DEFINISI
Family Centered Care didenifisikan sebagai
pendekatan inovatif dalam merencanakan, melakukan,
dan mengevaluasi tindakan keperawatan yang diberikan
didasarkan pada manfaat hubungan antara perawat dan
keluarga yaitu orang tua (Tanaem, et all, 2019). Dalam
penerapan Family Centered Care sebagai suatu
pendekatan holistik dan filosofi dalam keperawatan
anak. Perawat sebagai tenaga profesional yang perlu
melibatkan orang tua dalam perawatan anak (Purbasari
& Siska, 2019). Adapun peran perawat dalam
menerapkan Family Centered Care adalah sebagai
mitra dan fasilitator dalam perawatan anak dirumah
sakit.

B. TUJUAN
Untuk memberikan kesempatan bagi orang tua
untuk merawat anak mereka selama proses
hospitalisasi dan dapat memberikan pelayanan yang
nyaman sehingga anak tidak mengalami stress
hospitalisasi. Selain itu Family Centered Care juga
bertujuan untuk meminimalkan trauma selama
perawatan anak dirumah sakit dan meningkatkan
kemandirian sehingga peningkatan kualitas hidup
dapat tercapai. (White et al., 2018)

C. MANFAAT
1. Membangun kerjasama antara perawat dan
orangtua untuk meningkatkan kesehatan dan
perkembangan setiap anak
2. Meningkatkan pengambilan keputusan klinis
3. Membuat dan mengembangkan tindak lanjut
rencana perawatan berkolaborasi dengan
keluarga
4. Meningkatkan pemahaman tentangkekuatan
yang dimiliki keluarga
5. Penggunaan sumber-sumber pelayanan
kesehatan dan waktu tenaga kesehatandan
waktu tenaga profesional lebih efisiendan efektif
6. Persaingan pemasaranpelayanan kesehatan
yang kompetitif
7. Meningkatkan kepuasan profesional
8. Mempertinggi kepuasan anak dan keluarga atas
pelayanan kesehatan yang diterima.
D. ELEMEN FAMILY CENTERED CARE
1. Keluarga dipandang sebagai unsur yang konstan
sementara kehadiran profesi kesehatan fluktuatif
2. Memfasilitasi kolaborasi orang tua – professional
pada semua level perawatan kesehatan.
3. Meningkatkan kekuatan keluarga, dan
mempertimbangkan metode-metode alternative
dalam koping.
4. Memperjelas hal-hal yang kurang jelas dan
informasi lebih komplit oleh orang tua tentang
perawatan anaknya yang tepat.
5. Menimbulkan kelompok support antara orang tua.
6. Mengerti dan memanfaatkan sistem pelayanan
kesehatan dalam memenuhi kebutuhan
perkembangan bayi, anak, dewasa dan keluarganya
7. Melaksanakan kebijakan dan program yang tepat,
komprehensif meliputi dukungan emosional dan
finansial dalam memenuhi kebutuhan kesehatan
keluarganya.
8. Menunjukkan desain transportasi perawatan
kesehatan fleksibel, accessible, dan responsive
terhadap kebtuhan pasien
9. Implementasi kebijakan dan program yang tepat
komprehensif meliputi dukungan emosional dengan
staff (Kusumaningrum., et.al, 2010).

E. KONSEP FAMILY CENTERED CARE


1. Martabat dan kehormatan. Praktisi keperawatan
mendengarkan dan menghormati pandangan
dan pilihan pasien. Pengetahuan, nilai,
kepercayaan dan latar belakang budaya pasien
dan keluarg abergabung dalam rencana dan
intervensi keperawatan
2. Berrbagi informasi. Praktisi keperawatan
berkomunikasi dan memberitahukan informasi
yang berguna bagi pasien dan keluarga
denganbenar dan tidak memihak kepada pasien
dan keluarga. Pasien dan keluarga menerima
informasi setiap waktu, lengkap, akurat agar
dapat berpartisipasi dalam perawatan dan
pengambilan keputusan.
3. Partisipasi. Pasien dan keluarga termotivasi
berpartisipasi dalam perawatan dan pengambilan
keputusan sesuai dengan kesepakatan yang
telah mereka buat.
4. Kolaborasi. Pasien dan keluarga juga termasuk
ke dalam komponen dasar kolaborasi. Perawat
berkolaborasi dengan pasien dan keluarga
dalam pengambilan kebijakan dan
pengembangan program, implementasi dan
evaluasi, desain fasilitas kesehatan dan
pendidikan profesional terutama dalam
pemberian perawatan (Kusumaningrum., et.al,
2010).
F. PROSEDUR (TREATMENT)

Mempertahankan perasaan mengontrol


Mempertahankan perasaan mengontrol terbagi atas 4 bagian:
1. Mempertahankan kebebasan anak untuk bergerak, restrain
untuk pemasangan intervena pada anak yang kooperatif tidak
diperlukan. Hal ini akan memberikan kebebasan pada anak
untuk bergerak, fasilitasi dengan kursi roda pada anak yang
mengalami kesulitan berjalan agar dapat berkeliling ruangan
dengan pengawasan.
2. Pengaturan jadwal, kegiatan untuk anak, mengatur jadwal
aktivitas anak pada saat dirawat dengan melibatkan anak dan
orang tua. Pengaturan jadwal dengan berdasarkan aktivitas
yang dilakukan dirumah seperti jam mandi, makan, nonton
televise, bermain. Pengaturan jadwal ini akan membantu anak
beradaptasi.
3. Fasilitasi kemandirian anak, anak dilibatkan dalam proses
keperawatan dengan melibatkan kemandirian melalui self care
seperti: mengatur jadwal kegiatan, memilih makanan,
mengenakan baju, mengatur waktu tidur. Prinsip tindakan ini
adalah perawat respek terhadap individualislitas pasien dan
keputusan yang diambil pasien.
4. Berikan pemahaman atau informasi, anak prasekolah memiliki
kemampuan koognitif berpikir yang mengakibatkan kesalahan
interfretasi terhadap sakit dan perawatan. Anak merasa sakit
sebagai hukuman. Petugas kesehatan memberikan imformasi
yang jelas tentang prosedur yang akan dilakukan, berikan
kesempatan anak memegang alat yang akan digunakan untuk
pemeriksaan, misalnya stetoskop (Bissel C, 2010).
F. PROSEDUR (TREATMENT)
Meminimalkan Injuri dan Nyeri
1. Protap prosedur khusus/standar operasional prosedur
atraumatik care, prinsip nyeri anak prasekolah sangat
dipengaruhi oleh perkembangan koognitif anak yang berada
pada tahap pre-oprasional dan pikiran magis, prinsip
tindakan pada anak prasekolah adalah atraumatic care.
Adanya prosedur khusus untuk perawatan di ruang anak
yang membedakan dengan dewasa akan meminimalkan
kekuatan anak, misalnya melakukan prosedur dengan
kegiatan bermain terlebih dahulu (Bissel C, 2010).
2. Meminimalkan dampak pemisahan pada prasekolah, dibagi
jadi tiga bagian:
Melibatkan orangtua dan keluaraga dalam perawatan anak,
mulai dari pengkajian, perencanaan, implementasi, evaluasi
dan pembuatan kebijakan.
Mempromosikan self mastery, perawat membantu klien
dengan memfasilitasi pengalaman positif selama dirawat,
sehingga peningkatan perasaan otonomi anak,
mengidentifikasi kekuatan atau kompetensi anak selama
penyembuhan dan dapat digunakan sebagai dasar
pengalaman untuk dimasa mendatang.
Mempertahankan sosialisasi, mempasilitasi terbentuknya
support group diantara orang tua dan anak, sehingga orang
tua dan anak, mendapatkan dukungan dari lingkungan.
Misalnya group orang tua dengan telesemia, group anak
dengan penyakit asama. Perawat dapat mempasilitasi group
untuk tukar menukar pengalaman selama merawat dengan
anak, baik melalui kegiatan informal atau formal seperti
seminar (Bissel C, 2010).
3. METODE TERAPI KEGIATAN

PENGALIHAN STORYTELLING
a. Definisi Storytelling
Storytelling adalah sebuah seni bercerita yang dapat
digunakan sebagai sarana untuk menanamkan nilai-nilai
pada anak yang dilakukan tanpa perlu menggurui sang
anak. Storytelling merupakan suatu proses kreatif anak-anak
yang dalam perkembangannya, senantiasa mengaktifkan
bukan hanya aspek intelektual saja tetapi juga aspek
kepekaan, kehalusan budi, emosi, seni, daya fantasi, dan
imajinasi anak yang tidak hanya mengutamakan
kemampuan otak kiri tetapi juga otak kanan (Didaktika,
2017).

Storytelling juga dapat dikatakan sebagai sebuah seni yang


menggambarkan peristiwa yang sebenarnya maupun
berupa fiksi dan dapat disampaikan menggunakan gambar
ataupun suara, sedangkan sumber lain mengatakan bahwa
storytelling merupakan penggambaran tentang kehidupan
yang dapat berupa gagasan, kepercayaan, pengalaman
pribadi, pembelajaran tentang hidup melalui sebuah cerita.
Storytelling adalah kegiatan yang menyampaikan cerita dari
seorang pencerita atau pendongeng kepada pendengar
dengan tujuan untuk memberikan informasi bagi pendengar
sehingga dapat digunakan untuk mengenali emosi diri
sendiri dan orang lain serta mampu melakukan problem
solving (pemecahan masalah) (Oliver,Serrat, 2008)
b. Jenis

Storytelling
Berdasarkan isinya storytelling dapat

digolongkan ke dalam berbagai jenis:


1) Storytelling Pendidikan
Merupakan dongeng yang diciptakan dengan

suatu misi pendidikan bagi dunia anak-anak

misalnya menggugah sikap hormat kepada

orang tua (Asfandiyar, Yudha Andi, 2007).


2) Fabel
Fabel adalah cerita tentang kehidupan

binatang yang digambarkan dapat berbicara

seperti manusia. Kisah dari binatang ini

diperagakan seolah-olah mereka berada dalam

kehidupan manusia. Ada yang berkepribadian

baik, buruk, kurang baik, atau pun sedang.

Konflik yang disajikan juga sangat erat

kaitannya dengan yang dialami oleh manusia.

Ceritanya pun singkat, padat dan jelas tanpa

kerumitan yang hanya akan membuat

pndengarnya bosan. Misalnya : Kisah Kancil dan

Buaya, Cerita lebah dan Semut, Semut dan

Kepompong, Buaya yang serakah, dan lain-lain

(Asfandiyar, Yudha Andi, 2007).


3) Legenda
Legenda atau cerita rakyat adalah cerita yang berasal
dari masyarakat dan berkembang dalam masyarakat.
Cerita ini terjadi pada masa lampau yang akhirnya
menjadi ciri khas setiap bangsa. Cerita ini juga
menunjukkan kultur budaya yang beraneka ragam
mencakup kekayaan budaya dan sejarah yang dimiliki
oleh masing-masing bangsa. Kisah ini dipercaya
adanya oleh masyarakat yang dibuktikan dengan
adanya data ataupun peninggalan bersejarah. Misalnya
saja legenda Banyuwangi, Tangkuban Perahu, Danau
Toba, Candi Borobudur, Rorojomggrang, Keong Mas,
Sangkurinag, dan masih banyak yang lainnya.

4) Dongeng
Dongeng merupakan cerita khayalan dan imajinasi
yang tidak benar-benar terjadi. Dongeng berasal dari
pemikiran seseorang yang kemudian diceritakan
secara turun temurun. Biasanya kisah dongeng dapat
membuat pendengarnya terhanyut kedalam dunia
fantasi, mereka seolah-olah berada pada posisi
pemeran kisah. Namun, semua itu tergantung pada
cara penyampaian pendongeng sehingga bisa
membawa pendengar ikut merasakannya. Contoh
dongeng seperti : Cinderella, Rapunzel, Putri Salju, dan
sebagainya (Susanti Agustina, 2008 ).

C. TAHAPAN

STORYTELLING MENURUT (BUNANTA, MURTI,

2009), TERDAPAT TIGA

TAHAPAN DALAM

STORYTELLING, YAITU:
2
2) Storytelling Berlangsung
Merupakan tahap terpenting, untuk memulainya

maka pendongeng harus menunggu waktu atau

1
kondisi audience tenang atau benar-benar siap

untuk menyimak dongeng yang akan

1) Persiapan Sebelum Storytelling


disampaikan. Ada beberapa faktor yang dapat
Hal pertama dan utama yang harus
menunjang berlangsungnya proses storytelling
dilakukan yaitu memilih judul yang
antara lain : menarik dan mudah diingat. Untuk
a) Kontak mata memilih judul maka perlu memilah
Pendongeng harus mampu menguasai seluruh
dan memilah dari sebuah bahan
anak yang ada melalui indera penglihatannya. cerita. Setelah mendapat cerita
b) Mimik wajah maka perlu mendalami karakter-
Ekspresi atau mimik wajah pendongeng
karakter yang ada pada cerita
disesuaikan dengan kondisi peran yang sedang
tersebut agar pendongeng memiliki
dibaca. Seperti halnya ketika sedih maka
kekuatan.
pendongeng juga menampakkan wajah yang

sedih, selain itu bahkan bisa dengan menangis,

tersenyum dan bahagia.


c) Gerak tubuh
Gestur atau gerak tubuh ini juga penting
3
dimainkan saat bercerita supaya mendukung

kisah yang disampaikan. Sesudah Storytelling Selesai


d) Suara Pelafalan suara ketika bercerita sangat
Tahap ini adalah tahap pendongeng
penting, karena menjadi modal utama dalam
untuk mengevaluasi cerita, mengajak
keberlangsungan kegiatan storytelling.
pendengar untuk meneladani nilai-nilai
e) Kecepatan
yang diperoleh dari cerita tadi. Selain itu
Kecepatan yang dimaksud adalah mengenai

pembawaan kisah alur ceerita yang harus


juga bisa mengajukan sebuah
disesuaikan dengan kemampuan untuk
pertanyaan atau pun memberikan
memahami materi anak. kesempatana kepada audience yang
f) Alat peraga
belum memahami dari kisah tersebut.
Media alat peraga yang dapat diguankan dalam

kegiatan storytelling sangat beragam. Misalnya,

wayang, boneka jari, boneka tangan, dana masih

banyak yang lainnya.


D. MANFAAT
STORYTELLING
1) Penanaman Nilai-nilai
Storytelling merupakan sarana untuk “mengatakan tanpa
mengatakan”, maksudnya storytelling dapat menjadi sarana
untuk mendidikan tanpa perlu menggurui. Pada saat
mendengarkan dongeng, anak dapat menikmati cerita
dongeng yang disampaikan sekaligus memahami nilai-nilai
atau pesan yang terkandung dari cerita dongeng tersebut
tanpa perlu diberitahu secara langsung atau mendikte.

2) Mampu Melatih Daya Konsentrasi


Storytelling sebagai media informasi dan komunikasi yang
digemari anak-anak, melatih kemampuan mereka dalam
memusatkan perhatian untuk beberapa saat terhadap objek
tertentu. Ketika seorang anak sedang asyik mendengarkan
dongeng, biasanya mereka tidak ingin diganggu. Hal ini
menunjukkan bahwa anak sedang berkonsentrasi
mendengarkan dongeng.

3) Mendorong anak mencintai buku dan merangsang minat


baca dan menulis. Storytelling dengan media buku atau
membacakan cerita kepada anak-anak ternyata mampu
mendorong anak untuk mencintai buku dan gemar membaca
dan kemudian dapat menjadi media yang cukup tepat dalam
melatih kemampuan menulis. Anak dapat berbicara dan
mendengar sebelum ia belajar membaca dan kemudian akan
dapat menuliskan kembali apa yang dibacanya.karena tulisan
merupakan sistem sekunder bahasa, yang dapat diawali
terlebih dahulu membaca kemudian dihubungkan dengan
bahasa lisan dan bahasa tulis. Oleh karena itu, pengembangan
sistem bahasa yang baik sangat penting untuk mempersiapkan
anak belajar membaca dan menulis. Storytelling dapat menjadi
contoh yang efektif bagi anak mengenai cara membaca dan
menulis (Didaktika, 2017).
SOP Storytelling
Pra-interaksi
1. Persiapan diri perawat
2. Persiapan perlengkapan
3. Pastikan tidak adanya kontraindikasi
Tahap Orientasi
1. Cuci tangan
2. Mengucapkan salam dan memperkenalkan diri
3. Menjelaskan tujuan kedatangan
4. Menjelaskan langkah dan prosedur
5. Menanyakan kesiapan klien
6. Mempersiapkan lingkungan
Tahap kerja
1. Berikan posisi nyaman kepada pasien selama kegiatan
2. Atur posisi perawat di depan atau di sebelah pasien
3. Jalin keakraban atau kerjasama antara perawat dengan pasien
4. Ceritakan pengalaman nyata maupun imajinasi kepada pasien
5. Bercerita dari hal yang simpel ke yang kompleks
6. Fokuskan penglihatan pada pasien secara menyeluruh
7. Kaji keseriusan pasien terhadap cerita yang disampaikan
8. Jika pasien merasa jenuh hentikan cerita atau cari topik cerita yang lebih

menarik
Terminasi
1. Minta tanggapan dari pasien
2. Evaluasi ekspresi dari perasaan pasien
3. Berikan umpan balik positif kepada pasien
4. Akhiri pertemuan dengan baik
5. Cuci tanagn
Dokumentasi
1. Dokumentasikan hasil kegiatan
F. LITERATURE REVIEW
Dampak hospitalisasi pada anak adalah cemas
karena anak mengalami anak mendapatkan
stressor yang ada dilingukngan rumah sakit.
Perasaan cemas yang dialami oleh anak yaitu
seperti anak menjadi gelisah, menangis dan rewel,
kondisi tersebut yang dialami anak tentu
memerlukan sebuah strategi yang tepat agar
anak-anak yang dirawat di rumah sakit dapat
menerima tindakan keperawatan atau medis yang
diprogramkan (Faiqoh dan Astuti, 2021). Terdapat
beberapa stategi atau metode intervensi yang
dapat dilakukan untuk anak yang mengalami
cemas karena tindakan medis dan hospitalisasi
yang sudah terbukti dapat memberikan pengaruh
penurunan kesemasan atau tingkat stress yang
dialami anak.

Penelitian yang dilakukan oleh Wijayanti dan


Oktarina tahun 2021, penelitian tersebut
memberikan intervensi terapi dekapan ibu
terhadap penurunan intensitas nyeri pada bayi
yang menjalani imunisasi. Sampel pada penelitian
tersebut adalah 30 bayi yang diberikan terapi
dekapan dan 30 bayi tidak diberikan terapi. Hasil
penelitian tersebut menunjukan bahwa ada
perbedaan selisih terhadap rata-rata nyeri pada
kelompok yang diberi dekapan ibu menjadi nyeri
ringan sedangkan kelompok kontrol nyeri sedang.
Diharapakan Tenaga Kesehatan di Puskesmas
menerapkan tindakan atraumatic care pada bayi
yang akan dilakukan imunisasi dengan cara
mengikutsertakan ibu dalam kegiatan imunisasi
yaitu dengan dekapan ibu.
Penellitian Nurlailah dan Baniah (2022), yaitu
pemberian terapi dekapan untuk menurunkan
kecemasan anak saat pemberian terapi intravena.
Penelitian tersebut menggunakan responden
anak usia 3-6 tahun sebanyak 36 anak yang
terbagi menjadi dua kelompok intervensi dan
kontrol adalah anak yang tidak diberi terapi
dekapan, saat terapi intravena sebagian besar
memiliki tingkat kecemasan skala 3 dengan
kategori takut, yaitu terdapat 2 kerutan didahi
(22,2 %). Anak yang diberikan terapi dekapan, saat
terapi intravena sebagian besar memiliki tingkat
kecamasan skala 1 dengan kategori sedikit takut
sebanyak (27,8 %).

Penelitian yang dilakukan oleh Wahyuni dan


Suryani (2021), yaitu mengetahui efektifitas terapi
mendekap dan terapi musik dalam menurunkan
skala nyeri pada bayi saat dilakukan imunisasi
campak. Sampel pada penelitian ini adalah 24
bayi. Hasil penelitian tersebut menunjukan terapi
mendekap lebih efektif dalam menurunkan skala
nyeri pada bayi saat dilakukan imunisasi campak
di Kelurahan Kubu Dalam Parak Karakah Wilayah
Kerja Puskesmas Andalas Kota Padang tahun 2019
dengan p-value = 0.017 (p < 0.05).

Penelitian Akmalia, et.al. (2021), yaitu mengetahui


pengaruh penerapan metode family centered
care terhadap stress hospitalisasi pada anak.
Penelitian tersebut dilakukan di Ruang St
Theresia RS Panti Nirmala Malang. Sampel pada
penelitian ini adalah 42 responden. Hasil
penelitian menunjukan bahwa penerapan Family
Centered Care pada pasien anak sangat
diperlukan, guna untuk menurunkan stress
hospitalisasi pada anak dan diharapkan dapat
diterapkan di Rumah Sakit maupun di pelayanan
Kesehatan untuk meningkatkan kepuasan
keluarga dan mutu pelayanan di Rumah Sakit.
Penelitian selanjutnya yang dilakukan oleh Tanaem dan Istiarti
(2019) yaitu untuk mendeskripsikan bagaimana penerapan Family
centered care pada perawatan anak di rsud soe timor tengah
selatan dengan metode wawancara. Penelitian tersebut
menggunakan sampel Perawat yang bekerja di ruang melati
(ruang perawatan anak) pada RSUD SOE, TTS dan sudah bekerja di
ruang melati lebih dari satu tahun. Hasil penelitian tersebut adalah
Hasil yangdidapatkan tiga tema yaitu perawat melibatkan keluarga
dalam pemenuhan kebutuhan dasar anakhanya secara lisan,
bahasa dan inisiatif keluarga menjadi faktor kendala penerapan
FCC, penerapanFCC bermanfaat pada kepuasan klien dan efisiensi
asuhan keperawatan.

Penelitian Sunarti dan Ismail (2021), yaitu untuk menegtahui


pengaruh story telling terhadap kecemasan anak prasekolah pada
tindakan pemasangan infus. Penelitian tersebut dilakukan di
rumah sakit bhayangkara makassar. Sampel yangdigunakan yaitu
sebanyak 32 responden. Hasil penelitian tersebut yaitu ada
pengaruh yang signifikan story telling terhadap kecemasan anak
usia prasekolah pada saat tindakan pemasangan infus di ruang IGD
rumah sakit Bhayangkara Makassar.
Penelitian yang dilakukan oleh Jawiah, et.,al (2021), yaitu
melakukan Kegiatan Pengalihan (Storytelling) Untuk Menurunkan
Kecemasan Selama hospitalisasi pada anak dengan demam
berdarah dengue di pelayanan rumah sakit. Subyek studi kasus
berjumlah dua kasus demam berdarah Dengue dengan masalah
keperawatan kecemasan di RSUD Siti Fatimah Palembang tahun
2021. Hasil penelitian tersebut adalah Hasil kajian sebelum
diberikan terapi, pasien mengalami kecemasan tingkat berat.
Kegiatan pengalihan melalui storytelling efektif menurunkan
kecemasan anak selama hospitalisasi.

Penelitain selanjutnya mengenai storytelling yang dilakukan oleh


Wastuti dan Faiqoh (2021), yaitu Literature Review: Penerapan
Terapi Story Telling Terhadap Kecemasan Anak Prasekolah Akibat
Hospitalisasi. Tujuan penelitian tersebut untuk mengetahui
efektifitas terapi story telling/mendongeng terhadap kecemasan
anak prasekolah yang mengalami hospitalisasi. Pencarian arikel
melalui google scholar. Hasil dari penelitian tersebut adalah dari
265 artikel 3 artikel yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi,
yang menunjukkan bahwa terapi mendongeng efektif dapat
membantu menurunkan kecemasan.
F.1 HASIL

PENELITIAN

SEBELUMNYA
PENULIS
TUJUAN / HASIL
TERAPI

METODE
SAMPEL INSTRUMENT
DEKAPAN

Wijayanti, F.,
Tujuan dalam
Jumlah
Variabel nyeri
Hasil yang

& Oktarina,
penelitian ini
sampel pada
diukur
didapatkan

N. D. (2021).
adalah untuk
adalah p value

kelompok
menggunakan
0,0001.

Efektifitas
menganalisis

efektifitas
kontrol
instrument Berdasarkan

Terapi
FLACC Pain
hasil analisis

Dekapan Ibu
terapi dekapan
sejumlah 30

ibu terhadap
Assessment
diketahui

Terhadap
bayi dan
bahwa ada

Penurunan

nyeri pada bayi

kelompok
Tools.
perbedaan

yang dilakukan
Sedangkan

Intensitas
selisih rata-

imunisasi di
intervensi 30
variabel terapi
rata nyeri pada

Nyeri Pada
Puskesmas
bayi
Bayi Yang
Lerep. Jenis

dekapan ibu
kelompok

diukur dengan
intervensi dan

Menjalani
penelitian yang
kontrol (p

Imunisasi.
digunakan
melakukan
<0.05).

Jurnal
dalam
observasi saat
Diharapakan

Keperawatan
penelitian ini
pemberian
Tenaga

dan
adalah
imunisai. Kesehatan di

Kesehatan
Preeksperimen Puskesmas

Masyarakat
design dengan
menerapkan

Cendekia
rancangan
tindakan

pretest-post
atraumatic care

Utama, 10(1),
pada bayi yang

51-58. test control

group design.
akan dilakukan

Metode
imunisasi

Pengambilan
dengan cara

sampling
mengikutsertak

menggunakan
an ibu dalam

kegiatan

Purposive
imunisasi yaitu

sampling. dengan dekapan

ibu.

Nurlaila, N.,
Tujuan
Responden
Pengukuran
Hasil penelitian

Baniyah, N.,
penelitian ini
dalam penelitan
tingkat
adalah anak yang

& Iswati, N.
adalah untuk
ini adalah anak
kecemasan
tidak diberi

(2022).
mengetahui
terapi dekapan,

pengaruh terapi

usia 3-6 tahun dilakukan pada


saat terapi

Terapi
dekapan
sebanyak 36
saat terapi
intravena

Dekapan
terhadap
anak yang
intravena
sebagian besar

dapat
tingkat
terbagi menjadi
menggunakan
memiliki tingkat
Menurunkan
kecemasan
18 kelompok
Children Fear’s
kecemasan skala

Kecemasan
anak saat
kasus (terapi
Score (CFS). 3 dengan

Anak saat
pemberian
dekapan) dan
kategori takut,

Pemberian
terapi
18 kelompok
yaitu terdapat 2
Terapi
intravena.
kontrol (posisi
kerutan didahi

Intravena.
Penelitian ini
(22,2 %). Anak

merupakan
supinasi).
yang diberikan

Jurnal Berita
penelitian
Teknik
terapi dekapan,

Ilmu
quasy-
pengambilan
saat terapi

Keperawatan
experimental
sampel
intravena
, 15(1), 27-
dengan
dilakukan

33. pendekatan
secara acak

case control. sederhana


F.1 HASIL

PENELITIAN

SEBELUMNYA
PENULIS
TUJUAN / HASIL
TERAPI

METODE
SAMPEL INSTRUMENT
DEKAPAN
sebagian besar

memiliki tingkat

kecamasan

skala 1 dengan

kategori sedikit

takut sebanyak

(27,8 %).

Kesimpulan

yang dapat

diambil adalah

terdapat

pengaruh

antara terapi

dekapan

terhadap

tingkat

kecemasan

anak saat

pemberian

terapi

intravena

dengan nilai

p=0,001.

Wahyuni, F., & Tujuan dari


Teknik
Instrumen
Hasil penelitian ini

Suryani, U.
penelitian ini
pengambilan
penelitian
menunjukkan rata-

rata penurunan

(2021).
dilakukan untuk
sampel pada
dengan
skala nyeri

Efektifitas
mengetahui
penelitian ini
menggunakan
sebelum dan

Terapi
efektifitas
menggunakan
lembar
sesudah terapi

Mendekap Dan
terapi
teknik
observasi skala
mendekap adalah

Terapi Musik
mendekap dan
“purposive
FLACC. 4,2 sedangkan

terapi musik

Dalam
terapi musik
sampling”
adalah 2,7.

Menurunkan
dalam
dengan total
Disimpulkan bahwa

Skala Nyeri
menurunkan
sampel 24
terapi mendekap

Pada Bayi Saat


skala nyeri
orang
lebih efektif dalam

Dilakukan
pada bayi saat
responden. menurunkan skala

nyeri pada bayi

Imunisasi
dilakukan
saat dilakukan

Campak. Jurnal
imunisasi
imunisasi campak

Ilmiah
campak. Jenis
di Kelurahan Kubu

Keperawatan
penelitian ini
Dalam Parak

Sai Betik, 16(1),


adalah quasy
Karakah Wilayah

Kerja Puskesmas

13-23. eksperiment
Andalas Kota

dengan
Padang tahun

pendekatan
2019 dengan p-

pretest dan
value = 0.017 (p <

posttest
0.05).
without control

grup desain.
F.1 HASIL

PENELITIAN

SEBELUMNYA
PENULIS
TUJUAN / HASIL
TERAPI

METODE
SAMPEL INSTRUMENT
DEKAPAN

FAMILY

CENTERED

CARE

Akmalia, F., Tujuan


42 responden,
Kuesioner
Berdasarkan uji
Anjarwati, N., &
penelitian ini
yang terbagi
Mann Whitney

Lestari, Y. C.
untuk
menjadi 2

tingkat
terdapat

(2021).
mengetahui
kelompok yaitu
stres perbedaan yang

Pengaruh
Pengaruh
21 responden
signifikan

Penerapan
antara skor

Penerapan
kelompok

Metode Family
tingkat stress

Centered Care
Metode Family
kontrol dan 21
post-test

Terhadap
Centered Care
responden
kelompok

Stress
Terhadap
kelompok
kontrol dengan

Hospitalisasi
Stress
intervensi. skor tingkat

Pada Anak.
Hospitalisasi
stress post-

Jurnal
pada Anak di
test kelompok

Kesehatan
Ruang St
perlakuan

Mercusuar,
Theresia RS
(p=0,000<

4(1), 85-91. Panti Nirmala


0,05). Oleh
Malang. Desain
karena itu,

dapat

penelitian
disimpulkan

menggunakan
bahwa

Quasi
Penerapan

Experimental
Family

Design dengan
Centered Care

pendekatan
pada pasien

Pretest- anak sangat

Postest Control
diperlukan,

Group, Teknik
guna untuk

sampling yang
menurunkan

digunakan
stress

hospitalisasi

consecutive
pada anak dan

sampling diharapkan

dapat

diterapkan di

Rumah Sakit

maupun di

pelayanan

Kesehatan

untuk

meningkatkan

kepuasan

keluarga dan

mutu pelayanan

di Rumah Sakit.
F.1 HASIL

PENELITIAN

SEBELUMNYA
PENULIS
TUJUAN / HASIL
TERAPI

METODE
SAMPEL INSTRUMENT
DEKAPAN

TANAEM, G. H.,
Tujuan
Perawat yang
Wawancara
Hasil

DARY, M., &


penelitian ini
bekerja di
mendalam
yangdidapatkan

ISTIARTI, E.
adalah untuk
ruang melati
(in-depth
tiga tema yaitu

(2019). FAMILY
mendeskripsika
(ruang
perawat

n bagaimana

interview). melibatkan

CENTERED
perawatan

CARE PADA
penerapan
anak) pada
keluarga dalam

PERAWATAN
konsepfamily
RSUD SOE, TTS
pemenuhan

ANAK DI RSUD
centered care
dan sudah
kebutuhan

SOE TIMOR
dari tenaga
bekerja di
dasar

TENGAH
kesehatan ke
ruang melati
anakhanya

SELATAN.
keluarga di
lebih dari satu
secara lisan,

JURNAL RISET
ruang melati di
tahun. bahasa dan

KESEHATAN,
RSUD SOE, NTT.
inisiatif

8(1), 21-27. Penelitian ini


keluarga

menggunakan
menjadi faktor

tipe penelitian
kendala

kualitatif. penerapan FCC,

penerapanFCC

bermanfaat

pada kepuasan

klien dan

efisiensi

asuhan

keperawatan

STORYTELLING

Tujuan dari

Sunarti, S., &


penelitian ini

Penentuan
Instrument
Ada pengaruh

Ismail, Y.
sampel
pada penelitian
yang signifikan

adalah
ini
story telling

(2021).
mengetahui
dilakukan
menggunakan
terhadap

Pengaruh Story
Pengaruh
dengan teknik
lembaran
kecemasan anak

Telling
Storytelling
purposive
observasi pre-
usia prasekolah

Terhadap
Terhadap
sampling
post, yaitu
pada saat

Kecemasan
Kecemasan
dengan besaran
berisi tentang
tindakan

kecemasan
pemasangan infus

Anak
Anak
sampel
anak sebelum

Prasekolah
Prasekolah
di ruang IGD

sebanyak 32
dan melakukan
rumah sakit

pada Tindakan
Pada Tindakan
responden. story telling

Pemasangan
Bhayangkara

Pemasangan
(bercerita
Makassar. Oleh

Infus di Rumah
Infus di Rumah
dongeng) karena itu

Sakit
Sakit
diharapkan kepada

Bhayangkara
perawat di

Bhayangkara
Makassar Jenis

Makassar. An
ruangan IGD bisa

penelitian ini
menerapkan story

Idea Health
adalah
telling pada saat

Journal, 1(1),
penelitian pra
tindakan

43-47. experimental
pemasangan infus

dengan
pada anak usia

pendekatan one
prasekolah.
group

pretestposttes

t design.
F.1 HASIL

PENELITIAN

SEBELUMNYA
PENULIS HASIL
TUJUAN /
TERAPI

METODE
SAMPEL INSTRUMENT
DEKAPAN
Hasil : Hasil kajian

sebelum diberikan

Jawiah, I. K.,
Tujuan: penulis
Subyek studi
Data
terapi, pasien

Ulianti, N., &


mampu
kasus
dikumpulkan
mengalami

Hidayati, N.
melaksanakan
berjumlah dua
dengan
kecemasan

(2021).
implementasi
kasus demam
teknik
tingkat berat.

Kegiatan
keperawatan
berdarah
Kegiatan

observasi,
pengalihan melalui

Pengalihan
pada pasien anak
Dengue
wawancara
storytelling

(Storytelling
demam berdarah
dengan
dan
efektif

) Untuk
dengue dengan
masalah
menggunaka
menurunkan

masalah
keperawatan
kecemasan anak

Menurunkan
n intrumen

keperawatan
kecemasan di
selama

Kecemasan
kecemasan.
RSUD Siti
untuk tiga
hospitalisasi.
Selama
Metode: Desain
Fatimah
hari
Kesimpulan : Skor

Hospitalisasi
studi kasus ini
Palembang
perawatan kecemasan

Pada Anak
adalah deskriptif
tahun 2021. menurun secara

Dengan
signifikan setelah

dalam bentuk
teknik distraksi

Demam
studi kasus
storytelling di

Berdarah
dengan
dberikan.

Dengue Di
pendekatan
Disarankan

Pelayanan
proses
perawat dan

Rumah
keperawatan
keluarga dapat

dapat memahami

SAKIT. JKM:
yang terdiri dari
tanda kecemasan

Jurnal
pengkajian,
anak dan dapat

Keperawatan
diagnosa
mengelola

Merdeka,
keperawatan,
kecemasan pada

1(2), 128-
perencanaan,
anak
pelaksanaan,

136.
evaluasi serta

dokumentasi.
Tujuan :
Hasil : terdapat

Astuti, W. T.,
Mengetahui
Literature
Pencarian
265 yang

& Faiqoh, N.
efektifitas terapi

review melalui Google


diidentifikasi dan

(2021).
story
Shoolar yang
dipublikasi dari

telling/mendongen
sesuai dengan
tahun 2011-2020.

Literature
g terhadap

kata kunci dan


Dari 265 artikel 3

Review:
kecemasan anak
artikel yang

Penerapan
prasekolah yang
kriteria

memenuhi kriteria

Terapi Story
mengalami
diantaranya
inklusi dan

Telling
hospitalisasi.
jurnal
eksklusi, yang

Metode : Artikel
nasional
menunjukkan

Terhadap
ilmiah
bahasa
bahwa terapi

Kecemasan
menggunakan
Indonesia,
mendongeng

Anak
pendekatan

terbit 10
efektif dapat

Prasekolah
eksploratif dengan
membantu

metode dan desain


tahun

Akibat
menurunkan

literature riview ini


terakhir,
kecemasan.

Hospitalisasi
dengan mengambil
bukan
Simpulan : terapi

. Jurnal
sumber-sumber
merupakan
story telling

Keperawatan
yang dilakukan
jurnal asuhan
efektif untuk

Karya
pada tanggal 15
keperawatan,
menurunkan

Juni sampai 25
kecemasan pada

Bhakti, 7(1),
Agustus 2020. jurnal yang

tidak dapat
anak prasekolah

11-24. yang mengalami

diakses full
hospitalisasi.
text
BAB III
A. Kesimpulan
Atraumatic Care merupakan asuhan keperawatan yang
tidak menimbulkan trauma pada anak dan keluarganya.
Atraumatic care merupakan bentuk perawatan
terapeutik yang diberikan oleh tenga kesehatan dalam
tatanan kesehatan anak, melalui penggunaan tindakan
yang dapat mengurangi stress fisik maupun stress
psikologis yang dialami anak maupun orang tuanya.
Atraumatic care bukan suatu bentuk invensi yang
nyata terlihat, tetapi memberikan perhatian pada apa,
siapa, dimana, mengapa, dan bagaimana prosedur
dilakukan pada anak dengan tujuan mencegah dan
mengurangi stress fisik maupun psikologis.

B. Saran
Diharapkan dengan adanya penjelasan mengenai
perawatan atraumtik care dapat menunjang kita dalam
proses pembelajaran pada mata kuliah Keperawatan
Anak serta menjadi bahan pembelajaran. Oleh karena
itu dengan adanya bahan materi ini diharapkan kita
dapat mengaplikasikan konsep ini saat praktek
keperawatan anak di RS dan dalam melaksanakan
profesi kita sebagai perawat nantinya.
Daftar Pustaka
Akmalia, F., Anjarwati, N., & Lestari, Y. C. (2021).

Journal Kesehatan Mercusuar. Pengaruh

Penerapan Metode Family Center Care Terhadap

Stress Hospitalisasi Pada Anak, 4, 85-91.


Asfandiyar, Yudha Andi. (2007). Cara Pintar

Mendongeng. Jakarta: Mizan.


Astuti, W. T., & Faiqoh, N. (2021). Literature Review:

Penerapan Terapi Story Telling Terhadap

Kecemasan Anak Prasekolah Akibat Hospitalisasi.

Jurnal Keperawatan Karya Bhakti, 7(1), 11-24.


Bunanta, Murti. (2009). Buku, Dongeng, dan Minat

Baca. Jakarta: Murti Bunanta Foundation.


Bray L, Snodin J, Carter B. 2015. Holding and

restraining children for clinical procedures within

an acute care setting: an ethical consideration of

the evidence. Nurs Inq. 2015 Jun;22(2):157-67. doi:

10.1111/nin.12074..
Debbi Mustika Rini. (2013). Hubungan Penerapan

Atraumatic Care Dengan Kecemasan Anak

Prasekolah Saat Proses Hospitalisasi di RSU Dr. H.

Koesnadi.
Daftar Pustaka
Donna L. Wong. (2008). Buku AJar Keperawatan Pediatrik

(Vol. 1). Jakarta: EGC.


Hidayat A. (2015). Pengantar Ilmu Keperawatan Anak

(Vol. 1). Jakarta: Salemba Medika.


Jawiah, I. K., N., & Hidayati N. (2021). JKM: Jurnal

Keperawatan Merdeka. Kegiatan Pengalihan

(Storytelling) Untuk Menurunkan Kecemasan Selama

Hospitalisasi Pada Anak Dengan Demam Berdarah

Dengue, 2, 128-136.
Kusumaningrum, A. (2010). Aplikasi dan strategi konsep

family centered care pada hospitalisasi anak pra

sekolah. Jurnal Kedokteran dan Kesehatan, 42(4).


Lori Huff, et all. (2009). Atraumatic Care: EMLA Cream and

Application of Heat to Facilitate Peripheral Venous

Cannulation in Children. 65-76.

doi:https://doi.org/10.1080/01460860902737418
Nurlaila, N., Baniyah, N., & Iswati, N. (2022). Terapi

Dekapan dapat Menurunkan Kecemasan Anak saat

Pemberian Terapi Intravena. Jurnal Berita Ilmu

Keperawatan, 15(1), 27-33.


Pada Anak Usia Pra Sekolah, 2.
Daftar Pustaka
Oliver, Serrat. (2008). Storytelling. USA: Reed Elsevier.
Purbasari, Siska Dewi, and Siti Khabibah. "Development

of Interactive E-Book in Cube and Cuboid for 8th Grade

Junior High School Students." MATHEdunesa 8, no. 2

(2019).
Rahmat Fauzan, R. F. (2019). Doctoral Dissertation.

Asuhan Keperawatan pada An.Z Dengan Demam Tipoid.


Ramadini Marniaty de Breving, dkk. (2015, Mei). Jurnal

Keperawatan. Pengaruh Penerapan Atraumatic Care

Terhadap Respon Kecemasan Anak Yang Mengalami

Hospitalisasi, 3.
Saputro, H. & Fazrin, I. 2017. Anak sakit wajib bermain di

Rumah Sakit. Sukorejo: Forum Ilmiah kesehatan

(FORIKES).
Sunarti, S & Ismail, Y. (2021). An Idea Health Journal.

Pengaruh Story Telly Terhadap Kecemasan Anak

Prasekolah pada Tindakan Pemasangan Infus, 1, 43-47.


Susanti Agustina. (2008 ). Mendongeng Sebagai Energi

Bagi Anak. Jakarta: Rumah Ilmu Indonesia.


Tanaem, et all. (2019). Family centered care pada

perawatan anak. Jurnal Riset Kesehatan, 1, 21-27.


Usman, L. (2020).
Daftar Pustaka
Pelaksanaan Atraumatic Care Di Rumah Sakit.

Jambura Health and Sport Journal, 1, 7-11.


Wahyuni, F., & Suryani, U. (2021). Efektifitas Terapi

Mendekap Dan Terapi Musik Dalam Menurunkan

Skala Nyeri Pada Bayi Saat Dilakukan Imunisasi

Campak. Jurnal Ilmiah Keperawatan Sai Betik, 16(1),

13-23.
Wardiah, D. (2017). Wahana Didaktika: Journal Ilmu

Kependidikan. Peran Storytelling Dalam


Meningkatkan Kemampuan Menulis, Minat Membaca

dan Kecerdasan Emosional Siswa., 2, 42-56.


White, D. B., Angus, D. C., Shields, A.- M.,

Buddadhumaruk, P., Pidro, C.,Paner, C., Chaitin, E.,

Chang, C.-C. H., Pike, F., Weissfeld, L., Kahn, J.M., Darby,

J. M., Kowinsky, A., Martin, S., & Arnold, R. M. (2018). A

Randomized Trial of a Family Support Intervention in

Intensive Care Units. New England Journal of

Medicine, 378(25), 2365–2375.

https://doi.org/10.1056/nejmoa1802
Wijayanti, F., & Oktarina, N. D. (2021). Imunisasi, 1, 51-

58.
Wong, Donna L. (2009).
Daftar Pustaka
Wong, Donna L. (2009). Buku Ajar Keperawatan
Pediatrik (Vol. 2). Jakarta: EGC.
Wulandari D & Erawati M. (2016). Buku Ajar
Keperawatan Anak. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
22
MODUL PEMBELAJARAN

APLIKASI ATRAUMATIC CARE


MANAJEMEN KEPERAWATAN DI

RUANG MELATI
RS TINGKAT II DUSTIRA

STIKEP PPNI JAWA BARAT

Das könnte Ihnen auch gefallen