Sie sind auf Seite 1von 11

FORMAT LAPORAN CRITICAL JOURNAL RESEARCH/REVIEW

MENGELOLA BENCANA DI SEKTOR KESEHATAN

MEMBUTUHKAN PENDEKATAN ILMIAH

OLEH : KELOMPOK 1 (SATU)

Syahrevi Ulfa Marpaung (0801163146)

Anisa Kasturi (0801163150)

Maharani Pohan (0801163155)

Mata Kuliah : Manajemen Bencana

Dosen Pembimbing : Dr. Usiono, M.A

JURUSAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA

MEDAN

T.A 2016/2017
1 Pengantar

Puji syukur dipersembahkan kehadirat allah yang maha kuasa yang telah melimpahkan
nikmat dan karunianya,sehingga penulis dapat menyelesaikan critical jurnal review ini tepat
pada waktunya. Makalah ini membahas tentang “MENGELOLA BENCANA DI SEKTOR
KESEHATAN:

MEMBUTUHKAN PENDEKATAN ILMIAH” .

Adapun tugas ini dibuat untuk memenuhi tugas Critical Jurnal Review mata kuliah
Manajemen Bencana.

Penulis berharap makalah ini menjadi salah satu referensi bagi pembaca bila mana hendak
membandingkan isi jurnal dengan yang lainnya.

Kritik maupun saran sangat membangun dari pembaca sangat kami harapkan supaya
makalah ini menjadi lebih baik. Akhir kata,penulis mengucapkan terima kasih atas perhatiannya
kepada pembaca.

Medan, November 2017

Penulis
II. Rinkasan artikel/hasil penelitian

Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan

Mengelola Bencana di Sektor Kesehatan:

Membutuhkan Pendekatan Ilmiah

Gempa tektonik yang mengguncang Aceh diakhir tahun 2004 (26 Desember) dan Daerah
Istimewa Yogyakarta (DIY)-Jawa Tengah ditengah tahun 2006 (27 Mei) menyadarkan kita
bahwa Indonesia merupakan daerah bahaya gempa. Bahaya gempa tektonik ini berada dari ujung
utara Pulau Sumatera ke selatan, ke pantai barat Sumatera, Selat Sunda, pantai selatan Jawa
Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi, dan Papua.Hampir
semua provinsi di Indonesia berada dalam risiko. Kapan gempa akan tiba? Semua orang tidak
tahu.Gempa bumi di DIY tahun 2006 membuktikan bahwa kapan saja gempa bumi dapat terjadi.
Dalam keadaan ini, pilihan utama adalah melakukan preparedness, menyiapkan diri sebaik
mungkin menghadapi gempa yang akan datang setiap saat.

Pertanyaan penting dalam melakukan persiapan menghadapi bencana adalah


pendekatannya. Selama ini kita melihat bahwa pendekatan menghadapi bencana dan mengelola
dampaknya dilakukan dengan pendekatan semangat dan niat baik. Akan tetapi menjadi
pertanyaan apakah semangat dan niat baik cukup? Ataukah perlu didukung hal lain, khususnya
pendekatan ilmiah. Sebagai gambaran ketika terjadi kecelakaan, tindakan penolongan korban
oleh pihak yang tidak menguasai teknik pertolongan mungkin justru memperparah keadaan.

Dua bencana besar di Aceh dan DIY-Jawa Tengah menunjukkan bahwa bencana dan
akibatnya terhadap kesehatan masyarakat merupakan hal serius. Pada saat emergency
penderitaan korban dapat dikurangi apabila penanganan mediknya baik. Di masa rekonstruksi,

pembangunan fisik, sistem manajemen, dan peralatan fasilitas kesehatan yang biasanya didanai
oleh donor sebaiknya dapat direncanakan dengan tepat agar efektif dan tidak membebani biaya
operasional di kelak kemudian hari. Pada intinya penanganan bencana membutuhkan koordinasi
yang baik pada masa emergency, masa transisi, sampai ke masa pemulihan. Sebagai gambar-

an dalam bencana diperlukan kecepatan dan mutu pelayanan yang optimal dalam penanganan
medik, kemampuan leadership dalam menangani persiapan, fase emergency, dan fase recovery,
keterampilan dalam informatika dan komunikasi dalam bencana, termasuk mengelola dalam
negeri dan internasional; pengembangan sistem surveillance pascabencana, sampai kesistem
logistik.

Tanpa keterlibatan pihak lain di sektor kesehatan.Berbagai pelatihan mengenai


preparedness emergency selama ini sebagian besar dilakukan untuk Instalasi Gawat Darurat
(IGD) rumah sakit dan 118, serta Palang Merah Indonesia (PMI). Sampai saat ini belum
adapelatihan dengan standar nasional untuk manajemen bencana bagi dinas kesehatan provinsi
dan kabupaten kota dan LSM terkait. Tentunya pelatihan manajemen ini berbeda dengan
pelatihan manajemen pada saat normal yaitu faktor waktu dan koordinasi tidak begitu menjadi
masalah.

Kedua, perhatian para ahli manajemen kesehatan pada bencana masih belum banyak. Saat
ini para ahli manajemen kesehatan cenderung bergerak di bidang yang normal, seperti
manajemen rumah sakit, manajemen asuransi kesehatan, dan sebagainya. Belum ada doktor ahli
manajemen bencana di sector kesehatan di Indonesia. Pada saat tsunami di Aceh dan gempa
bumi di Yogyakarta dan Jawa Tengah, beberapa ahli manajemen pelayanan kesehatan
terlibatlangsung dalam masa emergency dan rekonstruksi dengan pengalaman terbatas. Ketiga,
perguruan tinggi kesehatan di Indonesia belum menempatkan bencana sebagai salahsatu
topikyang dapat didekati secara ilmiah. Mata kuliah mengenai bencana sudah ada diberbagai
program studi pendidikan tenaga kesehatan.

Akan tetapi, belum ada pendidikan resmi atau pelatihan bersertifikat untuk pengelolaan
bencana. Buku-buku dan artikel-artikel penelitian mengenai bencana belum banyak diterbitkan.
Berpijak pada pengalaman ini sudah selayaknya ilmu manajemen dipergunakan untuk
penanganan bencana di sektor kesehatan. Pengembangan ini sebaiknya berdasarkan kaidah-
kaidah ilmiah. Dalam workshop lesson-learned bencana di Aceh dan DIY yang diselenggarakan
oleh Pusat Manajemen Pelayanan Kesehatan Fakultas Kedokteran, UGM, Yogyakarta pada
bulan Juni, tepat sebulan setelah bencana disimpulkan bahwa ilmu manajemen mutlak
diperlukandalam penanganan bencana. Sebagai gambaran bahwa manajer bencana perlu
mempunyai pelatihan yang baik berdasarkan kurikulum tertentu. Dipertimbangkan pula
sertifikasi khusus untuk para manajer bencana.
Untuk menghasilkan modul pelatihan yang baik, berbagai riset operasional dalam bencana
alam perlu dilakukan. Diperlukan kegiatan untuk meneliti system logistik dalam bencana, sistem
telekomunikasi dan informatika dalam bencana, leadership dalam bencana, sistem pendanaan
dan pembiayaan bencana, sampai ke aspek komunikasi antarpelaku. Lebih lanjut diharapkan
pengembangan ini sampai pada pendidikan S2 dan penelitian di level S3 dalam manajeme
bencana di sektor kesehatan. (Laksono Trisnantoro,
II. Keunggulan penelitian

Dari pembahasan dalam karya jurnal mengenai mengelola bencana di sektor kesehatan :
membutuhkan pendekatan ilmiah dapat kita lihat dan kita rasakan kelebihannya masing-masing
misalnya kita dapat mengetahui kelebihan dimana kita dapat mengetahui pendekatan apa saja
yang dapat dilakukan dalam upaya kesehatan berupa contoh dan penjelasannya yang
menggunakan bahasa yang jelas dan mudah dipahami.

a. kegayutan antar elemen

Dari jurnal yang kami bahas ini memiliki dasar elemen yang benar adanya dan memiliki
beberapa teori yang dapat dibenarkan adanya, karena memang benar adanya dengan apa yang
dijelaskan pada jurnal tersebut dengan adanya hubungan antar elemen tersebutlah akan
terciptanya hasil jurnal yang baik.

b. originalitas temuan

Temuan-temuan dalam unsur pengelolaan bencana dalam pendekatan ilmiah ini dapat kita
lihat dari mana kita dapatkan sumbernya dengan jelas dimana sumber ataupun otak pemikirannya
kita dapat melihat keaslian pendekatan ilmiah yang dilakukan seperti halnya kami mencari jurnal
ini melalui beberapa sumber seperti internet.

c. kemuktahiran masalah

Masalah-masalah yang ditimbulkan dalam jurnal ini merupakan kesulitan dalam memuat
karya jurnal karena kurangnya pola pikir dan imajinasi yang kurang Pertanyaan penting dalam
melakukan persiapan menghadapi bencana adalah pendekatannya. Selama ini kita melihat bahwa
pendekatan menghadapi bencana dan mengelola dampaknya dilakukan dengan pendekatan
semangat dan niat baik. Akan tetapi menjadi pertanyaan apakah semangat dan niat baik cukup?
Ataukah perlu didukung hal lain, khususnya pendekatan ilmiah. Sebagai gambaran ketika terjadi
kecelakaan, tindakan penolongan korban oleh pihak yang tidak menguasai teknik pertolongan
mungkin justru memperparah keadaan. Dua bencana besar di Aceh dan DIY-Jawa Tengah
menunjukkan bahwa bencana dan akibatnya terhadap kesehatan masyarakat merupakan hal
serius. Pada saat emergency penderitaan korban dapat dikurangi apabila penanganan mediknya
baik. Di masa rekonstruksi, pembangunan fisik, sistem manajemen, dan peralatan fasilitas
kesehatan yang biasanya didanai oleh donor sebaiknya dapat direncanakan dengan tepat agar
efektif dan tidak membebani biaya operasional di kelak kemudian hari. Pada intinya penanganan
bencana membutuhkan koordinasi yang baik pada masa emergency, masa transisi, sampai ke
masa pemulihan.
d. kohesi dan koherensi isi penelitian

Kohesi adalah hubungan antara unsur dalam wacana secara semantik. Hubungan kohesif yang
diciptakan atas dasar aspek pemilihan kata dan kaitannya dengan pendekatan dan upaya untuk
menghadapi bencana dengan pilihan kata yang serasi yang memiliki hubungan apa saja yang
dapat dilakukan dalam mengelola bencana dalam sektor kesehatan.

Koherensi adalah pengaturan secara kenyataan dan gagasan, fakta dan ide menjadi suatu
untaian yang logis sehingga memahami pesan yang dikandungnya (Wohl,1978 : 25)

Jadi koherensi yang ada pada jurnal ini dibuat karena adanya sebab yaitu bencana yang dihadapi
masyarakat Indonesia dan harus ada penanganan yang diberikan dalam jurnal ini yang menjadi
gagasan pokok dalam jurnal ini, jurnal ini juga memiliki fakta yang memang benar adanya
dengan kaitan antara sektor kesehatan dan manajemen rumah sakit dalam menanggapi korban
aklibat bencana tersebut.
IV. Kelemahan penelitian

Dari berbagai jurnal dan penelitian pasti memiliki kekurangan seperti kurangnya jurnal yang
akan kami bahas.

a. kegayutan antar elemen

Dari elemen kita bisa menemukan kelemahanannya dimana elemen-elemen didalam jurnal
tersebut hanya sebagai contoh dan masih adanya kekurangan tindakan belum adanya penelitian
yang dilakukan seperti yang diberikan penjelasan pada jurnal tersebut tidak memberikan contoh
dalam menghubungkan satu elemen dengan elemen yang berkaitan.

b. originalitas temuan

Pada segi temuan kita bisa lihat kekurangannya seperti kurangnya contoh terapan dari temuan
lain dan tidak ada penjelasan mengenai temuan lain.

c. kemuktahiran masalah

Dari kekurangan masalah yang ada pada jurnal tersebut kami rasa kekurannya hanya jurnalnya
yan g terlalu singkat sehingga sulit memahami masalah dan isi dari jurnal tersebut namun jika
ada kemuktahiran pada jurnal tersebut tidak baik bagi pembaca maka dari itu kemuktahiran
masalah pada jurna tersebut harus segera diberikan pemecahan masalahnya.

d. kohesi dan koherensi isi penelitian

Dari keterkaitan antara hubungan dan penjelasan gagasan yang ada juga teori yang ada pada
jurnal tersebut hanya kekurangannya seperti penjelasan yang tidak rinci sehingga membuat
pembaca kurang memahami isi jurnal tersebut. Koherensi penelitian jurnal tersebut dapat dilihat
bahwa gagasan pesan yang disampaikan kurang jelas dan terlalu singkat hanya satu halaman
sedangkan banyak pendekatan dan upaya yang harus diketahui masyarakat untuk menghadapi
bencana.
V. Implikasi terhadap;

a. Teori

Dari segi teori yang ada pada jurnal yang kami bahas merupakan teori yang benar adanya
bersumber dari berbagai ahli yang dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya,karena dasar-
dasar dalam menghadapi sektor bencana harus dipedoman dari manajemen bencana dan
persiapan diri sebaik mungkin karena bencana bisa kapan saja terjadi maka dari itu dilakukan
upaya sektor kesehatan melalui pendekatan dinas kesehatan terhadap masyarakat.

b. Program pembangunan di Indonesia

Dalam jurnal tersebut ada beberapa penjelasan yang diberikan dan sangatlah jelas dalam
memberikan pengetahuan kepada masyarakat mengelola bencana dalam pendekatan ilmiah di
Indonesia dengan adanya LSM yang terkait didalamnya adanya Instalasi Gawat Darurat (IGD)
rumah sakit dan 118, serta Palang Merah Indonesia (PMI). Pada saat tsunami di Aceh dan gempa
bumi di Yogyakarta dan Jawa Tengah, beberapa ahli manajemen pelayanan kesehatan terlibat
langsung dalam masa emergency dan rekonstruksi dengan pengalaman terbatas. Ketiga,
perguruan tinggi kesehatan di Indonesia belum menempatkan bencana sebagai salahsatu topik
yang dapat didekati secara ilmiah. Dalam workshop lesson-learned bencana di Aceh dan DIY
yang diselenggarakan oleh Pusat Manajemen Pelayanan Kesehatan Fakultas Kedokteran, UGM,
Yogyakarta pada bulan Juni, tepat sebulan setelah bencana disimpulkan bahwa ilmu manajemen
mutlak diperlukan dalam penanganan bencana.

c. Pembahasan dan analisis

Dalam sajian jurnal ini membahasa tentang pendekatan ilmiah dalam megelola bencana di
sektor kesehatan dimana diterangkan dalam jurnal ini yaitu pada intinya penanganan bencana
membutuhkan koordinasi yang baik pada masa emergency, masa transisi, sampai ke masa
pemulihan. Sebagai gambaran dalam bencana diperlukan kecepatan dan mutu pelayanan yang
optimal dalam penanganan medis kemampuan leadership dalam menangani persiapan, fase
emergency, dan fase recovery, keterampilan dalam informatika dan komunikasi dalam bencana,
termasuk mengelola dalam negeri dan internasional; pengembangan sistem surveillance
pascabencana, sampai kesistem logistik. Dalam hal ini manfaat ilmu manajemen diperlukan
dalam preparedness, emergency, dan rekonstruksi bencana. Berpijak pada pengalaman ini sudah
selayaknya ilmu manajemen dipergunakan untuk penanganan bencana di sektor kesehatan.
Pengembangan ini sebaiknya berdasarkan kaidah-kaidah ilmiah.Untuk menghasilkan modul
pelatihan yang baik, berbagai riset operasional dalam bencana alam perlu dilakukan. Diperlukan
kegiatan untuk meneliti system logistik dalam bencana, sistem telekomunikasi dan informatika
dalam bencana, leadership dalam bencana, sistem pendanaan dan pembiayaan bencana, sampai
ke aspek komunikasi antar pelaku.
VI. Kesimpulan dan saran

Kesimpulan :

Dengan adanya penjelasan dalam materi jurnal tersebut dapat disimpulkan bahwa perhatian
para ahli manajemen kesehatan pada bencana masih belum banyak. Saat ini para ahli manajemen
kesehatan cenderung bergerak di bidang yang normal, seperti manajemen rumah sakit,
manajemen asuransi kesehatan, dan sebagainya. Belum ada doktor ahli manajemen bencana di
sektor kesehatan di Indonesia. Pada saat tsunami di Aceh dan gempa bumi di Yogyakarta dan
Jawa Tengah, beberapa ahli manajemen pelayanan kesehatan terlibatlangsung dalam masa
emergency dan rekonstruksi dengan pengalaman terbatas perguruan tinggi kesehatan di
Indonesia belum menempatkan bencana sebagai salahsatu topic yang dapat didekati secara
ilmiah. Mata kuliah mengenai bencana sudah ada diberbagai program studi pendidikan tenaga
kesehatan. Akan tetapi, belum ada pendidikan resmi atau pelatihan bersertifikat untuk
pengelolaan bencana. Buku-buku dan artikel-artikel penelitian mengenai bencana belum banyak
diterbitkan.

Saran :

Sebagai ahli kesehatan masyarakat disini kita diminta untuk mau bergabung dan ikut serta
dalam mengupayakan tindakan mengelola bencana dalam pendekatan ilmiah khusunya lebih
memahami dan melalukan pelatihan untuk menghadapi bencana perlu mempunyai pelatihan
yang baik agar dapat membantu masyarakat saat terkena bencana bahwa pendekatan menghadapi
bencana dan mengelola dampaknya dilakukan dengan pendekatan semangat dan niat baik untuki
saling menolong antar sesame tanpa ada maksud dan tujuan tertentu.

VII. Pustaka

Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan, Vol. 09, No. 2 Juni 2006 l 51

Das könnte Ihnen auch gefallen