Olahraga prestasi menurut Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005
Tentang Sistem Keolahragaan Nasional adalah olahraga yang membina dan mengembangkan olahragawan secara terencana, berjenjang, dan berkelanjutan melalui kompetisi untuk mencapai prestasi pada tingkat daerah, nasional, dan internasional dalam rangka meningkatkan harkat dan martabat bangsa dengan dukungan ilmu pengetahuan dan teknologi keolahragaan. Prestasi dari olahraga prestasi adalah kinerja terbaik. Kinerja terbaik dari suatu kejuaraan adalah sebagai juara, baik pada tingkat daerah atau nasional atau internasional. Pertanyaannya adalah bagaimana melahirkan sang juara? Jawaban sederhananya adalah lakukan pelatihan (training) secara terarah, terukur, dan terpantau. Mengutip tulisan Bompa (1999) dalam buku Periodization: theory and methodology of training, 4th ed bahwa pelatihan adalah aktivitas olahraga yang dilakukan secara sistematis dalam waktu yang lama, yang ditingkatkan secara progresif dan individual. Aaron J. Coutts dan Stuart Cormack (2014) dalam buku High-performance training for sports menulis bahwa tujuan dari proses pelatihan adalah untuk memastikan atlet berada dalam kondisi puncak agar tampil dengan sukses selama kompetisi berlangsung. Pertanyaan berikutnya adalah proses pelatihan bagaimana yang dapat melahirkan sang juara? Jawabannya dapat dilihat dari beberapa factor, yakni (1) atlet (2) pelatih (3) prasarana- sarana (4) kompetisi (5) jangka waktu pelatihan. Atlet yang diprediksi dapat menjadi juara adalah yang berbakat dan memiliki motivasi kuat untuk berlatih dan menjadi juara. Untuk itu diperlukan proses identifikasi dan pemanduan bakat. Tahapan ini oleh Istvan Balyi, Richard Way, dan Colin Higgs (2013) dalam buku Long Term Athlete Development disebutnya tahap literasi kejasmanian, yakni mulai aktif (bergerak), gerakan dasar, dan belajar untuk berlatih. Tahap berikutnya adalah berlatih untuk berlatih, berlatih untuk kompetisi/bertanding, dan berlatih untuk menang. Tahap ini disebutnya tahap unggul atau kinerja tinggi. Semua tahapan ini memerlukan waktu 8 – 12 tahun. Banyak para juara dunia mencapai kinerja tertingginya pada rentangan waktu ini. Atlet berbakat dan memiliki motivasi juara akan lahir menjadi juara kalau dilatih oleh pelatih yang handal. Pelatih yang handal adalah yang memiliki kepribadian yang baik dan menguasai berbagai keilmuan yang mendukung tugas kepelatihannya. Kepribadian pelatih bersangkut paut dengan gaya kepelatihannya, cara komunikasinya dengan atlet. Pada zaman now ini seorang pelatih harus memiliki dan dapat mengimplementasikan ilmu pengetahuan dan teknologi keolahragaan dalam proses pelatihannya. Dukungan ilmu pengetahuan dan teknologi keolahragaan dalam proses pelatihan akan menentukan tingkat pencapaian hasil. Tiongkok berhasil menunjukkan prestasinya pada olimpiade Beijing didukung oleh ribuan penelitian yang hasil penelitiannya diimplementasikan dalam proses pelatihan. Jika ingin menjadi juara pada tingkat internasional, maka ikuti standar internasional yang berlaku pada cabang olahraga itu. Jika ingin menjadi juara pada tingkat nasional (misal PON), maka ikuti standar nasional (bahkan internasional karena mungkin ada yang juara internasional ikut PON) yang berlaku pada cabang olahraga itu. Atlet berbakat dan pelatih handal tidak akan mencapai hasil optimal kalau dalam proses perlatihan dan pelatihannya tidak didukung prasarana dan sarana yang baik. Tuntutan prasarana dan sarana pelatihan harus sejalan dengan tingkat kejuaraan yang menjadi sasaran pelatihan. Kalau ingin juara nasional, maka prasarana dan sarana pelatihannya harus standar nasional. Begitu juga kalau ingin juara internasional, maka prasarana dan sarana pelatihannya harus standar internasional. Prasarana dan sarana ini harus standar, aman, nyaman digunakan baik pada waktu proses pelatihan maupun pada saat perlombaan/pertandingan. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi sangat berpengaruh pada perkembangan prasarana dan sarana keolahragaan, bahkan dapat mempengaruhi regulasi/peraturan pada cabang olahraga. Komponen yang juga sangat penting dalam upaya mengkondisikan lahirnya sang juara adalah kecukupan kompetisi. Kompetisi merupakan implementasi kemampuan atlet untuk menunjukkan tingkat kinerjanya. Kecukupan kompetisi akan menjadikan atlet beradaptasi dengan situasi kejuaraan (perlombaan/pertandingan). Kemampuan atlet beradaptasi dengan situasi kejuaraan ini berpeluang baginya untuk menampilkan kinerja/prestasi terbaiknya pada saat kompetisi puncak berlangsung, baik secara fisik, teknik, taktik, dan mental. Pentingnya peran kecukupan kompetisi ini bagi atlet sebagai bekal menghadapi kompetisi puncak sering dijadikan alasan pembenaran hasil yang dicapai baik menang ataupun terlebih lagi kalau mengalami kekalahan. Kurangnya kompetisi dijadikan kambing hitam sebab kekalahan. Pelatihan yang terarah adalah pelatihan yang dilakukan berdasarkan keperluan cabang olahraga tersebut untuk menghasilkan juara. Dituntut kemampuan pelatih mengidentifikasi berbagai keperluan untuk disiapkan menuju juara. Analisis keperluan fisik, tuntutan keterampilan teknik, kecermatan strategi dan taktik, serta penguasaan mental pertandingan. Pelatih yang handal dapat melihat, menyusun, menunjukkan dan menjelaskan program dan kegiatan yang akan dilakukan menuju terciptanya/tercapainya target (juara) yang sudah ditentukan. Program pelatihan disusun dari jangka panjang, menengah, dan pendek. Selanjutnya, dalam menyusun program jangka pendek sebagai program operasional tahunan dibagi dalam 3 periode, yaitu periode persiapan (umum dan khusus), periode kompetisi (pra-kompetisi dan kompetisi utama), dan periode transisi. Konsep utama periode persiapan adalah menyiapkan atlet (fisik, teknik, taktik, mental) untuk memasuki periode kompetisi. Konsep utama periode kompetisi adalah menyiapkan atlet menghadapi kompetisi utama (puncak). Termasuk di dalam periode ini adalah berbagai kegiatan uji coba/try out. Konsep utama periode transisi adalah menyiapkan atlet untuk kembali memasuki periode persiapan setelah relaksasi dari kompetisi utama. Pelatihan yang terukur adalah pelatihan yang dilakukan berdasarkan sasaran/target yang ditetapkan sebagai implementasi dari pelatihan yang terarah. Pelatihan yang terukur ini untuk menjamin keterlaksanaan program pelatihan secara efektif dan efisien sesuai standar yang ingin dicapai baik aspek fisik, teknik, taktik, maupun mental. Keterukuran akan merefleksikan prediksi sasaran/target yang sudah ditentukan. Komponen pelatihan yang perlu diperhatikan secara cermat adalah manipulasi dari frekuensi, volume, intensitas, durasi, dan kepadatan latihan. Semua komponen ini akan menentukan tingkat pencapaian adaptasi pelatihan. Siklus superkompensasi (kinerja tertinggi/prestasi terbaik) dalam buku The Physiology of training (2006) akan dicapai melalui proses perlatihan (exercise), kelelahan (fatigue), pulih asal (recovery), dan adaptasi (adaptation). Proses adaptasi ini menjadi sangat penting karena dari sinilah bermula bertambah meningkatnya prestasi atlet. Pelatihan yang terpantau merupakan kendali operasional program. Tahap tertentu (siklus makro) dan periodisasi (persiapan, kompetisi, transisi) dalam suatu program pelatihan akan menunjukkan tujuan yang akan dicapai. Oleh karena itu, tahapan tujuan akan selalu dapat dipantau. Tujuan yang dapat dicapai mengisyaratkan program pelatihan bisa dilanjutkan dan tujuan yang belum tercapai harus segera dilakukan koreksi dan revisi sehingga target kinerja selalu dalam kendali program pelatihan. Melahirkan sang juara pada cabang/nomor olahraga memerlukan waktu jangka panjang dengan proses pelatihan yang bersistem dan didukung ilmu pengetahuan dan teknologi olahraga kekinian. Pengalaman menunjukkan bahwa prestasi/juara tingkat internasional diraih setelah berlatih 8 – 12 tahun. Apabila pelatihan sudah dilakukan secara kontinyu, namun, hasilnya belum mencapai tingkat yang diharapkan, ini menunjukkan bahwa ada “sesuatu” yang salah. Perlu kajian yang cermat agar pelatihan olahraga yang akan dilakukan tidak merupakan pemborosan tenaga, biaya, pikiran dll. Sang juara akan dapat mengangkat harkat, martabat, dan kehormatan individu, keluarga, masyarakat, daerah, bangsa dan Negara. Pada tingkat nasional sang juara dapat mengibarkan bendera daerahnya dan pada tingkat internasional sang juara akan dapat mengibarkan merah-putih untuk mengharumkan nama bangsa dimata dunia. Berlatih…berlatih…berlatih. Kita doakan beberapa atlet dan pelatih Kalimantan Selatan semoga dapat berkontribusi menyumbang perolehan medali pada Asian Games Agustus 2018 ini di Indonesia.
Der Neuroathletik Code: Revolutionäre Wissenschaft, innovatives Training und effektive Übungen zur Verbesserung Ihrer körperlichen Leistung durch Neuroathletiktraining - Inkl. 5 Wochen Trainingssplan