Sie sind auf Seite 1von 44

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMENUAN KASUS TBC

DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MESSAWA

PROPOSAL PENELITIAN

Diajukan Untuk Memenuhu Syarat Dalam Menyelesaikan

Program Pendidikan S1 Keperawatan

Disusun Oleh :

Tasik Lempan

P.21.138

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BINA GENERASI POLEWALI MANDAR

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

TAHUN 2023
DAFTAR ISI

SAMPUL

JUDUL

LEMBAR PERMOHONAN

LEMBAR PERSETUJUAN

DAFTAR ISI………………………………………………………………………i

DAFTAR TABEL………………………………………………………………….iii

DAFTAR GAMBAR……………………………………………………………...iv

DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………………………….v

BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………….1

A. Latar Belakang…………………………………………………………..1

B. Rumusan Masalah……………………………………………………….3

C. Tujuan Penelitian……………………………………………………......3

D. Manfaat Penelitian………………………………………………….…...3

BAB IITinjauan Pustaka……………………………………………………….…....4

A. Dasar Teori…………………………………………………….……..….4

B. Kerangka Teori…………………………………………………………..18

BAB III METODE PENELITIAN……………………………………………….19

A. Desain Penelitian…………………………………………………...……19

B. Kerangka Konsep……………………………………………..…………19

C. Defenisi Operasional……………………………………………………..20

D. Hipotesis………………………………………………………………….21

E. Variable Penelitian……………………………………………………….21

F. Populasi dan sampel………………………………………………………21

i
G. Tempat dan Waktu Penelitian………………………………………………24

H. Metode Pengumpulan Data…………………………………………………24

I. Pengolahan dan Penyajian Data…………………………………………….26

J. Uji Validitas dan Reliabilitas………………………………………………..27

K. Analisis Data………………………………………………………………..29

L. Etika Penelitian……………………………………………………………...30

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………..31

LAMPIRAN

ii
DAFTAR TABEL

Tabel

Tabel 1.2 Tabel Pemeriksaan penunjang TBC…………………………….…………..11

Tabel 1.3 Tabel Defenisi Operasional…………………………………………………20

Tabel 2.3 Waktu Pelaksanaan Penelitian………………………………………………24

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar

Gambar 1.2 Patofisiologi…………………………………….………………………..9

Gambar 2.2. Alur diagnostic TBC…………………………………………………….15

Gambar 1.3. kerangka teori……………………………………………………………18

Gambar 2.3. kerangka konsep…...…………………………………………………….19

iv
LAMPIRAN

Lampiran 1. Lembar persetujuan penelitian

Lampiran 2. Kusioner

v
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit Tuberkulosis (TBC) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh

tuberculosis (Mycobacterium tuberculosis) yang menyerang paru-paru dan organ yang

lain. Tuberculosis merupakan penyakit menular yang menyebar melalui udara, bersin,

batuk dan meludah. Menurut WHO ada sekitar 1,7 juta orang meninggal dunia akibat

penyakit TBC (WHO 2020).

TBC adalah penyakit yang sudah lama disebabkan oleh pathogen bakteria

dan tidak pernah tertangani dengan baik. Upaya penyelesaian sudah lama dilakuakan

77 tahun sejak Indonesian merdeka, vaksin dan obatnya sudah ditemukan sejak

puluhan tahun yang lalu, tetapi tidak bisa tertangani dengan baik ( P2P Kemenkes

2021)

Berdasarkan Global TB Report 2021, diperkirakan ada 824.000 kasus TBC di

Indonesia, namun pasisn TBC yang berhasil ditemukan, diobati dan dilaporkan ke

dalam system informasi Nasional hanya 393.323 (48%), Masih ada sekitar 52% kasus

TBC yang belum ditemukan atau sudah ditemukan tapi belum dilaporkan. Indonesia

berada pada posisi keduan dengan jumlah kasus TBC terbanyak di dunia setelah india

diikuti cina pada tahun 2020 dan pada tahun 2021 Indonesia berada pada posisi ketiga

terbanyak kasus TBC di Dunia.

Pada tahun 2022 data per bulan September untuk cakupan penemuan dan pengobatan

TBC sebesar 39% (target satu tahun 90%) dan angka keberhasilan pengobatan TBC

sebesar 74% dari target 90% per tahun (Direktorat Jenderal Pencegahan dan

Pengendalian Penyakit INA-TIME 2022)

1
Kasus tuberkulosis paru di wilayah kerja puskesmas messawa setiap tahun

terus bertambah, pada tahun 2020 terdapat 7 kasus positif dari tar target kabupaten

sebesar 17 pasien positif , pada tahun 2021 ada 6 kasus dari target kabupaten

sebanyak 17 dan pada tahun 2022 ada 9 kasus dari target kabupaten sebanyak 17

pasien positif. Ini menunjukan bahwa pencapain target setiap tahunnya pada

Puskesmas Messawa sangat Rendah. Hal ini dikarenakan kurangnya pengetahuan

masyarakat dan kurangnya kesadaran masyarakat untuk memeriksakan diri secara dini

jika mengalami gejalah TB.

Penanggulangan TB di Indonesian mengaju pada anjuran WHO dengan

pendekatan strategi Observed Treatment Short-course (DOTS) (Kemenkes 2019).

Pendekatan strategi DOTS dalam penangulanngan TB di Indonesia belum

memberikan hasil yang maksimal karena dalam pelaksaannya petugas masih

menemukan berbagi kendala sehingga penemuan kasus TBC masih jauh dari target

nasional.

Ada beberapa factor yang memperngaruhi dalam penemuan kasus TB di

wilayah kerja puskesmas messawa diantaranya adalah tingkat pengetahuan

masyarakat tentang penyakit TBC. Pengetahuan masyarakat tentang penyakit TBC

sangat berperan penting dalam penemuan kasus TBC. Factor lain yang mempengaruhi

penemuan kasus TBC di wilayah kerja puskesmas messawa adalah stigma

masyarakat. Menurut penelitian yang dilakukkan Courtwright and Turner (2010)

Adanya stigma masyarakat akan berdampak pada keterlambatan penemuan dan

pengobatan kasus TBC. Permasalahan lain yang mempengaruhi penemuan kasus TBC

di wilyah kerja puskesmas messawa adalah budaya yang masih melekat pada

masyarakat. Budaya masyarakat antara lain malu bila diketahui menderita penyakit

2
TBC. Masih bamyak masyarakat yang memiliki budaya meludah di sembarang

tempat, sehingga bila menderita TBC rentan menularkan disekitarnya.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut maka rumusan masalah dalam penelitian

ini adalah Faktor-faktor yang berhubungan dengan penemuan kasus TBC di wilyah

kerja puskesmas messawa.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Mengetahui factor-faktor yang berhubungan dengan penemuan kasus TBC di

wilayah kerja puskesmas messawa

2. Tujuan khusus

1. Mengetahui tingkat pengetahuan masyarakat terhadap penyakit TBC

2. Mengetahui hubungan budaya terhadap penyakit TBC

3. Mengetahui stigma masyarakat terhadap TBC

D. Manfaat Penelitian

1. Puskesmas

Setelah penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan informasi dalam

peningkatan penemuan dan pengobatan kasus TBC di puskesmas messawa.

2. Masyarakat

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan motivasi dan tambahan

ilmu pengetahuan kepada masyarakat sehingga dapat bekerja sama dalam

penemuan kasus TBC di puskesmas messaw

3. Peneliti

Diharapkan dari penelitian ini dapat memberikan tambahan ilmu dan

pengalaman kepada peneliti.

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Dasar Teori

1. Defenisis

Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit menular yang umumnya

menyerang paru-paru dan disebabkan sejenis bakteri, ini menyebar diudara

pada saat orang yang sakit TB batuk, bersin, atau meludah (WHO).

Tuberculosis adalah penyakit infeksi dari kuman mycobacterium

tuberculosis yang bersifat sistematis dan bisa menyerang hampir semua

anggota tubuh terutama paru-paru. Orangan tubuh pertama yang terinfeksi

mycobacterium tuberculosis yakni paru-paru( Handayani 2019).

2. Etiologi

Penyakit paru merupakan penyakit infeksi yang menyebabkan bakteri

yang berbentuk basil yang dikenal dengan nama mycobacterium tuberculosis

dan dapat menyerang semua umur dan golongan. Peyebaran TB paru melalui

perantara atau dahak penderita yang mengandung basil tuberculosis paru.

Bakteri ini berbentuk batang dan bersifat tahan asam sehingga dikenal

sebagai batang tahan asam (BTA). Bakteri ini pertama kali ditemukan oleh

Robert Koch. Penyakit TBC menular melalui udara melalui saluran

pernapasan masuk ke dalam tubuh dan bisa menyebar ke seluruh tubuh

melalui aliran darah, kelenjer limfe dan organ tubuh lainnya. Pada umumnya

organ yang paling sering terinfeksi adalah paru-paru.

4
3. Tanda dan gejalah

Ketika tubuh terinfeksi oleh kuman TBC, system kekebalan tubuh dapat

mencegah kuman tersebut aktif. Berdasarkan kondisi tersebut kuman TB dapat

dibagi menjadi 2 yakni:

1. TB Pasif

Pada kondisi ini seseorang memiliki infeksi TB tetapi bakteri di dalam

tubuh tidak dalam keadaan aktif sehingga tidak menimbulkan gejala. TB

jenis ini tidak menular. TB pasif dapat berubah menjadi aktif sehingga

pengobatan pada TB pasif tetap penting dan juga membantu

mencegah/penularan TB

2. TB Aktif

Pada kondisi ini seseorang mengalami sakit dan dapat menular ke

orang lain. TB dapat langsung aktif pada minggu pertama setelah

seseorang terinfeksi atau terjadi pada tahun selanjutnya.

Adapun gejalah pada TB aktif yaitu :

a. Batuk berdahak selama 3 minggu atau lebih

b. Batuk darah

c. Nyeri dada ketika bernapas atau batuk

d. Penurunan berat badan tanpa sebab yang jelas

e. Demam

f. Berkeringat pada malam hari tanpa sebab yang jelas

g. Kehilangan napsu makan

h. Meriang(panas dingin)

Tuberkulosis dapat mempengaruhi organ tubuh lainnya seperti : ginjal,

tulang belakang dan otak. Saat TB berada di luar paru-paru, maka tanda

5
dan gejalahnya sesuai dengan yang organ yang terinfeksi. Berikut ini

adalah contoh gejala yang muncul akibat penyakit TBC di luar paru,

menurut organ yang terkena :

a. Nyeri punggung pada penderita TB tulang

b. Pembengkakan pada kelenjer getah bening pada penderita TB kelenjer

c. Kencing berdarah pada TBC ginjal

d. Sakit kepala dan kenjang bila terkena TB otak

e. Sakit perut hebat jika terkena TB usus

4. Factor resiko tuberculosis

Beberapa factor resiko yang dapat meningkatkan terjadinya Tuberkulosis

diantaranya:

a. Kontak langsung dengan penderita TB

Contoh bila salah satu dari anggota keluarga yang terkena TBC maka

kemungkinan factor resiko 1 dari 3 orang kemungkinan tertular

b. Factor usia

Orang lanjut usis dan anak-anak memiliki resiko lebih tinggi untuk terkena

TB Karen system kekebalan tubuh yang kurang kuat sehingga lebih mudah

terinfeksi TB.

c. System kekebalan tubuh

System kekebalan tubuh yang lemah karena penyakit dan obat dapat

menjadi penyebab mudahnya terkena TB. Misalnya penderita HIV/AIDS,

diabetes militus, gangguan ginjal yang parah. Contoh terapi pengobatan

yang dapat melemahkan system kekebalan tubuh adalah terapi kanker

(kemoterapi), dan orang-orang yang sedang dalam oengobatan

6
imunosupresan, seperti pada penderita lupus, rheumatoid atritis, dan

psoriasis.

d. Melakukan perjalanan ke daerah mayoritas TB dapat meningkatkan factor

resiko terkena TB karena terpapar pemaparan infeksi dalam waktu yang

lama.

e. Orang yang tingggal di pemukiman kumuh dan padat penduduk

f. Petugas medis yang selalu merawat penderita TBC

g. Orang yang mengalami kekurangan gizi

h. Penggunaan NAPZA (Alkohol, Narkotika, psikotropika dan obat adaktif).

Narkotik, alcohol dan obat-obatan dapat merusak tubuh seseorang,

sehingga dapat melemahkan system kekebalan tubuh terhadapa penyakit

TBC.

5. Patofisiologi

Individu terinfeksi melalui droplet nuclei dari pasien TB paru ketika

pasien batuk, bersin, tertawa. Droplet nuclei ini mengandung basil TB dan

ukurannya kurang dari 5 mikron dan akan melayang-layang di udara basil

nuclei ini mengandung basil TB.

Saat mycobacterium tuberculosa berhasil menginfeksi paru-paru, maka

segera akan tumbuh koloni bakteri yang berbentuk globular. Biasanya melalui

serangkaian reaksi immunologis bakteri TB paru ini akan berusaha dihambat

melalui pembentukan dinding di sekeliling bakteri oleh sel-sel paru.

Mekanisme pembentukan dinding itu membuat jaringan disekitarnya menjadi

jaringan parut da bateri TB paru akan menjadi dormant (istirahat). Bentuk-

bentuk dormant inilah yang kelihatan tuberkel pada pemeriksaan foto thorax

7
System imun tubuh merespon dengan inflamasi. Fagosit (netrofil dan

makrofag) menelan banyak bakteri; limpospesifik-tuberculosis melisis

(menghancurkan) basil dan jaringan normal. Reaksi jaringan ini

mengakibatkan penumpukan eksudat dalam alveoli, menyebabkan

brokopnemonia dan infeksi awal terjadi dalam 2-10 minggu setelah terpajan.

Massa jaringan paru yang disebut granulomas merupakan gumpalan

basil yang masih hidup. Granulomas diubah menjadi massa jaringan fibrosa,

bagian sentral dari jaringan fibrosa ini disebut tuberkel ghon dan menjadi

nekrotik membentuk massa seperti keju. Massa ini dapat mengalami

klasifikasi membentuk skar kalagenosa. Bakteri menjadi dormant, tanpa

perkembangan penyakit aktif.

Setelah terpajan infeksi awal, individu dapat mengalami penyakit aktif

karena gangguan dari respon yang inadekuat dari respon system imun.

Penyakit dapat juga aktif dengan infeksi ulang dan aktivasi bakteri dorman.

Dalam kasus ini, tuberkel ghon memecah melepaskan bahan seperti keju

dalam bronki. Bakteri kemuadian tersebar ke udara, mengakibatkan

penyebaran penyakit lebih jauh . Tuberkel yang menyerah menyembuh

membentuk jaringan parut. Paru yang terinfeksi menjadi lebih membengkak,

menyebabkan bronkopnemunia lebih lanjut.

Angka estimasi yang terpapar tetapi tidak sakit adalah berjumlah 90%,

itu menunjukkan bahwa imun seseorang sangat berpengaruh terhadap penyakit

ini, dengan bertambahnya usia dan berbagai macam penyakit komorbid yang

menyebabkan penurunan system imun akan menjadi ancaman bagi mereka

yang terpapar tapi belum menunjukkan gejala sakit sehingga resiko tinggi

untuk menjadi sakit TBC.

8
Inhalasi mycobacterium
tuberculosis

Fagositosis oleh
magkrofak alveolus paru

Kuman tetap hidup

Berkembang biak
Pembentukan focus primer
Pembentukan limfogen
Peyebaran hematogen

Terbentuk imunitas
Imunitas kuat seluler spesifik

Tidak sakit TB

Sakit TB Infeksi imunitas

Infeksi TB laten
Komplikasi cmplex
Komplikasi peneyebaran
hematogen
Komplikasi penyebaran
limfogen

Imunitas turun
Sakit TB
Meninggal Reaktivasi

Gambar 1.2 Patofisiologi

9
6. Diagnosis Tuberkulosis Paru

Diagnosis penyakit TBC tertuang dalam standar internasional

penanganan Tuberkulosis(ISTC) meliputi :

a. Standar 1 untuk memastikan diagnosis dini, tenaga kesehatan harus

menyadari factor resiko individu dan kelompok untuk TBC dan melakukan

evaluasi klinis yang cepat dan uji diagnostic yang tepat bagi orang-orang

dengan gejala dan temuan yang mendukung untuk TBC.

b. Standar 2 semua pasien termasuk anak-anak dengan batuk yang tidak biasa

tidak bisa dijelaskan berlangsung 2 minggu atau lebih atau dengan

kecurigaan tuberkulosis pada pemeriksaan foto dada harus dinilai sebagai

tuberkulosis

c. Standar 3 , semua pasien, termasuk anak-anak, yang diduga menderita

TBC paru dan mampu mengeluarkan dahak harus diperiksa dahak dengan

menggunakan pemeriksaan TCM sebagai diagnostic awal.

d. Standar 4 semua pasien termasuk anak-anak, yang dicurigai memiliki TB

extra paru, seharusnya diperoleh specimen dari lokasi infeksi TB untuk

pemeriksaan mikrobiologis dsn histologi. Tes TCM oada cairan

cerebrospinal direkomendasikan sebagai tes mikrobiologis awal yang lebih

baik untuk orabng yang diduga menderita meningitis TB.

e. Standar 5 pada pasien yang menderita TBC paru dengan apus dahak

negative, tes TCM atau kultur harus dilakukan. Pada orang-orang dengan

hasil BTA dan TCM negative dengan bukti klinis sangat sugestif

tuberkulosis, pengobatan anti tuberkolosis harus dimulai setelah

pengumpulan specimen pemeriksaan kultur.

10
f. Standar 6 untuk semua anak yang diduga menderita TB intrathorax (seperti

: paru, pleura dan hilar limph node atau mediastinal), komfirmasi

bakteriologis harus dicari melalui pemeriksaan sekresi pernapasan

(ekspektorasi dahak, induksi dahak, lavage lambung) untuk pemeriksaan

apus mikriskopis, tes TCM dan/kultur.

Pemeriksaan penunjang TBC

Pemeriksaan foto thorax Pemeriksaan foto thorax berperan dalam

mengevaluasi terduga TBC dengan hasil

BTA negative dan/TCM negative. Foto

thorax juga bermanfaat sebagai metode

skrining untuk TBC. Namun diagnostic

TBC tidak bisa ditegakkan hanya

dengan foto thorax (sensitivitas tinggi,

spesifisitas rendah, karena dapat

menyebabkan overdiagnosis TBC

Pemeriksaan bakteoriologis Pemeriksaan dahak miskroskopik

langsung/BTA untuk menegakkan

diagnosis, dahak pasien perlu diperiksa

untuk adanya BTA secara miskroskopik.

Pasien diminta mengumpulkan 2 contoh

uji dahak dengan kwalitas yang baik

berupa dahak sewaktu dan pagi (SP)

atau dahak sewaktu sewaktu (SS).

Dahak sewaktu dikumpulkan di

fasyankes sedangkan dahak pagi (P)

11
pada pagi segera setelah bangun

sebelum sarapan. Selain itu pemeriksaan

bakteriologis digunakan untuk menilai

keberhasilan pengobatan.

Hasil BTA dikatakan positif(+) jika

setidaknya dari dua contoh uji dahak

menunjukan hasil

pemeriksaan BTA positif. Pasien dengan

BTA positif(+) pada pemeriksaan

pertama dapat ditegakkan sebagai pasien

TBC paru BTA(+).

Jika hasil ke dua contoh menujukkan

hasil pemeriksaan BTA negative maka

penegakkan diagnostic TBC dapat

dilakukan secara klinis yang sesuai.

Pemeriksaan kultur atau biakan

Pemeriksaan kultur dapat dilakukan

dengan media padat ( Lowenstein-

jensen) dan media cair (mycobacteria

growth indicator tube) untuk identifikasi

kuman TBC.

Pemeriksaan resistensi Pemeriksaan Tes Cepat Molekuler

(TCM) TBC

Pemeriksaan TCM dilkukan dengan alat

xpert MTB/RIF. TCM merupakan

12
sarana penegakkan diagnostic yang tidak

dapat menggantikan pemeriksaan BTA,

kultur, dan uji kepekaan obat dalam

mengevaluasi hasil pengobatan hasil

pengobatan dan/atau mendeteksi

resistensi obat selain rimfampin.

Uji kepekaan obat/drug susceptibity

testing (DST)

Bertujuan untuk menentukan ada atau

tidaknya kuman MTB yang resisten

terhadap OAT.

IGRA dan Uji Tuberkolin Meskipun pemeriksaan uji

tuberkolin/mantoux dan Interferon-

Gamma Release Assay (IGRA) dapat

meningkatkan atau mengurangi

kecurigaan klinis TB, namun keduanya

memiliki sensitivitas dan spesifisitas

yang bervariasi, sehingga tidak

direkomendasikan untuk mendiagnosis

TBC aktif.

Pemeriksaan serologi Pemeriksaan deteksi antibody serologis

lainnya memiliki sensivisitas dan

spesifisitas yang tidak konsisten,

sehingga tidak direkomendasikan oleh

13
WHO untuk mendiagnosis TBC.

Pemeriksaan lainnya Pemeriksaan histologis pada kasus yang

dicurigai TBC ekstra paru.

Tabel. 1.2 Pemeriksaan penunjang TBC

Alur diagnostic TBC

Terduga TBC

14
Pemeriksaan
TCM

MTB Pos MTB pos MTB pos Rif MTB No result,


Rif resisten*) Rif sensitif**) indeterminate**) Negatif eror,invali

Pemeriksaan ulang
Uji kepekaan Pemeriksaan TCM dan sesuaikan Pemeriksaan
molekuler lini paket standar pengobatan ulang
dua(SL uji kepekaan berdasarkan hasil TCM TCM***
LPA/TCMXDR fenotipik
dll Uji kepekaan INH Pemeriksaan
pada pasien dengan radiologi/anti
riwayat pengobatan biotik
sebelumnya spektrum luas

Sensitive Resisten
terhadap obat terhadap obat
gol gol Resisten Sensitive
flurokuinolon flurokuinolon INH INH

Abnormalitas Gambaran
Pengobatan Pengobatan paru yang paru tampak
TBC RO TBC RO mengarah TBC/ normal/perbai
panduan panduan tidak ada kan klinis
jangka pendek individu perbaikan klinis

Pengobatan TBC
monoresisten INH Lanjutkan Bukan TBC
pengobatan
OAT lini satu

Pengobatan TBC SO
dengan OAT lini satu

Gambar 2.2. Alur diagnostic TBC

*) Inisiasi pengobatan TBC –RO untuk kasus dengan riwayat pengobatan TBC. Sementara itu hasil
MTB pos Rif resisten dari kriteria terduga TBC baru harus diulang dan hasil pengulangan (yang
memberikan hasil MTB pos) yang menjadi acuan.
**) Inisiasi pengobatan dengan OATBlini satu
***) Pengulangan hanya satu kali. Hasil pengulangan yang menjadi acuan.

7. Penemuan kasus TBC

15
Penemuan kasus TBC berdasarkan Permenkes RI No. 67 Tahun 2021 :

a. Optimalisasi upaya penemuan kasus TBC secara pasif, intensif berbasis

fasilitas pelayanan kesehatan dan secara aktif berbasis institusi dan

komunikasi

b. Penggolongan sesuai dengan standar dengan konsep pengobatan yang

berpihak pada pasien

c. Penyediaan sarana diagnostic yang sensitive dan spesifik untuk penyakit

TBC oleh pemerintah pusat dan pemerintah daerah yang dapat diakses

oleh seluruh masyarakat.

8. Faktor-faktor yang berhubungan dengan penemuan kasus TBC

Berbagai upaya yang telah dilakukan pemerintah untuk memberantas

kasus TB paru , namun upaya tersebut belum memberikaan hasil yang

diharapkan. Upaya tersebut meluputi , promotif, preventif dan kuratif yang

dilakukan oleh petugas kesehatan untuk menanggulangi penyakit TBC,

meningkatkan angka kejadian dan penularan. menurut peneliti dalam

penelitian ini bahwa satu upaya pemerintah yang belum berjalan dengan

maksimal dalam penemuan kasus TBC adalah promotif aktif sehingga

pengetahuan masyarakat, budaya dan stigma yang terus berkembang dalam

tatanan masyarakat menjadi factor yang mempengaruhi penemuan kasus TBC

khususnya di wilayah kerja puskesmas messawa di kel. Messawa. Beberapa

factor lain menurut peneliti sudah berjalan dengan baik. Factor-faktor tersebut

diatas akan diuraikan peneliti sebagai berikut :

1. Tingkat pengetahuan

16
Teori health belief model menyebutkan bahwa perilaku atau sikap

terkait kesehatan suatu individu ditentukan oleh individu itu sendiri

terhadap suatu penyakit sehingga akan terbentuk suatu perilaku yang

diharapkan dapat mencegah penyakit tersebut.

Meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang penyakit tuberculosis

merupakan factor penting dalam dalam menekan laju penyebaran.

Sehingga masyarakat dapat melakukan usaha preventif atau ketika gejala

sudah timbul dapat segera dirawat atau diobati(kuratif)

2. Budaya /kebiasaaan

Menurut Dr. K. Kupper kebudayaan dalah system gagasan yang

menajadi pedoman dan pengarah bagi manusia dalam bersikap dan

berprilaku baik secara individu maupun secara berkelompok. Menurut

Sutan Takdir Alisyahbana kebudayaan merupakan manifestasi dari cara

berpikir. Budaya ang dianut oleh masyrakat sangat berpengaruh dalam

penyanan kesehatan khususnya dalam penemuan kasus TBC.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Niniek Lely Pratiwi dkk bahwa

masyarakat masih memiliki budaya malu jika diketahui menderita

penyakit TB, hal ini akan berpotensi untuk menularkan penyakitnya.

ketika sudah mengalami gejala TB masyarakat lebih memilih untuk

berobat secara tradisional atau pun berobat dengan dukun.

3. Stigma

Stigma adalah ekstrimnya ketidaksetujuan seseorang maupu

kelompok orang berdasarkan karasteristik tertentu yang membedakan atau

keberadaan mereka menjadi tidak diinginkan dilingkungan masyarakat.

Stigma juga merupakan seperangkat keyakinan negative yang dimiliki

17
seseorang untuk mendasari ketidak adilan yang dimiliki sekelompok orang

tentang sesuatu (Merriam-Webster 2019). Stigma merupakan salah satu

keengganan masyarakat untuk melakukan pemeriksaan TBC dapat

memperburuk kondisi pasien. Karena adanya stima baik stigma internal

maupun eksternal menjadi penghambat pemenuhan hak pasien dan

penyintas TBC untuk mengakses layanan kesehatan. Hal ini yang sangat

mempengaruhi penemuan kasus TB secara dini sehingga cakupan

penemuan TB belum mencapai seratus persen (Subdirektorat Kementerian

Kesehatan RI, 2021).

B. Kerangka teori

- Tingkat
pengetahuan
Fakto-faktor yang masyarakat Penemuan kasus
mempengaruhi - Hubungan TBC
budaya
- Stigma

Gambar 1.2. kerangka teori

18
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain penelitian ini disusun secara sistematik untuk menemukan jawaban

dari pertanyaan penelitian sesuai dengan tujuan penelitian yang ingin dicapai.

desain penelitian harus disusun dan direncanakan dengan penuh perhitungan agar

memperlihatkan bukti empiris yang kuat relevansinya dengan pertanyaan penelitian

Dalam garis besarnya, menurut Sastroasmoro dan Ismail (2002), desain

penelitian mempunyai 2 kegunaan yang amat penting dalam proses penelitian, yakni :

Merupakan wahana bagi peneliti untuk memperoleh jawaban dari pertanyaan

penelitian dan merupakan alat bagi peneliti untuk mengontrol atau mengendalikan

pelbagai variable variable yang yang berpengaruh pada suatu penelitian.

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian

observasional dengan pendekatan cross sectional dimana variable bebas adalah factor

yang mempengaruhi dan variable terikat adalah penemuan kasus TBC.

B. Kerangka Konsep

Pelayanan kesehatan
Factor-faktor yang
mempengaruhi Penemuan kasus TBC
a.Tingkat pengetahuan
masyarakat
b. Budaya
masyarakat
c.Stigma masyarakat

Gambar 1.3. kerangka konsep

19
C. Defenisi Operasisonal

No Variabel Defenisi Indikator Alat Skor


Variabel ukur
1 Pengetahua Masyarakat Tingkat Kusioner SS = 5
n mengetahui pengetahuan S =4
masyarakat tentang penyakit masyarakat KS = 3
tentang TBC mulai dari tentang TS = 2
TBC tanda dan gejalah, penyakit TBC STS = 1
cara penularan, mulai dari
pencegahan, tanda dan
factor resiko gejalah, cara
sampai dengan penularan,
pengobatan TBC pencegahan,
factor resiko
sampai dengan
pengobatan
TBC
2 Budaya Sikap dan Tingkat Kusioner SS = 5
kebiasaan kemauan S =4
masyarakat masyarakat KS = 3
terhadap penyakit yang dengan TS = 2
TBC yang masih suka rela STS = 1
memiliki budaya secara dini
malu ketika memeriksakan
diketahui sakit diri dan
TBC, kebiasaan berobat ke
masyarakat yang layanan
masih percaya kesehatan
dengan obat ketika
tradisional dan mengalami
dukun gejala penyakit
TBC
3 Stigma Anggapan Tingkat stigma Kusioner SS = 5
negative yang negative S =4
mengdiskreditkan dimasyarakat KS = 3
atau menolak tentang TS = 2
penderita TBC penyakit TBC STS = 1
karena dianggap
pembawa sial

Tabel 1.3 Defenisi Operasional

20
D. Hipotesis

1. Factor tingkat pengetahuan masyarakat berhubungan dengan penemuan kasus

TBC

2. Factor budaya masyarakat berhubungan dengan penemuan kasus TBC

3. Faktor stigma masyarakat berhubungan dengan penemuan kasus TBC

E. Variable Penelitian

a. Variabel bebas (independent variable

Variable ini memiliki pengaruh atas berbagai perubahan yang erjadi pada variable

lainnya. Variable penelitian ini juga disebut sebagai istilah variable stimulus atau

pengaruh, yang mana mengalami perubahan yang disebabkan karena variable lain.

b. Variable terikat (Dependent variable)

Variable selanjutnya yakni variable yang dianggap terjadi atas suatu akibat

dari adanya variable bebas. Variable ini adalah variable yang tidak bebas dan

mempengaruhi setiap variable bebas atau variable independen.

F. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi menurut nursalam adalah keseluruhan dari variable yang menyangkut

masalah yang diteliti. Sehingga selama suatu variable masih memiliki hubungan

dengan topic yang diteliti maka termasuk kedalam populasi penelitian

Populasi penelitian ini adalah seluruh masyarakat yang ada di kelurahan

messawa pada wilayah kerja puskesmas messawa tahun 2022 dengan jumlah

penduduk sebanyak 782 jiwa.

2. Sampel

Menurut Ari Kunto, sampel adalah sebagian atau sebagai wakil populasi yang

akan diteliti. Jika penelitian yang dilakukan sebagian dari populasi maka bisa

21
dikatakan bahwa penelitian tersebut adalah penelitian sampel. Sebab peneliti

dijamin akan mengambil beberapa populasi saja untuk diteliti secara mendalam.

Pengambilan sampel berdasarkan pada teknik simple random sampling dimana

peneliti memberikan memberikan peluang yang sama bagi setiap anggota

populasi(penduduk) untuk dipilih menjadi sampel yang dilakuakan secara acak

tanpa memperhatikan strata (tingkatan) yang ada dalam populasi tersebut.

Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik incidental,

dimana penentuan sampel berdasarkan kebetulan yaitu siapa saja yang secara

kebetulan/incidental bertemu dengan penelitidapat digunakan sebagai sampel, bila

dipandang orang yang ditemui itu cocok sebagai sumber data.

3. Perhitungan sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh penduduk kelurahan messawa

dengan jumlah penduduk sebanyak 782 orang, namun peneliti mempersempit

pupolasi yaitu jumlah seluruh penduduk kel. Messawa sebanyak 782 dengan

menghitung ukuran sampel yang dilakukan dengan menggunakan teknik slovin

menurut Sugiyono (2011:187)

Peneliti menggunakan teknik solvin karena dalam penarikan sampel populasi

terlalu banyak atau jangkauan terlalu luas serta keterbatasan tenaga, waktu dan

biaya sehingga tidak memungkinkan bagi peneliti untuk melakukan pengambilan

sampel pada seluruh populasi. Teknik ini dianggap peneliti tepat karena jumlah

penarikan sampel representative sehingga hasil penelitian dapat digeneralisasikan

dan perhitungannya pun tidak memerlukan tabel jumlah sampel, namun dapat

dilakukan dengan rumus dan perthitungan yang sederhana.

22
Rumus slovin untuk perhitungan sampel sebagai berikut :

N
n=
1+ N ( e)²

Keterangan :

n= ukuran sampel/jumlah responden

N= ukuran populasi

E= presentase kelonggaran ketelitian kesalahan pengambilan sampel yang masih

bisa ditolerir, e=0,1

Dalam rumus slovin ada ketentuan sebagai berikut:

Nilai e=0,1(10%) untuk populasi dalam jumlah besar

Nilai e=0,2(20%) untuk populasi dalam jumlah kecil

Jadi rentang sampel yang diambil dari teknik solvin adalah antara 10-20% dari

populasi penelitian.

Jumlah populasi dalam penelitian ini sebanyak 782 orang, sehingga persentase

kelonggaran ang digunakan adalah 10% dan hasil perhitungan dapat dibulatkan

untuk mencapai kesesuaian. Maka perhitungan sampel dalam penelitian ini

sebagai berikut :

782
n=
1+782(10)²

782
n=
8,82

n=88,6 ; dibulatkan oleh peneliti menjadi 100 responden.

23
Berdasarkan perhitungan sampel diatas maka sampel yang menjadi responden

disesuaikan dengan peneliti manjadi sebanyak 100 orang atau sekitar 12% dari

total penduduk yang ada di kel.messawa pada wilayah kerja puskesmas messawa.

G. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Messawa Kel. Messawa Kab. Mamasa

Sulawesi Barat

Waktu pelaksanaan penelitian

No Uraian Kegiatan Bulan


. 2 3 4 5 6 7 8
1 Persiapan (pengajuan proposal
penelitian)
2 Pengumpulan data
3 Pengolahan data
4 Penyusunan laporan
5 Persentase hasil

Tabel 2.3 Waktu Pelaksanaan Penelitian

H. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data merupakan tahap pengambilan data atau sampel yang

berhubungan dengan permasalahan yang sedang dibahas. Pengumpulan data adalah

suatu proses pendekatan kepada subjek dan proses pengumpulan karakteristik subjek

diperlukan dalam suatu penelitian. Langkah-langkah dalam pengumpulan data

tergantung pada rancangan penelitian dan teknik instrumen yang digunakan

(Nursalam, 2017).

1. Kuisioner

Adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh

informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang

diketahui. Kuisioner yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan skala

24
likert. Seperti yang diungkapkan oleh Sugiyono(2011) skala likert digunakan

untuk mengungkapkan sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok

tentang penomena social.

Dalam skala likert, variable yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator

variable. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk

menyusun item-item instrument yang dapat berupan pertanyaan atau pernyataan.

Jawaban dari setiap intrumen yang mengunakan skala likert mempunyai gradasi

dimulai dari yang sangat positif sampai dengan negative. Digunakan 5 tingkatan

untuk mengukur variable berdasarkan skala likert yakni:

a. Sangat setuju(SS)

b. Setuju (S)

c. Kurang setuju (KS)

d. Tidak setuju (TS)

e. Sangat tidak setuju (STS)

Dari lima tingkatan diatas memiliki poin yang berbeda-beda yakni :

a. Sangat setuju (SS) skor 5

b. Setuju (S) skor 4

c. Kurang setuju (KS) skor 3

d. Tidak setuju (TS) skor 2

e. Sangat tidak setuju (STS) skor 1

Metode ini dapat membantu peneliti dalam mengetahui dan memiliki data

mengenai penilaian yang diberikan oleh setiap responden untuk selanjutnya

peneliti dapat menarik kesimpulan.

25
2. Observasi

Observasi atau pengamatan langsung adalah kegiatan pengumpulan data

dengan melakukan penilaian langsung terhadap kondisi lingkungan objek

penelitian yang mendukung kegiatan penelitian, sehingga didapat gambaran

secara jelas tentang kondisi objek penelitian tersebut (Siregar 2013). Peneliti

dalam penelitian ini melakukan pengamatan langsung dengan melihat kondisi

responden tanpa memberikan pertanyaan-pernyaan. Hal ini bertujuan untuk

mendapatkan data fisik hasil pengamatan lansung tentang keadaan penduduk yang

ada di kel. Messawa.

3. Studi pustaka

Studi pustaka merupakan suatu teknik pengumpulan data yang dilakukan

dengan membaca, mengkaji, serta mempelajari buku-buku, literature, jurnal-

jurnal, referensi, dan lain-lain yang berkaitan dengan penelitian ini.

Menurut Sugiyono(2011) terdapat 3 kriteria yang digunakan sebagai landasan

dalam penelitian yaitu : relevansi, kemuktahiran dan keaslian. Relevansi berarti

teori yang dikemukakan sesuai dengan permaslahan yang diteliti. Kemuktahiran

berarti terkait dengan kebaruan teori atau referensi yang digunakan. Keaslian

terkait dengan keaslian sumber penelitian.

I. Pengelolaan dan Penyajian Data

Data yang dikumpulkan melalui teknik pengumpulan data merupakan data

mentah yang perlu diolag agar menjadi informasi yang dapat menjadi informasi yang

dapat digunakan untuk menjawab permasalahan yang diteliti. Pengolahan data dapat

dilakukan sebagai berikut :

26
1. Editing, sebelum data diolah data tersebut perlu diedit terlebih dahulu. Editing

atau pemeriksaan adalah pengecekan pengecekan kembali data penelitian yang

telah dikumpulkan untuk mengetahui dan menilai kesesuaian dan relevansi data

yang telah dikumpulkan untuk dapat diproses selanjutnya.

2. Coding, pemberian kode pada jawaban kuisioner yang ada untuk mempermudah

dalam proses pengelompokan dan pengolahan data.

3. Entry data, memasukkan data penelitian ke dalam program computer untuk

dilakukan pengolahan data.

4. Tabulating, Tabulasi merupakan langkah selanjutnya setelah pemeriksaan dan

pemberian kode. Dalam tahap ini data disusun dalam bentuk tabel agar lebih

mempermudah dalam menganalisis data sesuai dengan tujuan penelitian.

Penyajian data dalam penelitian ini adalah dalam bentuk tabel, naratif dan gambar,

tujuannya adalah agar lebih rapih, lebih mudah dibaca dan lebih cepat dipahami.

J. Uji Validitas dan Realibilitas

Untuk mendapatkan data yang valid, maka alat ukur dalam penelitian perlu

dilakukan uji validitas da uji realibilitas.

1. Uji Validitas

Uji vaditas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan

atau keaslian suatu instrument. Instrument dikatakatan valid apabila mampu

mengukur apa yang diinginkan, apabila mampu mengukapkan data variable yang

direliti secara teoat. Dalam penelitian ini validasi yang digunakan adalah validitas

internal yaitu : validitas yang dicapai apabila terdapat kesesuaian antara bagian-

bagian instrument secara keseluruhan.

Alat ukur factor-fakor (tingkat pengetahuan masyarakat, budaya, stigma) dan

alat ukur penemuan kasus TBC akan dihitung dengan analisis item, yaitu

27
mengkorelasikan tiap butir dengan total, yang merupakan jumlah tiap skor butir,

dengan menggunakan teknik korelasi bivariate, sedangkan perhitungannya

menggunakan SPSS for wimdows realese 16.

Uji validitas instrument dalam penelitian ini dilakukan untuk mengetahui

tingkat kesahihan dan validitas sebuah instrument, sebuah item pertanyaan ,

dikatakan memiliki validasi tinggi jika memiliki kolrelasi yang tinggi terhadap

skor total item. Dua syarat yang harus dipenuhi agar sebuah item dikatakan sahi

atau valid yaitu :

a. Korelasi dari item-item angket haruslah kuat dan peluang kesalahannya tidak

terlalu besar (Maksimal 5%).

b. Korelasi harus memiliki nilai atau arah yang positif. Arah positif itu berarti

bahwa r bt (nilai korelasi yang akan digunakan untuk mengukur validasi) harus

lebih besar dari r tabel

Uji instrument akan dilakukan kepada 100 responden, untuk pengambilan

keputusan berdasarkan responden dari nilai r tabel pada taraf signifikan 5%, yaitu

0,361. Artinya item instrument disebut valid jika lebih besar dari 0,361.

2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas berhubungan kepercayaan terhadap alat test. Syarat kehandalan

terhadap suatu instrument menurut kemantapa, kestabilan antara hasil pengamatan

dengan instrument. Ada beberapa langkah pokok dalam menganalisis reliabilitas

ini yaitu :

a. Menjalankan skor pertanyaan bernomor genap (x) dan skor ganjil (y)

b. Mencari koefisien momen tangkar (produk momen) r xy antara x dan y.

c. Melakukan koreksi r xy dengan rumusan spearman brown(koefisien korelasi

genap-gasal).

28
K. Analisis Data

Teknik analisa data yang dipakai dalam penelitian ini adalah dengan

menggunakan analisis regresi linear sederhana. Teknik digunakan untuk mengetahui

hubungan pengaruh anatara bariabel bebas dan variable terikat, yaitu antara : factor-

faktor (tingkat penegtahuan masyarakat, budaya, dan stigma) (x) terhadap penemuan

kasus TBC (y). sebelum dilakukan analisis data dengan regresi linear sederhana perlu

terlebih dahulu diuji syarat-syarat dalam analisis tersebut yaitu : uji linieritas garis

regresi. Adapun rumus persamaan regresi linearnya adalah sebagai berikut :

=a+bx

Keterangan:

= =nilai yang diprediksikan

a =koefisien ataubilangan x=0

b =koefisien regresi

x =nilai variable independen

Kemudian membuat interpretasi dan hasil analisis regresi dua predictor

dengan skor mentah yang telah diketahui dengan jalan membandingkan anatara hasil

F reg dengan F tabel untuk taraf signifikan 1% atau 5% dengan ketentuan sebagai berikut

Jika <0.05 H0 ditolak dan Ha diterima

Jika >0.05 H0 diterima dan Ha ditolak

Dalam pelaksanaannya , ketika memproses data, penulis menggunakan

perangkat computer dengan proses SPSS (statistical program society science) versi

16.0 for windows.

29
L. Etika Penelitian

Etika penelitian merupakan panduan peneliti dalam melaksanakan penelitian

untuk pengembagan ilmu pengetahuan dan teknologi bagi masyarakat ilmiah. Etika

penelitian berdasarkan norma sopan santun dan moral serta mempertimbangkan

kebiasaan dalam tatanan dimasyarakat dengan mempertimbangkan sosialetika dan

menjaga harkat martabat kemanusiaan (I Neng. Dkk. 2022)

Tanggung jawab yang dilaksanakan oleh seorang peneliti harus diimbangi dengan

kejujuran dan menghindari perilaku yang tidak jujur. Adapun prinsip etika dalam

penelitian ini yakni :

a. Menghormati orang (respect for person), prinsip menghormati orang secara

otonom karena dalam penelitian ini melibatkan manusia, sehingga manusia

sebagai subyek penellitian tanpa paksaan tetapi dengan sukarela dan dengan

informasi yang memadai.

b. Kebaikan (beneficience), suatu penelitian dikatakan etis jika mempunyai nilai atau

manfaat social jika penelitian tersebut dapat menimbulkan pengetahuan baru yang

akan bermanfaat bagi kesehatan dan kesejahteraan umat manuasia. Penelitian ini

dapat memberikan ilmu kepada masyarakat tentang TBC dan dapat menjadi

tambahan ilmu bagi penutugas kesehatan untuk penemuan kasus TBC.

c. Keadilan (justice), manfaat dan beban suatu penelitian harus terdistribusi secara

adil, sehingga tidak ada individu atau kelompok individu yang harus menanggung

lebih banyak beban penelitian. dalam penelitian ini sampel yang menjadi

penelitian populasi yang dianggap peneliti kurang dalam pengetahuan tentang

TBC, budaya yang sangat dominan, dan tingginya stigma terhadap TBC.

30
DAFTAR PUSTAKA

Dr. minsarnawati & Arifah Alfi Mazziya, SKM. 2023, Februari. Pola Penyakit Tuberculosis
(TBC) di Provinsi Jawa Timur Analisis Spasial dan Determinannya. Jawa Timur. PT
Nasya Expanding Management.

Bacthi Alisjahbana, Panji Hadisoemarto, Bony Wiem Lestari, Nur Afifah, Zuhaira Husnu
Fatma, Wulan Sari Nur Azkiyah, Deny Fattah, Nury Fitri Dewi & Eka Saptiningrum.
2020. November. Diagnosis Dan Pengelolaan Tuberculosis Untuk Dokter Swasta.
Bandung. Unpad Press

Handayani. 2019. Januari. Metode Deteksi Tuberculosis. Ponorogo. Uwais Inspirasi


Indonesia.

Zata Isman, Fritri Pralistam, Dwi Ajeng Armita & Nabila Hana. 2022. Februari. Buku Ajar
Epidemiologi Penyakit Menular. Jawa Barat. Media Sains Indonesia.

Dr. Rasidin Calundu. 2018. Manajemen kesehatan. Makassar. CV SAH MEDIA

Dr. Ajat Rukajat. 2018. Juli. Pendekatan Penelitian Kualitatif (Qualitative Reseach Approach).
Yogyakarta. Grup Penerbit CV BUDI UTAMA.

Syofian Siregar. 2017. Januari. Metode Penelitian Kuantitatif Dilengkapi Dengan


Perbandingan Perhitungan Manual Dengan SPS, Jakarta. KENCANA (devisi dari
PRENADAMEDIA Group).

I Nengah Laba, Agus Supinganto, Made Martini, I Made Indra P, Sugiharto, Retno Lestari,
Erik Kunto Aribowo, Atik badi’ah & Cipta Pramana. 2022. Desember. Tips dan Trik
Publikasi Jurnal Bereputasi. Bandung Jawa Barat. CV. MADIA SAINS INDONESIA

Adi Utari & Iwan Dwiprahasto . 2022. Metode Penelitian : Prinsip Dan Aplikasi Untuk
Manajemen Rumah Sakit. Yogyakarta. Gadjah Mada University Press.

Ahmad Zaki, BM. Purwanto, Catur Sugianto, Dewi Fatmawati, Eny Sulistyaningrum, Indra
Bastrian, Jogiyanto Hartono, Julianto Agung Saputra, Mahmud Sholihin, Mamduh M.
Hanafi, Mudrajat Kuncoro, Nurul Indarti, Rijadh Djatu Winardi, Rokima Rostiani, Rr.

31
Tur Nastiti, Suyanto & Wakhid Salamet Ciptotno. 2017. Februari. Metode
Pengumpulan Data dan Teknik Analisis Data. Jakarta. Kencana.

Morissan. 2017. Februari. Metode Penelitian Survei. Jakarta. Kencana.

I Made Indra P & Ika Cahyaningrum. 2019. Mei. Cara Mudah Memahami Metodologi
Penelitian. Yogyakarta. Grup Penerbit CV BUDI UTAMA.

TB Komunitas. 2022. TB Campaign Day 2022 : Stop Stigma dan Diskriminasi Terhadap Pasien
TBC. From : https://tbckomunitas.id/2022/07/tb-campaign-day-2022-stop-stigma-
diskriminasi-terhadap-pasien-tbc/

Niniek Lewi Pratiwi, Betty Roosihermiatie & Rachmat Hargono. 2011. Factor determinan
budaya kesehatan dalam penularan penyakit TBC (Internet), Januari, 15 (1) pp. 26-37.
From : https://media.neliti.com.2011

Deri Firmansyah & Dede. 2022. Teknik Pengambilan Sampel Umum dalam Metodologi
Penelitian: Literature Review . 1(2), 85–114. From :
https://journal.formosapublisher.org/index.php/jiph/article/download/937/743/2761

Deeppublish. 2023. Februari. Populasi san sampel: pengertian, perbedaan, dan contoh.
From : https://penerbitdeeppublish.com/populasi-dan-sampel/amp/.

Deeppublish. 2023. Maret. Tekhnik pengambilan sampel penelitian macam dan penjelasan.
From : https://deepublishstore.com/blog/teknik-pengambilan-sampel/.

WHO. 2022. Global Tuberculosis Report 2022. From : https://www.who.int/teams/global-


tuberculosis-programme/tb-reports/global-tuberculosis-report-2022.

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2020. Strategi Penanggulangan Tuberkulosis di


Indonesia 2020-2024. From :
https://tbindonesia.or.id/wp-content/uploads/2021/06/NSP-TB-2020-2024-
Ind_Final_-BAHASA.pdf

Vidro Alif Gunawan. 2013. Februari. Faktor-faktor yang menentukan Kinerja Kader
Kesehatan Terhadap Cakupan Temuan Kasus TBC di Puskesmas Makrayu Palembang.
From : http://repository.um-palembang.ac.id/id/eprint/1816/

32
AF Handuto. 2016. Maret. Efikasi Diri Pasien TB Paru di Wilayah Kecamatan Semarang Utara
Kota Semariang. From: http://eprints.undip.ac.id/48247/4/BAB_III.pdf.

33
LAMPIRAN
Lampiran 1. Lembar persetujuan penelitian

LEMBAR PERSETUJUAN
PENELITIAN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENEMUAN
KASUS DI KELURAHAN MESSAWA WILAYAH KERJA PUSKESMAS MESSAWA

Yang bertanda tangan dibawah ini :


Nama :
Umur :
Alamat :
No. HP :
Dengan ini menyatakan kesediaannya untuk dilakukan wawancara dalam rangka penelitian
yang diadakan oleh Mahasiswa S1 Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES)
Bina Generasi Polewali Mandar oleh :
Nama Mahasiswa : Tasik Lempan
Nim : P.21.138
Dengan formulir ini menyatakan telah menerima informasi dan keteramgam lebih jelas serta
mengetahui manfaat serta akibat yang akan muncul selama penelitian tersebut dan bersedia
memberikan segala informasi yang berkaitan dengan penelitian sesuai dengan fakta tanpa
adanya paksaan dari mana pun. Segala informasi yang bapak/ibu berikan akan dijaga
kerahasiaannya. Akhirnya diucapkan banyak terima kasih atas kerja samanya.

Messawa, 2023

(…………………………..)

34
Lampiran 2

Kuisioner Penelitian
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENEMUAN KASUS TBC
DI KELURAHAN MESSAWA WILAYAH KERJA PUSKESMAS MESSAWA

A. Identitas Responden
Nomor responden :
Umur :
Pendidikan terakhir :
Alamat responden :
Pertanyaan
1. Apakah saudara mengetahui tentang penyakit TBC ?
a. Yah
b. Tidak
2. Apakah saudara mengetahui tentang tanda dan gejala TBC ?
a. Yah
b. Tidak
3. Apakah saudara mengetahui cara pencegahan dan pengobatan TBC ?
a. Yah
b. Tidak
4. Tahukah saudara bahwa pasien TBC bukanlah hal yang memalukan ?
a. Yah
b. Tidak
5. Tahukah saudara bahwa penyakit TBC bukanlah penyakit guna-guna ?
a. Yah
b. Tidak

35
B. Alat ukur pemahaman dan pengetahuan tentang TBC
Petunjuk : Pilihlah salah satu jawaban yang diaggap peling tepat dengan memberikan
tanda (√) pada jawaban yang telah disediakan :
No Intem Pernyataan SS S TS STS SKOR
1 Penyakit TBC adalah penyakit yang
disebabkan oleh kuman mycobacterium
tuberkulosis
2 Batuk lebih dari 2 minggu, berkeringat
pada malam hari tanpa sebab, kehilangan
BB tanpa sebab, kehilangan napsu makan
adalah tanda dan gejala penyakit TBC
3 Penularan penyakit TB paru adalah
melalui dahak orang yang penderita TB
paru terhirup lewat
4 Apabila seseorang batuknya sudah lama
maka orang tersebut pasti sudah sakit
TBC
5 Batuk yang berdahak disertai nyeri dada
dan kadang bercampur darah adalah salah
satu tanda dan gejala penyakit TBC
6 Jika ada anggota keluarga atau orang-
orang disekitar kita mengalami gejala
batuk lebih dari 2 minggu kadang-kadang
disertai darah dan tampak terlihat kurus
maka dianggap sebagai tersangka TBC,
harus memberitahu petugas kesehatan
7 Orang yang sudah kontak dengan orang
positif TBC dianjurkan untuk
memeriksakan diri ke layanan kesehatan
atau melaporkannya kepada petugas
kesehatan
8 Penyakit TBC adalah penyakit yang bisa
diobati oleh obat anti tuberkulosis dan

36
dapat disembuhkan
9 Penyakit TBC memerlukan pengobatan
paling kurang selama 6 bulan dan bisa
lebih.
10 Pemeriksaan dan pengobatan TBC tidak
dikenakan biaya (gratis)
11 Asupan gizi sangat penting dalam
mencegah dan dalam proses pengobatan
TBC

C. Alat ukur budaya terhadap TBC

No Item Pernyataan SS S TS STS Skor


1 Penyakit TBC adalah bukan penyakit
memalukan
2 Jika ketahuan mengidap penyakit TBC
maka tidak perlu dijauhi dan tetap
dihormati sesuai dengan kedudukannya
dalam keluarga dan masyarakat
3 Orang yang terkena TBC sebaiknya
periksa dan berobat ke layanan kesehatan
4 Meludah disembarang tempat dapat
meningkatkan resiko penularan TBC
5 Merokok bisa menjadi factor pencetus
penyakit TBC.
6 Makan makanan yang sehat dapat
meningkatkan daya tahan tubuh sehingga
dapat terhindar dari penyakit TBC

37
D. Alat ukur stigma terhadap TBC

No Item pernyataan
1 Orang yang menderita penyakit TBC
bukanlah penyakit yang disebabkan guna-
guna ataupun hukuman atas kesalahan
seseorang
2 Penyakit TBC adalah penyakit yang sama
seperti penyakit lainnya yang bisa diobati
dan disembuhkan
3 Orang yang menderita TBC bukanlah
penyakit keturunan
4 Penderita TBC memiliki hak yang sama
dengan masyarakat lainnya dan tidak ada
drikriminatif.

38

Das könnte Ihnen auch gefallen