Sie sind auf Seite 1von 4

KEMENTERIAN AGAMA

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)


SYEKH NURJATI CIREBON
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
JURUSAN PJJ PAI
Alamat : Jl. Perjuangan By Pass Sunyaragi Telp. (0231) 481264 Faks. (0231) 481264 Cirebon 45131

NAMA : RUSDI MURSALIN


NIM : 2281130875
KELAS : A18
NO ABSEN : 25
PRODI : PJJ PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
MATA KULIAH :
DOSEN : Dr. FAHMI RIADY STh.I., M.S.I
TUGAS : Ambil sebuah hadis lengkap dengan sanad dan matannya yang
diriwayatkan oleh seorang mukharrij (Bukhari, Muslim, Ibn Majah, dll),
apakah langsung melalui kitab-kitab hadis, internet, dll. Kemudian carikan
jawaban tentang penilaian thabaqat tokoh-tokohnya (perawi-perawinya)
sesuai dengan tabel tingkatan lafazh-lafaz al-Jarhu wa at-Ta’dil seperti di
modul.

Hadis riwayat Ibnu Majah dari Anas bin Malik no. 294:
‫صلّى‬
َ ِ ‫ان َرس ُْو ُل هلّلا‬ َ ‫ َك‬:‫ َقا َل‬, ٍ‫ْن َمالِك‬ ِ ‫سب‬ ٍ ‫ َعنْ َأ َن‬,ٍ‫ص َه ْيب‬ُ ُ‫ َعنْ َع ْب ِد ْال َع ِزي ِْزبْن‬,‫ َح َّد َث َنا ِإسْ مَاعِ ْي ُل ابْنُ ُعلَ َّي َة‬:‫َح َّد َث َنا َع ْمرُو بْنُ َراف ٍِع َقا َل‬
ِ ‫ (َأع ُْو ُذ ِباهلَّل ِ م َِن ْال ُخ ُب‬:‫ َقا َل‬,‫هلّلا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم ِإ َذا َد َخ َل ْال َخاَل َء‬
)ِ‫ث َو ْال َخبَاِئث‬
"Telah menceritakan kepada kami Amru bin Rafi' berkata, telah menceritakan kepada kami
Isma'il bin 'Ulayyah dari Abdul Aziz bin Shuhaib dari Anas bin Malik ia berkata: Jika Rasulullah
saw masuk WC, beliau mengucapkan, "A'udzu billahi minal hubutsi wal khaba'its (Aku
berlindung kepada Allah swt dari kejahatan setan laki-laki dan setan perempuan)."
Untuk mengetahui kualitas perawi hadis, kita harus mengetahui biografi dari para perawi
tersebut:

Anas bin Malik


Bernama lengkap Anas bin Malik bin an-Nadhr bin Dhamdam bin Zaid bin Haram bin Jundab bin
'Amir bin Ghanm bin 'Adi bin Malik bin Taimullah bin Tsa'labah bin 'Amr bin al-Khazraj. Beliau
lahir pada tahun 10  H (612 M) di Madinah, Arab Saudi. Beliau wafat pada tahun 93 H (712 M) di
Basrah pada usia 103 tahun. Anas bin Malik adalah sahabat yang terakhir meninggal di Basrah.
Anas bin Malik berkhidmat dengan Nabi selama 10 tahun. Nabi juga selalu mendampingi Anas
bin Malik untuk memberi petunjuk ajar pada Anas.
Guru-guru Anas bin Malik antara lain yaitu, beliau berguru langsung kepada Nabi saw, Fatimah
binti Rasulullah saw, Abu Bakar, Umar bin Khattab, Usman bin Affan, Ibnu Abbas dan lain-
lain.sedangkan yang menjadi muridnya antara lain, Ja'far bin Abdullah, Muhammad bin Sirrin,
Ibnu Syihab, Amru bin Abi 'Amru Misarah dan lain-lain. Imam al-Mizzi menyebutkan bahwa
beliau termasuk orang yang sangat hati-hati dalam meriwayatkan hadis yang bersumber dari
Rasulullah saw, dengan menyatkan di akhir riwayatnya dengan perkataan: "atau sebgaimana
yang disabdakan oleh Rasulullah saw". Beliau juga didoakan langsung oleh Rasululah saw.
Beliau adalah orang yang paling baik sifat shalatnya baik dalam kondisi mukim maupun safar,
beliau juga terbiasa berdiri dalam shalatnya dalam aktu yang lama hingga telapak kaki beliau
pecah-pecah. Abu Hurairah pernah berkata: "Aku tidak pernah melihat sosok sifat shalatnya
paling mirip dengan Nabi melebihi Ibnu Ummi Sulaim (yakni Anas)".

  Abdul 'Aziz bin Shuhaib


Beliau adalah 'Abdul 'Aziz bin Shuhaib al-Banany. Belum ditemukan kejelasan mengenai tahun
lahirnya. Beliau merupakan tabi'in kalangan biasa dan semasa hidup ia tinggal di Bashrah. Guru
beliau adalah (beliau meriayatkan hadis dari) Anas bin Malik, Syahr bin Hausyab, 'Abdul Wahid
al-Banany, Knanah bin Naim al-'Aduy, Muhammad bin Ziyad al-Jamahy, Ayyub bin Kisan, Hasan
bin Yasar, Tsabit bin Aslam, 'Abdullah bin 'Abbas bin 'Abdul Mutholib bin Hasyim, Qatadah bin
Da'amah bin Qatadah bin 'Aziz bin 'Amru. Sedangkan yang meriwayatkan hadisnya atau murid
beliau adalah Ibrahim bin Tohman, Utsman bin Ulayyah, Hakim bin Utbah, Said bin Yahya,
Syu'bah bin Hajjaj, 'Abdul warits bin Said, Hammam bin Yahya bin Dinar, Isma'il bin Ibrahim bin
Muqsim, Isma'il bin Umayyah bin 'Amru bin Sa'id bin al-'Ash, dan lainnya.
Dari Ahmad: "Ia tsiqoh", Yahya bin Ma'in berkata: "Ia tsiqoh", Ibnu Sa'd. Al-'Ajli, an-Nasa'i, dan
Ibnu Hajar al-'Asqalani berpendapat bahwa beliau adalah tsiqoh. Abu Hatim berpendapat
bahwa ia shalih.sedangkan Abu Dzahabi berpendapat bahwa ia hujjah. Ibnu Nafi' berkata : "Ia
meninggal pada tahun 130 H.

Isma'il Ibnu 'Ulayyah


Nama lengkapnya adalah Ismail bin Ibrahim bin  Sahimbin Muqsim al-Bishry. Beliau berasal dari
Kuffah, ia lebih dikenal sebagai Ibnu Ulayyah, itu dinisbatkan kepada Ibunya. Beliau juga hidup
di Bashrah dan Baghdad. Beliau lahir pada tahun 110 H dan wafat pada tahun 193 H.  Ia
merupakan tabi'ut tabi'in kalangan pertengahan. Beliau berguru kepada Ishaq bin Suaid
al-'Adwi, Habib bin Syahid, Ayyub bin Kisan, Ja'far bin Hayyan, Hajjaj bin Maisarah,  'Abdul 'Aziz
bin Shuhaib, Hajjaj bin Abi 'Utsman al-Shawwaf, Sufyan al-Tsauri dan Malik bin Anas. Sedangkan
tokoh hadis yang tercatat sebagai muridnya, antara lain: Ahmad bin Muhammad bin Hanbal,
Ishak bin Rahuyah, Syu'bah bin al-Hajjaj, Abd al-Rahman al-Mahdi, Ali bin al-Madani, Utsman
bin Muhammad bin Abi Syaibah dan Yahya bin Ma'in serta anaknya Hammad bin Ismail bin
Ibrahim bin Ulayyah, Amru bin Rafi'.
Mengenai kredibilitas, beliau mendapat pujian dari para ulama. Antara lain, Yunus bin Bukair
dari Syu'bah, ia berkata: Ibnu Ulayyah adalah tuannya para muhaddits. Abu Dawud berkata:
Semua ahli hadits pernah salah dan keliru kecuali Ibnu Ulayyah. Al-Nasa'i berkata: Dia tsiqah
lagi tsabit. Ibnu Hajar berkata: Dia tsiqah lagi seorang hafiz.

Amru bin Rafi'


Bernama lengkap Amru bin Rafi' bin Al-Furrat bin Rafi'. Beliau dari kalangan tabi'ul Atba'
kalangan tua. Semasa hidup, beliau tinggal di Qarqisiya dan wafat pada tahun 237 H. Untuk
tahun kelahirannya belum diketahui pasti. Dalam bidang hadis beliau berguru pada banyak ahli
hadis kenamaan, antara lain: Isma'il bin Ibrahim bin Muqsim, Fadhal bin Musa, Qasim bin Malik,
Jarir bin 'Abdul Hamid bin Jarir bin Qarth, 'Abdullah bin al-Mubarak bin Wadhih, 'Ali bin Tsabit,
Muhammad bin 'Ubaid bin 'Abdurrahman, Marwan bin Mu'awwiyah bin Harits bin Asma',
Hasyim bin Basyir al-Qasim bin Dinar, dan Yahya bin Zakaria bin Khalid bin Maimun bin Fairuz.
Sementara yang menjadi muridnya dalam bidang hadis, antara lain: 'Abdullah bin 'Abdul
Karimbin Yazid bin Farukh, Muhammad bin Idris bin al-Mandzar bin Daud bin Mahran, Ibrahim
bin Yusuf bin Khalid bin Suwaid, 'Ali bin Sa'id bin Basyir bin Mahran, Muhammad bin Ayyub bin
Sinan bin Yahya, Muhammad bin Mas'ud bin al-Harits. Beliau mendapatkan penilaian dari para
ulama. Antara lain: Ibnu Hibban berpendapat baha ia disebutkan dalam 'ats tsiqat. Ibnu Hajar
al-Asqalani berpendapat bahwa beliau adalah tsiqat tsabat. Dan Adz Dzahabi berpendapat
bahwa beliau adalah hafizh.
 Ibnu Majah
Bernama lengkap Muhammad bin Yazid bin Majah al-Qazwini. Beliau lahir pada tahun 209 H
dan wafat pada tahun 273 H. Masa pertumbuhan beliau berada di Qazwin. Ibnu Majah sama
dengan ulama-ulama pengumpul hadis lainnya, beliau mempunyai guru yang sangat banyak
sekali. Diantara guru beliau adalah: 'Ali bin Muhammad ath Thanafusi, Jabbarah bin al
Mughallas, Mush'ab bin 'Abdullah az Zubair, Suwaid bin Sa'id, Abdullah bin Muawwiyah al
Jumahi, Muhammad bin Ramh, Ibrahim bin Mundzir al Hizami, Muhammad bin Abdullah bin
Numair, Abu Bakr bin Abi Syaibah, Hisyam bin 'Ammar, dan Abu Sa'id al Asyaj.
Ibnu Majah meniti jalan ahli ilmu pada zaman tersebut, yaitu mengadakan rihlah dalam rangka
menuntut ilmu. Maka beliau keluar meninggalkan negerinya untuk mendengar hadis dan
menghafal ilmu. Berkeliling mengitari negeri-negeri Islam yang menyimpan mutiara hadis.
Bakat dan minatnya di bidang hadis makin besar. Hal inilah yang membuat Ibnu Majah
berkelana ke beberapa daerah dan negeri guna mencari, mengumpulkan, dan menulis hadis.
Puluhan negeri telah ia kunjuungi, antara lain: Khurasan, Naisabur, Mesir, Syam: Damaskus dan
Himsh, Ar-Ray, Iraq: Baghdad, Kufah, Wasith dan Bashrah.
Keluasan ilmu Ibnu Majah membuat para penuntut ilmu yang haus akan ilmu berkeliling dalam
majlis yang beliau dirikan. Maka sangat banyak sekali murid yang mengambil ilmu darinya,
diantara mereka adalah: Muhammad bin 'Isa al Abhari, Abu Thayyib Ahmad al Baghdadi,
Sulaiman bin Yazid al Fami, 'Ali bin Ibrahim al Qaththan, Ishaq bin Muhammad, Muhammad bin
'Isa ash Shiffar, 'Ali bin Sa'id al 'Aksari, Ibnu Sibuyah, dan Wajdi' Ahmad bin Ibrahim.
Mengenai penilaian ulama tentang dirinya, Al-Hafizh al Khalili menuturkan: "Ibnu Majah adalah
seorang yang tsiqah, muttafaq 'alaih, dapat dijadikan sebagai hujjah, memilki pengetahuan yang
mendalam dalam masalah hadis dan hafalan". Al-Hafizh adz Dzahabi menuturkan: "Ibnu Majah
adalah seorang hafizh yang agung, hujjah dan ahli tafsir". Al-Mizzi menuturkan: "Ibnu Majah
adalah seorang hafizh, pemilik kitab as sunan dan beberapa hasil karya yang bermanfaat". Ibnu
Katsir menuturkan: "Ibnu Majah adalah pemilik kitab as sunan yang masyhur. Ini menunjukkan
amalnya, ilmunya, keluasan pengetahuannya dan kedalamannya dalam hadis serta ittiba'nya
terhadap suunnah dalam hal perkara-perkara dasar maupun cabang.
Suatu hadis dapat dinilai shahih apabila telah memenuhi lima syarat, yaitu rawinya bersifat adil,
sempurna ingatan, sanadnya tidak putus, hadis itu tidak berillat dan tidak janggal. Ada dua
aspek yang diteliti untuk menentukan ketersambungan sanad. Pertama, lambang-lambang
periwayatan yang digunakan, kedua, hubungan periwayat dengan metode periwayatan.
Sebagaimana poin sebelumnya yang memulai kajian sanad atau periwayat dari tingkat sahabat,
maka dalam hal ini penulis juga akan melakukan hal yang sama, yakni Anas bin Malik. Pada
redaksi hadis di atas, jelas bahwa Anas bin Malik menjadi salah satu actor dalam periwayatan di
atas. dia pula yang menceritakan pengalamannya pada generasi berikutnya. Dengan kata lain,
ketersambungan periwayatannya kepada Rasulullah saw sama sekali tidak bisa diragukan.
Selanjutnya hubungan Anas bin Malik dengan perawi berikutnya, Abdul 'Aziz bin Shuhaib,
metode periwayatan yang digunakan yakni 'an, di satu sisi antara keduanya ada hubungan
guru-murid, wilayah domisili  (sama-sama Bashrah) dan masih memungkinkan antara keduanya
terdapat ketersambungan.
Berikutnya, hubungan antara Abdul 'Aziz bin Shuhaib dengan periwayat sesudahnya, Isma'il
Ibnu 'Ulayyah. Meski menggunkan metode periwayatan 'an, tapi dalam konteks ini sama sekali
tidak ada persoalan, mengingat sama-sama menyandang status tsiqah, kesamaan wilayah
domisili (Bashrah), dan pautan umur yang tidak jauh (Isma'il Ibnu 'Ulayyah afat pada tahun 193
H) serta dikuatkan dengan keberadaan data mengeai adanya relasi guru-murid.
Sementara mengenai relasi antara Isma'il Ibnu 'Ulayyah dengan Amru bin Rafi', dari metode
periwayatan yang digunakan, jelas sama sekali tidak ada persoalan, Amru bin Rafi' memilki
kredibilitas yang sangat tinggi, dan dalam periwayatan hadis di atas dia menggunakan metode
‫ حدثنا‬yang dalam kajian hadis merupakan penegasan bahwa ia memang mendengar dari Isma'il
Ibnu 'Ulayyah. Dikuatkan lagi dengan keberadaan data mengenai adanya relasi guru-murid,
mengingat keduanya sama-sama menyandang status tsiqah dan masih memungkinkan antara
keduanya terdapat ketersambungan serta  pautan umur yang tidak jauh (Amru bin Rafi' afat
pada tahun 237 H).
Dan yang terakhir Ibnu Majah, belum ada yang meragukan kredibilitasnya yang tinggi. Bahkan
karya Sunan yang dia tulis, dinilai sebagai salah satu kitab induk yang enam atau yang sembilan
(Kutub Sittah, atau Kutub Tis'ah). Mengenai periwayatan yang dia terima dari Amru bin Rafi',
bahwa memang tidak ada persoalan. Antara Ibnu Majah dan Amru bin Rafi' pautan umur yang
masih memungkinkan adanya interaksi (Ibnu Majah lahir pada tahun 209 H dan wafat pada
tahun 273 H).

Das könnte Ihnen auch gefallen