Sie sind auf Seite 1von 26

LAPORAN PRAKTIKUM

FISIKA DASAR

JUDUL PERCOBAAN : KOEFISIEN GESEK

NAMA PRAKTIKAN : ENI TRISNIA


NIM/GRUP : 2012210008/2
TANGGAL PRAKTIKUM : 19 MEI 2023
ASISTEN : LUTFY ARISANDI

LABORATORIUM KIMIA-FISIKA DASAR


UNIVERSITAS INTERNASIONAL SEMEN INDONESIA
TAHUN AKADEMIK 2022/2023

i
DAFTAR ISI

Daftar Isi .......................................................................................................... i


Daftar Gambar ................................................................................................ ii
Daftar Tabel ..................................................................................................... iii
Bab I Pendahuluan .......................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ....................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................. 1
1.3 Tujuan Praktikum................................................................................... 1
Bab II Tinjauan Pustaka ................................................................................. 2
2.1 Gaya Gesek ............................................................................................ 2
2.2.1 Gaya Gesek Kinetik2 .......................................................................... 2
2.2.2 Gaya Gesek Statis3 ............................................................................. 2
2.2 Faktor yang Mempengaruhi Gaya Gesek ................................................ 3
2.2.1 Permukaan Benda ............................................................................... 4
2.2.2 Koefisien Gesek .................................................................................. 5
2.2.3 Kemiringan Bidang ............................................................................. 5
2.2.4 Gaya Normal ....................................................................................... 6
2.3 Gaya yang Bekerja Pada Bidang ............................................................ 6
2.4 Hukum Newton ..................................................................................... 7
2.4.1 Hukum Newton I................................................................................. 8
2.4.2 Hukum Newton II ............................................................................... 8
2.4.3 Hukum Newton III .............................................................................. 9
Bab III Metodologi Penelitian ....................................................................... 11
3.1 Alat dan Bahan .................................................................................... 11
3.2 Langkah Kerja ..................................................................................... 11
Bab IV Hasil dan Pembahasan ..................................................................... 12
4.1 Tabel Pengamatan dan Perlakuan ......................................................... 12
4.2 Hasil Analisa........................................................................................ 14
4.3 Pembahasan……………………………………………………………..14
Bab V Penutup................................................................................................. 18
5.1 Kesimpulan ............................................................................................. 18
Daftar Pustaka ................................................................................................. 19
Lampiran ......................................................................................................... 20
Skema Kerja20 .................................................................................................. 12
Skema Alat21 .................................................................................................... 13
Apendiks22 ....................................................................................................... 14
Literatur ............................................................................................................ 24

ii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Pengukuran Balok Pejal ........................................................................ 12


Gambar 2. Penimbangan Balok Pejal ..................................................................... 13
Gambar 3. Menyeluncurkan Balok Pejal ................................................................ 13
Gambar 4. Pengukuran Bidang Miring ................................................................... 13
Gambar 5. Pengukuran Sudut Bidang Miring ......................................................... 13
Gambar 6. Menyeluncurkan Balok Pejal ................................................................ 13

iii
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Tabel Perlakuan dan Pengamatan Balok Pejal .................................... 13


Tabel 2. Tabel Perlakuan dan Pengamatan Bidang Miring ............................... 14
Tabel 3. Tabel Hasil Pengamatan Balok Pejal dan Bidang Miring ................... 14
Tabel 4. Hasil Pengamatan pada Sudut dan Waktu .......................................... 14

iv
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Gaya gesek selalu ada dalam kehidupan sehari-hari karena pada setiap aktifitas yang
dilakuan selalu ada sentuhan baik pada makhluk hidup maupun benda mati. Aktifitas
berjalan juga dipengaruhi oleh gara gesek antara kakidengan lantai atau tanah. Jika tidak
ada gesekan antara kaki dengan tanah, makaakan licin dan kemungkinan tidak akan bisa
berjalan karena tergelincir. Gaya gesek adalah gaya non konservatif yang bekerja pada
dua permukaan yang saling bergerak satu sama lain. (Alonso, 1994)
Ketika dua benda saling bersinggungan satu dengan yang lainnya, apabila diamati
pergerakannya seperti dilawan oleh suatu gaya. Fenomena ini adalah gesekan (friction);
sedangkan gaya yang bekerja di dalamnya disebut gaya gesek (friction force). Gesekan
atau friction adalah bentuk dari hilangnya energi yang terjadi diantara dua permukaan
yang saling kontak dan bergerak relatif, dan sering dinyatakan sebagai gaya yang
melawan. Gesekan diuraikan dengan koefisien gesek (µ). Koefisien gesek adalah suatu
fungsi area kontak antara dua permukaan, sifat dan kekuatan yang saling mempengaruhi.
Gesekan juga dipengaruhi oleh beban dan kondisi permukaan. Topografi permukaan
suatu material sebenarnya jika dilihat secara mikro adalah tidak rata. Koefisien gesek
antara permukaan secara normal meningkat dengan meningkatnya temperatur dan
menurunnya beban.. Pada hampir semua kasus koefisien gesek rendah akan mendorong
ke arah menurunnya laju keausan.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas dalam praktikum di dapatkan rumusan masalah
sebagai berikut :
1. Bagaimanakah dinamika benda pada bidang miring?
2. Bagaimana cara untuk menentukan koefisien gesek pada suatu bidang miring?
1.3 Tujuan Percobaan
Di dapatkan tujuan dari praktikum adalah sebagai berikut:
1. Mempelajari dinamika benda di bidang miring.
2. Menentukan koefisien gesekan kinetik balok pada bidang miring.

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Gaya Gesek
Gaya gesek adalah gaya yang berarah melawan gerak benda atau arah
kecenderungan benda akan bergerak. Gaya gesek muncul apabila dua buah benda
bersentuhan. Gaya gesek antara dua buah benda padat misalnya gaya gesek statis
dan kinetis. Gaya gesek dapat merugikan dan juga dapat bermanfaat. Bila
permukaan suatu benda saling kontak, maka permukaan bergerak terhadap benda
lainnya dan menimbulkan gaya tangensial disebut gaya gesek (Rusmardi, 2008).
Gaya gesekan adalah gaya yang berbanding lurus dengan kondisipelumasan pada
permukaan benda kerja yang bersinggungan.

Secara mikroskopis, gaya gesek disebabkan oleh interaksi melalui


terbangunnya gaya ikat antara molekul-molekul yang berada dipermukaan suatu
benda dengan molekul-molekul pada permukaan benda yang lain ketika keduanya
saling bersentuhan. Benda yang dapat bersentuhan atau bergesekan ini dapat
berupa benda padat, cair, dan gas. Gaya gesek antar benda padat yang dapat
dijumpai dalam kehidupan sehari-hari adalah gesekan antara tanah dengan sepatu
yang kita pakai. Antara benda cair dan padat juga dapat terjadi gaya gesek,
misalya saat kita berenang, maka akan terjadi gaya gesek antara sang perenang
dengan air. Begitu pula gaya gesek antara benda padat dengan gas. Misalnya gaya
gesek yang terjadi pada pesawat terbang dan udara. Gaya gesek memliki arah
gerak yang berlawanan dengan kecenderungan benda yang bergerak.(Imam,
2021)

2.1.1 Gaya Gesek Kinetik


Gaya gesek statis (Fgs) adalah gesekan antara dua benda padat yang tidak
bergerak relatif satu sama lainnya. Gaya gesek statis dihasilkan dari sebuah gaya
yang diaplikasikan sebelum benda tersebut bergerak. Ketika tidak ada gesekan
yang terjadi, gaya gesek dapat memiliki nilai dari nol hingga gaya gesek
maksimum. Gaya gesek statis terjadi saat benda dalam keadaan diam atau
tepatnya akan bergerak (Utomo, P., 2013). Koefisien gesek statis dinotasikan
dengan µs (Lebih besar dari koefisien gesek kinetis).(Bahar, 2021)

Gaya gesek kinetis merupakan gaya gesek yang bekerja di dua permukaan
benda yang bergerak dan bergesekan satu sama lainnya. Gaya gesek kinetis ini
mencoba mengurangi kecepatan dari benda yang saling bergesekan tersebut. Gaya
kinetis juga memiliki koefisien gesekan yang jauh lebih kecil dibandingkan
dengan koefisien dari gaya gesek statis. Hal itu dikarenakan memerlukan gaya
yang lebih sedikit untuk bisa mempertahankan benda yang bergerak dari pada
menggerakan benda yang sedang pada posisi diam.

2
2.1.2 Gaya Gesek Statis
Gaya gesek statis (Fgs) adalah gesekan antara dua benda padat yang tidak
bergerak relatif satu sama lainnya. Gaya gesek statis dihasilkan dari sebuah gaya
yang diaplikasikan sebelum benda tersebut bergerak. Ketika tidak ada gesekan
yang terjadi, gaya gesek dapat memiliki nilai dari nol hingga gaya gesek
maksimum. Gaya gesek statis terjadi saat benda dalam keadaan diam atau
tepatnya akan bergerak (Utomo, P., 2013). Koefisien gesek statis dinotasikan
dengan µs (Lebih besar dari koefisien gesek kinetis) (Bahar, 2021)

Ketika tidak ada gerakan yang terjadi, gaya gesek dapat memiliki nilai dari
nol hingga gaya gesek maksimum. Setiap gaya yang lebih kecil dari gaya gesek
maksimum yang berusaha untuk menggerakkan salah satu benda akan dilawan
oleh gaya gesekan yang setara dengan besar gaya tersebut namun berlawanan
arah. Setiap gaya yang lebih besar dari gaya gesek maksimum akan menyebabkan
gerakan terjadi. Menurut Lohat (2008:389) gaya gesekan yang bekerja pada
permukaan benda yang bersentuhan, ketika benda tersebut belum bergerak disebut
gaya gesek statik. Dapat dikatakan bahwa gaya gesek merupakan gaya yang
timbul sejak benda diberi gaya hingga sesaat sebelum benda mulai bergerak.
Lambang dari gaya gesek ini adalah fs. Gaya gesek statis yang maksimum sama
dengan gaya terkecil yang dibutuhkan agar benda dapat mulai bergerak. Ketika
benda telah bergerak, gaya gesek antara dua permukaan akan berkurang sehingga
diperlukan gaya yang lebih kecil agar benda bergerak dengan laju tetap (Imam,
2021)

2.2 Faktor yang mempengaruhi gaya gesek


Faktor faktor yang mempengaruhi gaya gesek yaitu gaya Tarik gaya
normal,keadaan permukaan benda,dan koefisien gesek. Gaya gesek statik selalu
lebih besar dibanding gaya gesek kinetik. Makin besar gaya normal suatu benda
maka gayatarik yang dibutuhkan akan semakin besar. Benda yang memiliki massa
yang besar,memiliki sudut kritis yang lebih kecil dibanding dengan massa yang
lebih ringan,sehingga mengakibatkan benda lebih cepat meluncur pada bidang
miring, karena pada bidang miring gaya gesek statik berbanding terbalik dengan
berat benda. Gaya gesekan kinetik dengan jarak tempuh yang panjang dilalui
balok pada bidang miring,memerlukan waktu yang lebih lama untuk sampai di
ujung bawah bidang, hal ini disebabkan karena benda mengalami gaya kinetik
yang lebih lama dibanding dengan benda yang meluncur dari jarak yang lebih
dekat dari ujung bawah bidang.(Mauldya, 2014)

Arah gaya gesek yang terjadi berlawanan dengan arah gerakan benda, makin
kasar permukaan benda yang saling bergesekan makin besar gaya gesek yang
terjadi. Selain itu esarnya gaya gesek ditentukan oleh dua faktor yaitu kekasaran

3
permukaan benda yang saling bersentuhan. Pada permukaan yang licin besar gaya
gesek lebih kecil daripada gaya gesek yang terjadi pada permukaan yang kasar.
Dengan demikian menarik/mendorong benda di atas lantai semen lebih mudah
daripada menarik/mendorong benda di atas tanah. kekasaran permukaan benda
yang saling bersentuhan dinyatakan dengan istilah koefisien gesek, makin kasar
permukaan benda yang saling bersentuhan makin besar koefisien geseknya. Berat
benda yang bergesekan. menarik/mendorong kursi lebih mudah daripada
menarik/mendorong meja. Hal ini menunjukkan bahwa besar gaya gesek pada
benda yang ringan lebih kecil daripada besar gaya gesekan pada benda yang lebih
berat. (Mauldya, 2014).

2.2.1 Permukaan Benda


Gaya gesek selalu bekerja pada permukaan benda padat yang saling
bersentuhan, sekalipun benda tersebut sangat licin. Permukaan benda yang sangat
licin pun sebenarnya sangat kasar dalam skala mikroskopis. Ketika sebuah benda
bergerak, tonjolan-tonjolan miskroskopis ini mengganggu gerak tersebut. Pada
tingkat atom, sebuah tonjolan pada permukaan menyebabkan atom-atom sangat
dekat dengan permukaan lainnya, sehingga gaya-gaya listrik di antara atom dapat
membentuk ikatan kimia, sebagai penyatu di antara dua permukaan benda yang
bergerak. Ketika sebuah benda bergerak, misalnya ketika anda mendorong sebuah
buku pada permukaan meja, gerakan buku tersebut mengalami hambatan dan
akhirnya berhenti. Hal ini disebabkan karena terjadi pembentukan dan pelepasan
ikatan tersebut (Giancoli, 2001:102).

Jika permukaan suatu benda bergesekan dengan permukaan benda lain,


masing-masing benda tersebut mengerjakan gaya gesek antara satu dengan yang
lain. Gaya gesek pada benda yang bergerak selalu berlawanan arah dengan arah
gerakan benda tersebut. Selain menghambat gerak benda, gesekan dapat
menimbulkan aus dan kerusakan. Hal ini dapat kita amati pada mesin kendaraan.
Misalnya ketika kita memberikan minyak pelumas pada mesin sepeda motor,
sebenarnya kita ingin mengurangi gaya gesekan yang terjadi di dalam mesin. Jika
tidak diberi minyak pelumas maka mesin kendaraan kita cepat rusak. Contoh ini
merupakan salah satu kerugian yang disebabkan oleh gaya gesek (Giancoli,2001:
102).

2.2.2 Koefisien Gesekan


Koefisien gesek adalah suatu fungsi area kontak antara dua permukaan, sifat
dan kekuatan yang saling mempengaruhi. Koefisien gesek antara permukaan
secara normal meningkat dengan meningkatnya temperatur dan menurunnya
beban. Hilangnya energi pada gesekan dapat mendorong kearah meningkatnya

4
temperatur atau deformasi kontak area. Pada hampir semua kasus koefisien gesek
rendah akan mendorong ke arah menurunnya laju keausan. Koefisien gesek tidak
memiliki satuan. Dengan demikian, koefisien gesek tidak memiliki satuan Ada
banyak faktor yang mempengaruhi koefisien gesek kinetis ban yaitu gaya vertikal
dari ban terhadap aspal, permukaan jalan, kecepatan,kendaraan, lebar kontak
tapak ban terhadap jalan, tekanan udara pada bernilai koefisien gesekan
dipengaruhi oleh permukaan bidang sentuh. Semakin kasar bidang sentuh maka
nilai koefisien gesekan akan semakin besar. Sebaliknya jika permukaan bidang
licin maka koefisien gesekan akan semakin kecil (Fitrianto, 2015).

Koefisien gesekan juga merupakan besaran yang di pengaruhi kekasaran


dari dua permukaan yang saling bersentuhan. Koefisien gesek statis biasanya
lebih tinggi daripada koefiseien dinamis. Sedangkan koesfisien gaya gesek
dinamis adalah kekasaran medan ketika benda sedang bergerak. Derajat kekasaran
berubah dari ke µ karena gaya yang di berikan pada benda. Koefisien gesekan
benda ini juga di pengaruhi oleh permukaan bidang yang di gunakan (Fitrianto,
2015).

2.2.3 Kemiringan Bidang


Semakin besar sudut kemiringannya maka semakin besar koefisien gesek
statisnya, namun untuk koefisien gesek kinetik terjadi sebaliknya.Koefisien gesek
suatu benda dapat ditentukan dengan mengukur sudut kemiringan longsor benda
tersebut pada suatu bidang.Kemiringan bidang mempengaruhi pada koefesien
gesek. Jika kemiringan tinggi maka benda akan menggelincir lebih cepat,
dibandingkan dengan bidang yang cenderung rata. Kemiringan bidang
disesuaikan dengan benda yang akan diseluncurkan. Karena, jika sudut semakin
besar benda akan lebih cepat turun jika diseluncurkan. Kemiringan bidang perlu
di uji sebelum digunakan (Ftrianto, 2015).

Bidang miring ialah istilah untuk menyatakan bidang datar yang


membentuk suatu sudut berasal bagian atas ke tanah. Jika suatu benda ditaruh
dalam bidang miring, benda akan jatuh kebawah yg disebabkan oleh gaya
gravitasi. tapi waktu dua bersentuhan bekerja gaya gesek, jadi terdapat 2
kemungkinan yang terjadi. Pertama benda akan tetap diam Jika gaya berat benda
tidak lebih besar dari gaya gesek statis. ke 2 benda bergerak dengan akselerasi
tertentu sebab gaya berat benda lebih besar asal gaya gesek statis (Ainiyah,
2018).Di saat benda berada pada bidang miring, saat diberi gaya tetapi benda
belum beranjak hingga akan berkecimpung, terdapat gaya gesek statis yang
arahnya berlawanan menggunakan arah gaya. namun karena nilai gaya gesek
statis dan gaya gesek kinetis tergantung pada nilai gaya normal (N) serta nilai gaya

5
normal dipengaruhi kemiringan bidang, maka nilai fs dan fk memperhatikan sudut
kemiringan bidang pula (Ftrianto, 2015).

2.2.4 Gaya Normal


Semua benda pasti akan memiliki gaya normal walau dalam keadaan
apapun. Gaya normal merupakan gaya yang dialami suatu benda pada keadaan
apapun dan arah gayanya tegak lurus dengan bidang. Dalam suatu contoh kita
dapat melihat suatu gaya normal pada benda dalam keadaan diam Misalnya suatu
kotak makan yang diletakkan diatas timbangan. Kotak makan tersebut tetap diam
sedangkan timbangan menunjukan suatu angka. Hal tersebut menunjukan bahwa
wadah makan tersebut tetap meliki gaya gravitasi. Tetapi jika wadah makanan
tersebut memiliki gaya gravitasi, mengapa tidak bergerak? Jawaban kenapa
wadah makanan yang memiliki gravitasi namun tidak bergerak adalah karena
benda tersebut memiliki gaya lain yang disebut gaya normal yang arahnya
berlawanan dengan bidang datar (Pujayanto, 2015).

Gaya normal juga dapat di definisikan sebagai gaya yang mencegah benda
objek untuk 'jatuh' ke apa pun yang didudukinya. Arah vektor gaya normal selalu
tegak lurus ke permukaan yang bersentuhan kontak dengan benda. Sebagai
contoh, jika ada balok di atas lantai, maka dikatakan bahwa balok mengalami gaya
normal yang diberikan oleh lantai; dan karena adanya gaya ini, balok tidak jatuh
ke lantai. Arah gaya normal pada balok ke atas tegak lurus terhadap lantai. Secara
umum gaya normal dapat didefinisikan gaya yang bekerja pada suatu bidang yang
bersentuhan dengan benda yang memiliki arah tegak lurus terhadap bidang
tersebut. nama lain dari gaya normal adalah gaya sentuh. Gaya tersebut disebut
gaya sentuh karena sifat gaya ini bekerja saat bersentuhan dengan bidang lainnya
j (Pujayanto, 2015).

2.3 Gaya yang bekerja pada bidang miring


Gaya-gaya yang bekerja dalam gerak benda pada bidang miring meliputi gaya
normal (N), berat benda (w), dan gaya (F) yang menarik atau mendorong benda.
Selain itu, pada bidang miring yang kasar terdapat juga dua jenis gaya gesek yaitu
gaya gesek kinetis dan gaya gesek statis. Gaya-gaya yang bekerja dalam gerak
benda pada bidang miring dapat diuraikan ke sumbu x dan sumbu y. Resultan
gaya yang bekerja dalam gerak benda pada bidang miring sama dengan resultan
gaya pada sumbu x dan sumbu y. Di mana sumbu x untuk gerak benda pada
bidang miring adalah garis yang sejajar dengan bidang miring. Sedangkan sumbu
y dalam gerak benda pada bidang miring adalah garis yang tegak lurus dengan
bidang miring (Santoso, 2021).

Terdapat dua gaya yang bekerja pada bidang miring, yaitu gaya kinetik dan
statis. Gaya gesekan antara dua permukaan yang diam relatif terhadap satu sama

6
lain disebut gesekan statis. Gaya gesekan antara dua permukaan yang melawan
satu sama lain disebut gesekan kinetis. Gaya gesekan statis maksimum sama
dengan gaya terkecil yang diperlukan untuk sebuah benda untuk mulai bergerak
gaya gesekan antara kedua permukaan biasanya berkurang sehingga diperlukan
gaya yang lebih kecil untuk menjaga agar benda bergerak beraturan. Bila sebuah
benda dalam keadaan diam pada suatu bidang datar, dan bidang tempat benda
tersebut dimiringkan perlahan-lahan sehingga membentuk sudut θ sampai benda
tepat akan bergerak, koefisien gesekan statik yang didapatkan antara benda dan
bidang diberikan oleh persamaan: µs = tan θc. Dengan θc adalah sudut pada saat
benda tepat akan bergerak, yang disebut sudut kritis. Koefisien gesekan statik
merupakan nilai tangen sudut kemiringan bidang, dengan keadaan benda tepat
ketika meluncur (Santoso, 2021).

2.4 Hukum Newton


Hukum gerak Newton adalah hukum sains yang ditentukan oleh Sir Isaac
Newton mengenai sifat gerak benda. Hukum gerak Newton itu sendiri merupakan
hukum yang fundamental. Artinya, pertama hukum ini tidak dapat dibuktikan dari
prinsip-prinsip lain, kedua hukum ini memungkinkan kita agar dapat memahami
jenis gerak yang paling umum yang merupakan dasar mekanika klasik.dalam
kehidupan sehari-hari, gaya merupakan tarikan atau dorongan. Misalnya, pada
waktu kita mendorong atau menarik suatu benda atau kita menendang bola,
dikatakan bahwa kita mengerjakan suatu gaya dorong pada mobil mainan.Pada
umumnya benda yang dikenakan gaya mengalami perubahan-perubahan lokasi
atau berpindah tempat (Joko, 2014).

Hukum-hukum Newton adalah hukum yang mengatur tentang gerak. Hukum


gerak Newton itu sendiri merupakan hukum yang fundamental. Artinya, pertama
hukum ini tidak dapat dibuktikan dari prinsip-prinsip lain. Kedua, hukum ini
memungkinkan kita agar dapat memahami jenis gerak yang paling umum yang
merupakan dasar mekanika klasik. Hukum gerak Newton adalah tiga hukum yang
menjadi dasar mekanika klasik. Hukum ini menggambarkan hubungan antara
gaya yang bekerja pada suatu benda dan gerak yang disebabkannya. Ketiga
hukum gerak ini pertama dirangkum oleh Isaac Newton dalam karyanya
Philosophi Naturalis PrincipaMathematica, pertama kali ditebitkan pada 05 Juli
1687 (Joko, 2014).

2.4.1 Hukum Newton I


Bunyi Hukum 1 Newton “Jika resultan dari gaya-gaya yang bekerja pada
benda sama dengan nol maka benda diam akan tetap diam dan benda bergerak
lurus beraturan akan tetap bergerak lurus beraturan " Hukun Newton Pertama

7
Sebagai Hukum Kelembaman Hukum pertama Newton menyatakan bahwa
sebuah benda dalam keadaan diam atau bergerak dengan kecepatan konstan akan
tetap diam atau akan terus bergerak dengan kecepatan konstan kecuali ada gaya
eksternal yang bekerja pada benda itu. Kecenderungan ini digambarkan dengan
mengatakan bahwa benda mempunyai kelembaman. Benda yang mula-mula diam
akan mempertahankan keadaan diamnya (malas bergerak), dan benda yang mula-
mula bergerak akan mempertahankan keadaan bergeraknya (malas berhenti ).
Sifat benda yang cenderung mempertahankan keadaan geraknya (diam atau
bergerak) inilah yang disebut kelembaman atau inersia ( kemalasan). Oleh karena
itu hukum pertama Newton disebut juga hukum Kelembaran atau Hukum inersia
(Joko, 2014).

Hukum pertama newton telah dibuktikan oleh para astronout pada


saatberada di luar angkasa. Ketika seorang astronout mendorong sebuah pensil
(pensil mengambang karena tidak ada gaya gravitasi),pensil tersebut bergerak
lurus dengan laju tetap dan baru berhenti setelah menabrak dinding pesawat luar
angkasa. Hal ini disebabkan karena di luar angkasa tidak ada udara, sehingga tidak
ada gaya gesek yang menghambat gerak pensil tersebut. contohnya juga dalam
kehidupan sehari hari adalah Apabila mobil bergerak maju secara tiba-tiba, maka
tubuh akan sempoyongan ke belakang, demikian juga ketika mobil tiba-tiba
direm,tubuh akan sempoyongan ke depan. Hal ini diakibatkan karena tubuh
memiliki kecenderungan untuk tetap diam jika diam dan juga memiliki
kecenderungan untuk terus bergerak jika telah bergerak (Joko, 2014).

2.4.2 Hukum Newton II


Bunyi Hukum II Newton percepatan yang ditimbulkan oleh gaya yang
bekerja pada suatu benda berbanding lurus dengan besar gaya itu (searah dengan
gaya itu) dan berbanding terbalik dengan massa benda tersebut. Secara matematis
dapat ditulis Dimana:

F= gaya, Satuannya N m = massa, Satuannya Kg

a = Percepatan, Satuannya ms

Hukum kedua Newton menetapkan hubungan antara besaran dinamika gaya dan
massa dan besaran kinematika percepatan, kecepatan, dan perpindahan. Gaya
adalah suatu pengaruh pada sebuah benda yang menyebabkan benda mengubah
kecepatannya, artinya dipercepat. Arah gaya adalah arah percepatan yang
disebabkan jika gaya itu adalah satu-satunya gaya yang bekerja pada benda
tersebut. Besarnya gaya adalah hasil kali massa benda dan besarnya percepatan
yang dihasilkan gaya. Massa adalah sifat intristik sebuah benda mengukur
resistensinya terhadap percepatan (Joko, 2014).

8
Hukum II Newton menyatakan hubungan antara gerak benda dengan
penyebabnya, yaitu gaya. Perhatikan bahwa Hukum II Newton mencakupi
Hukum | Newton, yaitu apabila ΣF = 0, maka percepatan alias o = 0. Jadi apabila
tidak ada gaya total alias resultan gaya yang bekerja pada benda maka benda akan
diam apabila benda tersebut sedang diam; atau benda tersebut bergerak dengan
kecepatan tetap, jika benda sedang bergerak. Ini merupakan bunyi Hukum I
Newton. Setiap gaya F merupakan vektor yang memiliki besar dan arah.
Persamaan hukum II Newton di atas dapat ditulis dalam bentuk komponen pada
koordinat xyz alias koordinat tiga dimensi, antara lain: ΣF=ma, F=ma, ΣF = ma
(Joko, 2014).

2.4.3 Hukum Newton III


Hukum III Newton tentang gerak menyatakan bahwa bila suatu benda
melakukan gaya pada benda lainnya, maka akan menimbulkan gaya yang
besarnya sama dengan arah yang berlawanan. Dengan kata lain, Hukum III
Newton ini berbunyi: Gaya aksi Gaya aksi “gaya reaksi. = gaya yang bekerja pada
benda. Gaya reaksi = gaya reaksi benda akibat gaya aksi.” Untuk setiap gaya aksi
yang dilakukan, selalu ada gaya reaksi yang besarnya sama tetapi arahnya
berlawanan, atau gaya interaksi antara dua buah benda selalu sama besar tetapi
berlawanan arah. Harus selalu diingat bahwa pasangan gaya yang dimaksudkan
dalam Hukum III Newton ini bekerja pada dua benda yang berbeda. Gaya mana
yang merupakan gaya reaksi pada dasarnya tidak dapat ditentukan. Namun
demikian, biasanya dalam soal fisika disebutkan bahwa gaya aksi adalah gaya
yang kita lakukan, meskipun sebenarnya bisa dipertukarkan (Joko, 2014).

Hukum ketiga menyatakan bahwa tidak ada gaya timbul di alam semesta
ini, tanpa keberadaan gaya lain yang sama dan berlawanan dengan gaya itu. Jika
sebuah gaya bekerja pada sebuah benda (aksi) maka benda itu akan mengerjakan
gaya yang sama besar namun berlawanan arah (reaksi). Dengan kata lain gaya
selalu muncul berpasangan. Tidak pernah ada gaya yang muncul sendirian.
Sebagai Contoh, ketika kita berjalan, telapak kaki kita mendorong tanah
kebelakang (aksi). Sebagai reaksi, tanah mendorong telapak kaki kita ke depan,
sehingga kita berjalan kedepan. Contoh lain, Ketika seseorang mendayung
perahu, pada waktu mengayunkan dayung. pendayung mendorong air ke belakang
(aksi). Sebagai reaksi, air memberi gaya pada dayung kedepan sehingga perahu
bergerak kedepan (Joko, 2014).

9
BAB III

METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Alat dan Bahan


Adapaun alat dan bahan yang di gunakan dalam praktikum sebagai berikut :
1. Papan 1 buah
2. Balok Pejal 1 buah
3. Stopwatch 1 buah
4. Meteran 1 buah
5. Busur 1 buah
6. Neraca 1 buah
7.
3.2 Cara Kerja
Cara kerja pada praktikum ini sebagai berikut :
1. Menimbang massa balok kayu
2. Mengukur panjang papan bidang miring dan balok kayu
3. Merangkai alat
4. Meluncurkan balok mulai dari ujung hingga dasar bidang
5. Menghitung waktu yang ditempuh balok pada langkah (3) untuk
mendapatkan percepatan
6. Ulangi langkah (1-4) sebanyak tiga kali
7. Ulangi langkah langkah (1-5) dengan massa balok pejal yang berbeda

10
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Analisis Data

Pada percobaan yang telah di lakukan telah di dapatkan hasil data pengamatan
dan perlakuan sebagai berikut :

4.1.1 Balok Pejal

Perlakuan Pengamatan

Mengukur balok pejal menggunakan meteran

Menyiapkan balok
pejal

Gambar 1. Pengukuran Balok Pejal

Menimbang balok Menimbang balok pejal dengan neraca ohauss


pejal

Gambar 2. Penimbangan Balok Pejal

Meluncurkan balok Balok pejal diluncurkan sebanyak lima kali pada setiap
pejal pada bidang sisinya (halus dan kasar) dengan sudut kemiringan 38˚,
miring 42˚, dan 45˚ diatas bidang miring.

11
Gambar 3. Meluncurkan Balok Pejal

Tabel 1. Tabel Perlakuan dan Pengamatan Balok Pejal

4.1.2 Bidang Miring

Tabel 2. Tabel Perlakuan Dan Pengamatan Bidang Miring


Perlakuan Pengamatan

Mengukur panjang bidang miring menggunakan meteran

Menyiapkan papan
bidang miring

Gambar 4. Pengukuran Bidang Miring

Mengatur sudut Mengatur sudut bidang dengan cara diukur menggunakan


bidang miring busur

Gambar 5. Pengukuran Sudut

Bidang miring Bidang mirng yang telah di ukur sudutnya akan di gunakan
dipersiapkan sebagai sebagai permukan untuk mengukur koefisien gesek balok
permukaan untuk pejal.
balok pejal

Gambar 6. Menyeluncurkan Balok Pejal

12
4.2 Hasil Pengamatan

Percobaan yang telah di lakukan terdapat beberapa hasil pengamatan percobaan


sebagai berikut :

4.2.2 Hasil Pengamatan pada Balok Pejal dan Bidang Miring

Tabel.4 Tabel Hasil Pengamatan Balok Pejal dan Bidang Miring

Massa Balok Panjang Bidang


No Panjang Balok Pejal Jarak
Pejal Miring
1 59,5 gr 8 cm 60 cm 52 cm
2 59,5 gr 8 cm 60 cm 52 cm
3 59,5 gr 8 cm 60 cm 52 cm
Rata-Rata 60 gr 8cm 60 cm 52 cm

Tabel 5. Hasil Pengamatan pada Sudut dan Waktu

No Bidang Sudut t₁ t₂ t₃ t₄ t₅ Rata-rata Waktu


1 38˚ 0,25 0,25 0,19 0,25 0,23 0,2365
2 Kasar 42˚ 0,19 0,23 0,25 0,19 0,22 0,2165
3 45˚ 0,15 0,17 0,22 0,15 0,22 0,185
4 38˚ 0,17 0,29 0,19 0,25 0,23 0,208
5 Halus 42˚ 0,16 0,17 0,16 0,17 0,18 0,168
6 45˚ 0,15 0,21 0,12 0,13 0,13 0,146

Tabel 6. Hasil kecepatan, percepatan


Bidang Sudut Kcepatan Percepatan µk
38° 0,32 0,20 0,54
Kasar 42° 0,73 1,03 0,69
45° 0,91 1,60 0,93
38° 0,55 0,58 0,50
Halus 42° 0,89 1,54 0,62
45° 1,23 2,94 0,72

4.3 Pembahasan
Pada praktikum koefisien gesek yang dilakukan diperoleh beberapa data. Massa
balok pejal diukur dan di dapatkan rata-rata yaitu 59,5 gram. Ukuran panjang balok

13
pejal diukur menggunakan meteran sebanyak tiga kali dengan rata- rata 8 cm dan
lebar balok 3 cm. Sedangkan pada bidang miring didapatkan panjang 60 cm.
Panjang lintasan balok yang harus ditempuh balok pejal adalah sejauh 52 cm.
Tahapan tersebut adalah prosedur awal dalam melakukan praktikum koefisien
gesek.
Setelah melakukan tahapan awal, kemudian dilakukan praktikum dengan
menyeluncurkan balok pejal di papan bidang miring dengan sudut 38°, 42°, 45° di
masing-masing sisinya sebanyak lima kali. Dari praktikum tersebut diperoleh
kecepatan balok pejal sisi kasar berturut-turut 0,236 m/s; 0,2165 m/s; 0,185 m/s
dengan percpatan -9,366 m/s²; 11,145 m/s²; 6.04 m/s². Kemudian data pada bagian
halus berturut-turut diperoleh kecepatan 0,208 m/s; 0,168 m/s; 0,146 m/s dan
percepatan 12,01 m/s²; 18,42 m/s²; 24,39 m/s².
Dari data yang diperoleh, akan dilakukan penghitungan kecepatan, percepatan,
dan koefisien geseknya (µk). Kecepatan merupakan perpindahan yang ditempuh
oleh sebuah benda dalam waktu tertentu. Pada balok bagian halus gaya gesek yang
ditimbulkan besar, sehingga kecepatan benda turun akan lebih cepat. Sedangkan
pada bagian kasar gaya gesek cenderung lebih kecil, sehingga benda jatuh lebih
lambat. Begitupula dengan percepatan terjadi sama dengan kecepatan. Dari
percepatan dan kecepatan akan diperoleh koefisien geseknya, namun terdapat
kesalahan yang menjadikan hasil dari data praktikum minus, waktu yang terdapat
pada praktikum terlalu cepat sehingga di dapatkan hasil minus.

14
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Setelah di lakukan praktikum tentang koefisien gesekan permukaan miring
dapat di simpulkan bahwa dinamika suatu benda pada permukaan bidang miring di
pengaruhi oleh sudut permukaan miring itu sendiri. Semakin kecil sudut kemiringan
maka semakin lama waktu yang di butuhkan balok untuk meluncur. Begitupun
sebaliknya, Semakin besar sudutnya, semakin sedikit waktu yang dibutuhkan balok
untuk meluncur. Sisi kasar pada balok juga mempengaruhi kecepatan sisi kasar
balok membutuhkan waktu lama jika bersentuhan lali dengan bidang miring.

15
DAFTAR PUSTAKA

Anggreani, L. (2015). Gaya Normal. Banten: Scribd.id.

Fitrianto, M. (2015). Pengujian koefisian gesek permukaan plat baja st37 pada bidang
miring terhadap viskositas pelumas dan kekasaran permukaan . Semarang:
Universitas Wahid Hasyim.

Pujayanto. (2015). DIagram Gaya Normal. semarang: uns.ac.id.

Santoso, I. H. (2021). Penerapan gaya gesek pada kehidupan. semarang: jurnal.uns.ac.id.

Setiawan, D. (2013). Penerapan Bidang Miring Untuk mengetahui konsepsi dan


keterampilan proses siswa smk tehadap gaya gesek. Semarang: uns.ac.id.

16
SKEMA KERJA

Balok Pejal

Diukur panjang balok pejal menggunakan meteran

Ditimbang massa balok pejal dengan neraca ohaus

Diukur papan bidang miring dengan


menggunakanmeteran

Diatur besar sudut 38°,42°,45menggunakan


aplikasi inclinometer

Diseluncurkan sisi kasar bidang miring


sebanyak lima kali

Diseluncurkan sisi halus bidang miring


sebanyak lima kali

Dicatat rata-rata waktu setiap peluncuran balok


pejal

Dilakukan penghitungan kecepatan dan


percepatandari data yang diperoleh

Hasil

17
SKEMA ALAT

No Skema Percobaan Keterangan

Melakukan pengukuran massa dan panjang


1
balok pejal

Menghitung panjang bidang miring dan


2
mengatur sudutnya

Neraca ohaus untuk menghitung massa


3
balok

Meteran digunakan untuk mengukur


4 panjang balok pejal dan papan bidang
miring

Busur digunakan untuk mengukur papan


5
bidang miring

6 Untuk menghitung kecepatan balok pada


bidang miring

18
APENDIKS

Perhitungan kecepatan pada variable kasar


1,18
𝑣 30˚ = = 0,236 s
5
1,08
𝑣 42˚ = = 0,216 s
5
0,9
𝑣 48˚ = = 0,18 s
5

Perhitungan kecepatan pada variable halus


1,04
𝑣 30˚ = = 0,208 s
5
10,84
𝑣 42˚ = = 0,168 s
5
0,73
𝑣 48˚ = = 0,146 s
5

Perhitungan percepatan pada variable kasar


𝑠 0,52
𝑣 38˚ = 𝑡 2 = (0,236)2 = 9,336 m/𝑠 2
𝑠 0,52
𝑣 42˚ = 𝑡 2 = (0,216)2 = 11,145 m/𝑠 2
𝑠 0,52
𝑣 45˚ = 𝑡 2 = (0,18)2 = 16,04 m/𝑠 2

Perhitungan percepatan pada variable halus


𝑠 0,52
𝑣 38˚ = 𝑡 2 = (0,208)2 = 12,01 m/𝑠 2
𝑠 0,52
𝑣 42˚ = 𝑡 2 = (0,168)2 = 18,42 m/𝑠 2
𝑠 0,52
𝑣 45˚ = 𝑡 2 = (0,146)2 = 24,39 m/𝑠 2

𝒂
µk = tan 𝜽 ( - 𝒈 𝐜𝐨𝐬 𝜽)

Perhitungan koefisien gesek pada variable halus


12,01
Pada 𝜃 38˚ = µk = tan 38˚ - (9,8 .cos 38) = -0,773
18,42
Pada 𝜃 42˚ = µk = tan 42˚ - (9,8 .cos 42) = -1,628
24,39
Pada 𝜃 45˚ = µk = tan 45˚ - (9,8 .cos 45) = -2,51

19
Perhitungan koefisien gesek pada variable kasar
9,336
Pada 𝜃 38˚ = µk = tan 38˚ - (9,8 .cos 38) = -0,42
11,145
Pada 𝜃 42˚ = µk = tan 42˚ - (9,8 .cos 42) = -0,62
16,04
Pada 𝜃 45˚ = µk = tan 45˚ - ( ) = -1,31
9,8 .cos 45

20
\
LITERATUR

21
22

Das könnte Ihnen auch gefallen