Sie sind auf Seite 1von 38

HUKUM PERLINDUNGAN KONSUMEN

 UU No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen


Pasal 1 (1)
“Perlindungan konsumen adalah segala upaya yang menjamin adanya kepastian hukum untuk
memberi perlindungan kepada konsumen”
 Ada dua jenis perlindungan yang diberikan kepada konsumen, yaitu :
1. Perlindungan Preventif
Perlindungan yang diberikan kepada konsumen pada saat konsumen tersebut akan membeli
atau menggunakan atau memanfaatkan suatu barang dan atau jasa tertentu
2. Perlindungan kuratif
Perlindungan yang diberikan kepada konsumen sebagai akibat dari penggunaan atau
pemanfaatan barang atau jasa tertentu oleh konsumen.
 Tujuan perlindungan konsumen
1. Mengangkat harkat dan martabat konsumen dengan cara menghindarkan dari ekses negatif
pemakaian barang atau jasa.
2. Meningkatkan kesadaran, kemampuan dan kemandirian konsumen untuk melindungi diri
3. Menumbuhkan kesadaran pelaku usaha mengenai pentingnya perlindungan konsumen
4. Menciptakan sistem perlindungan konsumen yang mengandung unsur kepastian hukum dan
keterlibatan informasi serta akses untuk mendapatkan informasi
5. Meningkatkan pemberdayaan konsumen dalam memilih, menentukan dan menuntut hak-
hak sebagai konsumen
6. Meningkatkan kualitas barang dan jasa
 Asas perlindungan konsumen
1. Asas Manfaat
Dimaksudkan untuk mengamankan bahwa segala upaya dalam penyelenggaraan
perlindungan konsumen harus memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi kepentingan
konsumen dan pelaku usaha secara keseluruhan.
2. Asas Keadilan
Kesempatan kepada konsumen dan pelaku usaha untuk memperoleh haknya dan
melaksanakan kewajiban secara adil.
3. Asas keseimbangan,
Dimaksudkan untuk memberikan keseimbangan antara kepentingan konsumen, pelaku
usaha, dan pemerintah dalam arti material maupun spiritual
4. Asas keamanan dan keselamatan konsumen,
Dimaksudkan untuk memberikan jaminan atas keamanan dan keselamatan kepada
konsumen dalam penggunaan, pemakaian dan pemenfaatan barang dan/atau jasa yang
dikonsumsi atau digunakan
5. Asas kepastian hukum,
Dimaksudkan agar baik pelaku usaha maupun konsumen mentaati hukum dan memperoleh
keadilan dalam penyelenggaraan perlindungan konsumen, serta negara menjamin kepastian
hukum yang digunakan.
UU No. 8/1999 tentang UUPK Pasal 12
“Konsumen adalah setiap orang, pemakai barang dan/ atau jasa, yang tersedia dalam masyarakat, baik
bagi kepentingan diri sendiri, keluarga orang lain, maupun mahluk hidup lain, dan tidak untuk
diperdagangkan.”
 Kepentingan konsumen
1. Peningkatan kualitas dan pemerataan jangkauan pelayanan kesehatan.
2. Perbaikan gizi masyarakat, meningkatkan kualitas hunian dan lingkungan hidup.
3. Persyaratan minimum bagi perusahaan dan pemukiman yang layak, sehat, aman dan serasi
dengan lingkungan
4. Menghasilkan barang yang bermutu, peningkatan kualitas dan pemerataan pendidikan.
 Hak – hak konsumen diatur dalam UU No.8 th 1999
1. Hak atas kenyamanan dan keselamatan dalam mengkonsumsi barang.
2. Hak untuk memilih barang dan/atau jasa serta mendapatkan barang dan/atau jasa tersebut
sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan barang dan/atau jasa.
3. Hak atas informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang
dan/atau jasa.
4. Hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang dan/atau jasa yang digunakan
5. Hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang dan/atau jasa yang digunakan
6. Hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan dan upaya penyesuaian sengketa
perlindungan konsumen secara patut
7. Hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi dan/ atau penggantian
8. Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundangan lainnya
 Kewajiban konsumen diatur dalam UU No.8 th 1999
1. Membaca,mengikuti petunjuk atau prosedur
2. Beritikad baik dalam transaksi
3. Membaca sesuai dengan nilai tukar
4. Mengikuti upaya penyelesaian hukum sengketa perlindungan konsumen secara patut
 UU No. 8/1999 tentang UUPK Pasal 1 :
Pelaku usaha adalah setiap orang perseorangan atau badan usaha, baik yang berbentuk badan
hukum maupun bukan badan hukum yang didirikan dan berkedudukan atau melakukan kegiatan
dalam wilayah hukum negara Republik Indonesia, baik sendiri maupun bersama-sama melalui
perjanjian menyelenggarakan kegiatan usaha dalam berbagai bidang ekonomi.
 Hak Pelaku Usaha
1. Hak untuk menerima pembayaran
2. Hak untuk mendapat perlindungan hukum dari tindakan konsumen yang beritikad tidak
baik.
3. Hak untuk melakukan pembelaan diri
4. Hak untuk rehabilitasi nama baik
5. Hak – hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya.
 Kewajiban Pelaku Usaha
1. Beritikad baik dalam melakukan 4. Menjamin Mutu Barang
kegiatan usahanya 5. Memberi kesempatan konsumen menguji
2. Memberi Info yang Benar 6. Memberi kompensasi
3. Melayani Konsumen dengan Benar
 Larangan Pelaku Usaha Diatur Dalam UU No. 8 Tahun 1999 Pasal 8
1. Larangan dalam memproduksi atau memperdagangkan
Cth : Tidak sesuai dengan standar yang dipersyaratkan, Tidak sesuai dengan berat bersih di
label, dll.
2. Larangan dalam menawarkan atau mengiklankan barang secara tidak benar
Cth : Seolah barang telah memenuhi standar, dalam keadaan baru, telah memiliki sponsor,
dll.
3. Larangan dalam periklanan
Cth : Memuat informasi yang salah, tidak memuat info resiko, mengelabui konsumen
tentang kualitas barang, dll.
 Tahapan Transaksi Konsumen
1. Tahap Transaksi Konsumen
2. Tahap Purna Transaksi Konsumen
3. Tahap Pratransaksi Konsumen
 Klausula Baku dalam Perjanjian Pasal 18 UU No. 8 Th 1999
“Klausula Baku adalah setiap aturan atau ketentuan dan syarat-syarat yang telah dipersiapkan
dan ditetapkan terlebih dahulu secara sepihak oleh pelaku usaha yang dituangkan dalam suatu
dokumen dan / atau perjanjian yang mengikat dan wajib dipenuhi oleh konsumen.”
 Pelaku Usaha Dilarang Mencatumkan Klausula Baku apabila
1. Menolak Penyerahan Kembali Barang 3. Melakukan Tindakan Sepihak
2. Pengalihan Tanggung Jawab 4. Mengatur Perihal Pembuktian
 Tanggung Jawab Pelaku Usaha
Gugatan terhadap pelaku usaha akibat kerugian konsumen akan muncul apabila :
1. Produk yang cacat
2. Kurang cermat dalam berproduksi
 Tanggung Jawab Pelaku Usaha
Ganti rugi sebagaimana dimaksud pada UUPK No.8 Tahun 1999 dapat berupa pengembalian
uang atau penggantian barang dan/atau jasa yang sejenis atau setara nilainya, atau perawatan
kesehatan dan/atau pemberian santunan yang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
 Pasal 27 UU Perlindungan Konsumen
Hal yang dapat membebaskan pelaku usaha dari tanggung jawab kerugian yang diderita
konsumen:
1. Barang terbukti tidak diedarkan
2. Cacat timbul dikemudian hari
3. Cacat timbul akibat ditaatinya ketentuan kualifikasi barang
 Pembinaan dan Pengawasan Pasal 29-30 UU No. 8 Th 1999
Pembinaan dilakukan oleh menteri yang ruang lingkup tugas dan tanggung jawabnya adalah
bidang perdagangan. Pembinaan itu meliputi :
1. Terciptanya iklim usaha dan timbulnya hubungan yang sehat antara pelaku usaha dan
konsumen
2. Berkembangnya lembaga perlindungan konsumen swadaya masyarakat
3. Meningkatan kualitas sumber daya manusia serta meningkatnya kegiatan penelitian dan
pengembangan di bidang perlindungan konsumen
4. Pengawasan dilakukan oleh pihak masyarakat dan lembaga perlindungan konsumen
swadaya masyarakat dengan tetap melibatkan pemerintah.
 Badan Perlindungan Konsumen Nasional Pasal 31-43 UU No. 8 Th 1999
 Dalam rangka mengembangkan upaya perlindungan konsumen dibentuklah Badan
Perlindungan Konsumen Nasional (BPKN), yang berkedudukan di Ibu Kota Negara
Republik Indonesia (Jakarta) dan bertanggung jawab kepada Presiden.
 Fungsi dari Badan Perlindungan Konsumen Nasional ini adalah memberikan saran dan
pertimbangan kepada pemerintah dalam upaya mengembangkan perlindungan konsumen di
Indonesia.
 Tugas-tugas BPKN diatur lebih detail oleh pasal 34 UU No. 8 Tahun 1999
 LSM Konsumen Swadaya Masyarakat Pasal 44 UU No. 8 Th 1999
LSM dilibatkan dan berperan aktif dalam mewujudkan hak-hak konsumen sebagaimana
ditentukan pasal 44.
Tugas LSM adalah meliputi kegiatan-kegiatan :
1. Menyebarkan informasi dalam rangka meningkatkan kesadaran atas hak dan kewajiban dan
kehatihatian konsumen dalam mengkonsumsi barang dan/atau jasa
2. Memberikan nasihat kepada konsumen yang memerlukannya
3. Bekerja sama dengan instansi terkait dalam upaya mewujudkan perlindungan konsumen
4. Membantu konsumen dalam memperjuangkan haknya, termasuk menerima keluhan atau
pengaduan konsumen
5. melakukan pengawasan bersama pemerintah dan masyarakat terhadap pelaksanaan
perlindungan konsumen
 Penyelesaian Sengketa Diatur dalam UUPK No. 8 Tahun 1999, Pasal 45-48
Cara penyelesaian sengketa konsumen memberikan manfaat bagi konsumen, pelaku usaha
maupun pemerintah, yaitu:
1. Mendapatkan ganti rugi
2. Melindungi konsumen lain agar tidak mengalami kerugian yang sama
3. Agar pelaku usaha lebih mementingkan kepentingan konsumen
4. Pengaduan dapat menjadi tolak ukur untuk perbaikan mutu
5. Dapat sebagai informasi dari adanya produk tiruan
 Penyelesaian sengketa
Penyelesaian sengketa konsumen dapat ditempuh melalui pengadilan atau di luar pengadilan
berdasarkan pilihan sukarela para pihak yang bersengketa. Penyelesaian sengketa konsumen
tidak menutup kemungkinan penyelesaian damai oleh para pihak yang bersengketa di luar
Pengadilan. Penyelesaian sengketa konsumen di luar pengadilan diselenggarakan untuk
mencapai kesepakatan mengenai bentuk dan besarnya ganti rugi dan/atau mengenai tindakan
tertentu untuk menjamin tidak akan terjadi kembali atau tidak akan terulang kembali kerugian
yang diderita oleh konsumen. Penyelesaian sengketa konsumen melalui pengadilan mengacu
pada ketentuan tentang peradilan umum yang berlaku dalam KUHAP dan HIR.
 Badan penyelesaian sengketa konsumen (BPSK) UU No. 8/1999 tentang UUPK Bab XI:
BPSK adalah badan yang bertugas menangani dan menyelesaikan sengketa antara Pelaku Usaha
dan Konsumen. Pemerintah membentuk BPSK di Daerah Tingkat II (kecuali DKI Jakarta).
Keanggotaannya paling sedikit 3 (tiga) orang dan paling banyak 5 (lima) orang, yang terdiri
atas unsur pemerintah, unsur konsumen, dan unsur pelak usaha. Untuk menangani dan
menyelesaikan sengketa komsumen, BPSK membentuk Majelis, yang jumlahnya harus ganjil
dan sedikit-dikitnya 3 (tiga) orang yang mewakili semua unsur serta dibantu oleh seorang
panitera. Putusan majelis ini bersifat final dan mengikat. Artinya, dalam penyelesaian sengketa
konsumen tidak ada upaya banding dan kasasi ekonomi.

 Tugas dan wewenang badan penyelesaian sengketa konsumen (BPSK)


1. Melaksanakan penanganan dan penyelesaian sengketa konsumen, dengan cara melalui
mediasi atau arbitrase atau konsiliasi
2. Memberi konsultasi perlindungan konsumen; melakukan pengawasan terhadap
pencantuman klausula baku
3. Melaporkan kepada penyidik umum apabila terjadi pelanggaran ketentuan dalam UU
Perlindungan Konsumen
4. Menerima pengaduan baik tertulis maupun tidak tertulis, dari konsumen tentang terjadinya
pelanggaran terhadap perlindungan konsumen
5. Melakukan penelitian dan pemeriksaan sengketa perlindungan konsumen;
 Penyelesaian Sengketa Melalui BPSK Penyidikan [Pasal 59]
Yang dapat melakukan penyidikan berkaitan dengan masalah perlindungan konsumen adalah :
Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia; dan
Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan instansi pemerintah yang lingkup tugas dan
tanggung jawabnya di bidang perlindungan konsumen juga diberi wewenang khusus sebagai
penyidik
Sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Hukum Acara Pidana yang berlaku. Penyidik
Pejabat Pegawai Negeri Sipil memberitahukan dimulainya penyidikan dan hasil penyidikannya
kepada Penyidik Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia, kemudian menyampaikan hasil
penyidikan kepada Penuntut Umum melalui Penyidik Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia
 Sanksi-sanksi UU No. 8 Tahun 1999 mengatur Sanksi dalam tiga hal :
1. Sanksi Administratif [Pasal 60 ]
BPSK dapat menjatuhkan sanksi pelanggar Pasal 19 ayat 2 dan ayat 3, Pasal 20, Pasal 25,
dan Pasal 26. Ganti rugi Rp 200.000.000 (dua ratus juta rupiah).
2. Sanksi Pidana [Pasal 61-62 ]
Tuntutan pidana dapat dilakukan terhadap pelaku usaha dan/atau pengurusnya dengan
pidana penjara paling lama 2 – 5 tahun atau pidana denda sampai dengan Rp ,00 (dua miliar
rupiah).
3. Sanksi Tambahan [Pasal 63]
Dapat dijatuhkan hukuman tambahan, berupa:
a. perampasan barang tertentu;
b. pengumuman keputusan hakim;
c. pembayaran ganti rugi; dll.
HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL (HKI)
 PENGERTIAN HKI
1. Wipo
kekayaan intelektual meliputi hak hak yang berkaitan dengan karya-karya sastra, seni dan
ilmiah, invensi dlm segala bidang usaha manusia, penemuan ilmiah, desain industri, merek
dagang, merek jasa, tanda dan nama komer sial, pencegahan persaingan curang dan hak-hak
lain hasil kegiatan intelektual di bidang ilmu pengetahuan, kesasteraan dan kesenian (pasal
2 ayat viii)
2. Hukum Indonesia
Hak eksklusif yang diberikan pemerintah sebagai hasil yang diperoleh dari kegiatan
intelektual manusia dan sebagai tanda yang dipergunakan dalam kegiatan bisnis serta
termasuk ke dalam hak tak berwujud yg memiliki nilai ekonomi
3. Konvensi Paris :
Sebagai perlindungan hukum kekayaan industri meliputi paten, paten sederhana, desain
industri, merek dagang, nama dagang, indikasi asal serta penanggulangan persaingan curang
(ps. 1 bis)
Istilah HaKI atau Hak atas Kekayaan Intelektual merupakan terjemahan dari Intellectual
Property Right (IPR), sebagaimana diatur dalam undang - undang No. 7 Tahun 1994 tentang
pengesahan W T O ( Agreement Establishing The Wo rl d Trade Organization).
Pengertian Intellectual Property Right sendiri adalah pemahaman mengenai hak atas
kekayaan yang timbul dari kemampuan intelektual manusia, yang mempunyai hubungan
dengan hak seseorang secara pribadi yaitu hak asasi manusia (human right). Objek yang diatur
dalam HK I adalah karya- karya yang timbul atau lahir karena kemampuan intelktual manusia.

 DASAR HUKUM
1. Undang-und ang Nomor 7/1994 tentang Pengesah an Agreement Establishing the Wo r ld
Trade Organization (WTO)
2. Undang-und ang Nomor 13/2016 tentang Hak Paten
3. Undang-und ang Nomor 28/2014 tentang Hak Cipta
4. Undang-und ang Nomor 20/2016 tentang M erek
5. Undang- undang Nomor 30/2000 tentang Rahasia Dagang
6. Undang-und ang Nomor 31/2000 tentang Desain Industri
7. Undang- undang Nomor 32/2000 tentang Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu
8. Undang- undang Nomor 29/2000 tentang Perlindungan Varietas Tanaman
9. Undang- undang Nomor 11/2019 tentang sistem nasional Ilmu Penget ahuan dan Teknologi

 FUNGSI DAN PENTINGNYA HAKI


1. Sebagai perlindungan hukum terhadap pencipta dan karya ciptanya
2. Meningkatkan kompetisi dan memperluas pangsa pasar
3. Sebagai bentuk antisipasi pelanggaran haki
4. Memiliki hak monopoli
 PERAN HAKI
1. Sebagai alat persaingan dagang
Terutama bagi negara maju agar tetap dapat menjaga posisinya menguasai pasar
internasionaldengan produk barangnya
2. Alat Peningkatan Kesejahteraan Perekonomian Masyarakat
khususnya para peneliti yang mempuny ai temuan yang diindustrikan yaitu dengan
mendapatkan imbalan berupa royalti.
3. Alat Pendorong Kemajuan IPTEK
Dengan inovasi-inovasi baru yang dapat di industrikan

 TUJUAN PERLINDUNGAN KEKAYAAN INTELEKTUAL MELALUI HAKI


1. Memberi kejelasan hukum mengenai hubungan antara kekayaan dengan inventor, pencipta,
desaine r, pemilik, pemakai, perantara yang menggunakannya, wilayah kerja
pemanfaatannya dan yang menerima akibat pemanfaatan HKI untuk jangka waktu tertentu.
2. Memberikan penghargaan atas suatu keberhasilan dari usaha atau upaya menciptakan suatu
karya intelektual.
3. Mempro mo s ikan publikasi invensi atau ciptaan dalam bentuk do kumen HKI yang terbuka
bagi masyarakat.
4. Merangsang terciptanya upaya alih info rmasi melalui kekayaan intelektual serta alih
teknologi melalui paten.
5. Memberikan perlindungan terhadap kemungkinan ditiru karena adanya jaminan dari negara
bahwa pelaksanaan karya intelektual hanya diberikan kepada yang berhak

 MACAM – MACAM HAKI


1. Hak cipta (copyright)
Hak Cipta adalah hak eksklusif pencipta yang timbul secara otomatis berdasarkan prinsip
deklaratif setelah suatu ciptaan diwujudkan dalam bentuk nyata tanpa mengurangi
pembatasan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Untuk mendapatkan
perlindungan melalui Hak Cipta, tidak ada keharusan untuk mendaftarkan. Pendaftaran
hanya semata-mata untuk keperluan pembuktian belaka. Dengan demikian, begitu suatu
ciptaan berwujud, maka secara otomatis Hak Cipta melekat pada ciptaan tersebut
Ketentu an: UNDANG - UDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2014
TENTANG HAK CIPTA Su by ek Hak Cipta meliputi : Pencipta dan Pemegang Hak Cipta
Oby ek Hak Cipta : Ciptaan (hasil karya pencipta)
Fungsi Hak Cipta
Hak cipta berfungsi menghargaisuatu karya dan mendorong pencipta karya tersebut untuk
menghasilkan karya baru.
Tujuan dari pelaksanaan hukum hak cipta adalah melindungi hak eksklusif, hak moral,
dan ekonomi bagi pencipta karya. Berikut penjelasannya:
1. Hak Eksklusif adalah hak pembuat karya untuk mengontrol mekanisme kepemilikan
juga distribusi dari karyanya. Hak eksklusif berarti siapa pun yang ingin menggunakan,
menyalin, memperbanyak, dan menjual suatu karya cipta harus mendapatkan izin
terlebih dahulu dari pembuatnya.
2. Hak moral berarti walaupun karya tersebut telah dibeli, pembeli harus tetap
mencantumkan nama pembuat karya. Hak moralmembuat karya akan selalu lekat
dengan siapa pembuatnya.
3. Hak ekonomi berarti pembuat karya berhak mendapatkan imbalan ekonomi dari pihak-
pihak yang menggunakan karyanya.
Lingkup hak cipta
Ciptaan yang Dilindungi Pasal 40 (1) Ciptaan yang dilindungi meliputi Ciptaan dalam
bidang ilmu pengetahuan, seni, dan sastra, terdiri atas:
a. buku, pamflet, perwajahan karya tulis yang diterbitkan, dan semua hasil karya tulis
lainnya:
b. ceramah, kuliah, pidato, dan Ciptaan sejenis lainnya;
c. alat peraga yang dibuat untuk kepentingan pendidikan dan ilmu pengetahuan;
d. lagu dan/atau musik dengan atau tanpa teks;
e. drama, drama musikal, tari, koreografi, pewayangan, dan pantomim;
f. karya seni rupa dalam segala bentuk seperti lukisan, gambar, ukiran, kaligrafi, seni
pahat, patung, atau kolase;
g. karya seni terapan; h. karya arsitektur;
h. peta;
i. karya seni batik atau seni motif lain;
j. karya fotografi;
k. Potret;
l. karya sinematograh;
m. terjemahan, adaptasi, aransemen, transformasi, atau modihkasi ekspresi budaya
tradisional;
n. kompilasi Ciptaan atau data, baik dalam format yang dapat dibaca dengan Program
Komputer maupun media lainnya;
o. kompilasi ekspresi budaya tradisional selama kompilasi tersebutmerupakan karya yang
asli;
p. permainan video; dan
q. ProgramKomputer.
• Ciptaan yang tidak diberi Hak Cipta pasal 42
Sebagai pengecualian terhadap ketentuan di atas, tidak diberikan Hak Cipta untuk hal-
hal berikut:
1. hasil rapat terbuka lembaga-lembaga Negara;
2. peraturan perundang-undangan;
4. pidato kenegaraan atau pidato pejabat Pemerintah;
5. putusan pengadilan atau penetapan hakim; atau
6. keputusan badan arbitrase atau keputusan badan-badan sejenis
BENTUK DAN LAMA PERLINDUNGAN
Bentuk perlindungan yang diberikan meliputi larangan bagi siapa saja untuk mengumumkan
atau memperbanyak ciptaan yang dilindungi tersebut kecuali dengan seijin Pemegang Hak
Cipta. Kantor Sebagai pengecualian, maka dengan menyebut atau mencantumkan sumbernya,
tidak dianggap sebagai pelanggaran Hak Cipta atas:
a. penggunaan Ciptaan pihak lain untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya
ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah dengan tidak
merugikan kepentingan yang wajar dari Pencipta
b. pengambilan Ciptaan pihak lain, baik seluruhnya maupun sebagian, guna keperluan
pembelaan di dalam atau di luar Pengadilan
c. pengambilan Ciptaan pihak lain, baik seluruhnya maupun sebagian, guna keperluan:(i)
ceramah yang sematamata untuk tujuan pendidikan dan ilmu pengetahuan; atau(ii)
pertunjukan atau pementasan yang tidak dipungut bayaran dengan ketentuan tidak
merugikan kepentingan yangwajar dari Pencipta.
d. perbanyakan suatu Ciptaan bidang ilmu pengetahuan, seni, dan sastra dalam huruf braille
guna keperluan para tunanetra, kecuali jika Perbanyakan itu bersifat komersial
e. perbanyakan suatu Ciptaan selain Program Komputer, secara terbatas dengan cara atau alat
apa pun atau proses yang serupa oleh perpustakaan umum, lembaga ilmu pengetahuan atau
pendidikan, dan pusat dokumentasiyang non komersial semata-mata untuk keperluan
aktivitasnya
f. perubahan yang dilakukan berdasarkan pertimbangan pelaksanaan teknis atas karya
arsitektur, seperti Ciptaan bangunang.
g. pembuatan salinan cadangan suatu Program Komputer oleh pemilik Program Komputer
yang dilakukan semata-mata untuk digunakan sendiri
Jangka waktu perlindungan Hak Cipta pada umumnya berlaku selama hidup Pencipta dan
terus berlangsung hingga 50 (lima puluh) tahun setelah Pencipta meninggal dunia,
sedangkan untuk Hak Cipta atas Ciptaan:
a. Program Komputer; d. Database; dan
b. Sinematografi; e. Karya hasil pengalih wujud
c. Fotografi;
berlaku selama 50 (lima puluh) tahun sejak pertama kali diumumkan
PROSEDUR PENDAFTARAN CIPTAAN DI DITJEN HKI, DAPARTEMEN HUKUM DAN
HAM
2. HAK KEKAYAAN INDUSTRI
Hak kekayaan industri adalah hak yang melindungi suatu perusahaan dari berbagai mac
am plagiarisme dan juga dapat mengatur segala sesuatu dalam lingkungan industri.
Jenis perlindungannya berupa Paten, Merek , Desain Industri, Desain Tata Letak Sirkuit
Terpadu, Penanggulangan praktik persaingan curang, Rahasia Dagang, Indikasi Geografis,
dan Perlindungan Vrietas Tanaman

3. MEREK
Merek adalah tanda yang dapat ditampilkan secara grafis berupa gambar, logo, nama, kata,
huruf, angka, susunan warna, dalam bentuk 2 (dua) dimensi dan/ atau 3 {tiga) dimensi,
suara, hologram, atau kombinasi dari 2 (dua) atau lebih unsur tersebut untuk membedakan
barang dan Zatau jasa yang diproduksi oleh orang atau badan hukum dalam kegiatan
perdagangan barang/ atau jasa.
Kententuan: Undang-UndangNo 20 tahun 2016 tentang Merek dan Indikasi Geografis
Ruang
Lingkup Merek:
Ruang lingkup dari merek meliputi merek dagang dan merek jasa. Merek dagang lebih
mengarah pada produk perdagangan berupa barang, sedangkan merek jasa lebih terkait
dengan produk perdagangan berupa jasa. Disamping merek dagang dan merek jasa, juga
dikenal adanya merek kolektif.
Syarat permohonan Merek:
1. Etiket/Label Merek
2. Tanda Tangan Pemohon
3. Surat RekomendasiUKM Binaan atau Surat Keterangan UKM Binaan Dinas (Asli) -
Untuk Pemohon Usaha Mikro dan Usaha Kecil
4. Surat Pernyataan UMK Bermaterai - Untuk Pemohon Usaha Mikro dan Usaha Kecil
Merek tidak dapat didaftar jika:
a. bertentangan dengan ideologi negara, peraturan perundang-undangan, moralitas, agama,
kesusilaan, atau ketertiban umum;
b. sarna dengan, berkaitan dengan, atau hanya menyebut barang danj atau jasa yang
dimohonkan pendaftarannya;
c. memuat unsur yang dapat menyesatkan masyarakat tentang asal, kualitas, jenis, ukuran,
macam, tujuan penggunaan barang danj atau jasa yang dimohonkan pendaftarannya atau
merupakan nama varietas tanaman yang dilindungi untuk barang danjatau jasa yang
sejenis;
d. memuat keterangan yang tidak sesuai dengan kualitas, manfaat, atau khasiat dari barang
danj atau jasa yang diproduksi;
e. tidak merniliki daya pembeda; dan / atau
f. merupakan nama umum dan
g. lambang milik umum.
Terhadap Merek terdaftar yang kemudian menjadi nama generik, setiap Orang dapat
mengajukan Permohonan Merek dengan menggunakan nama generik dimaksud dengan
tambahankata lain sepanjang ada unsur pembeda.
PROSEDUR PENDAFTARAN MEREK

Bentuk dan Lamanya Perlindungan


Menurut pasal35 UU no. 20 Tahun 2016 merek terdaftar mendapat perlindungan hukum
untuk jangka waktu 10 (sepuluh) tahun sejak tanggal penerimaan dan jangka waktu tersebut
dapat diperpanjang untuk jangkawaktu yang sama. Permohonan perpanjangan masih dapat
diajukan dalam jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan setelah berakhirnya jangka waktu
pelindungan Merek terdaftar tersebut dengan dikenai biaya dan denda sebesar biaya
perpanjangan.

Tujuan pengaturan batas waktu perlindungan merek terdaftar selama 10 tahun dan dapat
diperpanjang adalah untuk memastikan merek yang didaftarkan benar-benar digunakan pada
barang/jasa dan barang/jasa tersebut masih diproduksi dan/atau diperdagangkan.
Sebaliknya, UU MIG tidak akan memberikan perlindungan hukum terhadap merek-merek
yang sifatnya hanya untuk didaftar saja tanpa pernah dipergunakan dalam kegiatan produksi
dan/atau perdagangan

Fungsi Merek
a. Fungsi pembeda, yakini membedakan peroduk yang satu dengan peroduk perusahaa
lain
b. Fungsi jaminan reputasi, yakini selain tanda asal usul produk, juga secara pribadi
menghubungkan reputasi produk bermerek tesebut dengan produsenya, sekaligus
memberikan memberikan jaminan kualitas akan peroduk tersebut.
c. Fungsi promosi, yakini merek juga digunakan sebagai sarana memperkenalkan dan
mempertahankan reputasi produk lama yang di perdaggangkan, sekaligus untuk
menguasaipasar.
d. Fungsi rangsangan investasi dan pertumbuhan industri, yakini merek dapat
menunjang petumbuhan industri melalui penanaman modal, baik asing maupun dalam
negeri dalam menghadapi mekanisme pasar bebas yang sudah di alami saat ini.
Fungsi merek dapat dilihat dari sudut produsen, pedagang dan konsumen. Dari segi
produsen merek digunakan untuk jaminan nilai hasil produksinya, khususnya mengenai
kualitas, kemudian pemakaianya, dari pihak pedagang, merek di gunakan untuk promosi
barang-barang dagangannya guna mencari dan meluaskan pasaran, dari pihak konsumen,
merek di gunakan untuk mengadakan pilihan barang yang akan di beli oleh konsumen

4. PATEN
Paten adalah hak eksklusif yang diberikan oleh negara kepada inventor atas hasil
invensinya di bidang teknologi untuk jangka waktu tertentu melaksanakan sendiri invensi
tersebut atau memberikan persetujuan kepada pihak lain untuk melaksanakannya.
Subjek Paten:
1. Invensi adalah ide inventor yang dituangkan ke dalam suatu kegiatan pemecahan
masalah yang spesifik di bidang teknologi berupa produk atau proses, atau
penyempurnaan dan pengembangan produk atau proses.
2. Inventor adalah seorang atau beberapa orang yang secara bersama-sama melaksanakan
ide yang dituangkan ke dalam kegiatan yang menghasilkan Invensi.
Objek Paten: Paten proses dan Paten Produk. Cth. Paten proses: pembuatan tinta.
Ruang lingkup Paten
Penemuan yang dapat diberikan paten, penemuan yang tidak dapat diberikan paten, subjek
paten, hak dan kewajiban pemegang paten dan pengecualian terhadap pelaksanaan paten.
Ketentuan: Undang-UndangNomor 13 Tahun 2016Tentang Paten

Prosedur Pendaftaran Paten Data Dukung yang Diunggah:


o Deskripsi Permohonan Paten dalam Bahasa Indonesia;
o Klaim;
o Abstrak;
o Gambar Invensi(PDF) dan Gambar untuk Publikasi (JPG);
o Surat Pernyataan Kepemilikan Invensi oleh Inventor;
o Surat Pengalihan Hak (jika inventor dan pemohon berbeda atau pemohon merupakan
badan hukum);
o Surat Kuasa (jika diajukan melalui konsultan);
o Surat Keterangan UMK (jika pemohon merupakan usaha mikro atau usaha kecil);
o SK Akta Pendirian (jika pemohon merupakan lembaga pendidikan atau litbang
pemerintah);
o Bentuk dan Lamanya Perlindungan

Dalam Pasal 22 dan Pasal 23 UU no 13 Tahun 2016, Paten diberikan untuk jangka waktu 20
(dua puluh) tahun terhitung sejak Tanggal Penerimaan. Jangka waktu tersebut tidak dapat
diperpanjang. Tanggal mulai dan berakhirnya jangka waktu paten dicatat dan diumumkan
melalui media elektronik dan/ atau media non-elektronik. Paten sederhana diberikan untuk
jangka waktu 10(sepuluh) tahun terhitung sejak Tanggal penerimaan. Jangka waktu
sebagaimana dimaksud pada ayat (l) tidak dapat diperpanjang. Tanggal mulai dan
berakhirnya jangka waktu paten sederhana dicatat dan diumumkan melalui media elektronik
dan/ atau media non-elektronik
5. Desain Industri
Desain Industri adalah suatu kreasi tentang bentuk, konfigurasi, atau komposisi garis atau
warna, atau garis dan warna, atau gabungan daripadanya yang berbentuk tiga dimensi atau
dua dimensi yang memberikan kesan estetis dan dapat diwujudkan dalam pola tiga dimensi
atau dua dimensi serta dapat dipakai untuk menghasilkan suatu produk, barang, komoditas
industri, atau kerajinan tangan.

Hak Desain Industri adalah hak eksklusif yang diberikan oleh negara Republik Indonesia
kepada Pendesain atas hasil kreasinya untuk selama waktu tertentu melaksanakan sendiri,
atau memberikan persetujuannya kepada pihak lain untuk melaksanakan hak tersebut.
Ketentuan: Undang-undang Nomor 31 Tahun 2000 Tentang Desain Industri.
Subyek Desain Industri: Pendesainadalah seorang atau beberapa orang yang
menghasilkanDesain Industri.
Obyek Desain Industri : Desain Industri yang terdaftar

Fungsi Desain Industri


Terdapat beberapa manfaat dengan mendaftarkan desain industri, antara lain:
• Mendapatkan legalitas hukum
Bagi pemegang hak akan mendapatkan legalitas hukum berupa hak eksklusif untuk
menjalankan hak yang dimilikinya dan melarang orang lain tanpa persetujuannya membuat,
menggunakan, menjual, mengimpor dan/atau mengedarkan barang yang diberikan hak
desain industri.
• Mencegah adanya pemalsuan
Bila desain industri belum didaftarkan, maka ada kemungkinan ada pihak yang
menduplikasi atau meniru desain tersebut. Nah, dengan mendaftarkan desain industri, dapat
mencegah pemalsuan karena posisi jual pemilik desain menjadi lebih kuat.
• Meningkatkan nilai komersial
Desain industri menjadi aset bisnis yang bisa menambah nilai komersial perusahaan dan
produk yang diproduksi. Semakin sukses desain industri, semakin tinggi nilai perusahaan
tersebut.
• Desain dapat dijual kembali
Untuk desain yang telah dilindungi bisa dilisensikan (dijual) kepada pihak lain. Karena itu
dapat menambah profit.
• Menciptakan persaingan sehat
Dengan mendaftarkan desain industri, maka dapat menciptakan persaingan yang sehat dan
jujur. Dengan begitu, akan bermunculan produk yang secara estetika lebih menarik
Lingkup Hak Desain Industri
Dalam UU No. 31 tahun 2000 Pasal 9
• Pemegang Hak Desain Industri memiliki hak eksklusif untuk melaksanakan Hak Desain
Industri yang dimilikinya dan untuk melarang orang lain yang tanpa persetujuannya
membuat, memakai, menjual, mengimpor, mengekspor, dan/atau mengedarkan barang yang
diberiHak Desain Industri.
• Dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) adalah pemakaian
Desain Industri untuk kepentingan penelitian dan pendidikan sepanjang tidak merugikan
kepentingan yang wajar dari pemegang hak Desain Industri.
Desain Industri yang dapat didaftarkan:
1. Desain Industri yang memiliki kebaruan (novelty) dengan catatan jika pada tanggal
penerimaan permohonan pendaftaran Desain Industri tersebut tidak sama dengan
pengungkapan Desain Industri yang telah ada sebelumnya;Tidak bertentangan dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku, ketertiban umum, agama, atau kesusilaan.

PROSEDURPENDAFTARAN DESAIN INDUSTRI

Data Dukung yang Diunggah : 1. Gambar Desain Industri 2. UraianDesainIndustri 3.


Surat Pernyataan Kepemilikan DesainIndustri 4. Surat Kuasa (jika diajukan melalui
konsultan) 5. Surat Pernyataan Pengalihan Hak (jika pemohon dan pendesain berbeda) 6.
Surat Keterangan UMK (jika pemohon merupakan usaha mikro atau usaha kecil) 7. SK
Akta Pendirian (jika pemohon merupakan lembaga pendidikan atau litbang pemerintah)

Bentuk dan Lamanya Perlindungan


Bentuk perlindungan yang diberikan kepada Pemegang Hak Desain Industri adalah hak
eksklusif untuk melaksanakan Hak Desain Industri yang dimilikinya dan berhak melarang
pihak lain tanpa persetujuannya untuk membuat, memakai, menjual, mengimpor,
mengekspor, dan/atau mengedarkan barang yang telah diberikan Hak Desain Industrinya.
Menurut Pasal 5 UU no 31 Tahun 2000, Perlindungan terhadap hak Desain Industri
diberikan untuk jangka waktu 10 (sepuluh) tahun terhitung sejak tanggal Penerimaan.
Tanggal mulai berlakunya jangka waktu pwelindungan sebagaimana dimaksud dalam
Daftar Umum Desain Industri dan diumumkan dalam Berita Resmi Desain Industri

6. Indikasi Geografis
Indikasi Geografis adalah suatu tanda yang menunjukkan daerah asal suatu barang
dan/atau produk yang karena faktor lingkungan geografis termasuk faktor alam, faktor
manusia atau kombinasi dari kedua faktor tersebut memberikan reputasi, kualitas, dan
karakteristik tertentu pada barang dan/atau produk yang dihasilkan. Tanda yang digunakan
sebagai Indikasi Geografis dapat berupa etiket atau label yang dilekatkan pada barang yang
dihasilkan. Tanda tersebut dapat berupa nama tempat, daerah, atau wilayah, kata, gambar,
huruf, atau kombinasi dariunsur-unsurtersebut.
Objek Perlindungan Indikasi Geografis ini meliputi Sumber Daya Alam, hasil kerajinan
tangan, hasil industri yang dimiliki suatu daerah tetapi tidak dimiliki oleh daerah lain di
Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Hak atas Indikasi Geografis adalah hak eksklusif yang diberikan oleh negara kepada
pemegang hak Indikasi Geografis yang terdaftar, selama reputasi, kualitas, dan karakteristik
yang menjadi dasar diberikannyapelindungan atas Indikasi Geografis tersebut masih ada.

Pemakai Indikasi Geografis adalah pihak yang mendapat izin dari pemegang Hak atas
Indikasi Geografis yang terdaftar untuk mengolah dan/atau memasarkan barang dan/atau
produk Indikasi Geografis. Ketentuan: Undang-UndangNomor 20 Tahun 2016 Tentang
Merek dan Indikasi Geografs

Prosedur Pendaftaraan Indikasi Geografis


Prosedur Pesan kode billing di http://simpaki.dgip.go.id/
Pilih 'Paten, Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu dan Rahasia Dagang' pada jenis pelayanan
Pilih 'Permohonan Pendaftaran Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu'
Pilih 'Umum' atau 'Usaha Mikro dan Usaha Kecil"
Masukkan Data Pemohon dan Data Permohonan (nama, alamat lengkap, email dan nomor
ponsel, dll)
Lakukan pembayaran PNBP melalui ATM/internet banking/m-banking
Buka laman https://loketvirtual.dgip.go.id/Pilih ‘Permohonan DesainTata Letak Sirkuit
Terpadu"
Langkah 1 : masukkan Kode Billing yang sudah dibayarkan
Langkah 2 : klik 'Unggah Dokumen', kemudian lampirkan dokumen persyaratan
Langkah 3 : klik 'Unggah Bukti Bayar', kemudian lampirkan foto/scan bukti pembayaran
Kode Billing Klik ‘Kirim’

7. Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu


Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu adalah kreasi berupa rancangan peletakan tiga
dimensi dari berbagai elemen, sekurang-kurangnya satu dari elemen tersebut adalah elemen
aktif, serta sebagian atau semua interkoneksi dalam suatu sirkuit terpadu dan peletakan tiga
dimensi tersebut dimaksudkan untuk persiapan pembuatan sirkuit terpadu.
Sirkuit terpadu adalah suatu produk dalam bentuk jadi atau setengah jadi, yang di
dalamnya terdapat berbagai elemen dan sekurang-kurangnya satu dari elemen tersebut
adalah elemen aktif, yang sebagian atau seluruhnya saling berkaitan serta dibentuk secara
terpadu di dalam sebuah bahan semikonduktor untuk menghasilkan fungsi elektronik.

Objek DTLST yang dilindungi adalah yang orisinal, desain tersebut merupakan hasil
karya mandiri pendesain, dan pada saat DTLST tersebut dibuat tidak merupakan sesuatu
yang umumbagi para pendesain. Subjek Desain DTLST yaitu Orang yang berhak atas
sebuah hak desain tata letak sirkuit terpadu adalah pendesain atau orangyang menerimahak
tersebut dari pendesain.
Ketentuan: Undang-UndangNomor 32 Tahun 2000

Lingkup Hak Pasal 8


a. Pemegang Hak memiliki hak eksklusif untuk melaksanakan Hak Desain Tata Letak
Sirkuit Terpadu yang dimilikinya dan untuk melarang orang lain yang tanpa
persetujuannya membuat, memakai, menjual, mengimpor, mengekspor dan/atau
mengedarkan barang yang di dalamnya terdapat seluruh atau sebagian Desain yang telah
diberi Hak Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu.
b. Dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) adalah pemakaian
Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu untuk kepentingan penelitian dan pendidikan
sepanjang tidak merugikan kepentingan yang wajar dari pemegang Desain Tata Letak
Sirkuit Terpadu.

Syarat pendaftaran DTLST


o Hasil scan Formulir Permohonan Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu yang sudah diisi
secara lengkap
o Gambar atau foto serta uraian dariDesain Tata Letak Sirkuit Terpadu
o Surat KuasaKonsultan KI Bermaterai(jika menggunakanKonsultan)
o Surat Pernyataan Kepemilikan DTLST

Bentuk dan Lamanya Perlindungan


Bentuk perlindungan yang diberikan kepada Pemegang Hak Desain Tata Letak
Sirkuit Terpadu adalah hak eksklusif untuk melaksanakan hak yang dimilikinya dan
untuk melarang orang lain yang tanpa persetujuannya membuat, memakai, menjual,
mengimpor, mengekspor dan/atau mengedarkan barang yang di dalamnya terdapat seluruh
atau sebagian Desain yang telah diberi Hak Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu.

Perlindungan terhadap Hak Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu diberikan selama 10
(sepuluh) tahun sejak tanggal pendaftaran atau sejak pertama kali desain tersebut
dieksploitasi secara komersial di mana pun
8. Rahasia Dagang
Rahasia Dagang adalah informasi yang tidak diketahui oleh umum di bidang teknologi
dan/atau bisnis, mempunyai nilai ekonomi karena berguna dalam kegiatan usaha, dan dijaga
kerahasiaannya oleh pemilik Rahasia Dagang.

Lingkup Rahasia Dagang Lingkup meliputi metode produksi, metode pengolahan, metode
penjualan, atau informasi lain di bidang teknologi dan/atau bisnis yang memiliki nilai
ekonomi dan tidak diketahui oleh masyarakat umum.

Fungsi Rahasia Dagang


• Untuk digunakan sendiri RahasiaDagang yang dimilikinya
• Memberi lisensi kepada pihak lain atau melarang pihak lain untuk menggunakan Rahasia
Dagang atau mengungkapkan Rahasia Dagang itu kepada pihak ketiga untuk kepentingan
yang bersifat komersial

Pemilik Rahasia Dagang memiliki hak untuk :


a. menggunakan sendiriRahasia Dagang yang dimilikinya;
b. memberikan Lisensi kepada atau melarang pihak lain untuk menggunakan Rahasia
Dagang atau mengungkapkan RahasiaDagang itu kepadapihak ketiga untuk kepentingan
yang bersifat komersial.
Ketentuan: Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2000

9. Apa itu Varietas Tanaman?


Hak Perlindungan Varietas Tanaman (PVT) adalah hak yang diberikan kepada pemulia
dan/atau pemegang hak PVT untuk menggunakan sendiri varietas hasil pemuliaannya atau
memberi persetujuan kepada orang atau badan hukum lain untuk menggunakannya selama
waktu tertentu (Pasal 1 ayat (2) Undang-UndangNomor 29 Tahun 2000 tentang
Perlindungan Varietas Tanaman).

Dengan demikian perlindungan diberikan terhadap varietas tanaman yang dihasilkan oleh
pemulia tanaman melalui kegiatan pemuliaan tanaman. PVT ini merupakan jawaban dari
alternatif perlindungan terhadap tanaman yang diberikan oleh TRIPs.
 Perlindungan Varietas Tanaman (PVT) Perlindungan Varietas Tanaman yang
selanjutnya disingkat PVT, adalah perlindungan khusus yang diberikan negara, yang
dalam hal ini diwakili oleh Pemerintah dan pelaksanaannya dilakukan oleh Kantor
Perlindungan Varietas Tanaman, terhadap varietas tanaman yang dihasilkan oleh
pemulia tanaman melalui kegiatan pemuliaan tanaman.

Hak Perlindungan Varietas Tanaman adalah hak khusus yang diberikan negara kepada
pemulia dan/atau pemegang hak Perlindungan Varietas Tanaman untuk menggunakan
sendiri varietas hasil pemuliaannya atau memberi persetujuan kepada orang atau badan
hukum lain untuk menggunakannya selama waktu tertentu.
 Varietas tanaman yang selanjutnya disebut varietas, adalah sekelompok tanaman
dari suatu jenis atau spesies yang ditandai oleh bentuk tanaman, pertumbuhan tanaman,
daun, bunga, buah, biji, dan ekspresi karakteristik genotipe atau kombinasi genotipe
yang dapat membedakan dari jenis atau spesies yang sama oleh sekurang-kurangnya
satu sifat yang menentukan dan apabila diperbanyak tidak mengalami perubahan.

Subjek Perlindungan Varietas Tanaman Pasal 5 (1): Pemegang hak PVT adalah
pemulia atau orang atau badan hukum, atau pihak lain yang menerima lebih lanjut hak PVT
dari pemeganghak PVT sebelumnya. Ketentuan: Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2009

 Bentuk dan Lamanya Perlindungan Dalam UU No 29 Tahun 2000, Untuk


mendapatkan hak PVT, pemulian atau pihak yang dikuasakan untuk itu harus
mengajukan permohonan hak PVT dengan memenuhi persyaratan yang ditetapkan
dalam undang-undang ini kepada kantor PVT.
 Hak PVT diberikan kepada pemohon untuk jangka waktu 20 (dua puluh) tahun untuk
tanaman semusim atau 25 (dua puluh lima) tahun untuk tanaman tahunan setelah
diberikan Sertifikat hak PVT.
 Untuk mendapatkan Sertifikat hak PVT, permohonan wajib didaftarkan, diperiksa,
diumumkan, dan dicatat oleh kantor PVT. Hak tersebut dapat dilaksanakan sendiri
dan/atau dialihkan kepada pihak lain untuk memanfaatkan varietas tanaman tersebut
secara komersial melalui perjanjian.

 Hak yang diatur dalam undang-undang ini mencakup antara lain memproduksi
atau memperbanyak benih, menyiapkan untuk tujuan propagasi, menjual atau
memperdagangkan, mengekspor dan mengimpor. Kepada pemulia atau pihak lain yang
memperoleh hak PVT diwajibkan untuk melaksanakan di Indonesia
 Apabila hak PVT tidak dilaksanakan tanpa alasan yang sah menurut undang-undang ini,
maka pemegang hak PVT dapat dituntut untuk memberikan Lisensi Wajib kepada pihak
lain yang memenuhi syarat melalui Pengadilan Negeri. Hak PVT berakhir apabila telah
habis jangka waktu berlakunya, dibatalkan, atau dicabut karena syarat-syarat kebaruan
dan keunikan tidak dipenuhi, atau pemegang hak PVT mengajukan permohonan
pencabutan hak PVT-nya secara tertulis. Pihak lain yang dirugikan sehubungan dengan
pemberian hak PVT dapat menuntut pembatalan melalui Pengadilan Negeri.

10. Sistem Nasional Ilmu Pengetahuan dan Teknologi


Sistem Nasional Ilmu Pengetahuan dan Teknologi adalah pola hubungan yang
membentuk keterkaitan secara tererencana, terarah, dan terukur, serta berkelanjutan
antarunsur kelembagaan dan sumber daya sehingga terbangun jaringan ilmu pengetahuan
dan teknologi sebagai satu kesatuan yang utuh dalam mendukung penyelenggaraan ilmu
pengetahuan dan teknologi sebagai landasan ilmiah dalam perumusan dan penetapan
kebijakan pembangunan nasional.
Ilmu Pengetahuandan Teknologi berperan:
a. menjadi landasan dalam perencanaan pembangunannasionai di segala bidang kehidupan
yang berpedoman pada haluan ideologiPancasila:
b. meningkatkan kualitas hidup dan meu,ujudkan keadilan sosial dan kesejahteraan rakyat;
c. meningkatkan ketahanan, kemandirian, dan daya saing bangsa;
d. memajukan peradaban bangsa yang berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa dan
menjaga nilai etika sosial yang berperikemanusiaan; dan
e. melindungi seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia serta melestarikan dan
menjaga keseimbanganalam. Ketentuan: Undang-Undang Nomor11 Tahun 2019

 JENIS PERLINDUNGAN HAK KEKAYAAN INDUSTRI


a. Paten (patent) Berdasarkan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2016 Pasal 1 Ayat 1, Paten
adalah hak eksklusif yang diberikan oleh negara kepada inventor atas hasil invensinya di
bidang teknologi untuk jangka waktu tertentu melaksanakan sendiri invensi tersebut atau
memberikan persetujuan kepada pihak lain untuk melaksanakannya.
b. Merek (trademark) Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016 Pasal 1 Ayat 1,
Merek adalah tanda yang dapat ditampilkan secara grafis berupa gambar, logo, nama, kata,
huruf, angka, susunan warna, dalam bentuk 2 (dua) dimensi dan/atau 3 (tiga) dimensi, suara,
hologram, atau kombinasi dari 2 (dua) atau lebih unsur tersebut untukmembedakan barang
dan/atau jasa yang diproduksi oleh orang atau badan hukum dalamkegiatan perdagangan
barang dan/atau jasa.
c. Desain industri (industrial design) Berdasarkan Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2000
Pasal 1 Ayat 1, Desain Industri adalah suatu kreasi tentang bentuk konfigurasi, atau
komposisi garis atau warna, atau garis dan warna, atau gabungan daripadanya yang
berbentuk tiga dimensi atau dua dimensi yang memberikan kesan estetis dan dapat
diwujudkan dalam pola tiga dimensi atau dua dimensi serta dapat dipakai
untukmenghasilkan suatu produk, barangkomoditas industri, ataukerajinan tangan.
d. Penanggulangan praktik persaingan curang (repression of unfair competition),
Undang-undnag No.5 Tahun 1999, yang didalam nya menyebutkan praktik persaingan
curang seperti monopoli, kartel (hambatan horizontal), perjanjian tertutup, serta merger.
e. Desain tata letak sirkuit terpadu (layout design of integrated circuit) Berdasarkan
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2000 Pasal1 Ayat 1, Sirkuit Terpadu adalah suatu
produk dalam bentuk jadi atausetengah jadi, yang di dalamnya terdapat berbagai elemen dan
sekurang-kurangnya satu dari elemen tersebut adalah elemen aktif, yang sebagian atau
seluruhnya saling berkaitan serta dibentuk secara terpadu di dalam sebuah bahan
semikonduktor yang dimaksudkan untuk menghasilkan fungsi elektronik.
f. Rahasia dagang (trade secret) Menurut Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2000 pasal 1
ayat 1, Rahasia Dagang adalah informasi yang tidak diketahui oleh umum dibidang
teknologi dan/atau bisnis, Mempunyai nilai Ekonomi karena berguna dalam kegiatan usaha,
dan dijaga kerahasiaannya oleh pemilik Rahasia Dagang.
g. Indikasi Geografis, Berdasarkan Undang-Undang No. 20 Tahun 2016 Pasal 1 Ayat 6,
Indikasi Geografis adalah suatu tanda yang menunjukkan daerah asal suatu barang dan/atau
produk yang karena faktor lingkungan geografis termasuk faktoralam, faktormanusia atau
kombinasi dari kedua faktortersebut memberikan reputasi, kualitas, dan karakteristik
tertentu pada barang dan/atauproduk yang dihasilkan.
h. Perlindungan Vrietas Tanaman, Undang-Undang No.29 Tahun 2000, Perlindungan
Varietas Tanaman yang selanjutnya disingkat PVT, adalah perlindungan khusus yang
diberikan negara yang dalam hal ini diwakili oleh Pemerintah dan pelaksanaannya
dilakukan oleh Kantor Perlindungan Varietas Tanaman, terhadap varietastanaman yang
dihasilkan oleh pemulia tanaman melalui kegiatan pemuliaan tanaman.

 SISTEM PERLINDUNGAN HKI


1. Sistem hki merupakan private rights atau hak privat
2. Dengan demikian seseorang bebas untuk mengajukan permohonan perlindungan hki
3. Khusus hak cipta perlindungan hukum ada sejak ciptaan diekspresikan kepada umum

 PRINSIP HKI
1. Prinsip keadilan
2. Prinsip kebudayaan
3. Prinsip sosial
4. Prinsip ekonomi

 SIMBOL TERKAIT HKI


1. Trade mark, yaitu produk atau merek yang sedang dalam pengajuan kepemilikan
2. Service mark, yaitu menandai suara unik yang ada dalam suatu film
3. Copyright, yaitu kepemilikan hak cipta
4. Registered mark, yaitu sudah terdaftar dengan legal hak atas kekayaan intelektual

 PENYELESAIAN SENGKETA HAKCIPTA


1. Hak Cipta adalah hak eksklusif pencipta yang timbul secara otomatis berdasarkan prinsip
deklaratif setelah suatu ciptaan diwujudkan dalam bentuk nyata tanpa mengurangi
pembatasan sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-Undangan (Pasal 1 angka 1
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta (UUHC)).
Apabila dalam bidang hak cipta ini timbul suatu sengketa antara pihak yang berselisih,
maka penyelesaian sengketa hak cipta dapat dilakukan melalui alternatif penyelesaian
sengketa, arbitrase, atau pengadilan (Pasal 95 ayat 1 UUHC).
Secara garis besar bentuk penyelesaian sengketa dibagi menjadi dua bagian, yaitu D.Y.
Witanto, dalam buku “Hukum Acara Mediasi (Dalam Perkara Perdata di Lingkungan
Peradilan Umum dan Peradilan Agama Menurut PERMA No. 1 Tahun 2008 tentang
Prosedur Mediasi di Pengadilan)

 BENTUK PENYELESAIAN SENGKETA HAK CIPTA SECARA LITIGASI


(PERADILAN)
Gugatan Perdata
1. Pembatalan Pendaftaran Ciptaan
Dalam hal Ciptaan terdaftar di DJKI dan ada pihak lain yang menyatakan berhak atas Hak
Cipta tersebut dapat mengajukan gugatan pembatalan ke PengadilanNiaga. (Pasal 97 ayat
(1) UUHC). Namun, pada prinsipnya Hak Cipta diperoleh bukan karena pendaftaran, tetapi
dalam hal terjadi sengketa mengenai Kepemilikan Ciptaan yang terdaftar dan yang tidak
terdaftar Pengadilan yang berwenang menanganiPenyelesaian Sengketa adalah Pengadilan
Niaga (Pasal 97 ayat (2) UUHC).
2. Gugatan Ganti Rugi atas Pelanggaran Hak Cipta
Pencipta, Pemegang Hak Cipta, atau pemilik Hak Terkait berhak mengajukan gugatan ganti
rugi kepada PengadilanNiaga atas pelanggaranHak Cipta atau produkHak Terkait (Pasal 99
ayat (1) UUHC). Gugatan ganti rugi dapat berupa permintaan untuk menyerahkan seluruh
atau sebagian penghasilan yang diperoleh dari penyelenggaraan ceramah, pertemuan ilmiah,
pertunjukan atau pameran karya yang merupakan hasil pelanggaranHak Cipta atau
produkHak Terkait (Pasal 99 ayat (2) UUHC).
Selain gugatan, Pencipta, Pemegang Hak Cipta, atau pemilik Hak Terkait dapat memohon
putusan provisi atau putusan sela kepada PengadilanNiaga untuk (Pasal 99 ayat (3) UUHC).
3. Meminta penyitaan Ciptaan yang dilakukan Pengumuman atau Penggandaan, dan/atau alat
Penggandaan yang digunakan untuk menghasilkan Ciptaan hasil pelanggaranHak Cipta dan
produk Hak Terkait; dan/atau
4. Menghentikan kegiatan Pengumuman, Pendistribusian, Komunikasi, dan/atau Penggandaan
Ciptaan yang merupakan hasil pelanggaranHak Cipta dan produkHak Terkait.

Tuntutan Pidana
Dalam UUHC ada sekitar 8 pasal yang mengatur tentang ketentuan pidana penjara dan pidana
denda terkait sengketa hak cipta yang diatur pada Pasal 112 sampai Pasal 119 UUHC.
Di dalam pasal 120 UUHC ditegaskan bahwa tindak pidana hak cipta merupakan delik aduan
yang berarti tindak pidana hanya dapat dilakukan penuntutan setelah adanya laporan dengan
permintaan untuk dilakukan penuntutan terhadap orang atau terhadap orang tertentu. Gugatan
atas pelanggaran Hak Cipta diajukan kepada ketua Pengadilan Niaga

Penetapan Sementara
Pengadilan Pengaturan tentang Penetapan Sementara Pengadilan dalam UU HKI khususnya
Hak Cipta diatur dalam Pasal 44 ayat (1) Persetujuan TRIPs. Selain itu, penetapan sementara
pengadilan dalam sengketa hak cipta diatur di dalam Pasal 106 sampai dengan Pasal 109
UUHC. Atas permintaan pihak yang merasa dirugikan karena pelaksanaan Hak Cipta atau Hak
Terkait, Pengadilan Niaga dapat mengeluarkan penetapan sementara untuk :
1) Mencegah masuknya barang yang diduga hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait ke
jalur perdagangan;
2) Menarik dari peredaran dan menyita serta menyimpan sebagai alat bukti yang berkaitan
dengan pelanggaranHak Cipta atau Hak Terkait tersebut;
3) Mengamankan barang bukti dan mencegah penghilangannya oleh pelanggar; dan/atau
4) Menghentikan pelanggaranguna mencegah kerugian yang lebih besar.

Permohonan penetapan sementara diajukan secara tertulis oleh Pencipta, Pemegang Hak Cipta,
pemilik Hak Terkait, atau Kuasanya kepada Pengadilan Niaga di wilayah hukum tempat
ditemukannya barang yang diduga merupakan hasil
Pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait dengan memenuhi persyaratan:
a. Melampirkan bukti kepemilikan Hak Cipta atauHak Terkait;
b. Melampirkan petunjuk awal terjadinya pelanggaranHak Cipta atau Hak Terkait;
c. Melampirkan keterangan yang jelas mengenai barang dan/atau dokumenyang diminta,
dicari, dikumpulkan, atau diamankan untuk keperluan pembuktian;
d. Melampirkan pernyataan adanya kekhawatiran bahwa pihak yang diduga melakukan
pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait akan menghilangkanbarang bukti; dan
e. Membayar jaminan yang besaran jumlahnya sebanding dengan nilai barang yang akan
dikenai penetapansementara

 BENTUK PENYELESAIAN SENGKETA HAK CIPTA SECARA NON LITIGASI


(ALTERNATIVE DISPUTE RESOLUTION)
Alternatif penyelesaian sengketa (alternative dispute resolution) adalah lembaga
penyelesaian sengketa atau beda pendapat melalui prosedur yang disepakati para pihak, yakni
penyelesaian di luar pengadilan dengan cara konsultasi, negosiasi, mediasi, konsiliasi, atau
penilaian ahli (Pasal 1 angka 10 UndangUndang Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan
Alternatif Penyelesaian Sengketa (UU AAPS)).
a. Arbitrase
Pasal 1 angka 1 UU AAPS menjelaskan bahwa arbitrase adalah cara penyelesaian
sengketa perdata di luar pengadilan umum yang didasarkan pada perjanjian arbitrase yang
dibuat secara tertulis oleh para pihak yang bersengketa. Arbitrase digunakan untuk
mengantisipasi perselisihan yang mungkin terjadi maupun yang sedang mengalami serta
untuk menghindari penyelesaian sengketa melalui Lembaga peradilan yang selama ini
dirasakan memerlukan waktu yang lama
Pada umumnya Lembaga arbitrase mempunyai kelebihan dibandingkan dengan Lembaga
peradilan. Kelebihan tersebut antara lain (Penjelasan bagian umum UU AAPS):
o Dijamin kerahasiaan sengketa para pihak sehingga citra yang sudah dibangun tidak
terpengaruh karena sifat privat penyelesaian sengketa;
o Dapat dihindari kelambatan yang diakibatkan karena hal prosedural dan administratif,
karena sidang dapat langsung dilaksanakan ketika persyaratan sudah dipenuhi para
pihak;
o Para pihak dapat memilih arbiter yang menurut keyakinannya mempunyai pengetahuan,
pengalaman serta latar belakang yang cukup mengenai masalahyang disengketakan,
jujur, dan adil;
o Para pihak dapat menentukan pilihan hukum untuk menyelesaikan masalahnya serta
proses dan tempat penyelenggaraanarbitrase; dan
o Putusan arbitrase merupakan putusan yang mengikat para pihak dan dengan melalui tata
cara (prosedur) sederhana saja ataupun langsung dapat dilaksanakan, karena putusan
arbitrase memiliki sifat final dan binding.
b. Mediasi
Menurut Pasal 1 angka 1 Peraturan Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 2016 tentang
Prosedur Mediasi di Pengadilan (PERMA 1/2016) bahwa mediasi merupakan cara
penyelesaian sengketa melalui proses perundingan untuk memperoleh kesepakatan Para
Pihak dengan dibantu oleh Mediator. Pengambilan keputusan tidak berada di tangan
mediator, tetapi di tangan para pihak yang bersengketa. Mediasi sifatnya tidak formal,
sukarela, melihat ke depan, kooperatif, dan berdasarkan kepentingan. (RachmadiUsman,
dalam buku “PilihanPenyelesaian Sengketadi LuarPengadilan”)
c. Konsultasi
Konsultasi merupakan suatu tindakan yang bersifat personal antara satu pihak tertentu
yang disebut dengan klien dengan satu pihak lain yang merupakan pihak konsultan yang
memberikan pendapatnya kepada klien tersebut untuk memenuhi keperluan dan kebutuhan
kliennya tersebut. Peran dari konsultan dalam menyelesaikan sengketa atau perselisihan
hanyalah sebatas memberikan pendapat hukum saja sebagaimana permintaan klien.
Selanjutnya mengenai keputusan penyelesaian sengketa akan diambil sendiri oleh para
pihak yang bersengketa, meskipun adakalanya pihak konsultan juga diberikan kesempatan
untuk merumuskan bentuk-bentuk penyelesaian sengketa yang dikehendaki oleh para pihak
yang bersengketa tersebut (Andre Wijaya, Skripsi“Penyelesaian Sengketa Dagang dalam
Studi Putusan Geprek Bensu MelawanI Am GeprekBensu”)
d. Negosiasi
Negosiasi adalah cara untuk mencari penyelesaian masalah melalui diskusi (musyawarah)
secara langsung antara pihak-pihak yang bersengketa yang hasilnya diterima oleh para
pihak tersebut. (Gatot P. Soemartono, Modul“Mengenal Alternatif Penyelesaian
SengketadanArbitrase)
e. Konsiliasi
Konsiliasi pada dasarnya hampir sama dengan mediasi, mengingat terdapat keterlibatan
pihak ke-3 yang netral (yang tidak memihak) yang diharapkan dapat membantu para pihak
dalam upaya penyelesaian sengketa, yaitu konsiliator. Namun peran konsiliator lebih aktif
dibandingkan mediator yaitu (Bambang Sutiyoso, dalam buku yang berjudul “Penyelesaian
Sengketa Bisnis:
Solusi dan Antisipasi bagi Peminat Bisnis dalam menghadapi Sengketakini dan mendatang”) :
a. Konsiliasi adalah proses penyelesaian sengketa di luar pengadilan secara kooperatif.
b. Konsiliator adalah pihak ketiga yang netral yang terlibat dan diterima oleh para pihak
yang bersengketa di dalam perundingan.
c. Konsiliator bertugas membantu para pihak yang bersengketa untuk mencapai
penyelesaian.
d. Konsiliator bersifat aktif dan mempunyai kewenangan mengusulkan pendapat dan
merancang syaratsyarat kesepakatan di antara para pihak.
e. Konsiliator tidak mempunyaikewenangan membuat keputusan selama perundingan
berlangsung.
f. Konsiliasi bertujuan untuk mencapai atau menghasilkan kesepakatan yang dapat
diterima pihak-pihak yang bersengketa guna mengakhiri sengketa
“ANTI MONOPOLI DAN PERSAINGAN TIDAK SEHAT”

PENGERTIAN MONOPOLI
Monopoli adalah keadaan yang dipegang penuh oleh satu perusahaan. Hal ini dikarenakan hanya
perusahaan tersebut yang memiliki layanan untuk memenuhi kebutuhan banyak orang yang menjadikan
perusahaan tidak memiliki pesaing (competitor). Dengan melakukan praktik monopoli perusahaan,
maka dapat mengambil keuntungan semaksimal mungkin.

DEFINISI HUKUM MONOPOLI


Dijelaskan dalam Pasal 1 ayat (1) dan (2) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan
Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat. Monopoli adalah penguasaan atas produksi dan
atau pemasaran barang dan atau atas penggunaan jasa tertentu oleh satu pelaku usaha atau satu
kelompok pelaku usaha.

DEFINISI HUKUM ANTITRUST


Hukum atau Undang-Undang "Antipakat" (antitrust) atau hukum/undang-undang persaingan,
merupakan peraturan melawan kebiasaan dagang yang merendahkan persaingan atau dianggap tidak
adil.
Undang-undang antitrust bertujuan untuk menghentikan penyalahgunaan kekuatan pasar oleh
perusahaan-perusahaan besar dan, terkadang, untuk mencegah merger dan akuisisi perusahaan yang
akan menciptakan atau memperkuat monopoli.

DEFINISI HUKUM PERSAINGAN TIDAK SEHAT


Persaingan tidak sehat adalah persaingan antar pelaku usaha dalam menjalankan kegiatan produksi atau
usaha pemasaran barang dan atau jasa yang dilakukan dengan cara tidak jujur atau melawan hukum
serta menghambat persaingan usaha.

CARA MENCEGAH TERJADINYA MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK


SEHAT
Cara mencegah terjadi monopoli dan persaingan tidak sehat, yaitu dengan membatasi ruang gerak
monopolis dengan adanya campur tangan pemerintah dan penentuan harga maupun produksi,
melakukan regulasi ekonomi terhadap monopoli bila kemunculannya tidak dapat dihindari lagi

ASAS DAN TUJUAN MONOPOLI DAN PERSAINGAN TIDAK SEHAT


Dalam melakukan usaha di Indonesia, pelaku usaha harus berasaskan demokrasi ekonomi dengan
memperhatikan keseimbangan antara kepentingan umum dan pelaku usaha.
Sementara itu tujuan UU No. 5 tahun 1999 adalah :
 Menjaga kepentingan umum dan meningkatkan efisiensi ekonomi nasional sebagai salah satu
upaya untuk meningkakan kesejahteraan rakyat.
 Mewujudkan iklim usaha yang kondusif melalui pengaturan persaingan usaha yg sehat sehingga
menjamin adanya kepastian kesempatan berusaha yg sama bagi pelaku usaha besar, menengah,
dan kecil.
 Mencegah praktik monopoli dan persaingan usaha tidak sehat yang ditimbulkan oleh pelaku
usaha.
TUJUAN HUKUM MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT
 Menjaga kepentingan umum dan meningkatkan efisiensi ekonomi nasional sebagai salah satu
upaya untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat.
 Mewujudkan iklim usaha yang kondusif melalui pengaturan persaingan usaha yang sehat
sehingga menjamin adanya kepastian kesempatan berusaha yang sama bagi pelaku usaha besar,
pelaku usaha menengah, dan pelaku usaha kecil.
 Mencegah praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat yang ditimbulkan oleh
pelaku usaha.
 Terciptanya efektivitas dan efisiensi dalam kegiatan usaha.

KEGIATAN YANG DILARANG DALAM MONOPOLI


Dalam UU No.5/1999, kegiatan yang dilarang diatur dalam pasal 17 sampai dengan pasal 24. Undang
undang ini tidak memberikan definisi kegiatan, seperti halnya perjanjian. Namun demikian, dari kata
“kegiatan” kita dapat menyimpulkan bahwa yang dimaksud dengan kegiatan disini adalah aktivitas,
tindakan secara sepihak. Bila dalam perjanjian yang dilarang merupakan perbuatan hukum dua pihak
maka dalam kegiatan yang dilarang adalah perbuatan hukum sepihak.
Adapun kegiatan yang dilarang tersebut yaitu :
1. Monopoli, adalah penguasaan atas produk dan atau pemasaran barang dan atau atas penggunaan
jasa yang tertentu oleh satu pelaku usaha atau satu kelompok perilaku usaha.
2. Monopsoni, adalah situasi pasar dimana hanya ada satu pelaku usaha atau kelompok pelaku
usaha yang menguasai pasar yang besar yang bertindak sebagai pembeli tunggal, sementara
pelaku usaha atau kelompok pelaku usaha yang bertindak sebagai penjual jumlahnya banyak.
3. Penguasaan Pasar, Di dalam UU No.5/1999 Pasal 19, bahwa kegiatan yang dilarang dilakukan
pelaku usaha yang dapat mengakibatkan terjadinya penguasaan pasar yang merupakan praktik
monopoli atau persaingan usaha tidak sehat
4. Persengkokolan, adalah bentuk kerjasama yang dilakukan oleh pelaku usaha dengan pelaku
usaha lain dengan maksud untuk menguasai pasar bersangkutan bagi kepentingan pelaku usaha
yang bersekongkol (pasal 1 angka 8 UU No.5/1999).
5. Jabatan Rangkap, yang di dalam Pasal 26 UU No,5/1999 dikatakan bahwa seorang yang
menduduki jabatan sebagai direksi atau komisaris dari suatu perusahaan pada waktu yang
bersamaan dilarang merangkap menjadi direksi atau komisaris pada perusahaan lain.
6. Posis Dominan, artinya pngaruhnya sangat kuat, dalam Pasal 1 angka 4 UU No.5/1999
menyebutkan posisi dominan merupakan suatu keadaan dimana pelaku usaha tidak mempunyai
pesaing yang berarti di pasar bersangkutan dalam kaitan dengan pangsa yang dikuasai atau
pelaku usaha mempunyai posisi tertinggi diantara pesaingnya di pasar
7. Pemilik Saham, Berdasarkan Pasal 27 UU No. 5/1999 dikatakan bahwa pelaku usaha dilarang
memiliki saham mayoritas pada beberapa perusahaan sejenis, melakukan kegiatan usaha dalam
bidang sama pada saat bersangkutan yang sama atau mendirikan beberapa perusahaan yang
sama.
8. Penggabungan, Peleburan, dan Pengambilalihan. Di dalam Pasal 28 UU No. 5/1999,
mengatakan bahwa pelaku usaha yang berbadan hukum maupun yang bukan berbadan hukum
yang menjalankan perusahaan bersifat tetap dan terus menerus dengan tujuan mwncari
keuntungan
PERJANJIAN YANG DILARANG DALAM MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA
Perjanjian yg dilarang dalam UU NO. 5 Tahun 1999 tersebut adalah perjanjian dalam bentuk sebagai
berikut:
 Oligopoli.
Merupakan keadaan pasar dengan produsen dan pembeli barang berjumlah sedikit sehingga
dapat mempengaruhi pasar, maka:
1. Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pelaku usaha secara bersama-sama
melakukan penggunaan produksi dan ata pemasaran barang dan atau jasa.
2. Pelaku usaha patut diduga melakukan penguasaan produksi dan atau pemasaran barang atau
jasa bila dua atau tiga pelaku usaha atau kelompok pelaku usaha menguasai >75% pasar-
pasar satu jenis atau jasa tertentu.
 Penetapan Harga
Dalam rangka penetralisasi pasar, pelaku usaha dilarang membuat perjanjian, antara lain :
4. Perjanjian dengan pelaku usaha pesaingnya untuk menetapkan harga atas barang dan atau
jasa yang harus dibayar oleh konsumen atau pelanggan pada pasar bersangkutan yg sama.
5. Perjanjian yg mengakibatkan pembeli yg harus membayar dengan harga yg berbeda dari
harga yg harus dibayar oleh pembeli lain untuk barang dan atau jasa yg sama.
6. Perjanjian dengan pelaku usaha pesiang untuk menetapkan harga di bawah harga pasar.
7. Perjanjian dengan pelaku usaha lain yg memuat persyaratan bahwa penerima barang dan
atau jasa tidak menjual atau memasok kembali barang dan atau jasa yg diterimanya dengan
harga lebih rendah dari harga yg telah dijanjikan.
 Pembagian Wilayah
Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pelaku usaha pesaingnya yang bertujuan
untuk membagi wilayah pemasaran atau alokasi pasar terhadap barang dan atau jasa.
 Pemboikotan
Pelaku usaha dilarang untuk membuat perjanjian dengan pelaku usaha peaingnya yang dapat
menghalangi pelaku usaha lain untuk melakukan usaha yang sama, baik untuk tujuan pasar
dalam negeri maupun pasar luar negeri.
 Kartel
Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pelaku usaha pesaingnya yang bermaksud
mempengaruhi harga dengan mengatur produksi dan atau pemasaran suatu barang dan atau jasa
 Trust
Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pelaku usaha lain untuk melakukan kerja
sama dengan membentuk gabungan perusahaan atau perseroan yang lebih besar, dengan tetap
menjaga dan mempertahankan kelangsungan hidup tiap-tiap perusahaan atau perseroan
anggotanya, yang bertujuan untuk mengontrol produksi dan atau pemasaran atas barang dan
atau jasa.
 Oligopsoni
Keadaan dimana dua atau lebih pelaku usaha menguasai penerimaan pasokan atau menjadi
pembeli tunggal atas barang dan/atau jasa dalam suatu pasar komoditas
 Integrasi Vertikal
Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pelaku usaha lain yang bertujuan untuk
menguasai produksi sejumlah produk yang termasuk dalam rangkaian produksi barang dan atau
jasa tertentu yang mana setiap rangkaian produksi merupakan hasil pengelolaan atau proses
lanjutan baik dalam satu rangkaian langsung maupun tidak langsung.
 Perjanjian Tertutup
Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pelaku usaha lain yang memuat persyaratan
bahwa pihak yang menerima barang dan atau jasa hanya akan memasok atau tidak memasok
kembali barang dan atau jasa tersebut kepada pihak tertentu dan atau pada tempat tertentu
 Perjanjian dengan Pihak Luar Negeri
Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pihak luar negeri yang memuat ketentuan
yang dapat mengakibatkan terjadinya praktik monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat.

HAL-HAL YANG DIKECUALIKAN DALAM MONOPOLI


Di dalam pasal 50 dalam UU nomor 5 tahun 1999 terdapat hal-hal yg dikecualikan, yaitu:
1. Perbuatan dan atau perjanjian yang bertujuan untuk melaksanakan peraturan perundangan-
undangan yg berlaku.
2. Perjanjian yang berkaitan dgn hak atas kekayaan intelektual seperti lisensi, paten, merek
dagang, hak cipta, desain produk industri, rangkaian elektronik terpadu, dan rahasia dagang,
serta perjanjian yg berkaitan dengan waralaba.
3. Perjanjian penetapan standar teknis produk barang dan atau jasa yang tidak mengekang dan atau
menghalangi persaingan.
4. Perjanjian dalam rangka keagenan yg isinya tidak memuat ketentuan untuk memasok kembali
barang dan atau jasa yg telah diperjanjikan.
5. Perjanjian kerja sama penelitian untuk peningkatan atau perbaikan standar hidup masyarakat
luas.
6. Perjanjian internasional yg telah diratifikasi oleh pemeringtah RI.
7. Perjanjian dan atau perbuatan yg bertujuan ungtuk ekspor yg tidak megganggu kebutuhan dan
atau pasokan dalam negri.
8. Pelaku usaha yg tergolong dalam usaha kecil.
9. Kegiatan usaha koperasi yg secara khusus bertujuan untuk melayani anggotanya.

KOMISI PENGAWASAN PERSAINGAN USAHA SEBAGAI KONTROL


Komisi pengawas persaingan usaha (KPPU) adalah sebuah lembaga independen di Indonesia yg
dibentuk untuk memenuhi amanat Undang-Undang No 5 tahun 1999 tentang larangan praktek
monopoli dan persaingan usaha tidak sehat.
KPPU menjalankan tugas untuk mengawasi tiga hal pada UU tersebut:
2. Perjanjian yg dilarang
Melakukan perjanjian dgn pihak lain untuk secara bersama-sama mengontrol produksi dan
pemasaran barang atau jasa yg dapat menyebabkan praktek monopoli atau persaingan usaha
tidak sehat seperti perjanjian penetapan harga, diskriminasi harga, boikot, perjanjian tertutup,
oligopoli, predatory pricing, pembagian wilayah, kartel, trust (persekutuan), dan perjanjian dgn
pihak luar negeri yg dapat menyebabkan persaingan usaha tidak sehat.
3. Kegiatan yg dilarang
Melakukan kontrol produksi dan pemasaran melalui pengaturan pasokan, pengaturan pasar yg
dapat meneyebabkan praktek monopoli atau persaingan usaha tidak sehat.
4. Posisi dominan
Pelaku usaha yg menyalahgunakan posisi dominan yg dimilikinya untuk membatasi pasar,
menghalangi hak-hak konsumen, atau menghambat bisnis pelaku usaha lain.

WEWENANG KPPU
1. Menerima laporan dari masyarakat dan atau dari pelaku usaha tentang dugaan terjadinya
praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat;
2. Melakukan penelitian tentang dugaan adanya kegiatan usaha dan atau tindakan pelaku usaha
yang dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat;
3. Melakukan penyelidikan dan atau pemeriksaan terhadap kasus dugaan praktek monopoli dan
atau persaingan usaha tidak sehat yang dilaporkan oleh masyarakat atau oleh pelaku usaha atau
yang ditemukan oleh Komisi sebagai hasil penelitiannya;
4. Menyimpulkan hasil penyelidikan dan atau pemeriksaan tentang ada atau tidak adanya praktek
monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat;
5. Memanggil pelaku usaha yang diduga telah melakukan pelanggaran terhadap ketentuan undang-
undang ini;
6. Memanggil dan menghadirkan saksi, saksi ahli, dan setiap orang yang dianggap mengetahui
pelanggaran terhadap ketentuan undang-undang ini;
7. Meminta bantuan penyidik untuk menghadirkan pelaku usaha, saksi, saksi ahli, atau setiap
orang sebagaimana dimaksud nomor 5 dan nomor 6, yang tidak bersedia memenuhi panggilan
Komisi;
8. Meminta keterangan dari instansi Pemerintah dalam kaitannya dengan penyelidikan dan atau
pemeriksaan terhadap pelaku usaha yang melanggar ketentuan undang-undang ini;
9. Mendapatkan, meneliti, dan atau menilai surat, dokumen, atau alat bukti lain guna penyelidikan
dan atau pemeriksaan;
10. Memutuskan dan menetapkan ada atau tidak adanya kerugian di pihak pelaku usaha lain atau
masyarakat;
11. Memberitahukan putusan Komisi kepada pelaku usaha yang diduga melakukan praktek
monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat;
12. Menjatuhkan sanksi berupa tindakan administratif kepada pelaku usaha yang melanggar
ketentuan undang-undang ini.

SANKSI DALAM MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA


KPPU berwenang menjatuhkan sanksi berupa tindakan administratif kepada pelaku usaha yg
melanggar ketentuan perturan perundang-undangan. Pemerintah telah menerbitkan 49 aturan pelaksana
UU No. 11 Tahun 2020 tentang cipta kerja. Salah satunya adalah Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 44
Tahun 2021 tentang Pelaksanaan Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat.
Bentuk pemberian sanksi administratisf tersebut yaitu penetapan pembatalan perjanjian, perintah
kepada pelaku usaha untuk menghentikan integrasi vertikal, menghentikan kegiatan yg terbukti
menimbulkan praktik monopoli menyebabkan persaingan usaha tidak sehat maupun merugikan
masyarakat.
“HUKUM ASURANSI”

DEFINISI HUKUM ASURANSI


 HUKUM
Hukum adalah aturan tertulis maupun tidak tertulis yang digunakan untuk mengatur tingkah laku
manusia dalam kehidupan bermasyarakat.
 ASURANSI
Asuransi adalah asuransi yang bisa memberikan manfaat berupa ganti rugi kepada tertanggung, jika
terjadi kerusakan, kerugian, atau kehilangan pada harta benda.
 HUKUM ASURANSI
Hukum Asuransi adalah aturan tertulis yang mengikat peserta dan perusahaan asuransi untuk
menaati perjanjian yang telah disepakati. Perjanjian tersebut biasanya berisi hak peserta
mendapatkan perlindungan dan sebagai gantinya peserta membayar premi kepada perusahaan
asuransi.

DEFINISI ASURANSI MENURUT UU


 UU NO.40 Tahun 2014 Pasal 1 Angka 1
Asuransi adalah perjanjian antara dua pihak, yaitu perusahaan asuransi dan pemegang polis, yang
menjadi dasar bagi penerimaan premi oleh perusahaan asuransi sebagai imbalan untuk :
a) Memberikan pergantian kepada tertanggung atau pemegang polis karena kerugian, kerusakan,
atau biaya yang timbul, kehilangan keuntungan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak
ketiga yang mungkin diderita tertanggung atau pemegang polis karena terjadinya suatu
peristiwa yang tidak pasti, atau
b) Memberikan pembiayaan yang didasarkan pada meninggalnya tertanggung / pembayaran yang
di dasarkan pada hidupnya tertanggung dengan manfaat yang besarnya telah ditetapkan /
didasarkan pada hasil pengelolaan dana.
 Pasal 246 KUHD
Asuransi adalah suatu perjanjian, dengan mana seorang tertanggung dengan menerima suatu premi
untuk memberikan pergantian kepadanya karena sesuatu kerugian atau kerusakan serta kehilangan
keuntungan yang diharapkan mungkin akan dideritanya karena sesuatu peristiwa yang tak tertentu.

DASAR HUKUM ASURANSI


 KUH Perdata
 KUHD Pasal 246 s.d 308
 UU No.40 Tahun 2014 tentang Usaha Perasuransian
 KEPPRES RI No. 40 Tentang Usaha di Bidang Asuransi Kerugian
 Keputusan Menteri Keuangan RI No. 1249/ KMK.013 / 1988 Tentang Ketentuan & Tata Cara
Pelaksanaan Usaha di Bidang Asuransi Kerugian
 KMK RI No. 1250 / KMK.013 / 1998 Tentang Usaha Asuransi Jiwa
TUJUAN ASURANSI
Tujuan asuransi adalah memberikan jaminan penggantian terhadap risiko-risiko yang mungkin terjadi
di masa depan oleh nasabah. Tujuan lainnya adalah :
 Untuk mengalihkan ragam risiko yang mungkin terjadi dengan nasabah, di mana risiko tersebut
akan digantikan oleh perusahaan asuransi setelah nasabah melakukan sejumlah pembayaran premi
kepada perusahaan asuransi.
 Jaminan bagi pihak nasabah mendapatkan perlindungan dengan risiko kerugian di masa depan yang
mungkin akan terjadi.
 Memperkecil nilai dan potensi kerugian yang lebih besar bila mengeluarkan biaya sendiri saat
mengalami sebuah risiko.
 Khusus untuk asuransi jiwa, dapat kamu gunakan sekaligus untuk menabung karena Sebagian biaya
preminya akan dikembalikan kepada nasabah dalam kurun waktu tertentu.
 Untuk efisiensi bagi sebuah perusahaan karena mengurangi biaya untuk pengawasan, pengamanan,
dan perlindungan yang memakan banyak biaya dan waktu.
 Untuk mendapatkan ganti rugi kepada pihak nasabah sesuai dengan nilai premi asuransi.
 Untuk menutup loss of earning power seseorang atau suatu badan usaha ketika sudah tidak bekerja
atau tidak berfungsi lagi.

FUNGSI ASURANSI
 Fungsi Primer
Sebagai sarana atau mekanisme pengalihan resiko dari tertanggung kepada penanggung atas
terjadinya kemungkinan rugi atau rusak yang dialami oleh tertanggung dengan membayat sejumlah
premi.
 Fungsi Sekunder
Sebagai peransang pertumbuhan ekonomi dan usaha, mencegah kerugian, mengendalikan kerugian,
memiliki manfaat sosial, dan sebagai tabungan atau investasi.

CIRI-CIRI ASURANSI
1. Dibawah Pengawasan Menteri Keuangan.
Peraturan menteri keuangan Republik Indonesia No. 53/PMK.010/2012 Tentang Kesehatan
Keuangan Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi, memutuskan pasal 1 ayat 1 perusahaan
adalah perusahaan asuransi atau perusahaan reasuransi baik yang berbentuk badan hukum
perseroan terbatas maupun bukan perseroan terbatas. Dan di pasal 1 ayat 2 perusahaan asuransi
adalah perusahaan asuransi umum dan perusahaan asuransi jiwa. Pada pasal 58 peraturan menteri
ini mulai berlaku pada tanggal 1 Januari 2013.
2. Pembayaran Berbentuk Primer.
Uang inti atau disebut dengan reserve money yang merupakan kewajiban otoritas moneter (Bank
Indonesia) dan didefinisikan sebagai kewajiban bank sentral yaitu Bank Indonesia kepada Bank
Umum, Bank Perkereditan Rakyat (BPR), dan sektor swasta, tidak termasuk pemerintah pusat dan
luar negeri.
3. Objek Asuransi Merupakan Resiko Murni.
Risiko asuransi murni adalah risiko yang bila terjadi pasti menimbulkan kerugian dan apabila tidak
terjadi, maka tidak akan menimbulkan kerugian maupun tidak akan menimbulkan keuntungan.
Contoh dalam risiko murni kerugian pasti terjadi seperti kebakaran, kecelakaan, bangkrut dan lain
sebagainya.
4. Dikenal dengan “Perjanjian Diam-Diam” dengan jangka waktu ditempat.
Persetujuan diam-diam (silent consent) menurut hukum perdata adalah pernyataan kehendak yang
dilakukan oleh salah satu pihak kepada pihak lain dimana yang bersangkutan tidak menyatakan
keberatan/penolakan secara tegas atas tindakan yang dilakukan oleh pihak tersebut kepadanya.

OBJEK ASURANSI
 Benda dan Jasa.
 Jiwa dan Raga Kesehatan Manusia.
 Tanggung Jawab Hukum.
 Semua Kepentingan yang dapat hilang, rusak, rugi dan atau berkurang nilainya.
3 KOMPONEN UTAMA :
 Penanggung : Pihak yang berjanji membayar jika peristiwa pada unsur ketiga terlaksana.
 Tertanggung : Pihak yangg memperoleh jaminan penggantian kerugian dari penyedia asuransi
ketika terjadi resiko yang dimaksud didalam unsur ketiga.
 Enevement : Suatu peristiwa terhadap objek yang dipertanggungkan, yang belum tentu terjadi
dann tidak diharapkan terjadi.

UNSUR ASURANSI
• Premi yaitu pembayaran yang harus dilakukan tertanggung sebagai imbalan dari penggantian
kerugian pembayaran. Besar kecilnya premi tergantung dari besar kecilnya resiko yang harus
dipikul oleh Penanggung. Adapun premi bukan merupakan syarat mutlak untuk adanya perjanjian
asuransi dimungkinkan tanpa premi.
• Ganti Rugi yaitu yang harus dilakukan oleh penanggung bila terjadi suatu peristiwa yang tidak
diharapkan. Ganti rugi diberikan terhadap kerugian, kerusakan, kehilangan keuntungan yang
diharapkan, dan lain-lain.
• Peristiwa yang belum terjadi (enevement) yaitu peristiwa yang belum akan terjadi dan tidak
diharapkan terjadi yang dapat menimbulkan kerugian kepada tertanggung.

PRINSIP ASURANSI
 Kepentingan (Insureble Interest Principle)
Dalam pasal 250 KUHD, Kepentingan merupakan prinsip yang sangat penting dalam perjanjian
asuransi yaitu bahwa Tertanggung pemegang premi berkepentingan agar kejadian yang tidak
diharapkan itu tidak terjadi atau tidak menimpa kepadanya. Seorang Tertanggung yang tidak
mempunyai kepentingan akan berspekulasi bahwa pertanggungan itu ia mengharapkan pergantian
yang lebih besar yang akan memberinya keuntungan. Ini merupakan sesuatu hal yang harus dicegah
dalam asuransi. Bahkan merupakan hal yang dapat membatalkan asuransi.
 Keseimbangan (Indemniteit Principle)
Suatu pertanggungan ganti rugi yang diberikan oleh Penanggung kepada Tertanggung tidak boleh
melebihi atau harus sesuai dengan kerugian yang di derita. Hal ini bertujuan untuk mencegah
adanya spekulasi dari tertanggung yang mengharapkan keuntungan serupa selisih dari jumlah ganti
rugi setelah di kurangi dengan yang diderita. Prinsip ini tidak dipakai oleh semua perjanjian
asuransi, tetapi hanya berlaku asuransi ganti rugi saja.
 Itikad Baik (Utmost Good Faith)
Artinya pemegang polis maupun perusahaan asuransi harus memiliki itikad baik dlaam melakukan
perikatan. Itikad baik disini artinya kedua belah pihak wajib mengungkapkan informasi secara detil
dan akurat.
 Kausa Proksimal (Proximate Cause)
Setiap kerugian pasti terdapat penyebab utamanya. Nah, prinsip ini berbicara tentang investigasi
atau penyelidikan yang dilakukan perusahaan asuransi untuk mencari penyebab utama yang aktif
dan efisien dari kerugian yang dialami.
 Subrograsi
Dalam pasal 284 KUHD apabila Tertanggung telah mendapat penggantian atas dasar indemnity
maka si Tertanggung tidak berhak lagi memperoleh penggantian dari pihak lain. Walaupun jelas
ada pihak lain yang bertanggung jawab pula atas kerugian yang dideritanya. Penggantian dari pihak
lain harus diserahkan pada Penanggung yang telah memberikan ganti rugi.
 Kontribusi (Contribution)
Ketika kerugian yang kamu alami terbilang sangat berat, pihak penanggung dapat mengajak
penanggung lain (dalam hal ini perusahaan asuransi lain yang juga menanggung kamu) untuk sama-
sama berkontribusi mengganti kerugian tersebut.Prinsip ini berarti apabila penanggung sudah
membayar penuh ganti rugimu, maka penanggung mendapat hak untuk meminta penanggung lain
yang juga terlibat dalam objek pertanggungan. Perlu diingat, sesuai dengan prinsip indemnity,
jumlah kompensasi final yang diterima tertanggung tidak akan melebihi dari total kerugian yang
dialami walaupun kamu membeli dua asuransi.

POLIS ASURANSI
Polis Asuransi adalah bukti sah dan tertulis atas suatu perjanjian yang telah dilakukan antara
penanggung dan tertanggung yang berisi hak dan kewajiban kedua belah pihak.
 Menurut Pasal 255 KUHD
"Suatu pertanggungan harus dibuat secara tertulis dalam suatu akta yang dinamakan polis“
 Menurut Pasal 19 (1) PP No. 73 1992
Polis atau bentuk perjanjian asuransi dengan nama apapun, berikut lampiran yang merupakan
kesatuan dengannya, tidak boleh mengandung kata kata atau kalimat yang menimbulkan penafsiran
yang berbeda mengenai resiko yang ditutup asuransinya, kewajiban penanggung atau kewajiban
tertanggung, atau mempersulit tertanggung mengurus haknya
Isi Polis Asuransi
• Jangka waktu berlakunya pertanggungan asuransi
• Uraian mengenai obyek asuransi
• Risiko yang ditanggung penanggung
• Manfaat yang dijanjikan
• Cara pembayaran, waktu jatuh tempo
• Premi Asuransi
PEMBAGIAN JENIS ASURANSI
 Asuransi Ganti Rugi
Asuransi yang penanggungnya berjanji akan menanggung kerugian tertentu yang diderita oleh
tertanggung.
 Asuransi Sejumlah Uang
Asuransi dalam hal penanggung berjanji untuk memberi sejumlah uang yang jumlahnya telah
ditentukan sebelumnya tanpa didasarkan pada kerugian tertentu.
 Asuransi Campuran
Asuransi campuran dari bentuk asuransi ganti rugi dan asuransi sejumlah uang.

JENIS ASURANSI MENURUT PASAL 247 KUHD


 Asuransi terhadap bahaya kebakaran
Asuransi kebakaran merupakan asuransi yang menjamin dan mempertanggung jawab atas kematian
dikarenakan kebakaran, asap, petir, jatuh pesawat dan gas. Tidak hanya menjamin jiwa namun
asuransi ini dapat menjamin harta benda dan ataupun kepentingan kekayaan lainnya.Biaya yang
dijamin atas kerusakan tersebut biasanya biaya pemadam kebakaran, pembersihan puing, biaya
arsitek dan konsultan, serta biaya pemulihan kembali atas kerusakan yang terjadi. Semua hal yang
menyangkut asuransi kebakaran, termasuk hal-hal yang sudah disebutkan diatas, dijelaskan secara
lengkap dalam Polis Standar Asuransi Kebakaran Indonesia yang telah diketahui Asosiasi Asuransi
Umum Indonesia (AAUI).
 Asuransi terhadap bahaya yang mengancam hasil pertanian yang belum dipaneni
Asuransi Pertanian adalah sarana bagi petani yang mengalami puso dan kematian ternak untuk
bangkit kembali memulai usaha mereka. Asuransi yang berjalan baik akan memberi perlindungan
kepada petani dan peternak.Asuransi pertanian sendiri merupakan amanat dari UU 19 tahun 2013.
Disebutkan di pasal 37 ayat (1) bahwa Pemerintah dan Pemerintah Daerah sesuai dengan
kewenangannya berkewajiban melindungi usaha tani yang dilakukan oleh petani dalam bentuk
asuransi pertanian. “Asuransi pertanian ini adalah bentuk kepedulian pemerintah kepada petani.
Bukti nyata dari kabinet kerja. Ini pertama kali dalam sejarah, kalau terserang banjir, hama,
kekeringan akan diganti, begitu cinta-nya Presiden Jokowi kepada petani Indonesia. Asuransi
pertanian ini sebelumnya tidak ada”.
 Asuransi Jiwa
Asuransi jiwa adalah program perlindungan bagi keluarga apabila terjadi hal-hal yang tak
diinginkan, seperti kematian, terhadap pemegang polis asuransi. Selain untuk proteksi dari risiko
kematian, asuransi jiwa bermanfaat sebagai tabungan pensiun atau hari tua. Contohnya, produk
asuransi jiwa dwiguna dan unit link dapat membantu pemilik polis dalam mengakumulasi persiapan
tabungan pensiun.
 Asuransi terhadap bahaya dilaut
Asuransi Laut termasuk dalam jenis asuransi pengangkutan yang merupakan produk asuransi yang
bertujuan untuk memberikan proteksi terhadap barang yang diangkut baik melalui darat, laut
maupun udara. Asuransi pengangkutan diperuntukan bagi pemilik barang baik perseorangan,
Lembaga ataupun perusahaan, yang memerlukan perlindungan atas pengangkutan barang.

 Asuransi pengangkutan darat dan perairan darat


Asuransi pengangkutan adalah produk asuransi yang bertujuan untuk memberikan proteksi terhadap
barang yang diangkut baik melalui darat, laut maupun udara. Asuransi pengangkutan diperuntukan
bagi pemilik barang baik perseorangan, lembaga ataupun perusahaan, yang memerlukan
perlindungan atas pengangkutan barang, baik itu pengangkutan dengan menggunakan armada
sendiri maupun yang menggunakan jasa perusahaan pengangkutan.

ASURANSI YANG DIATUR DI LUAR KUHD


 Asuransi Kredit
Perjanjian antara tertanggung dan penangung yang akan memberikan premi terhadap kerugian yang
mungkin akan diderita oleh tertanggung karena tidak dilunasi atau tidak sepenuhnya dilunasi
pembayaran kredit oleh debiturnya.
 Asuransi Pencurian
Perjanjian antara penanggung yang akan membayar atau memberi ganti kepada tertanggung yang
akan membayar premi terhadap kerugian yang mungkin akan diberikan oleh tertanggung karena
kehilangan barang tertentu . Barang yang dipertanggungkan tersebut biasanya berupa barang-
barang berharga seperti uang atau perhiasan. Asuransi terhadap bahaya pencurian ini diperlakukan
selain dirummahrumah, juga di tempat-tempat yang banyak menyimpan uang dan barang-barang
berharga seperti bank, perusahaan besar dan lainnya.

ASURANSI YANG DISELENGGARAKAN OLEH PEMERINTAH


 Perusahaan Umum Jaminan Kredit Indonesia (Perum Jamkindo)
Jaminan kredit yang ditujukan bagi nasabah yang ingin mengajukan pinjaman untuk modal usaha
dan nasabah kredit pemilikan rumah (KPR). Asuransi penjaminan kredit merupakan pihak yang
menjembatani antara pemilik usaha kecil dan menengah dengan Lembaga keuangan bank atau non
bank, agar mudah mendapatkan kredit sebagai modal usaha atau KPR.
 Asuransi Sosial Angkatan Bersenjata Indonesia (ASABRI)
Asuransi ini memberikan manfaat dana pension dikhususkan untuk prajurit TNI, anggota Polri, dan
PNS yang aktif dilingkungan Kementrian Pertahanan dan Polri. Asabri didirikan sejak Agustus
1971 sahamnya 100% dimiliki oleh pemerintah. PT Asabri yang memberikan manfaat tabungan
hari tua, jaminan kecelakaan kerja, jaminan meninggal dunia, dan program pension (DPLK).
 Asuransi Ekspor Indonesia (ASEI)
Salah satu perusahaan pemerintah yang memberikan proteksi finansial atas risiko kegagalan
pelunasan pembayaran ekspor ataupun pinjaman kredit. Asuransi ini di dirikan pada tahun 1985
dengan tujuan pemerintah berusaha mendorong peningkatan ekspor non migas di Indonesia.
 Asuransi Kredit Indonesia (Askrindo)
Askrindo bergerak dalam layanan penjaminan kredit dan asuransi umum. Untuk layanan
penjaminan kredit Askrindo mencakup asuransi kredit serbaguna, asuransi kredit perdagangan,
penjaminan kredit usaha rakyat (KUR), surety bond, dan lainnya. Untuk asuransi umum mencakup
asuransi kecelakaan diri, kebakaran, konstruksi, tanggung gugat, pengangkutan barang, dan lain
sejenisnya. Askrindo yang mulanya didirikan pada tahun 1971 hanya berfokus pada penjaminan
kredit saja sebagai usaha pemerintah mendukung perkembangan usaha mikro, kecil, dan menengah
(UMKM) di Indonesia.

 Jasa Raharja
PT Jasa Raharja merupakan salah satu daftar asuransi BUMN yang memberikan asuransi sosial
yang menanggung risiko kecelakaan lalu lintas jalan dan dana pertanggungan wajib kecelakaan
penumpang. Jika dilihat dari sejarahnya, Jasa Raharja mulanya merupakan perusahaan asuransi
milik Belanda yang kemudian mengalami nasionalisasi di tahun 1958. Hingga pada tahun 1965,
pemerintah mengeluarkan aturan bahwa Jasa Raharja hanya boleh berfokus pada program asuransi
wajib kecelakaan penumpang dan lalu lintas jalan saja.
 Asuransi Jasa Indonesia (Jasindo)
PT Jasindo mulanya juga merupakan perusahaan asuransi milik Belanda dan Inggris yang
kemudian dinasionalisasikan pada tahun 1972. Produk asuransi Jasindo terbagi menjadi dua
kategori yaitu ritel dan korporasi. Asuransi ritel Jasindo memberikan proteksi asuransi di bidang
kesehatan, pendidikan, pengangkutan, agrikultur, kebakaran, kendaraan, mikro, dan perjalanan.
Sementara korporasi mencakup asuransi kebakaran, kecelakaan, diri, keuangan, kelautan, rekayasa,
tanggung gugat, minyak dan gas, dan lain sejenisnya.
 Tabungan dan Asuransi Pegawai Negeri (Taspen)
PT Dana Tabungan dan Asuransi Pegawai Negeri (Taspen) merupakan perusahaan asuransi BUMN
yang memberikan layanan tabungan hari tua dan dana pensiun kepada para aparatur sipil negara
(ASN) dan pejabat negara.Perusahaan asuransi Taspen didirikan pada bulan Juli 1963 dengan nama
Perusahaan Negara Dana Tabungan dan Asuransi pegawai Negeri (PN Taspen) yang berfokus pada
tabungan hari tua pegawai negeri. Pada tahun 1970, PN Taspen memperluas layanan produk
asuransinya melalui produk program pensiun, program jaminan kecelakaan kerja, dan jaminan
kematian.

SYARAT SAHNYA TERJADI PERJANJIAN ASURANSI (PASAL 1320 KUHPer)


 Kesepakatan Pihak
Asuransi harus didasarkan pada kesepakatan pihak yang melakukan, yaitu tertanggung dan
penanggung.
 Memiliki Kecakapan dalam Membuat Suatu Perjanjian
Pihak yang melakukan perjanjian adalah pihak yang telah dewasa, waras dan tidak dalam paksaan
maupun pengampuan.
 Suatu Hal Tertentu
Maksud dari syarat ini adalah objek menjadi dasar lahirnya suatu perjanjian. Dalam hal ini, janji
dari penanggung kepada tertanggung untuk memberikan jaminan dianggap seimbang atas risiko
yang terjadi, Objek yang dimaksud adalah objek pertanggungan.
 Suatu Sebab Yang Halal
Sebab yang melahirkan perjanjian dalam asuransi harus halal dan legal.
 Mengandung Legal Form
Perjanjian harus memenuhi unsur legal form, yaitu ketika polis asuransi mempunyai substansi yang
sama dengan polis asuransi yang dianggap ooleh pihak berwenang.

HAL-HAL YANG MEMBATALKAN PERJANJIAN ASURANSI


 Jika masa perlindungan telah berakhir
 Jika tertanggung bukan lagi WNI
 Jika tertanggung mengajukan pembatalan
 Jika tertanggung tidak melakukan pembayaran premi
 Jika tertanggung telah melakukan klaim
 Jika tertanggung membatalkan polis
 Menurut Pasal 1321 KUH Perdata
 Ancaman / Paksaan
 Penipuan
 Kelalaian / Kesesatan / Kekeliruan

HAL-HAL YANG MENYEBABKAN BERAKHIRNYA ASURANSI


 Terjadi enevement diikuti klaim
Mengambil contoh asuransi jiwa, satu-satunya evenemen yang menjadi beban penanggung adalah
meninggalnya tertanggung. Apabila dalam jangka waktu perjanjian asuransi berlangsung ternyata
tertanggung meninggal, maka penanggung wajib membayar uang santunan. Apabila penanggung
sudah melunasi klaim tersebut, maka asuransi jiwa pun berakhir. Hal ini sesuai dengan hukum
perjanjian bahwa suatu perjanjian yang dibuat oleh pihak pihak berakhir apabila seluruh hak dan
kewajiban telah terpenuhi.
 Jangka waktu berakhir
Perjanjian selalu memiliki jangka waktu. Dalam asuransi jiwa contohnya, apabila jangka waktu
berlaku asuransi ternyata tidak terjadi evenemen, maka beban risiko penanggung pun tetap
berakhir. Jika dalam asuransi perjalanan, apabila perjalanan berakhir, maka asuransi pun berakhir.
Artinya asuransi akan berakhir setelah beban risiko pada objek dan kepentingan yang diasuransikan
telah selesai.
 Asuransi gugur
Asuransi gugur sering terjadi dalam asuransi pengangkutan. Apabila barang yang sudah
diasuransikan tidak jadi diangkut, maka asuransi gugur. Dalam hal ini, barang tersebut belum
mengalami bahaya sama sekali. Sehingga asuransi gugur bisa disebut juga keadaan yang
membatalkan kontrak asuransi sebelum bahaya terjadi.
 Asuransi dibatalkan
Perjanjian polis bisa dibatalkan karena tertanggung tidak melanjutkan pembayaran premi sesuai
dengan perjanjian atau terjadi karena permohonan tertanggung untuk menghentikan perjanjian.
Dengan pembatalan asuransi, artinya perjanjian asuransi juga berakhir.

Das könnte Ihnen auch gefallen