Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
Oleh:
Artikel ini berisi tentang konstruksi hukum perdata terhadap perjanjian penitipan barang dalam
ranah perparkiran di kota Surabaya. Perjanjian penitipan barang adalah perjanjian yang dibuat
antara pengelola parkir dengan pemilik kendaraan yang menitipkan kendaraannya di tempat
parkir. Dalam hal ini, pengelola parkir bertanggung jawab atas kerugian yang dialami oleh
pemilik kendaraan selama kendaraan tersebut berada di tempat parkir. Perjanjian penitipan
barang diatur dalam Pasal 1864 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerdata). Pasal
ini menyatakan bahwa perjanjian penitipan barang adalah suatu perjanjian di mana pihak yang
menitipkan barang memperoleh hak untuk menuntut pengembalian barang tersebut. Pengelola
parkir harus memenuhi kewajiban-kewajiban yang diatur dalam peraturan perundang-
undangan. Hal ini termasuk di dalamnya adalah kewajiban untuk memberikan tanda bukti
penitipan kendaraan kepada pemilik kendaraan, serta kewajiban untuk menjaga keamanan
kendaraan yang dititipkan. Dalam hal terjadi kerugian pada kendaraan yang dititipkan,
pengelola parkir wajib bertanggung jawab atas kerugian tersebut. Tetapi, pengelola parkir
dapat membatasi tanggung jawabnya melalui klausula eksklusif dalam perjanjian penitipan
barang. Klausula ini harus memenuhi syarat-syarat yang diatur dalam Pasal 1239 KUHPerdata.
This articles contains the legal construction of Burgerlijk Wetboek on the agreement of goods
deposit in the parking area in Surabaya. The agreement of goods deposit is an agreement made
between the parking manager and the vehicle owner who deposits their vehicle in the parking
area. In this case, the parking manager is responsible for any loss suffered by the vehicle owner
while the vehicle is in the parking area. The agreement of goods deposit is regulated in Article
1864 of the Burgerlijk Wetboek. This article states that the agreement of goods deposit is an
agreement in which the party depositing the goods has the right to demand the return of the
goods. The parking manager must fulfill the obligations stipulated in the legislation. This
includes the obligation to provide proof of deposit of the vehicle to the vehicle owner, as well
as the obligation to maintain the security of the deposited vehicle. In the times of loss to the
deposited vehicle, the parking manager is responsible for the loss. However, the parking
manager can limit their liability through an exclusive clause in the agreement of goods deposit.
This clause must meet the requirements stipulated in Article 1239 of the Burgerlijk Wetboek
3) Pengertian Perparkiran
Menurut Pasal 1 angka 15 Undang – Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu
Lintas dan Angkutan Jalan, meyatakan bahwa “parkir adalah keadaan kendaraan
berhenti atau tidak bergerak untuk beberapa saat dan ditinggalkan pengemudinya”.
Ketika konsumen memilih untuk menggunakan jasa layanan parkir, maka dilihat dari
prosedur pelaksanaan parkir yaitu ketika konsumen memarkirkan kendaraan
bermotornya di area lahan parkir, maka pada saat itu konsumen mempunyai
kepercayaan pada pihak penyelenggara parkir bahwa akan menjaga kendaraannya
dengan baik dan mengembalikannya dalam keadaan Seperti wujud asalnya serta
percaya bahwa barang-barang yang ada di dalam kendaraannya tidak akan hilang atau
rusak. Kepercayaan dibutuhkan oleh seseorang konsumen parkir karena telah
memarkirkan dan menitipkan kendaraannya kepada jasa pengelola layanan parkir.
Adanya kewajiban dari pihak pengelola parkir, apabila karena adanya kesengajaan atau
kelalaian dari pihak pengelola parkir sehingga terjadinya kehilangan atau kerusakan
kendaraan atau barang yang ada di dalam kendaraan tersebut, maka ia harus
bertanggungjawab atas kerugian yang diderita oleh konsumen baik itu kerugian secara
materiil maupun immaterial.
3) Hak penerima titipan dalam perjanjian penitipan barang perpakiran adalah sebagai
berikut:
1. Mendapatkan biaya parkir dari pemberi titipan
Penerima titipan berhak mendapatkan biaya parkir dari pemberi titipan sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.
2. Menolak barang titipan jika tidak sesuai dengan ketentuan yang berlaku
Penerima titipan berhak menolak barang titipan jika barang tersebut tidak sesuai
dengan ketentuan yang berlaku, seperti barang yang mudah terbakar, mudah
meledak, atau berbahaya.
1. Tarif Parkir
Tarif parkir merupakan salah satu hal yang penting dalam perparkiran umum.
Tarif parkir yang ditetapkan harus wajar dan tidak memberatkan pengguna jasa
parkir. UUPK tidak mengatur secara khusus mengenai tarif parkir. Namun,
Pasal 24 UUPK mengatur bahwa pelaku usaha dilarang menetapkan harga
barang dan/atau jasa yang tidak wajar. Pada saat ini masih terdapat beberapa
permasalahan mengenai tarif parkir, seperti tarif parkir yang terlalu tinggi, serta
tarif parkir yang tidak transparan. Tarif parkir yang terlalu tinggi dapat
memberatkan pengguna jasa parkir, sedangkan tarif parkir yang tidak transparan
dapat menimbulkan kecemburuan sosial. Untuk mewujudkan kepastian hukum
mengenai tarif parkir, diperlukan pengaturan yang lebih jelas dan tegas.
Pemerintah perlu menetapkan tarif parkir yang wajar dan transparan, serta
melakukan pengawasan terhadap penerapan tarif parkir.
2. Keamanan Kendaraan
Keamanan kendaraan adalah hal penting bagi pengguna jasa parkir. Pelaku
usaha parkir bertanggung jawab atas keamanan kendaraan yang diparkir di
tempat parkir yang dikelolanya.
Pasal 25 ayat (1) UUPK mengatur bahwa pelaku usaha bertanggung jawab atas
keamanan dan keselamatan konsumen. Dalam hal ini, pelaku usaha parkir
bertanggung jawab atas keamanan kendaraan yang diparkir di tempat parkir
yang dikelolanya. Tapi nyatanya masih sering terjadi beberapa kasus
kehilangan, kerusakan, atau pencurian kendaraan yang diparkir di tempat parkir
umum. Kasus-kasus tersebut dapat menimbulkan kerugian bagi pengguna jasa
parkir. Perwujudan kepastian hukum mengenai keamanan kendaraan,
dibutuhkan pengawasan yang lebih ketat dari pemerintah. Pemerintah perlu
melakukan pengawasan terhadap penyelenggaraan perparkiran umum, agar
keamanan kendaraan dapat terjamin.
3. Ganti Rugi
Ganti rugi merupakan hal yang penting bagi pengguna jasa parkir yang
mengalami kerugian akibat kehilangan, kerusakan, atau pencurian kendaraan
yang diparkir di tempat parkir umum. Pasal 26 ayat (1) UUPK mengatur bahwa
pelaku usaha bertanggung jawab atas kerugian konsumen akibat cacat barang
dan/atau jasa yang diperdagangkan. Dalam hal ini, pelaku usaha parkir
bertanggung jawab atas kerugian pengguna jasa parkir yang disebabkan oleh
kehilangan, kerusakan, atau pencurian kendaraan yang diparkir di tempat parkir
yang dikelolanya. Untuk memenuhi kepastian hukum mengenai ganti rugi,
memerlukan upaya dari berbagai pihak. Pemerintah perlu melakukan sosialisasi
kepada pengguna jasa parkir mengenai haknya untuk mendapatkan ganti rugi.
Pelaku usaha parkir perlu bertanggung jawab atas kerugian yang dialami
pengguna jasa parkir.
Sesuai dengan pasal 18 ayat (1) undang undang nomor 8 tahun 1999 tentang
Perlindungan Kosnumen bahwa, Pelaku usaha dalam menawarkan barang
dan/atau jasa yang ditujukan untuk diperdagangkan dilarang membuat atau
mencantumkan klausula baku pada setiap dokumen dan/atau perjanjian apabila:
A. Menyatakan pengalihan tanggung jawab pelaku usaha;
B. Menyatakan bahwa pelaku usaha berhak menolak penyerahan
kembali barang yang dibeli konsumen;
C. Menyatakan bahwa pelaku usaha berhak menolak penyerahan
kembali uang yang dibayarkan atas barang dan/atau jasa yang
dibeli oleh konsumen;
D. Menyatakan pemberian kuasa dari konsumen kepada pelaku usaha
baik secara langsung maupun tidak langsung untuk melakukan
segala tindakan sepihak yang berkaitan dengan barang yang dibeli
oleh konsumen secara angsuran;
E. Mengatur perihal pembuktian atas hilangnya kegunaan barang
atau pemanfaatan jasa yang dibeli oleh konsumen;
F. Memberi hak kepada pelaku usaha untuk mengurangi manfaat jasa
atau mengurangi harta kekayaan konsumen yang menjadi obyek
jual beli jasa
G. Menyatakan tunduknya konsumen kepada peraturan yang berupa
aturan baru, tambahan, lanjutan dan/atau pengubahan lanjutan
yang dibuat sepihak oleh pelaku usaha dalam masa konsumen
memanfaatkan jasa yang dibelinya; h. menyatakan bahwa
konsumen memberi kuasa kepada pelaku usaha untuk
pembebanan hak tanggungan, hak gadai, atau hak jaminan
terhadap barang yang dibeli oleh konsumen secara angsuran.
Jadi pengelola parkir seharusnya bertanggung jawab atas kerugian yang dialami
pemilik kendaraan jika pengelola parkir lalai dalam menjaga kendaraan.
Pengelola parkir dapat dimintai ganti rugi atas kerugian yang dialami pemilik
kendaraan, baik berupa kehilangan maupun kerusakan. Untuk mencegah
terjadinya peristiwa yang tidak diinginkan, pengelola parkir perlu
meningkatkan standar keamanan tempat parkir. Pengelola parkir juga perlu
memberikan informasi yang jelas kepada pemilik kendaraan tentang ketentuan
yang berlaku di tempat parkir.
2.9. Penyelesaian Sengeketa Konsumen melalui Litigasi Dan Nonlitigasi (Vina)
Penyelesaian sengketa terhadap kasus penitipan barang perpakiran dapat dilakukan
melalui dua cara, yaitu litigasi dan nonlitigasi.
• Litigasi adalah penyelesaian sengketa melalui pengadilan. Dalam kasus penitipan
barang perpakiran, litigasi dapat dilakukan jika terjadi perselisihan antara penitipan
dan penerima titipan mengenai barang yang dititipkan. Perselisihan tersebut dapat
berupa kerusakan, kehilangan, atau penolakan barang titipan. Untuk melakukan
litigasi, penitipan harus mengajukan gugatan kepada penerima titipan di
pengadilan. Gugatan tersebut harus memuat unsur-unsur yang sah, yaitu:
1. Identitas para pihak
2. Uraian singkat sengketa
3. Dasar hukum yang digunakan
4. Permohonan yang diajukan
Setelah gugatan diajukan, pengadilan akan memeriksa dan mengadili perkara
tersebut. Jika pengadilan memutuskan bahwa penerima titipan bersalah, penerima
titipan wajib bertanggung jawab atas kerugian yang timbul.
• Nonlitigasi
Nonlitigasi adalah penyelesaian sengketa di luar pengadilan. Penyelesaian
nonlitigasi dapat dilakukan melalui berbagai cara, seperti mediasi, arbitrase, atau
konsiliasi.
1. Mediasi adalah penyelesaian sengketa dengan bantuan mediator. Mediator
adalah pihak ketiga yang netral dan tidak memihak salah satu pihak. Mediator
berperan sebagai fasilitator untuk membantu para pihak mencapai kesepakatan.
2. Arbitrase adalah penyelesaian sengketa dengan bantuan arbiter. Arbiter adalah
pihak ketiga yang ditunjuk oleh para pihak untuk memutuskan perkara tersebut.
Keputusan arbiter bersifat final dan mengikat para pihak.
3. Konsiliasi adalah penyelesaian sengketa dengan bantuan konsiliator.
Konsiliator adalah pihak ketiga yang netral dan tidak memihak salah satu pihak.
Konsiliator berperan sebagai fasilitator untuk membantu para pihak mencapai
kesepakatan.