Sie sind auf Seite 1von 3

TUGAS 1 HUKUM PERLINDUNGAN KONSUMEN

Nama: EDY KARTIKO


NIM : 044071009

SOAL :

1. Terkait kasus di atas menurut pandangan anda, apakah dapat disebut sebagai bagaian
dari hokum perlindungan konsumen?
2. Berikan pandangan anda, mengenai prinsip-prinsip konsumen yang terdapat kaitannya
dengan kasus tersebut?
3. Berikan analisis hukum anda, selain konsumen apakah pelaku usaha dalam hal ini
Perusahaan (PT. A) juga punya hak untuk mendapatkan perlindungan hukum?

JAWABAN :
1. Perlindungan konsumen adalah perangkat hukum yang diciptakan untuk
melindungi dan terpenuhinya hak konsumen. Sebagai contoh, para penjual
diwajibkan menunjukkan tanda harga sebagai tanda pemberitahuan kepada
konsumen.
1999 Tentang Perlindungan Konsumen Republik Indonesia menjelaskan bahwa
hak konsumen diantaranya adalah hak atas kenyamanan, keamanan, dan
keselamatan dalam mengonsumsi barang dan atau jasa; hak untuk memilih jasa
serta mendapatkan barang dan atau jasa tersebut sesuai dengan nilai tukar dan
kondisi serta jaminan yang dijanjikan; hak untuk diperlakukan atau dilayani
secara benar dan jujur serta tidak diskriminatif; hak untuk mendapatkan
kompensasi, ganti rugi dan atau penggantian, apabila barang dan atau jasa yang
diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak sebagaimana mestinya

Di Indonesia, dasar hukum yang menjadikan seorang konsumen dapat


mengajukan perlindungan adalah:

 Undang Undang Dasar 1945 Pasal 5 ayat (1), Pasal 21 ayat (1), Pasal 27,
dan Pasal 33.
 Undang Undang No. 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen
(Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 1999 No. 42 Tambahan
lembaran Negara Republik Indonesia No. 3821
 Undang Undang No. 5 tahun 1999 Tentang Larangan Praktik Monopoli dan
Persaingan Usaha Usaha Tidak Sehat.
 Undang Undang No. 30 Tahun 1999 Tentang Arbritase dan Alternatif
Penyelesian Sengketa
 Peraturan Pemerintah No. 58 Tahun 2001 tentang Pembinaan Pengawasan
dan Penyelenggaraan Perlindungan Konsumen
 Surat Edaran Dirjen Perdagangan Dalam Negeri No. 235/DJPDN/VII/2001
Tentang Penangan pengaduan konsumen yang ditujukan kepada Seluruh
dinas Indag Prop/Kab/Kota
 Surat Edaran Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri No. 795
/DJPDN/SE/12/2005 tentang Pedoman Pelayanan Pengaduan Konsumen

2. asas-asas hukum perlindungan konsumen tersebut di atas:

1. Asas manfaat, yakni untuk mengamanatkan bahwa segala upaya dalam


penyelenggaraan perlindungan hukum konsumen harus memberi manfaat
sebesar-besarnya bagi kepentingan konsumen dan pelaku usaha secara
keseluruhan.
2. Asas keadilan, memiliki maksud agar partisipasi seluruh rakyat dapat
diwujudkan dengan maksimal dan memberikan kesempatan kepada
konsumen serta pelaku usaha untuk memperoleh haknya, juga
melaksanakan kewajibannya secara adil. Asas keadilan juga menghendaki
bahwa melalui peraturan hukum perlindungan konsumen, konsumen dan
produsen dapat berlaku adil melalui perolehan hak dan kewajiban. Maka
dari itu, UU Perlindungan Konsumen mengatur hak dan kewajiban
konsumen dan juga pelaku usaha.
3. Asas keseimbangan merupakan asas guna memberikan keseimbangan
antara kepentingan konsumen, pelaku usaha, dan pemerintah. Artinya,
kepentingan antara konsumen, pelaku usaha dan pemerintah diatur dan
harus diwujudkan secara seimbang sesuai dengan hak dan kewajiban
masing-masing dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
4. Asas keamanan dan keselamatan konsumen dimaksudkan untuk
memberikan jaminan atas keamanan dan keselamatan kepada konsumen
dalam penggunaan, pemakaian, dan pemanfaatan barang serta jasa yang
digunakan. Artinya terdapat jaminan hukum bahwa konsumen akan
memperoleh manfaat dari produk yang dipakai, dan produk tidak akan
mengancam keselamatan konsumen.
5. Asas kepastian hukum, yakni bertujuan agar pelaku usaha maupun
konsumen mentaati hukum dan memperoleh keadilan dalam
penyelenggaraan perlindungan hukum konsumen. Kemudian, negara dalam
hal ini turut menjamin adanya kepastian hukum tersebut.

3. Perlindungan terhadap pelaku usaha dalam hal ini didasari pada hak-hak pelaku
usaha dalam pasal 6 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang
Perlindungan Konsumen, diantaranya adalah hak pelaku usaha dalam
mendapatkan perlindungan hukum atas tindakan konsumen yang dilandasi
itikad tidak baik dan hak mendapatkan pembayaran dari konsumen

Sehubungan dengan hal itu perlindungan konsumen lebih banyak diatur


dibandingkan dengan pelaku usaha, hal ini beralasan mengingat kedudukan
konsumen yang timpang dengan pelaku usaha, seperti misalnya salah satu
faktor dalam pembelian barang secara online dimana daya tawar ( bargaining
position ) yang dimiliki konsumen masih rendah. Namun dalam hal ini kedua
pihak harus dilandasi dengan itikad yang baik dalam melakukan transaksi jual
beli online. Dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang
Perlindungan Konsumen dalam pasal 6 disebutkan mengenai hak-hak pelaku
usaha, dimana hak-hak tersebut terdiri dari hak mengenai menerima
pembayaran sesuai dengan kesepakatan mengenai kondisi dan nilai tukar
barang atau jasa yang diperdagangkan, hak untuk mendapat perlindungan
hukum dari itikad tidak baik dari konsumen, hak untuk membela diri sepautnya
dalam penyelesaian hukum sengketa konsumen, hak untuk rehabilitasi nama
baik apabila tebukti secara hukum bahwa kerugian yang dialami konsumen
bukan dari barang atau jasa yang diperdagangkan, dan hak-hak yang diatur
dalam hal peraturan perundang-undangan lainnya.
Pasal 6 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan
Konsumen menjelaskan apa yang menjadi hak-hak dari pelaku usaha, yaitu hak
untuk menerima pembayaran sesuai dengan kesepakatan mengenai kondisi dan
nilai tukar barang dan jasa yang diperdagangkan, hak untuk mendapatkan
perlindungan hukum dari tindakan konsumen yang beritikad tidak baik, hak
untuk membela diri sepatutnya dalam penyelesaian sengketa konsumen, hak
untuk rehabilitasi nama baik apabila terbukti secara hukum bahwa kerugian
yang konsumen tidak diakibatkan oleh barang atau jasa yang diperdagangkan,
dan hak-hak yang diatur dalam peraturan perundang-undangan lainnya.
Apabila konsumen melakukan tindakan hit and run yang secara nyata telah
melanggar kesepakatan maka konsumen telah melanggar hak pelaku usaha
untuk menerima pembayaran
yang sesuai dengan kesepakatan mengenai kondisi dan nilai tukar
barang dan jasa yang diperdagangkan seperti yang telah dijelaskan dalam pasal
6 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen.
Dan konsumen juga telah melanggar pasal 5 Undang-Undang Nomor 8 Tahun
1999 Tentang Perlindungan Konsumen dimana dalam pasal tersebut dijelaskan
bahwa konsumen harus beritikad baik dalam melakukan transaksi pembelian
barang atau jasa dan konsumen juga berkewajiban membayar sesuai dengan
nilai tukar yang telah disepakati. Hal ini dapat menimbulkan kerugian terhadap
pelaku usaha yang menjadi reseller atau yang di bidang crafting, pelaku usaha
reseller akan mengalami kerugian modal pembelian barang dan pelaku usaha
crafting akan mengalami kerugian bahan pokok yang digunakan dalam
usahanya.

Das könnte Ihnen auch gefallen