Sie sind auf Seite 1von 24

BAB II

PERENCANAAN KONSTRUKSI ATAP

2.1 Perhitungan Panjang Batang Rangka Kuda-Kuda

Direncanakan :
Panjang bentang kuda-kuda (L) = 24 m
Sudut kemiringan atap (α) = 25o
Jarak antar kuda-kuda = 5.00 m
Jenis baja = BJ 37
Modulus elastisitas baja (E) = 200.000 Mpa = 2 x 106 kg/cm2
(SNI-03-1729-2002, pasal 5.1.3 hal 9)
Alat Sambung = Baut
(SNI-03-1729-2002, hal 94)

2.1.1 Batang Bawah (B1 s⁄d B4)


4L = 24 m
L = (24 m)/4
=6m
Maka, B1 = B2 = B3 = B4 = 6 m
Dan B5 = B6 = 1 m

s
2.1.2 Batang Atas (A1 A6)
d

5
6 6m
A1 = A2 = A3 = A4 = = = 6.620 m
cos α cos 250
1 1
A5 = A6 = = = 1.103
cos α cos 25 °

s
2.1.3 Batang Tegak Lurus (V1 V5)
d
V1 = V5 = A5 x Sin α
= 1.103 m x Sin 25o
= 0.466 m
V2 = V4 = (A5 + A1) x Sin α
= (1.103 m + 6.620 m) x Sin 25o
= 3.263 m
V3 = V3 = (A5 + A1 + A2) x Sin α
= (1.103 m + 6.620 m + 6.620 m) x Sin 25o
= 6.061 m

s
2.1.4 Batang Diagonal (D1 D4)
d
D1 = D4 = √ V 12 + B 12 = √(0.466 m)2+(6 m)2 = 6.018 m
D2 = D3 = √ V 2 2 + B 22 = √(3.263 m)2 +(6 m)2 = 6.829 m

Tabel 2.1 Panjang Rangka Kuda-Kuda


Nama Batang Panjang Batang Nama Batang Panjang Batang
(m) (m)
A1 0.466 B6 1
A2 0.466 V1 0.466
A3 0.466 V2 3.263
A4 0.466 V3 6.061
A5 1.103 V4 3.263
A6 1.103 V5 0.466
B1 6 D1 6.018
B2 6 D2 6.829
B3 6 D3 6.829

6
B4 6 D4 6.018
B5 1
2.2 Perencanaan Gording

Direncanakan :
 Profil Baja Rencana = Light Lip Channels [ LLC.100.50.20.4 ]

Cx B C

ix
x x
iy
A

Cy
t
Sx
y

Dari Tabel profil kontruksi baja, diperoleh data-data profil :

1. Size (ukuran)
A = 100 mm = 10 cm
B = 50 mm = 5 cm
C = 20 mm = 2 cm
t = 4 mm = 0,4 cm

2. Weight (berat) = 6.71 kg/m

3. Center Of Gravity (titik pusat berat)


Cx = 0 cm
Cy = 1,86 cm

4. Moment Of Inersia (momen inersia)

7
Ix = 127 cm4
Iy = 28.7 cm4
5. Radius Of Gyration (radius girasi/jari-jari inersia)
ix = 3,85 cm
iy = 1,83 cm

6. Section Modulus (momen lawan)


Zx = 25,4 cm3
Zy = 9.13 cm3

 Jarak antar gording = 0.6 m


 Jarak antar kuda-kuda (L) = 5.00 m
 Sudut kemiringan atap (α) = 25°
 Penutup atap = Seng gelombang
 Berat seng gelombang (BWG 24) = 10 kg/m2
(SNI-03-1727-1989, tabel 1 hal 4)
 Alat Sambung = Baut
(SNI-03-1729-2002, hal 94)
 Mutu Baja = BJ 37
 Modulus Elastisitas Baja (E) = 200.000 Mpa = 2 x 106 kg/cm2
(SNI-03-1729-2002, pasal 5.1.3 hal 9)

Beban-beban yang dipikul oleh gording adalah :


a. Beban mati / Dead Load (D)
1. berat sendiri penutup atap
2. berat sendiri gording

b. Beban hidup / Live Load (L)


(Sesuai SNI-03-1727-1989, pasal 2.1.2 poin b.2.b hal 4)

c. Beban angin / Wind Load (W)

8
(Sesuai SNI-03-1727-1989, pasal 2.1.3 poin c.1.b hal 10)

Rumus yang digunakan sebagai berikut :

Kuda - Kuda
L

9
Terhadap sb x – x profil :
 Bidang Momen
 Beban mati : MXD = 1/8 (qx cos α) L2
 Beban hidup (q) : MXL = 1/8 (qx cos α) L2
 Beban hidup (P) : MXL = 1/4 (Px cos α) L
 Bidang Geser
 VX = 1/2 qx L
 VX = 1/2 Px

Terhadap sb y – y profil :
 Bidang Momen
 Beban mati : MYD = 1/8 (qy sin α) L2
 Beban hidup (q) : MYL = 1/8 (qy sin α) L2
 Beban hidup (P) : MYL = 1/4 (Py sin α) L

 Bidang Geser
 VY = 1/2 qy L
 VY = 1/2 Py

Untuk mencari lendutan bidang momen ӨA, ӨB dan ΔC dari balok berikut :

10
A B
A
C B A C
B

C'

C' L
EI konstan

2/3 1/3 1/3 2/3

L
EI konstan

5/16 3/16 3/16 5/16

Momen yang didapat :

ql^2
8

5/16

ql
4

2/ 3

a. Putaran Sudut ӨA dan ӨB

ӨA = beda kemiringan antara A dan C’


M
= luas bidang diantara A dan C’
EI
2 q L2 L M L 3
= ( ) =
3 8 EI 2 24 EI
, sejarah putaran jarum jam.

q L3
ӨB = , berlawanan arah putaran jarum jam.
24 EI

b. Lendutan ΔC (Untuk beban terbagi merata)

ΔC = A,A = lendutan dari A terhadap garis singgung di C’

11
M
= momen dari luas diantara C dan A terhadap A
EI
2 q L2 L 5 5 q L4
= ( )( )( )
3 8 EI 2 16
L=
384 EI
, kebawah.

c. Lendutan ΔC (Untuk beban terpusat)

ΔC = A,A = lendutan dari A terhadap garis singgung di C’


M
= momen dari luas diantara C dan A terhadap A
EI
1 PL L 1 P L3
= ( )( )( )
2 4 EI 2 3
L=
48 EI
, kebawah

2.2.1 Perhitungan beban-beban

a. Beban Mati/Dead Load (D)

Berat sendiri Gording = Profil [LLC.100.50.20.4]


= 6.71 kg/m
Berat atap = Berat seng gelombang x jarak antar gording
= 10 kg/m2 . 0.6 m
= 6 kg/m
q = 6.71 kg/m + 6 kg/m = 12.71 kg/m

12
Beban terbagi rata :
qx = q cos β = 12.71 kg/m . cos 25 = 11.519 kg/m
qy = q sin β = 12.71 kg/m . sin 25 = 5.371 kg/m

Bidang momen :
Mx = 1/8 qx L² = 1/8 (11.519) kg/m x ( 5 )2m = 35.997 kgm
My = 1/8 qy L² = 1/8 (5.371) kg/m x ( 5 )2m = 16.784 kgm

Bidang Geser :
Vx = 1/2 qx L = 1/2 (11.519) kg/m x ( 5 ) m = 28.797 kg
Vy = 1/2 qy L = 1/2 (5.371) kg/m x ( 5 ) m = 13.427 kg
Lendutan yang timbul :

5. qx L4 5 ( 0,1152 ) ( 500 ) 4
fx = = 6 = 0.369 cm
384. E . Ix 384 ( 2x10 ) ( 127 )

5. qy L4
fy = = 5 ( 0,0537 ) ¿ ¿ = 0.761 cm
384. E. Iy

b. Beban Hidup / Life Load (La)

1. Beban Terpusat ( P )

Beban terpusat ( P ) = 100 kg , (berdasarkan SNI-03-1727-1989, pasal


2.1.2 ayat b.2.b hal 4)

13
Beban terpusat :
Px = P cos β = 100 kg . cos 25 = 90.631 kg
Py = P sin β = 100 kg. sin 25 = 42.262 kg

Bidang momen :
Mx = 1/4 Px .L = 1/4 x 90.631 kg x 5 m = 113.289 kgm
My = 1/4 Py .L = 1/4 x 42.262 kg x 5 m = 52.827 kgm

Bidang Geser :
Vx = 1/2 Px = 1/2 x 90.631 kg = 45.315 kg
Vy = 1/2 Px = 1/2 x 42.262 kg = 21.131 kg

Lendutan yang timbul :

Px . L3 (90.631)(500)3
fx = = 6 = 0.929 cm
48. E . Ix 48 ( 2x10 ) (127)
Karna tidak memenuhi syarat, maka dipasang sagrod sehingga:
Ly = L/2 = 500/2 = 250 cm

Py . Ly3 (42.262)(250)3
fy = = = 0.239 cm
48. E . Iy 48 ( 2x106 ) ( 28.7)

2. Beban Terbagi Rata ( q )

Beban terbagi rata ( q ) = 40 – 0,8. β , (berdasarkan SNI-03-1727-1989,


pasal 2.1.2 ayat b.2.b hal 4).

q = (40 – 0,8. β)
= (40 – 0,8. 25°)

14
= 20 kg/m2

Beban akibat air hujan yang diterima gording :

q = Beban air hujan x jarak antar gording


= 20 kg/m2 x 0.6 m
= 12 kg/m

Beban terbagi rata :

qx = q. Cos . β = 20 cos 25 = 18.12 kg/m = 0,181 kg/cm


qy = q. Sin . β = 20 sin 25 = 8.45 kg/m = 0,084 kg/cm

Bidang Momen :

1
Mx = . qx . L2 = 1/8 (18.12) (5)² = 56.625 kgm
8
1
My = . qy . L2 = 1/8 (8.45) (5)² = 26.406 kgm
8

Bidang Geser :

1 1
Vx = . qx . L = (18.12) (5) = 45.3 kg
2 2
1 1
Vy = . qy . L = (8.45) (5) = 21.125 kg
2 2

Lendutan yang timbul :

5.qx . L 4 5 (0,181)(500)4
fx = = = 0.579 cm
384. E . Ix 384 ( 2x106 ) (127)

5.qy . L4 5(0,08 4)(500)4


fy = = = 1.190 cm
384. E . Iy 384 ( 2x106 ) (28.7)

15
Dari kedua jenis beban hidup diatas, maka beban yang diperhitungkan
adalah beban yang terbesar (P < q ), maka yang diambil adalah beban beban
terpusat, sesuai dengan SNI-03-1729-2002, pasal 2.1.2 ayat b.2.

c. Beban Angin / Wind Loud (w)

- 0,4

+ 0,9 BID ANGIN - 0,4


- 0,4

65

Tekanan angin rencana (W) = 40 kg/m 2 berdasarkan SNI-03-1727-1989,


pasal 2.1.3 ayat c.1.b hal 9. Jenis gedung yang direncanakan adalah jenis gedung
tertutup. Komponen angin yang diperhitungkan hanya bekerja pada arah sumbu x
dan y = 0. Besar angin tekan yang diterima gording:

a. Angin Tekan

Berdasarkan SNI-03-1727-1989, pasal 2.1.3 ayat c.1.b hal 10 menyetakan


bahwa α < 65° . Maka, koefisien angin tekan (0,02 α – 0,4). Untuk beban terbagi
rata sesuai buku Agus Setiawan ‘’Perencanaan Struktur Baja Dengan Metode
LRFD’’ (Berdasarkan SNI-03-1729-2002) Tahun 2008 hal 105).

C = 0,02 α – 0,4
= 0,02 . 25 – 0,4
= 0,10

16
Beban terbagi rata :

qx = koefisien angin x tekanan angin x jarak antar gording


= 0,1 x 40 x 0.60
= 2.4 kg/m
qy =0

Bidang Momen :

1 1
Mx = . qx . L2 = (2.4)(5)² = 7.5 kgm
8 8
My = 0

Bidang Geser :

1 1
Vx = . qx . L = (2.4)(4,50) = 3 kg
2 2
Vy =0

Lendutan yang timbul :

5.qx . L 4 5 . 0.24 kg/cm . 5 0 04 cm


fx = = = 0.769 cm
384. E . Ix 384 . (2 x 106 ) kg/ cm 2 . 127 cm 4
fy =0

b. Angin Hisap

Berdasarkan SNI-03-1727-1989, pasal 2.1.3 ayat c.1.b hal 10 menyetakan


bahwa koefisien angin hisap (C) = - 0,4.

Beban Terbagi Rata :

qx = Koefisien Angin (C) . Tekanan Angin (W) . Jarak Antar Gording


= - 0,4x 40 x 0.6

17
= -9.6 kg/m
qy =0

Bidang Momen :

Mx = 1/8 qx L2 = 1/8 (-9.6) x (5)2 = -30 kgm


My = 0

Bidang Geser :

Vx = 1/2 qxL2 = 1/2(-9.6) x ( 5 ) = -15 kg


Vy =0

Lendutan yang timbul :

5.qx . L 4 . - 0.0 96 kg/cm . 5 0 04 cm


fx = =5 = - 0.308 cm
384. E . Ix 384 . (2 x 106 ) kg/ cm2 . 127 cm 4

fy =0

Tabel 2.2 Besar Momen Akibat Variasi Beban

Momen Beban Mati (D) Beban Hidup (La) Beban Angin

Kgm Kgm Kgm Angin Tekan Angin Hisap

Mx 35.997 113.289 7.5 -30

My 16.784 52.827 0 0

Tabel 2.3 Besar Geser Akibat Variasi Beban

Momen Beban Mati (D) Beban Hidup (La) Beban Angin

Kgm Kg Kg Angin Tekan Angin Hisap

Vx  28.797 45.315 3 -15

Vy 13.427 21.131 0 0

18
Berdasarkan perhitungan diatas terlihat yang menentukan adalah
pembebanan dengan beban yang paling besar. Rumus kombinasi beban yang
sesuai dengan SNI-03-1729-2002, pasal 6.2.2 hal 13, dengan menggunakan
persamaan :

1,4 D
1,2 D + 1,6 L + 0,5 (La atau H)
1,2 D + 1,6 (La atau H) + (ɣL L atau 0,8 W)
1,2 D + 1,3 W + ɣL L + 0,5 (La atau H)
1,2 D ± 1,0 E + ɣL L
0,9 D ± (1,3 W atau 1,0 E)

Keterangan:
D = beban mati yang diakibatkan oleh berat konstruksi permanen, termasuk
dinding, lantai, atap, plafon, partisi tetap, tangga, dan peralatan layan tetap.
L = beban hidup yang ditimbulkan oleh penggunaan gedung, termasuk kejut,
tetapi tidak termasuk beban lingkungan seperti angin, hujan, dan lain-lain.
La = beban hidup di atap yang ditimbulkan selama perawatan oleh pekerja,
peralatan, dan material, atau selama penggunaan biasa oleh orang dan
benda bergerak.
H = beban hujan, tidak termasuk yang diakibatkan genangan air.
W = beban angin
E = beban gempa, yang ditentukan menurut SNI 03–1727–1989, atau
penggantinya.

19
Perhitungan :
Tabel 2.4 Kombinasi Momen Akibat Variasi Beban

Kombinasi Beban (kgm)


Momen
(M) 1,2 D + 1,6 L
1,2 D + 1,6 (La atau 1,2 D + 1,3 W + ɣL
+ 1,2 D ± 1,0 E + ɣL 0,9 D ± (1,3 W atau 1,0
1,4 D H) + L+
(kgm) 0,5 (La atau L E)
(ɣL L atau 0,8 W) 0,5 (La atau H)
H)

50.39 230.459
Mx 99.841 109.591 43.196 42.147
6
23.49
My 46.554 104.664 46,554 20.141 15.105
7

Tabel 2.5 Kombinasi Geser Akibat Variasi Beban


Kombinasi Beban (kg)

Geser (V) 1,2 D + 1,6 L


1,2 D + 1,6 (La atau 1,2 D + 1,3 W + ɣL 1,2 D ± 1,0 E + ɣL 0,9 D ± (1,3 W atau 1,0
+
1,4 D H) + L+
(kg) 0,5 (Laatau L E)
(ɣL L atau 0,8 W) 0,5 (La atau H)
H)

40.31 109.460
Vx 57.214 61.114 34.556 29.817
6
Vy 18.79 26.462 49.922 26.678 16.112 12.084

20
8

21
2.2.2 Evaluasi terhadap profil yang di rencanakan

Perencanaan menggunakan profil baja rencana Light Lip Channels


[LLC.150.75.20.4,5 ]. Dari Tabel profil kontruksi baja, diperoleh data-data profil :

1. Size (ukuran)
A = 100 mm = 10 cm
B = 50 mm = 5 cm
C = 20 mm = 2 cm
t = 4 mm = 0,4 cm

2. Weight (berat) = 6.71 kg/m

3. Center Of Gravity (titik pusat berat)


Cx = 0 cm
Cy = 1,86 cm

4. Moment Of Inersia (momen inersia)


Ix = 127 cm4
Iy = 28.7 cm4

5. Radius Of Gyration (radius girasi/jari-jari inersia)


ix = 3.85 cm
iy = 1.83 cm

6. Section Modulus (momen lawan)


Zx = 25.4 cm3
Zy = 9.13 cm3

22
a. Kontrol lendutan yang terjadi

Sesuai dengan yang dipaparkan dalam buku Ir.Thamrin Nasution


‘’Struktur Baja 1’’ modul 5 sesi 4, 2011 adalah :
4 3 4
5 . qx . L Px . L 5. qx . L
Δx= + + <L/240
384 . E . Ix 48 . E . Ix 384 . E . Ix
∆x = 0.369 cm + 0.929 cm + 0.579 cm < 500/240
∆x = 1.877 cm < 2.083 ………….OK

4 3
5 . qy . L Py . L
Δy= + <L/240
384 . E . Iy 48 . E . Iy
∆y = 0.761 cm + 0.239 cm < 500/240
∆y = 1 cm < 2.083 ………….OK

b. Kontrol tegangan lentur yang terjadi

Menurut Thamrin Nasution “Struktur Baja I, modul 5 sesi 2 tahun 2011


hal 10” menyebutkan bahwa jika penampang profil I dibebani oleh gaya yang
menyebabkan terjadinya lentur dua arah, yaitu Mx kearah sumbu x-x dan My
kearah sumbu y-y, maka kondisi batas kekuatan komponen struktur tersebut
ditentukan oleh leleh akibat tegangan kombinasi yang bekerja atau tekuk torsi
lateral. Keadaan struktur yang demikian dijumpai pada struktur gording.
Menurut Agus Setiawan “Perencanaan Struktur Baja Dengan Metode
LRFD’’ (Berdasarkan SNI-03-1729-2002 Tahun 2008 hal 81) menyebutkan
rumus umum perhitungan tegangan akibat momen lentur dapat digunakan dalam
kondisi yang umum. Tegangan lentur pada penampang profil yang mempunyai
minimal satu sumbu simetri dan dibebani pada pusat gesernya.
Rumus dapat dihitung dari persamaan :

Mux Muy
f = + ≤ ∅ ∙ fy
Sx Sy

23
Ix Iy
dengan : Sx = danSy =
Cy Cx

sehingga :

Mux . Cy Muy . Cx
f = + ≤ ∅ ∙ fy
Ix Iy

2304590 Nmm . 1,86 mm 1046640 Nmm . 0 mm


= 4
+ 4
≤ 0,9 ∙ 240 MPa
127 0000 mm 287000 mm

= 3.375 Mpa ≤ 216 Mpa...............OK

Keterangan :
f = Tegangan lentur
Mux, Muy = Momen akibat beban kerja terfactor pada arah x dan y
Sx, Sy = Modulus penampang arah x dan y
Ix, Iy = Momen inersia arah x dan y
Cx, Cy = Jarak dari titik berat ketepi seratarah x dan y
Ø = Faktor tahanan struktur yang memikul lentur (0,90)

c. Kontrol terhadap momen lentur nominal dari penampang

Menurut Agus Setiawan “Perencanaan Struktur Baja Dengan Metode


LRFD’’ (Berdasarkan SNI-03-1729-2002 Tahun 2008, hal 186) menyebutkan
setiap komponen struktur yang memikul momen lentur, harus memenuhi
persyaratan :

Øb . Mn ≥ Mu

Dengan :

24
Øb = Faktor reduksi untuk lentur (0,90)
Mn = Kawat nominal momen lentur dari penampang
Mu = Beban momen lentur terfaktor.
 Sb-x
Mn = Mp = Zx . fy
= 25400 mm³ . 240 N/mm²
= 6096000 N.mm = 609,6 kgm

Øb . Mn ≥ Mux
0,90 . 609,6 kgm ≥ 230.459 kgm
548.64 kgm ≥ 230.459 kgm...............OK

 Sb-y
Mn = Mp = Zy . fy
= 9130 mm³ . 240 N/mm²
= 2191200 N.mm
= 219,12 kgm

Øb . Mn ≥ Muy
0,90 . 219,12 kgm ≥ 104.664 kgm
197.208 kgm ≥ 104.664 kgm...............OK

d. Kontrol terhadap tekuk lokal

Menurut Agus Setiawan “Perencanaan Struktur Baja Dengan Metode


LRFD’’ (Berdasarkan SNI-03-1729-2002 Tahun 2008, hal 186) menyebutkan
agar penampang dapat mencapai kuat nominal Mn = Mp, maka penampang harus
kompak untuk mencegah terjadinya tekuk lokal.
Syarat penampang kompak ditentukan sesuai dengan Tabel 7.5-1 SNI-03-
1729-2002, hal 29. Yaitu λ untuk flens (b/2tf) dan untuk web (h/tw) tidak boleh
melebihi λp. Batasan nilai untuk λp ditampilkan pada Tabel 9.1. Selain harus

25
kompak, pengaku lateral harus diberikan sehingga panjang bentang tidak
terkekang, L tidak melebihi Lpd yang diperoleh dari persamaan :

Tabel. 2.6 Perhitungan Penampang

Sayap (flens ) Badan (Web )

λf ≤ λp λf ≤ λp
b 170
2tf ≤ h 1680
√ fy ≤
tw √ fy
50 170 100 1680
≤ ≤
2(4) √240 4 √240

6,250 ≤ 10,97 25 ≤ 108,44

(Penampang kompak) (Penampang kompak)

Maka :
M1
25000 + 15000 ( )
Mp
Lpd = . iy
fy
104664 0 Nmm
25000 + 15000 ( )
2191200 Nmm
= x 18.3 mm
N
240
mm2
= 2452.569 mm

790
Lp = . iy
√ 240
= 50,994 . 18,3 mm
= 933.190 mm

Lpd > Lp
2452.569 mm > 933.190 mm...............OK

26
e. Kontrol terhadap geser

Berdasarkan dengan yang dipaparkan dalam buku Ir.Thamrin Nasution


‘’Struktur Baja 1’’ modul 5 sesi 4, 2011 dan juga SNI-03-1729-2002, pasal 8.8 hal
45.
Vu ≤ φ .Vn

Dengan persyaratan :

h kn E
tw
≤1,10
h 100
=
fy √
= 25
tw 4
Maka kn = 5

kn . E 5. (200000)
1,10
√ fy
=1,10

240
=71,005

Sehingga didapat :

h kn E
tw
≤1,10
fy √
25 ≤ 71,005 ........... OK

Kekuatan Geser Nominal :

VR = 0,6. fy . Aw Aw = h . tw
= 0,6 . 240 MPa . 400 mm2 = 100 mm x 4 mm
= 57600 N = 400 mm2
= 576 kg

Kekuatan Geser Nominal Terfaktor :

27
Vu = Фb . Vn
= 0,9 . 576 kg
= 518.4 kg

Kontrol :
Vux = 109.460 Kg ≤ Фb . Vu = 518.4 kg ...............(Memenuhi)
Vuy = 49.922 Kg ≤ Фb . Vu = 518.4 kg ..............(Memenuhi)

28

Das könnte Ihnen auch gefallen