Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
A. Profil Bisnis
Usaha budidaya BSF merupakan usaha yang fleksibel. Jika seorang peternak
ingin menghasilkan produk yang lebih besar, maka bibit yang disediakan harus lebih
banyak. Secara teoritis, 1 kg bibit dalam 1 kali periode pertumbuhan (± 6 minggu atau
1,5 bulan) bisa menghasilkan 100 kg larva. Hal tersebut ditunjang dengan adanya
tempat dalam membudidayakan BSF. Tempat yang harus disediakan juga fleksibel
karena usaha budidaya ini bisa memanfatkan lahan yang kosong atau tidak terpakai
menjadi tempat budidaya. Hal ini dikarenakan sedikitnya kriteria dalam pemilihan
tempat untuk membudidayakan BSF, yaitu adanya tempat yang terkena sinar matahari
langsung. Kriteria ini hanya berlaku pada lalat dewasa, sedangkan pada larva dan pupa
tidak ada syarat sama sekali.
Sekretaris Bendahara
Anggota
AMROZI
AINUL YAQIN
HASAN BASRI
C. Rencana Kedepan
Naiknya harga pakan ternak yang dibarengi dengan anjloknya harga ternak di pasaran, membuat
sejumlah peternak di Kec. Waru Kab. Pamekasan mengeluh. Hal ini membuat mereka
mengalami kerugian dan bisa berpotensi gulung tikar. Peternakan Magot BSF Darul Amin akan
menawarkan pakan ternak alternatif dengan harga yang relatif murah kepada para pelaku usaha
ternak tersebut.
Penyebaran informasi penawaran kami lakukan secara langsung ataupun tidak langsung.
Penyebaran informasi yang dilakukan secara langsung dapat dimulai oleh para santri kepada
yang nantinya akan tersebar dari mulut ke mulut. Dapat pula dilakukan melalui aktivitas
kewirausahaan seperti seminar yang bekerjasama dengan Dinas Peternakan setempat. Untuk
penyebaran informasi yang tidak dilakukan secara langsung dapat melalui media sosial seperti
Facebook, Whatsapp, dan Instagram.
D. Pendanaan
1. Rekapitulasi anggaran yang dibutuhkan Tenant
No. Uraian Kegiatan Jumlah
1 Biaya Personil 20.800.000
2 Biaya Non Personil
a. Bahan habis pakai 4.694.000
b. Pembelanjaan alat pra
17.600.000
produksi
c. pembeloan slat pasta
produksi dan Pengembangan 127.906.000
Produk
d. Belanja Bahan 9.000.000
e. Promosi 8.500.000
TOTAL 188.500.000
Produksi maggot
3. Proses Usaha
Alat dan Bahan:
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum budidaya maggot adalah ember, kawat
penutup, plastik ukuran 30×50 cm, karet gelang dan kertas nasi.
Bahan-bahan yang digunakan adalah dedak, yakult, EM4, royko, gula pasir dan
air.
Prosedur Kerja
Biaya operasional
pertahun
Biaya tetap
penyusutan unit 100,000 100,000
investasi 1
biaya tenaga kerja 0 Orang
Rp.
total biaya tetap 100,000
7. Peluang usaha
Peluang usaha pembuatan maggot sebagai pakan alternatif di wilayah
Pamekasan dinilai berpeluang tinggi karena pakan konvesional di wilayah
Pamekasan masih terhitung sulit dijangkau dan harganya terbilang cukup mahal,
sehingga dengan adanya produksi maggot ini dapat menjadi pakan alternatif bagi
para pembudidaya karena maggot mampu memenuhi nurtisi yang dibutuhkan ikan
dan memiliki harga yang ekonomis.
Kita ambil contoh untuk usaha ternak lele. Asumsi yang ada adalah peternak lele
membutuhkan 250 kg pellet untuk membesarkan 400 bibit ukuran 3-5 cm. Harga 1 sak pellet isi 30
kg adalah Rp. 255.000. Jika peternak menggunakan 100% pellet untuk pakan maka biaya yang
dibutuhkan adalah Rp. 2.125.000 (250 kg/30 kg x 255.000). Jika peternak lele menggunakan 50 %
pellet dan 50% maggot maka biaya yang dibutuhkan adalah 125 kg pellet + 125 kg maggot. Biaya
yang dibutuhkan untuk 125 kg pellet adalah Rp. 1.062.500 (125 kg / 30 kg x 255.000). 1 kali panen
maggot menghasilkan 60 kg, biaya yang dibutuhkan untuk 60 kg maggot adalah 278.000 (biaya
bahan baku+tenaga kerja) sehingga biaya untuk 125 kg maggot adalah Rp.579.166 (125 kg/60 kg x
Rp.278.000). Biaya jika menggunakan 50% pellet + 50% maggot adalah Rp.1.062.500 + 579.166 =
Rp. 1.641.666. Penghematannya yaitu Rp.2.125.000 – Rp.1.641.666 = Rp. 483.334.
Jika penghematan dinyatakan dalam persentase maka penggunaan 50% pellet + 50% maggot
dapat menghemat biaya pengadaan pakan sebesar 22,74% (Rp.483.334/Rp.2.125.500 x 100%)