Sie sind auf Seite 1von 9

RENCANA USAHA / BUSINESS PLAN

PONDOK PESANTREN DARUL AMIN WARU PAMEKASAN

A. Profil Bisnis
Usaha budidaya BSF merupakan usaha yang fleksibel. Jika seorang peternak
ingin menghasilkan produk yang lebih besar, maka bibit yang disediakan harus lebih
banyak. Secara teoritis, 1 kg bibit dalam 1 kali periode pertumbuhan (± 6 minggu atau
1,5 bulan) bisa menghasilkan 100 kg larva. Hal tersebut ditunjang dengan adanya
tempat dalam membudidayakan BSF. Tempat yang harus disediakan juga fleksibel
karena usaha budidaya ini bisa memanfatkan lahan yang kosong atau tidak terpakai
menjadi tempat budidaya. Hal ini dikarenakan sedikitnya kriteria dalam pemilihan
tempat untuk membudidayakan BSF, yaitu adanya tempat yang terkena sinar matahari
langsung. Kriteria ini hanya berlaku pada lalat dewasa, sedangkan pada larva dan pupa
tidak ada syarat sama sekali.

Pemanfaatan larva BSF sebagai pakan ternak memiliki keistimewaan secara


langsung maupun tidak langsung. Larva BSF mampu mengurai limbah organik secara
efektif karena larva tersebut termasuk golongan detrivora, yaitu organisme pemakan
tumbuhan dan hewan yang telah mengalami pembusukan. Dibandingkan dengan larva
dari keluarga lalat Muscidae dan Calliphoridae, larva ini tidak menimbulkan bau yang
menyengat dalam proses mengurai limbah organik sehingga dapat diproduksi di rumah
atau pemukiman (Wardhana 2016: 75).
Kemampuan larva dalam mengurai senyawa organik ini dilaporkan terkait
dengan kandungan beberapa bakteri yang terdapat di dalam sistem pencernaannya
(Dong et al. dan Yu et al. dalam Wardhana 2016: 75). Larva BSF mampu mengurangi
limbah hingga 58% dan menurunkan konsentrasi populasi nitrogen di kandang
(Tomberlin et al. dan Myers et al. dalam Wardhana 2016: 75). Larva BSF juga mampu
mengurai hingga 68% sampah perkotaan (Diener et al. dalam Wardhana 2016: 75).
Larva BSF juga memiliki kemampuan untuk mengurai sampah tanaman hingga 66,53%
(Zakova dan Barkovcova dalam Wardhana 2016: 75).
Keistimewaan yang lain adalah larva BSF bukan merupakan penyebab atau
perantara suatu penyakit dan relatif aman untuk kesehatan manusia sehingga jarang
dijumpai di pemukiman terutama yang berpenduduk padat. Disamping itu, populasi lalat
BSF mampu mengurangi populasi lalat M. domestica (lalat rumah). Apabila dalam
limbah organik telah didominasi oleh larva BSF, maka lalat M. domestica tidak akan
bertelur di tempat tersebut. Secara alamiah, larva lalat BSF akan mengeluarkan senyawa
kimia yang mencegah lalat M. domestica untuk bertelur di tempat yang sama.
Peternakan Magot BSF Darul Amin terletak di Dsn. Tlangi II Desa Waru Barat Kec. Waru
Kab. Pamekasan, tepatnya di kompleks Pondok Pesantren Darul Amin.
Produk turunan dari Peternakan Magot BSF Darul Amin akan mampu menghasilkan
produk yang kaya manfaat dan variatif, memiliki nilai jual serta memiliki keunggulan lainnya..
Keunggulan itu di antaranya karena Maggot mengandung protein tinggi dan berkualitas yang
dibutuhkan sebagai bahan pakan ternak, pembuatan yang mudah dilakukan oleh siapa saja
dengan biaya produksi yang murah dan terjangkau karena media utamanya adalah sampah
organik.
Peternakan Magot BSF Darul Amin ada dibawah bimbingan seorang ahli di biding
peternakan dan dibantu pengawasan Dinas Peternakan Kec. Waru dan dikelola oleh alumni-
alumni dari Pondok Pesantren yang merupakan lulusan SMK Pertanian/Peternakan yang ahli
dibidangnya..

B. Kondisi saat ini


Latar Belakang
Sampah Organik adalah masalah klasik yang selalu menjadi sumber penyakit apabila tidak
dikelola atau dimusnahkan dengan prosedur yang tepat. Banyaknya sampah yang ada di
kabupaten pamekasan, terutama di desa waru barat kec waru Dari membuat kami berinisiatif
untuk membuat usaha/bisnis pemusnahan sampah organik yang cepat dan tepat serta
menghasilkan income bagi pesantren sebagai bonus memusnahkan sampah organik tersebut.
berpikir untuk menghasilkan suatu program yang bisa mengurangi jumlah
sampah yang sudah ada. Salah satu program yang sudah bisa kita amati yaitu adanya
pembagian tempat sampah untuk sampah organik dan sampah anorganik. Pembagian
sampah tersebut merupakan salah satu upaya agar sampah yang sudah dipilah bisa
didaur ulang dan dimanfaatkan dengan baik, sehingga memiliki nilai guna dan dapat
dijadikan sebagai salah satu cara untuk mencari nafkah.
Salah satu cara untuk mengatasi semakin menumpuknya sampah organik yaitu
dengan memanfaatkan limbah rumah tangga atau sampah organik yang tidak busuk
seperti sayur-sayuran atau buah-buahan yang sudah layu sebagai media untuk
pertumbuhan Black Soldier Fly (BSF). BSF yang dibudidayakan akan dijadikan sebagai
alternatif pakan ternak, seperti unggas dan ikan. Penyediaan pakan ternak yang
berkualitas merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan industri peternakan dan
menjadi komponen terbesar dalam kegiatan usaha tersebut, yaitu 50-70% (Katayane et
al. dalam Wardhana, 2016: 69). Komponen protein mempunyai peran yang penting
dalam suatu formula pakan ternak karena terlibat dalam pembentukan jaringan tubuh
dan terlibat aktif dalam metabolisme vital seperti enzim, hormon, dan antibodi (Beski et
al. dalam Wardhana, 2016: 69). Dengan pemanfaatan BSF sebagai bahan pakan
alternatif diharapkan dapat mengurangi biaya produksi khususnya dalam pengadaan
pakan, karena BSF memiliki kandungan gizi yang tinggi dan harga jual yang murah.

Sumber Daya Manusia

Pembina Ketua Pengawas

AGUS WIDODO SP ACH. ZAKKI ABD. RAZAQ Dinas Peternakan


Kecamatan Pamekasan

Sekretaris Bendahara

AFAF ABD. RAZAQ HANA AL ITHRIYAH

Anggota

AMROZI
AINUL YAQIN
HASAN BASRI

C. Rencana Kedepan
Naiknya harga pakan ternak yang dibarengi dengan anjloknya harga ternak di pasaran, membuat
sejumlah peternak di Kec. Waru Kab. Pamekasan mengeluh. Hal ini membuat mereka
mengalami kerugian dan bisa berpotensi gulung tikar. Peternakan Magot BSF Darul Amin akan
menawarkan pakan ternak alternatif dengan harga yang relatif murah kepada para pelaku usaha
ternak tersebut.
Penyebaran informasi penawaran kami lakukan secara langsung ataupun tidak langsung.
Penyebaran informasi yang dilakukan secara langsung dapat dimulai oleh para santri kepada
yang nantinya akan tersebar dari mulut ke mulut. Dapat pula dilakukan melalui aktivitas
kewirausahaan seperti seminar yang bekerjasama dengan Dinas Peternakan setempat. Untuk
penyebaran informasi yang tidak dilakukan secara langsung dapat melalui media sosial seperti
Facebook, Whatsapp, dan Instagram.

D. Pendanaan
1. Rekapitulasi anggaran yang dibutuhkan Tenant
No. Uraian Kegiatan Jumlah
1 Biaya Personil 20.800.000
2 Biaya Non Personil
a. Bahan habis pakai 4.694.000
b. Pembelanjaan alat pra
17.600.000
produksi
c. pembeloan slat pasta
produksi dan Pengembangan 127.906.000
Produk
d. Belanja Bahan 9.000.000
e. Promosi 8.500.000
TOTAL 188.500.000

2. Rekapitulasi anggaran yang dibutuhkan Inkubator


No. Uraian Kegiatan Jumlah
1 Belanja Personil 12.000.000
2 Belanja Non Personil 18.700.000
3 Perjalanan 9.600.000
4 Belanja Bahan 21.600.000
TOTAL 61.900.000

E. Timeline Rencana Usaha/Business Plan


1. Jenis Kegiatan
Kegiatan yang akan dilakukan adalah membudidayakan lalat BSF sebagai
penghasil maggot, yang dapat dimanfaatkan sebagai pakan alternatif bagi ikan.

2. Jadwal Kegiatan dan Lokasi Usaha


Bulan Jan fbri mrt apr Mei Jun Jul ags sep okt nov des
dan
minggu
Minggu
1
Minggu
2
Minggu
3
Minggu
4
a. Jadwal kegiatan
Tabel 1. Jadwal kegiatan produksi hingga pemasaran maggot selama 1
tahun Keterangan:

Produksi maggot

Panen dan pemasaran


b. Lokasi usaha

Budidaya maggot berlokasi di Pondok Pesantren Darul Amin Waru Barat


Pamekasan Madura. Budidaya maggot ini berlangsung di bawah pohon-pohon
rindang yang memiliki buah dan bunga, sebab lalat BSF mengkomsumsi madu
dan juga meminum embun, sehingga pemilihan tempat yang tepat dapat
memudahkan lalat BSF untuk memproduksi maggot.

3. Proses Usaha
 Alat dan Bahan:
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum budidaya maggot adalah ember, kawat
penutup, plastik ukuran 30×50 cm, karet gelang dan kertas nasi.
Bahan-bahan yang digunakan adalah dedak, yakult, EM4, royko, gula pasir dan
air.
 Prosedur Kerja

1. Disiapkan alat dan bahan yang diperlukan dalam pembuatan maggot


dengan media dedak
2. Ember dicuci terlebih dahulu dengan tujuan mencegah bakteri yang
tidak dibutuhkan muncul dan mengganggu proses budidaya maggot
3. Masukan dedak dan royko (penyedap rasa) kemudian aduk hingga
merata.

4. campurkan yakult, EM4, ke dalam air sebanyak 1 liter kemudian aduk


hingga tercampur rata dan masukan kedalam campuran dedak dan
royko.
5. Aduk semua bahan jadi satu hingga hasil akhir sedikit lembab.
6. Masukan campuran kedalam kantong plastik kemudian ikat kuat
dengan karet gelang. Simpan di tempat sejuk dan tunggu selama 4-5
hari hingga kantong plastik mengembang seperti terisi oksigen.
7. Plastik yang sudah mengembang menandakan sudah terjadinya
fermentasi.
8. Selanjutnya keluarkan dan masukan dalam ember penampung. Tutup
dengan kertas nasi dengan rapat dan tutup lagi dengan kawat , untuk
menajga media tidak diganggu hewan lain.
9. Maggot siap panen pada 2-3 minggu.
4. Analisa Usaha
a. Rancangan ncangan bisnis
Rancangan usaha ini bertujuan untuk mendapatkan jenis pakan alternatif yang
memiliki tambahan nutrisi yang tinggi. Usaha ini didasari oleh kurangnya
ketersediaan pakan di wilayah Kupangsehingga memanfaatkanmaggot sebagai
bahan penambah nutrisi pakan ikan dan ternak. Rencana bisnis ini menjelaskan
bagaimana proses pembuatan pakan ikan dan ternak, proses penjualan serta
langkah jangka panjang agar usaha tetap berjalan.
b. Hasil survey pasar
Berdasarkan hasil survey lapangan jumlah pembudidaya ikan di wilayah
Pamekasan ± 37 pengusaha budidaya. Sedangkan untuk peternak di daerah
Pamekasan sekitar 100 peternak yang memelihara ternak seperti ayam pedaging,
ayam kampung, bebek, sapi, burung, dll. Berdasarkan data diatas menunjukan
bahwa kebutuhan pakan ternak maupun ikan sangat dibutuhkan oleh para
pembudidaya dan peternak sehingga dengan adanya maggot mampu menjadi
pakan aternatif untuk kebutuhan ikan dan ternak.
5. Peluang pasar dan pemasaran
Peluang pasar usaha pakan alternatif maggot di wilayah kupang dapat
meningkat disaat musim kemarau karena produksi jagung terhitung rendah
sehingga menyebabkan harga jual jagung menjadi meningkat. Sedangkan untuk
pakan komersial ikan selalu mengalami keterbatasan sebab harus didatangkan dari
daerah jawa. Pemasaran dilakukan dengan cara promosi online, rekomendasi
kepada para pembudidaya dan peterna

6. Analisis biaya produksi dan penjualan


Uraian Jmlh Satuan Harga Nilai Nilai Penysutan
satuan (Rp) ekonomis
(Rp) (Tahun)
Investasi
timbangan digital 1 Unit 200,000 200,000 2
Rp. Rp.
total investasi 200,000 100,000

Biaya operasional
pertahun
Biaya tetap
penyusutan unit 100,000 100,000
investasi 1
biaya tenaga kerja 0 Orang
Rp.
total biaya tetap 100,000

Biaya tidak tetap


ember 10 Buah Rp.50,000 Rp.500,000
kantong plastik 10 bungkus Rp.30,000 Rp.300,000
karet gelang 2 Pak Rp.15,000 Rp.30,000
kertas nasi 5 bungkus Rp.35,000 Rp.175,000
kawat penutup 10 Meter Rp.20,000 Rp.200,000
Dedak 100 Kg Rp.5000 Rp.500,000
Yakult 20 Pak Rp.10,000 Rp.200,000
EM4 10 botol Rp.30,000 Rp.300,000
Royko 2 lusin Rp.5,500 Rp.11,000
Gula pasir 3 Rp.15,000 Rp.45,000
total biaya tidak Rp.
tetap 2.246.000
Rp.
Total biaya produksi 2.346.000

1. Total Biaya Produksi


Total biaya produksi yang dikeluarkan dalam usaha produksi maggot
dalam satu tahun
Total Biaya Produksi = Biaya Tetap + Biaya Tidak
Tepat Total Biaya Produksi = 100,000+ 2, 246,000
= Rp. 2,346,000
2. Total Pendapatan per Tahun
Total pendapatan per tahun = Total produksi maggot (kg) X Nilai jual
maggot (Rp)
Total Pendapatan per tahun = 10 kg/bulan X 24 X Rp.60.000
= Rp. 14,400,000
3. Rugi Laba
Nilai keuntungan yang diperoleh dalam usaha produksi maggot dapat
dihitung dengan rumus
Keuntungan = Total pendapatan (Rp) – Total Biaya Produksi (Rp)
9

= Rp.14,400,000– Rp. 2,346,000


= Rp. 12,054,000

7. Peluang usaha
Peluang usaha pembuatan maggot sebagai pakan alternatif di wilayah
Pamekasan dinilai berpeluang tinggi karena pakan konvesional di wilayah
Pamekasan masih terhitung sulit dijangkau dan harganya terbilang cukup mahal,
sehingga dengan adanya produksi maggot ini dapat menjadi pakan alternatif bagi
para pembudidaya karena maggot mampu memenuhi nurtisi yang dibutuhkan ikan
dan memiliki harga yang ekonomis.

Kita ambil contoh untuk usaha ternak lele. Asumsi yang ada adalah peternak lele
membutuhkan 250 kg pellet untuk membesarkan 400 bibit ukuran 3-5 cm. Harga 1 sak pellet isi 30
kg adalah Rp. 255.000. Jika peternak menggunakan 100% pellet untuk pakan maka biaya yang
dibutuhkan adalah Rp. 2.125.000 (250 kg/30 kg x 255.000). Jika peternak lele menggunakan 50 %
pellet dan 50% maggot maka biaya yang dibutuhkan adalah 125 kg pellet + 125 kg maggot. Biaya
yang dibutuhkan untuk 125 kg pellet adalah Rp. 1.062.500 (125 kg / 30 kg x 255.000). 1 kali panen
maggot menghasilkan 60 kg, biaya yang dibutuhkan untuk 60 kg maggot adalah 278.000 (biaya
bahan baku+tenaga kerja) sehingga biaya untuk 125 kg maggot adalah Rp.579.166 (125 kg/60 kg x
Rp.278.000). Biaya jika menggunakan 50% pellet + 50% maggot adalah Rp.1.062.500 + 579.166 =
Rp. 1.641.666. Penghematannya yaitu Rp.2.125.000 – Rp.1.641.666 = Rp. 483.334.
Jika penghematan dinyatakan dalam persentase maka penggunaan 50% pellet + 50% maggot
dapat menghemat biaya pengadaan pakan sebesar 22,74% (Rp.483.334/Rp.2.125.500 x 100%)

Das könnte Ihnen auch gefallen