Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
Qurrotul ‘Aeni
Fakultas Syariah dan Ekonomi Islam, IAIN Syekh Nurjati Cirebon
Cirebon, 45132, Indonesia
qurrotulaeni21@gmail.com
Abstract
The purpose of this study is to answer the questions that are the formulation of the problem: 1) How is the
microfinance mechanism on BSI KCP Patrol. 2) How is the financing analysis applied to microfinance in BSI
KCP Patrol. 3) How is the microfinance mechanism on BMT Haykal Zakri. 4) How the financing analysis is
applied to haykal zakri BMT financing. As for the type of methods in this study using qualitative research, the
data collected in this study by means of observation, interview and documentation are then analyzed with
descriptive methods of analysis. The result of this study is a microfinance mechanism on BSI KCP Patrol
consisting of applying for financing, data verification, survey, committee process, contract signing, final
verification, disbursement, and monitoring. For financing analysis applied to BSI KCP Patrol is 5C analysis,
business legality analysis, and clear analysis of business plans and models. The microfinance mechanism on
BMT Haykal Zakri consists of application submission, survey, financing analysis, verification analysis,
financing process (disbursement) or return of application file. The analysis applied to Haykal Zakri's BMT is a
5C analysis, a business feasibility analysis, and a financial data analysis.
PENDAHULUAN
Pembiayaan atau kredit merupakan istilah dalam dunia Lembaga Keuangan di Indonesia yang berkaitan
dengan usaha, istilah tersebut sudah tak asing lagi terdengar di masyarakat Indonesia terutama bagi pelaku bisnis
atau usaha. Di dalam menjalankan bisnisnya, pelaku usaha pasti memerlukan modal untuk memulai dan
menjalankan usahanya. Tidak sedikit pelaku usaha tersebut mengadakan kerjasama dengan Lembaga Keuangan,
baik yang berbasis konvensional ataupun syariah. Dalam menjalankan kinerjanya, Lembaga Keuangan
menawarkan produk pembiayaan atau kredit kepada calon nasabahnya untuk membantu menjalankan bisnis atau
usaha mereka. Untuk kredit sendiri merupakan istilah yang biasa dipergunakan pada Lembaga Keuangan
Konvensional, sedangkan pembiayaan adalah istilah yang biasa dipergunakan untuk Lembaga Keuangan yang
menjalankan operasionalnya dengan prinsip syariah (Amalia, 2018).
Salah satu pengembangan produk Lembaga Keuangan Syariah Bank dan Lembaga Keuangan Mikro
Syariah adalah pembiayaan mikro. Pembiayaan mikro merupakan salah satu pembiayaan yang diberikan oleh
Lembaga Keuangan Syariah kepada masyarakat sebagai nasabah untuk menjalankan usaha mikro atau usaha
kecil menengah (UMKM). Usaha ini mempunyai peranan yang penting dalam menunjang perekonomian suatu
negara, dengan pembiayaan yang diberikan oleh Lembaga Keuangan Syariah kepada nasabah untuk mengurangi
kemiskinan, pemerataan distribusi untuk keadilan ekonomi masyarakat, memberdayakan masyarakat, dan
mengembangkan UMKM dengan begitu kiatan tersebut akan mampu membuat lapangan pekerjaan baru dan
mengurangi tingkat angka pengangguran (Aulia et al., 2020).
Menurut Ismail (2016), pembiayaan mikro pada lembaga keuangan syariah bank adalah pembiayaan
yang dilakukan bank syariah. Pembiayaan merupakan salah satu jenis produk dan aktivitas bank syariah dalam
menyalurkan dana kepada pihak lain yang operasionalnya berdasarkan prinsip syariah. Penyaluran dana
pembiayaan kepada pihak lain didasarkan pada prinsip kepercayaan yang diberikan oleh pihak pemilik dana
kepada penerima dana. Pemilik dana memberi kepercayaan kepada penerima dana bahwa ia akan melunasi dana
pembiayaan yang ia terima, oleh karena itu penerima pembiayaan memiliki kewajiban untuk mengembalikan
dana pembiayaan yang telah ia terima sesuai dengan jangka waktu yang telah disepakati dalam akad
pembiayaan.
Pembiayaan mikro pada Lembaga Keuangan Mikro Syariah adalah pembiayaan yang dilakukan oleh
BMT (Baitul Maal wat Tamwil). Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) adalah balai usaha mandiri terpadu yang
kegiatannya mengembangkan usaha-usaha produktif dan investasi dalam meningkatkan kualitas kegiatan
ekonomi pengusaha kecil dengan mendorong kegiatan menabung dan menunjang pembiayaan kegiatan
ekonominya. BMT menjalankan operasionalnya dengan prinsip bagi hasil, Lembaga ini didirikan dengan
maksud untuk memfasilitasi masyarakat bawah yang tidak terjangkau oleh pelayanan bank Islam atau BPR Islam
(Subakti & Marsono, 2020).
Pembiayaan mikro merupakan salah satu produk yang ada di pada Bank Syariah Indonesia KCP Patrol
Indramayu dan BMT Haykal Zakri Sukra. Dimana produk ini diperuntukan bagi nasabah yang memiliki usaha
mikro, kecil dan menengah untuk memenuhi kebutuhan modal baik itu dalam proses pengembangan usaha
maupun proses pembangunan usaha.
Setiap lembaga keuangan memiliki mekanisme pembiayaan masing-masing. Mekanisme pembiayaan
adalah proses atau prosedur pembiayaan dari pihak lembaga keuangan baik lembaga keuangan syariah bank
maupunlembaga keuangan mikro syariah. Proses tersebut terbagi dalam beberapa tahapan yang sudah di atur
dalam ketentuan internal lembaga. Tahapan secara berurutan, dari tahap proses pengajuan pembiayaan hingga
tahapan pencairan atau tahap realisasi pembiayaan (Jannah, 2015).
Namun masa pandemi ini menjadi salah satu penyebab banyak terjadinya angsuran yang tidak stabil
atau macet, sehingga mengakibatkan adanya perubahan aktivitas pembiayaan syariah yang ada. Hal tersebut
terjadi akibat banyaknya pembiayaan bermasalah, adanya peraturan pemerintah seperti PSBB, Social distancing,
PPKM, dan lain sebagainya. Oleh karena itu lembaga keuangan harus menerapkan prinsip kehati-hatian dalam
melakukan analisis kelayakan pembiayaan guna mengurangi risiko yang akan dihadapi. Prinsip ini dilakukan
supaya lembaga keuangan syariah bank maupun non bank selalu dalam keadaan sehat, likuid, solvent dan
menguntungkan (profitable) (Baktiar, 2021).
Berdasarkan hasil pra observasi yang dilakukan dengan pihak lembaga keuangan syariah BSI KCP
Patrol dan lembaga keuangan mikro syariah BMT Haykal Zakri Sukra mengatakan bahwasanya pengajuan
pembiayaan mikro di masa pandemi ini mengalami peningkatan baik dari nasabah yang ingin mengajukan
kembali maupun calon nasabah yang baru mengajukan. Oleh karena itu pada masa pandemi ini lembaga tersebut
memperhatikan kondisi nasabah dengan prinsip kehati-hatian, hal tersebut dilakukan lembaga keuangan guna
mengantisipasi terjadinya kredit macet atau gagal bayar.
Sebelum dana pembiayaan dicairkan dan diberikan kepada nasabah, pihak lembaga keuangan syariah
melakukan survey ke tempat usaha calon nasabah kemudian dilakukannya analisis hal-hal yang menyangkut
calon nasabah tersebut baik itu dari aspek 5C (character, capacity, capital, collateral, condition), 7P
(personality, party, purpose, prospect, payment, profitability, protection), dan analisis kelayakan bisnis. Seperti
yang diketahui bahwa analisis-analisis tersebut berfungsi untuk mencegah resiko timbulnya pembiayaan
bermasalah pada suatu lembaga keuangan.
Adapun kendala lainnya yaitu tingkat literasi keuangan masyarakat Indramayu barat masih rendah
terhadap pembiayaan yang ada pada lembaga keuangan syariah bank dan lembaga keuangan mikro syariah.
Dimana masih banyaknya masyarakat yang belum paham mengenai mekanisme penyaluran dana yang dilakukan
lembaga keuangan syariah bank dan lembaga keuangan mikro syariah. Maka untuk itu, peneliti akan
menguraikan mekanisme pembiayaan mikro yang dilakukan oleh BSI KCP Patrol dan BMT Haykal Zakri Sukra.
KAJIAN PUSTAKA
Mekanisme adalah cara untuk memperoleh sesuatu dengan teknik yang teratur sehingga menghasilkan
suatu pola atau bentuk untuk mencapai tujuan yang diinginkan (Ilyas, 2020). Menurut Sulhan & Siswanto
(2008), mekanisme pembiayaan mikro merupakan proses pembiayaan bersifat produktif kepada nasabah/calon
nasabah perorangan/badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria usaha mikro sebagaimana diatur dalam
Undang-Undang No. 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM), dengan limits
sampai dengan 200 juta.
Adapun mekanisme pembiayaan dalam bank syariah yaitu pola transaksi yang tidak menetapkan besar
kecilnya pemberian keuntungan/imbalan kepada pihak yang bertransaksi dengan bank. Melalui mekanisme bagi
hasil akan terjalin korelasi kemitraan antara nasabah penyimpan dana, pihak bank serta nasabah pembiayaan
(Jannah, 2015).
Menurut Syarifuddin (2009), secara administrasi mekanisme pembiayaan nasabah harus memenuhi
persyaratan-persyaratan seperti dokumen KTP (Kartu Tanda Penduduk), SKU (Surat Keterangan Usaha), KK
(Kartu Keluarga), dan lain-lain. Kemudian nasabah membuat surat permohonan pembiayaan untuk tahap
selanjutnya pihak lembaga keuangan yang akan melakukan analisis usaha dengan berbagai pertimbangan dan
prosedur penyaluran pembiayaan.
Dari pengertian-pengertian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa mekanisme pembiayaan adalah
cara melaksanakan pembiayaan produktif kepada nasabah/calon nasabah, terutama terkait dalam bidang proses
pelaksanaan pembiayaan pada suatu lembaga sehingga terjalin korelasi kemitraan antara nasabah dengan
lembaga penyedia pembiayaan.
2
Menurut UU No.10 Tahun 1998 dalam memberikan kredit atau pembiayaan berdasarkan Prinsip
Syariah, Bank Umum wajib mempunyai keyakinan berdasarkan analisis yang mendalam atas iktikad dan
kemampuan serta kesanggupan Nasabah Debitur untuk melunasi utangnya atau mengembalikan pembiayaan
dimaksud sesuai dengan yang diperjanjikan (OJK, 2013).
Dalam pelaksanaan pemberian pembiayaan memiliki beberapa prinsip-prinsip penilaian yang
diterapkan oleh lembaga keuangan penyedia pembiayaan yaitu dengan melakukan analisis 5C (character,
capacity, capital, collateral, condition), 7P (personality, party, purpose, prospect, payment, profitability,
protection), dan Studi Kelayakan (Kasmir, 2011). Prinsip analisis pembiayaan tersebut merupakan dasar-dasar
yang harus diperhatikan oleh lembaga keuangan penyedia pembiayaan pada saat melakukan penilaian kelayakan
pembiayaan.
Pembiayaan Mikro
Pembiayaan Mikro adalah pembiayaan diperuntukkan nasabah yang memiliki usaha, yang memiliki
tujuan untuk pembiayaan modal kerja, investasi, dan konsumsi dengan minimal lama usaha dua tahun.
Pembiayaan ini diperuntukkan kepada pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) yang bersifat produktif
(Famella, 2021).
Menurut ikatan bankir indonesia pembiayaan mikro adalah fasilitas pembiayaan yang diberikan untuk
kelangsungan usaha mikro. Adapun usaha mikro menurut Keputusan Menteri Keuangan Nomor
40/KMK.06/2003 tanggal 29 Januari 2003 yaitu: “(a) Usaha produktif milik keluarga atau perorangan, (b)
Penjualan maksimal Rp. 100 juta pertahun, (c) Kredit yang diajukan maksimal Rp. 50 juta.” (Prayogi & Siregar,
2017).
Menurut Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2008 tentang usaha mikro, kecil, dan menengah bahwa
Usaha Mikro yaitu “Usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi
kriteria usaha mikro sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.” (Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 20 Tahun, 2008). Kriteria Usaha Mikro dalam UU No 20 Tahun 2008 yaitu sebagai berikut:
1) Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan
bangunan tempat usaha
2) Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah).
Penetapan plafon pembiayaan, penetapan batas minimal dan maksimal pembiayaan produktif harus
mempertimbangkan hal berikut: 1) tepat jumlah, 2) tepat sasaran, 3) tepat penggunaannya, 4) tepat
pengembalian.
Besarnya plafon pembiayaan produktif lebih didasarkan pada kelayakan usaha calon mitra. Penetapan
plafon pembiayaan konsumtif, besarnya plafon pembiayaan konsumtif dapat ditetapkan sebesar 3 kali nilai
simpanan dan atau cicilan pembiayaan per periode (bulan), tidak lebih dari 30% penghasilan calon mitra.
Adapun penetapan plafon pembiayaan produktif dengan agunan besarnya nilai maksimal pembiayaan produktif
yang menggunakan agunan yang dapat ditetapkan adalah 75% dari nilai agunan (Indriani & Dasuki, 2017).
Adapun pembiayaan ultra mikro, menurut peraturan Menteri Keuangan No. 95/PMK.05/2018 adalah
LKBB (Lembaga Keuangan Bukan Bank). Artinya lembaga keuangan bank tidak menyalurkan pembiayaan ultra
mikro. Sedangkan menurut fatwa DSN-MUI NO 119/DSN-MUI/II/2018 dijelaskan bahwa lembaga penyalur
pembiayaan ultra mikro adalah lembaga keuangan syariah yang terdiri dari lembaga keuangan bank syariah dan
lembaga keuangan syariah bukan bank.
Sumber pendanaan pembiayaan ultra mikro menurut Peraturan Menteri Keuangan No.95/PMK.05/2018
adalah bersumber dari rupiah murni, hibah, pendapatan dari pembiayaan dan sumber lainnya. Pendapatan dari
pembiayaan ultra mikro berupa bunga, margin, bagi hasil, dan atau hasil lainnya. sedangkan dalam fatwa MUI
dijelaskan bahwa praktek pembungaan adalah haram, baik dilakukan oleh Bank, Asuransi, Pasar Modal,
Pegadaian, Koperasi, dan Lembaga Keuangan lainnya, maupun dilakukan oleh individu. Bunga juga merupakan
dana yang tidak boleh diakui sebagai pendapatan bagi lembaga keuangan syariah (Surnida, 2020).
Perbedaan pembiayaan mikro dengan ultra mikro adalah pembiayaan mikro bisa disalurkan oleh LKB
atau LKBB dengan adanya agunan tertentu, sedangkan pembiayaan ultra mikro adalah pembiayaan yang
dilakukan LKBB khusus untuk para pelaku usaha mikro kalangan bawah yang belum bisa menerima pembiayaan
KUR batas maksimumnya adalah 10 juta Rupiah per nasabah.
Lembaga Keuangan Syariah Bank dan Non Bank
Lembaga keuangan bank adalah lembaga yang memberikan jasa keuangan yang paling lengkap. Usaha
keuangan yang dilakukan disamping menyalurkan dana dan menghimpun dana dari masyarakat adalah
memberikan jasa-jasa keuangan. Lembaga keuangan syariah bank secara operasional dibina dan diawasi oleh
Bank Indonesia sebagai bank sentral Indonesia. Sedangkan pembinaan dan pengawasan dari sisi pemenuhan
prinsip-prinsip syariah dilakukan oleh Dewan Syariah Nasional MUI (Soemitra, 2015). Adapun jenis lembaga
keuangan bank syariah adalah:
1. Bank Umum Syariah
3
Bank umum adalah bank yang betugas melayani seluruh jasa-jasa perbankan dan melayani segenap
masyarakat, baik peorangan maupun lembaga. Sejak dikeluarkannya UU No.7 Tahun 1992 yang telah
diubah dengan UU No.10 Tahun 1998 Bank Umum terdiri dari bank konvensional dan bank syariah. Bank
syariah disahkan pada UU No.21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah, UU tersebut yang menjadi payung
hukum perbankan syariah (Soemitra, 2015).
2. Bank Pembiayaan Rakyat Syariah
Bank pembiayaan rakyat syariah merupakan bank yang khusus melayani masyarakat kecil di kecamatan dan
pedesaan. Jenis produk yang ditawarkan oleh bank pembiayaan rakyat syariah relatif sempit dibandingkan
dengan bank umum, ada jenis jasa bank yang tidak boleh dilakukan dilakukan oleh bank pembiayaan rakyat
syariah seperti pembukaan rekening giro dan ikut kliring (Soemitra, 2015).
Adapun Lembaga keuangan non bank, merupakan lembaga keuangan yang lebih banyak jenisnya dari
lembaga keuangan bank. Secara operasional lembaga keuangan non bank dibina dan diawasi oleh Departemen
Keuangan yang dijalankan oleh Bapepam LK (Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan).
Sedangkan prinsip-prinsip syariah dilakukan oleh Dewan Syariah Nasional MUI (Soemitra, 2015).
Lembaga keuangan non bank adalah bidang kegiatan yang berkaitan dengan aktivitas di industri
asuransi, dana pensiun, lembaga pembiayaan, dan lembaga jasa keuangan lainnya, yang dalam pelaksanaannya
tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip syariah (Ojk.id, 2022). Jenis-jenis lembaga keuangan syariah non bank
adalah pasar modal, pasar uang, perusahaan asuransi, dana pensiun, perusahaan modal ventura, lembaga
pembiayaan, perusahaan pegadaian.
Lembaga Keuangan Mikro Syariah
Lembaga Keuangan Mikro (LKM) adalah lembaga keuangan yang khusus didirikan untuk memberikan
jasa pengembangan usaha dan pemberdayaan masyarakat, baik melalui pinjaman atau pembiayaan dalam usaha
skala mikro kepada anggota dan masyarakat, pengelolaan simpanan, maupun pemberian jasa konsultasi
pengembangan usaha yang tidak semata-mata mencari keuntungan (OJK, 2021). Dalam rangka memberikan
landasan hukum yang kuat atas operasionalisasi LKM, pada 8 Januari 2013 telah diundangkan Undang-Undang
Nomor 1 Tahun 2013 tentang Lembaga Keuangan Mikro.
BMT adalah lembaga ekonomi atau keuangan syariah yang sifatnya informal karena lembaga ini
didirikan oleh Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) yang berbeda dengan lembaga keuangan perbankan dan
lembaga keuangan formal lainnya. Aktivitas BMT adalah meningkatkan usaha-usaha produktif dan investasi
dalam meningkatkan kualitas kegiatan ekonomi pengusaha kecil menengah kebawah antara lain dengan
mendorong kegiatan menabung dan menunjang pembiayaan kegiatan ekonominya. Selain itu, BMT juga dapat
menerima titipan zakat, infak, dan sedekah lalu menyalurkannya sesuai dengan peraturan dan amanat (Huda et
al., 2016).
BMT dapat berfungsi menjadi dua lembaga yaitu Baitul Mal (lembaga zakat) dan Baitul Tamwil
(lembaga keuangan) (Siswanto et al., 2020). Adapun fungsi BMT sebagai lembaga keuangan, dimana ia bertugas
menghimpun dana dari masyarakat (anggota BMT) dan menyalurkannya kepada masyarakat (anggota BMT).
Selain berfungsi sebagai lembaga keuangan BMT juga berfungsi sebagai lembaga ekonomi, dimana ia memiliki
hak untuk melakukan kegiatan ekonomi, seperti perdagangan, industri, dan pertanian (Huda et al., 2016).
METODOLOGI
Observasi
Dokumentasi
Gambar 1
Tringulasi Teknik Pengumpulan Data
7
B. Analisis Pembiayaan Yang Diterapkan Pada Pembiayaan Mikro Di BSI KCP Patrol
Bank Syariah Indonesia KCP Patrol dalam menganalisis kelayakan pemberian pembiayaan mikro kepada
nasabah menerapkan analisis pembiayaan dengan prinsip 5C, legalitas usaha, dan rencana model bisnis yang
jelas.
1. Analisis 5C
a. Charakter
Analisis karakter dilakukan untuk mengukur karakter, perilaku pembayaran dan profil resiko
debitur termasuk kemungkinan gagal bayar kedepan. Analisa ini dilakukan dengan menggunakan
credit score atau riwayat perkreditan debitur dimasalalu.
b. Capacity
Analisa ini bertujuan mengukur kapasitas atau kemampuan calon debitur dalam memenuhi
kewajibannya kelak. Analisa dilakukan dengan mempelajari sumber penghasilan atau pendapatan
saat ini, proyeksi ke depan serta ke wajiban yang dimiliki.
c. Capital
Analisa capital atau kecukupan modal yang dimiliki calon debitur untuk melakukan usaha atau
bisnisnya.
d. Coleteral
Analisa ini bertujuan menilai seberapa besar nilai jaminan dibanding pinjaman dalam hal debitur
tidak mampu memenuhi kewajibannya.
e. Condition of Economy
Analisa ini dilakukan untuk mendapat kan gambaran kemampuan debitur memenuhi kewajibannya
sesuai kondisi ekonomi secara umum, industri atau kondisi tertentu yang memengaruhi
kemampuan membayar kewajiban.
2. Legalitas usaha
Analisa pada aspek legalitas usaha merupakan analisa yang digunakan untuk mengetahui legalitas dan
status kepemilikan usaha tersebut baik dari pengakuan masyarakat sekitar dan dari surat keterangan
usaha yang dikeluarkan pihak desa setempat.
Aspek legalitas untuk UMKM meliputi:
a. Nomor Pokok Wajib Pajak
Nomor yang diberikan kepada wajib pajak dan setiap badan usaha atau perorangan yang
menjalankan kegiatan usaha
2. Survei
Apabila kelengkapan permohonan sudah terpenuhi, maka proses selanjutnya adalah survei. Survei ini
dilakukan oleh pihak BMT atau staff marketing pembiayaan yang mendatangi langsung ke tempat
usaha dan mencocokan data yang sudah dikumpulkan. Selain survei ketempat usaha pihak BMT juga
menganalisis survei dari faktor ekstern lingkungan sekitar minimal 3 responden. Apakah calon nasabah
tersebut masuk dalam katagori baik dalam kehidupan sehari-harinya atau tidak. Selain survei dan
mendalami data, BMT Haykal Zakri dalam menganalisis pembiayaan juga menggunakan prinsip 5C,
kelayakan usaha, dan data keungan.
3. Verifikasi data dan analisa
9
Pada proses verifikasi data ini dilakukan oleh pihak marketing yang memiliki tugas untuk meneliti
kembali data yang sudah dikumpulkan apakah data tersebut benar adanya atau tidak dengan cara
melihat keasliannya dan mengadakan wawancara mengenai kelayakan usaha. Selain mengamati dan
wawancara dengan calon nasabah pihak marketing juga mengamati langsung kegiataan dari calon
nasabah pembiayaan tersebut selama beberapa hari kebelakang minimal 3 hari. Hal tersebut dilakukan
untuk mengetahui apakah calon nasabah tersebut memiliki kaitan hutang dengan pihak lain atau tidak.
Setelah verifikasi data telah selesai dilakukan maka akan dilakukan ke proses selanjutnya yaitu proses
verifikasi analisa, proses ini dilakukan oleh analis pembiayaan dan manajer. Pada proses ini analis
pembiayaan mengamati data yang sudah terkumpul, kelengkapan persyaratan, kelengkapan agunan, dan
hasil penganalisaan dengan prinsip 5C, kelayakan usaha, dan data keuangan. Dari situ dapat ditarik
kesimpulan apakah calon nasabah pembiayaan ini memenuhi kriteria calon nasabah pembiayaan atau
tidak. Apabila calon nasabah tersebut memenuhi kriteria calon nasabah maka proses pembiayaan
disetuji dan dilanjutkan pada proses selanjutnya, namun apabila calon nasabah tersebut tidak memenuhi
kriteria calon nasabah maka pembiayaan akan ditolak dan akan dilakukan pengembalian berkas-berkas
permohonan.
4. Proses pembiayaan (pencairan)
Setelah diterimanya pembiayaan oleh pihak BMT maka ada beberapa syarat tambahan yang harus di
lengkapi oleh calon nasabah pembiayaan sebelum dilakukannya proses pencairan. Bagi nasabah yang
belum memiliki rekening tabungan, nasabah diwajibkan untuk membuat rekening tabungan yang mana
rekening tersebut dapat membantu proses angsuran yang dilakukan dengan cara auto debet. Selain itu
nasabah juga harus mengumpulkan beberapa data yang diminta oleh pihak BMT seperti SKU (Surat
Keterangan Usaha) asli dari pihak desa setempat, dan surat agunan yang aslinya.
5. Monitoring
Proses monitoring ini adalah dimana pihak BMT mengawasi perkembangan usaha yang dibiayai oleh
BMT. Apakah usaha tersebut berjalan dengan baik, atau sebaliknya. Hal tersebut kami lakukan untuk
mengetahui kebenaran yang ada dari usaha yang dibiayai.
Monitoring ini dilakukan oleh bagian marketing selama sebulan sekali dengan cara survei langsung
ketempat usaha atau dengan menghubungi nasabah tersebut via telephone sekaligus menjaga
silaturahmi pihak BMT dengan nasabah.
BMT Haykal Zakri dalam memberikan pembiayaan mikro memiliki mekanisme yang tersusun dan
lebih Unbankable sehingga bisa dengan mudah diakses oleh pelaku UMKM yang Unbankable. Hal
tersebut diketahui pada saat wawancara dilakukan dengan Bapak Tarsiman, M.Pd selaku Pimpinan
BMT Haykal Zakri Sukra.
“Mekanisme pembiayaan mikro pada kami dimulai dari nasabah mengajukan permohonan
dengan membawa persyaratan seperti KTP, KK, SKU, dan jaminan. Kemudian kami
melakukan verifikasi data dengan cara survei langsung ketempat nasabah tersebut sekaligus
menganalisis dengan prinsip 5C, kelayakan usaha, dan data keuangan. Setelah seluruh data
diperoleh kami lakukan verifikasi analisis, setelah verifikasi analisis dilakukan akan
dilanjutkan ke proses pencairan apabila seluruh data memenuhi persyaratan sedangkan apabila
data tidak memenuhi persyaratan maka permohonan akan ditolak dan akan kami lakukan
pengembalian berkas permohonan”
Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan pimpinan BMT Haykal Zakri Sukra tersebut mengenai
mekanisme pembiayaan mikro dapat disimpulkan bahwa mekanisme pembiayaan mikro yang diberikan
BMT Haykal Zakri Sukra kepada calon nasabahnya sudah berjalan baik dan sesuai dengan teori yang
ada. Mekanisme pembiayaan mikro yang diberikan BMT Haykal Zakri Sukra kepada calon nasabah
yaitu dari pengajuan permohonan, survei, analisis pembiayaan, verifikasi analisis, apabila permohonan
diterima maka akan lanjut ke proses pembiayaan (pencairan) sedangkan apabila permohonan ditolak
maka akan dilakukan pengembalian berkas permohonan. Pada BMT Haykal Zakri dalam proses
verifikasi data tidak menggunakan aplikasi internal apapun, segala keperluan untuk verifikasi data dan
analisis pembiayaan dilakukan secara langsung survei ke lokasi dan mewawancarai narasumber lain
guna mengetahui kebenaran data yang diberikan oleh calon nasabahnya.
Berikut skema pembiayaan mikro pada BMT Haykal Zakri Sukra Indramayu:
10
D. Analisis Pembiayaan yang Diterapkan pada Pembiayaan Mikro BMT Haykal Zakri Sukra
BMT Haykal Zakri dalam menganaliasis kelayakan pembiayaan mikro menggunakan prinsip 5C, analisis
kelayakan usaha, dan data keuangan dari nasabah.
1. Analisis 5C
a. Character
Analisis karakter ini digunakan untuk menganalisis watak dan kepribadian nasabah. Penilaian
karakter dilakukan dengan cara wawancara dengan nasabah langsung dan mencari info dari
narasumber lain sebagai pendukung.
Adapun beberapa pertanyaan yang diajukan untuk narasumber lain yang digunakan sebagai
pendukung analisis karakter seperti, apakah calon nasabah tersebut adalah orang yang amanah,
jujur, disiplin, dan selalu berusaha menepati janji. Apakah calon nasabah tersebut memiliki nama
baik dilingkungannnya dan keadaan rumah tangga rukun damai. Dan apakah calon nasabah
tersebut memiliki kepekaan sosial seperti membayar zakat, infak, atau sedekah.
Adapun pertanyaan yang diajukan untuk calon nasabah seperti, apakah nasabah tersebut membayar
kembali pinjaman yang dulu pernah dipinjam dengan teratur, jawaban tersebut harus disertai bukti
dari calon nasabah pembiyaan seperti bukti angsuran yang pernah dilakukan.
b. Capacity
Capacity merupakan analisis yang digunakan untuk mengukur kemampuan nasabah dalam
memenuhi kewajiban angsurannya. Penilaian Capacity dapat dilihat dari usaha yang sudah berjalan
minimal 6 bulan, status kepemilikan tempat usaha dan tempat tinggal, perkembangan usaha, dan
total pembiayaan pada lembaga lain.
c. Capital
Analisis Capital ini digunakan untuk mengukur modal dari nasabah sendiri. Pada analisis ini BMT
Haykal Zakri Sukra mengukurnya dari jumlah aset yang dimiliki oleh calon nasabah pembiayaan
seperti, kepemilikian aset usaha, kepemilikan rekening tabungan, kepemilikan keuntungan usaha,
dan alasan pembiayaan yang akan digunakan untuk modal atau pembelian barang.
d. Colateral
Colateral atau jaminan pembiayaan. Jaminan pembiayaan yang diperlukan pihak BMT Haykal
Zakri Sukra adalah tanda tangan pasangan suami/istri yang bersedia menandatangani dokumen
perjanjian pembiayaan, memiliki jaminan yang cukup sesuai jumlah pinjaman, dan menyertakan
pihak lain yang menjamin pembiayaan jika ada.
e. Condition
Condition merupakan keadaan ekonomi lingkungan usaha. Biasanya dinilai dari jenis usaha yang
dilakukan oleh calon nasabah dan keadaan lingkungan tempat usaha. Apakah usaha calon nasabah
tersebut termasuk usaha yang halal atau tidak dan apakah masyarakat setempat mendukung atau
tidak.
11
2. Analisis kelayakan usaha
Adapun analisis kelayakan pemberian pembiayaaan mikro selain dari prinsip 5C yang diterapkan BMT
Haykal Zakri Sukra adalah analisis kelayakan usaha. Analasis ini diterapkan dengan tujuan untuk
mengetahui usaha dan hasil usaha yang dijalani oleh calon nasabah, sehingga dapat disimpulkan jenis
pembiayaan apa yang cocok untuk pembiayaan mikro yang diajukan oleh calon nasabah dan berapa
besar/total setoran per bulannya. Oleh karena itu pihak BMT Haykal Zakri Sukra dalam menganalisis
kelayakan usaha calon nasabahnya dilakukanlah wawancara sekaligus survei langsung ke tempat usaha
guna mendapatkan beberapa data yang kemudian data tersebut di analisis dengan menggunakan
perhitungan yang sudah diterapkan seperti :
a. Perhitungan laba usaha perbulan
b. Perhitungan pendapatan keluarga perbulan
c. Biaya diluar usaha (biaya hidup keluarga)
d. Pendapatan bersih keluarga
e. Rasio angsuran sekitar 45% dari pendapatan bersih
f. Jumlah pembiayaan maksimal yang dapat diberikan
g. Jenis pembiayaan dengan bagi hasil/ margin
3. Data keuangan
Selain prinsip 5C dan analisis kelayakan usaha, data keuangan nasabah juga diperlukan oleh pihak
BMT dalam menganalisis kelayakan pemberian pembiayaan kepada calon nasabah. Data keuangan ini
meliputi :
a. Identitas pemohon
Identitas pemohon ini terdiri dari nama, tempat tanggal lahir, agama, alamat rumah,
pekerjaan/usaha, dan alamat lengkap tempat usaha.
b. Status rumah tinggal
Pada status rumah tinggal ini pihak BMT akan menanyakan status kepemilikan tempat rumah
tinggal calon nasabah. Apakah rumah yang ia tinggali adalah milik pribadi atau sewa, dan jika
rumah tinggal adalah milik orang lain atau sewa maka berapa biaya yang diperlukan untuk
menyewa tempat tinggal tersebut.
c. Status tempat dan perlatan usaha
Adapun status tempat dan pelaratan usaha yang mana akan dipertanyakan pula hak miliknya
apakah milik pribadi atau sewa dari pihak lain.
d. Profil usaha
Profil usaha ini mengyangkut modal usaha, kepemilikan tabungan, jumlah pinjaman pada pihak
lain jika ada, dan jumlah tanggungan.
e. Kondisi keuangan usaha per Hari/Minggu/Bulan
Kondisi keuangan ini digunakan untuk mengetahui pendapatan bersih dari usaha yang dilakukan
calon nasabah pembiayaan. Untuk mengetahui pendapatan bersih dari usaha yang dijalani calon
nasabah, pihak BMT menganalisis dengan analisis rugi laba, total pendapatan tambahan, dan total
biaya konsumsi keluarga.
f. Permohonan pembiayaan
Pada permohonan pembiayaan calon nasabah bisa mengajukan besar plafond, jangka waktu
angsuran, dan jenis pembiayaan yang ingin diajukan.
g. Rencana penggunaan pembiayaan
Rencana penggunaan biaya adalah rencana dari nasabah sendiri yang memiliki rencana atau tujuan
dari dana pembiayaan yang akan diajukan.
h. Data jaminan
Data jaminan adalah data dari jaminan yang diberikan oleh calon nasabah sebagai barang jaminan
pembiayaan. data tersebut meliputi jenis jaminan, nama pemiliki jaminan, harga taksiran jaminan,
dan alamat pemilik jaminan.
i. Referensi atau Avalist
Referensi atau avalist adalah jaminan dari seseorang untuk menjamin pembayaran angsuran
pembiayaan. Jika pada tanggal pembayaran angsuran pihak pemohon tidak membayar angsuran
maka maka penjamin ini lah yang harus membayar angsurannya.
Oleh karena itu pihak BMT memerlukan data avalist atau penjamin seperti nama, alamat, nomor
telephone, dan usaha penjamin. Data tersebut digunakan untuk keperluan pihak BMT apabila
pemohon pembiayaan tidak membayar angsuran.
j. Rencana dan Catatan penting
Pada poin ini diisi oleh analis pembiayaan atau staff pembiayaan yang berisikan tanggal rencana
verfikasi data, tanggal survei kembali atau silaturahmi, tanggal rapat komite pembiayaan, dan
tanggal realisasi pembiayaan.
12
k. Biaya kolektor
Biaya kolektor adalah persetujuan calon nasabah terhadap besar biaya tagihan dari biaya penagihan
angsuran tiap bulannya apabila terjadi penunggakan pembayaran.
Jika data keuangan sudah dilengkapi, calon nasabah, suami atau istri calon nasabah, dan Avalist
(jika ada) menandatangani pernyataan bahwa seluruh data yang di berikan kepada pihak BMT
adalah benar adanya dan mengijinkan pihak BMT untuk menganlisis data keuangannya. Bersama
itu calon nasabah juga memberikan kuasa kepada pihak BMT Haykal Zakri untuk memotong
simpanan miliknya untuk melunasi kewajibannya jika terjadi penunggakan pembayaran.
Pernyataan tersebut juga berisikan bahwa calon nasabah bersedia dan akan patuh terhadap
peraturan dan persyaratan yang ditentukan BMT Haykal Zakri.
Analisis pembiayaan yang diterapkan BMT Haykal Zakri sukra dalam menganalisis kelayakan
pemberian pembiayaan yaitu menggunakan prinsip 5C, analisis kelayakan usaha, dan analisis data
keuangan. Hal tersebut diketahui dari hasil wawancara dengan Bapak Tarsiman, M.Pd selaku pimpinan
BMT Haykal Zakri.
“Analisis pembiayaan yang diterapkan dikami yaitu menggunakan analisis 5C, analisis
kelayakan usaha, dan analisis data keuangan. Akan tetapi selain itu kami juga menganalisis
dari informasi narasumber lain sebagai pendukung kebenaran data yang ada, kami melakukan
itu semua untuk kehati-hatian dalam memberikan pembiayaan apalagi di musim pandemi ini”
Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan pimpinan BMT Haykal Zakri Sukra tersebut mengenai
analisis pembiayaan yang diterapkan pada pembiayaan mikro dapat disimpulkan bahwa analisis
pembiayaan yang diterapkan oleh BMT Haykal Zakri Sukra dalam menganalisis kelayakan pemberian
pembiayaan mikro kepada calon nasabahnya sudah berjalan baik dan sesuai dengan teori yang ada, juga
sesuai dengan ketentuan UU No.10 Tahun 1998 dimana dalam memberikan pembiayaan berdasarkan
Prinsip Syariah, lembaga wajib mempunyai keyakinan berdasarkan analisis yang mendalam atas iktikad
dan kemampuan serta kesanggupan nasabah untuk mengembalikan pembiayaan yang sesuai dengan
yang diperjanjikan.
Analisis pembiayaan yang diterapkan BMT Haykal Zakri Sukra yaitu analisis 5C, analisis kelayakan
usaha, dan analisis data keuangan. Pada BMT Haykal Zakri dalam proses analisis pembiayaan
dilakukan dengan cara mewawancarai langsung pihak pemohon sendiri, narasumber lain atau pihak lain
sekitar nasabah seperti tetangga nasabah, dan survei langsung ke tempat usaha. Hal tersebut dilakukan
pihak BMT untuk memverifikasi data yang sudah diberikan calon nasabah dan untuk menganalisis
kelayakan pemberian pembiayaan mikro.
a. Kesimpulan
1. Mekanisme pembiayaan mikro pada BSI KCP Patrol terdiri dari pengajuan permohonan pembiayaan,
verifikasi data, survei, proses komite, penandatanganan akad, verifikasi akhir, pencairan, dan monitoring.
Mekanisme pembiayaan mikro pada BSI KCP Patrol sudah berjalan dengan baik dan sesuai dengan teori
yang ada.
2. Analisis yang diterapkan pada BSI KCP Patrol adalah analisis 5C, analisis legalitas usaha, dan analisis
rencana dan model bisnis yang jelas. Analisis pembiayaan yang diterapkan pada BSI KCP Patrol dalam
menganalisis kelayakan pembiayaan sudah berjalan dengan baik dan sesuai dengan teori yang ada.
Analisis pembiayaan yang digunakan juga sesuai dengan ketentuan UU No.10 Tahun 1998 dimana
dalam memberikan pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah, lembaga wajib mempunyai keyakinan
berdasarkan analisis yang mendalam atas iktikad dan kemampuan serta kesanggupan nasabah untuk
mengembalikan pembiayaan yang sesuai dengan yang akadkan.
3. Mekanisme pembiayaan mikro pada BMT Haykal Zakri terdiri dari pengajuan permohonan, survei,
analisis pembiayaan, verifikasi analisis, proses pembiayaan (pencairan) atau pengembalian berkas
permohonan. Mekanisme pembiayaan mikro pada BMT Haykal Zakri sudah berjalan dengan baik dan
sesuai dengan teori yang ada.
4. Analisis pembiayaan yang diterapkan pada BMT Haykal Zakri adalah analisis 5C, analisis kelayakan
usaha, dan analisis data keuangan. Analisis pembiayaan yang diterapkan pada BMT Haykal Zakri dalam
menganalisis kelayakan pembiayaan sudah berjalan dengan baik sesuai dengan ketentuan UU No.10
Tahun 1998 dan sesuai dengan teori yang ada.
b. Saran
Berdasarkan hasil penelitian diatas, maka penulis memberikan saran kepada Bank Syariah Indonesia KCP
Patrol dan BMT Haykal Zakri Sukra dalam mekanisme pemberian pembiayaan mikro :
13
1. Diharapkan kepada pihak Bank Syariah Indonesia KCP Patrol dan BMT Haykal Zakri Sukra untuk
melakukan sosialisasi perihal produk pembiayaan mikro yang ada kepada masyarakat khususnya
Indramayu barat.
2. Diharapkan pihak Bank Syariah Indonesia KCP Patrol dan BMT Haykal Zakri Sukra agar dapat
mempermudah proses pengajuan pembiayaan dengan tujuan untuk membantu meningkatkan taraf hidup
masyarakat, karena masih banyaknya masyarakat yang belum mengetahui dan paham mengenai
pembiayaan mikro pada lembaga keuangan syariah.
DAFTAR PUSTAKA
Amalia, P. (2018). Mekanisme Pembiayaan Mikro Pada Produk Al-Mudharabah Di BMT Amanah Usaha Mulia
(AULIA) Magelang. UIN Walisongo Semarang.
Arikunto, S. (2015). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Bina Aksara.
Aulia, R., Ibrahim, A., & Tarigan, I. R. R. (2020). Operasionalisasi Lembaga Keuangan Baru Dan Dampaknya
Terhadap Pertumbuhan Usaha Mikro. Jihbiz: Global Journal Of Islamic Banking And Finance., 2(1), 57–
81.
Baktiar, Y. (2021). Perubahan Aktivitas Pembiayaan Syariah Pada Masa Pandemi Covid-19 Di BSI KCP
Bengkulu Panorama Provinsi Bengkulu. Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Islam Institut Agama Islam Negeri
(Iain) Bengkulu.
Famella, V. N. (2021). Analisis Prosedur Pembiayaan Murabahah Mikro Ib 25 Kepada Usaha Mikro Kecil
Menengah Pada Bank Syariah Indonesia KCP Mojokerto Pada Masa Pandemi Covid-19. IAIN Ponorogo.
Huda, N., Putra, P., Novarini, & Mardoni, Y. (2016). Baitul Mal Wa Tamwil. Amzah.
Ibrahim. (2015). Metodologi Penelitian Kualitatif. Alfabeta.
Ilyas, M. (2020). Mekanisme Pembiayaan Mitraguna Berkah PNS Dengan Akad Murabahah Pada PT. Bank
Syariah Mandiri Cabang Prabumulih. Adl Islamic Economic: Jurnal Kajian Ekonomi Islam, 1(2), 161–180.
Indriani, Y., & Dasuki, R. E. (2017). Standar Operasional Prosedur Koperasi Jasa Keuangan Syariah. In
Manajemen Koperasi Indonesia.
Ismail. (2016). Perbankan Syariah. Prenadamedia Group.
Jannah, M. (2015). Analisis Mekanisme Pembiayaan Mikro Pada Bank BRI Syariah (Studi Pada PT. Bank BRI
Syariah Kantor Cabang Gubeng Surabaya). Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Fakultas Ekonomi Dan
Bisnis Islam.
Kasmir. (2011). Manajemen Perbankan. PT. Raja Grafindo Persada.
Kusumastuti, A., & Khoiron, A. M. (2019). Metode Penelitian Kualitatif. Lembaga Pendidikan Sukarno
Pressindo.
Moleong, L. J. (2018). Metode Penelitian Kualitatif. PT. Remaja Rosdakarya.
Ojk.Id. (2022). IKNB-Syariah. Https://Www.Ojk.Go.Id/Id/Kanal/Iknb/Pages/IKNB-Syariah.Aspx
OJK. (2013). Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan Sebagaimana Diubah Dengan
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998. Https://Www.Ojk.Go.Id/Id/Kanal/Perbankan/Regulasi/Undang-
Undang/Pages/Undang-Undang-Nomor-7-Tahun-1992-Tentang-Perbankan-Sebagaimana-Diubah-Dengan-
Undang-Undang-Nomor-10-Tahun-1998.Aspx
OJK. (2021). Apa Itu Kredit Dan Pembiayaan. Https://Sikapiuangmu.Ojk.Go.Id/Frontend/CMS/Article/316
Prayogi, M. A., & Siregar, L. H. (2017). Pengaruh Pembiayaan Mikro Syariah Terhadap Tingkat
Perkembangan Usaha Mikro Kecil Menengah ( UMKM ) The Influence Of Sharia Micro Financing On
The Development Rate Of Micro Small And Medium Enterprises ( UMKM ). 17(2), 121–131.
Siswanto, A., Farid, M. F., Misno BP, A., Arijulmanan, Syarif K, A., & Fahmi, A. (2020). HRD SYARIAH
(Teori Dan Implementasi Manajemen Sumber Daya Manusia Berbasis Syariah). PT Gramedia Pusaka
Utama.
Soemitra, A. (2015). Bank Dan Lembaga Keuangan Syariah. Kencana.
Subakti, T., & Marsono, N. (2020). Lembaga Keuangan Mikro Dan Kedudukannya Dalam Perekonomian Islam.
Al-Mutsla, 2(1), 66–78.
Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, Dan R&D. Alfabeta.
14
Sulhan, M., & Siswanto, E. (2008). Manajemen Bank : Konvensional Dan Syariah. UIN Malang Press.
Surnida, D. (2020). Pembiayaan Ultra Mikro Dalam Peraturan Menteri Keuangan No 95/Pmk.05/2018 Dan
Fatwa Dewan Syariah Nasional No 119/Dsn-Mui/Ii/2018. 12(95), 100–123.
Syarifuddin, A. (2009). Mekanisme Pembiayaan Mudharabah Bagi Usaha Kecil Dan Menengah Pada BMT Al-
Karim Cipulir. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun. (2008). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20
Tahun 2008. 1.
15