Sie sind auf Seite 1von 11

➣Abstract.

This article discusses the impact of the digital era on Islamic Education, focusing on the challenges
faced and proposed solutions. The research highlights social issues such as low awareness, the
spread of hoaxes, bullying, online fraud, and the risks of internet addiction and cybercrime.
Additionally, curriculum and technical challenges are addressed. As a solution, the article proposes a
digital literacy approach as key to overcoming these challenges. The integration of digital literacy in
the Islamic Education curriculum, strengthening infrastructure, and enhancing teacher competencies
are considered crucial steps. The article emphasizes the importance of targeted digital literacy
curriculum formation and creative learning methods. It underscores the significant role of parents in
raising digital literacy awareness among students, with their involvement expected to provide
effective support. In conclusion, the implementation of digital literacy is not only a response to
changing times but also an effective means for students to understand information critically, avoid
negative content, and wisely achieve Islamic Education goals in the digital era. The article offers a
comprehensive view of the challenges and solutions to digital literacy in the context of Islamic
Education in the digital era.

➣Abstrak.

Artikel ini membahas dampak era digital terhadap Pendidikan Islam dengan fokus pada tantangan
yang dihadapi dan solusi yang diusulkan. Penelitian menyoroti kompleksitas masalah sosial, seperti
rendahnya kesadaran, penyebaran hoax, bullying, penipuan online, dan risiko kecanduan internet
serta kejahatan dunia maya. Selain itu, tantangan dalam kurikulum dan aspek teknis juga dibahas.
Sebagai solusi, artikel ini mengusulkan pendekatan literasi digital sebagai kunci untuk mengatasi
tantangan ini. Integrasi literasi digital dalam kurikulum Pendidikan Islam, penguatan infrastruktur,
dan peningkatan kompetensi guru dianggap sebagai langkah-langkah penting. Pembentukan
kurikulum literasi digital yang tepat sasaran dan metode pembelajaran kreatif juga ditekankan.Artikel
ini menyoroti peran penting orangtua dalam meningkatkan kesadaran literasi digital peserta didik.
Melibatkan orangtua di dalam konteks pendidikan Islam diharapkan dapat memberikan dukungan
yang efektif.Kesimpulannya, implementasi literasi digital bukan hanya respons terhadap perubahan
zaman, tetapi juga sarana efektif bagi peserta didik dalam memahami informasi secara cermat,
menghindari konten negatif, dan mencapai tujuan Pendidikan Islam dengan bijak. Artikel ini
menawarkan pandangan komprehensif terhadap tantangan dan solusi literasi digital dalam konteks
Pendidikan Islam di era digital.

➣Pendahuluan.

Dengan pesatnya perkembangan pengetahuan dan literasi, setiap individu diberdayakan untuk maju,
sejalan dengan semangat Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional. Literasi menjadi landasan utama dalam upaya meningkatkan kualitas diri dan masyarakat.
Pengembangan literasi tidak hanya terkait dengan kemampuan membaca dan menulis, tetapi juga
melibatkan literasi digital, sebuah dimensi yang semakin penting di era digital ini.

Adalah suatu kenyataan yang perlu diakui bahwa Indonesia masih menempati peringkat rendah
dalam literasi global, terutama literasi membaca. Dalam konteks ini, literasi bukan hanya menjadi
indikator individual, tetapi juga menentukan tingkat kesuksesan suatu bangsa. Dalam Undang-
Undang tersebut, pasal 3 menegaskan tujuan pendidikan nasional untuk mengembangkan potensi
peserta didik agar menjadi manusia beriman, bertaqwa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab.
Di tengah gempuran informasi di era sekarang, literasi menjadi penanda seberapa baik seseorang
dapat mengonsumsi dan memahami informasi. Kemampuan membaca bukan sekadar keterampilan,
tetapi juga menjadi faktor kunci dalam menentukan standar kesuksesan. Namun, realitas di lapangan
menunjukkan bahwa kemampuan membaca di Indonesia masih memiliki gap signifikan, sebagaimana
tercermin dalam penelitian PIRLS (Progress in International Reading Literacy Survey) dan PISA
(Program for International Student Assessment).

Dalam konteks pendidikan Islam, literasi bukan hanya tentang membaca dan menulis secara
tradisional, tetapi juga mencakup literasi digital. Di samping tuntutan globalisasi dan perkembangan
teknologi, peserta didik Pendidikan Islam perlu memahami dan menguasai literasi digital sebagai
bagian integral dari proses pembelajaran. Namun, penting untuk menegaskan bahwa literasi digital
ini harus tetap selaras dengan nilai-nilai dan aturan Islam, mempertahankan integritas moral dan
etika yang tinggi.

Tantangan utama muncul dari penggunaan internet dan media digital yang tidak hanya membawa
keuntungan, tetapi juga membuka peluang berbagai masalah. Kurangnya keterampilan digital dalam
menangani perangkat keras dan lunak dapat menyebabkan penggunaan media digital yang kurang
optimal. Oleh karena itu, penting untuk meningkatkan literasi digital agar masyarakat, khususnya
peserta didik, dapat berinteraksi dengan informasi dari berbagai sumber digital yang terus
berkembang.

Dalam upaya meningkatkan literasi digital, perlu ada kesadaran kritis terhadap penggunaan media
dan kemampuan untuk membedakan antara realitas sosial dan realitas media. Literasi digital bukan
hanya tentang pemahaman teknologi, tetapi juga tentang kontrol dan pemahaman mendalam
terhadap dunia maya. Di era globalisasi ini, literasi digital dapat menjadi alat pembelajaran yang
efektif dalam pendidikan Islam, asalkan diimplementasikan dengan bijak sesuai dengan nilai-nilai dan
aturan yang diakui dalam agama Islam.

Dengan demikian, perlu ada upaya konkret untuk memitigasi tantangan literasi digital, khususnya
dalam konteks Pendidikan Islam. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji lebih dalam tentang
implementasi literasi digital dalam Pendidikan Islam, mengidentifikasi tantangan yang dihadapi, dan
merumuskan solusi untuk memperkuat literasi digital di kalangan peserta didik Pendidikan Islam.
Melalui pemahaman mendalam ini, diharapkan literasi digital dapat menjadi salah satu pilar penting
dalam membentuk generasi yang unggul, bermoral, dan siap menghadapi tantangan di era digital ini.

➣Metode penelitian.

Berdasarkan konteks yang telah diuraikan, penelitian ini dirancang sebagai studi kepustakaan atau
library research yang melibatkan serangkaian kegiatan terkait dengan metode pengumpulan data
pustaka, membaca, mencatat, dan mengolah bahan penelitian sebagaimana dijelaskan oleh Zed
(2014). Dalam pelaksanaannya, pendekatan studi literatur ini secara intensif memanfaatkan sumber-
sumber pustaka untuk menghimpun data penelitian, melakukan analisis mendalam terhadap isi
literatur, dan menarik kesimpulan yang substansial dari hasil analisis yang dilakukan.

Peneliti menerapkan teknik deskriptif kualitatif sebagai landasan metodologi, dan sumber data
primer serta sekunder yang digunakan merupakan bahan kepustakaan yang dikumpulkan dengan
menggunakan teknik dokumentasi. Jenis literatur yang diakses mencakup buku-buku, prosiding, dan
jurnal-jurnal penelitian terbaru yang telah terindeks di berbagai pengindeks baik dalam negeri
maupun internasional. Fokus penelitian ini melibatkan pemahaman mendalam tentang konsep dan
esensi literasi digital, sekaligus mengeksplorasi tantangan pengimplementasiannya dalam konteks
Pendidikan Islam.

Sumber data pendukung yang diakses oleh peneliti mencakup literatur-literatur yang relevan yang
telah terindeks dalam berbagai pengindeks, menunjukkan kecermatan dalam mengumpulkan
informasi yang mendukung tujuan penelitian. Teknik analisis data dalam penelitian ini mencakup
pendekatan analisis deskriptif dan analisis isi atau content analysis untuk merinci dan memahami
data dengan cermat. Proses analisis dimulai dengan seleksi serta reduksi data yang akan digunakan,
kemudian dilanjutkan dengan analisis mendalam untuk menentukan data yang relevan dengan
penelitian. Proses klarifikasi dan analisis berlanjut hingga ditemukan hasil dan kesimpulan penelitian
yang substansial dan akurat.

➣Hasil penelitian dan pembahasan.

Para ahli menghadirkan definisi yang beragam untuk “literasi digital.” Menurut Gilster (1997), literasi
digital adalah kemampuan memahami dan menggunakan informasi dalam berbagai format dari
berbagai sumber yang disajikan melalui komputer. Sementara itu, definisi terkini oleh Hobbs (2017)
menyebut literasi digital sebagai konstelasi pengetahuan, keterampilan, dan kompetensi yang
diperlukan dalam budaya teknologi.Dalam era informasi digital saat ini, kemampuan literasi digital
menjadi kunci penting untuk mempermudah hubungan pribadi, sosial, dan profesional. Selain itu,
literasi digital juga menjadi relevan dalam konteks pendidikan agama Islam. Pembelajaran agama
Islam, sebagai misi religius, memiliki peran dalam membentuk keseimbangan antara keimanan,
ketakwaan, ilmu pengetahuan, dan keterampilan.

Di era cyberculture, di mana informasi melimpah, pendidikan agama Islam perlu menciptakan
peserta didik yang siap menghadapi tantangan literasi digital. Pentingnya pendidikan agama Islam
sebagai prioritas utama dalam menanamkan nilai-nilai religius yang membentuk kesadaran
hubungan baik antarindividu menjadi semakin nyata. Oleh karena itu, menciptakan pembelajaran
agama Islam yang dapat mentransformasikan nilai-nilai moderat menjadi sebuah keharusan.

Dalam upaya ini, penanaman pemahaman literasi digital dalam pembelajaran agama Islam dapat
dilakukan dengan mengajarkan konsep literasi digital kepada peserta didik, mengawasi penggunaan
media sosial, serta memberikan motivasi untuk mencari informasi melalui berbagai sumber referensi.
Hal ini tidak hanya akan membantu peserta didik mengembangkan kemampuan literasi digital, tetapi
juga mendukung mereka dalam memahami dan mengaplikasikan nilai-nilai religius dalam konteks
digital yang terus berkembang.

a. Sejak tahun 1990-an, istilah “literasi digital” telah menjadi fokus utama dalam
menggambarkan kemampuan terkait dengan informasi dan kemajuan teknologi. Paul Gilster,
dalam bukunya yang berjudul “Digital Literacy,” mendefinisikan literasi digital sebagai
kemampuan untuk memahami dan menerapkan pengetahuan yang diperoleh dari berbagai
sumber melalui perangkat komputer (Sulianta, 2020).Pendekatan lain terhadap literasi digital
disajikan oleh Bawden, yang menetapkan teori literasi digital berdasarkan pengetahuan
tentang komputer dan informasi. Literasi komputer muncul pada tahun 1980-an, tetapi
literasi informasi tidak tersebar luas secara global hingga tahun 1990-an, ketika teknologi
informasi berjejaring memudahkan pengumpulan, akses, dan pengiriman informasi
(Kemendikbud, 2017). Menurut Bawden, literasi digital lebih erat kaitannya dengan
kemampuan teknis dalam mengumpulkan, memahami, dan mentransmisikan
informasi.Kemampuan literasi digital mencakup enam keterampilan dasar, termasuk literasi
baca tulis, numerasi, sains, digital, finansial, dan budaya serta kewargaan (Sulianta, 2020).
Jisc mengidentifikasi tujuh elemen literasi digital, seperti literasi media, komunikasi,
manajemen karier dan identitas, literasi ICT, keterampilan belajar, keilmuan digital, dan
literasi informasi (Stefany, 2017).Dalam konteks Pendidikan Islam, literasi digital menjadi
suatu keharusan namun implementasinya belum optimal. Peserta didik sering kali hanya
menggunakan media digital untuk hiburan seperti game online, media sosial, atau belanja
online, sedangkan pemanfaatan untuk keperluan pembelajaran agama masih kurang
mendapat perhatian. Banyak yang mengalami kesulitan mengakses kajian agama Islam dalam
format digital (Akbar & Anggraeni, 2017).Namun, perkembangan terkini menunjukkan bahwa
literasi digital dalam Pendidikan Islam semakin mendapat perhatian. Pendidik, baik guru
maupun dosen, memiliki peran penting dalam membimbing, mengarahkan, dan
mengembangkan kemampuan literasi digital peserta didik (Muflihin, 2020). Meskipun
peserta didik mulai menyadari pentingnya literasi digital dalam kegiatan pembelajaran
agama Islam (Kurdie, 2019), diperlukan strategi yang lebih kuat untuk memperkuat literasi
digital dalam kegiatan pembelajaran agama Islam (Agus Sulistyo & Ismarti, 2022).
b. Dalam upaya mengimplementasikan literasi digital di lingkungan pendidikan Islam, terdapat
sejumlah tantangan yang perlu diatasi, dan salah satunya adalah tantangan sosial.
Penggunaan media digital telah menjadi integral dalam kehidupan masyarakat modern, di
mana interaksi antarindividu saling mempengaruhi, termasuk di ranah pendidikan. Menurut
data Kementerian Komunikasi dan Informatika RI, pengguna internet di Indonesia telah
meningkat signifikan dari kurang dari 200 juta orang pada tahun 1998 menjadi 1,7 miliar
orang pada 2010.
Meskipun kesadaran akan pentingnya literasi digital dapat memudahkan penguatannya
dalam lingkungan pendidikan, realitasnya menunjukkan bahwa sebagian besar individu
masih belum sepenuhnya memahami esensi dan manfaat literasi digital. Pada tahun 2017,
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) mencatat bahwa literasi digital,
terutama melalui media sosial, memiliki potensi besar dalam mendukung proses
pembelajaran.
Tantangan ini menciptakan sebuah divisi antara potensi penggunaan literasi digital dan
pemahaman masyarakat terhadap konsep tersebut. Meskipun era digital telah merasuk ke
berbagai lapisan masyarakat, pemahaman mengenai literasi digital masih belum merata.
APJII (Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia) mencatat bahwa pada akhir tahun
2001 terdapat 2,4 juta pengguna internet di Indonesia, yang meningkat menjadi 20 juta pada
tahun 2007, dan 25 juta pada akhir tahun 2009.Oleh karena itu, penguatan literasi digital di
kalangan pendidikan Islam menghadapi kesulitan dalam memberikan pemahaman yang
memadai kepada individu. Pentingnya literasi digital dalam konteks pendidikan tidak hanya
terbatas pada kemampuan teknis menggunakan perangkat digital, tetapi juga pada
pemahaman mendalam mengenai dampak sosial, kultural, dan etis dari penggunaan
teknologi digital.
Dengan demikian, tantangan sosial ini menuntut suatu pendekatan holistik dalam
mengintegrasikan literasi digital ke dalam kurikulum pendidikan Islam. Perlu adanya upaya
untuk membangun kesadaran di kalangan masyarakat pendidikan tentang urgensi literasi
digital. Peningkatan pemahaman akan esensi literasi digital perlu dilakukan secara sistematis
melalui berbagai metode pendidikan dan komunikasi yang relevan dengan konteks
pendidikan Islam. Dengan demikian, meskipun tantangan sosial ini mungkin kompleks, usaha
bersama dalam meningkatkan literasi digital dapat menciptakan lingkungan pendidikan yang
responsif dan adaptif terhadap perkembangan teknologi di era ini.
Berdasarkan temuan penelitian, diidentifikasi beberapa tantangan dalam
mengimplementasikan literasi digital dalam Pendidikan Islam. Pertama, terdapat Tantangan
Sosial: penggunaan media digital menjadi tidak terpisahkan dari kehidupan masyarakat.
Dalam interaksi antarindividu, baik dalam masyarakat umum maupun di ranah pendidikan,
saling mempengaruhi. Kesadaran akan pentingnya literasi digital dalam suatu lingkungan
pendidikan dapat mempermudah penguatannya.
Namun, kenyataannya menunjukkan bahwa penguatan literasi digital menjadi tantangan
tersendiri. Hal ini disebabkan oleh kurangnya pemahaman sebagian besar individu terhadap
esensi dan manfaat literasi digital. Tantangan ini ,kemudian menjadi semakin berat,
mengingat saat ini banyak problematika yang terjadi seperti :
1. Maraknya Hoax (Berita Palsu):
Kegiatan berselancar di dunia maya telah menjadi kegiatan sehari-hari bagi banyak orang.
Namun, tantangan muncul dengan maraknya hoaks atau berita palsu yang dapat dengan
cepat menyebar secara online. Penting untuk memahami bahwa tidak semua informasi yang
ditemui di internet adalah akurat. Hoaks, yang merupakan kumpulan informasi palsu yang
disajikan sebagai kebenaran, sering kali sengaja disebar untuk menciptakan kepanikan dan
ketakutan. Oleh karena itu, literasi digital menjadi kunci untuk menyaring dan memahami
informasi dengan bijak.
2. Ketergantungan Internet:Kecanduan internet merupakan dampak dari penggunaan yang
tidak tepat, seperti sering membuka jejaring sosial atau berselancar online tanpa
batasan. Ketergantungan ini dapat berdampak negatif pada kesehatan mental dan
produktivitas. Oleh karena itu, diperlukan kesadaran akan pola penggunaan internet
yang sehat dan seimbang untuk mencegah kecanduan.
3. Perjudian Online:Meskipun perjudian online atau net gaming populer di kalangan
pengguna internet, perlu diingat bahwa hal ini tidak sepenuhnya tanpa risiko. Aktivitas
perjudian dapat menyebabkan kecanduan dan, yang lebih serius, mengakibatkan
kehilangan uang dan barang berharga. Kesadaran akan dampak negatif perjudian online
penting untuk menghindari konsekuensi finansial yang merugikan.
4. Pornografi Daring:Pornografi adalah sumber daring yang menarik banyak perhatian dan
konsumen. Namun, konsumsi yang berlebihan dapat menyebabkan ketergantungan,
dengan risiko menghabiskan banyak uang untuk mengakses kontennya. Literasi digital
menjadi kunci untuk mengajarkan individu agar dapat membuat pilihan yang bijak dan
menyadari dampak dari konsumsi berlebihan.
5. Bullying Online:
Bullying tidak hanya terjadi di dunia nyata, tetapi juga secara online. Tindakan seperti
meninggalkan komentar tidak menyenangkan secara terus-menerus dapat memiliki
dampak traumatis, terutama bagi anak muda. Literasi digital diperlukan agar individu
dapat menghadapi dan mengatasi bullying online dengan bijak, serta menciptakan
lingkungan yang lebih aman di dunia maya.

Kedua, Tantangan pengembangan kurikulum dalam meningkatkan literasi digital, seperti


yang disebutkan oleh Nurjannah (2022), melibatkan beberapa aspek. Dalam konteks ini,
terdapat keraguan dan kebutuhan akan ketelitian dalam mengakses sumber-sumber
keagamaan secara online, menjadi hambatan yang perlu diatasi oleh pendidik dan peserta
didik.Pendidikan Islam juga menghadapi tantangan serupa, mengingat perlunya kehati-hatian
dalam mengakses materi agama secara digital. Ini menuntut peran aktif dari pendidik dan
kewaspadaan dari peserta didik.Tantangan teknis juga muncul, di mana pendidik diharapkan
meningkatkan keterampilan digital mereka. Hal ini diperlukan agar mereka dapat
menghadapi pembelajaran abad ke-21 dengan menguasai teknologi informasi dan
komunikasi. Melalui penguasaan digital skill, pendidik dapat menciptakan proses
pembelajaran yang efisien melalui Kerangka Desain Pembelajaran Abad 21, sehingga dapat
mengarahkan dan mengembangkan kemampuan literasi digital peserta didiknya.

c. Solusi Implementasi Literasi Digital Dalam Pendidikan Islam.


Digital Skills mencakup penggunaan perangkat keras, piranti lunak TIK, dan sistem operasi
digital.Digital Culture melibatkan membaca, menguraikan, dan membangun wawasan
kebangsaan, nilai Pancasila, dan Bhinneka Tunggal Ika.
Digital Ethics terkait dengan menyadari, mencontohkan, dan mengembangkan tata kelola
etika digital (netiquette).
Digital Safety mencakup kemampuan mengenali, menerapkan, dan meningkatkan kesadaran
keamanan digital dalam kehidupan sehari-hari.
Solusi pertama dalam menghadapi tantangan implementasi literasi digital dalam Pedidikan
Islam yaitu:
Dalam upaya mengembangkan literasi digital sebagai media pembelajaran, penting untuk
memahami bahwa literasi saat ini kurang diminati di kalangan pelajar dan mahasiswa
(Restianty, 2018). Kekurangan kesadaran akan pentingnya literasi dalam kehidupan sehari-
hari membuatnya menjadi sesuatu yang asing bagi sebagian besar dari mereka. Lebih
disayangkan lagi, banyak di antara mereka lebih memilih untuk menghabiskan waktu dengan
bermain game online, berselancar di media sosial, dan melakukan kegiatan yang mungkin
kurang bermanfaat dibandingkan dengan kegiatan literasi (Alfinnas, 2018).

Di era teknologi canggih saat ini, literasi digital menjadi suatu konsep yang perlu dipahami.
Sayangnya, masih ada sejumlah pelajar dan mahasiswa yang tidak sepenuhnya memahami
apa yang dimaksud dengan literasi digital (Alfinnas, 2018). Perlu ditekankan bahwa literasi
digital tidak hanya mencakup pemahaman terhadap teknologi, tetapi juga kemampuan
menggunakan teknologi tersebut untuk memperdalam pemahaman terhadap materi
pelajaran dalam konteks pendidikan (Payton & Hague).
Menumbuhkan rasa ingin tahu dan daya cipta seseorang melalui literasi digital efektif juga
dapat memberikan kontribusi positif pada pengetahuan seseorang, khususnya dalam konteks
pembelajaran. Penelitian oleh Payton & Hague menunjukkan bahwa peserta didik yang aktif
memanfaatkan teknologi cenderung lebih cepat mengadopsi strategi pembelajaran dengan
memanfaatkan berbagai alat teknis untuk mendukung proses pembelajaran. Selain itu, hasil
penelitian oleh Radovan menunjukkan adanya hubungan positif antara literasi digital dan
prestasi akademik (Akbar & Anggraeni, 2017).Dengan demikian, kesadaran akan manfaat
literasi digital perlu ditingkatkan, dan pendekatan yang melibatkan teknologi dapat menjadi
solusi untuk menarik minat pelajar dan mahasiswa, sekaligus meningkatkan kualitas
pembelajaran serta prestasi akademik mereka.

Literasi digital tidak sekadar mengacu pada keterampilan penggunaan media digital;
sebaliknya, itu merangkum peran integralnya sebagai alat pembelajaran yang memberikan
dukungan pada pelajar dan mahasiswa dalam menangani tugas-tugas pembelajaran. Ini
mencakup kemampuan untuk mengakses, menilai, dan menggunakan informasi yang
dikemas dalam berbagai format digital. Dalam konteks ini, literasi digital bukan hanya
tentang penguasaan komputer, tetapi juga melibatkan keterampilan dalam mengelola
informasi, memahami teknologi, berinteraksi dengan media visual, dan menggunakan media
komunikasi. Sebagai elemen penting dalam era globalisasi saat ini, literasi digital bukan
hanya sekadar alat, melainkan juga solusi untuk mengatasi kesulitan yang mungkin dihadapi
pelajar atau mahasiswa selama proses pembelajaran. Dalam konteks pembelajaran, media
digital berkontribusi signifikan dalam meningkatkan mutu dan kualitas pengajaran.
Penggabungan berbagai bentuk literasi, seperti literasi komputer, literasi informasi, literasi
teknologi, literasi visual, dan literasi media berkomunikasi, menciptakan kerangka kerja yang
kaya dalam mendukung pengembangan pemahaman siswa terhadap konten
pembelajaran.Dalam perspektif yang lebih luas, literasi digital tidak hanya mencakup
penggunaan perangkat keras dan perangkat lunak, tetapi juga melibatkan pemanfaatan
internet sebagai media pembelajaran. Khususnya, internet diharapkan dapat memfasilitasi
komunikasi interaktif antara guru dan siswa, memperkaya interaksi dalam kegiatan
pembelajaran. Kesempatan ini penting untuk memperluas cakupan pendidikan dan
memungkinkan siswa mengakses informasi lebih lanjut. Pendekatan ini menciptakan
lingkungan pembelajaran yang dinamis, di mana internet berperan sebagai sarana untuk
meningkatkan keterlibatan siswa dan mendukung proses belajar mengajar di sekolah.Dalam
wacana ini, dapat disimpulkan bahwa literasi digital bukan hanya alat praktis, tetapi juga
merupakan landasan untuk memahami dan menggabungkan berbagai elemen pembelajaran
digital. Pemahaman yang mendalam tentang literasi digital dapat membuka pintu untuk
pengalaman pembelajaran yang lebih kaya dan berdaya guna bagi pelajar dan mahasiswa.
Kajian Sulianta (2020) dan kontribusi Iqbal & Fradito (2020) menyoroti pentingnya internet
dalam menciptakan komunikasi interaktif yang mendukung pencapaian tujuan pembelajaran.
Dalam era informasi yang melaju pesat, terjadi pergeseran paradigma yang substansial di
sektor pendidikan dan pengetahuan. Fenomena ini didorong oleh kemajuan teknologi
informasi, konektivitas internet yang luas, dan percepatan arus informasi. Sebuah gambaran
terbuka bagi para pendidik adalah beban kerja yang dihadapi, di mana seorang guru dapat
mentransmisikan ilmu kepada sejuta siswa secara serentak. Fenomena ini membuka pintu
bagi kemudahan interaksi antarindividu, bahkan hingga tingkat keterlibatan dengan
pemimpin negara, tanpa rasa khawatir terhadap sensor, penangkapan, atau ancaman serius
dari pihak berwenang. Keseluruhannya, segalanya terasa begitu sederhana, namun tentu
saja, ada prasyarat tertentu yang menggerakkan kemudahan-kegembiraan tersebut. Penting
untuk mencatat bahwa dalam lingkup informasi ini, ide bahwa kesuksesan seseorang diukur
oleh sejauh mana pengetahuan mereka dihasilkan menjadi norma umum yang mendominasi.
Seiring dengan itu, perangkat media pembelajaran berbasis digital menyajikan alternatif yang
signifikan bagi pelajar dan mahasiswa. Proses pembelajaran menjadi lebih terfasilitasi,
dengan tujuan pembelajaran yang dapat dicapai melalui pemanfaatan bahan pembelajaran
dalam sistem pembelajaran yang terkini.
Pentingnya pembelajaran dalam era global kontemporer juga menciptakan kebutuhan baru
akan sumber daya pembelajaran digital. Secara otomatis, sumber daya instruksional menjadi
digital, menghilangkan kebergantungan pada kertas, dan hanya dapat diakses melalui
perangkat teknologi. Materi pembelajaran digital menawarkan keunggulan dalam hal
ketertarikan, efisiensi, dan memberikan peluang pembelajaran baru yang mungkin tidak
terpikirkan sebelumnya.Perubahan ini juga memungkinkan lebih banyak ruang untuk
pembelajaran mandiri dan individual, di mana siswa dapat mengakses sumber daya
pembelajaran digital dengan mudah sesuai dengan kebutuhan dan preferensi belajar
mereka. Jenis-jenis sumber daya belajar digital yang mencakup E-book, video, animasi,
multimedia interaktif, dan media presentasi, semuanya dapat diakses melalui internet. Selain
itu, platform belajar online, mobile learning, dan e-learning turut memberikan dimensi baru
dalam proses pembelajaran (Hasanah et al., 2022; Rahmat, 2019). Semua ini menciptakan
landasan bagi evolusi lebih lanjut dalam pendidikan, memanfaatkan potensi teknologi untuk
memperluas cakrawala pembelajaran.

Literasi digital, sebagai suatu kemampuan menguasai perangkat komputer dan teknologi
digital, memainkan peran sentral dalam media pembelajaran berbasis manusia. Dalam
konteks ini, interaksi individu dengan guru, instruktur, dan melalui berbagai kegiatan
kelompok menjadi landasan untuk penyampaian pesan, informasi, dan pengetahuan.
Pentingnya literasi digital dalam pendidikan Islam menuntut integrasi yang harmonis dengan
nilai-nilai Islami. Konsep ini berakar pada prinsip dasar iman, ilmu, dan amal yang menjadi
pilar pendidikan Islam. Oleh karena itu, penggunaan literasi digital dalam konteks pendidikan
Islam harus senantiasa sejalan dengan prinsip-prinsip tersebut, agar tidak menyimpang dari
ajaran Islam yang telah ditetapkan.
Dalam menyelenggarakan pembelajaran literasi digital dalam perspektif pendidikan Islam,
perlu dipahami dan diterapkan konsep “Iqra” yang terkandung dalam surat Al-Alaq (96): 1-5.
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, Dia Telah menciptakan
manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah, Yang
mengajar (manusia) dengan perantaran kalam, Dia mengajar kepada manusia apa yang
tidak Diketahuinya” Wahyu pertama yang disampaikan kepada Rasulullah Muhammad SAW
menekankan pentingnya membaca dengan menyebut nama Tuhan yang Menciptakan.
Penerapan teknologi dalam pembelajaran diharapkan tidak hanya sebagai keterampilan
teknis semata, melainkan juga sebagai wahana untuk mendukung perkembangan spiritual,
intelektual, dan moral, sesuai dengan nilai-nilai Islam yang tercermin dalam seluruh proses
pembelajaran.

Ayat-ayat yang terdapat dalam Surat Al-Alaq (96:1-5) membawa pesan mendalam tentang
kewajiban umat Islam untuk terus-menerus menjadi pembelajar sepanjang rentang
kehidupan, hal ini pun sejalan dengan makna dari literasi digital. Dalam surat tersebut, Allah
memerintahkan Rasulullah Muhammad SAW untuk membaca (Iqra), sebuah perintah yang
dalam konteks teknologi pendidikan dapat diartikan sebagai seruan untuk terus melakukan
pembelajaran.Perintah membaca tidak hanya terbatas pada memahami ayat-ayat Al-Quran
yang tercantum dalam kitab suci Islam, tetapi juga mencakup pemahaman terhadap dunia
dan fenomenanya secara menyeluruh. Dengan demikian, literasi digital dalam konteks ini
melibatkan tidak hanya membaca teks-teks agama, tetapi juga memperluas wawasan
terhadap pengetahuan umum dan perkembangan zaman. Oleh karena itu, literasi digital
bukanlah sekadar memahami ayat-ayat Al-Quran secara tekstual, melainkan juga mencakup
pemahaman terhadap realitas dunia.Dalam pandangan ini, membaca dengan fokus yang luas
diartikan sebagai usaha untuk meningkatkan pemahaman diri dan mendukung kemajuan
peradaban.

Perintah membaca (Iqra) bukan hanya tentang menggali makna dari ayat-ayat Al-Quran,
melainkan juga tentang memahami dunia dengan cermat. Dengan demikian, literasi digital
menjadi jendela yang membuka pemahaman tentang ayat-ayat Al-Quran yang melibatkan
jagad raya dan seluas dunia.Pentingnya literasi digital yang menarik, inspiratif, dinamis, dan
memungkinkan ruang untuk berkembang merupakan sebuah bentuk dari perintah membaca
(Iqra) yang mendorong pembelajaran sepanjang hayat. Dalam konteks pendidikan Islam,
konsep kinerja literasi digital menjadi sangat relevan, memandangnya sebagai usaha
sungguh-sungguh untuk mencapai hasil terbaik dan benar.Pentingnya literasi digital dalam
pendidikan Islam tampak dalam tahapan-tahapan yang melibatkan mengakses, menyeleksi,
memahami, menganalisis, memverifikasi, mengevaluasi, mendistribusikan, memproduksikan,
berpartisipasi, dan berkolaborasi terhadap informasi. Dalam konteks pendidikan Islam,
literasi digital tidak hanya menjadi cara untuk memperoleh pengetahuan, tetapi juga
merupakan kewajiban untuk memanfaatkannya dengan benar, sesuai dengan nilai-nilai
ajaran Islam.Keseluruhan, literasi digital dalam pendidikan Islam tidak hanya mengandung
aspek membaca (Iqra) dan mencari ilmu, tetapi juga melibatkan konsep-konsep seperti
verifikasi, evaluasi, dan validasi yang dikenal dalam Islam dengan istilah “tabayun”. Dengan
demikian, membaca dan mencari ilmu bukan hanya merupakan pilihan, melainkan kewajiban
yang harus diemban oleh setiap Muslim dalam mengembangkan literasi digitalnya.
Dalam tafsirnya, ar-Razi menyebutkan bahwa ayat ini mengisyaratkan orang mukmin untuk
Berakhlak mulia (Zaini, 2021). Sebab seorang mukmin di tuntut untuk menjaga lisan dan
tangannya dari menyakiti saudaranya. Sebagaimana hadis yang berbunyi:
‫ َو اْلُم َه اِج ُر َم ْن‬،‫ "اْلُمْس ِلُم َم ْن َس ِلَم اْلُمْس ِلُموَن ِمْن ِلَس اِنِه َو َي ِدِه‬: ‫ َق اَل َر ُسوُل ِهَّللا َص َّلى ُهَّللا َع َلْيِه َو َس َّلَم‬: ‫ َق اَل‬،‫َع ْن َع ْبِد ِهَّللا ْب ِن َع ْم ِر و‬
)‫ (صحيح البخاري‬."‫َه اَج َر َم ا َن َه ى ُهَّللا َع ْن ُه‬.
Dari Abdullah bin ‘Amru. Nabi Muhammad SAW bersabda, “Seorang muslim adalah orang
yang Kaum Muslimin selamat dari lisan dan tangannya, dan seorang Muhajir adalah orang
yang
Meninggalkan apa yang dilarang oleh Allah.” (Shahih Bukhari).
Dalam hadits tersebut, ajaran Islam menekankan bahwa seorang Muslim harus menjaga lisan
dan tangannya. Lisannya tidak boleh melukai, berbohong, atau memerintahkan perbuatan
melanggar hukum. Begitu pula, tangannya tidak boleh digunakan untuk berbuat dosa,
seperti menandatangani kesepakatan merugikan atau melakukan kekerasan.

Dalam Pendidikan Islam, media pembelajaran melibatkan berbagai alat dan metode yang
sesuai dengan prinsip-prinsip Islam, bertujuan untuk memahami nilai-nilai agama secara
mendalam. Pada zaman Nabi Muhammad SAW, konsep “uswatun hasanah” menonjol, di
mana nabi bukan hanya sebagai penyampai wahyu, tetapi juga sebagai contoh hidup yang
mulia. Ayat 21 dari Surat Al Ahzab dalam Al-Qur’an menggarisbawahi peran Rasulullah
sebagai suri tauladan yang baik, “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri
teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan
(kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah” (Q.S. Al Ahzab 33:21). Konsep ini
menunjukkan bahwa media pembelajaran dalam Pendidikan Islam tidak hanya mencakup
metode pengajaran, melainkan juga vektor keteladanan untuk memahami dan
menginternalisasi ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari.

Dalam rangka optimalisasi literasi digital dalam Pendidikan Islam, terdapat beberapa
solusi yang dapat diimplementasikan. Solusi kedua adalah penguatan infrastruktur teknologi
di lembaga-lembaga Pendidikan Islam, yang dapat memberikan dukungan esensial bagi
peningkatan kemampuan literasi digital peserta didik. Solusi ketiga mencakup penyusunan
kurikulum literasi digital yang tepat, sebagaimana disarankan oleh Nurjannah pada tahun
2022. Keempat adalah pengembangan metode pembelajaran yang kreatif dan inovatif,
sebagai solusi keempat yang dapat meningkatkan efektivitas proses pendidikan di era digital.
Peningkatan kompetensi guru dan tenaga pendidik menjadi fokus kelima, bertujuan
menciptakan lingkungan pembelajaran yang berkualitas.Terakhir, kesadaran dan partisipasi
orangtua menjadi faktor kunci keenam dalam memastikan kesuksesan implementasi solusi-
solusi tersebut, sesuai dengan pandangan Muflihin pada tahun 2020. Semua langkah ini
diarahkan untuk mendukung pencapaian tujuan pendidikan Islam, termasuk terwujudnya
Insan Kamil dan pengembangan intelegensi melalui pemahaman dan analisis terhadap
fenomena ciptaan Allah SWT.

➣Kesimpulan.

Literasi digital pada zaman ini telah menjadi suatu keharusan mutlak bagi seluruh lapisan
masyarakat. Hal ini diperlukan sebagai langkah proaktif dalam menghadapi berbagai
ancaman dan konten negatif yang mungkin muncul dalam ruang digital. Pendidikan Islam
memberikan penekanan yang signifikan terhadap penguasaan literasi digital, mengakui
bahwa kemajuan digital dapat diintegrasikan secara positif ke dalam kehidupan sehari-hari
jika setiap individu memiliki pemahaman yang mendalam tentang pemanfaatan media
digital.

Dalam konteks pendidikan, literasi digital menjadi kunci penting dalam memastikan bahwa
peserta didik dapat mengadopsi teknologi sebagai alat pembelajaran yang efektif. Pentingnya
literasi digital dalam konteks pendidikan Islam tidak hanya berkaitan dengan kemampuan
teknis, tetapi juga dengan keberlanjutan nilai-nilai Islam. Oleh karena itu, peserta didik
diharapkan dapat menggunakan literasi digital sebagai wadah untuk pembelajaran yang
sesuai dengan prinsip-prinsip agama, tanpa menyimpang dari nilai-nilai yang dijunjung tinggi.

Pengintegrasian literasi digital dalam pendidikan Islam juga membuka peluang bagi peserta
didik untuk menjadi produsen, penerima, dan pengelola informasi melalui media digital.
Adapun tujuan utama adalah menciptakan lingkungan pembelajaran yang mendukung
perkembangan individu menjadi insan kamil, yang memiliki keseimbangan antara
pemahaman teknologi dan integritas moral sesuai dengan ajaran Islam.Lebih jauh, literasi
digital memberikan peserta didik keahlian untuk memahami nilai informasi dan menyaring
bahan berita dengan lebih teliti. Dengan demikian, mereka dapat melindungi diri dari potensi
risiko seperti penyebaran hoax, tindakan bullying, penipuan, perjudian online, kecanduan
internet, dan cyber crime. Literasi digital yang terarah dan sesuai dengan nilai-nilai Islam
menjadi landasan utama dalam membentuk individu yang mampu menghadapi tantangan
dunia digital dengan bijak.

Dalam perspektif Pendidikan Islam, literasi digital bukan hanya sekadar keterampilan teknis,
melainkan sebuah alat untuk mencapai tujuan akhir, yaitu menciptakan individu yang
mencerminkan insan kamil. Oleh karena itu, penguatan literasi digital yang sejalan dengan
prinsip-prinsip Islam diharapkan dapat membentuk peserta didik yang tidak hanya cerdas
secara teknologi, tetapi juga berakhlak dan mampu memahami serta mengaplikasikan nilai-
nilai keislaman dalam setiap interaksi digitalnya. Dalam menghadapi era digital, kita
merasakan manfaat kemudahan akses informasi, namun sekaligus dihadapkan pada
tantangan serius terkait dampak negatifnya, khususnya terhadap moral anak bangsa. Oleh
karena itu, memandang pendidikan agama Islam sebagai kunci utama menjadi semakin
penting. Penanaman nilai-nilai religius melalui pembelajaran agama Islam menjadi landasan
yang kokoh, dengan pendekatan holistik mencakup literasi digital, pengawasan media sosial,
dan dorongan kuat kepada peserta didik untuk mengembangkan kemampuan mencari
informasi dari berbagai sumber.

Pentingnya memadukan pendekatan ini terletak pada upaya bersama untuk menciptakan
lingkungan pendidikan yang seimbang, di mana nilai-nilai spiritual dan etika Islam tidak
hanya diwariskan, tetapi juga diterapkan dalam kehidupan sehari-hari yang semakin
terkoneksi secara digital. Seiring dengan literasi digital, peserta didik perlu diajarkan untuk
memahami bagaimana menggunakan teknologi dengan bijak, mengelola media sosial
dengan tanggung jawab, dan menjunjung tinggi nilai-nilai keislaman dalam setiap interaksi
daring. Pengawasan media sosial juga merupakan langkah proaktif dalam melindungi
generasi muda dari potensi dampak negatif. Hal ini melibatkan peran aktif orang tua, guru,
dan masyarakat dalam memantau dan membimbing aktivitas online anak-anak. Motivasi
yang diberikan kepada peserta didik untuk mencari informasi melalui berbagai sumber juga
mendukung perkembangan pemahaman yang lebih mendalam dan kritis terhadap isu-isu
kontemporer. Secara keseluruhan, integrasi antara pendidikan agama Islam, literasi digital,
pengawasan media sosial, dan motivasi peserta didik membentuk fondasi yang kokoh dalam
mempersiapkan generasi muda menghadapi dinamika kompleks era digital, dengan harapan
mereka dapat menjaga moral dan spiritualitas dalam konteks yang terus berubah.

Das könnte Ihnen auch gefallen