Sie sind auf Seite 1von 10

JIPK 16 (1) (2023)

Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia


http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/JIPK

Pengembangan LKPD Model Pembelajaran Penemuan Terintegrasi Etnosains Pada


Materi Sifat Koligatif Larutan Untuk Mengembangkan Literasi dan Numerasi
Peserta Didik
Ilham Nurkholis Majid1*, Sudarmin1, Woro Sumarni1, Kasmui1
Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Semarang
Gedung D6 Kampus Sekaran Gunungpati Telp. (024)8508112 Semarang

Info Artikel Abstrak


Rendahnya keterampilan literasi dan numerasi pelajar Indonesia diikuti adanya kebijakan
Diterima
baru oleh pemerintah dalam mengatasi permasalahan tersebut melatarbelakangi penelitian
Disetujui ini. Tujuan riset ini adalah menghasilkan dan mendeskripsikan karakteristik LKPD
Dipublikasikan
dengan model pembelajaran penemuan terintegrasi etnosains pada kajian materi sifat
Keywords: koligatif larutan beserta analisis kelayakan, kepraktisan, dan keterbacaan serta
lembar kerja peserta didik keefektifannya. Jenis penelitian dalam riset ini yaitu Research and Development dikemas
model pembelajaran dalam model 4D. Subjek dalam riset ini adalah kelas 12 MIPA 3, kelas 12 MIPA 5 & 12
penemuan MIPA 6 di SMAN 1 Bergas Tahun Ajaran 2022/2023. Pengumpulan data dengan teknik
etnosains wawancara, penyebaran angket, lembar tes kognitif, dan dokumentasi. Analisis data
literasi dan numerasi menggunakan model Partial Credit Model (PCM) dalam model rasch dan microsoft excel
sifat koligatif larutan meliputi analisis kualitas butir, analisis lembar angket tanggapan dan respon peserta didik,
analisis keefektifan LKPD dan analisis pencapaian kompetensi minimal responden. Hasil
penelitian menyimpulkan, LKPD dengan menggunakan model penemuan terintegrasi
etnosains berbasis keterampilan literasi dan numerasi tergolong sangat layak dan praktis
digunakan dengan tingkat keterbacaan yang baik serta efektif digunakan dalam
mengembangkan literasi dan numerasi peserta didik.
Abstract
The low quality of education, one of which is the literacy and numeracy abilities of
students in Indonesia and the existence of new policies by the government in overcoming
these problems, is the background to the research and development conducted by
researchers. This study aims to develop and describe the characteristics of student
worksheets in the ethnoscience integrated discovery learning model on colligative
properties of solutions along with analysis of feasibility, practicality, and readability as
well as the effectiveness of student worksheets in honing students' literacy and numeracy
skills. This research uses a Research and Development (R&D) approach with a 4D
research model. The subjects of this study were class XII MIPA 3, class XII MIPA 5, and
class XII MIPA 6 SMA N 1 Bergas in the 2022/2023 academic year. Data collection was
carried out at the preliminary study stage, students' literacy and numeracy test instruments,
student response questionnaires and responses. Data analysis techniques used the Partial
Credit Model (PCM) model in the rasch model and Microsoft Excel including item quality
analysis, analysis of student response questionnaires and responses, analysis of the
effectiveness of student worksheets and analysis of student attainment of minimum
competencies. The results of the study showed that student worksheets produced using
literacy and numeracy-based ethnoscience integrated discovery models were classified as
very appropriate and practical to use with a good level of legibility and were effectively
used in developing students' literacy and numeracy.
© 2023 Universitas Negeri Semarang
🖂 Alamat korespondensi: p-ISSN 1979-0503
Gedung D6 Lantai 2 Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229 e-ISSN 2503-1244
E-mail: nurkholizilham12@students.unnes.ac.id
Ilham Nurkholis Majid, et al. / Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia 16 (1) (2023)

PENDAHULUAN
Indonesia pada saat ini tengah menerapkan Kurikulum Merdeka Belajar setelah beberapa kali mengalami
pergantian secara masif. Kurikulum Merdeka Belajar di Indonesia merupakan hasil revisi kurikulum
sebelumnya yaitu Kurikulum 2013 yang berimbas pada penghapusan UN, kemudian menggantinya dengan
Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) & Survei Karakter pelajar. Asesmen Kemampuan Minimum dinilai
sesuai dengan tujuan Pendidikan Nasional karena menampilkan beragam konteks permasalahan yang sehingga
peserta didik dapat mengatasinya menggunakan keterampilan literasi dan numerasi yang telah didapatkan.
Kemendikbud (2020) menegaskan, pengukuran kompetensi dasar peserta didik merupakan hal krusial dalam
AKM disamping penguatan aspek konten. Kemampuan dasar yang menjadi perhatian dalam AKM adalah
literasi membaca dan literasi matematika/numerik (Kemendikbud, 2020). Kemampuan dasar tersebut seperti
yang dilaporkan PISA (2018), peserta didik Indonesia menempati urutan ke-74 dari 79 negara PISA dalam hal
kompetensi membaca. Kompetensi numerik/matematika pelajar Indonesia berada di urutan ke-73, sedangkan
keterampilan sains menempati urutan ke-71 dari ke-79 negara peserta PISA (OECD, 2019). Penilaian rendah
yang diberikan PISA tersebut memberikan cerminan bahwa optimalisasi bidang pendidikan di Indonesia masih
kurang, sehingga diperlukan proses pembelajaran yang dapat menggabungkan aspek literasi (sosial, seni,
budaya, lingkungan, dll.) dan aspek numerasi (angka, tabel, grafik, simbol, dll.) khususnya dalam belajar materi
kimia di sekolah.
Kimia merupakan cabang ilmu sains yang mengkaji tentang susunan, bentuk, sifat suatu zat pada skala
terkecil/ atom-molekul (Wulandari et.al, 2018). Kimia sendiri mencakup beragam materi kompleks, dan
mengkaji hal yang sukar diamati secara langsung terkait perubahan suatu zat terlebih pada materi sifat koligatif
(Rohmawati et al., 2020). Hasil observasi peneliti terkait nilai ulangan harian kimia peserta didik SMA N 1
Bergas tahun pelajaran 2021/2022 didapatkan 53% (≤ 75) peserta didik yang belum tuntas pada materi sifat
koligatif. Analisis nilai ulangan harian peserta didik tahun lalu didapatkan rata-rata 71,5, artinya bahwa
kesulitan dalam memahami dan menguasai materi sifat koligatif masih dialami sebagian besar peserta didik.
Hasil relevan dilaporkan Sinta (2021) bahwa dari berbagai materi kimia di SMA, sifat koligatif larutan
tergolong sukar dipelajari karena banyak menampilkan penguatan konsep sains dan operasi hitung dalam
penerapannya sehingga diperlukan sebuah pendekatan yang dapat menggabungkan konsep sains dengan
kehidupan sehari-hari salah satunya melalui kebudayaan yakni berbasis etnosains (Pertiwi et al., 2021).
Etnosains adalah kumpulan pengetahuan asli yang diyakini oleh masyarakat/kelompok etnis, diperoleh
dengan cara dan proses tertentu serta tergolong adat/budaya dari suatu masyarakat yang mana secara ilmiah
dapat terbukti kebenarannya (Sudarmin, 2014). Etno-sains kurang lebih mengacu pada sains asli yang dipahami
oleh masyarakat/ kelompok tertentu yang khas (Sudarmin, 2015). Sanova et al., (2021) melaporkan bahwa
model pembelajaran terintegrasi etnosains pada pembelajaran terbukti efektif dalam meningkatkan aktivitas,
motivasi, dan hasil pembelajaran serta kemampuan literasi sains peserta didik. Pengintegrasian pembelajaran
dalam konteks budaya dan kearifan yang ada dimasyarakat tersebut akan berjalan optimal apabila di bantu
dengan media ajar, yaitu lembar kerja peserta didik (Pertiwi et al., 2021).
Lembar kerja peserta didik diartikan sebagai sarana pendukung dalam kegiatan belajar yang efektif
membangun komunikasi dan transfer pengetahuan bagi pendidik dan peserta didik karena didalamnya memuat
beragam kegiatan yang efektif meningkatkan semangat dan motivasi belajar peserta didik (Prastowo, 2014).
Hasil observasi uji pendahuluan, kegiatan belajar hanya menggunakan buku ajar dan tidak sesuai standar BSNP
sehingga kurang menginisiasi peserta didik. Fakta yang ada menunjukkan, diperlukan bahan ajar yang
interaktif. Riset yang terdahulu terkait pengembangan LKPD berbasis etnosains dapat meningkatkan hasil
belajar, kompetensi literasi, karakter, tindakan konservatif, dan penguatan materi bagi peserta didik (Amila, et
al., 2018; Sudarmin dan Sumarni, 2018). Hasil yang maksimal dapat dicapai apabila pengembangan LKPD
dikemas dengan model pembelajaran yang sesuai, yakni dengan model penemuan. Pembelajaran penemuan
dijabarkan sebagai kegiatan belajar yang menuntut peserta didik menemukan sendiri makna dan konsep materi
yang disajikan tanpa campur tangan pendidik secara penuh (Az-Zahra & Erianjoni, 2022). Izzatunnisa, et al
(2019) melaporkan pembelajaran penemuan dalam lembar kerja dalam konteks pengembangan skill literasi
peserta didik terbukti efektif dalam pembelajaran kimia.
Hasil uraian sebelumnya berkaitan dengan materi sifat koligatif larutan, sehingga riset ini akan
merancang pengembangan lembar kerja peserta didik yang terintegrasi etnosains dengan model pembelajaran
penemuan. Penggunaan model pembelajaran penemuan ini diharapkan membekali dan mengasah kemampuan
literasi dan numerasi peserta didik dalam belajar kimia.

METODE

Pendekatan R&D dalam penelitian ini dikemas dengan model penelitian 4D yang memiliki 4 fase;
Define, Design, Development, dan Dissemination. Subjek penelitian terdiri dari peserta didik kelas 12 MIPA 3

9
Ilham Nurkholis Majid, et al. / Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia 16 (1) (2023)

pada uji pendahuluan dengan mengambil subjek sebanyak 20 peserta didik, dan peserta didik kelas 12 MIPA 5
dan 6 SMA N 1 Bergas sebanyak 36 siswa pada uji implementasi.
Prosedur penelitian ini diawali pada fase define yaitu studi lapangan dan studi pustaka yang bertujuan
menggali informasi kebutuhan pelajar dalam belajar kimia. Fase design adalah perakitan produk LKPD
berdasarakan hasil analisis kebutuhan peserta didik berupa pemilahan media dan format serta yang terakhir draft
LKPD sebelum diujicoba. Fase development merupakan langkah ke-3 yang berisi proses memvalidasi
kelayakan produk yang dikembangkan oleh ahli. Tahap ini juga dilakukan penyebaran LKPD dan lembar angket
tanggapan dan respon peserta didik pada skala terbatas/pendahuluan dan uji implementasi guna menilai tingkat
kepraktisan dan keterbacaan LKPD. Tahap terakhir yaitu dissemination berupa penyebaran produk LKPD dalam
bentuk link flipbook kepada peserta didik dan penyerahan hardfile ke sekolah serta publikasi artikel jurnal.
Pengumpulan data riset ini berupa interview dengan narasumber guru dan pelaku usaha, tinstrumen tes,
lembar angkt, dokumentasi. Analisis data dalam riset ini untuk uji kelayakan dibantu dengan menggunakan hasil
validasi dari tim validator ahli, uji kepraktisan dan keterbacaan menggunakan data responden hasil penyebaran
angket. Penilaian keefektifan lembar kerja dikerjakan berbantuan dari data hasil tes kognitif peserta didik
dengan 15 butir soal.
Teknik analisa data riset pengembangan dilaksanakan menggunakan pemodelan Rasch partial credit
models (PCM) berupa (1) analisis kualitas butir meliputi: analisis reliabilitas, tingkat kesesuaian butir/validitas
(item fit), dan analisis daya beda dengan pemisahan strata; (2) Analisis pencapaian kompetensi minimal peserta
didik, meliputi: tingkat abilitas dan kesesuaian peserta didik secara individu (kemampuan peserta didik dalam
menjawab soal (3) Analisis lembar angket kelayakan materi dan media; dan (4) Analisis lembar angket
kepraktisan; serta (5) Analisis lembar angket keterbacaan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Riset pengembagan LKPD sifat koligatif dengan model penemuan terintegrasi Etnosains berbantuan
model 4D memiliki tujuan penelitian untuk menghasilkan LKPD berbasis penemuan terintegrasi etnosains pada
materi sifat koligatif dan karakteristiknya, menganalisis kelayakan LKPD, menganalisis kepraktisan dan
keterbacaan LKPD yang dikembangkan serta keefektifannya dalam melatih keterampilan literasi numerasi
peserta didik dalam belajar sifat koligatif.

Karakteristik LKPD Bermuatan Etnosains

Desain awal LKPD model penemuan terintegrasi etnosains materi sifat koligatif larutan dirancang
dengan mengacu pada pengembangan LKPD sebelumnya oleh Prastowo (2014) dan dimodifikasi sesuai aturan
yang di tetapkan oleh BSNP. Lembar kerja disusun dan dikemas dalam 5 kegiatan pertemuan. LKPD ini
disusun berdasarkan aturan standar suatu bahan ajar pada umumnya yang ditetapkan oleh BSNP, dimana berisi
halaman awal (cover), prakarta, daftar isi, daftar tabel dan gambar, peta konsep, Bab 1-5, daftar pustaka, dan
glosarium. Desain LKPD model penemuan terintegrasi etnosains riset ini secara umum ditampilkan pada
Gambar 1.

Lembar kerja model penemuan terintegrasi etnosains disusun dalam beragam wacana pembelajaran
yang akan dipelajari dan ditemukan bersama terkait jawaban atas masalah yang muncul dari masing-masing
kelompok. Kegiatan yang disajikan dalam LKPD terintegrasi etnosains-penemuan memiliki 5 buah forum; empat
forum diskusi mengenai gambar serta video yang ditampilkan dan 1 kali kegiatan menganalisis data hasil
percobaan. Fase pembelajaran LKPD dengan model penemuan dalam riset ini terdapat 6 fase; stimulation,
problem statement, data collection, data processing, verification dan generalization. Lembar kerja yang disusun

10
Ilham Nurkholis Majid, et al. / Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia 16 (1) (2023)

berisi materi sifat koligatif larutan dan pertanyaan-pertanyaan berupa soal dan juga terkait fenomena yang ada
pada sifat koligatif larutan.
Penyajian isi materi pada LKPD dikemas runtut dengan menyesuaikan lembar kerja/bahan ajar yang
telah ada sebelumnya secara umum. Materi dalam LKPD secara berurutan disusun dengan mengacu pada KD
dan IPK yang terdapat pada silabus yang ada dengan rincian berikut ini.
1. Satuan konsentrasi (molaritas, molalitas, fraksi mol).
2. Pengenalan fenomena-fenomena dalam colligative properties dan perhitungannya secara teoritis.
3. Penyajian aplikasi colligative properties (berbasis etnosains) pada dunia nyata yang ada disekitar baik
dalam bentuk wacana, video maupun latihan soal.
4. Pembahasan colligative properties pada larutan elektrolit (Faktor Van’t Hoff).
5. Pembahasan perbedaan colligative properties pada larutan elektrolit-nonelektrolit dan implikasinya
Isi konsep diatas dikemas dengan ringkas dan mudah dimengerti serta disajikan beragam gambar dan
wacana dari implikasi colligative properties dalam dunia nyata agar tidak membosankan pelajar. Pendekatan
etnosains yang sudah disiapkan melalui observasi berupa wawancara pada tahap define diterapkan peneliti dalam
pembuatan penugasan dengan model penemuan dan butir soal latihan dalam LKPD. Tugas dalam pembelajaran
penemuan bermuatan etnosains; pengetahuan asli masyarakat sebagai konten dalam pembelajaran tentang
metode pembuatan asinan buah, pelunakan daging, pembuatan es putar, dan pembuatan telur asin. Lembar kerja
dalam riset ini disusun dengan kumpulan butir soal latihan berbasis etnosains sehingga melekat dan umumnya
dipahami peserta didik dengan indikator soal mengacu pada komponen literasi dan numerasi. Sudarmin, &
Pujiastuti (2015) menegaskan bahwa pembelajaran etnosains dapat membantu pelajar dan pendidik dalam
kegiatan belajar khususnya dalam konteks literasi. Peserta didik diarahkan menelaah isi dan menyimpulkan
bermacam konten serta konteks dalam lembar kerja terkait penggunaan sifat koligatif larutan dari pembuatan
telur asin, pembuatan es putar, dan berbagai konten ilmiah lainnya.

Analisis Kelayakan LKPD

Tujuan uji kelayakan (materi dan media) adalah untuk memastikan bahwa LKPD yang telah
dikembangkan valid/layak diujicobakan pada tahap implementasi. Kevalidan LKPD dinilai oleh validator yang
ahli dibidangnya. Validasi LKPD penelitian ini dinilai oleh tiga orang ahli. Hasil analisis lembar validasi LKPD
oleh validator ahli materi ditampilkan dalam Tabel 1.

Tabel 1. Hasil Validasi Materi LKPD

Validator Skor Total Nilai Rata-Rata Kesimpulan


Validator I 101
Validator II 120 106 Sangat Layak
Validator III 97

Analisis validitas materi dalam LKPD oleh ahli berdasarkan data Tabel 1 didapatkan rata-rata skor 106
dan dinyatakan sangat valid/layak digunakan sehingga dapat diujicobakan. Hasil yang baik juga didapatkan pada
analisis validitas media dalam LKPD oleh ahli dengan rerata skor 150,3 dan dinyatakan sangat valid/layak seperti
yang diuraikan Tabel 2.

Tabel 2. Hasil Validasi Media LKPD

Validator Skor Total Nilai Rata-Rata Kesimpulan


Validator I 141
Validator II 168 150,3 Sangat Layak
Validator III 142

Hasil validasi materi dan media oleh validator ahli terkait LKPD model pembelajaran penemuan
terpadu etnosains pada materi sifat koligatif solusi untuk mengembangkan kemampuan literasi dan numerasi
siswa menyimpulkan bahwa keduanya berada pada kategori sangat layak untuk digunakan sehingga dapat
digunakan pada tahap ujicoba uji pendahuluan. Rangkuman persentase skor hasil analisis validitas aspek materi &
media LKPD oleh validator ditampilkan Gambar 2.

11
Ilham Nurkholis Majid, et al. / Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia 16 (1) (2023)

100 90.6 91.7 88.5


86.1
90
80

Skor Total (%)


70
60
50
40 Series 1
30
20
10
0
Indikator Penilaian

Gambar 2. Hasil Validasi LKPD

Validator yang menilai validitas LKPD baik aspek materi maupun media, memberikan saran beserta
komentar guna menyempurnakan LKPD model penemuan terintegrasi etnosains pada materi sifat koligatif larutan
untuk mengembangkan literasi-numerasi peserta didik sehingga perlu perbaikan oleh peneliti. Tabel 3 berikut
menyajikan daftar komentar dan saran dari ahli/validator baik pada validasi aspek materi maupun media.

Tabel 3. Saran dan Komentar Validator


No Saran dan Masukan Validator Ahli Materi
1 Menyederhanakan kalimat dalam penulisan LKPD
2 Memperbaiki tata tulis dan bahasa
3 Meninjau kembali materi yang disajikan
No Saran dan Masukan Validator Ahli Media
1 Sebaiknya tulisan judul materi pada sampul diperbesar lagi ukuran font nya
2 Menambahkan asal instansi pada sampul
3 Menambahkan QR-Code pada bagian sampul
1. 4 Memperbaiki pusat pandang (center point) yang baik dan sesuai
2. 5 Mempertajam gambar-gambar yang ditampilkan

Analisis Kepraktisan LKPD

Kepraktisan lembar kerja pengembangan riset ini dengan model penemuan terintegrasi etnosains guna
menganalisis keterampilan literasi numerasi peserta didik pada materi sifat koligatif larutan diuji kepraktisannya
dalam uji pendahuluan dan uji implementasi melalui kuisioner tanggapan yang harus disi peserta didik dalam
google form. Responden pada ujicoba skala terbatas/kecil berjumlah 20 peserta dari kelas 12 MIPA 3 di SMAN
1 Bergas. Hasil rekap pengisian lembar angket diperoleh kesimpulan; LKPD hasil pengembangan riset ini
tergolong praktis digunakan dengan rerata skor 61,8. Uji implementasi dilaksanaan dengan diikuti 70 peserta
didik dari kelas 12 MIPA 5 & 12 MIPA 6 di SMAN 1 Bergas. Hasil rekap pengisian lembar angket diperoleh
kesimpulan; LKPD tergolong praktis dipakai dalam pembelajaran dengan rerata skor 62,56. Hasil analisis
kepraktisan uji pendahuluan dan uji implementasi yang didapatkan dari penyebaran lembar angket tanggapan
guna menguji kepraktisan lembar kerja hasil pengembangan dapat dilihat pada Gambar 3.

12
Ilham Nurkholis Majid, et al. / Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia 16 (1) (2023)

83.8
84
80.8
82
Skor Total (%)
80 78.4 78.7 78.2
77.1 76.6 77.1
78 75.6
76 74.3
74
72
70
68
Bahasa Penyajian Isi Model Penemuan Etnosains

Indikator Penilaian

uji pendahuluan uji implementasi

Gambar 3. Hasil Uji Kepraktisan LKPD Uji Pendahuluan-Implementasi

Analisis Keterbacaan LKPD

Keterbacaan lembar kerja model penemuan terintegrasi etnosains kaitannya dalam pengembangan
keterampilan literasi & numerasi peserta dididk diukur dengan menggunakan angket respon pesrta didik hasil
validasi oleh ahli/validator sebelum diujicobakan pada ujicoba terbatas dan uji implementasi melalui penyebaran
angket berbentuk google form. Peserta didik yang mengikuti tes uji pendahuluan berjumlah 20 peserta didik dari
kelas 12 MIPA 3 di SMAN 1 Bergas. Hasil rekap pengisian lembar angket diperoleh kesimpulan bahwa
pengembangan LKPD memiliki keterbacaan sangat baik yang digunakan oleh peserta didik dengan rerata skor
52,5. Peserta didik yang mengikuti uji coba uji implementasi berjumlah 70 peserta didik dari kelas 12 MIPA 5 &
12 MIPA 6 di SMAN 1 Bergas. Hasil rekap pengisian lembar angket diperoleh kesimpulan bahwa LKPD yang
telah dikembangkan memiliki keterbacaan yang sangat baik digunakan oleh peserta didik dengan rerata skor
52,34. Hasil penyebaran lembarangket respon peserta didik pada ujicoba uji pendahuluan/ pendahuluan dan
ujicoba uji implementasi/implementasi untuk uji keterbacaan LKPD dapat ditinjau pada Gambar 4.

85.7
Skor Total (%)

86
82.5 82.8
84 82
80.8
82
80 77.7
78
76
74
72
Bahasa Penyajian Isi
Indikator
uji pendahuluan uji implementasi

Gambar 4. Hasil Uji Keterbacaan LKPD Uji Pendahuluan-Implementasi

Analisis Efektivitas LKPD

Uji efektivitas dalam riset ini dirumuskan guna menganalisis efektivitas penggunaan LKPD. Efektivitas
LKPD dapat diukur dengan menggunakan soal tes kognitif yang sudah dikatakan valid dan reliabel pada uji uji
pendahuluan. Analisis hasil tes kognitif dilaksanakan dengan 15 butir soal dalam bentuk variatif diantaranya
pilgan (PG), pilihan ganda kompleks (PGK), dan uraian. Butir soal tes didesain menyesuuaikan dengan KD &

13
Ilham Nurkholis Majid, et al. / Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia 16 (1) (2023)

IPK serta komponen literasi membaca dan numerasi. Hasil analisis persentase tingkat ketuntasan peserta didik
tahap implementasi ditampilkan pada Gambar 5.

80%
70% 76%

Skor Ketuntasan
60%
50%
40%
30%
20% 24%
10%
0%

Kritera Ketuntasan
Peserta Didik

Gambar 5. Persentase Ketuntasan Peserta Didik Pada Uji Implementasi

Hasil analsis efektivitas lembar kerja yang mengacu pada nilai ketuntasan belajar peserta didik pada
Gambar 5 menunjukkan makna positif pada kriteria tuntas berada diangka 76%, sedangkan sisanya sebesar 24%.
Data hasil analisis dengan berbantuan microsoft excel mengindikasikan bahwa dari 70 peserta didik dikelas 12
MIPA 5 & 6 SMAN 1 Bergas, hanya 53 orang saja yang berhasil tuntas.
Estuningsih et al., (2019) berpendapat, ada dua penyebab utama yang mempengaruhi ketidaktuntasan
belajar peserta didik, yakni faktor dari dalam dan luar. Faktor dari dalam yang muncul ialah kemampuan
akademik tiap individu, meliputi: motivasi, semangat, penguasaan konsep serta kemampuan individu untuk bisa
mengorganisasikan maslah dan solusi dari yang timbul selama kegiatan pembelajaran. Faktor dari luar yang
mempengaruhi ketidaktuntasan belajar peserta ialah rendahnya kualitas penyajian materi pembelajaran yang
diberikan selama pembelajaran sehingga menghambat peserta didik dalam memahami konsep/konteks yang
dimaksudkan.
Nilai persentase ketuntasan belajar menunjukkan angka 76%, artinya lembar kerja terbukti cukup efektif
dipakai selama kegiatan belajar (Irsalina, 2018) kaitannya dalam mengembangkan literasi & numerasi peserta
didik. Riset ini juga menganalisis dan mengkategorikan peserta didik dalam hal pencapaian kompetensi minimal.
Kompetensi minimal disini dimaksudkan sebagai pencapaian minimal terkait kompetensi dasar yang harus
dimiliki peserta didik setelah mempelajari materi Sifat Koligatif. Kompetensi dasar tersebut ada 2 yaitu literasi
membaca dan numerasi. Literasi merupakan kemampuan memahami teks atau bacaan, sedangkan numerasi
merupakan skill dalam penggunaan operasi hitung (angka, rumus, data dll) pada konteks tidak riil atau riil baik
berdasarkan data pengukuran yang relevan ataupun logika.
Pencapaian kompetensi minimal dalam penelitian ini dikategorikan berdasarkan perolehan skor tes
kognitif individu. Data kemudian dilakukan analisis menggunakan microsoft excel, dan hasil diinterpretasikan
sesuai dengan tingkatan kompetensi yang ada dalam AKM, yaitu mahir, cakap, dasar, dan perlu intervensi khusus
(Asrijanty, 2020). Kriteria tingkat kompetensi minimal dapat dicermati pada Tabel 4.

14
Ilham Nurkholis Majid, et al. / Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia 16 (1) (2023)

Tabel 1. Kriteria Pencapaian Minimal peserta Didik


Kriteria Prsentase
Mahir 76% ≤ skor ≤ 100%
Cakap 51% ≤ skor ≤ 75%
Dasar 26% ≤ skor ≤ 50%
Perlu Intervensi Khusus 0% ≤ skor ≤ 25%

Hasil analisis interpretasi pencapaian kompetensi minimal peserta didik terkait AKM riset penulis
disajikan pada Gambar 6.

80 75.7
70
Skor Total (%)

60
50
40 Series 1
30
20 15.7
10 7.1
1.4
0
Keriteria Penilaian

Gambar 6. Interpretasi Pencapaian Kompetensi Minimal Peserta Didik Pada Uji Implementasi

Data hasil interpretasi uji implementasi menunjukkan bahwa dominasi tingkatan kompetensi peserta
didik secara keseluruhan berada dalam tingkat kompetensi mahir, yaitu 75,7%. Kriteria ini dinilai positif karena
responden secara menyeluruh dapat mengkombinasikan beberapa informasi dalam teks; menilai isi dan
kualitasnya, tatacara penulisan teks dan merefleksi isi teks dan sanggup bermain nalar secara logis dalam
memecahkan problematika rumit dan tidak beraturan berdasarkan konsep/bilangan matematika (Asrijanty, 2020).
Dua faktor yang diduga menjadi penyebab tidak tercapainya kompetensi minimal atau peserta didik
berada pada tingkatan kompetensi terenda yaitu faktor dari dalam (internal) dan faktor dari luar (eksternal).
Faktor internal diduga karena ketidaktelitian peserta didik dalam membaca soal, kurangnya motivasi membaca,
pemahaman terhadap materi prasyarat yang rendah hingga pemahaman konsep yang kurang dapat menyebabkan
tidak tercapainya kompetensi minimal, sedangkan faktor eksternal diduga karena pengaruh negatif dari teman
sebaya ketika mengerjakan tes atau penulisan frasa dan kalimat yang dinilai multitafsir sehingga dapat
mengakibatkan timbulnya persepsi ganda pada peserta didik (Sudiana et al., 2019).
Hasil analisis kompetensi minimal individu pada uji uji pendahuluan-besar didapatkan dari kombinasi
persentase kompetensi minimal yang dipadukan dengan jawaban peserta didik, tingkat kognitif AKM, tingkat
kesukaran butir, tingkat abilitas peserta didik dan indikator pencapaian kompetensi (IPK). Tingkat kognitif butir
sesuai dengan paduan AKM pada Tabel 5.

Tabel 2. Butir Tes Pada Tingkat Kognitif.


Literasi Konten Kognitif Butir
Memahami (Interpret-
5, 3, 10, 13
Intergrate)
Membaca Teks Informasi
Mengevaluasi & Merefleksi
8, 14
(Evaluate-Reflect)
Pemahaman (Knowing) 1, 7, 12, 9
Numerasi Data & Ketidakpastian Penalaran (Reasoning) 2, 6, 11, 4
Penerapan (Applying) 15

Pembahasan pencapaian kompetensi minimal peserta didik pada uji uji implementasi/tahap implementasi
dijabarkan ringkas berikut ini.

15
Ilham Nurkholis Majid, et al. / Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia 16 (1) (2023)

1. Tingkat Kompetensi Mahir


Tingkat kompetensi mahir merupakan tingkatan tertinggi kompetensi minimal yang ada dalam AKM.
Tingkatan ini dibagi menjadi 2, yaitu pada literasi dan numerasi. Kompetensi mahir dalam literasi, berarti peserta
didik ditafsirkan dapat menggabungkan beberapa informasi di seluruh teks, sedangkan kompetensi mahir dalam
numerasi, berarti peserta didik ditafsirkan dapat memecahkan masalah yang kompleks berdasarkan konsep
pengetahuan matematika yang dimiliki (Asrijanty, 2020). Hasil analisis microsoft excel menemukan bahwa
75,7% peserta didik pada uji uji implementasi termasuk ke dalam kategori tingkat kompetensi mahir. Hasil
analisis kompetensi minimal pada uji uji implementasi didapati bahwa terdapat ada 53 dari total keseluruhan 70
peserta didik yang termasuk ke dalam kategori mahir. Peserta didik ini adalah 20 peserta didik laki-laki dan 33
peserta didik perempuan.
2. Tingkat Kompetensi Cakap
Tingkat kompetensi cakap merupakan tingkatan tertinggi kedua dari kompetensi minimal yang ada
dalam AKM. Tingkatan ini dibagi menjadi 2, yaitu pada literasi dan numerasi. Kompetensi cakap dalam literasi,
berarti peserta didik ditafsirkan dapat menemukan dan menggabungkan beberapa informasi di seluruh teks,
sedangkan kompetensi cakap dalam numerasi, berarti peserta didik ditafsirkan dapat menerapkan pengetahuan
matematika yang dimiliki pada situasi yang lebih beragam (Asrijanty, 2020). Hasil analisis microsoft excel
menemukan bahwa 15,7% peserta didik termasuk ke dalam kategori tingkat kompetensi cakap. Hasil analisis
kompetensi minimal pada uji uji implementasi didapati bahwa terdapat ada 11 dari total keseluruhan 70 peserta
didik yang termasuk ke dalam kategori cakap. Peserta didik ini adalah 3 peserta didik laki-laki dan 8 peserta didik
perempuan.
3. Tingkat Kompetensi Dasar
Tingkat kompetensi dasar merupakan tingkatan tertinggi ketiga dari kompetensi minimal yang ada
dalam AKM. Tingkatan ini dibagi menjadi 2, yaitu pada literasi dan numerasi. Kompetensi dasar dalam literasi,
berarti peserta didik ditafsirkan dapat menemukan, mengingat dan membuat tafsiran sederhana terkait informasi
yang diperoleh dalam teks, sedangkan kompetensi dasar dalam numerasi, berarti peserta didik memiliki
kemampuan matematika dasar serta dapat menyelesaikan masalah matematika sederhana dan sehari-hari
(Asrijanty, 2020). Hasil analisis microsoft excel menemukan bahwa 7,1% peserta didik pada uji uji implementasi
termasuk ke dalam kategori tingkat kompetensi dasar. Hasil analisis kompetensi minimal pada uji uji
implementasi didapati bahwa terdapat ada 5 dari total keseluruhan 70 peserta didik yang termasuk ke dalam
kategori dasar. Peserta didik ini adalah 1 peserta didik laki-laki dan 4 peserta didik perempuan.
4. Tingkat Kompetensi Perlu Intervensi Khusus
Tingkat kompetensi perlu intervensi khusus merupakan tingkatan terakhir dan paling rendah dari
kompetensi minimal yang ada dalam AKM. Tingkatan ini dibagi menjadi 2, yaitu pada literasi dan numerasi.
Kompetensi dasar dalam literasi, berarti peserta didik tidak dapat menemukan dan mengingat informasi yang jelas
dalam teks atau membuat tafsiran sederhana, sedangkan kompetensi dasar dalam numerasi, berarti peserta didik
memiliki kompetensi numerik sangat minim meliputi penguasaan konsep dan kemampuan komputasi sebagian
(Asrijanty, 2020). Hasil analisis microsoft excel menemukan bahwa 1,4% peserta didik termasuk ke dalam
kategori tingkat kompetensi perlu intervensi khusus. Hasil analisis kompetensi minimal pada uji uji implementasi
didapati bahwa hanya terdapat 1 dari total keseluruhan 70 peserta didik yang termasuk ke dalam kategori perlu
intervensi khusus. Peserta didik ini adalah 1 peserta didik berjenis kelamin perempuan.

SIMPULAN
Karakteristik lembar kerja peserta didik diantaranya tersedia dalam bentuk flipbook dengan
menggunakan model penemuan sesuai dengan konten colligative properties; didukung pertanyaan dan video
dengan indikator literasi numerasi terintegrasi etnosains guna mengembangkan literasi & numerasi peserta
didik. Lembar kerja peserta didik hasil pengembangan dikategorikan sangat valid atau layak dengan sedikit
revisi berdasarkan hasil penilaian validator baik dari aspek materi dan media. Lembar kerja peserta didik teruji
praktis dengan tingkat keterbacaan baik. Lembar kerja peserta didik yang telah dikembangkan tergolong efektif
mengembangkan literasi numerasi peserta didik.

DAFTAR PUSTAKA
Amila, A., Abdurrahman, A., Suyatna, A., Distrik, I. W., dan Herlina, K. 2018. Practicality and Effectiveness of
Student’ Worksheets Based on Ethno science to Improve Conceptual Understanding in Rigid Body.
International Journal of Advanced Engineering, Management and Science, 4(5):400–407.
Ariningtyas, A., Wardani, S., dan Mahatmanti, W. 2017. Efektivitas Lembar Kerja Peserta didik Bermuatan
Etnosains Materi Hidrolisis Garam untuk Meningkatkan Literasi Sains Peserta didik SMA. Journal of
Innovative Science Education, 6(2): 186–196.

16
Ilham Nurkholis Majid, et al. / Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia 16 (1) (2023)

Izzatunnisa, I., Andayani, Y., & Hakim, A. 2019. Pengembangan LKPD berbasis pembelajaran penemuan untuk
meningkatkan kemampuan literasi sains peserta didik pada materi kimia SMA. Jurnal Pijar Mipa, 14(2):
49-54.
Kemendikbud. 2020. AKM dan Implikasinya Pada Pembelajaran. Jakarta: Pusat Asesmen Dan Pembelajaran.
OECD. 2019. PISA 2018 Results (Volume I): What Students Know and Can Do. Paris: OECD Publishing.
https://doi.org/10.1787/5f07c754-en.
Pertiwi, W. J., Solfarina, S., & Langitasari, I. 2021. Pengembangan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD)
Berbasis Etnosains Pada Konsep Larutan Elektrolit dan Nonelektrolit. Jurnal Inovasi Pendidikan
Kimia, 15(1): 2717-2730.
Prastowo, Andi. 2014. Pengembangan Bahan Ajar Tematik Tinjauan Teoritis dan Praktis. Indonesia: Kencana.
Riza, M., Firmansyah, R. A., Zammi, M., & Djuniadi, D. 2020. Pengembangan modul kimia berbasis kearifan
lokal Kota Semarang pada materi larutan asam dan basa. JIPVA (Jurnal Pendidikan IPA Veteran), 4(1): 25-38.
Rizkia, P. 2021. Analisa Pembelajaran Daring Terhadap Motivasi Belajar Dan Kemandirian Belajar Peserta
Didik Kelas V Di Sd Al-Azhar 2 Bandar Lampung (Doctoral Dissertation, Uin Raden Intan Lampung).
Rohim, D. C. 2021. Konsep Asesmen Kompetensi Minimum untuk Meningkatkan Kemampuan Literasi
Numerasi Peserta didik Sekolah Dasar. Jurnal Varidika, 33(1): 54-62.
Rohmawati, B., Kasmadi, I.S., Endang S., Nanik W. 2020. Desain E-Supplement Sebagai Bahan Ajar
Multirepresentasi Asam Basa Berbasis Blended Learning. Chemistry In Education, 9(2): 1-8.
Saputra, A., & Wahyuni, S. 2017. Pengembangan Modul Ipa Berbasis Kearifan Lokal Daerah Pesisir Puger
Pada Pokok Bahasan Sistem Transportasi Di SMP. Jurnal Pembelajaran Fisika, 5(2): 182-189.
Sudarmin, Subekti, N, dan Priyono, A. 2014. Model Pembelajaran Sains Berbasis Etnosains (MPSBE) untuk
Menanamkan Nilai Karakter Konservasi dan Literasi sains Bagi Peserta didik Sekolah Menengah.
Laporan Penelitian Hibah PPs Unnes Semarang.
Sudarmin, & Pujiastuti, E. 2015. Scientific Knowledge Based Culture and Local Wisdom in Karimunjawa for
Growing Soft Skills Conservation. International Journal of Science and Research (IJSR), 4(9): 598—
604.
Sudarmin dan Woro S. 2018. Increasing character value and conservation behavior through integrated
ethnoscience chemistry in chemistry learning: A Case Study in The Department of Science Universitas
Negeri Semarang. IOP Conference Series: Materials Science and Engineering. (349): 1-8,
doi:10.1088/1757-899X/349/1/012061.
Wulandari, Cahya., Endang Susilaningsih, dan Kasmui. 2018. Estimasi Validitas dan Respon Peserta didik
terhadap Bahan Ajar Multi Representasi: Definitif, Makroskopis, Mikroskopis, Simbolik pada Materi
Asam Basa. Jurnal Phenomenon. (2): 165-174.
Zulaikhah, S. T., & Wibowo, J. W. 2020. Pengaruh Pemberian Air Kelapa Muda Terhadap Kadar Ureum Pada
Tikus Galur Wistar Yang Terpapar Plumbum (Pb). Jurnal Penelitian Kesehatan" SUARA
FORIKES"(Journal of Health Research" Forikes Voice"), 11(2): 198-201.

17

Das könnte Ihnen auch gefallen