Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
Abstrak
siswa, rasa tanggungjawab dan efektifitas dalam bekerja, komitmen, kolaborasi antar guru,
dan keterlibatan pengambilan keputusan. Hal ini tentunya akan berdampak positif bagi
pengembangan sekolah. Penelitian ini menganalisis kepemimpinan guru yang dilakukan oleh
guru lulusan program guru penggerak. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif
wawancara, dan dokumentasi. Subyek dalam penelitian ini adalah dua orang guru penggerak
Angkatan ke-7 tingkat SMK . Teknik analisis data dengan cara mereduksi, menyajikan,
menarik kesimpulan dan memverifikasi data. Hasil penelitian menunjukkan bahwa guru
lulusan program Guru Penggerak telah melaksanakan peran kepemimpinan di sekolah dengan
menjalankan ketujuh dimensi dalam kepemimpinan guru secara optimal . Faktor yang
dukungan rekan sejawat dan pengelolaan keuangan dalam mendukung program yang sesuai
dengan visi misi sekolah. Jadi dapat disimpulkan bahwa guru lulusan Program Guru
masing.
1. Pengenalan
Kepemimpinan guru telah didefinisikan oleh banyak ahli. Kepemimpinan guru adalah
aspek yang sangat penting dalam dunia pendidikan. Wasley (1991: 23) mendefinisikan
kepemimpinan guru sebagai kemampuan untuk mendorong rekan kerja untuk berubah, untuk
melakukan hal-hal yang biasanya tidak mereka pertimbangkan tanpa pengaruh pemimpin.
Demikian pula, Katzen meyer dan Moller (2001: 17) mendefinisikan pemimpin guru sebagai
guru yang menjadi pemimpin memimpin di dalam dan di luar kelas, mengidentifikasi dan
berkontribusi pada komunitas guru pembelajar dan pemimpin, dan mempengaruhi orang lain
menuju peningkatan praktik pendidikan. Boles dan Troen (1994: 11) membandingkannya
guru sebagai suatu bentuk kepemimpinan kolektif di mana guru mengembangkan keahlian
memiliki tujuan bersama, terlibat dalam kerja kolaboratif dan menerima tanggung jawab
bersama atas hasil pekerjaan mereka (Harris dan Lambert, 2003). Dengan kata lain,
kepemimpinan guru yang mendorong pembelajaran antar guru sangat lah penting.
(Leithwood dan Jantzi (1998: 61) menjelaskan kepemimpinan guru mempunyai pengaruh
mendistribusikan sebagian besar aktivitas kepemimpinan saat ini kepada guru akan
memberikan pengaruh positif terhadap efektivitas guru dan keterlibatan siswa .Temuan
kepemimpinan akan meningkatkan harga diri dan kepuasan kerja guru, yang pada gilirannya
akan menghasilkan tingkat kinerja yang lebih tinggi karena motivasi yang lebih tinggi, serta
kemungkinan tingkat retensi yang lebih tinggi dalam profesinya (Katzenmeyer dan Moller,
sebagai organisasi dan membantu mengurangi keterasingan guru. Penelitian terbaru yang
reformasi, dan mempunyai dampak positif di tingkat sekolah. Dalam studi mereka mengenai
restrukturisasi sekolah, Pechman dan King (1993) menemukan kepemimpinan guru menjadi
salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan reformasi sekolah. Demikian pula,
Davidson dan Taylor (1999) menemukan bahwa kepemimpinan guru yang kuat dapat
mengurangi dampak negatif dari seringnya pergantian kepala sekolah dalam restrukturisasi
sekolah. Pesan yang jelas dari literatur adalah bahwa kemajuan sekolah lebih mungkin terjadi
memimpin pengembangan sekolah (Gronn, 2000). Dalam beberapa penelitian tersebut, dapat
komitmen, kolaborasi antar guru, dan keterlibatan pengambilan keputusan. Hal ini tentunya
Berdasarkan penelitian Nguyen, D., Harris, A., & Ng, D. (2020). Dengan judul A
review of the empirical research on teacher leadership (2003–2017) Evidence, patterns and
empiris diterbitkan di jurnal terindeks Scopus/SSCI antara Januari 2003 sampai Desember
2017 , penelitian bertema kepemimpinan guru ini berdasarkan konteks geografis secara
keseluruhan masih didominasi negara-negara barat, Amerika Utara (kebanyakan Amerika
Serikat) memproduksi lebih dari setengahnya artikel, diikuti oleh Asia, Eropa, dan Oseania.
Afrika, Amerika Latin dan Caribbean menerbitkan penelitian paling sedikit tentang
kepemimpinan guru. Total penelitian di Amerika Utara ada 77 artikel (sekitar 51%) . Artikel
Amerika Utara, dengan 58 orang berasal dari Amerika Serikat dan 19 orang dari Kanada. Di
wilayah Asia ada 28 artikel (18%) dan di Eropa 23 artikel (15%) . Di wilayah Oseania ada 15
artikel (10%) berfokus pada kepemimpinan guru dan hanya 6% artikel tentang
kepemimpinan guru di wilayah Afrika (6 artikel), sedangkan latin dan Karibia (3 artikel).
Penelitian masih didominasi oleh Amerika serikat, negara Barat dan berbahasa Inggris.
Meskipun penelitian bertema kepemimpinan guru sedang dilakukan di Asia, tetapi jumlah
dalam hal ini kemendikbudristek. Berdasarkan laporan Nasional PISA 2018 Indonesia, salah
professional. Pemerintah terus berupaya meningkatkan kualitas guru meliputi seluruh aspek,
khususnya kepemimpinan, karena aspek ini yang sangat berpengaruh terhadap ketercapaian
tujuan diselenggarakannya proses pembelajaran. Saat ini, aspek kepemimpinan guru menjadi
guru pemimpin. Konsep ini memiliki substansi wawasan kepemimpinan guru (teacher
menggagas program Guru Penggerak sebagai program kepemimpinan bagi guru untuk
Indonesia Nomor 26 Tahun 2022, dijelaskan bahwa Profil Guru Penggerak sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) merupakan Guru yang memiliki kemampuan untuk: a. merencanakan,
peserta didik saat ini dan di masa depan dengan berbasis data; b. berkolaborasi dengan orang
tua, rekan sejawat, dan komunitas untuk mengembangkan visi, misi, dan program satuan
pembelajar melalui olah rasa, olah karsa, olah raga, dan olah pikir bersama dengan rekan
Dalam permendikbud No.40 tahun 2021 bahkan menyebutkan salah satu syarat
penugasan guru sebagai kepala sekolah pada satuan pendidikan yang diselenggarakan
pemerintah daerah atau masyarakat adalah telah memiliki sertifikat sebagai guru penggerak.
Hal ini memperlihatkan , bahwa pemerintah menaruh harapan besar kepada lulusan guru
berbagai sektor Pendidikan . Salah satu yang dapat dijadikan bahan evaluasi terhadap kualitas
Pendidikan di Indonesia adalah hasil yang diperoleh pada Programme for International
(OECD) selaku penyelenggara PISA merilis hasil PISA tahun 2022. Skor PISA untuk
kemampuan membaca, matematika dan sains tahun 2022 menurun jika dibandingkan
dengan tahun 2018. Skor PISA Indonesia pada 2018 untuk kemampuan membaca sebesar
371. Sedangkan, di 2022 menjadi 359. Selanjutnya skor matematika di 2018 sebesar 379
turun menjadi 366 di 2022. Dan skor kemampuan sains turun dari 379 pada 2018 menjadi
366 di tahun 2022. Sementara itu, ranking PISA Indonesia untuk membaca pada 2018 ada di
posisi 74 dan menjadi ranking 71 di 2022. Untuk ranking matematika naik dari 73 pada 2018
menjadi ranking 70 di 2022. Pada ranking literasi sains, Indonesia menempati ranking 71
pada 2018 dan menempati ranking 67 pada tahun 2022. PISA 2018 diiktui 79 negara,
sedangkan PISA 2022 diikuti 81 negara yang terdiri dari 37 negara Organization for
Economic Cooperation and Development (OECD) dan 44 negara mitra. Walaupun secara
peringkat, Indonesia mengalami kenaikan, tetapi secara hasil skor PISA bidang kompetensi
Melihat permasalahan ini, tentunya kepemimpinan guru adalah tema yang sangat
menarik untuk dikaji dan diteliti lebih dalam lagi, terutama kepemimpinan para guru yang
sudah lulus dalam Program Guru Penggerak, dimana mereka adalah sosok yang diharapkan
Di Wilayah kabupaten Belitung sendiri, terdapat 53 orang guru yang sudah lulus
program guru penggerak Angkatan 4 dan 7. Sebelas orang diantaranya sudah diangkat
menjadi kepala sekolah di tingkat Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama. Penelitian
yang saya lakukan ini, ingin menggali lebih dalam tentang kepemimpinan guru lulusan
kondisi yang mendukung dan menghambat perannya tersebut dan bagaimana peran
menghadapi situasi yang dapat menghambat dalam menjalankan perannya tersebut. faktor-
faktor seperti (a) budaya sekolah, (b) struktur sekolah, (c) kepemimpinan kepala sekolah, (d)
hubungan teman sebaya, dan (f) faktor spesifik orang dapat menjadi faktor pendukung atau
A., & Ng, D. : 2020). Misalnya, budaya saling menghargai, kepedulian , struktur yang
transparan dan fleksibel, dukungan kepala sekolah, hubungan rekan kerja harmonis akan
sekolah yang buruk, saling menjatuhkan, struktur yang top-down, kaku, tidak ada dukungan
kepala sekolah, hubungan dengan rekan kerja yang tidak harmonis akan menjadi faktor
Hasil penelitian sebelumnya yang berjudul Peran Guru Penggerak Dalam Penguatan
Profil Pelajar Pancasila Sebagai Ketahanan Pendidikan Karakter Abad 21 yang dilakukan
oleh Dewi Umi Qulsum dan Hermanto dan penelitian yang dilakukan oleh Putri Jannati ,
Faisal Arief Ramadhan ,Muhamad Agung Rohimawan yang berjudul peran guru penggerak
dilakukan penulis berfokus pada kepimpinan guru lulusan Program Guru Penggerak, faktor
yang mendukung dan menghambat peran tersebut, serta kesiapan mereka menjadi pemimpin
di masa depan.
2. Metode
metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme atau enterpretif, digunakan
untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah , dimana peneliti adalah sebagai instrument
wawancara, dokumentasi). Data yang diperoleh cenderung kualitatif, analisis data bersifat
induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif dapat bersifat temuan potensi dan masalah,
keunikan objek, makna suatu peristiwa, proses dan interaksi sosial, kepastian kebenaran data,
Pendekatan fenomenologi tersebut didasari dari adanya ketertarikan peneliti untuk mengkaji
lebih mendalam mengenai fenomena yang dialami oleh informan kunci. Penelitian ini
sikap, kepercayaan, persepsi, pemikiran orang secara individual maupun kelompok. Kajian
dalam artikel ini difokuskan untuk membahas tema kepemimpinan guru lulusan Program
Guru Penggerak.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan gambaran umum mengenai
peran kepemimpinan guru lulusan pendidikan guru penggerak khususnya di jenjang SMK
kabupaten Belitung. Penelitian ini mengambil sumber data dari informan yang dipilih secara
purposive sampling, yaitu objek penelitian yang mengetahui dan menguasai permasalahan
yang di teliti (key informan). Adapun informan penelitian ini adalah dua orang guru yang
sudah lulus program guru penggerak pada jenjang SMK di SMKN 1 Tanjungpandan
menjamin keabsahan data dilakukan dengan beberapa upaya sebagai berikut: (a)
memperpanjang masa pengumpulan data, (b) melakukan observasi secara terus-menerus dan
sungguh-sungguh, (c) melakukan triangulasi, dan (d) melibatkan teman sejawat untuk
berdiskusi.
Creswell mengatakan, Prosedur dan teknik analisis data dalam fenomenologi sebagai
berikut : a). Peneliti mendeskripsikan sepenuhnya fenomena pengalaman yang dialami subjek
sebuah penjelasan teks tentang pengalaman yang disertai contoh dengan seksama. d). Peneliti
keseluruhan. e). Peneliti kemudian mengkonstruksikan seluruh penjelasan tentang makna dan
esensi penjelasannya f). Peneliti melaporkan hasil penelitiannya berdasarkan pengalaman
Hasil
Berdasarkan hasil wawancara dengan dua guru lulusan program guru penggerak Angkatan 7
SMKN 1 Tanjungpandan kabupaten Belitung, didapatkan hasil bahwa guru penggerak sudah
tugas utamanya sebagai pendidik dan pengajar, maupun tugas tambahan yang diberikan oleh
kepala sekolah. Kepemimpinan guru yang dilaksanakan oleh informan pertama yaitu
ekstrakulikuler robotika dan cyber security. Hasil observasi dari peneliti menunjukkan
Kepemimpinan guru yang dilaksanakan oleh informan kedua yaitu menjadi pendidik dan
pengajar mata Pelajaran matematika, membantu rekan guru yang kesulitan dalam
pelaksanaan pembelajaran, menjadi bagian dalam tim manajemen sekolah sebagai wakil
kepala sekolah bagian hubungan Masyarakat (Humas) dan Bendahara APBN serta sebagai
Menurut kedua informan , faktor yang mendukung kepemimpinan guru penggerak di sekolah
adalah kepemimpinan kepala sekolah, dukungan rekan sejawat dan pengelolaan keuangan
dalam mendukung program yang sesuai dengan visi misi sekolah. Teman sejawat yang tidak
memiliki kesepahaman yang berbeda dan komunikasi menjadi faktor yang dapat menghambat
Berdasarkan hasil temuan penelitian, praktik kepemimpinan guru yang dijalankan oleh guru
pendidikan di masa depan, selain materi yang didapatkan dalam pendidikan dan pelatihan
Diskusi
bahwa guru lulusan program Guru Penggerak sudah melaksanakan peran kepemimpinan
guru, yaitu (a) mendorong visi, misi, dan tujuan pembelajaran siswa bersama di sekolah, (b)
mengoordinasikan dan mengelola di luar kelas seperti mengatur dan memimpin tinjauan
sejawat terhadap praktik sekolah, mengelola program, dan mengoordinasikan kinerja sekolah.
jadwal harian, (c) memfasilitasi perbaikan kurikulum, pengajaran, dan penilaian seperti
jabatan guru, dan mengembangkan kapasitas teman sebaya, (e) terlibat dalam pengambilan
dan kolaborasi dengan keluarga dan komunitas seperti advokasi terhadap siswa, sekolah, dan
profesi serta keterlibatan orang tua dan masyarakat, dan (g) menumbuhkan budaya
(informan)
pembelajaran siswa bersama di sekolah sesuai visi misi dan tujuan sekolah
luar kelas seperti mengatur dan wakil kepala sekolah bidang hubungan
(informan 1)
(informan 2)
(informan 2)
dan keputusan sekolah yang mencakup sebagai wakil kepala sekolah bidang humas
sekolah.
komunitas seperti advokasi terhadap dan dunia kerja serta berbagai elemen
siswa, sekolah, dan profesi serta Masyarakat (informan 1)
keterlibatan orang tua dan masyarakat Melaksanakan tugas sebagai wali kelas dan
(informan 1 dan 2)
Kepemimpinan guru terbukti sangat penting dalam mencapai kemajuan sekolah dan kelas.
Penelitian terbaru yang dilakukan oleh Leithwood dan Jantzi (1998) telah mengeksplorasi
dampak kepemimpinan sekolah dan guru terhadap keterlibatan siswa dengan sekolah. Studi
kepala sekolah sebelum memperhitungkan dampak moderat dari budaya pendidikan keluarga.
Bukti dari penelitian ini menunjukkan bahwa kepemimpinan kepala sekolah tidak menjadi
bagian penting dalam proses perubahan, namun kepemimpinan guru mempunyai pengaruh
mendistribusikan sebagian besar aktivitas kepemimpinan saat ini kepada guru akan
memberikan pengaruh positif terhadap efektivitas guru dan keterlibatan siswa (Leith wood
dan Jantzi, 1998: 61). Pellicer dkk. (1990) menemukan bahwa, di sekolah yang paling efektif,
kepemimpinan pembelajaran merupakan tanggung jawab bersama antara guru dan kepala
sekolah. Penelitian lain juga melaporkan dampak positif partisipasi guru dalam pengambilan
penelitian (Leithwood dan Jantzi, 1998; Helm, 1989) yang memberikan gambaran tentang
bagaimana pemimpin sekolah memberikan kesempatan bagi guru untuk berpartisipasi dalam
dkk., 1996: 811–12) • berbagi kekuasaan pengambilan keputusan dengan staf; • mengizinkan
pendapat staf; • memastikan pemecahan masalah kelompok yang efektif selama pertemuan
staf; • memberikan otonomi bagi guru; • mengubah kondisi kerja sehingga staf mempunyai
keputusan terkait inisiatif baru di bidang ini Salah satu faktor yang secara konsisten
ditemukan untuk meningkatkan efektivitas sekolah adalah kolaborasi antar guru (Hargreaves,
1991; Little, 1990, 2000; Rosenholz, 1989). Penelitian terbaru yang dilakukan Crowther
meningkatkan peluang hidup siswa di sekolah . Temuan penelitian juga menunjukkan bahwa
memberdayakan guru untuk mengambil peran kepemimpinan akan meningkatkan harga diri
dan kepuasan kerja guru, yang pada gilirannya akan menghasilkan tingkat kinerja yang lebih
tinggi karena motivasi yang lebih tinggi, serta kemungkinan tingkat retensi yang lebih tinggi
Meskipun dari literatur terlihat bahwa kepemimpinan guru dapat memberikan keuntungan
bagi masingmasing guru dan sekolahnya, terdapat sejumlah hambatan yang perlu diatasi dan
prasyarat yang perlu dipenuhi untuk memastikan bahwa kepemimpinan guru berjalan secara
efektif (Vail dan Redick, 1993). Ada sejumlah hambatan dalam kepemimpinan guru dalam
prinsip dan praktiknya (Katzenmeyer dan Moller, 2001). Nilai-nilai egaliter di kalangan guru
mungkin bertentangan dengan guru mana pun yang menampilkan dirinya sebagai 'pemimpin'
(Katzen meyer dan Moller, 2001; Little, 1995)—Magee (1999) misalnya menemukan bahwa
guru yang mengambil peran kepemimpinan dapat dikucilkan oleh rekan-rekan mereka .
Dalam studi mereka terhadap 17 pemimpin guru, Lieberman dkk. (2000) menemukan bahwa
etika egaliter rekan kerja merupakan salah satu hambatan utama yang dirasakan oleh para
guru, dan seringkali membuat mereka merasa terisolasi dari rekan kerja. Troen dan Boles
(1992) menemukan bahwa guru perempuan yang mereka pelajari mengalami kehilangan
keterhubungan dengan teman sebaya ketika terlibat dalam kepemimpinan guru. Little (2000)
menguji penerimaan kepemimpinan oleh rekan kerja di antara 282 guru di enam sekolah dan
menemukan bahwa penerimaan tersebut bersifat ragu-ragu, namun tidak bersifat bermusuhan.
Meskipun para guru dengan senang hati mengakui keterampilan seorang guru master
hipotetis (guru yang sangat efektif), mereka tidak mendukung perilaku yang benar-benar
asertif dari guru tersebut terhadap rekan-rekannya. Dari wawancara yang dilakukan oleh
peneilti terhadap dua informan, didapatkan informasi bahwa mereka tidak memiliki hambatan
yang terkait nilai-nilai egaliter di kalangan guru yang menyebabkan mereka dikucilkan,
karena memiliki peran sebagai pemimpin guru, hanya saja ada sedikit hambatan Ketika
behaapan dengan rekan kerja yang mempunya persepsi berbeda, dan hal itu dapat diatasi
Kepemimpinan guru lulusan Pendidikan Guru Penggerak tingkat SMK di cabang dinas
wilayah V provinsi kepulauan Bangka Belitung, khususnya di Belitung sudah sangat baik.
Dimensi kepemimpinan guru yang sudah dilaksanakan oleh guru penggerak adalah (a)
mendorong visi, misi, dan tujuan pembelajaran siswa bersama di sekolah, (b)
mengoordinasikan dan mengelola di luar kelas seperti mengatur dan memimpin tinjauan
sejawat terhadap praktik sekolah, mengelola program, dan mengoordinasikan kinerja sekolah.
jadwal harian, (c) memfasilitasi perbaikan kurikulum, pengajaran, dan penilaian seperti
jabatan guru, dan mengembangkan kapasitas teman sebaya, (e) terlibat dalam pengambilan
dan kolaborasi dengan keluarga dan komunitas seperti advokasi terhadap siswa, sekolah, dan
profesi serta keterlibatan orang tua dan masyarakat, dan (g) menumbuhkan budaya
kolaboratif di sekolah.
Dukungan dari kepala sekolah, rekan kerja, siswa dan pihak-pihak yang terkait dengan
pendidikan di sekolah, sarana prasarana serta pendanaan dalam setiap program pembelajaran
kepemimpinan guru yang optimal di sekolah. Adapun hal-hal yang menjadi penghambat
seperti rekan kerja yang berbeda persepsi serta keterampilan manajemen waktu karena tugas
tambahan yang banyak dapat diatasi dengan menjalin komunikasi yang baik dengan teman
sejawat dan pimpinan sekolah , serta pembagian tugas yang adil dan bijaksana.
Keterbatasan penelitian adalah ruang lingkup penelitian hanya mengeksplorasi peran
menambah lebih banyak subjek penelitian dan jumlah sekolah yang digunakan agar informasi
yang diperoleh lebih optimal, serta mengembangkan hal yang diteliti. Implikasi dari
penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan evaluasi bagi kepala sekolah dalam
Leithwood, K., Jantzi, D. and Steinbach, R. (1998) Changing Leadership For Changing
Times. Philadelphia, PA: Open University Press. Leithwood, K., Tomlinson, D. and
437-448.
Netherlands.
Shen, J., Wu, H., Reeves, P., Zheng, Y., Ryan, L., & Anderson, D. (2020). The association
Sibagariang, D., Sihotang, H., & Murniarti, E. (2021). Peran guru penggerak dalam
Sijabat, O. P., Manao, M. M., Situmorang, A. R., Hutauruk, A., & Panjaitan, S. (2022).
Mengatur Kualitas Guru Melalui Program Guru Penggerak. Journal of Educational Learning